Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Impor Indonesia Dari Uni Eropa Melalui Moda Transportasi Udara

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR
INDONESIA DARI UNI EROPA MELALUI MODA
TRANSPORTASI UDARA

ANANDA GELIMANG KENCANA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang
Memengaruhi Impor Indonesia dari Uni Eropa Melalui Moda Transportasi Udara
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Ananda Gelimang Kencana
NIM H14090070

ABSTRAK
ANANDA GELIMANG KENCANA. Faktor-faktor yang Memengaruhi Impor
Indonesia dari Uni Eropa Melalui Moda Transportasi Udara. Dibimbing oleh
WIDYASTUTIK.
Selama periode tahun 2005-2011, volume impor Indonesia dari negaranegara Uni Eropa melalui moda transportasi udara memiliki trend yang positif.
Namun, di Indonesia masih sedikit yang melalui moda pengangkutan barang
melalui transportasi udara dibandingkan dengan jasa pengangkutan penumpang.
Hal tersebut terjadi karena kualitas infrasktruktur yang belum memadai sehingga
memengaruhi biaya dan waktu dalam melakukan impor. Penelitian ini akan
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi impor Indonesia dari negara-negara
Uni Eropa melalui moda transportasi udara. Variabel-variabel dalam penelitian ini
meliputi variabel ekonomi seperti GDP negara-negara Uni Eropa, GDP Indonesia,
nilai tukar riil, jarak ekonomi, serta variabel non-ekonomi seperti kualitas bandara
Indonesia, stabilitas politik Indonesia dan efektivitas pemerintahan Indonesia.

Hasil estimasi dengan menggunakan pendekatan gravity model menunjukkan
bahwa variabel yang secara signifikan berpengaruh positif adalah GDP negaranegara Uni Eropa, GDP Indonesia, nilai tukar riil, jarak ekonomi dan kualitas
bandara Indonesia, sedangkan variabel efiktivitas pemerintahan Indonesia
berpengaruh negatif secara signifikan.
Kata kunci: impor, moda transportasi udara, gravity model

ABSTRACT
ANANDA GELIMANG KENCANA. The factors Indonesian Import by Air
Transport from European Union. Supervised by WIDYASTUTIK.
During the period of 2005-2011, the amount of Indonesian imports from
EU countries through air transport shows a positive trend. However, Indonesia is
still use less the services of transport of goods by air transportation comparing to
the passenger transport services. This happens because of inadequate quality of
the infrastructure that affect the cost and time of doing import. This study will
analyze the factors that affect Indonesian imports from EU countries through air
transportation. The variables in this study include economic variables such as
GDP of EU countries and Indonesian, the real exchange rate, the economic
distance, as well as non-economic variables such as the quality of the Indonesia's
airport, Indonesia's political stability and effectiveness of the Indonesian
government. The estimation results by using a gravity models indicate that the

variables are significantly positive effect is GDP EU countries, Indonesia's GDP,
the real exchange rate, the economic distance and quality of Indonesian ports,
while the Indonesian government effectiveness variables significantly shows a
negative effect.
Keywords: import, air transportation, gravity models

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPOR
INDONESIA DARI UNI EROPA MELALUI MODA
TRANSPORTASI UDARA

ANANDA GELIMANG KENCANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Memengaruhi Impor Indonesia dari Uni Eropa
Nama
NIM

Melalui Moda Transportasi Udara
: Ananda Gelimang Kencana
: Hl4090070

Disetujui oleh

Widyastutik, M.si
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.

Ketua Departemen

Tanggal Lulus: .14 aAjエLャセカ^@

201S

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013
ini ialah impor, dengan judul Faktor-faktor yang Memengaruhi Impor Indonesia
dari Uni Eropa Melalui Moda Transportasi Udara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Widyastutik, M.Si selaku
pembimbing yang telah memberikan saran serta kritik selama proses penelitian
ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada kepada staf Badan
Pusat Statistik yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa
dan kasih sayangnya. Tidak lupa terima kasih juga penulis sampaikan kepada
Hariz dan teman-teman Ilmu Ekonomi 46 yang selalu memberikan semangat
selama proses penulisan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Ananda Gelimang Kencana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

6

Manfaat Penelitian

6

Ruang Lingkup Penelitian


6

TINJAUAN PUSTAKA

6

Kerangka Pemikiran

8

Hipotesis

10

METODE PENELITIAN

10

Jenis dan Sumber Data


10

Metode Analisis dan Pengolahan Data

10

GAMBARAN UMUM

14

Perkembangan Impor Indonesia dari Uni Eropa

14

Gross Domestic Product (GDP)

16

GDP per Kapita


16

Jarak Geografis

17

Perkembangan Populasi

18

Perkembangan Kualitas Bandara

19

Perkembangan Efektivitas Pemerintahan

19

Perkembangan Stabilitas Politik


20

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

21
266
266
26
277

LAMPIRAN

30

RIWAYAT HIDUP

33

DAFTAR TABEL
1 Volume impor dan volume ekspor Indonesia untuk beberapa negara tujuan
utama Tahun 2012-2013
2
2 Perkembangan impor migas dan non migas Indonesia tahun 2006-2011
15
3 Gross domestic product negara-negara Uni Eropa tahun 2006-2011
16
4 Jarak geografis antara Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa
17
5 Hasil estimasi data panel dengan pendekatan FEM
22
6 Cross-section effect
25

DAFTAR GAMBAR
1 Volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui moda
transportasi udara Tahun 2005-2011
2 Jumlah barang yang dimuat pada penerbangan internasional di Bandara
Utama Indonesia Tahun 2006-2011
3 Kerangka Pemikiran
4 Impor Indonesia menurut golongan penggunaan barang tahun 2006-2011
5 GDP per kapita Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun 2006-2011
6 Jumlah populasi Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun 2006-2011
7 Kualitas bandara Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun
2006-2011
8 Efektivitas pemerintahan Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun
2006-2011
9 Stabilitas politik Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun
2006-2011

3
5
9
15
17
18
19
20
21

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Statistik deskriptif variabel yang digunakan
Kolerasi antar variabel
Hasil uji normalitas
Hasil uji Chow
Cross-section effect
Hasil Estimasi

30
30
31
31
31
32

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perdagangan merupakan kegiatan yang terkait dengan transaksi barang
atau jasa baik di dalam negeri maupun di luar negeri dengan tujuan pemindahan
hak atas barang/jasa tersebut untuk memperoleh imbalan atau kompensasi.
Perdagangan internasional merupakan perdagangan yang dilakukan
oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lainnya atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa individu dengan individu, antara
individu dengan pemerintah negara lain, atau pemerintah suatu negara dengan
pemerintah negara lain. Secara teoritis, dua alasan utama terjadinya perdagangan
internasional yang pertama karena pada dasarnya mereka berbeda satu sama lain,
artinya setiap negara dapat memperoleh keuntungan dengan melakukan sesuatu
yang relatif lebih baik. Kedua, negara-negara yang melakukan perdagangan
memiliki tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam
produksi, artinya jika setiap negara hanya memproduksi sejumlah barang tertentu,
mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar
karena akan lebih efisien dibandingkan jika negara tersebut memproduksi segala
jenis barang.
Perdagangan internasional memberikan manfaat yang cukup banyak,
antara lain dapat memenuhi kebutuhan barang yang tidak dapat diproduksi di
dalam negeri, dapat memperluas pasar sehingga dapat meningkatkan persaingan
pasar di luar negeri, serta dapat mempelajari teknologi modern yang dilakukan
oleh negara lain. Perdagangan internasional dibedakan menjadi dua kegiatan,
yaitu ekspor dan impor. Ekspor merupakan kegiatan jual barang atau jasa ke
negara lain yang dihasilkan oleh suatu negara. Impor ialah sebaliknya, yaitu
kegiatan pembelian barang atau jasa suatu negara yang diperoleh dari luar negara
lain.
Ekspor terjadi karena adanya kelebihan penawaran (supply) domestik,
dimana harga relatif domestik lebih rendah dibandingkan dengan harga di negara
lain. Adanya harga yang lebih tinggi di negara lain, maka penawaran barang
tersebut akan beralih ke pasar internasional yang berupa ekspor. Suatu negara
memproduksi barang dengan jumlah yang lebih banyak dari kebutuhan dalam
negeri, maka negara tersebut dapat mengekspor kelebihan tersebut ke negara lain.
Sedangkan, negara yang tidak mampu memproduksi barang tersebut, dapat
mengimpor dari negara lain.
Kondisi terjadinya ekspor sebagai bagian dari perdagangan internasional,
antara lain: adanya kelebihan dalam negeri sehingga dapat dijual ke luar negeri
dengan kebijakan ekspor; adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk
tertentu; adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan ke luar negeri
dibanding dalam negeri; adanya kebijakan ekspor bersifat politik; serta adanya
pertukaran produk tertentu dengan produk lain yang tidak dapat diproduksi di
dalam negeri.

2
Tabel 1 Volume impor dan volume ekspor Indonesia untuk beberapa negara
tujuan utama tahun 2012-2013
Volume Impor
Volume Ekspor
Negara Asal
2012
2013
2012
2013
Cina
14 460.6
14 145.3
214 891.2
284 601.8
Amerika Serikat
6 097.5
6 180.5
3 783.4
5 684.7
Jepang
4 765.1
5 106.3
56 240.4
57 892.4
Uni Eropa
4 151.1
4 108.1
20 598.8
18 140.3
Singapura
19 163.0
19 537.9
18 141.2
21 530.3
Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

Tabel 1 disajikan data volume impor dan volume ekspor Indonesia terhadap
beberapa negara tujuan utama. Selama kurun waktu 2012-2013, ekspor Cina dari
Indonesia meningkat sebesar 32.44 persen. Sedangkan ekspor negara-negara Uni
Eropa menurun sebesar 11.94 persen. Ekspor Amerika Serikat, Jepang dan
Singapura meningkat berturut-turut sebesar 1.36 persen, 7.16 persen dan 1.96
persen. Penurunan kinerja perdagangan Indonesia dengan negara-negara Uni
Eropa ini menarik untuk dikaji.
Pada tahun 2013 kontribusi negara-negara Uni Eropa terhadap impor ke
Indonesia sebesar 2.91 persen dari total volume impor berdasarkan negara tujuan
utama. Sedangkan ekspor Indonesia yang berasal dari negara-negara Uni Eropa
memberikan kontribusi sebesar 12.86 persen (BPS, 2015). Hal tersebut terjadi
karena Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa mempunyai hubungan baik
dalam kerjasama perdagangan. Bagi Indonesia, Uni Eropa merupakan tujuan
ekspor terbesar ke-2 setelah Jepang dan sumber impor terbesar ke-4. Sedangkan
bagi Uni Eropa, Indonesia merupakan sumber impor terbesar ke-19 dan tujuan
ekspor terbesar ke-35. Uni Eropa memberikan pengaruh yang besar terhadap
kondisi perkembangan pererkonomian Indonesia. Pada bidang ekonomi, dikatakan
bahwa Uni Eropa tercatat sebagai mitra dagang terbesar ketiga Indonesia pada
tahun 2011. Pada bidang investasi, Uni Eropa merupakan sumber investasi
terbesar kedua bagi Indonesia. Karena itu, hubungan perdagangan antara
Indonesia dengan Uni Eropa menjadi penting.
Perdagangan internasional tidak terlepas dari peran sektor transportasi
dalam kegiatan perdagangan internasional baik impor maupun ekspor.
Transportasi merupakan salah satu penunjang dalam kegiatan perdagangan
internasional. Menurut Morlok (1984), fungsi transportasi yaitu untuk
memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan sistem tertentu untuk tujuan tertentu. Transportasi dapat menjamin
kelancaran lalu lintas barang serta dapat menjamin kepemilikan atas barang.
Pengiriman kargo melalui angkutan udara dalam kurun waktu 1997-2004
meningkat sebesar 10 persen per tahun. Menurut Hubner dan Sauve (2001), hal ini
menunjukkan bahwa kargo udara memberikan kontribusi sebesar sepertiga dari
seluruh nilai perdagangan barang di dunia. Transportasi udara merupakan
transportasi yang paling efektif jika dibandingkan dengan transportasi lainnya.
Transportasi udara dapat menempuh jarak yang sangat jauh dengan waktu tempuh
yang singkat. Sebagian besar pengguna jasa transportasi kargo udara karena
pengguna membutukan kecepatan waktu sampainya barang ke tangan pembeli.

3
Selama periode tahun 2005-2011 volume impor Indonesia dari negaranegara Uni Eropa melalui moda transportasi udara memiliki trend yang positif.
Volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa menggunakan moda
transportasi udara meningkat sebesar 3.89 persen pada tahun 2010-2011. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pentingnya moda transportasi udara terhadap
perdagangan impor Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa. Selain itu, kondisi
tersebut menunjukkan tingginya potensi perdagangan Indonesia yang
menggunakan moda transportasi udara. Gambar 1 memperlihatkan volume impor
Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui moda transportasi udara.

50
50,000,000
45
45,000,000

Juta (ton)

40
40,000,000
35
35,000,000
30
30,000,000
25
25,000,000
20
20,000,000
15
15,000,000
10
10,000,000
5,000,0005
-2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Tahun
Gambar 1 Volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui moda
transportasi udara tahun 2005-2011
Sumber: Badan Pusat Statistik 2012, diolah

Dengan demikian, perlu dilakukan analisis mengenai variabel-variabel yang
menjadi faktor utama dan berpengaruh signifikan terhadap volume impor
Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui jasa transportasi udara. Hal ini
perlu dilakukan untuk merumuskan kebijakan yang sesuai dan tepat melalui
peningkatan atas faktor-faktor yang signifikan terhadap perdagangan melalui jasa
transportasi udara. Analisis yang dilakukan meliputi variabel ekonomi yaitu GDP
pengeskpor, GDP pengimpor, jarak ekonomi, nilai tukar serta variabel nonekonomi seperti kualitas bandara pengimpor, stabilitas politik pengimpor dan
efektivitas pemerintahan pengimpor.

4
Perumusan Masalah
Impor merupakan cermin kedaulatan ekonomi bagi suatu negara. Alasan
suatu negara melakukan impor yaitu mengalami defisiensi, artinya negara tersebut
mengalami kekurangan/kegagalan dalam memproduksi barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Impor yang selalu meningkat tiap tahunnya
akan berdampak buruk bagi perekonomian Indonesia. Kondisi ini memerlukan
kebijakan yang tepat untuk mengatasinya.
Uni Eropa merupakan sumber impor terbesar bagi Indonesia dari total impor
setelah negara-negara ASEAN, Jepang, dan China. Bagi Uni Eropa, salah satu
negara tujuan ekspor terbesar yakni Indonesia. Walaupun pada tahun 2000 sempat
mengalami penurunan, jumlah impor yang berasal dari Uni Eropa mengalami
peningkatan dalam kurun waktu tahun 2005 sampai 2011. Komoditas yang
diekspor Uni Eropa ke Indonesia, meliputi mesin, elektronik, produk kimia, serta
produk-produk yang relatif menggunakan teknologi canggih. Komoditas tersebut
merupakan bahan baku/penolong dan bahan modal. Impor barang baku/penolong
serta bahan modal memiliki peranan yang sangat penting dalam memenuhi
permintaan dalam negeri atas barang-barang yang pasokannya tidak diproduksi di
dalam negeri atau tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Di samping itu,
impor penting untuk dilakukan apabila harga bahan baku di dalam negeri mahal
karena hal ini akan berdampak pada tidak kompetitifnya produk suatu di pasar
internasional sehingga daya saing produk ekspor negara tersebut rendah. Oleh
sebab itu, impor tidak kalah penting dibandingkan dengan ekspor karena impor
pun dapat merangsang perekonomian apabila didukung dengan kebijakan yang
tepat dan sesuai.
Pada tahun 2009, impor Indonesia dari Uni Eropa sekitar 8.96 persen dari
total impor seluruh dunia. Uni Eropa sangat potensial dalam meningkatkan
teknologi, inovasi dan tenaga ahli di Indonesia. Dalam memberikan fasilitas
hubungan perdagangan antara Indonesia dengan Uni Eropa, maka pemerintah
melakukan forum bilateral seperti Working Group on Trade and Investment
(WGTI), Long Term Vision Indonesia-Uni Eropa (LTV), dan European UnionIndonesia Business Dialogue (EIBD) untuk meningkatkan kerjasama bilateral
pada bidang perdagangan.
Sebagian besar barang impor dari negara-negara Uni Eropa diangkut
melalui moda transportasi laut. Masih sedikit yang menggunakan jasa transportasi
udara. Perkembangan penggunaan jasa pengangkutan barang melalui transportasi
udara untuk pasar internasional pada tahun 2010, masih belum signifikan jika
dibandingkan dengan pengangkutan penumpang. Hal tersebut terjadi akibat
tingginya biaya angkut yang disebabkan karena angkutan yang selalu satu arah
yaitu berangkat saja, sehingga menurunkan daya saing produk.
Jumlah barang yang dimuat pada penerbangan internasional di bandara
utama Indonesia, yaitu Bandara Soekarno-Hatta, Ngurah Rai, dan Juanda
mengalami peningkatan pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Bandara Utama Soekarno-Hatta meningkat sebesar 10.12 persen dalam kurun
waktu tahun 2006-2011. Urutan pertama yang mengalami peningkatan jumlah
barang yang dimuat pada penerbangan internasional yang tinggi yaitu Bandara
Polonia sebesar 28.54 persen. Disusul oleh Bandara Juanda sebesar 23.92 persen.

5
Data jumlah barang yang dimuat pada penerbangan internasional di Bandara
Utama Indonesia Tahun 2006-2011 selengkapnya disajikan pada Gambar 2.
140

Ribu (ton)

120
100
80

Soekarno Hatta

60

Ngurah Rai

40

Juanda

20

Polonia

2006 2007 2008 2009 2010 2011

Tahun
Gambar 2 Jumlah barang yang dimuat pada penerbangan internasional di
Bandara Utama Indonesia Tahun 2006-2011
Sumber : PT (Persero) Angkasa Pura I dan II, 2012

Bandara Ngurah Rai mengalami penurunan jumlah barang sebesar 0.88
persen selama tahun 2006-2011. Pengiriman barang melalui jasa transportasi
udara mengalami perkembangan yang cukup besar karena banyak perusahaan
yang lebih memilih pengiriman barang-barangnya diangkut melalui jasa
transportasi udara. Penggunaan jasa pengangkutan transportasi udara merupakan
pilihan utama karena diperlukan waktu yang singkat untuk menempuh jarak yang
jauh.
Sebuah sistem pengangkutan barang dalam perdagangan internasional
dapat dikatakan efektif dan efisien jika dipengaruhi oleh teknologi yang memadai,
kondisi infrastruktur yang baik dari bandara negara pengekspor maupun negara
pengimpor, serta kebijakan ekonomi dan transportasi apa yang dianut oleh negara
tersebut. Pada transportasi udara, barang yang dapat diangkut menggunakan jasa
ini dimana media yang digunakan adalah pesawat terbang, maka karakteristiknya
berupa barang dalam kemasan kecil dan dikirim melalui proses konsolidasi
dengan kontainer udara dan memerlukan pengamanan yang lebih tinggi.
Meskipun barang yang diangkut melalui moda transportasi udara relatif kecil,
namun baik perdagangan dalam negeri maupun luar negeri, barang yang diangkut
memiliki nilai yang meningkat setiap tahunnya. Namun, fasilitas penanganan
kargo di Indonesia masih terbatas. Contohnya, kondisi penanganan kargo di
bandara Soekarno Hatta sudah tidak memadai jika dibandingkan dengan volume
barang yang masuk. Kondisi tersebut mengakibatkan sering terjadi kargo
diletakkan di luar gudang dengan risiko kehilangan ataupun kerusakan.
Perdagangan melalui transportasi udara tidak hanya dipengaruhi oleh
variabel ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh variabel non-ekonomi yang terkait.
Variabel non-ekonomi dalam gravity model biasanya bersifat saling mengisi dan
melengkapi, dan pada umumnya mencerminkan indikator sosial-politik. Hal inilah

6
yang membedakan gravity model dengan model-model ekonomi lainnya
(Areethamsirikul, 2006).
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor apa yang
memengaruhi impor Indonesia dari Uni Eropa melalui moda transportasi udara?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi impor
Indonesia yang diangkut melalui jasa transportasi udara dari beberapa negara Uni
Eropa.
Manfaat Penelitian

1.

2.

3.

Manfaat dilakukan penelitian ini sebagai berikut:
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
dan pemahaman mengenai permasalahan impor Indonesia melalui jasa
pengangkutan udara.
Bagi pemerintah dan lembaga atau pihak terkait, penelitian ini diharapkan
dapat menjadi informasi dan masukan untuk perumusan kebijakan dalam
perdagangan, khususnya pada impor sehingga didapatkan manfaat dari
perdagangan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian

Fokus penelitian ini ialah untuk mengidentifikasi dampak dari variabelvariabel, baik dalam bidang ekonomi maupun non-ekonomi terhadap impor di
Indonesia. Impor yang dimaksud pada penelitian ini yang berasal dari beberapa
negara Uni Eropa, yaitu Belgia, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Italia,
Belanda, Spanyol, Swedia, dan Inggris. Sedangkan, 17 negara Uni Eropa lainnya
tidak dimasukkan karena memiliki persentase impor yang kecil. Penelitian ini
hanya membahas tentang impor ke Indonesia dengan melalui moda transportasi
udara.
TINJAUAN PUSTAKA
Perdagangan internasional merupakan perdagangan yang dilakukan antar
suatu negara dengan negara lainnya atas dasar saling percaya dan menguntungkan
bagi satu sama lain. Perdagangan internasional menjadi salah satu faktor untuk
meningkatkan pendapatan domestik suatu negara. Perdagangan internasional akan
mendorong industrialisasi, proses peningkatan kualitas teknologi, serta
peningkatan dalam sektor ekonomi, sosial, dan politik.
Faktor-faktor pendorong suatu negara dalam melakukan perdagangan
internsional, diantaranya untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat diproduksi
di dalam negeri; untuk meningkatkan pendapatan negara; terdapat kelebihan

7
produksi produk dalam negeri sehingga perlu menjual ke negara lain; serta
terdapat perbedaan iklim, sumber daya alam, budaya, penduduk, dan teknologi
sehingga terdapat perbedaan hasil produksi.
Perdagangan internasional dapat dilakukan melalui kegiatan ekspor maupun
impor. Kegiatan suatu negara menjual barang atau jasa ke negara lain disebut
ekspor. Sedangkan kegiatan membeli barang maupun jasa dari negara lain disebut
impor. Suatu negara akan melakukan ekspor jika mengalami kelebihan produksi
dalam negeri, sehingga harus menjual ke negara lain. Suatu negara akan
melakukan impor, jika negara tersebut kekurangan dalam menyediakan kebutuhan
domestik, sehingga harus membeli dari negara lain.
Pemerintah melakukan impor bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
domestik yang tidak bisa diproduksi di dalam negeri, baik berupa barang maupun
jasa. Impor dilakukan dengan memasukkan produk luar negeri dengan risiko
mengeluarkan valuta asing dari dalam negeri. Sehingga jika impor dilakukan
secara terus menerus maka cadangan devisa negara tersebut habis yang
mengakibatkan perekonomian negara tersebut akan mengalami penurunan.
Sebagian besar penelitian yang bertujuan untuk menganalisis perdagangan
antar negara pada umumnya permintaan impor dibentuk oleh variabel GDP baik
negara pengimpor maupun pengekspor, jumlah populasi negara pengimpor dan
negara pengekspor, jarak ekonomi antar kedua negara, serta kualitas dari bandara.
Beberapa penelitian juga menggunakan variabel efektivitas pemerintahan dan
stabilitas politik negara pengimpor dalam model estimasinya.
Variabel GDP pada sebagian besar penelitian mempunyai pengaruh positif
terhadap permintaan impor di suatu negara. GDP negara pengekspor dapat
meningkatkan perdagangan karena adanya peningkatan output sehingga ekspor
yang dilakukan besar. Namun, apabila output meningkat tetapi tidak ada kegiatan
ekspor, maka barang yang dihasilkan masih memenuhi pasar dalam negeri. GDP
negara pengimpor memiliki hubungan positif dengan daya beli masyarakat. Jika
pendapatan negara importer tinggi, maka akan meningkatkan permintaan barangbarang impor di negara tersebut.
Variabel yang sering digunakan selain GDP, yaitu jarak ekonomi. Jarak
ekonomi berdasarkan jarak antar ibukota negara pengekspor dengan ibukota
negara pengimpor yang dibagi dengan GDP negara pengekspor kemudian
dikalikan total GPD negara pengekspor. Menurut Jayangsari (2006), jarak dapat
meningkatkan biaya transaksi perdagangan internasional baik barang maupun jasa.
Semakin jauh jarak antar suatu negara dengan negara lainnya, maka semakin
besar biaya transportasi perdagangan yang dilakukan, sehingga perdagangan
menjadi menurun.
Dalam perdagangan internasional dengan menggunakan jasa transportasi,
baik melalui laut maupun udara, dibutuhkan kualitas bandara yang baik. Kualitas
dari bandara dapat dikatakan sebagai indikator penting dalam perdagangan
internasional. Berdasarkan penelitian Wilson et al (2003) dalam Zahidi (2012)
menunjukkan bahwa variabel kualitas infrastruktur pelabuhan memiliki pengaruh
positif terhadap aliran perdagangan.
Selain menggunakan variabel ekonomi, perekonomian suatu negara dapat
juga dipengaruhi oleh variabel-variabel non-ekonomi, seperti variabel efektivitas
pemerintahan dan stabilitas politik di suatu negara.

8
Efektifitas pemerintahan merupakan salah satu prinsip dari good
governance. Efektifitas pemerintah dapat menunjukkan kualitas pemerintah dalam
menyediakan pelayanan publik, efisiensi birokrasi, kualitas dalam perumusan
kebijakan dan pelaksanaannya, serta kredibilitas pemerintah terhadap kebijakan
tersebut.
Dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang memengaruhi
impor di seluruh kawasan (ASEAN+6 dan non ASEAN+6) yang dilakukan oleh
Wulandari (2012), diketahui bahwa hanya variabel GDP riil yang mempunyai
pengaruh positif terhadap impor. Variabel lainnya seperti nilai tukar riil dan
volatilitas nilai tukar riil tidak berpengaruh secara signifikan terhadap impor.
Hasil yang didapat pada penelitian yang menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi aliran perdagangan impor bawang merah dan kentang di Indonesia
yang dilakukan oleh Manik (2012) yaitu variabel yang memiliki pengaruh positif
terhadap perdagangan impor diantaranya variabel GDP negara pengekspor, GDP
negara pengimpor, dan jarak ekonomi. Pada penelitian yang menggunakan
Gravity Model ini didapatkan variabel nilai tukar berpengaruh tidak signifikan
terhadap impor.
Hasil penelitian Jayangsari (2006) tentang menganalisis dampak trade
facilitation terhadap perdagangan bilateral Intra-ASEAN menunjukkan variabel
GPD negara pengekspor, GPD negara pengimpor, populasi pengekspor
transparansi indeks, tarif, MRAs dan jarak berpengaruh positif terhadap impor
antar negara.
Walsh (2007) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
memengaruhi impor dan mengestimasi hambatn non-tarif pada sektor-sektor jasa,
seperti total service imports, travel service, transport services,government service,
dan commercial services di negara-negara OECD dengan menggunakan Gravity
Model. Hasil penelitiannya menunjukkan variabel GDP per kapita baik negara
pengekspor maupun negara pengimpor serta bahasa berpengaruh positif terhadap
impor antar negara.
Penelitian dengan tema yang sama dilakukan oleh Napitupulu (2007) yang
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan beras IntraASEAN dengan menggunakan metode Gravity Model. Variabel-variabel yang
mempunyai pengaruh positif terhadap aliran perdagangan yaitu GPD negara
pengekspor, populasi negara pengimpor, konsumsi beras negara pengeskpor,
konsumsi beras negara pengimpor dan nilai tukar terhadap USD negara
pengimpor.
Kerangka Pemikiran
Hubungan perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa menunjukkan hasil
yang baik dari tahun ke tahun. Namun, hubungan tersebut memiliki hambatan,
salah satunya yaitu buruknya infrastruktur Indonesia. Volume jasa angkutan
transportasi udara semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tetapi, kondisi tersebut
tidak diikuti dengan peningkatan kualitas dan fasilitas yang diberikan untuk
pengguna jasa transportasi udara.
Kondisi gudang penanganan kargo di bandara sudah tidak memadai jika
dibandingkan dengan volume barang yang masuk, sehingga kargo diletakkan di
luar gudang yang rawan terhadap risiko kehilangan ataupun kerusakan. Sehingga,

9
perlu diidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi volume impor barang
Indonesia dari negara-negara Uni Eropa melalui moda transportasi udara. Untuk
menganalisisnya, berikut disajikan ilustrasi kerangka pemikiran penelitian.

Perdagangan barang Indonesia dengan negara-negara Uni
Eropa

Melalui moda jasa transportasi udara

Jasa pengangkutan barang melalui transportasi udara
belum signifikan

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi volume impor
perdagangan melalui jasa pengangkutan transprtasi udara

Variabel ekonomi:

Variabel non-ekonomi:

1. GDP
2. Jarak ekonomi
3. Nilai tukar riil

1. Kualitas bandara
2. Efektivitas pemerintahan
3. Stabilitas politik

Metode Gravity Model

Implikasi kebijakan

Gambar 3 Kerangka Pemikiran

10
Hipotesis
Dari tinjauan pustaka, dapat ditarik hipotesis faktor-faktor yang
memengaruhi impor suatu negara dan pengaruhnya adalah sebagai berikut:
1. GDP negara pengekspor (Uni Eropa) diduga berpengaruh positif terhadap
volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa.
2. GDP negara pengimpor (Indonesia) diduga berpengaruh positif terhadap
volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa.
3. Jarak ekonomi antar Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa diduga
berpengaruh negatif terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara
Uni Eropa.
4. Nilai tukar negara-negara Uni Eropa terhadap Indonesia diduga
berpengaruh positif terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara
Uni Eropa.
5. Kualitas bandara negara pengimpor diduga berpengaruh positif terhadap
volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa.
6. Stabilitas politik negara pengimpor diduga berpengaruh positif terhadap
volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa.
7. Efektivitas pemerintahan negara pengimpor diduga berpengaruh positif
terhadap volume impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya Badan Pusat Statistik (BPS),
Worldbank, timeanddate.com, Worldwide Governance Indicators dan World
Economic Forum. Selain itu, data juga diperoleh dari penelusuran internet dan
literatur terkait.
Jenis data yang digunakan untuk diolah merupakan data panel (pooled data)
dengan data penampang lintangnya adalah 10 negara Uni Eropa sebagai
pengekspor barang yang diangkut melalui transportasi udara ke Indonesia dan
data deret waktu tahunan dari tahun 2006 sampai tahun 2011. Negara-negara Uni
Eropa yang dimaksud ialah Belgia, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Italia,
Belanda, Spanyol, Swedia dan Inggris. Jenis data meliputi data GPD per kapita
riil Indonesia dan negara-negara Uni Eropa, populasi Indonesia dan negara-negara
Uni Eropa, jarak ekonomi, kualitas Bandara negara-negara Uni Eropa, dan
efektivitas pemerintahan Indonesia.
Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Gravity Model.
Gravitiy Model digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor apa yang
memengaruhi volume impor barang Indonesia melalui moda transportasi udara
periode tahun 2006-2011. Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan
software komputer, yaitu Microsoft Excel 2007 dan Eviews 6.

11
Gravity Model
Gravity Model dapat menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi volume
impor barang Indonesia melalui moda transportasi udara periode tahun 20062011. Gravity Model merupakan bagian dari data panel atau pooled data. Data
panel merupakan kombinasi dari data deret waktu dan kerat lintang; hasil
observasi terhadap sekumpulan objek pada sepanjang kurun waktu tertentu
(Firdaus, 2011).
Variabel yang diduga memengaruhi volume impor barang Indonesia yang
diangkut melalui moda transportasi udara dari negara-negara Uni Eropa, yaitu
pendapatan riil per kapita negara-negara Uni Eropa, pendapatan riil per kapita
Indonesia, jumlah populasi negara-negara Uni Eropa, jumlah populasi Indonesia,
kualitas bandara negara-negara Uni Eropa, dan efektifitas pemerintahan
Indonesia.
Dengan demikian, model ekonometrika untuk faktor-faktor yang
memengaruhi volume impor barang yang diangkut melalui moda transportasi
udara di Indonesia adalah sebagai berikut:
lnIMPijt = ß0 + ß1lnGDPit + ß2lnGDPINDjt + ß3lnJREKij + β4lnXRATEijt +
ß5lnQOTINDjt + β6lnSTABPOLINDjt + β7lnEFEKPEMINDjt + ԑijt
Dimana :
ß0
ß1 – ß7
IMPijt
GDPit
GDPINDjt
JREKij
XRATEijt
QOTINDjt
STABPOLINDjt
EFEKPEMINDjt
ԑ

= Intersep
= Koefisien variabel-variabel independen yang akan diuji
secara statistik dan ekonometrik
= Volume impor barang melalui moda transportasi udara
Indonesia dari negara-negara Uni Eropa (kg)
= GDP (Gross Domestic Product) negara-negara Uni Eropa
(US$)
= GDP (Gross Domestic Product) Indonesia (US$)
= Jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara-negara
Uni Eropa (km)
= Nilai tukar riil Indonesia terhadap negara-negara Uni
Eropa (US$/Rp)
= Kualitas bandara Indonesia
= Stabilitas politik Indonesia
= Efektivitas pemerintahan Indonesia
= error

Model yang dirumuskan menggunakan beberapa variabel yang merupakan
hasil kalkulasi dari beberapa data. Penjelasan variabel-variabel tersebut adalah
sebagai berikut:
1.

Jarak Ekonomi (JREK)

Penggunaan jarak ekonomi untuk melihat faktor jarak terhadap aliran
perdagangan, baik ekspor maupun impor. Menurut Li et al. (2008) variabel jarak
ekonomi dibentuk dari persamaan berikut:

12
Jarak ekonomi = Jarak geografi ×
2.

∑ GDP
GDP

Nilai Tukar Riil (XRATE)

Nilai tukar riil diperoleh dengan mengalikan nilai tukar nominal (NER) dan
rasio tingkat harga, dimana tingkat harga disini merupakan tingkat harga di dalam
negeri dengan tingkat harga di luar negeri. Nilai tukar riil menunjukkan tingkat
harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan
perdagangan. Nilai tukar riil dapat dirumuskan sebagai berikut:

����� = ��� ×

IHK
IHK

Analisis Data Panel
Penggunan metode data panel memiliki keuntungan tersendiri
dibandingkan dengan menggunakan data time series atau data cross section saja.
Data panel merupakan data yang menggabungkan data time series dan cross
section, sehingga jumlah observasi menjadi lebih besar. Dengan menggunakan
data panel dapat mengurangi masalah indentifikasi dan mampu mengatasi
heterogenitas individu. Metode estimasi dengan menggunakan data panel
dilakukan melalui tiga pendekatan, diantaranya:
1. Pendekatan Pooled Least Square (PLS)
PLS merupakan pendekatan yang paling sederhana yang menggabungkan
seluruh data, dimana N x T observasi, N menunjukkan jumlah cross
section, sedangkan T menunjukkan jumlah time series. Sehingga
persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
Yit = ɑit + ßXit + εit
dimana :
Yit
= variabel endogen (dependent variable)
Xit
= variabel eksogen (independent variable)
ɑ
= intersep yang konstan antar periode waktu dan individu
ß
= slope
= individu ke-i
i
= periode waktu ke-t
t
ε
= error
2. Pendekatan Fixed Effect Model (FEM)
Pendekatan ini memasukkan dummy variable, sehingga pendekatan ini
disebut dengan Least Square Dummy Variable (LSDV). Fixed Effect
Model dapat mengatasi masalah yang sulit dilakukan oleh metode PLS,
yaitu dengan asumsi koefisien slope konstan dengan intersep yang berbeda
antar individu tetapi intersep periode waktu konstan.

13
Dengan menggunakan metode estimasi ini dapat mengurangi derajat
kebebasan yang juga akan mengurangi efisiensi dari parameter yang akan
disetimasi.
3. Pendekatan Random Effect Model (REM)
Metode ini mengasumsikan koefisien slope yang konstan dengan intersep
yang berbeda antara individu dengan periode waktu. Random Effect Model
disebut juga error component model, karena pada model ini parameter
yang berbeda antar individu maupun periode waktu dimasukkan ke dalam
error. Selain itu, pendekatan ini dapat mengurangi derajat kebebasan,
bukan menghilangkan seperti pada fixed effect.
Pemilihan Model
Pemilihan model ini dilakukan untuk memilih model yang paling tepat
untuk digunakan dalam pengolahan data. Terdapat beberapa pengujian yang dapat
dilakukan, antara lain:
1. Uji Chow
Uji ini juga disebut dengan Uji-F yang digunakan untuk memilih antara
model PLS atau LSDV. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesisi sebagai
berikut:
H0 : PLS
H1 : LSDV
Jika nilai-p pada PLS lebih kecil dari alpha 5% atau 10%, maka dapat
dilakukan penolakan terhadap H0 sehingga yang dipilih adalah model
LSDV, dan sebaliknya.
2. Uji Haussman
Uji ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam memilih apakah
model LSDV atau REM dengan hipotesis:
H0 : REM
H1 : LSDV
Jika nilai-p pada REM lebih kecil dari alpha 5% atau 10%, maka dapat
dilakukan penolakan terhadap H0 sehingga yang dipilih adalah model
LSDV, dan sebaliknya.
3. Uji LM (Breusch-Pagan)
Jika pada Uji Chow dan Uji Haussman menunjukkan hasil yang sama,
maka uji ini tidak perlu dilakukan. Namun jika perlu dilakukan, maka uji
ini digunakan untuk memilih model REM atau PLS. Hipotesisnya:
H0 : PLS
H1 : REM
Jika nilai LM lebih besar dari χ2- tabel (chi-square) maka sudah cukup
bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0 sehingga model REM yang
dipilih, dan sebaliknya.

14
Pengujian Asumsi Klasik
1. Uji Kenormalan
Uji kenormalan dilakukan untuk mengetahui apakah error term
mengikuti distribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan Jarque
Bera Test, dengan hipotesis:
H0 : Residual berdistribusi normal
H1 : Residual tidak berdistribusi normal
Dasar penolakan H0 yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas dari
Jarque Bera dengan alpha 5%, jika lebih besar maka cukup bukti H0
ditolak yang artinya residual berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji ini dilakukan untuk memastikan tidak ada hubungan linear antara
variabel independen/bebas. Uji ini dapat dilihat dari hasil t dan F statistik
hasil regresi. Jika diketahui terdapat koefisien parameter dari t statistik
yang tidak siginfikan sedangkan F hitungnya signifikan maka dapat
diduga terdapat multikolinearitas pada model tersebut. Menghilangkan
masalah multikolinearitas dapat menghilangkan variabel yang tidak
signifikan, menambahkan variabel lain atau dengan mentrnsformasi data.
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan asumsi penting dalam regresi linear
berganda yang harus dipenuhi, yaitu Var (ui) = ��2 (konstan) atau
dikatakan semua residual mempunyai varian yang sama disebut
homoskedastisitas. Sedangkan heteroskedastisitas sebaliknya, jika semua
residual mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah. Hal tersebut
dapat diketahui dengan melihat nilai sum squared resid weigthed lebih
kecil dari nilai sum squared resid unweighted maka dikatakan model
tersebut sudah homoskedastisitas.
4. Uji Autokolerasi
Autokolerasi pada suatu model dapat menyebabkan model tersebut tidak
efisien meskipun masih tidak bias dan konstan. Masalah autokolerasi
dapat diketahui dengan melihat nilai Durbin Watson (DW) lebih dari 1,5
atau mendekati 2, maka dapat dikatakan tidak ada autokorelasi.

GAMBARAN UMUM
Perkembangan Impor Indonesia dari negara-negara Uni Eropa
Impor Indonesia selama tahun 2006-2011 menunjukkan trend yang positif.
Pada tahun 2011, nilai impor migas Indonesia memberikan peranan sebesar 22.95
persen dari total impor Indonesia dan mencapai US$ 40 685.8 juta. Nilai impor
non-migas Indonesia mencapai US$ 136 613.5 juta dan memberikan peranan
sebesar 77.05 persen terhadap total impor Indonesia. Tabel 2 menyajikan data
perkembangan impor migas dan non migas Indonesia periode tahun 2006-2011.

15
Tabel 2 Perkembangan impor migas dan non migas Indonesia tahun 2006-2011
Nilai (Juta US$)
Persentase (Persen)
Tahun
Migas
Non Migas
Migas
Non Migas
2006
18 962.9
42 102.6
31.05
68.95
2007
21 879.6
52 523.1
29.41
70.59
2008
26 202.8
75 485.1
25.77
74.23
2009
13 138.2
55 192.7
19.23
80.77
2010
27 412.7
108 250.6
20.21
79.79
2011
40 685.8
136 613.5
22.95
77.05
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah

Selama kurun waktu tahun 2006-2011 impor migas memberikan kontribusi
yang lebih kecil dibandingkan dengan impor non migas. Rata-rata impor migas
Indonesia sebesar 23.98 persen, sedangkan impor non migas sebesar 76.02 persen
pada periode 2006-2011. Dilihat dari nilainya, impor Indonesia didominasi oleh
impor non migas, dapat disimpulkan bahwa perekonomian Indonesia selama ini
masih bertumpu pada impor sektor non migas.

2%

6%
Barang Konsumsi
Bahan Baku dan Barang
Penolong
Barang Modal

92%

Gambar 4 Impor Indonesia menurut golongan penggunaan barang tahun 20062011
Sumber: Badan Pusat Statistik 2013, diolah

Gambar 4 memperlihatkan bahwa persentase impor Indonesia selama
periode tahun 2006-2011 sebesar 6 persen untuk barang konsumsi, 2 persen untuk
barang modal dan 92 persen untuk bahan baku dan penolong. Hal ini
menunjukkan bahwa impor Indonesia didominasi oleh impor untuk bahan baku
dan penolong.

16
Gross Domestic Product (GDP)
GDP Indonesia dan negara-negara Uni Eropa menunjukkan trend yang
meningkat selama kurun waktu tahun 2006-2011. Negara yang mempunyai GDP
tertinggi jika dibandingkan dengan negara lain yaitu Jerman. Sedangkan,
Finlandia merupakan negara yang memiliki GDP terendah dibandingkan dengan
negara-negara Uni Eropa lainnya. GDP Indonesia dan negara-negara Uni Eropa
selengkapnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Gross domestic product negara-negara Uni Eropa tahun 2006-2011
Negara
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Indonesia
364 571
432 217
510 244
539 580
709 191
845 932
Belgia
410 678
472 284
520 109
485 804
484 404
528 238
Denmark
282 962
319 500
352 589
319 764
319 812
341 498
Perancis
2 324 893 2 662 976 2 923 574 2 693 665 2 646 837 2 862 680
Jerman
2 998 466 3 435 507 3 747 055 3 412 770 3 412 009 3 752 110
Finlandia
216 541
255 371
283 753
251 484
247 800
273 674
Spanyol
1 264 487 1 479 266 1 635 049 1 498 984 1 431 588 1 494 598
Belanda
719 376
833 148
931 328
858 033
836 390
893 757
Italia
1 943 431 2 203 972 2 391 963 2 186 107 2 126 620 2 278 230
Inggris
2 582 816 2 963 265 2 791 855 2 308 926 2 407 933 2 591 846
Swedia
420 029
487 818
513 966
429 656
488 378
563 110
Sumber: World Bank 2012, diolah

Beberapa negara Uni Eropa mengalami penurunan GDP pada tahun 2010
yaitu Belgia, Perancis, Jerman, Finlandia, Spanyol, Belanda dan Italia. Penurunan
GDP terbesar pada tahun 2010 dialami oleh Spanyol sebesar 67 396 juta US$.
Sedangkan, Jerman merupakan negara yang mengalami penurunan GDP terkecil
tahun 2010 yaitu sebesar 761 juta US$. Kondisi tersebut terjadi karena kondisi
perekonomian negara-negara Uni Eropa mengalami tekanan terutama pada sektor
keuangan pemerintah yang berupa defisit anggaran yang semakin membesar dan
hutang yang semakin meningkat. Namun, pada tahun 2011, GDP negara-negara
Uni Eropa mengalami peningkatan serta tumbuh positif.
GDP per Kapita

GDP per kapita Indonesia dan negara-negara Uni Eropa dari tahun 2006
hingga tahun 2011 menunjukkan trend yang meningkat. Denmark merupakan
negara yang mempunyai GDP per kapita tertinggi yang mencapai US$ 61 303 di
tahun 2011. Swedia dan Belanda merupakan negara dengan GDP per kapita
tertinggi kedua dan ketiga secara berturut-turut dengan nilai US$ 59 593 serta
US$ 53 541 pada tahun yang sama. GDP per kapita secara lengkap dijelaskan pda
Gambar 5.

17
70,000
60,000

US$

50,000
40,000
30,000
20,000
10,000

2006

2007

2008 2009
Tahun

2010

2011

Belgia
Denmark
Perancis
Jerman
Finlandia
Spanyol
Belanda
Italia
Inggris
Swedia
Indonesia

Gambar 5 GDP per kapita Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun 20062011
Sumber: World Bank 2012, diolah

Semua negara Uni Eropa pada Gambar 5 mengalami penurunan pada
kurun waktu tahun 2008. Sedangkan, pada tahun 2009 negara yang mengalami
peningkatan GDP per kapita hanya Jerman sebesar US$ 55, negara Inggris sebesar
US$ 1 288, Swedia sebesar US$ 5 869, serta Indonesia sebesar US$ 94.
Jarak Geografis
Negara yang memiliki jarak terjauh dengan Indonesia adalah Spanyol
sejauh 12 187 km. Inggris merupakan negara terjauh kedua dengan jarak sebesar
11 710 km. Sedangkan, negara paling dekat dengan Indonesia yaitu Finlandia
dengan 10 146 km. Pada Tabel 4 disajikan data jarak geografis anatara Indonesia
dengan negara-negara Uni Eropa periode tahun 2006-2011.
Tabel 4 Jarak geografis antara Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa
Negara
Jarak Geografis (kilometer)
Belgia
11 411
Denmark
10 834
Perancis
11 580
Jerman
10 779
Finlandia
10 146
Spanyol
12 187
Belanda
11 356
Italia
10 822
Inggris
11 710
Swedia
10 519
Mean
11 134
Sumber: www.timeanddate.com, 2012

18
Dilihat pada Tabel 4, nilai rata-rata dari jarak antara Indonesia dengan
negara-negara Uni Eropa sebesar 11 134 km. Terdapat hubungan antara jarak
geografis dengan perdagangan internasional. Semakin jauh jarak antara kedua
negara patner dagang, maka akan mengakibatkan besarnya biaya transport dan
biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pengiriman barang.

Perkembangan Populasi
Pada tahun 2011, negara dengan jumlah penduduk tertinggi yakni
Indonesia sebesar 244 juta orang. Disusul oleh Jerman dengan 81 juta orang
sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar kedua, serta Perancis dengan 65
juta orang di urutan ketiga. Sedangkan, Finlandia merupakan negara dengan
jumlah penduduk terkecil pada tahun yang sama sebesar 5 juta orang. Pada
Gambar 6 disajikan data jumlah populasi Indonesia dan negara-negara Uni Eropa.

300,000,000
300

Indonesia

250,000,000
250
Juta (orang)

Belgia
Denmark

100,000,000
100

Finlandia

50
50,000,000

Spanyol

200,000,000
200

Perancis

150,000,000
150

Jerman

Belanda

2006

2007

2008 2009
Tahun

2010

2011

Italia
Inggris

Gambar 6 Jumlah populasi Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun 20062011
Sumber: World Bank 2012, diolah

Indonesia merupakan negara urutan keempat yang memiliki jumlah
penduduk terbesar setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Pada Gambar 6 dapat
dilihat, tahun 2006 hingga 2011 jumlah populasi Indonesia selalu meningkat
setiap tahunnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2011), laju pertumbuhan
penduduk Indonesia sebesar 1.49 persen pada tahun 2000-2010. Hal tersebut
disebabkan oleh sulitnya menekan tingkat kelahiran yang masih tinggi di
Indonesia.

19
Perkembangan Kualitas Bandara

Salah satu faktor penting dalam pengangkutan barang dan jasa pada
perdagangan luar negeri yaitu kualitas infrastruktur bandara. Kualitas bandara
yang baik secara struktural maupun fungsional dapat meningkatkan pelayanan
transportasi udara. Dengan kualitas bandara yang baik secara tidak langsung dapat
juga meningkatkan perekonomian di suatu negara.

8
Indonesia

7

Belgia

Nilai

6

Denmark

5

Finlandia

4

Perancis

3

Jerman
Italia

2

Belanda

1

Spanyol

0
2006

2007

2008
2009
Tahun

2010

2011

Swedia
Inggris

Gambar 7 Kualitas bandara Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun 20062011
Sumber: World Economic Forum 2012, diolah

Pada Gambar 7 disajikan data kualitas bandara dari Indonesia dan negaranegara Uni Eropa periode tahun 2006-2011. Indeks kualitas bandara ditunjukkan
dengan skor satu hingga tujuh, dimana skor satu menunjukkan infrastruktur
bandara yang buruk, sedangkan skor tujuh menunjukkan infrastruktur yang paling
baik. Selama tahun 2006-2011, negara dengan trend positif adalah Swedia dimana
setiap tahunnya memiliki nilai kualitas infrastruktur yang selalu meningkat. Pada
tahun 2011, Swedia mencapai nilai 6.3. Indonesia merupakan negara yang
memiliki nilai infastruktur yang paling rendah pada tahun 2011, yaitu sebesar 4.4.

Perkembangan Efektivitas Pemerintahan

Efektivitas pemerintahan merupakan salah satu komponen dalam World
Governance Indicators. Indeks ini menunjukkan tingkat kemampuan pemerintah
dalam mengambil kebijakan dan menyediakan pelayanan publik secara efektif.
Hal tersebut diukur melalui peraturan pelayanan publik, kualitas birokrasi,

20
kompetensi sumber daya manusia (SDM) pelayanan publik dan tingkat
indenpendensi SDM apatur dari tekanan politik. Gambar 8 disajikan data
efektivitas pemerintahan Indonesia dan negara-negara Uni Eropa tahun 2006
sampai 2011.

Nilai

100
90

Indonesia

80

Belgia

70

Denmark

60

Perancis

50

Jerman

40

Finlandia

30

Spanyol

20

Belanda

10

Italia

0

Inggris
2006

2007

2008

2009

2010

2011

Swedia

Tahun

Gambar 8 Efektivitas pemerintahan Indonesia dan negara-negara Uni Eropa
tahun 2006-2011
Sumber: World Governance Indicator 2012, diolah

Finlandia merupakan negara yang memiliki nilai yang paling tinggi pada
tahun 2011, yaitu sebesar 100. Selama tahun 2006-2011, efektivitas pemerintahan
Finlandia menunjukkan trend yang positif. Negara yang memiliki pertumbuhan
yang baik setelah Finlandia, yaitu Swedia dan Belanda. Efektivitas pemerintahan
Indonesia mempunyai nilai yang paling rendah diantara negara-negara Uni Eropa.
Tahun 2007 hingga 2010, nilainya selalu meningkat hingga mencapai 48. Namun
pada tahun 2011, menurun kembali menjadi 46.

Perkembangan Stabilitas Politik

Stabilitas politik merupakan salah satu unsur strategis bagi percepatan
pembangunan yang dapat menyejahterakan masyarakat suatu negara. Pada hal ini,
stabilitas politik berhubungan dengan penyalahgunaan jabatan politik, pengaturan
partai politik, bahkan mencakup masalah