Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor komoditas keramik di Indonesia

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA

OLEH

HANY LARASSATI H14103088

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(2)

RINGKASAN

HANY LARASSATI. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Komoditas Keramik di Indonesia. (Dibawah bimbingan YETI LIS PURNAMADEWI).

Keramik merupakan komoditas yang selalu akan dibutuhkan dan digunakan oleh manusia, karena merupakan komponen penyusun suatu bangunan dan peralatan rumah tangga. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, maka kebutuhan akan kedua hal tersebut juga akan terus bertambah. Industri keramik di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan sektor properti. Perkembangan sektor properti di Indonesia saat ini dan pertambahan jumlah penduduk menjadi peluang pasar yang besar bagi produk keramik. Dari produksi keramik di Indonesia secara keseluruhan, hanya akan dianalisis tiga jenis produk yaitu keramik lantai/ubin, keramik saniter, dan keramik pecah-belah/peralatan rumah tangga (tableware).

Maraknya serbuan produk keramik impor dipasar domestik dapat mengancam industri keramik nasional. Besarnya volume impor sejak tahun 1999 menyebabkan terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat antar sesama produsen di dalam negeri sehingga merugikan produsen keramik di dalam negeri. Meskipun tarif Bea Masuk (BM) dan pengamanan perdagangan (Safeguard) sudah diberlakukan namun masih banyak produk keramik yang masuk baik secara legal maupun ilegal ke pasar domestik.

Dengan melihat kondisi industri keramik Indonesia saat ini, penelititan ini bertujuan untuk (1) Mempelajari keragaan kegiatan impor komoditas keramik di Indonesia dan (2) Menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi volume impor komoditas keramik di Indonesia.

Data yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor keramik adalah data sekunder berupa data deret waktu (time series). Meliputi data tahunan selama periode 1990-2004. Jenis data yang digunakan meliputi data volume impor keramik (lantai, tableware, dan saniter), volume produksi keramik (lantai, tableware, dan saniter), harga keramik domestik dan keramik impor, nilai tukar rupiah terhadap dolar (kurs), dan PDB/GDP nasional. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor keramik digunakan analisis regresi linier berganda dengan model Double Log, metode Ordinary Least Square (OLS), dan software E-Views 4.1.

Hasil penelitian dari keragaan kegiatan impor komoditas keramik menunjukan : (1) Negara yang paling besar pasokan keramiknya ke Indonesia adalah China dan keramik yang paling banyak diimpor adalah keramik tableware; (2) Dari aspek pasar, bahwa produk keramik impor dapat menguasai pasar domestik dan menyebabkan terjadinya persaingan tidak sehat antar produsen keramik domestik; (3) Untuk mengantisipasi maraknya impor keramik, pemerintah memberlakukan kebijakan tarif Bea Masuk (BM) mulai 1 Januari


(3)

2005; (4) Adanya kebijakan pemerintah menaikan tarif impor justru memicu peningkatan jumlah keramik impor di dalam negeri; dan (5) Masih ada beberapa jenis bahan baku keramik yang harus diimpor dari luar negeri, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), dan peraturan upah tenaga kerja telah menurunkan daya saing produk keramik dalam negeri dan menyebabkan maraknya produk keramik impor di Indonesia.

Variabel produksi keramik, harga keramik domestik, dan kurs berpengaruh negatif terhadap volume impor keramik lantai, sedangkan variabel harga keramik impor dan GDP berpengaruh positif terhadap volume impor keramik lantai. Variabel harga keramik domestik, harga keramik impor, dan kurs berpengaruh negatif terhadap volume impor keramik tableware, sedangkan variabel GDP berpengaruh positif terhadap volume impor keramik tableware. Variabel produksi keramik tidak berpengaruh terhadap volume impor keramik tableware pada taraf nyata 10 persen.

Variabel produksi keramik, harga keramik domestik, dan kurs berpengaruh negatif terhadap volume impor keramik saniter, sedangkan variabel dummy krisis berpengaruh positif terhadap volume impor keramik saniter. Variabel harga keramik impor dan GDP tidak berpengaruh terhadap volume impor keramik saniter pada taraf nyata 10 persen. Secara keseluruhan, semua variabel yang digunakan dalam model memiliki pengaruh terhadap peningkatan volume impor keramik di Indonesia. Meskipun untuk variabel produksi, harga keramik impor, dan GDP untuk jenis keramik tertentu tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan volume impor. Perilaku komoditas keramik yang tidak sesuai dengan teori adalah harga keramik domestik dan harga keramik impor.

Perlu adanya peninjauan ulang mengenai kebijakan tarif, sehingga adanya tarif dapat membatasi volume impor keramik di Indonesia. Adanya faktor selera konsumen, desain dan motif keramik dapat dijadikan kekuatan bagi produsen keramik lantai untuk meningkatkan daya saing produk keramik lantai dalam negeri. Kemudian untuk meningkatkan daya saing produk keramik tableware Indonesia diperlukan dukungan pemerintah baik berupa regulasi, teknologi maupun dana. Sementara masih besarnya kebutuhan akan produk saniter bagi masyarakat kalangan menengah bawah, menjadi peluang pasar yang harus dimanfaatkan oleh produsen keramik saniter Indonesia.


(4)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA

Oleh

HANY LARASSATI H14103088

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Hany Larassati Nomor Registrasi Pokok : H14103088 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Komoditas Keramik di

Indonesia.

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc NIP.131 967 243

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Ir. Rina Oktaviani, MS., Ph.D NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

Hany Larassati


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Hany Larassati lahir pada tanggal 20 Maret 1985 di kota Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Sumarno dan Hasanah. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 01 Mampang Depok I, kemudian melanjutkan ke SLTPN 2 Depok dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 2 Depok dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi sumberdaya yang berguna bagi pembangunan bangsa ini. Penulis masuk IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan organisasi seperti HIPOTESA, juga kepanitiaan dalam acara PESTA IPB 2004 dan IPB ART 2003. Penulis menjalani masa Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kota Brebes, dimana penulis dapat mempelajari banyak hal tentang keadaan perekonomian dan pertanian di pedesaan.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Komoditas Keramik di Indonesia”. Impor keramik menjadi topik yang menarik untuk dianalisis dalam penelitian ini karena diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan yang dihadapi oleh industri keramik Indonesia saat ini, mengingat bahwa industri keramik Indonesia merupakan industri yang sangat potensial untuk dikembangkan dan sedang menghadapi maraknya produk keramik impor di pasar dalam negeri. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2007

Hany Larassati H14103088


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, atas ridha dan rahmat yang Dia berikan sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ir.Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi, serta perhatian yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Sahara, SP, M.Si, selaku dosen penguji utama, dan Henny Reinhardt, M.Sc, selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberi masukan, saran dan kritik demi perbaikan penulisan skripsi ini.

4. Bapak Achmad Widjaya, selaku Ketua ASAKI yang telah memberikan arahan, saran, serta informasi mengenai keadaan industri keramik Indonesia dan komoditas keramik. Maya Damayanti, selaku sekretaris ASAKI yang telah membantu dalam menyediakan data serta informasi yang berguna bagi penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Alvin (Departemen Perindustrian, Bag. Industri Kimia Hulu), Bapak Wesley, Bapak Bukhari dan Ibu Dyah (Departemen Perindustrian, Bag. Industri Kimia Hilir), Bapak Agus (BPS), dan Staf Departemen Perdagangan yang telah membantu penulis dalam memperoleh data-data yang berguna bagi penyelesaian skripsi ini.

6. Mama, Papa, serta Dirga (adik) yang telah memberikan motivasi, semangat, tenaga, serta dukungan dan juga perhatiannya. Semua hal itu membuat penulis lebih semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Rina, Dewi, Imas atas bantuanya baik berupa data-data, informasi, saran dan kritik serta motivasi yang sangat berarti dalam meyelesaikan skripsi ini. Bety dan Diyan atas bantuannya dalam kelancaran ujian akhir skripsi ini. Aji dan Lea atas saran serta informasi tentang pengolahan data dalam menyelesaikan skripsi.


(10)

8. Pritta, Diyan Timor, dan Tuti, atas motivasi dan bantuan yang kalian berikan sehingga penulis semangat kembali dan mendapat kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.


(11)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA

OLEH

HANY LARASSATI H14103088

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(12)

RINGKASAN

HANY LARASSATI. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Komoditas Keramik di Indonesia. (Dibawah bimbingan YETI LIS PURNAMADEWI).

Keramik merupakan komoditas yang selalu akan dibutuhkan dan digunakan oleh manusia, karena merupakan komponen penyusun suatu bangunan dan peralatan rumah tangga. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, maka kebutuhan akan kedua hal tersebut juga akan terus bertambah. Industri keramik di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan sektor properti. Perkembangan sektor properti di Indonesia saat ini dan pertambahan jumlah penduduk menjadi peluang pasar yang besar bagi produk keramik. Dari produksi keramik di Indonesia secara keseluruhan, hanya akan dianalisis tiga jenis produk yaitu keramik lantai/ubin, keramik saniter, dan keramik pecah-belah/peralatan rumah tangga (tableware).

Maraknya serbuan produk keramik impor dipasar domestik dapat mengancam industri keramik nasional. Besarnya volume impor sejak tahun 1999 menyebabkan terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat antar sesama produsen di dalam negeri sehingga merugikan produsen keramik di dalam negeri. Meskipun tarif Bea Masuk (BM) dan pengamanan perdagangan (Safeguard) sudah diberlakukan namun masih banyak produk keramik yang masuk baik secara legal maupun ilegal ke pasar domestik.

Dengan melihat kondisi industri keramik Indonesia saat ini, penelititan ini bertujuan untuk (1) Mempelajari keragaan kegiatan impor komoditas keramik di Indonesia dan (2) Menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi volume impor komoditas keramik di Indonesia.

Data yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor keramik adalah data sekunder berupa data deret waktu (time series). Meliputi data tahunan selama periode 1990-2004. Jenis data yang digunakan meliputi data volume impor keramik (lantai, tableware, dan saniter), volume produksi keramik (lantai, tableware, dan saniter), harga keramik domestik dan keramik impor, nilai tukar rupiah terhadap dolar (kurs), dan PDB/GDP nasional. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor keramik digunakan analisis regresi linier berganda dengan model Double Log, metode Ordinary Least Square (OLS), dan software E-Views 4.1.

Hasil penelitian dari keragaan kegiatan impor komoditas keramik menunjukan : (1) Negara yang paling besar pasokan keramiknya ke Indonesia adalah China dan keramik yang paling banyak diimpor adalah keramik tableware; (2) Dari aspek pasar, bahwa produk keramik impor dapat menguasai pasar domestik dan menyebabkan terjadinya persaingan tidak sehat antar produsen keramik domestik; (3) Untuk mengantisipasi maraknya impor keramik, pemerintah memberlakukan kebijakan tarif Bea Masuk (BM) mulai 1 Januari


(13)

2005; (4) Adanya kebijakan pemerintah menaikan tarif impor justru memicu peningkatan jumlah keramik impor di dalam negeri; dan (5) Masih ada beberapa jenis bahan baku keramik yang harus diimpor dari luar negeri, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), dan peraturan upah tenaga kerja telah menurunkan daya saing produk keramik dalam negeri dan menyebabkan maraknya produk keramik impor di Indonesia.

Variabel produksi keramik, harga keramik domestik, dan kurs berpengaruh negatif terhadap volume impor keramik lantai, sedangkan variabel harga keramik impor dan GDP berpengaruh positif terhadap volume impor keramik lantai. Variabel harga keramik domestik, harga keramik impor, dan kurs berpengaruh negatif terhadap volume impor keramik tableware, sedangkan variabel GDP berpengaruh positif terhadap volume impor keramik tableware. Variabel produksi keramik tidak berpengaruh terhadap volume impor keramik tableware pada taraf nyata 10 persen.

Variabel produksi keramik, harga keramik domestik, dan kurs berpengaruh negatif terhadap volume impor keramik saniter, sedangkan variabel dummy krisis berpengaruh positif terhadap volume impor keramik saniter. Variabel harga keramik impor dan GDP tidak berpengaruh terhadap volume impor keramik saniter pada taraf nyata 10 persen. Secara keseluruhan, semua variabel yang digunakan dalam model memiliki pengaruh terhadap peningkatan volume impor keramik di Indonesia. Meskipun untuk variabel produksi, harga keramik impor, dan GDP untuk jenis keramik tertentu tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan volume impor. Perilaku komoditas keramik yang tidak sesuai dengan teori adalah harga keramik domestik dan harga keramik impor.

Perlu adanya peninjauan ulang mengenai kebijakan tarif, sehingga adanya tarif dapat membatasi volume impor keramik di Indonesia. Adanya faktor selera konsumen, desain dan motif keramik dapat dijadikan kekuatan bagi produsen keramik lantai untuk meningkatkan daya saing produk keramik lantai dalam negeri. Kemudian untuk meningkatkan daya saing produk keramik tableware Indonesia diperlukan dukungan pemerintah baik berupa regulasi, teknologi maupun dana. Sementara masih besarnya kebutuhan akan produk saniter bagi masyarakat kalangan menengah bawah, menjadi peluang pasar yang harus dimanfaatkan oleh produsen keramik saniter Indonesia.


(14)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA

Oleh

HANY LARASSATI H14103088

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Hany Larassati Nomor Registrasi Pokok : H14103088 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Komoditas Keramik di

Indonesia.

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc NIP.131 967 243

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Ir. Rina Oktaviani, MS., Ph.D NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2007

Hany Larassati


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Hany Larassati lahir pada tanggal 20 Maret 1985 di kota Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Sumarno dan Hasanah. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 01 Mampang Depok I, kemudian melanjutkan ke SLTPN 2 Depok dan lulus pada tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 2 Depok dan lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir, sehingga menjadi sumberdaya yang berguna bagi pembangunan bangsa ini. Penulis masuk IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan organisasi seperti HIPOTESA, juga kepanitiaan dalam acara PESTA IPB 2004 dan IPB ART 2003. Penulis menjalani masa Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kota Brebes, dimana penulis dapat mempelajari banyak hal tentang keadaan perekonomian dan pertanian di pedesaan.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Komoditas Keramik di Indonesia”. Impor keramik menjadi topik yang menarik untuk dianalisis dalam penelitian ini karena diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan yang dihadapi oleh industri keramik Indonesia saat ini, mengingat bahwa industri keramik Indonesia merupakan industri yang sangat potensial untuk dikembangkan dan sedang menghadapi maraknya produk keramik impor di pasar dalam negeri. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2007

Hany Larassati H14103088


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, atas ridha dan rahmat yang Dia berikan sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ir.Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, motivasi, serta perhatian yang sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Sahara, SP, M.Si, selaku dosen penguji utama, dan Henny Reinhardt, M.Sc, selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberi masukan, saran dan kritik demi perbaikan penulisan skripsi ini.

4. Bapak Achmad Widjaya, selaku Ketua ASAKI yang telah memberikan arahan, saran, serta informasi mengenai keadaan industri keramik Indonesia dan komoditas keramik. Maya Damayanti, selaku sekretaris ASAKI yang telah membantu dalam menyediakan data serta informasi yang berguna bagi penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Alvin (Departemen Perindustrian, Bag. Industri Kimia Hulu), Bapak Wesley, Bapak Bukhari dan Ibu Dyah (Departemen Perindustrian, Bag. Industri Kimia Hilir), Bapak Agus (BPS), dan Staf Departemen Perdagangan yang telah membantu penulis dalam memperoleh data-data yang berguna bagi penyelesaian skripsi ini.

6. Mama, Papa, serta Dirga (adik) yang telah memberikan motivasi, semangat, tenaga, serta dukungan dan juga perhatiannya. Semua hal itu membuat penulis lebih semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Rina, Dewi, Imas atas bantuanya baik berupa data-data, informasi, saran dan kritik serta motivasi yang sangat berarti dalam meyelesaikan skripsi ini. Bety dan Diyan atas bantuannya dalam kelancaran ujian akhir skripsi ini. Aji dan Lea atas saran serta informasi tentang pengolahan data dalam menyelesaikan skripsi.


(20)

8. Pritta, Diyan Timor, dan Tuti, atas motivasi dan bantuan yang kalian berikan sehingga penulis semangat kembali dan mendapat kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ….. ………...xii

DAFTAR GAMBAR ………..xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………...xiv

I. PENDAHULUAN ………..1

1.1. Latar Belakang ………...…….………..1

1.2. Perumusan Masalah ………..6

1.3. Tujuan ………...…….………...8

1.4. Manfaat ………...……….……….9

1.5. Ruang Lingkup ………...……….………..9

II. TINJAUAN PUSTAKA ……….11

2.1. Tinjauan Komoditas Keramik ……….11

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu ………..12

2.3. Ordinary Least Square (OLS) ………..18

III. KERANGKA PEMIKIRAN ………..21

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ………...………21

3.1.1. Teori Perdagangan Internasional ……….21

3.1.2. Teori Permintaan ………25

3.1.3. Teori Impor dan Hambatan Perdagangan : Tarif Impor ………….28

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ………...……….31

3.3. Hipotesis ………..34

3.4. Batasan Operasional Variabel ………..35

IV. METODE PENELITIAN ………...37

4.1. Jenis dan Sumber Data ………37

4.2. Metode Pengolahan dan Analisis Data ………...…37

4.2.1. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Volume Impor Keramik Indonesia………...38

4.2.2. Pengujian Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Volume Impor Keramik Indonesia………..40


(22)

V. KERAGAAN KEGIATAN IMPOR KOMODITAS KERAMIK

DI INDONESIA ………..45 5.1. Kegiatan Impor Komoditas Keramik ……….. 45 5.2. Negara Pemasok Keramik Impor dan Komoditas Keramik

Impor Utama ………..……… 47 5.3. Perkembangan Impor Komoditas Keramik dari Beberapa

Aspek ………...52 5.3.1. Aspek Pasar ………52 5.3.2. Aspek Harga ………..54 5.3.3. Aspek Persaingan ………55 5.3.4. Aspek Bahan Baku ……….58 5.3.5. Aspek Produksi ………...59 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN………...62

6.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Impor

Keramik Lantai………..62 6.1.1. Estimasi Parameter Model………...63 6.1.2. Estimasi Model ………64 6.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Volume Impor

Keramik Tableware ………..68 6.2.1. Estimasi Parameter Model ………..68 6.2.2. Estimasi Model……….70 6.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Volume Impor

Keramik Saniter ………..73 6.3.1. Estimasi Parameter Model ……….74 6.3.2. Estimasi Model ………75 VII. KESIMPULAN DAN SARAN………..82

7.1. Kesimpulan ………..82 7.2. Saran ………83 DAFTAR PUSTAKA ………...86 LAMPIRAN………...89


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Distribusi Persentase PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha, 2001-2004 ………...1 2. Perkembangan Sektor Properti dan Perumahan

Serta Anggota REI ………..3 3. Ekspor-Impor Produk Keramik (HS 2 Digit), 2001-2006………...5 4. Keunggulan Absolut ………..24 5. Keunggulan Komparatif……….24 6 Volume Ekspor, Impor dan Produksi Industri Keramik Indonesia………90 7. Perbedaan Data Ekspor China ke Indonesia dan Data Impor

Indonesia dari China. ………48 8. Negara Pemasok Utama Keramik Lantai 1999-2004……….49 9. Negara Pemasok Utama Keramik Tableware 1999-2004 ……….50 10. Negara Pemasok Utama Keramik Saniter 1999-2004 ………..51 11. Persentase Total Impor Nasional Terhadap

Kebutuhan Domestik ………53 12. Besar Tarif (%) Yang Dikenakan Produk Keramik Impor………56 13. Produksi Keramik Lantai ……….59 14. Produksi Keramik Tableware ………...60 15. Produksi Keramik Saniter ……….60 16. Hasil Estimasi Persamaan Volume Impor Keramik Lantai ………..63 17. Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen ………... 64 18. Hasil Estimasi Persamaan Volume Impor Keramik Tableware ………...68 19. Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen ………...69 20. Hasil Estimasi Persamaan Volume Impor Keramik Saniter ……….73 21. Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen ………...74


(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Mekanisme Terjadinya Perdagangan Internasional ………..22 2. Pergeseran dan Pergerakan Kurva Permintaan ……….27 3. Mekanisme Impor dan Pemberlakuan Tarif ……….30 4. Kerangka Pemikiran Operasional ……….33


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Volume Ekspor, Impor dan Produksi Industri Keramik

Indonesia ………...90 2. Data Dugaan Model Volume Impor Keramik Lantai ………...92 3. Model Regresi Impor Keramik Lantai HS 6907 dan 6908

Indonesia ………...92 4. Data Dugaan Model Volume Impor Keramik Tableware………..93 5. Model Regresi Impor Keramik Tableware HS 6911 dan 6912

Indonesia ………...94 6. Data Dugaan Model Volume Impor Keramik Saniter………...95 7. Model Regresi Impor Keramik Saniter HS 6910

Indonesia ………...95 8. Gambar 1. Produk Keramik Tableware...97 9. Gambar 2. Produk Keramik Saniter………...………97 10. Model Percobaan Volume Impor Keramik Lantai (1)………...…98 11. Model Percobaan Volume Impor Keramik Lantai (2)………...99 12. Model Percobaan Volume Impor Keramik Lantai (3)……….100 13. Model Percobaan Volume Impor Keramik Lantai (4)……….101 14. Model Percobaan Volume Impor Keramik Lantai (5)……….102 15. Model Percobaan Volume Impor Keramik Tableware (1)………..103 16. Model Percobaan Volume Impor Keramik Tableware (2)………..104 17. Model Percobaan Volume Impor Keramik Tableware (3)…………...105 18. Model Percobaan Volume Impor Keramik Tableware (4)…………...106 19. Model Percobaan Volume Impor Keramik Saniter (1)………107 20. Model Percobaan Volume Impor Keramik Saniter (2)………108 21. Model Percobaan Volume Impor Keramik Saniter (3)………...……….109 22. Model Percobaan Volume Impor Keramik Saniter (4)………110


(26)

(27)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Distribusi Persentase PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha, 2001-2004 ……… 1 2. Perkembangan Sektor Properti dan Perumahan

Serta Anggota REI ……… 3 3. Ekspor-Impor Produk Keramik (HS 2 Digit), 2001-2006………. 5 4. Keunggulan Absolut ……… 24 5. Keunggulan Komparatif……… 24 6 Volume Ekspor, Impor dan Produksi Industri Keramik Indonesia… 90 7. Perbedaan Data Ekspor China ke Indonesia dan Data Impor

Indonesia dari China. ……… 48 8. Negara Pemasok Utama Keramik Lantai 1999-2004……… 49 9. Negara Pemasok Utama Keramik Tableware 1999-2004 …… 50 10. Negara Pemasok Utama Keramik Saniter 1999-2004 ……… 51 11. Persentase Total Impor Nasional Terhadap

Kebutuhan Domestik ……… 53 12. Besar Tarif (%) Yang Dikenakan Produk Keramik Impor …….. 56 13. Produksi Keramik Lantai ………. 59 14. Produksi Keramik Tableware ……… 60 15. Produksi Keramik Saniter ………. 60 16. Hasil Estimasi Persamaan Volume Impor Keramik Lantai ……… 63 17. Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen ………. 64 18. Hasil Estimasi Persamaan Volume Impor Keramik Tableware …. 68 19. Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen ………. 69 20. Hasil Estimasi Persamaan Volume Impor Keramik Saniter ……… 73 21. Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen ……… 74


(28)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Mekanisme Terjadinya Perdagangan Internasional ………… 22 2. Pergeseran dan Pergerakan Kurva Permintaan ……… 27 3. Dampak Pemberlakuan Tarif ………. 30 4. Kerangka Pemikiran Operasional ……… 33


(29)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Volume Ekspor, Impor dan Produksi Industri Keramik

Indonesia ……… 90 2. Data Dugaan Model Volume Impor Keramik Lantai ………. 92 3. Model Regresi Impor Keramik Lantai HS 6907 dan 6908

Indonesia ……….. 92 4. Data Dugaan Model Volume Impor Keramik Tableware……….. 93 5. Model Regresi Impor Keramik Tableware HS 6911 dan 6912

Indonesia ……….. 94 6. Data Dugaan Model Volume Impor Keramik Saniter……… 95 7. Model Regresi Impor Keramik Saniter HS 6910


(30)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Struktur perekonomian Indonesia telah mengalami perubahan sejak dilaksanakannya pembangunan ekonomi pada tahun 1969. Perubahan struktur ekonomi tersebut ditandai dengan menurunnya kontribusi sektor pertanian dalam Produk Domestik Bruto (PDB), (Ramelan, 1999). Nilai kontribusi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menurun dari 49.3 persen ditahun 1969 menjadi 17.2 persen ditahun 1995. Sedangkan sektor yang mengalami perkembangan pesat sejak tahun 1969 adalah sektor manufaktur. Kontribusi sektor manufaktur yang besar dalam PDB terjadi karena meningkatnya permintaan akan barang jadi maupun barang setengah jadi baik dari pasar domestik maupun internasional.

Tabel 1. Distribusi Persentase PDB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2001-2004.

Tahun

No. Lapangan Usaha

2001 2002 2003* 2004**

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan

15.63 16.04 15.93 15.38 2. Pertambangan dan Penggalian 10.81 8.64 8.28 8.55 3. Industri Pengolahan/Manufaktur 30.07 29.73 28.83 28.34 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.64 0.83 0.95 0.99

5. Bangunan 5.30 5.45 5.50 5.84

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 15.90 16.87 16.55 16.19 7. Pengangkutan dan Komunikasi 4.59 5.26 5.77 6.09 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 8.02 8.29 8.51 8.44

9. Jasa-jasa Lainnya 9.04 8.89 9.68 10.18

PDB Tanpa Migas 89.38 91.26 91.53 90.98

Sumber : BPS, 2004.

Catatan : * : Angka Sementara, ** : Angka Sangat Sementara.


(31)

2

Dalam Tabel 1 terlihat bahwa peranan industri pengolahan terhadap PDB lebih besar daripada sektor pertanian, meskipun mengalami penurunan. Pada tahun 2001 peranan industri pengolahan terhadap PDB sebesar 30.07 persen sedangkan pada tahun 2004 peranannya sebesar 28.34 persen.

Salah satu kebutuhan mendasar manusia selain sandang dan pangan adalah tempat tinggal (papan). Kebutuhan ini harus terpenuhi agar kehidupan manusia bisa terus berlangsung dan berkembang. Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, maka kebutuhan akan tempat tinggal (papan) juga akan terus bertambah. Keramik merupakan suatu komoditas yang akan selalu dibutuhkan dan digunakan oleh manusia, karena merupakan komponen penyusun tempat tinggal atau suatu bangunan juga peralatan rumah tangga. Komoditas keramik juga digunakan oleh manusia dalam menunjang aktivitas serta kehidupan sehari-hari. Secara sederhana, berawal dari kamar mandi, peralatan rumah tangga hingga komponen bangunan rumah adalah produk keramik, seperti halnya wastafel, mug/cangkir minum, dan lantai rumah. Produksi keramik di Indonesia secara garis besar dibagi kedalam empat jenis produk yaitu keramik lantai/ubin dan dinding (tile), keramik genteng (roof), keramik saniter (sanitary), dan keramik pecah-belah/peralatan rumah tangga (tableware).

Industri keramik di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan sektor properti. Industri keramik dengan sektor properti dan perumahan saling menunjang satu sama lain. Setiap proyek pembangunan properti baik perumahan, rumah toko (ruko), pusat perbelanjaan, pusat perdagangan, dan apartemen akan membutuhkan produk-produk keramik. Dalam empat tahun terakhir


(32)

3

perkembangan sektor properti dan perumahan mengalami pertumbuhan, hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya jumlah pengembang yang tergabung menjadi anggota REI-Real Estate Indonesia. Pada tahun 2003 jumlah pengembang hanya 1205 pengembang akan tetapi pada tahun 2006 jumlah pengembang menjadi sebesar 2200 pengembang (DPP REI dalam Rakernas, 2006). Selain itu, perkembangan sektor properti dan perumahan juga terlihat dari meningkatnya nilai bisnis sektor properti dan perumahan, meskipun pada tahun 2006 angka tersebut menurun. Berbeda halnya dengan nilai bisnis, nilai kredit properti dan perumahan terus mengalami peningkatan pesat dari tahun 2003 hingga 2006.

Tabel 2. Perkembangan Sektor Properti dan Perumahan Serta Anggota REI. Tahun Nilai Kapitalisasi

Bisnis (Triliun Rp)

Nilai Kredit Properti (Triliun Rp)

Anggota REI (Pengembang)

2003 50.6 47.0 1205

2004 67.8 67.3 1602

2005 95.3 87.8 2059

2006 87.3 114.8 2200

Sumber : DPP REI dalam Rakernas REI 14 Desember 2006 dalam Media Indonesia. Dengan berkembangnya sektor properti dan pertumbuhan penduduk, serta dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal (papan) dan peralatan rumah tangga, industri keramik memiliki peluang yang cukup besar untuk terus berkembang dan memiliki pasar yang cukup besar, sehingga pada akhirnya akan menyerap tenaga kerja di Indonesia. Beberapa proyek pembangunan rumah susun (rusun) dan rumah murah yang sedang maupun akan berlangsung juga mempengaruhi perkembangan pasar industri keramik di dalam negeri. Oleh karena itu industri keramik menjadi suatu industri yang potensial untuk


(33)

4

dikembangkan, sehingga industri keramik di masa yang akan datang dapat mencukupi kebutuhan manusia yang semakin besar akan produk keramik.

Industri keramik mengalami pertumbuhan yang pesat sebelum krisis ekonomi terjadi, bahkan pada tahun 1993 pertumbuhan industri ini mencapai 20 persen bersamaan dengan pertumbuhan bisnis properti yang meningkat. Pada masa krisis 1997-1998 industri keramik masih mengalami pertumbuhan sebesar 5-6 persen (www.kompas.com). Kemudian para pengusaha di industri ini mulai mengalihkan penjualannya ke pasar ekspor ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah, meskipun pasar dalam negeri tetap menjadi andalan. Oleh karena itu sejak tahun 2002 nilai ekspor keramik meningkat secara signifikan, jika pada tahun 2002 nilai ekspor hanya sebesar 198.8 juta US$, maka pada tahun 2003 naik sebesar 234.5 juta US$ dan pada tahun 2004 mencapai 278.2 juta US$ (Dept. Perdagangan, 2006).

Dilihat dari sisi impor, perkembangan impor produk keramik selalu meningkat setiap tahunnya. Impor meningkat dari tahun 2001 yang hanya sebesar US$ 63.9 menjadi sebesar US$ 136.3 pada tahun 2004, kemudian mengalami penurunan sebesar US$ 25.5 pada tahun 2005 akibat pengenaan tarif impor keramik. Akan tetapi penurunan itu tidak bertahan lama karena pada tahun 2006 kembali mengalami peningkatan. Fluktuasi nilai impor ini merupakan akibat berbagai permasalahan yang terjadi di industri keramik dalam negeri.

Meskipun nilai impor tidak melampaui nilai ekspor akan tetapi permasalahan impor di industri keramik perlu untuk dianalisis karena maraknya


(34)

5

produk impor keramik dipasar dalam negeri telah merugikan para produsen keramik domestik.

Tabel 3. Ekspor-Impor Produk Keramik (HS 2 Digit), 2001-2006. Tahun Nilai Ekspor

(Juta US$) Volume Ekspor (Kg) Nilai Impor (Juta US$) Volume Impor (Kg)

2001 193.3 449715806 63.9 92911182

2002 198.8 461205183 71.0 72467711

2003 234.5 540721967 98.7 112752338

2004 278.2 632873285 136.3 222609908

2005 274.0 557717645 110.8 223991990

2006 288.0 557840108 124.1 199150752*

Sumber : BPS, diolah Departemen Perdagangan dan Departemen Perindustrian. Catatan : HS (Harmonized System) atau Nomor Pos Tarif.

* : 2002 s/d November 2006.

Nilai ekspor keramik cukup tinggi, juga disebabkan karena beberapa produsen keramik domestik lebih mengutamakan untuk menjual hasil produksinya ke pasar luar negeri, seperti para produsen keramik saniter yang mengekspor sebagian besar dari hasil produksinya.

Maraknya serbuan produk keramik impor di pasar domestik dapat mengancam industri keramik nasional. Besarnya volume impor sejak tahun 1999 menyebabkan terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat antar sesama produsen di dalam negeri untuk mengimbangi harga produk impor yang lebih murah. Akibat maraknya produk keramik impor, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk mengantisipasi kondisi tersebut. Pada Januari 2005, pemerintah menaikan tarif impor keramik dari 5 persen menjadi 20-30 persen1. Bahkan pada Januari 2006 pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan berupa tindakan

1 SK Menteri Keuangan No.591/PMK.010/2004 Tentang Program Harmonisasi Tarif Bea Masuk Tahun 2005-2010 Untuk Produk-produk Pertanian, Perikanan, Pertambangan, Farmasi, Keramik, dan Besi Baja.


(35)

6

pengamanan perdagangan (safeguard meassure) bagi produk keramik pecah-belah (tableware) selama tiga tahun berturut-turut (Peraturan Menteri Keuangan No.01-2006). Namun adanya dua kebijakan tersebut menurut pengamatan ASAKI (Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia) belum optimal dalam mengatasi maraknya produk keramik impor, meskipun pemberlakuan kedua kebijakan tersebut dapat meningkatkan volume produksi.

Peningkatan impor produk keramik dapat mengurangi devisa, menjadikan masyarakat lebih konsumtif dan dapat menyebabkan semakin sempitnya pasar bagi produk keramik dalam negeri. Hal inilah yang mendasari diperlukannya suatu analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor keramik di Indonesia. Mengingat bahwa impor keramik dapat merugikan produsen di dalam negeri serta adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan volume impor keramik di Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Peluang besar industri keramik nasional untuk berkembang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dimasa yang akan datang menjadi suatu tantangan bagi para produsen keramik. Akan tetapi, meskipun memiliki prospek yang cerah, industri keramik dihadapkan pada maraknya produk keramik impor baik legal maupun yang ilegal di pasar dalam negeri.

Terjadinya peningkatan impor selama beberapa tahun ini, semakin mengancam produsen keramik dalam negeri dan mempersempit pasar produk keramik lokal. Industri keramik nasional harus bersaing dengan produk impor yang harganya lebih rendah daripada harga produk keramik domestik. Hal ini


(36)

7

terjadi karena biaya produksi keramik di Indonesia masih relatif besar daripada biaya produksi di negara lain seperti China.

Struktur biaya produksi yang besar tersebut disebabkan oleh tidak stabilnya pasokan gas alam sebagai bahan baku utama pembuatan keramik, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi beberapa waktu lalu, peraturan upah tenaga kerja yang tidak menguntungkan produsen keramik dalam negeri dan masih adanya beberapa jenis bahan baku yang harus diimpor dari negara lain. Dimana besarnya biaya produksi ini, dapat menurunkan daya saing produk keramik dalam negeri dari segi harga. Oleh karena itu, pada saat produk-produk keramik impor masuk ke pasar keramik dalam negeri, produsen mulai merasakan dampak perbedaan biaya produksi yang membuat terjadinya perbedaan harga antara produk impor dengan produk lokal.

Meskipun tarif Bea Masuk (BM) dan tarif pengamanan perdagangan sudah

diberlakukan namun masih banyak produk keramik yang masuk baik secara legal maupun ilegal ke pasar domestik dan mengancam keberadaan produk lokal.

Sehingga guna meminimalisasi keadaan tersebut, beberapa pihak yang berkompeten dalam industri keramik mengusulkan agar kegiatan impor komoditas keramik dikenai kewajiban verifikasi dinegara asal muat barang. Kewajiban verifikasi ini tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.06/M-Dag/Per/1/2007 tentang Verifikasi Impor Keramik yang ditetapkan pada Januari 2007. Adanya beberapa instrumen pemerintah guna membatasi lonjakan impor, telah menunjukan bahwa kebijakan demi kebijakan memiliki kelemahan dalam mengatasi permasalahan impor keramik.


(37)

8

Berdasarkan teori ekonomi, bahwa dengan pemberlakuan tarif impor bagi suatu komoditi akan mengurangi volume impor. Hal ini disebabkan adanya tarif akan menyebabkan kenaikan harga produk keramik impor yang secara tidak langsung akan menguarangi keuntungan bagi para produsen keramik luar negeri. Begitu juga halnya dengan konsumen yang akan mengurangi konsumsinya karena adanya peningkatan harga tersebut (Salvatore, 1997). Akan tetapi bagi kasus impor keramik di Indonesia, pemberlakuan tarif impor tidak memberikan dampak yang besar dalam mengurangi maraknya produk impor di pasar keramik dalam negeri.

Besarnya peluang pasar dan permintaan komoditas keramik di Indonesia dimanfaatkan oleh negara-negara produsen keramik lainnya untuk memasarkan keramiknya di pasar Indonesia. Sehingga ditengah kondisi industri keramik dalam

negeri yang mengalami tidak stabilnya pasokan gas dan tingginya biaya produksi, industri keramik domestik juga harus bersaing dengan produk-produk keramik

impor. Berdasarkan latar belakang dan gambaran permasalahan diatas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana keragaan kegiatan impor komoditas keramik di Indonesia ?

2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi volume impor komoditas keramik di Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah :


(38)

9

1. Mempelajari keragaan kegiatan impor komoditas keramik di Indonesia.

2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi volume impor komoditas keramik di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjawab permasalahan dan juga dapat bermanfaat bagi :

1. Pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang dianalisis dalam penelitian ini seperti para pelaku usaha dan pembuat kebijakan yang berkaitan dengan industri keramik domestik.

2. Penulis dan juga mahasiswa pada umumnya dalam memahami permintaan impor suatu komoditi, serta aspek-aspek yang terdapat dalam kegiatan impor suatu komoditi.

1.5. Ruang Lingkup

Guna membatasi penelitian ini sehingga menjadi lebih terfokus dan dapat melihat gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi impor, maka dalam penelitian ini hanya akan dianalisis tiga jenis keramik dari keseluruhan produk keramik yang ada. Tiga jenis produk keramik tersebut antara lain adalah keramik lantai, keramik saniter, dan keramik pecah-belah/ peralatan rumah tangga (tableware). Penelitian ini menganalisis industri keramik dari sisi permintaan impor, oleh karena itu produk keramik yang diamati adalah keramik yang digolongkan berdasarkan HS (Harmonized System) yaitu sistem klasifikasi


(39)

10

barang-barang yang diperdagangkan secara internasional dengan tujuan kepabeanan dan tujuan lain seperti kompilasi statistical. Untuk keramik lantai (tile) bernomor HS 6907 dan 6908, sedangkan untuk keramik saniter dengan kode HS 6910, dan untuk keramik tableware dengan kode HS 6911 dan 6912.

Penyederhanaan ini dilakukan berdasarkan pertimbangan tiga jenis produk keramik tersebut memiliki kontribusi yang cukup besar bagi industri keramik nasional, serta dikarenakan keterbatasan data dan untuk membatasi objek penelitian yang sangat luas. Penelitian ini mengambil observasi (data-data) dari kurun waktu 1990 sampai 2004 karena untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi impor keramik diperlukan data-data beberapa tahun kebelakang sebelum volume impor keramik mengalami peningkatan (1999-2004).

Dalam penelitian ini tidak dianalisis bagaimana dampak tarif impor terhadap industri keramik dalam negeri, karena beberapa data setelah tarif impor mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2005-2006 belum tersedia. Sehingga penelitian ini belum dapat melihat dampak peningkatan tarif impor terhadap volume impor keramik. Penelitian ini belum bisa merepresentasikan semua jenis keramik yang ada diindustri keramik, namun penelitian ini hanya ingin memberikan gambaran secara umum mengenai kondisi impor keramik di Indonesia saat ini.


(40)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Komoditas Keramik

Keramik merupakan suatu komoditas yang dibutuhkan dan harus dipenuhi oleh manusia untuk melengkapi kebutuhan papan (tempat tinggal) mulai dari penggunaan untuk lantai dan dinding, genteng/atap, saniter, hingga peralatan rumah tangga. Keramik memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari selain dibutuhkan sebagai perlengkapan dan peralatan/perkakas rumah tangga keramik juga berperan sebagai aktivitas ekonomi.

Keramik lantai/ubin dan dinding terdiri dari lima jenis mulai dari yang paling sederhana dan banyak digunakan hingga yang rumit proses pembuatannya. Lima jenis keramik tersebut antara lain adalah :

1. Keramik ubin dan dinding putih polos ukuran 30 cm x 30 cm. 2. Keramik ubin dan dinding dengan motif.

Kedua jenis keramik itu melewati proses pengglazuran atau merupakan jenis keramik glazur.

3. Granito yaitu jenis keramik yang tidak diglazur atau bertekstur kasar. 4. Marmer.

5. Batu Granit.

Dimana marmer dan batu granit berasal dari potongan-potongan batu yang terdapat di pegunungan (ASAKI, 2007).


(41)

12

Keramik dinding diproduksi karena didasarkan pada sifat durabilitas yaitu kemampuan keramik untuk melapisi dinding dari bahaya lumut karena terkena air terus-menerus (di kamar mandi), sehingga dengan dilapisi oleh keramik dinding maka dinding akan lebih tahan lama dan mudah dibersihkan (ASAKI, 2007). Keramik saniter diproduksi karena memiliki sifat untuk mengontrol proses pembilasan. Dengan produk saniter dari keramik manusia dapat menghemat penggunaan air, contohnya untuk kloset duduk yang disertai dengan alat pembilasan yang jauh lebih menghemat air daripada kloset dari semen biasa yang lebih banyak menggunakan air dalam pembilasan (ASAKI, 2007). Produk-produk keramik saniter antara lain yaitu : bak cuci keramik; baskom cuci; alas baskom cuci; bak mandi; bidet; bejana; kloset; bak pembilasan; tempat buang air kecil (urinals); dan perlengkapan sanitasi lainnya (Buku Tarif Bea Masuk Indonesia).

Keramik pecah-belah/peralatan rumah tangga (tableware) yaitu peralatan rumah tangga yang terbuat dari keramik. Terdiri dari bermacam-macam jenis mulai dari gelas/mug; piring; mangkok hingga gabungan dari ketiganya seperti satu set peralatan makan (ASAKI, 2007).

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Hapsari (2007), melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor gula Indonesia. Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor, peneliti menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan analisis regresi linear berganda dan model Double Log. Variabel yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor gula adalah produksi gula domestik, populasi, harga gula domestik, nilai tukar,


(42)

13

dummy tarif impor. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa populasi dan harga gula domestik mempunyai hubungan positif dengan volume impor gula, sedangkan variabel produksi gula domestik, nilai tukar, dan dummy tarif impor berpengaruh negatif terhadap volume impor gula.

Penelitian tentang impor yang dilakukan oleh Komarudin (2005), yaitu menganalisis permintaan impor buah apel di Indonesia. Selain menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor buah apel, Komarudin juga menganalisis tentang trend/pola impor, harga impor, dan nilai tukar rupiah dari beberapa negara yang diamati. Pemilihan negara-negara tersebut didasarkan pada negara terbesar yang mengekspor apel ke Indonesia. Dalam menguji faktor-faktor yang mempengaruhi impor apel Indonesia, variabel-variabel yang diduga mempengaruhi impornya adalah harga impor buah apel, nilai tukar rupiah, PDB Indonesia, serta volume impor buah apel dari beberapa negara yang diamati.

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor digunakan analisis regresi data panel model cross sectionally correlated and time wise autoregressive. Dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan impor yaitu harga impor, lag permintaan impor (dalam selang kepercayaan 95 persen) sedangkan PDB dan nilai tukar rupiah tidak berpengaruh nyata terhadap volume impor apel.

Rahmawati (2005), melakukan penelitian tentang bagaimana dampak kebijakan tarif impor gula serta variabel-variabel yang mempengaruhi volume impor gula. Dalam menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi volume impor digunakan model Regresi Linier Berganda dengan metode Ordinary Least


(43)

14

Square (OLS). Variabel-variabel yang diduga mempengaruhi impor gula adalah produksi gula domestik, konsumsi gula domestik, tarif impor gula, harga gula domestik, harga gula luar negeri, kurs/nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan pendapatan nasional/GNP (Gross National Product).

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa variabel produksi dan kurs mempunyai hubungan yang negatif dengan volume impor gula, sedangkan variabel konsumsi dan tarif memiliki hubungan yang positif dengan volume impor gula. Akan tetapi variabel harga domestik, harga luar negeri, pendapatan nasional tidak berpengaruh terhadap volume impor gula dalam taraf nyata 5 persen.

Situmorang (2005), melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor beras Indonesia. Dimana model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan impor beras terdiri dari lima persamaan struktural yaitu, luas areal panen tanaman padi, produktivitas padi, harga gabah ditingkat petani, impor beras Indonesia dan harga impor beras Indonesia. Analisisnya menggunakan model persamaan simultan dengan metode Two Stages Least Squares (2SLS).

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa dari variabel- variabel harga impor beras, produksi beras, jumlah penduduk, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, dan lag impor beras, hanya variabel harga impor beras yang berpengaruh nyata terhadap impor beras Indonesia.

Sedangkan penelitian tentang komoditas keramik pernah dilakukan oleh Samosir (2000), mengenai Analisis Faktor-faktor Penghambat UKM Produsen


(44)

15

Eksportir (PE) dan UKM Indirect Eksportir (IE) di Subsektor Industri Keramik Dalam Melakukan Ekspor dengan studi kasus Sentra Industri Kasongan, Kabupaten Bantul, Propinsi D.I. Yogyakarta. Dalam penelitiannya Samosir menganalisis tiga permasalahan yaitu (1) bagaimana gambaran dari kegiatan ekspor yang dilaksanakan oleh UKM PE dan UKM IE, (2) aspek-aspek apa saja yang terkandung dalam gambaran kegiatan tersebut, misalnya komoditi yang dominan, negara tujuan ekspor, sistem pembayaran yang diterima dan lain sebagainya, dan (3) faktor-faktor apa saja yang menjadi permasalahan bagi UKM PE dan UKM IE dalam melakukan kegiatan ekspor. Sehingga dengan diidentifikasinya faktor-faktor penghambat tersebut, maka dapat dirumuskan kebijakan pemerintah yang dapat membantu UKM PE dan UKM IE dalam melakukan ekspor. Dari hasil penelitian bahwa kinerja ekspor UKM PE dan UKM IE dipengaruhi oleh dua faktor penghambat yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang cukup mempengaruhi kinerja ekspor UKM antara lain: (1) manajemen yang bersifat tradisional atau manajemen keluarga, (2) likuiditas atau modal kerja yang cenderung menurun akibat krisis ekonomi, dan (3) upah tenaga kerja yang didominasi adanya kenaikan inflasi dan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Sedangkan faktor eksternal yang sangat mempengaruhi kinerja ekspor UKM adalah : (1) kenaikan suku bunga perbankan yang cukup tinggi mengakibatkan kelangkaan modal tambahan untuk memproduksi barang, (2) kenaikan harga baku lebih dipengaruhi adanya sebagian bahan baku terutama dalam finishing masih diimpor, (3) kurangnya informasi pasar baik itu negara-negara yang menjadi orientasi pasar produk UKM maupun


(45)

16

desain produk yang belum mengikuti keinginan pasar (up to date), dan (4) kurangnya dukungan Pemerintah Daerah dan rendahnya koordinasi antar instansi terkait dalam melakukan pembinaan UKM setempat.

Suhalis (1991), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Penawaran Ekspor Teh Hitam Indonesia dan Permintaan Impor Teh Hitam Dunia menganalisis tentang (1) penawaran ekspor teh hitam dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (2) permintaan impor teh hitam dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan (3) integrasi pasar teh hitam antara pasar London dan pasar Jakarta. Dimana dalam penelitiannya untuk menganalisis permintaan impor teh hitam dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, digunakan model regresi linear berganda dengan model Double Log. Variabel–variabel yang digunakan untuk menduga permintaan impor teh hitam adalah permintaan impor teh hitam dunia satu tahun sebelumnya dan permintaan impor teh hitam dua tahun sebelumnya, harga riil teh hitam di London yang telah dideflasi dengan domestic absorption prices, dan GNP total perkapita lima negara pengimpor utama teh hitam.

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa permintaan impor teh hitam dunia dipengaruhi oleh permintaan impor teh hitam satu tahun sebelumnya dan permintaan impor teh hitam dua tahun sebelumnya, sedangkan pengaruh faktor harga dan GNP perkapita bersifat inelastis. Bahwa dari hasil elastisitas pendapatan, kebijakan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk merangsang perubahan pengaruh konsumsi tidak akan efektif dalam meningkatkan volume impor teh hitam dunia.


(46)

17

Surifanni (2004), mengadakan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor kedelai dari Amerika Serikat (AS) dan aliran impor kedelai ke Indonesia serta faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap aliran impor tersebut. Data yang digunakan dalam penelitiannya adalah data time series pertahun dari tahun 1983 sampai tahun 2002 dan data cross section tahun 2001. Sedangkan untuk mengolah data digunakan software Minitab13.20. Model yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor adalah model impor sedangkan model yang digunakan untuk menjawab permasalahan aliran impor kedelai adalah model gravity. Dimana kedua model tersebut diselesaikan dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah komoditi yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah komoditi pangan, sedangkan komoditi yang dianalisis dalam penelitian ini adalah komoditi papan (tempat tinggal) yang terbagi menjadi tiga jenis yaitu keramik lantai, keramik tableware, dan keramik saniter. Selain itu analisis impor yang dilakukan dalam penelitian ini secara umum tidak terspesifikasi untuk beberapa negara saja, melainkan untuk semua negara yang terlibat dalam perdagangan komoditas keramik. Dalam penelitian ini juga akan dicantumkan hasil percobaan kombinasi berbagai macam variabel yang digunakan untuk menduga model permintaan volume impor masing-masing jenis keramik. Akan tetapi dalam penelitian ini tetap digunakan metode OLS, hal ini karena metode tersebut mudah digunakan dan diinterpretasikan hasil regresinya serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penelitian ini.


(47)

18

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu ini, bahwa secara umum variabel yang digunakan untuk menduga model permintaan impor antara lain adalah produksi, harga komoditi itu sendiri, harga komoditi substitusi, nilai tukar, pendapatan baik GDP nasional maupun GDP perkapita, jumlah peduduk, dan tarif. Sedangkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi impor suatu komoditi digunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan analisis regresi linier berganda.

2.3. Ordinary Least Square (OLS)

Analisis regresi adalah suatu metode yang mempelajari ketergantungan suatu variabel yang disebut sebagai variabel tak bebas (dependen)/terikat pada satu atau lebih variabel lain yaitu variabel yang menjelaskan/bebas (independen), dengan tujuan untuk memperkirakan nilai rata-rata hitung (mean) dari variabel dependen bila nilai variabel independen sudah diketahui.

Dari persamaan regresi yang telah diperoleh terlebih dahulu harus dilakukan pengujian sebelumnya, untuk mengetahui apakah persamaan tersebut memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Sehingga tidak terjadi penyimpangan yang cukup besar dari asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis regresi. Asumsi-asumsi yang harus diuji terlebih dahulu analisis regresi adalah kenormalan, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

Gujarati (2003), menyatakan bila asumsi-asumsi tersebut dapat dipenuhi maka dengan metode OLS akan menghasilkan koefisien regresi yang memenuhi sifat-sifat BLUE, yaitu :


(48)

19

Best : efisien yang berarti ragam/variannya minimum dan konsisten yang berarti walaupun menambah jumlah sampel maka nilai estimasi yang diperoleh tidak akan berbeda jauh dari parameternya.

Linier : koefisien regresinya linier.

Unbiased : tidak bias, nilai estimasi dari sampel akan mendekati nilai populasi.

Estimator : penduga parameter.

Untuk dapat melihat hubungan antara variabel-variabel yang akan diduga diperlukan suatu model. Model adalah gambaran atau yang mewakili keadaan yang sebenarnya, karena model bisa digunakan untuk menyederhanakan realitas. Suatu model dikatakan baik jika dapat memenuhi kriteria yang ditetapkan, kriteria tersebut antara lain :

1. Kriteria Ekonomi

Kriteria ini dilihat dari tanda-tanda koefisien yang sesuai dengan teori-teori ekonomi dan besarnya parameter.

2. Kriteria Statistik

Kriteria ini menyangkut uji secara statistik (uji F, uji t, dan nilai R2) untuk mengetahui apakah nilai-nilai uji tersebut menunjukan ada tidaknya pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

3. Kriteria Ekonometrika

Kriteria ini digunakan untuk melihat apakah model menyimpang dari asumsi-asumsi seperti autokorelasi, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.


(49)

20

Kriteria ekonometrika didasarkan pada asumsi-asumsi dari OLS sebagai berikut (Gujarati, 2003) :

a). Nilai rata-rata dari unsur gangguan sama dengan nol, yaitu E(ui) = 0 untuk i = 1,2,3,…,n.

b). Varian dari ui adalah konstan/homoskedastisitas, yaitu E(u2i) = σ2. c). Tidak ada autokorelasi dalam gangguan.

d). Variabel yang menjelaskan adalah nonstokastik yaitu tetap dalam sampel yang terulang, atau jika stokastik maka didistribusikan secara independen dari gangguan ui.

e). Tidak ada multikolinearitas diantara variabel yang menjelaskan.

f). Unsur gangguan didistribusikan secara normal dengan rata-rata nol dan varian σ2

.

Dengan dipenuhinya asumsi-asumsi tersebut maka koefisien yang diperoleh merupakan penduga linier terbaik yang memiliki sifat BLUE.


(50)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Perdagangan Internasional

Ekonomi internasional adalah ilmu yang mempelajari dan menganalisis tentang transaksi dan permasalahan ekonomi internasional baik ekspor maupun impor, perdagangan dan keuangan/moneter, serta organisasi (baik swasta maupun pemerintah) dan kerjasama ekonomi antar negara. Permasalahan pokok yang dipelajari dan dianalisis dalam ekonomi internasional yaitu masalah kelangkaan komoditi dan masalah pilihan komoditi. Komoditi/produk yang dimaksud adalah barang dan jasa serta ide yang dibutuhkan dan dihasilkan atau diolah oleh manusia. Masalah tersebut muncul karena adanya permintaan akan kebutuhan dan keinginan manusia yang sifatnya tidak terbatas dan penawaran dari sumberdaya yang sifatnya terbatas (Hady, 2004). Permasalahan tersebut menjadi bersifat internasional jika ada permintaan dari dalam maupun luar negeri begitu juga halnya dengan penawaran. Ekonomi internasional menjadi semakin penting saat ini karena persaingan antar negara semakin ketat dalam meningkatkan produktivitas, efisiensi, serta efektivitas yang optimal.

Pengertian perdagangan internasional secara sederhana menurut kamus ekonomi yaitu perdagangan yang terjadi antara dua negara atau lebih. Perdagangan luar negeri merupakan aspek penting bagi perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional menjadi semakin penting tidak hanya dalam


(51)

22

pembangunan negara yang berorientasi keluar akan tetapi juga dalam mencari pasar di negara lain bagi hasil-hasil produksi di dalam negeri serta pengadaan barang-barang modal guna mendukung perkembangan industri di dalam negeri.

Teori perdagangan internasional mulai muncul sejak abad ke 17 dan 18 dimana pada saat itu dikenal sebagai era merkantilisme. Setelah itu muncul pemikiran Adam Smith yang menyatakan bahwa perdagangan dua negara didasarkan pada keunggulan absolut. Dimana kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara setiap negara melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkan komoditi lain yang mempunyai kerugian absolut sehingga setiap negara dapat memperoleh keuntungan.

Setelah teori Adam Smith lahirlah hukum keunggulan komparatif David Ricardo. Hukum keunggulan komparatif menyatakan bahwa meskipun salah satu negara kurang efisien dibanding negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, masih terdapat dasar dilakukannya perdagangan yang menguntungkan dua negara (Salvatore, 1997). Hukum keunggulan komparatif inilah yang menjadi dasar bagi suatu negara untuk saling menukarkan komoditi melalui ekspor dan impor.

Perdagangan luar negeri juga dilatarbelakangi karena adanya perbedaan antar negara. Setiap negara memiliki perbedaan dengan negara lainnya, perbedaan tersebut meliputi SDA, iklim, letak geografis, penduduk, keahlian penduduk dan tenaga kerja (SDM), tingkat harga, keadaan ekonomi serta keadaan sosial (Amir, 1984). Selain itu faktor teknologi dan modal juga melatarbelakangi terjadinya perdagangan luar negeri. Sehingga dari perbedaan tersebut suatu negara dapat


(52)

23

memiliki keunggulan dalam menghasilkan suatu komoditi tertentu dibandingkan dengan negara lain. Keunggulan suatu negara dalam memproduksi suatu komoditi karena faktor alam maka negara tersebut memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage). Akan tetapi jika suatu negara dapat memproduksi suatu jenis barang dengan kualitas yang lebih baik serta biaya yang lebih murah karena ketepatan dalam mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi yang tersedia (alam, tenaga kerja, dan modal) maka negara tersebut memiliki keunggulan dalam perbandingan biaya (memiliki produktivitas tinggi) (comparative advantage), (Amir, 1984).

Tabel 4. Keunggulan Absolut.

Komoditi Negara A Negara B

Gandum (ton/ha) 6 1

Padi (ton/ha) 4 5

Sumber : Salvatore, 1997.

Dari tabel diatas menunjukan bahwa negara A memiliki keunggulan absolut dalam menghasilkan gandum, sedangkan negara B memilki keunggulan absolut dalam menghasilkan padi. Sehingga adanya perdagangan akan menyebabkan negara A berspesialisasi dalam menghasilkan gandum, sedangkan negara B akan berspesialisasi dalam menghasilkan padi.

Salvatore (1997), menuliskan bahwa hukum keunggulan komparatif, David Ricardo menyatakan bahwa meskipun salah satu negara kurang efisien dibanding negara lain dalam memproduksi kedua komoditi, masih terdapat dasar dilakukannya perdagangan yang menguntungkan kedua negara (sepanjang proporsi kerugian absolut pada kedua komoditi tersebut tidak sama). Tabel 5 dibawah menggambarkan cara kerja keunggulan komparatif.


(53)

24

Tabel 5. Keunggulan Komparatif.

Komoditi Negara A Negara B

Gandum (ton/ha) 6 1

Padi (ton/ha) 4 2

Sumber : Salvatore, 1997.

Negara A memiliki keunggulan absolut lebih besar baik untuk gandum maupun padi dibandingkan negara B. akan tetapi masih memungkinkan terjadinya perdagangan, dimana negara A dan B sama-sama memperoleh keuntungan. Jika negara A ingin menukarkan 1 ton gandum dengan negara B, maka negara A harus mengorbankan 0.6 ton padi. Sedangkan jika negara A ingin menukarkan 1 ton padi dengan negara B, maka maka negara A harus mengorbankan 1.5 ton padi.

Jika negara B ingin menukarkan 1 ton gandum dengan negara A, maka negara B harus mengorbankan 2 ton padi. Sedangkan jika negara B ingin menukarkan 1 ton padi dengan negara A, maka maka negara A harus mengorbankan 0.5 ton gandum. Maka, dari adanya perdagangan negara A akan menukarkan gandum untuk mendapatkan padi dan berspesialisasi dalam menghasilkan gandum. Sedangkan negara B akan menukarkan padi untuk mendapatkan gandum dan berspesialisasi dalam menghasilkan padi. Dalam hal ini perdagangan dapat tetap terjadi dengan mempertimbangkan opportunity cost (biaya yang harus dikorbankan).

Panel A pada Gambar 1 dibawah ini, menggambarkan penawaran dan permintaan komoditi X di negara A. Tanpa adanya perdagangan, pada harga PA

negara A akan produksi dan konsumsi di QA. Panel C menggambarkan penawaran

dan permintaan komoditi X di negara B. Tanpa adanya perdagangan, pada harga PB negara B akan produksi dan konsumsi di QB. Sedangkan panel B


(54)

25

menggambarkan perdagangan internasional komoditi X, dimana negara A akan mengekspor komoditi X ke negara B bila harga domestik (sebelum perdagangan) komoditi X di negara B lebih tinggi daripada harga domestik (sebelum perdagangan) komoditi X di negara A.

PX Negara A PX Perdagangan Internasional PX Negara B SB

SA PB’ S PB

PC Ekspor PD PC

PA PA’ D Impor DB

DA

0 QA QX 0 QD QX 0 QB QX A B C

Sumber : Salvatore, 1997.

Gambar 1. Mekanisme Terjadinya Perdagangan Internasional.

Pada PA negara A tidak akan mengekspor komoditi X, sehingga pada panel

B menghasilkan titik PA’. Begitu juga halnya dengan negara B yang tidak akan

mengimpor komoditi X pada PB sehingga menghasilkan titik PB’ pada panel B.

Andaikan terjadi suatu harga tertentu yaitu PC maka negara A akan meningkatkan

produksi, sementara konsumsi menurun akibat peningkatan harga. Hal ini menyebabkan terjadinya Excess Supply (ES) di negara A, yang pada akhirnya ES tersebut akan diekspor ke negara yang mengalami Excess Demand (ED), yaitu negara B. Sementara di negara B pada harga PC, negara B akan mengurangi

produksi, sedangkan konsumsi akan meningkat karena penurunan harga. Sehingga menyebabkan ED di negara B yang akan dipenuhi dengan mengimpor dari negara A. Pertemuan antara ES negara A dengan ED di negara B akan menghasilkan harga keseimbangan di pasar internasional untuk komoditi X, yaitu PD. Harga


(55)

26

inilah yang akan menjadi dasar bagi negara A dan negara B untuk saling menukarkan komoditi.

3.1.2. Teori Permintaan

Permintaan adalah jumlah barang ekonomi yang akan dibeli pada harga tertentu, pada saat tertentu, dipasar tertentu. Jadwal permintaan menunjukan jumlah barang ekonomi yang akan dibeli pada semua harga yang mungkin terjadi disaat tertentu di pasar. Permintaan dalam perekonomian sangat dipengaruhi oleh preferensi konsumen/pilihan masing-masing pembeli yang bebas, berdasarkan persepsi mereka mengenai harga (Ismanthono, 2006). Permintaan selalu didasari kemauan dan kemampuan untuk membeli suatu produk tidak semata-mata karena keinginan/kebutuhan atas produk tersebut (Pass dan Lowes, 1994).

Jumlah yang diminta untuk suatu komoditi adalah jumlah komoditi total yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga (RT) (Lipsey, 1995). Terdapat tiga hal penting dalam konsep kuantitas yang diminta pertama, jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang dinginkan. Dalam hal ini, menunjukan berapa banyak jumlah yang ingin dibeli oleh RT berdasarkan harga komoditi itu, harga komoditi lainnya, penghasilan masing-masing RT, selera, dan sebagainya. Kedua adalah bahwa apa yang dinginkan merupakan permintaan efektif yang berarti menunjukan berapa banyak orang yang bersedia untuk membelinya pada harga yang harus mereka bayar untuk komoditi tersebut. Terakhir adalah kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang terjadi secara terus menerus.

Dalam Lipsey (1995), faktor-faktor yang menentukan jumlah kuantitas yang diminta adalah harga komoditi itu sendiri, harga komoditi substitusi dan


(56)

27

komplementernya, rata-rata penghasilan RT, distribusi pendapatan, selera, dan populasi. Permintaan pada dasarnya merupakan hubungan menyeluruh antara kuantitas/jumlah komoditi tertentu yang akan dibeli konsumen selama periode waktu tertentu, dengan harga komoditi tersebut.

Dalam permintaan terjadi hubungan multivariate yaitu hubungan antara beberapa variabel (harga, pendapatan, distribusi pendapatan, selera, dan populasi) yang mempengaruhi satu variabel tunggal (misalkan jumlah yang diminta). Untuk mengetahui pengaruh variabel tersebut satu persatu pada saat tertentu, kita harus mempertahankan semua variabel konstan (cateris paribus), kecuali satu variabel yang ingin kita ketahui pengaruhnya terhadap jumlah yang diminta. Fungsi permintaan suatu komoditi terdiri dari variabel jumlah komoditi yang diminta, harga komoditi tersebut, harga komoditi lain (substitusi), pendapatan, dan selera konsumen.

Harga komoditi itu sendiri dan harga barang komplementernya memiliki hubungan yang negatif dengan jumlah komoditi yang ingin diminta (cateris paribus), artinya semakin tinggi harga komoditi itu sendiri dan harga barang komplementernya akan semakin sedikit jumlah komoditi yang akan diminta. Sedangkan pendapatan, harga komoditi substitusinya, jumlah penduduk, dan selera memiliki hubungan yang positif dengan jumlah komoditi yang akan diminta (cateris paribus), artinya semakin tinggi variabel-variabel tersebut akan semakin banyak jumlah komoditi yang akan diminta (Lipsey, 1995).

Panel A pada Gambar 2 dibawah ini, menggambarkan pergeseran kurva permintaan yaitu perubahan permintaan karena adanya perubahan faktor lain


(57)

28

selain harga (misalnya jumlah penduduk) cateris paribus, sehingga akibat adanya peningkatan jumlah penduduk pada harga P1 akan meningkatkan jumlah komoditi

yang akan diminta dari Q0 ke Q1 dan menyebabkan pergeseran kurva permintaan

dari D0 ke D1.

Harga Harga

P1 B

P1 P0 A D0 D1 D

Q0 Q1 Kuantitas Q0 Q1 Kuantitas A B

Sumber : Lipsey, 1995.

Gambar 2. Pergeseran dan Pergerakan Kurva Permintaan

Panel B menggambarkan pergerakan di sepanjang kurva permintaan yaitu perubahan jumlah komoditi yang diminta disebabkan karena terjadinya perubahan pada harga komoditi itu sendiri. Akibat kenaikan harga pada suatu komoditi dari P0 ke P1 akan menyebabkan penurunan jumlah komoditi yang diminta dari Q0 ke

Q1. Sehingga perpindahan dari titik A ke B dinamakan pergerakan disepanjang

kurva permintaan.

3.1.3. Teori Impor dan Hambatan Perdagangan : Tarif Impor

Impor adalah arus masuk dari sejumlah barang dan jasa ke dalam pasar sebuah negara baik untuk keperluan konsumsi ataupun sebagai barang modal atau bahan baku produksi dalam negeri. Semakin besar impor, disatu sisi baik karena menyediakan kebutuhan rakyat negara itu akan produk atau jasa tersebut, namun sisi lainnya bisa mematikan produk dan jasa sejenis dalam negeri, dan yang paling


(1)

Model Percobaan Volume Impor Keramik

Tableware

(3)

Hasil Estimasi

Dependent Variable: LNVI

Method: Least Squares

Date: 08/19/07 Time: 00:52

Sample: 1990 2004

Included observations: 15

Variable Coefficient

Std.

Error

t-Statistic

Prob.

C -3.161912

99.92372

-0.031643

0.9756

LNQ -0.173523

0.162010

-1.071064

0.3197

LNPD -0.355041

0.188028

-1.888231

0.1009

LNPI -0.820364

0.189409

-4.331183

0.0034

LNER -0.679032

0.887776

-0.764869

0.4693

LNGDPK -3.214309

2.415696

-1.330594

0.2250

LNJP 6.727494

5.894252

1.141365

0.2913

DUMMY -2.787336

2.155566

-1.293088

0.2370

R-squared

0.978732 Mean dependent var

16.10672

Adjusted R-squared

0.957465 S.D. dependent var

1.109780

S.E. of regression

0.228881 Akaike info criterion

0.193300

Sum squared resid

0.366707 Schwarz criterion

0.570927

Log likelihood

6.550246 F-statistic

46.02007

Durbin-Watson stat

2.548887 Prob(F-statistic)

0.000025

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.654273 Probability

0.559245

Obs*R-squared 3.111363 Probability 0.211045

Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.689860 Probability

0.431282

Obs*R-squared 13.65340 Probability 0.323387

Uji Multikolinearitas

LNQ2 LNPD LNPI LNER LNGDPK LNJP DUMMY

LNQ 1.000000 -0.827186 -0.484965 0.239190 -0.634139 0.635642 0.583374 LNPD -0.827186 1.000000 0.161248 0.049004 0.350180 -0.331689 -0.280149 LNPI -0.484965 0.161248 1.000000 -0.273326 0.640168 -0.732039 -0.606926 LNER 0.239190 0.049004 -0.273326 1.000000 -0.687085 0.449869 0.788516 LNGDPK -0.634139 0.350180 0.640168 -0.687085 1.000000 -0.922769 -0.984602 LNJP 0.635642 -0.331689 -0.732039 0.449869 -0.922769 1.000000 0.857046 DUMMY 0.583374 -0.280149 -0.606926 0.788516 -0.984602 0.857046 1.000000


(2)

Method: Least Squares

Date: 08/19/07 Time: 01:08

Sample: 1990 2004

Included observations: 15

Variable Coefficient

Std.

Error

t-Statistic

Prob.

C -55.46988

65.65659

-0.844849

0.4227

LNQ -0.217327

0.149322

-1.455423

0.1836

LNPD -0.398243

0.166933

-2.385653

0.0442

LNPI -0.610046

0.193516

-3.152428

0.0135

LNER -1.029077

0.413658

-2.487750

0.0377

LNGDP 2.085449

1.882637

1.107728

0.3002

LNJP 5.463435

7.405496

0.737754

0.4817

R-squared 0.976896 Mean

dependent

var

16.10672

Adjusted R-squared

0.959569 S.D. dependent var

1.109780

S.E. of regression

0.223150 Akaike info criterion

0.142776

Sum squared resid

0.398366 Schwarz criterion

0.473200

Log likelihood

5.929176 F-statistic

56.37764

Durbin-Watson stat

2.595521 Prob(F-statistic)

0.000004

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic

0.789564 Probability

0.496130

Obs*R-squared

3.125284 Probability

0.209582

Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic

0.883793 Probability

0.621301

Obs*R-squared

11.46274 Probability

0.405349

Uji Multikolinearitas

LNQ LNPD LNPI LNER LNGDP LNJP

LNQ 1 -0.827185883962 -0.484964616571 0.23918963084 0.67161574825 0.63564179587 LNPD -0.827185883962 1 0.161248323307 0.04900446857 -0.4162467404 -0.3316887911 LNPI -0.484964616571 0.161248323307 1 -0.2733258050 -0.7628907633 -0.7320393964 LNER 0.239189630844 0.0490044685784 -0.27332580501 1 0.31605856189 0.44986851372 LNGDP 0.671615748251 -0.416246740457 -0.762890763332 0.31605856189 1 0.97763247267


(3)

Model Percobaan Volume Impor Keramik Saniter (1)

Hasil Estimasi

Dependent Variable: LNVI

Method: Least Squares

Date: 08/20/07 Time: 23:11

Sample: 1990 2004

Included observations: 15

Variable Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C 58.61293

19.05533

3.075934

0.0152

LNQ -0.617976

0.223672

-2.762863

0.0246

LNPD -0.793092

0.305291

-2.597825

0.0317

LNPI -0.140120

0.347705

-0.402985

0.6975

LNER -5.170549

1.306237

-3.958354

0.0042

LNGDP 1.023766

1.205654

0.849137

0.4205

DUMMY 2.452149

0.766901

3.197477

0.0127

R-squared 0.925634 Mean

dependent

var

13.08186

Adjusted R-squared

0.869860 S.D. dependent var

1.062118

S.E. of regression

0.383158 Akaike info criterion

1.223986

Sum squared resid

1.174480 Schwarz criterion

1.554409

Log likelihood

-2.179894 F-statistic

16.59611

Durbin-Watson stat

1.891522 Prob(F-statistic)

0.000406

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.936243 Probability 0.129071

Obs*R-squared 7.419448 Probability

0.024484

Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.589837 Probability 0.774676

Obs*R-squared 10.25727 Probability

0.507405

Uji Multikolinearitas

LNQ LNPD LNPI LNER LNGDP DUMMY

LNQ 1.000000 -0.648502 -0.142104 0.173605 0.347657 0.240724 LNPD -0.648502 1.000000 -0.211428 0.170731 0.114736 0.203213

LNPI -0.142104 -0.211428 1.000000 -0.045115 -0.845563 -0.556906 LNER 0.173605 0.170731 -0.045115 1.000000 0.316059 0.788516 LNGDP 0.347657 0.114736 -0.845563 0.316059 1.000000 0.769264 DUMMY 0.240724 0.203213 -0.556906 0.788516 0.769264 1.000000


(4)

Method: Least Squares

Date: 08/20/07 Time: 23:24

Sample: 1990 2004

Included observations: 15

Variable Coefficient

Std.

Error

t-Statistic

Prob.

C 280.0347

218.5941

1.281072

0.2410

LNQ -0.257838

0.367185

-0.702203

0.5052

LNPD -0.602413

0.346497

-1.738581

0.1257

LNPI -0.223033

0.337582

-0.660676

0.5300

LNER -4.853371

1.558025

-3.115078

0.0170

LNGDPK -5.305849

5.163676

-1.027533

0.3384

LNJP -11.76735

13.12191

-0.896771

0.3996

DUMMY -1.502693

4.296708

-0.349731

0.7368

R-squared

0.929583 Mean dependent var

13.08186

Adjusted R-squared

0.859166 S.D. dependent var

1.062118

S.E. of regression

0.398591 Akaike info criterion

1.302764

Sum squared resid

1.112123 Schwarz criterion

1.680391

Log likelihood

-1.770730 F-statistic

13.20107

Durbin-Watson stat

2.068982 Prob(F-statistic)

0.001500

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 5.562739 Probability

0.053536

Obs*R-squared 10.34898 Probability

0.005659

Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.626191 Probability

0.757300

Obs*R-squared 11.84685 Probability 0.458057

Uji Multikolinearitas

LNQ LNPD LNPI LNER LNGDPK LNJP DUMMY

LNQ 1.000000 -0.648502 -0.142104 0.173605 -0.232672 0.390396 0.240724 LNPD -0.648502 1.000000 -0.211428 0.170731 -0.202840 0.076747 0.203213 LNPI -0.142104 -0.211428 1.000000 -0.045115 0.659833 -0.773264 -0.556906 LNER 0.173605 0.170731 -0.045115 1.000000 -0.687085 0.449869 0.788516 LNGDPK -0.232672 -0.202840 0.659833 -0.687085 1.000000 -0.922769 -0.984602

LNJP 0.390396 0.076747 -0.773264 0.449869 -0.922769 1.000000 0.857046 DUMMY 0.240724 0.203213 -0.556906 0.788516 -0.984602 0.857046 1.000000


(5)

Model Percobaan Volume Impor Keramik Saniter (3)

Hasil Estimasi

Dependent Variable: LNVI

Method: Least Squares

Date: 08/20/07 Time: 23:32

Sample: 1990 2004

Included observations: 15

Variable Coefficient

Std.

Error

t-Statistic

Prob.

C 85.39384

25.64736

3.329537

0.0104

LNQ -0.524442

0.212849

-2.463915

0.0391

LNPD -0.729739

0.312180

-2.337560

0.0476

LNPI -0.224403

0.333422

-0.673030

0.5199

LNER -5.164025

1.500322

-3.441945

0.0088

LNGDPK -1.155892

2.262700

-0.510846

0.6233

DUMMY 1.590060

2.531200

0.628184

0.5474

R-squared 0.921493 Mean

dependent

var

13.08186

Adjusted R-squared

0.862613 S.D. dependent var

1.062118

S.E. of regression

0.393683 Akaike info criterion

1.278182

Sum squared resid

1.239889 Schwarz criterion

1.608606

Log likelihood

-2.586368 F-statistic

15.65026

Durbin-Watson stat

1.910239 Prob(F-statistic)

0.000501

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 5.474965 Probability

0.044356

Obs*R-squared 9.690244 Probability

0.007867

Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.297413 Probability

0.941261

Obs*R-squared 7.824736 Probability

0.728912

Uji Multikolinearitas

LNQ LNPD LNPI LNER LNGDPK DUMMY

LNQ 1.000000 -0.648502 -0.142104 0.173605 -0.232672 0.240724 LNPD -0.648502 1.000000 -0.211428 0.170731 -0.202840 0.203213 LNPI -0.142104 -0.211428 1.000000 -0.045115 0.659833 -0.556906 LNER 0.173605 0.170731 -0.045115 1.000000 -0.687085 0.788516 LNGDPK -0.232672 -0.202840 0.659833 -0.687085 1.000000 -0.984602 DUMMY 0.240724 0.203213 -0.556906 0.788516 -0.984602 1.000000


(6)

Method: Least Squares

Date: 08/20/07 Time: 23:35

Sample: 1990 2004

Included observations: 15

Variable Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C 69.03825

75.21276

0.917906

0.3855

LNQ -0.546859

0.236848

-2.308905

0.0498

LNPD -0.752133

0.315466

-2.384193

0.0443

LNPI -0.282829

0.333687

-0.847588

0.4213

LNER -5.562519

1.401698

-3.968415

0.0041

LNJP 0.316237

5.841925

0.054132

0.9582

DUMMY 2.804598

0.946621

2.962748

0.0181

R-squared 0.918962 Mean

dependent

var

13.08186

Adjusted R-squared

0.858183 S.D. dependent var

1.062118

S.E. of regression

0.399979 Akaike info criterion

1.309916

Sum squared resid

1.279866 Schwarz criterion

1.640339

Log likelihood

-2.824370 F-statistic

15.11977

Durbin-Watson stat

1.961704 Prob(F-statistic)

0.000566

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 6.219928 Probability 0.034449

Obs*R-squared 10.11927 Probability

0.006348

Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.152253 Probability 0.992639

Obs*R-squared 4.135423 Probability

0.941031

Uji Multikolinearitas

LNQ LNPD LNPI LNER LNJP DUMMY LNQ 1.000000 -0.648502 -0.142104 0.173605 0.390396 0.240724 LNPD -0.648502 1.000000 -0.211428 0.170731 0.076747 0.203213

LNPI -0.142104 -0.211428 1.000000 -0.045115 -0.773264 -0.556906 LNER 0.173605 0.170731 -0.045115 1.000000 0.449869 0.788516

LNJP 0.390396 0.076747 -0.773264 0.449869 1.000000 0.857046 DUMMY 0.240724 0.203213 -0.556906 0.788516 0.857046 1.000000