Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume Impor Komoditas Jeruk di Indonesia

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI
VOLUME IMPOR KOMODITAS JERUK DI INDONESIA

YOSEP ANDREW TAO SILITONGA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Volume Impor Komoditas Jeruk di Indonesia adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang terbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Yosep Andrew Tao Silitonga
NIM H14100053

ABSTRAK
YOSEP ANDREW TAO SILITONGA. Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Volume Impor Jeruk di Indonesia. Dibimbing oleh IDQAN FAHMI.
Indonesia memiliki banyak keragaan ekspor produk, apabila
diklasifikasikan secara spesifik terdiri dari komoditas pertanian, komoditas
pertambangan, dan industri manufaktur. Keragaan ini menuntut Indonesia untuk
mengembangkan produk dari masing-masing klasifikasi. Salah satunya adalah
produk atau komoditas yang berasal dari sektor pertanian. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis factor-faktor yang dapat memengaruhi volume impor jeruk di
Indonesia dan mempelajari bagaimana dinamika dan kondisi impor komoditi buah
jeruk di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan metode panel data dari tahun 2002-2012 dengan 6 negara (China,
Hongkong, Malaysia, Pakistan, Australia dan Thailand). Data dari BPS
menunjukkan bahwa selama tahun 2002 sampai tahun 2012 Indonesia terus
melakukan aktivitas perdagangannya dan selama itu pula Indonesia melakukan

aktivitas impor jeruk untuk memenuhi kebutuhan domestik. Hasil penelitian
menunjukkan, tahun 2012 menunjukkan untuk komoditas jeruk sendiri neraca
perdagangan Indonesia adalah negatif. Dalam penelitian ini juga dibahas faktor
lain yang memengaruhi impor diantaranya: produksi jeruk domestik, harga jeruk
domestik, harga jeruk impor, nilai tukar dan dummy krisis. Faktor yang paling
berpengaruh signifikan adalah harga jeruk luar negeri.
Kata Kunci : Deskriptif, Jeruk Impor, Jeruk Lokal, Panel Data

ABSTRACT
YOSEP ANDREW TAO SILITONGA. Factors Affecting the Import Volume of
Fresh Oranges in Indonesian. Supervised by IDQAN FAHMI.
Indonesia has many varietes of export product that if specially classified, it
consists of agricultural commodities, mining commodities, and manufacturing
industries. These varieties require Indonesia to develop products from each
classification. One of them is the products or commodities that derived from the
agricultural sector. This research aims to analyze factors that may affect the
volume of citrus imports in Indonesia and studies about how the dynamics and
conditions of citrus impor commodity in Indonesia. The methods that used in
research are descriptive and panel data methods from 2002-2012 that involve six
countries (Malaysia, China, Thailand, Pakistan, Australia, dan Hongkong). Data

from BPS show, that during 2002 to 2012, Indonesia continued to perform its
trading activity and during that time Indonesia did Citrus import to meet
domestics needs. The research depicted that in 2012, for citrus comodity it self,
Indonesia’s trade balance trend is negative. We also study other factors that affect
impor value, such as : domestic citrus production, price of domestic citrus, price
of import citrus, currency exchange rate and dummy crisis. The factor that
significantly affect the most is the price of citrus abroad.
Keywords: descriptive, citrus imports, local citrus, panel data

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI VOLUME
IMPOR KOMODITAS JERUK DI INDONESIA

YOSEP ANDREW TAO SILITONGA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi


DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2014

Judul Sripsi: Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume Impor Komoditas Jeuk
di Indonesia
Nama

: Yosep Andrew Tao Silitonga

M

: H14100053

Disetujui oleh

Dr.lr. Idgan Fahmi,M.Ec
Pembimbing


Tanggal Lulus:

o 2 srr 2014

PRAKATA
Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Volume
Impor Jeruk di Indonesia” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Institut Pertanian Bogor.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor–faktor apa saja yang dapat
memengaruhi volume impor komoditas jeruk di Indonesia. Penulis ingin
mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada orag-orang yang telah
banyak memberikan bantuan, semangat serta doa bagi penulis, yaitu :
1. Kedua orangtua tercinta, yaitu Bapak Arginius Silitonga, SKM dan Ibu
Herlina Gustina Tobing serta kakak dan adik saya, Lora, Utama, Ezra, Bram
dan Egge yang telah memberikan motivasi, pengorbanan, doa, dukungan
moral dan spiritual hingga akhir penulisan skripsi ini. Semoga ini menjadi
persembahan yang membanggakan untuk kalian.

2. Bapak Dr.Ir.Idqan Fahmi, M.Ec. Selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan ilmu, saran, motivasi dan membimbing penulis dengan
sabar dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.
3. Bapak Dr. Alla Asmara S.Pt, M Si. Selaku dosen penguji utama dan Ibu
Widyastutik SE, M. Si. Selaku dosen penguji Komisi Pendidikan yang telah
memberikan kritik dan saran untuk memperbaiki skripsi ini.
4. Para dosen, staf dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
5. Teman-teman satu bimbingan, yaitu Fida, Nanda, Dodo, Kautsar, Rizki dan
Ica atas kritik, saran dan motivasi yang membantu penuis menyelesaikan
skripsi ini.
6. Novita Yanti Sidabutar, orang yang selalu membantu dan menyemangati
penulis
7. Teman, sahabat, sekaligus saudara yakni Adam Gurning,Nanda Adrian, Yuli,
Mellia Aghnie, Bramastyo, Nabilah, Sasha, Rahayu, Antonius, Bang Aldy,
Bang John, Mbak Maya,dan Kak Andi yang selalu membuat penulis bahagia,
tersenyum dan termotivasi
8. Komisi Pelayanan Khusus, Dewan Perwakilan Mahasiswa FEM IPB, dan
Tim IGTF Liwa yang selalu hadir dalam memberikan semangat, dukungan
doa, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Serta kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung
maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Bogor, September 2014
Yosep Andrew Tao Silitonga
NIM H14100053

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

5

Tujuan Penelitian

6

Manfaat Penelitian

6


Ruang Lingkup Penelitian

6

TINJAUAN PUSTAKA

6

Landasan Teori

13

Penelitian Terdahulu

15

Kerangka Pemikiran

15


Hipotesis Penelitian

17

METODE PENELITIAN

17

Jenis dan Sumber Data

18

Metode Analisis dan Pengolahan Data

18

Analisis Data Panel

18


Model Penelitian

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

20

Analisis Deskriptif

25

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Aliran Impor Jeruk di Indonesia

25

Hasil Estimasi dan Interpretasi Model

25

Implikasi Kebijakan

28

SIMPULAN DAN SARAN

29

Simpulan

29

Saran

29

DAFTAR PUSTAKA

30

LAMPIRAN

32

RIWAYAT HIDUP

34

DAFTAR TABEL
1 Produksi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atas
dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha (milyar rupiah)
tahun 2008-2012
2 Nilai eskpor-impor produk hortikultura di Indonesia pada tahun 2012
3 Analisis dampak pemberlakuan impor
4 Jenis dan sumber data yang digunakan
5 Masa panen sentra produksi jeruk di Indonesia
6 Masa panen sentra produksi jeruk di luar negeri
7 Hasil estimasi panel data aliran impor jeruk Indonesia dengan metode
fixxed effect
8 Hasil uji normalitas model faktor-faktor yang memengaruhi impor jeruk
di Indonesia

2
2
11
18
22
23
26
26

DAFTAR GAMBAR
1 Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan dari tahun 2008-2012
menurut lapangan usaha (milyar rupiah)
2 Jumlah impor dan ekspor jeruk Indonesia (Ton) di ruang lingkup
ASEAN dari tahun 2003-2012
3 Nilai impor (US $) dan jumlah impor (Ton) komoditas jeruk Indonesia
yang berasal dari dunia sejak tahun 2004-2012
4 Kurva perdagangan internasional
5 Hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta
6 Pergerakan dan pergeseran kurva permintaan
7 Kurva dan efek kebijakan tarif
8 Alur kerangka pemikiran
9 Trend perdagangan Indonesia dalam lingkup ASEAN untuk komoditas
jeruk periode 2003-2012
10 Perbandingan jeruk lokal dan jeruk impor
11 Trend produksi jeruk lokal
12 Hasil panel data yang menunjukkan tidak adanya heteroskedastisitas

1
3
4
9
10
12
13
16
21
22
24
27

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Hasil estimasi FEM
Hasil uji matriks korelasi antar variabel
Hasil uji normalitas
Uji CHow Test
Nilai impr dari negara-negara pengimpor terbesar

32
32
33
33
33

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Milyar Rp

Perdagangan internasional adalah kesepakatan perdagangan yang dilakukan
oleh dua pihak negara atau lebih. Kesepakatan tersebut bisa berupa kegiatan
ekspor dan impor yang menjadi salah satu komponen pembentuk Produk
Domestik Bruto (PDB) yang bisa memberikan pengaruh terhadap kegiatan
ekonomi lainnya.
Indonesia memiliki banyak keragaan ekspor produk yang diklasifikasikan
secara spesifik, terdiri dari komoditas pertanian yang pada umumnya bernilai
tambah rendah. Keragaan ini menuntut Indonesia untuk mengembangkan produk
dari masing-masing klasifikasi. Salah satunya adalah produk atau komoditas yang
berasal dari sektor pertanian. Sebagai negara agraris, Indonesia tentu memiliki
banyak potensi pada sektor pertanian, yang nantinya dapat memberikan kontribusi
sebagai sumber pemasukan devisa negara dalam kegiatan ekspor di pasar
internasional.
800000
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0

2008
2009
2010
2011*
2012**

Sumber :Badan Pusat Statistik (2012)
Gambar 1 Produk Domestik Bruto atas dasar harga konstan dari tahun 2008-2012
menurut lapangan usaha (milyar rupiah)
Gambar 1 menunjukkan bahwa sektor pertanian memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dibandingkan
dengan sektor-sektor yang lain seperi kontruksi; pertambangan dan penggalian;
listrik,gas, dan air bersih; pengangkutan dan komunikasi; dan jasa jasa
Sektor pertanian di Indonesia dapat dikelompokan menjadi empat subsektor
yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, dan perikanan.
Salah satu dari subsektor tersebut adalah tanaman bahan makanan yang
merupakan bagian dari hortikultura yang terdiri dari tanaman sayuran, buahbuahan,biofarmaka dan tanamanan hias. Hortikultura memiliki prospek yang
cukup baik dan merupakan komoditas yang bernilai tinggi. Hal ini dikarenakan,
hortikultura merupakan salah satu komoditas yang sangat berperan dalam

2

mendukung tercapainya target pembangunan ekonomi. Besarnya nilai masingmasing subsektor pertanian dapat dijelaskan berdasarkan Tabel 1.
Tabel 1 Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 menurut
lapangan usaha (milyar rupiah) tahun 2008-2012

Lapangan Usaha
Pertanian
Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan

2008
284 619.1

Tahun
2009
2010
2011*
2012**
295 883 304 777.1 315 036.8 327 549.7

142 000.4
44 783.9
35 425.3
16 543.3
45 866.2

149 057.8 151 500.7 154 153.9 158 649.5
45 558.4 47 150.6 49 260.4 51 763.3
36 648.9 38 214.4 40 040.3 41 971.8
16 843.6 17 249.6 17 393.5
17 423
47 775.1 506 611.8 54 186.7 57 697.1

Sumber : Badan Pusat Statisika, 2012
Keterangan : Angka sementara (*). ; Angka sangat sementara (**)
Tabel 1 memperlihatkan bahwa sektor pertanian sendiri menunjukkan nilai
yang meningkat setiap tahunnya, serta diikuti oleh subesektor pendukungnya yaitu
subsektor tanaman bahan makanan. Subsektor tanaman bahan makanan
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan mengalami trend yang positif
dari tahun 2008 sampai 2012 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2.83 persen.
Pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2009 sebesar 4.97 persen dan mengalami
penurunan pada tahun 2010 menjadi 1.64 persen. Walaupun pertumbuhan PDB
berfluktuasi, namun besarnya selalu mengalami peningkatan dan tetap
mendominasi dari subsektor pendukung lainnya terhadap PDB Indonesia di sektor
pertanian
Pertumbuhan PDB yang positif tersebut ternyata tidak diikuti oleh
pertumbuhan dari neraca perdagangan sendiri. Sesuai dengan data (BPS, 2012),
"kelas menengah Indonesia terus bertambah semenjak 2004-2009, dan akan
menjadi 250 juta orang di 2014 dan yang dikhawatirkan nantinya adalah semakin
buruknya neraca perdagangan indonesia sehingga menimbulkan defisit
perdagangan (impor > ekspor). Tabel 2 Memperlihatkan Nilai eskpor-impor
produk hortikultura di Indonesia pada tahun 2012.
Tabel 2 Nilai eskpor-impor produk hortikultura di Indonesia pada tahun 2012
Nomor
Komoditi
Nilai ( US $)
Impor
Ekspor
1
Jeruk
227 300 473
847 335
2
Apel
151 680 865
68 092
3
Pir
92 723 553
638
4
Anggur
119 334 667
14 332 445
5
Durian
28 886 403
4 511
6
Pisang
1 030 314
171 034
7
Mangga
1 109 203
786 505
Sumber : Ditjen Hortikultura, 2012

3

Tabel 2 menunjukkan bahwa neraca ekspor-impor jeruk nasional di
Indonesia bernilai negatif yang menunjukkan jumlah impor yang lebih besar dari
pada ekspor. Tingginya angka impor ini menimbulkan kekhawatiran bagi petani
jeruk karena akan terjadi persaingan dengan produk jeruk impor. Selain itu
dikhawatirkan juga bahwa produk impor juga bisa menguasai pasar jeruk di
Indonesia, sehingga akan mengancam produksi jeruk nasional di Indonesia dan
petani sebagai produsen jeruk akan merasakan dampak akibat adanya kebijakan
impor ini.
Saat ini Indonesia menjadi negara pengimpor jeruk terbesar di ASEAN,
kedua setelah Malaysia (BPS, 2010). Kondisi nilai impor jeruk dari negara lain
seperi Jeruk mandarin dari negara China terus meningkat yang tercatat pada tahun
2010 sebesar US$ 107.3 juta. Jumlah ini jauh meningkat dibandingkan periode
sama tahun lalu, sebesar US$ 56.3 juta. Gambar 2 menunjukkan jumlah impor
jeruk dari negara mitra dagang tahun 2003-2012.
7000

Jumlah Impor (US $)

6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
2004 2005 2006
China
Hongkong

2007 2008 2009
Malaysia
Thailand

2010 2011
Pakistan

2012

Sumber : Trademap, 2014 (diolah)
Gambar 2 Jumlah impor jeruk Indonesia berdasarkan negara pengekspor tahun
2003-2012
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa jumlah impor jeruk
mempunyai peningkatan yang cenderung positif dan terkadang berfluktuasi. Hal
ini dikarenakan adanya faktor dari globalisasi yang membuat menyebarnya
pangsa pasar dunia termasuk negara Indonesia. Ini merupakan problem besar bagi
Indonesia karena kemampuan produk Indonesia dari segi kualitas maupun
kuantitas masih lemah. Salah satu permasalahan yang dialami oleh Indonesia
dalam menghadapi perdagangan bebas adalah sulitnya membendung terjadinya
lonjakan produk impor, sehingga mengakibatkan barang sejenis kalah bersaing
yang pada akhirnya akan mematikan pasar barang sejenis dalam negeri,
pemutusan hubungan kerja, terjadinya pengangguran, serta bangkrut nya industri
barang sejenis dalam negeri. Lebih-lebih Indonesia sedang menghadapi pasar
bebas ASEAN pasca ACFTA sejak tahun 2003 yang kemudian diikuti oleh pasar
bebas Cina-ASEAN melalui kesepakatan ACFTA sejak tanggal 1 Januari tahun
2010, dan selanjutnya APEC yang akan berlaku untuk negara berkembang pada
tahun 2020.
Seiring dengan banyaknya kerjasama dalam bidang perdagangan yang
dilakukan oleh Indonesia, pasti selalu ada pro dan kontra yang terjadi, misalnya

4

produk-produk pertanian sudah mulai tergerus oleh maraknya produk-produk
impor yang membanjiri pasar domestik. Penelitian ini akan menitik beratkan
kepada komoditi jeruk impor yang berasal negara China, Hongkong, Malaysia,
Thailand, Australia dan Pakistan yang telah memasuki pangsa pasar Indonesia,
sehingga jeruk lokal tidak memiliki daya saing yang kuat ketimbang jeruk impor.
Sehingga dapat mematikan pertanian lokal atau pertanian domestik yang berujung
pada buruknya perekonomian suatu bangsa yang dapat merugikan petani-petani
lokal. Oleh karena itu, dengan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap aliran impor komoditas buah jeruk Indonesia, maka Indonesia dapat
meningkatkan daya saingnya agar dapat meraih pangsa pasar jeruk yang lebih
besar lagi.

Perumusan Masalah
Persaingan pemasaran internasional untuk jumlah produksi jeruk nasional
yang rendah sehingga peredaran jeruk semakin marak di tanah air, tetapi karena
ketersediaan jeruk bermutu yang sedikit dari sentra yang terpencar dengan skala
kecil mengakibatkan jeruk nasional kalah dalam persaingan. Berdasarkan data
BPS (Badan Pusat Statistik) akhir 2011 menunjukkan produksi jeruk dalam
negeri 454.83 ribu ton dan konsumsi masyarakat 178.68 ribu ton. Namun selama
itu, Indonesia masih melakukan impor sebesar 49.61 ribu ton. Gambar 3
memperlihatkan nilai (US $) dan jumlah impor (Ton) komoditas jeruk yang
berasal dari dunia sejak tahun 2004-2012.
8000000
6000000
4000000
2000000
0
2004

2005

2006

2007

Nilai Impor

2008

2009

2010

2011

2012

Jumlah Impor

Sumber : UN Comtrade, 2014 (diolah)
Gambar 3 Nilai dan volume jeruk yang berasal dari Dunia tahun 2004-2012
Gambar 3 dapat dilihat bahwa komoditas jeruk di Indonesia mengalami
trend yang meningkat baik dari segi nilai maupun jumlah jeruk yang diimpor.
Pada tahun 2004 menunjukkan jumlah jeruk yang diimpor 5.249.896 ton jeruk
sedangkan untuk nilai impor jeruk pada tahun tersebut adalah sebesar US $
2.840.316 sampai pada tahun 2012 terus mengalami peningkatan dengan nilai
impor jeruk sebesar US $ 4.636.122 dan jumlah impor jeruk sebesar 6.420.009
ton. Hal ini menunujukkkan tingkat ketergantungan Indonesia akan jeruk impor
masih sangat tinggi.
Menurut Krisnamuthri (2012), Jeruk (Citrus Sp) merupakan salah satu
komoditas yang telah lama dikenal dan dikembangkan di Indonesia.

5

Perkembangan teknologi telah membawa komoditas jeruk menjadi komoditas
bisnis yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup para pelaku yang terlibat di
dalamnya. Untuk daerah-daerah penghasil jeruk terbesar di Indonesia (di atas
50.000 ton/tahun) berturut-turut antara lain adalah Sumatera Utara, Jawa Tengah,
Riau, Jawa Timur dan Sumatera Selatan. Masa panen jeruk segar dimulai pada
bulan Januari-Februari, meningkat pada bulan Maret-April, dan mencapai puncak
panen pada bulan Mei-Juli. Kemudian menurun pada bulan Agustus-September
dan mencapai titik terendah pada bulan Oktober. Pada bulan November dan
Desember terjadi kekosongan pasokan jeruk segar dari seluruh provinsi penghasil
jeruk di Indonesia. Pasokan itu memang masih sangat sedikit dibandingkan devisa
yang keluar untuk mendatangkan jeruk. Pada 2007 tercatat kedatangan 118.808
ton jeruk senilai U$83.16 juta setara Rp 831.6 miliar. Sejumlah 80 persen jeruk itu
berasal dari China. Pengiriman tertinggi dari 5negara Tirai Bambu itu berlangsung
pada Januari-Maret dengan volume di atas 10.000 ton. Sisanya dipasok ke 16
negara lain seperti Thailand, Hongkong, Pakistan, dan Malaysia.
Kesepakatan ACFTA telah mengakibatkan perubahan tata-niaga dalam
perdagangan internasional. Penghapusan bea masuk telah menyebabkan
masuknya produk-produk impor dari negara lain seperti China, Hongkong,
Malaysia, Thailand dan Pakistan yang dilakukan secara besar besaran dan sulit
untuk dikontrol (Raisa, 2008). Saat ini Indonesia termasuk negara yang paling
banyak mengimpor jeruk dari negara China dan Pakistan. Kondisi ini sangat
berpengaruh bagi substitusi impor buah jeruk lokal (Trademap, 2014). Penurunan
produksi akan terjadi apabila usaha tani tidak memiliki persiapan guna menjaga
kinerja produksi mereka. Masuknya produk produk impor menuntut pertanian
domestik agar melakukan usaha ekstra agar produk mereka tetap menguasai pasar
dalam negeri.
Belum optimalnya dukungan pemerintah kepada petani lokal juga telah
menimbulkan kesulitan bagi mereka untuk melakukan minimisasi biaya sebagai
salah satu upaya guna untuk meningkatkan daya saing. Pemerintah cenderung
berat sebelah dalam menyepakati ACFTA karena hanya memikirkan kepentingan
pihak- pihak tertentu yang dinilai dapat memberikan penerimaan lebih besar bagi
negara, sehingga petani kecil kurang diperhatikan, apalagi dengan kurangnya
inovasi teknologi juga mengakibatkan tingkat produksi usaha tani jeruk indonesia
sulit untuk mengimbangi produksi jeruk impor dari negara China, Thailand,
Hongkong, Malaysia, Pakistan dan Australia sehingga kebutuhan jeruk lokal
sangat tergantung pada pasokan buah jeruk impor. Selain itu, teknologi yang
masih minim menyebabkan pula para petani tidak dapat memenuhi selera
konsumen yang lebih menyukai jeruk yang berwarna orange walaupun rasa
sedikit asam namun tetap berharga murah. Akibatnya, jeruk lokal yang biasanya
berwarna hijau menjadi kurang dilirik konsumen karena harganya mahal dan
dinilai kurang berkelas oleh masyarakat dibandingkan jeruk impor ( Hanif, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana dinamika dan kondisi impor komoditi buah Jeruk di Indonesia?
2.
Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi volume impor jeruk di Indonesia?

6

Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
ditarik beberapa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Mempelajari dinamika dan kondisi impor komoditi buah Jeruk di Indonesia.
2.
Menganalisis faktor- faktor apa saja yang dapat memengaruhi volume impor
komoditas jeruk di Indonesia.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik bagi penulis maupun
pihak-pihak lain yang berkepentingan. Manfaat yang diharapkan antara lain:
1.
Bagi pemerintah atau instansi terkait (regulator) diharapkan dapat
memberikan masukan dan bahan pertimbangan baik dalam perencanaan
maupun dalam pengambilan keputusan terkait dengan impor jeruk
Indonesia.
2.
Bagi pembaca diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan
dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
3.
Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk melatih kemampuan penulis
dalam menganalisis masalah dan mengaplikasikan ilmu yang dipelajari
selama perkuliahan

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada perdagangan komoditi jeruk
yang berasal dari negara mitra dagang seperti: China, Malaysia, Thailand,
Pakistan, Australia dan Hongkong dengan kode HS jeruk yaitu HS 080510.
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
impor komoditi jeruk di Indonesia dengan menggunakan metode data Panel.
Kurun waktu yang digunakan selama sebelas tahun yaitu 2002 sampai tahun 2012.
Faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi impor hanya adalah produksi
buah jeruk domestik, harga buah jeruk domestik, harga buah jeruk impor, dan
dummy krisis.

TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Gambaran Umum Jeruk
Menurut Kementrian Pertanian (2012), jeruk merupakan komoditas buah
yang cukup menguntungkan untuk diusahakan saat ini dan mendatang, dapat
mulai dipanen pada tahun kedua dengan nilai keuntungan usaha taninya yang
bervariasi berdasarkan lokasi dan jenis jeruk yang diusahakan. Beberapa jenis
jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk keprok (Citrus

7

7negara7ia7), jeruk siam (Citrus microcarpa dan Citrus sinesis) yang terdiri
atas Siam Pontianak, Siam Garut, Siam Lumajang, jeruk manis (Citrus
auranticum dan Citrus sinensis), jeruk sitrun/lemon (Citus medica), dan jeruk
besar (Citrus maxima). Beberapa sentra produksi jeruk di Indonesia tersebar
meliputi daerah Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa
Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat)
dan Medan (Sumatera Utara).
Salah satu jenis jeruk yang paling banyak diusahakan di Indonesia adalah
jeruk siam. Jeruk siam memiliki aroma yang khas, menyegarkan, memiliki rasa
yang lezat, manis dengan kombinasi asam yang menyegarkan, warna kulit yang
kekuning-kuningan dan daging buah yang mudah terkelupas dari kulit. Tanaman
jeruk siam dapat tumbuh dan diusahakan petani di dataran rendah hingga dataran
tinggi dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat berpendapatan rendah hingga yang
berpenghasilan tinggi. Jeruk siam merupakan komoditas buah yang cukup
terkenal dan digemari bagi masyarakat Indonesia.
Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional merupakan kegiatan yang dilakukan oleh dua
negara atau lebih, dengan tujuan memperoleh keuntungan dan memenuhi
kebutuhan yang tidak dapat dihasilkan atau diproduksi secara domestik. Selain itu,
perdagangan internasional dapat diartikan pula sebagai segala kegiatan transaksi
dagang yang terjadi antara subjek ekonomi pada suatu negara dengan subyek pada
negara lain yang meliputi barang maupun jasa. Subyek yang dimaksud adalah
penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan impor, perusahaan
ekspor, perusahaan industri, perusahaan negara, dan departemen pemerintah yang
dapat dilihat dari neraca perdagangan (Sobri, 2000). Adanya perdagangan
internasional antar negara terjadi disebabkan oleh adanya faktor alam atau potensi
alam pada masing-masing negara, untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa
dalam negeri, keinginan memperoleh keuntungan serta meningkatkan pendapatan
negara, adanya perbedaan penguasaan serta inovasi di bidang teknologi, kelebihan
produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut,
dan kesamaan selera.
Perkembangan globalisasi turut menyumbangkan peran terjadinya
perdagangan internasional antar negara. Jangkauan pasar dapat diperluas dengan
adanya globalisasi serta perolehan modal dan teknologi dapat ditingkatkan. Selain
itu globalisasi dalam perdagangan internasional dapat meningkatkan kemakmuran
masyarakat di suatu negara dan menyediakan dana tambahan yang dapat
digunakan untuk pembangunan ekonomi negara tersebut.
Berdasarkan teori perdagangan internasional, perdagangan antar negara
terjadi didasarkan adanya perbedaan penawaran dan permintaan diantara negara
tersebut. Dalam aktivitas perdagangan internasional terdapat berbagai kebijakan
pemerintah yang dapat menghambat atau mempermudah kegiatan perdagangan
yaitu tarif, subsidi ekspor, pembatasan ekspor dan impor, pengekangaan ekspor
sukarela, persyaratan kandungan lokal, hambatan-hambatan birokrasi RTB (Red
Tape Barriers), subsidi kredit ekspor, dan pengendalian pemerintah NP (National
Procurement). Tarif merupakan sejenis pajak atas barang-barang impor yang
akan meningkatkan biaya pengiriman barang ke suatu negara, subsidi ekspor
adalah pembayaran dengan jumlah tertentu kepada perusahaan atau perseorangan

8

yang melakukan penjualan barang ke luar negeri yang dapat meningkatakan harga
di negara pengekspor dan harga turun di negara pengimpor. Pada kegiatan
perdagangan intenasional, pembatasan impor adalah pembatasan langsung atas
jumlah barang yang boleh dimpor ke negara lain, sedangkan pengekangan ekspor
secara sukarela merupakan merupakan pembatasan kuota atas perdagangan yang
dikenakan oleh pihak negara pengekspor dan bukan pengimpor. Kegiatan
perdagangan internasional pada suatu negara terkadang terhambat dengan adanya
pengendalian pemerintah yang diatur secara ketat dapat diarahkan pada barangbarang yang diproduksi di dalam negeri meskipun barang-barang tersebut lebih
mahal daripada yang diimpor.
Dasarnya ada dua teori klasik yang menerangkan tentang timbulnya
perdagangan internasional yaitu teori Merkantilis dan Adam Smith. Menurut teori
Merkantilis dijelaskan bahwa cara yang dinilai paling mempu menjadikan negara
kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor, sedangkan
surplus ekspor yang dihasilkan akan diapliksikan dalam bentuk emas atau logam
mulia. Semakin banyak emas dan perak yang dimiliki oleh suatu negara maka
semakin kaya dan kuatlah negara tersebut serta akan semakin banyak uang dalam
sirkulasi dan semakin besar aktivitas bisnis.
Teori perdagangan internasional lainnya dijelaskan oleh Adam Smith yang
berpendapatan bahwa sumber pendapatan suatu negara berasal dari produksi hasil
tenaga kerja serta sumber daya ekonomi. Pada teori ini dijelaskan bahwa suatu
negara akan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut bisa
menghasilkan barang dengan biaya yang secara mutlak lebih murah dari pada
negara lain. Hal ini disebabkan negara tersebut mempunyai keunggulan mutlak
(absolute advantage) dalam memproduksi barang tersebut yang artinya
kemampuan suatu negara untuk menghasilkan suatu barang dan jasa per unit
dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dibandingkan kemampuan
negara-negara lain. Adam Smith berpendapat bahwa keunggulan komparatif
berpusat pada variabel riil yang berkaitan dengan nilai suatu barang diukur
dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang,
sehingga makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai
barang tersebut (labor theory of value).
Perdagangan internasional yang terjadi antar negara dapat memberikan
manfaat bagi negara-negara yang bekerjasama yaitu saling membantu memenuhi
kebutuhan antar negara, meningkatkan produktivitas usaha, dapat mengurangi
pengangguran, menambah pendapatan devisa bagi negara, dan mendorong
terjadinya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, dalam kegiatan
perdagangan internasional setiap negara perlu berhati-hati terhadap adanya
ketergantungan negara pengimpor, masyarakat yang cenderung lebih konsumtif
serta adanya kemungkinan usaha-usaha kecil yang tidak berkembang karena tidak
dapat bersaing dalam kegiatan perdagangan internasional.
Gambar 5 menunjukkan terlihat sebuah proses terciptanya harga komoditas
relatif ekuiblirium dengan adanya perdagangan antar negara yang ditinjau dari
analisis keseimbangan parsial

9

Sumber : Salvatore, 1997
Gambar 4 Kurva Perdagangan Internasional
Keterangan:
Pa
Oqa

Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan internasional
Jumlah produk domsetik yang diperdagangkan di negara A (pengekspor) tanpa
perdagangan internasioanal.
X
Jumlah komoditas yang di ekspor oleh negara A
Pb
Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan internasional
Oqb Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B (pengimpor) tanpa
perdagangan internasional.
M
Jumlah komoditas yang diimpor oleh negara B
P*
Harga keseimbangan atara kedua negara setelah perdagangan internasional
Oq* Keseimbangan penawaran dan permintaan antar kedua negara dimana jumlah
yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor (M).

Gambar 4 menunjukkan terjadinya keseimbangan harga relatif di pasar
dunia karena adanya perdagangan. Sumbu vertikal menunjukkan harga komoditas
(P) sedangkan sumbu horizontal menggambarkan jumlah dan kuantitas komoditas
yang diminta maupun ditawarkan (Q). Ketika tidak terjadi perdagangan (autarki),
keseimbangan negara A dicapai pada Pa=Qa sedangkan keseimbangan negara B
dicapai pada saat Pb=Qb. Pada saat harga relatif negara A mengalami kelebihan
penawaran. Kelebihan penawaran ditunjukkan oleh kurva ED di pasar dunia.
Ketika kedua negara melakukan perdagangan, negara A akan mengekspor
kelebihan penawaran dan negara B akan mengimpor untuk mencukupi permintaan
di negaranya. Maka keseimbangan harga yang terjadi di pasar dunia adalah
sebesar P* dan jumlah yang diekspor akan sama dengan jumlah yang diimpor Q*
dengan asumsi yang melakukan perdagangan hanya dua negara.
Teori Permintaan
Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar
tertentu, pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam perode tertentu yang
biasanya dipengaruhi oleh variabel berikut ini: harga komoditas itu sendiri, ratarata penghasilan rumah tangga, harga komoditas yang berkaita, selera, distribusi
pendapatan diantara rumah tangga.

10

Sumber : Lipsey,1995
Gambar 5 Hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta
Keterangan:
P = Harga Komoditas
Q = Jumlah komoditas yang diminta
Gambar di atas menunjukkan bagaimana hubungan antara harga dengan
jumlah komoditas yang diminta. Suatu hipotesis ekonomi dasar menyatakan harga
suatu komoditas akan berhubungan negatif dengan kuantitas yang diminta,dengan
faktor lain tetap sama (ceterius paribus). Hal ini berarti, semakin rendah harga
suatu komoditas maka jumlah yang akan diminta untuk komoditas tersebut akan
smakin besar. Gambar di atas menunjukkan bahwa kurva permintaan merupakan
jumlah yang diminta pada Q dengan tingkat harga pada P. Titik- titik a,b dan c
merupakan titik –titik kombinasi antara harga komoditas dan jumlah yang
diminta.Kemiringan yang semakin menurun pada kurva menunjukkan hubungan
berbanding terbalik antara harga dengan jumlah komoditas yang diminta
Ekspor dan Impor
Ekspor merupakan kegiatan perdagangan internasional yang berhubungan
dengan proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain
secara legal dalam proses perdagangan yaitu mengeluarkan barang atau komoditas
dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain adalah proses. Impor
adalah kegiatan yang berkaitan dengan proses transportasi barang atau komoditas
dari suatu negara ke negara lain secara legal dalam proses perdagangan. Pada dua
kegiatan ini memerlukan peran dari bea cukai.
Dampak Positif dan Negatif Impor bagi Negara Importir
Di negara importir, adanya kelebihan permintaan suatu komoditas
menyebabkan kelangkaan pada komoditas tersebut. Kelangkaan tersebut membuat
harga komoditas menjadi lebih mahal jika dibandingkan harga di pasar dunia.
Pada saat melakukan perdagangan, harga domestik dinegara importir akan
bergerak menyesuaikan diri dengan harga dunia yang berlaku sehingga harga
domestik akan turun sesuai harga di pasar dunia.
Gambar 3 menunjukkan kondisi di negara importir (Indonesia) dengan
menggunakan kurva penawaran (S) dan permintaan (D). Kurva penawaran
menggambarkan produksi jeruk domestik sedangkan kurva permintaan
menggambarkan konsumsi jeruk domestik. Impor yang dilakukan adalah sebesar
Qd-Qs

11

Sumber : Salvatore, 1997
Gambar 7 Perdagangan internasional di negara importir
Garis vertikal (P) menunjukkan harga jeruk sedangkan garis horizontal
menunjukkan jumlah dan kuantitas jeruk. Harga jeruk di tingkat dunia
ditunjukkan oleh garis Pw. Sebelum terjadi perdagangan (autarki), surplus
produsen adalah sebesar B+C dan surplus konsumen sebesar A. Namun setelah
terjadi perdagangan, dimana harga menjadi lebih rendah, surplus produsen kini
hanya sebesar C sedangkan surplus konsumen bertambah menjadi A+B+E Total
surplus setelah terjadinya perdagangan adalah sebesar A+B+C+E. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberlakuan impor jeruk akan merugikan produsen jeruk
karena harga yang diperoleh lebih rendah dan para produsen kehilangan
surplusnya sebesar B. Sebaliknya, dengan adanya impor jeruk, konsumen merasa
diuntungkan karena konsumennya bertambah sebesar B+E. Meskipun produsen
dirugikan, namun surplus total tetap meningkat karena keuntungan yang diterima
konsumen lebih besar dari kerugian yang dialami produsen.
Tabel 3 Analisis dampak pemberlakuan impor bagi negara importir
Sebelum
Setelah
Perubahan
Perdagangan
Perdagangan
Surplus Produsen
B+C
C
B
Surplus Konsumen
A
A+B+E
(B+E)
Surplus Total
A+B+C
A+B+C+E
E
Pergerakan dan Pergeseran Kurva Permintaan
Perubahan permintaan dapat terjadi karena dua sebab utama. Sebab utama
tersebut yaitu perubahan yang disebabkan oleh perubahan harga komoditas itu
sendiri dan perubahan yang disebabkan oleh faktor lain selain harga komoditas itu
sendiri. Perubahan faktor lain selain harga yang dimaksud dapat berupa perubahan
jumlah penduduk, pendapatan, selera, distribusi pendapatan, dan harga komoditas
lain yang terkait.
Perubahan pada harga barang itu sendiri akan langsung memengaruhi
jumlah barang yang diminta. Perubahan yang terjadi akan menyebabkan
pergerakan pada kurva permintaan. Perubahan ini hanya terjadi dalam satu kurva.
Jumlah barang yang diminta akan mengalami perubahan apabila terjadi perubahan
harga barang itu sendiri. Kenaikan harga dari P2 ke P1 akan menyebabkan jumlah

12

barang yang diminta berkurang dari Q2 ke Q1. Keseimbangan permintaan
berubah yaitu pergerakan dari titik B ke titik A

Sumber : Lipsey, 1995
Gambar 6 Pergerakan dan Pergeseran Kurva Permintaan
Keterangan:
P
= harga komoditas
Q
= jumlah komoditas yang diminta
Jika perubahan permintaan disebabkan faktor lain selain harga barang itu
sendiri akan menyebabkan pergeseran pada kurva permintaan. Suatu pergeseran
kurva permintaan ke kanan dapat disebabkan oleh kenaikan pendapatan, kenaikan
jumlah penduduk, kenaikan distibusi pendapatan, perubahan selera menjadi lebih
menyukai komoditi, penurunan pada harga komoditi koplementer, dan kenaikan
pada komoditi substitusi. Pergeseran kurva permintaan ke kiri terjadi karena
kondisi sebaliknya. Pergeseran kurva permintaan ke kanan ditunjukkan oleh
pergeseran kurva permintaan dari D0 ke D1.
Kebijakan tarif dan Efek- efek Tarif
Tarif merupakan pungutan bea masuk yang dikenakan atas barang impor
yang masuk untuk dipakai/dikonsumsi habis di dalam negeri. Dalam
pelaksanaanya, sestem/cara pemungutan tarif bea masuk dapat dibedakan menjadi:
1.
Bea harga ( Ad valorem tariff)
Besarnya pungutan bea masuk atas barang impor ditentukan oleh tingkat
presentase tarif dikalikan harga CIF dari barang tersebut ( BM= % tarif x harga
CIF). Keuntungan dari sistem tariff ini adalah dapat mengikuti perkembangan
tingkat harga/inflasi, dan terdapat diferensiasi harga produk sesuai kualitasnya.
Kerugiannya yakni:
a.
Memberikan beban yang cukup berat bagi administrasi pemerintahan,
khususnya beacukai karena memerlukan data dan perincian harga barang
yang lengkap.
b.
Sering menimbulkan perselisihan dalam penetapan harga untuk perhitungan
bea masuk antara importir dan beacukai, sehingga dapat menimbulkan
stagnasi/kemacetan arus barang di pelabuhan.
2.
Bea spesifik ( Spesific tariff)
Pungutan bea masuk ini didasarkan pada ukuran atau satuan tertentu dari
barang impor. Di Indonesia sistem tarif ini digunakan sebelum tahun 1991.
Keuntungan dari sitem tarif bea spesifik ini diantaranya mudah dilaksanakan

13

karena tidak memerlukan perincian harga barang sesuai kualitasnya, dan dapat
digunakan sebagai alat kontrol proteksi industri dalam negeri. Kerugian yang
dapat dialami adalah pengenaan tarif dirasakan kurang/ tidak adil karena tidak
membedakan harga/kualitas barang dan hanya dapat digunakan sebagai alat
kontrol produksi yang bersifat statis.
3.
Bea campuran ( Compound tariff)
Pungutan bea masuk ini merupakan kombinasi antara sistem bea harga dan
bea spesifik. Berikut ini merupakan analisis parsial efek–efek tarif untuk negara
kecil.

Gambar 7 Kurva dari Efek Kebijakan Tarif
Keterangan:
1)
Tanpa Perdagangan Internasioanal (autarki), yaitu tidak ada ekspor dan
Impor, maka Produksi Dalam Negeri = Konsumsi dalam Negeri = OQ0
2)
Setelah perdagangan internasional, harga yang terjadi adalah Pd, kondisi
saat ini mencerminkan kondisi perdagangan bebas, Akibatnya yaitu:
a. Produksi dalam negeri turun menjadi 0Q1, konsumsi dalam negeri naik
menjadi 0Q2, sehingga untuk mencukup kebutuhan konsumsi dalam
negeri dilakukan impor sebesar Q1Q2.
b. Penurunan produksi DN akan mengakibatkan industri dalam negeri
mengalami kerugian karena penurunan produksi dari OQ0 menjadi OQ1,
keadaan ini akan meningkatkan pengangguran tenaga kerja di DN. Untuk
itu pemerintah memberikan proteksi dalam bentuk tarif dari PdPt.
c. Maka tarif akan menimbulkan efek ekonomi sebagai berikut: Harga DN
naik dari Pd ke Pt (sebesar tingkat tarif) Konsumsi DN turun dari OQ2
menjadi OQ4, Produksi DN naik dari OQ1 menjadi OQ3, Impor turun
dari Q1Q2 menjadi Q3Q4 , Penerimaan pemerintah sebesar segi empat
C, Biaya proteksi sebesar segitiga B dan D dan redistribusi pendapatan
dari konsumen ke produsen sebesar ruang A
Penelitian Terdahulu
Riska (2012), melakukan penelitian tentang analisis preferensi konsumen
terhadap buah jeruk lokal dan buah jeruk impor di kabuten Kudus.Dalam
mengabalisis preferensi konsumen terhadap buah jeruk lokal maupun impor,
peneliti menggunakan metode chi-square dan deskriptif analistis. Data penelitian
berupa data primer yang diambil dari hasil kuesioner yang dikaji dari jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan rumah tangga
per bulan dan jumlah anggota keluarga. Perilaku pembelian konsumen dapat juga

14

dilihat dari: tempat dan alasan pembelian, frekuensi pembelian, jumlah pembelian,
alokasi pengeluaran buah-buahan dalam sebulan, preferensi konsumen terhadap
atrribut-atribut buah jeruk lokal dan buah jeruk impor, preferensi konsumen
terhadap kategori atribut buah jeruk lokal dan buah jeruk impor, kepercayaan dan
evaluasi konsumen terhadap atribut-atribut buah jeruk lokal dan buah jeruk impor.
Dari hasil penelitian menunjukkan responden yang membeli jeruk lokal lebih
banyak daripada buah jeruk impor. Hal ini menunjukkan bahwa buah jeruk lokal
masih banyak diminati oleh masyarakat dibanding buah jeruk impor. Hasil
analisis Chi square menyatakan buah jeruk lokal memiliki kelemahan dibanding
buah jeruk impor yaitu buah yang tidak seragam baik dari warna dan rasa, bahkan
tidak jarang ukuran juga ditemukan tidak seragam di pasaran.
Hapsari (2007), melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi volume impor gula Indonesia. Dalam menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi impor, peneliti menggunakan metode Ordinary Least Square
(OLS) dengan analisis regresi linear berganda dan model Double Log. Variabel
yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor
gula adalah produksi gula domestik, populasi, harga gula domestik , nilai tukar,
dummy tarif impor. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa populasi dan
harga gula domestik mempunyai hubungan positif dengan volume impor gula,
sedangkan variabel produksi gula domestik, nilai tukar, dan dummy tarif impor
berpengaruh negatif terhadap volume impor gula.
Penelitian tentang impor yang dilakukan oleh Raisa (2011), yaitu
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi substitusi impor jeruk mandarin di
Indonesia dalam skema Asean China Free Trade Area (ACFTA). Dalam
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi substitusi impor jeruk mandarin di
Indonesia dalam skema ACFTA, peneliti menggunakan analisis regresi linear
berganda berupa model Doubel Log. Variabel yang digunakan untuk menganalisis
faktor-faktor yang memengaruhi substitusi impor jeruk adalah : nilai tukar rupiah
terhadap dollar, harga konsumen jeruk, produksi domestik bruto, produksi jeruk
lokal, harga jeruk mandarin impor, jumlah substitusi impor tahun jeruk
sebelumnya, dan dummy ACFTA. Dari hasil dan pembahasan, yang berpengaruh
nayata terhadap substitusi impor adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar,harga
konsumen, PDB, produksi jeruk nasional, harga jeruk impor,dan subtitusi impor.
Rahmawati (2005), melakukan penelitian tentang bagaimana dampak
kebijakan tarif impor gula serta variabel-variabel yang memengaruhi volume
impor gula. Dalam menganalisis variabel-variabel yang memengaruhi volume
impor digunakan model Regresi Linier Berganda dengan metode Ordinary Least
Square (OLS). Variabel-variabel yang diduga memengaruhi impor gula adalah
produksi gula domestik, konsumsi gula domestik, tarif impor gula, harga gula
domestik, harga gula luar negeri, kurs/nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan
pendapatan nasional/ GNP (Gross National Product). Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa variabel produksi dan kurs mempunyai hubungan yang
negatif dengan volume impor gula, sedangkan variabel konsumsi dan tarif
memiliki hubungan yang positif dengan volume impor gula. Akan tetapi variabel
harga domestik, harga luar negeri, pendapatan nasional tidak berpengaruh
terhadap volume impor gula dalam taraf nyata 5 persen.
Manik (2012) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi aliran perdagangan impor komoditas sayuran indonesia dengan

15

menggunakan metode Gravity Model. Penelitian ini memakai vaiabel: harga
komoditas dinegara asal, GDP rill Indonesia dan negara asal pengimpor, populasi
indonesia dan negara pengimpor, nilai tukar rill rupiah terhadap dollar, dan jarak
ekonomi Indonesia dengan negara sal pengimpor. Hasil estimasi menyatakan
semua variabel signifikan kecuali variabel nilai tukar tidak berpengaruh nyata.
Winardi (2013), melakukan penelitian mengenai dampak pembatasan impor
hortikultura terhadap aktivitas perekonomian, tingkat harga dan kesejahteraan
dengan menggunakan metode Comutable General Equiblirium (CGE)
berdasarkan hasil penelitian, tujuan kebijakan pemerintah untuk melindungi
konsumen dengan menerapkan kuota impor hortikultura yang memiliki trade off
dalam berbagai aspek. Pengurangan impor hortikultura sebesar 5 persen, 10
persen, dan 20 persen diperkirakan akan memberikan hasil yang berbeda secara
besaran namun tidak terlalu berbeda secara struktur . Hasil simulasi menunjukkan
bahwa semakin besar pengurangan impor hortikultura berdampak pada : kenaikan
harga komposit yang semakin tinggi dan menyebar luas ke sektor- sektor yang
lain; penurunan pendapatan faktor yang lebih dalam; kenaikan pendapatan faktor,
namun kenaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan harga komposit;
penurunan kesenjangan distribusi pendapatan rumah tangga dan penurunan
kesejahteraan masyarakat secara umum, namun meningkatkan kesejahteraan
rumah tangga pertanian.

Kerangka Pemikiran
Indonesia sebagai salah satu negara pengimpor jeruk memiliki trend impor
jeruk yang cenderung meningkat tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan adanya excess
demand komoditas jeruk. Meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan diduga
merupakan penyebab tingginya permintaan akan jeruk. Peningkatan konsumsi ini
tidak diikuti oleh adanya produksi domestik yang seimbang. Masih rendahnya
produktivitas dan daya saing komoditas jeruk dapat menyebabkan tingkat
produksi yang tidak selalu meningkat. Masalah ini timbul akibat dari tidak
adanya teknologi yang memadai untuk mendukung produktivitas jeruk. Pada
akhirnya timbul masalah baru yaitu semakin tidak stabilnya volume dan nilai
impor komoditas jeruk Indonesia.
Hal yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah permasalahan yang saat
ini dihadapi oleh komoditas jeruk jeruk Indonesia yaitu serbuan jeruk impor. Dari
permasalahan impor jeruk yang semakin meningkat tersebut akan dianalisis
faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap impor jeruk di Indonesia adalah
produksi jeruk domestik, harga jeruk domestik, harga jeruk impor, dan dummy
krisis. Faktor–faktor tersebut akan digunakan sebagai variabel independent dalam
model yang dibentuk yang dapat mempengaruhi impor komoditi jeruk di
Indonesia.
Sementara dinamika impor jeruk Indonesia itu meliputi negara-negara yang
memasok jeruk ke Indonesia; komoditi jeruk impor yang paling besar; penguasaan
pasar produk jeruk impor; harga produk jeruk impor; persaingan antara produsen
jeruk domestik; dan produsen jeruk impor serta produksi jeruk di dalam negeri.
Diharapkan dengan hasil analisis ini dapat mengungkapkan hal-hal yang
lebih dalam mengenai impor komoditas jeruk serta dapat dijadikan masukan bagi

16

pemerintah maupun memberikan gambaran mengenai produksi jeruk Indonesia
dimasa yang akan datang khususnya dalam menghadapi persaingan global. Untuk
menganalisisnya, berikut disajikan ilustrasi kerangka pemikiran penelitian
Jeruk
merupakan
komoditas
hortikultura
yang memiliki
nilai dan peran
yang startegis

1. Peningkatan jumlah
penduduk
2. Peningkatan
pendapatan
3. Kesadaran
masyarakat
akan
nilai gizi

Konsumsi buah
jeruk
meningkat

Impor jeruk Indonesia

Faktor- faktor yang memengaruhi
impor jeruk di Indonesia :
Dinamika dan
Kondisi Impor
Jeruk Indonesia

1.
2.
3.
4.
5.

Produksi jeruk domestik
Harga jeruk domestik
Harga jeruk impor
Nilai tukar
Dummy Krisis

Implikasi Kebijakan
Keterangan:
Ruang Lingkup Penelitian
Gambar 8 Alur Kerangka Pemikiran

17

Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi impor jeruk
di Indonesia ini antara lain:
1.
Produksi jeruk domestik memiliki hubungan negatif dengan volume impor
yang berarti semakin besar produksi jeruk di dalam negeri maka akan
semakin kecil volume impor.
2.
Harga jeruk domestik memiliki hubungan positif dengan volume impor,
artinya meningkatnya harga jeruk di dalam negeri akan meningkatkan
volume impor jeruk. Hal ini disebabkan ketika harga jeruk di dalam negeri
meningkat konsumen akan beralih membeli produk jeruk impor yang
harganya lebih murah.
3.
Harga jeruk luar negeri memiliki hubungan negatif dengan volume impor,
artinya meningkatnya harga jeruk di luar negeri maka akan semakin kecil
volume impor. Hal ini disebabkan ketika harga jeruk di luar negeri
meningkat konsumen akan beralih membeli jeruk domestik yang harganya
lebih murah.
4.
Kurs (Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing) memiliki hubungan
negatif dengan volume impor.Terdepresiasinya mata uang domestik
terhadap mata uang asing akan menyebabkan naiknya harga produk jeruk di
luar negeri terkait dengan nilai tukar domestik, sehingga konsumen akan
beralih membeli jeruk domestik.
5.
Dummy Krisis memiliki hubungan negatif dengan volume impor, artinya
meningkatnya dummy akan menurunkan volume impor. Hal ini disebabkan
ketika dummy krisis meningkat maka konsumen akan beralih untuk
menghemat pengeluarannya untuk membeli sesuatu.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya Badan Pusat Statistik (BPS),
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, Kementerian Pertanian Republik
Indonesia, World Bank, dan United Nation Comodity trade (UN Comtrade).
Selain itu, data juga diperoleh dari penelusuran internet, majalah dan literatur
terkait.
Jenis data yang digunakan untuk diolah merupakan data sekunder time
series dengan periode tahunan dalam kurun waktu 2002-2012 dan data cross
section enam negara yaitu China, Malayasia, Pakistan, Thailand, Hongkong dan
Australia.

18

Tabel 4 Jenis dan sumber data yang digunakan
Data yang Digunakan
Produksi jeruk domestik
Harga jeru