Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Volume Impor Komoditas Apel Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI VOLUME
IMPOR KOMODITAS APEL INDONESIA

ISWAHYUNI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-faktor yang
Memengaruhi Volume Impor Komoditas Apel Indonesia adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Iswahyuni
NIM H14110040

ABSTRAK
ISWAHYUNI. Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Impor Komoditas Apel
Indonesia. Dibimbing oleh TANTI NOVIANTI.
Apel merupakan jenis buah-buahan dari produk hortikultura dengan volume
impor yang cukup besar. Tingginya volume impor apel tidak lepas dari pengaruh
adanya ketersediaan apel dari negara pengekspor, seperti Australia, China,
Perancis, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Afrika
Selatan yang terus meningkat. Oleh sebab itu, perlu dianalisis faktor-faktor yang
dapat memengaruhi volume impor apel Indonesia. Metode yang digunakan adalah
panel data statis dengan pendekatan gravity model dalam kurun waktu selama
tahun 2009-2013 dari delapan negara pengekspor terbesar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa harga apel impor, harga apel domestik, harga jeruk domestik,
produksi apel domestik, nilai tukar riil, GDP riil per kapita Indonesia, GDP riil per
kapita negara pengekspor, dan jarak ekonomi memengaruhi volume impor apel
Indonesia.

Kata kunci: Apel, Gravity Model, Volume Impor

ABSTRACT
ISWAHYUNI. The Determinants of Indonesia’s Apples Import Volume..
Supervised by TANTI NOVIANTI.
Apples are kind of horticultural product with high rate of import volume.
The high volume of imported apples was influenced by increasing availability of
apples’s supply in exporting countries, such as Australia, China, France, Japan,
South Korea, New Zealand, USA, and South Africa. Therefore, analyzing the
determinants of Indonesia’s apples import volume is needed. The method used in
this study is static data panel with gravity model approach. Besides, this study
utilizes Indonesia’s data on apples’s import volume from 2009 to 2013 from eight
largest exporting countries. The results show that price of imported apples, price
of domestic apples, price of domestic oranges, total production of domestic
apples, real exchange rate, Indonesia's real GDP per capita, exporting countries’s
real GDP per capita, and economic distance affect Indonesia’s apples import
volume.
Keywords: Apples, Gravity model, Import Volume

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI VOLUME

IMPOR KOMODITAS APEL INDONESIA

ISWAHYUNI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah

perdagangan, dengan judul Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Impor
Komoditas Apel Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Isbi
Zohalman dan Ibu Nety Herawati serta kedua kakak tersayang dan seluruh
keluarga yang senantiasa selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Tanti Novianti, SP, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan serta waktu yang diluangkan selama
proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2. Ibu Dr. Ir. Wiwiek Rindayati, M.Si selaku dosen penguji utama dan
Bapak Dr. Muhammad Findi Alexandi, SE, ME selaku dosen penguji
Komisi Pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran untuk
memperbaiki skripsi ini.
3. Seluruh dosen, staf dan civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis.
4. Sahabat penulis: Nur Ariyani, Dian Asti Wulandari, Marsella Prisilia,
Anne Florita, Ririn Indah Safitri, Carla Sheila Wulandari, Oktavina
Widya, Nurul Rahmadhani, Isti Rahmadhani, Ira Miranti Nurani, Wiwi
Uliyati, Elma Nefia, Ening Dwi Jawaty, Dyah Kusumaningrum dan Tuti
Septi Sriharyani.

5. Teman sebimbingan: Melisa Ananda Samosir, Doni Jaelani, Raras
Ramadina Dasri, dan Ade Ayu Amalina Fleury.
6. Rekan-rekan KKP Hegarmanah: Yulya Aryani, Syifa Kamillia, Riana
Santoso, Evillya Br Sembiring, Caesar Pratama, dan Deny Kusumaraya.
7. Keluarga besar Ilmu Ekonomi 48 yang selama ini telah bersama-sama
menuntut ilmu di IPB.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Iswahyuni

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian


6

Ruang Lingkup Penelitian

6

TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori

6
6

Penelitian Terdahulu

11

Kerangka Pemikiran

12


Hipotesis Penelitian

13

METODE

14

Jenis dan Sumber Data

14

Metode Analisis Data

14

Analisis Data Panel

15


Model Penelitian

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

19

Gambaran Umum

19

Pemilihan Kesesuaian Model dan Hasil Estimasi

21

Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Impor Apel Indonesia

23


Negara-Negara Pengekspor yang Berpotensi Memengaruhi Volume Impor
Apel Indonesia

28

SIMPULAN DAN SARAN

28

Simpulan

28

Saran

29

DAFTAR PUSTAKA


29

LAMPIRAN

32

RIWAYAT HIDUP

34

DAFTAR TABEL
1 Perbandingan volume impor buah apel dengan buah segar lainnya tahun
2009-2013
2 Perbandingan volume produksi, impor, dan ekspor apel Indonesia
tahun 2009-2013
3 Volume impor apel Indonesia dari negara pengekspor pada tahun 20092013 (ton)
4 Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 menurut
lapangan usaha (milyar rupiah) tahun 2009-2013
5 Nilai ekspor-impor komoditas apel di Indonesia tahun 2009-2013
6 Jenis dan sumber data
7 Perkembangan pedagangan Indonesia untuk komoditas apel tahun
2009-2012 (ton)
8 Perkembangan produksi, luas panen, dan produktivitas apel tahun 20092013
9 Jumlah produksi apel dari negara pengekspor tahun 2009-2012 (ton)
10 Hasil estimasi gravity model volume impor apel Indonesia
menggunakan model fixed effect dengan pembobotan cross section
11 Perbandingan harga apel Indonesia dengan harga apel impor di setiap
negara-negara pengekspor tahun 2009-2013
12 Perbandingan harga jeruk Indonesia dengan harga apel impor di setiap
negara-negara pengekspor tahun 2009-2013
13 Perbandingan harga apel impor di setiap negara-negara pengekspor
tahun 2009-2013
14 Perbandingan gdp riil per kapita negara pengekspor dan jarak
geografisnya tahun 2009-2013
15 Hasil estimasi model volume impor apel Indonesia cross section effect

2
2
3
4
5
14
19
20
21
22
23
24
27
27
28

DAFTAR GAMBAR
1 Perkembangan impor dan ekspor komoditas buah-buahan tahun 20102014
2 Kurva perdagangan internasional
3 Alur kerangka pemikiran

1
7
13

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Hasil estimasi fixed effect model
Hasil Chow test
Hasil uji normalitas
Hasil uji multikolinearitas

32
33
33
33

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Nilai (juta US $)

Indonesia dikenal sebagai negara tropis yang dapat menghasilkan beragam
buah-buahan tropis yang tidak dapat tumbuh dengan baik di negara subtropis,
seperti salak, durian, jambu air, dan sebagainya. Sementara itu, Indonesia tetap
mampu menghasilkan buah-buahan seperti di negara subtropis, diantaranya jeruk,
apel, dan anggur. Keunggulan ini seharusnya dapat dimanfaatkan dengan
maksimal oleh pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan ekspor buahbuahan Indonesia. Faktanya, pada era globalisasi dengan adanya pasar bebas
seperti saat ini banyak produk impor yang masuk ke Indonesia dengan mudah,
salah satunya adalah buah-buahan. Selama periode 2010-2014, Indonesia terus
meningkatkan aktivitas perdagangan internasional. Gambar 1 menunjukkan
bahwa nilai ekspor maupun impor buah-buahan Indonesia cenderung meningkat,
akan tetapi nilai impor lebih besar dibandingkan nilai ekspor.

900,00
800,00
700,00
600,00
500,00
400,00
300,00
200,00
100,00
0,00

829,00 848,70
655,40

789,20
667,30

655,20
Impor

435,60 401,90 418,10

Ekspor

297,90

2010

2011

2012
Tahun

2013

2014

Sumber : Pusdatin Kemendag RI, 2015 (diolah).
Gambar 1 Perkembangan impor dan ekspor komoditas buah-buahan tahun 2010-2014 di
Indonesia

Pertumbuhan nilai ekspor komoditas buah-buahan rata-rata mengalami
peningkatan pada periode 2010-2014 dengan rata-rata nilai ekspor pertahun
sebesar 441.74 juta US$ dan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 24.81 persen.
Nilai ekspor turun mencapai 401.90 juta US$ pada tahun 2012, kemudian
meningkat kembali pada tahun 2013-2014. Tahun 2014, nilai ekspor mengalami
peningkatan yang paling besar dibandingkan empat tahun terakhir yang mencapai
655.20 juta US$.
Pertumbuhan nilai ekspor yang sudah baik ternyata nilainya tidak lebih
besar dibandingkan nilai impor komoditas buah-buahan pada periode 2010-2014
dengan rata-rata nilai impor pertahun sebesar 757.92 US$. Laju pertumbuhan nilai
impor rata-rata pertahun sebesar 6,44 persen. Nilai impor paling besar terjadi pada

2
tahun 2012 mencapai 848.70 juta US$, kemudian menurun tahun 2013 menjadi
667.30 juta US$. Kondisi ini tidak berlangsung lama, tahun 2014 nilai impor
kembali meningkat sebesar 789.20 juta US$. Besarnya impor komoditas buahbuahan khususnya buah segar menunjukkan bahwa produksi dalam negeri belum
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Buah apel menjadi salah satu buah segar yang memiliki ketergantungan
terhadap impor karena menjadi komoditas yang paling banyak digemari
masyarakat. Hal ini terlihat dari tingginya volume impor buah apel dibandingkan
dengan buah segar impor lainnya.
Tabel 1 Perbandingan volume impor buah apel dengan buah segar lainnya tahun
2009-2013 di Indonesia (ton)
Tahun

Jenis
buah
Pisang
Kurma
Alpukat
Jeruk
Anggur
Apel
Buah
segar
lainnya

2009

2010

2011

2012

2013

Trend
(%)

328.5
16 435.6
9.9
19 586.2
34 961.4
153 511.9

2 779.2
16 985.9
14.6
31 346.4
41 259.8
197 487.2

1 631.0
20 142.1
15.8
33 073.9
55 793.6
212 684.7

1 922.1
22 557.9
52.3
32 492.0
59 448.5
183 859.4

336.8
29 110.6
0.3
17 328.4
37 639.2
129 932.4

160.0
15.7
46.7
4.3
5.8
-1.6

107 742.8

91 244.0

142 275.2

159 542.5

77 191.8

0.3

Sumber : UN Comtrade, 2015 (diolah).

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa perbandingan volume impor buah
apel lebih besar dibandingkan impor buah segar lainnya, seperti pisang, kurma,
alpukat, jeruk, anggur, dan buah segar lainnya. Volume impor apel paling tinggi
terjadi pada tahun 2011 sebesar 212 684.7 ton, dan yang terendah terjadi pada
tahun 2013 sebesar 129 932.4 ton. Rata-rata pertumbuhan volume impor apel
pertahun menurun sebesar 1.6 persen meskipun menurun, namun besarnya volume
impor apel tetap mendominasi dari buah segar lainnya pada tahun 2009-2013. Hal
ini disebabkan oleh ketersediaan produksi apel domestik yang cenderung
meningkat tidak dapat memenuhi konsumsi dalam negeri, sehingga masih
perlunya kontribusi impor apel Indonesia. Tabel 2 akan menjelaskan
perbandingan volume produksi, impor, dan ekspor apel Indonesia tahun 20092013.
Tabel 2 Perbandingan volume produksi, impor, dan ekspor apel Indonesia tahun
2009-2013
Volume (ton)
Produksi
Impor
2009
262 009
153 511.9
2010
190 609
197 487.2
2011
200 173
212 684.7
2012
247 075
183 859.4
2013
255 245
129 932.4
Sumber : Kementan RI dan UN Comtrade, 2015 (diolah).
Tahun

Ekspor
60.9
9.0
24.2

3
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa produksi dan volume impor
cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2009-2013. Volume produksi
memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 1.13 persen dengan volume terbesar
terjadi pada tahun 2009 sebanyak 262 009 ton, dan yang terendah terjadi pada
tahun 2010 sebanyak 190 609 ton. Besarnya volume produksi ternyata tidak
menyebabkan ketiadaan impor apel ke Indonesia. Rata-rata pertumbuhan volume
impor sebesar -1.63 persen dengan volume terbesar terjadi pada tahun 2011
sebanyak 212 684.7 ton, dan yang terendah terjadi tahun 2013 sebanyak 129
932.4 ton. Hal ini diduga karena produksi dalam negeri yang bersifat musiman
menyebabkan kontribusi impor sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pasar, meskipun rata-rata pertumbuhannya menurun tetapi kontribusinya selalu
ada setiap tahun.
Selain itu, besarnya volume produksi apel di Indonesia tidak
mengakibatkan volume ekspor apel menjadi tinggi. Tahun 2009-2012, volume
ekspor tidak lebih besar dibandingkan volume impor. Banyaknya permintaan apel
di Indonesia, dan rendahnya kualitas apel lokal diduga menjadi pemicu hal
tersebut terjadi.
Tingginya volume impor apel tidak lepas dari pengaruh adanya
ketersediaan apel dari negara pengekspor. Kondisi volume impor apel dari negara
lain terus meningkat, terutama dari beberapa negara pengekspor terbesar yang
konsisten mengekspor apel dari tahun 2009-2013 seperti Australia, China,
Perancis, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Afrika
Selatan. Tabel 3 menunjukkan volume impor apel Indonesia dari negara
pengekspor pada tahun 2009-2013.
Tabel 3 Volume impor apel Indonesia dari negara pengekspor pada tahun 20092013 (ton)
Negara

2009
2010
Australia
560.8
105.1
China
108 398.7 150 572.1
Perancis
1 419.4
875.7
Jepang
85.4
89.1
Republik Korea
231.5
178.8
Selandia Baru
3 111.1
3 102.5
Afrika Selatan
560.5
1 197.0
Amerika Serikat
38 640.5
40 937.8
Sumber : UN Comtrade, 2015 (diolah).

Tahun
2011
2012
316.7
584.5
156 049.2 127 014.1
1 273.1
956.7
52.2
35.2
79.7
23.5
3 792.8
3 812.3
1 486.9
1 872.3
49 344.7 49 240.7

2013
157.3
92 856.7
381.0
79.2
36.6
3 841.4
1 063.3
31 516.9

Trend
(%)
32.9
-0.7
-19.5
13.8
-23.2
5.8
30.1
-2.4

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa volume impor apel Indonesia dari
negara pengekspor terbesar memiliki kontribusi yang berbeda-beda. Data dari UN
Comtrade menunjukkan delapan negara ini yang konsisten mengekspor apel dan
memiliki kontribusi volume ekspor apel terbesar dibandingkan negara lain di
dunia. Volume ekspor apel terbesar berasal dari China yang memiliki rata-rata
pertumbuhan pertahun yang menurun sebesar 0.7 persen dengan volume yang
paling tinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 156 049.2 ton, dan yang terendah

4
terjadi pada tahun 2013 sebesar 92 856.7 ton. Volume ekspor apel tahun 20092013 yang paling rendah dari Jepang dengan rata-rata pertumbuhan pertahun
sebesar 13.8 persen. Volume ekspor apel Jepang tertinggi terjadi tahun 2010
sebesar 89.1 ton, dan yang terendah terjadi tahun 2012 sebesar 35.2 ton.
Faktor globalisasi yang membuat menyebarnya pangsa pasar dunia
merupakan masalah besar bagi Indonesia yang mempunyai kemampuan produk
masih lemah dari segi kualitas, kuantitas, dan kontinuitas sehingga mengakibatkan
produk sejenis kalah bersaing yang akhirnya dapat mengakibatkan lonjakan
produk impor dan mematikan pasar produk sejenis dalam negeri. Penelitian ini
akan membahas komoditas apel yang berasal dari delapan negara yang rata-rata
memiliki volume ekspor apel terbesar pada tahun 2009-2013, seperti Australia,
China, Perancis, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan
Afrika Selatan. Delapan negara ini telah memasuki pangsa pasar Indonesia yang
mengakibatkan apel domestik kalah bersaing sehingga dapat mematikan pasar
domestik. Oleh karena itu, dengan mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap aliran impor komoditas buah apel Indonesia, maka Indonesia dapat
meningkatkan daya saingnya agar dapat meraih pangsa pasar apel yang lebih
menguntungkan negara.

Perumusan Masalah
Sektor pertanian di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi lima
subsektor. Salah satu dari subsektor tersebut adalah tanaman bahan makanan yang
merupakan bagian dari hortikultura yang terdiri atas tanaman sayuran, buahbuahan, biofarmakan, dan tanaman hias. Besarnya nilai masing-masing subsektor
pertanian dapat dijelaskan pada Tabel 4.
Tabel 4 Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan 2000 menurut
lapangan usaha (milyar rupiah) tahun 2009-2013
Lapangan
Usaha

2009
295 883.8

2010
304 771.1

Tahun
2011
315 036.8

Pertanian
Tanaman
bahan
149 057.8 151 500.7 154 153.9
makanan
Tanaman
45 558.4
47 150.6
49 260.4
perkebunan
Peternakan
36 648.9
38 214.4
40 040.3
Kehutanan
16 843.6
17 249.6
17 395.5
Perikanan
47 775.1
50 661.8
54 186.7
Sumber : Badan Pusat Statistik RI, 2015 (diolah).

(%)
2012
328 279.7

2013*
339 560.8

3.5

158 910.1

161 925.2

2.1

52 325.4

54 629.3

4.6

41 918.6
17 423.0
57 702.6

43 902.3
17 442.5
61 661.2

4.6
0.9
6.6

Keterangan : Angka sementara (*)
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki nilai
yang meningkat setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar
3.5 persen. Begitu pula dengan subsektor pendukungnya, seperti tanaman bahan

5
makanan yang menjadi subsektor hortikultura. Rata-rata pertumbuhannya
pertahun dari 2009-2013 sebesar 2.1 persen. Pertumbuhan terbesar terjadi pada
tahun 2013 sebesar Rp. 161 925.2 miliar, dan terendah terjadi tahun 2009 sebesar
Rp. 149 057.8 miliar.
Pertumbuhan PDB yang positif ternyata tidak diikuti oleh pertumbuhan dari
neraca perdagangan pada tahun 2009-2013. Menurut BPS (2012), kelas menengah
Indonesia terus bertambah sejak 2004-2009, dan akan menjadi 250 juta orang
pada tahun 2014. Hal ini dikhawatirkan nantinya akan semankin buruknya neraca
perdagangan Indonesia sehingga menimbulkan defisit perdagangan (impor >
ekspor).
Tabel 5 Nilai ekspor-impor komoditas apel di Indonesia tahun 2009-2013
Tahun

Nilai (US $)
Ekspor

2009
2010
2011
2012
2013

Impor
25 413
11 337
18 775

128 457 990
168 084 129
186 405 214
170 515 810
175 649 113

Trade balance
-128 432 577
-168 084 129
-186 405 214
-170 504 473
-175 630 338

Sumber : UN Comtrade, 2015 (diolah)

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa neraca ekspor-impor apel
Indonesia mengalami defisit yang ditunjukkan oleh tanda negatif dari hasil trade
balance. Secara ekonomi hal tersebut berdampak pada menurunnya surplus neraca
perdagangan yang dapat mengurangi cadangan devisa dalam negeri dan
menurunkan daya saing buah nasional. Besarnya arus penetrasi impor buah
menyebabkan mudahnya buah impor ditemui di pasar modern maupun tradisional.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi petani apel karena akan terjadi
persaingan dengan produk apel impor.
Kompleksnya masalah impor komoditas apel yang terjadi di Indonesia
sehingga didapatkan perumusan masalah yang dapat diteliti lebih lanjut dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perkembangan volume impor komoditas apel Indonesia tahun
2009-2013?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi impor komoditas apel Indonesia ?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dijelaskan, maka
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan perkembangan volume impor komoditas apel Indonesia
tahun 2009-2013.
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi impor komoditas apel
Indonesia.

6
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi penulis
tetapi juga dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang berhubungan
langsung dengan penelitian ini antara lain :
1. Diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah dan pihak terkait
yang mengurusi masalah komoditas apel sebagai bahan pertimbangan dalam
menyusun kebijakan yang terkait dengan kegiatan impor apel agar mengurangi
ketergantungan impor apel Indonesia dengan meningkatkan produksi
domestik untuk memenuhi permintaan dalam negeri.
2. Bagi peneliti-peneliti lainnya yang akan membahas masalah penelitan yang
sama diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu sebagai bahan rujukan
dan pertimbangan atau perbandingan dalam penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada komoditas apel dengan kode HS 080810
yang dikonsumsi di Indonesia. Hal ini dilakukan agar gambaran faktor-faktor
yang memengaruhi impor komoditas ini lebih terlihat jelas. Penyederhanaan ini
dilakukan dengan pertimbangan bahwa jenis ini memiliki kontribusi volume
impor apel yang paling besar dari negara-negara di dunia. Selain itu penelitian ini
hanya melihat kontribusi ekspor dari negara yang memberikan sumbangan ekspor
terbesar pada komoditas ini yaitu Australia, China, Perancis, Jepang, Korea
Selatan, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Afrika Selatan.
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi volume impor komoditas apel Indonesia dengan menggunakan
gravity model yang dianalisis dengan metode panel data dalam kurun waktu
selama lima tahun dari 2009-2013. Faktor-faktor yang diduga dapat memengaruhi
impor yaitu harga apel impor, harga apel domestik, harga jeruk domestik,
produksi apel domestik, nilai tukar riil, GDP riil per kapita negara pengekspor,
GDP riil per kapita Indonesia, dan jarak ekonomi.

TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu
dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan
internasional yang tercemin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi

7
salah satu komponen dalam pembentukan Produk Domestik Bruto dari sisi
pengeluaran suatu negara. (Oktaviani dan Novianti, 2009).
Perdagangan internasional disebabkan oleh perbedaan penguasaan inovasi
di bidang teknologi, kesamaan selera, dan faktor potensi alam pada masingmasing negara yang berbeda sehingga diperlukan pasar baru untuk menjual
produk tersebut. Tujuannya untuk memperoleh keuntungan sehingga
meningkatkan pendapatan negara. Selain motif mencari keuntungan, Krugman
(2002) berpendapat bahwa alasan utama terjadinya perdagangan internasional
karena dua hal yaitu (1) negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu
sama lain, dan (2) negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk
mencapai skala ekonomi.
Berdasarkan teori perdagangan internasional, perdagangan antar negara
terjadi didasarkan adanya perbedaan permintaan dan penawaran diantara negara
tersebut. Menurut Salvatore (1997), kekuatan permintaan dan penawaran
komoditas di pasar internasional ditentukan oleh harga keseimbangan relatif suatu
komoditas dalam perdagangan internasional. Permintaan di pasar internasional
terbentuk ketika suatu negara mengalami kelebihan permintaan (excess demand)
pada suatu komoditas sehingga untuk memenuhi kebutuhannya negara tersebut
melakukan impor. Sebaliknya, penawaran di pasar internasional terbentuk ketika
suatu negara mengalami kelebihan penawaran (excess supply) atas suatu
komoditas sehingga negara tersebut melakukan ekspor. Gambar 2 menunjukkan
adanya proses terciptanya harga komoditas relatif ekuilibrium dengan adanya
perdagangan antar negara yang ditinjau dari analisis keseimbangan parsial

Sumber: Salvatore, 1997
Gambar 2 Kurva perdagangan internasional

Keterangan:
PA
Harga domestik di negara A (pengekspor) tanpa perdagangan
internasional
0QA Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A (pengekspor)
tanpa perdagangan internasional
X
Jumlah komoditas yang diekspor oleh negara A
PB
Harga domestik di negara B (pengimpor) tanpa perdagangan internasional
0QB Jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B (pengimpor)
tanpa perdagangan internasional
M
Jumlah komoditas yang diimpor oleh negara B
P*
Harga keseimbangan antara kedua negara setelah perdagangan
internasional
0QB Keseimbangan penawaran dan permintaan antar kedua negara dimana
jumlah yang diekspor (X) sama dengan jumlah yang diimpor (M)

8
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa terjadinya keseimbangan harga
relatif di pasar dunia karena adanya perdagangan. Sumbu vertikal menunjukkan
harga komoditas (P) sedangkan sumbu horizontal menggambarkan jumlah dan
kuantitas komoditas yang diminta maupun ditawarkan (Q). Ketika tidak terjadi
perdagangan (autarki), keseimbangan negara A dicapai pada P A = QA sedangkan
keseimbangan negara B dicapai pada saat PB = QB. Pada saat harga relatif negara
A mengalami kelebihan penawaran. Kelebihan penawaran ditunjukkan oleh kurva
ED di pasar dunia, ketika kedua negara melakukan perdagangan, negara A akan
mengekspor kelebihan penawaran dan negara B akan mengimpor untuk
mencukupi permintaan di negaranya. Keseimbangan harga yang terjadi di pasar
dunia adalah sebesar P* dan jumlah yang diekspor akan sama dengan jumlah yang
diimpor Q* dengan asumsi yang melakukan perdagangan hanya dua negara.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Impor
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi impor, diantaranya adalah
sebagai berikut:
Harga Impor
Harga impor merupakan salah satu komponen faktor-faktor luar negeri yang
memengaruhi fungsi impor pada suatu negara. Harga impor adalah harga produk
yang ditetapkan dalam pasar internasional yang diterima oleh negara importir.
Perubahan harga impor akan berdampak pada permintaan produk impor suatu
negara. Hal ini karena keterkaitan produk yang akan diperdagangkan atau diimpor
suatu negara (Kemala, 2013). Hubungan antara harga impor terhadap volume
impor dijelaskan sebagai berikut:

Harga impor berpengaruh negatif terhadap volume impor. Artinya ketika
harga impor lebih mahal maka volume impor akan menurun. Sebaliknya, volume
impor akan meningkat saat harga impor lebih murah.
Harga
Menurut Samuelson (1983), “when the price of a commodity is raides (and
the other things are held constant), buyer tend to buy less of the commodity.
Similarly, when the price is lowered, other things equal, quantity demanded
increased”. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah permintaan sangat tergantung
pada harga barang tersebut. Artinya harga barang akan menentukan jumlah
permintaan terhadap suatu barang.
Menurut Lipsey (1995), harga merupakan salah satu faktor yang dapat
memengaruhi permintaan. Hubungan antara harga dengan jumlah barang yang
akan dibeli adalah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa ketika produsen
meningkatkan harga barang, maka yang terjadi pada jumlah barang yang dibeli
akan berkurang. Kemudian ketika harga barang menurun, konsumen akan
bersedia membeli lebih banyak sehingga jumlah barang yang diminta akan
meningkat. Penelitian ini menggunakan harga apel domestik sebagai salah satu
variabel harga.

9
Harga Barang Substitusi
Terjadinya perubahan harga pada suatu barang akan berpengaruh pada
permintaan barang lain. Keadaan ini bisa terjadi bila kedua barang tersebut
mempunyai hubungan saling menggantikan (substitusi). Jika harga komoditi
substitusi meningkat, maka permintaan komoditi yang bersangkutan akan
meningkat. Sebaliknya, penurunan harga komoditi substitusi akan menurunkan
permintaan komoditi yang bersangkutan (Lipsey, 1995). Penelitian ini
menggunakan harga jeruk domestik sebagai harga barang substitusi.
Produksi Domestik
Produksi adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau
menambah guna atas suatu benda, atau segala kegiatan yang ditujukan untuk
memuaskan orang lain melalui pertukaran (Partadireja, 1985). Produksi domestik
memiliki hubungan negatif terhadap volume impor apel. Artinya saat terjadi
kenaikan produksi maka volume impor apel akan menurun, begitupun sebaliknya.
Penelitian ini menggunakan produksi apel domestik.
Nilai Tukar
Nilai tukar terbagi menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil.
Nilai tukar nominal merupakan harga relatif dari mata uang dua negara,
sedangkan nilai tukar riil adalah harga relatif dari barang-barang antara dua negara
(Mankiw, 2006). Secara matematis, nilai tukar riil dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Nilai tukar riil = Nilai tukar nominal
Jika nilai tukar negara pengekspor terhadap negara pengimpor mengalami
peningkatan (depresiasi), maka hal ini akan meningkatkan ekspor negara
pengekspor tersebut ke negara pengimpor. Sedangkan, jika nilai tukar negara
pengimpor terhadap negara pengekspor mengalami depresiasi, maka hal ini akan
menurunkan insentif untuk melakukan impor karena harga produk negara
pengimpor tersebut lebih kompetitif.
Gross Domestic Product (GDP) Riil per Kapita
GDP riil per kapita merupakan ukuran berapa banyak perolehan pendapatan
setiap individu dalam perekonomian dengan memperhatikan adanya pengaruh
harga. Tingkat konsumsi atau kemampuan daya beli suatu negara atas suatu
komoditi dapat diukur dari pendapatan per kapita riil suatu negara. Secara
matematis, GDP riil per kapita dapat dijelaskan sebagai berikut:
GDP riil per kapita =
Jarak
Menurut Li et al. (2008) mendefinisikan jarak ekonomi sebagai suatu jarak
yang mewakili biaya transportasi oleh suatu negara dalam melakukan kegiatan
perdagangan yang dirumuskan sebagai berikut:

10

dimana:
DISTcountry.i
DISTi
GDPi
Total GDPi

: Jarak ekonomi antara negara pada tahun i
: Jarak geografis antar negara pada tahun i
: Growth Domestic Product negara pengekspor pada tahun i
: Total Growth Domestic Product negara pengekspor pada tahun i

Variabel jarak ekonomi dapat berpengaruh positif dan negatif. Apabila jarak
berpengaruh negatif maka faktor jarak geografis menjadi faktor yang lebih
dominan dibandingkan dengan GDP dalam memengaruhi perdagangan. Hal ini
disebabkan jarak dapat meningkatkan biaya transaksi pertukaran barang dan jasa
internasional. Namun, jarak ekonomi dapat berpengaruh positif karena faktor
GDP menjadi faktor yang lebih dominan dibandingkan dengan jarak geografis
(Siahaan, 2008). Sementara itu, Ayuwangi (2013) meneliti bahwa jarak ekonomi
secara signifikan berpengaruh negatif terhadap impor artinya semakin jauh jarak
geografis, maka perdagangan akan membutuhkan biaya yang lebih besar.
Pentingnya Ekspor-Impor Terhadap Gross Domestic Product (GDP)
Keterbukaan memungkinkan perekonomian untuk melakukan perdagangan
luar negeri, baik ekspor (X) maupun impor (M) barang dan jasa. Ekspor adalah
produksi nasional yang dikonsumsi oleh pihak luar negeri, sementara impor
adalah produksi luar negeri yang dikonsumsi di dalam negeri. Dengan demikian,
identitas pendapatan nasional dari suatu perekonomian terbuka bisa dituliskan
seperti berikut:
Y = C + I + G + (X – M) ………. (1)
atau setara dengan
Y = C + I + G + σX ………. (2)
Berdasarkan kedua persamaan tersebut dapat dilihat hubungan antara GDP
dan ekspor-impor. Simbol NX pada persamaan (2) menjelaskan neraca
perdagangan (X – M). Pentingnya hubungan ekspor-impor terhadap GDP adalah
jika NX naik maka akan menyebabkan GDP negara tersebut meningkat,
sementara jika NX turun maka GDP negara tersebut akan menurun. Hal ini tentu
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Konsep Gravity Model
Tinbergen (1962) dan Poyhonen (1963) yang pertama kali mengembangkan
analisis gravity model dengan tujuan untuk menjelaskan aliran perdagangan
bilateral oleh mitra dagang pada Gross National Product (GNP) dan jarak
geografis antar negara. Model ini meniru hukum gravitasi Newton dimana
memperhitungkan jarak dan ukuran fisik diantara dua benda. Jarak adalah faktor
geografi yang menjadi variabel utama dalam gravity model. Bentuk umum dari
gravity model dapat ditunjukkan dalam persamaan berikut:
logXij = c + b1logGDPi + b2logGDPj + b3log ij + eij
log ij = log (distanceij)

11
dimana Xij menunjukkan ekspor dari negara i ke negara j, GDP adalah nilai gross
domestic product dari masing-masing negara, sedangkan ij menunjukkan biaya
perdagangan di antara kedua negara serta distance adalah jarak geografi antar
kedua negara dan digunakan sebagai proksi biaya perdagangan dan eij adalah
random error term. Selanjutnya c adalah konstanta regresi dan b adalah koefisien
yang diduga (Shepherd, 2012).

Penelitian Terdahulu
Penelitian Silitonga (2014) menganalisis tentang faktor-faktor yang
memengaruhi volume impor komoditas jeruk di Indonesia. Alat analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data panel terhadap enam negara selama
tahun 2002-2012. Variabel-variabel yang digunakan yaitu produksi jeruk
domestik, harga jeruk domestik, harga jeruk impor, nilai tukar dan dummy krisis.
Hasil dari penelitian ini adalah produksi jeruk domestik memiliki hubungan
negatif dengan volume impor, harga jeruk domestik memiliki hubungan positif
dengan volume impor, harga jeruk luar negeri memiliki hubungan negatif dengan
volume impor dan dummy krisis memiliki hubungan negatif dengan volume
impor. Diantara variabel tersebut yang paling berpengaruh terhadap impor jeruk di
Indonesia adalah variabel harga jeruk luar negeri.
Penelitian Ayuwangi (2013) menganalisis tentang faktor-faktor yang
memengaruhi volume impor Indonesia dari ASEAN+6 melalui moda transportasi
laut dengan pendekatan gravity model. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data panel terhadap negara-negara ASEAN+6 selama tahun
2007-2011. Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi variabel ekonomi
seperti GDP per kapita ASEAN+6, GDP per kapita Indonesia, jarak ekonomi, dan
nilai tukar riil, serta variabel non-ekonomi seperti kualitas pelabuhan, stabilitas
politik dan efektivitas pemerintahan Indonesia. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel yang secara signifikan berpengaruh positif adalah
GDP per kapita Indonesia dan kualitas pelabuhan Indonesia, sedangkan variabel
jarak ekonomi, nilai tukar riil, stabilitas politik, dan efektivitas pemerintahan
Indonesia secara signifikan berpengaruh negatif.
Penelitian De Paul dan Cheng (2012) menganalisis tentang perdagangan
apel segar dengan pendekatan gravity model. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data panel terhadap dua puluh negara selama 2001-2010
menggunakan variabel produksi negara pengekspor, GDP negara pengimpor,
jarak, tarif, produksi negara pengekspor, dummy sesama anggota NAFTA, dummy
salah satu sebagai anggota NAFTA, dummy anggota EU, dummy kesamaan
bahasa, dummy border antara kedua negara, dan dummy cuaca. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa GDP negara pengimpor dan pengekspor, jarak,
produksi negara pengekspor, perbedaan cuaca, kesamaan bahasa, dan border
berpengaruh positif artinya dapat menjelaskan variabilitas arus perdagangan
bilateral apel segar. Sementara itu tarif, dummy sesama anggota NAFTA, dummy
salah satu sebagai anggota NAFTA, dummy anggota EU berpengaruh negatif
artinya tidak dapat menjelaskan variabilitas arus perdagangan bilateral apel segar.
Penelitian Tian dan Yu (2011) menganalisis tentang faktor-faktor penentu
kualitas buah-buahan impor di Cina dengan pendekatan gravity model. Alat

12
analisis yang digunakan adalah data panel terhadap sepuluh negara dari tahun
1998-2007. Variabel-variabel yang diteliti yaitu volume impor, harga, GDP
China, GDP negara pengekspor, pendapatan per kapita China, pendapatan per
kapita negara pengekspor, jarak, common boundary, keterbukaan negara
pengekspor, keterbukaan China, share pertanian di negara pengekspor,
keanggotaan WTO dan CAFTA, China WTO. Hasil dari penelitian menunjukkan
bahwa meningkatnya jumlah impor buah-buahan akan menurunkan kualitas
karena pengaruhnya kecil walaupun signifikan, harga berpengaruh positif dimana
meningkatnya harga akan meningkatkan kualitas buah impor, GDP dan
pendapatan per kapita China berpengaruh positif terhadap kualitas buah impor,
sedangkan GDP dan pendapatan per kapita di negara-negara pengekspor
berpengaruh negatif terhadap kualitas buah impor. Sementara itu jarak dan
common boundary tidak memiliki peran penting dalam menentukan kualitas.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang telah dijelaskan, penelitian
pada skripsi ini memiliki masing-masing perbedaan dari penelitian terdahulu.
Penelitian ini akan menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi volume impor
komoditas apel Indonesia pada tahun 2009-2013 dari negara pengekspor terbesar,
seperti Australia, China, Perancis, Jepang, Republik Korea, Selandia Baru, Afrika
Selatan, dan Amerika Serikat. Alat analisis yang digunakan adalah panel data
dengan pendekatan gravity model. Variabel independen yang diduga berpengaruh
adalah harga apel impor, harga apel domestik, harga jeruk domestik, produksi apel
domestik, nilai tukar riil, GDP riil per kapita negara pengekspor, GDP riil per
kapita Indonesia, dan jarak ekonomi.

Kerangka Pemikiran
Apel merupakan jenis buah-buahan dari produk hortikultura dengan jumlah
impor yang cukup besar. Banyaknya permintaan apel di Indonesia tidak dapat
dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Menurut Kementerian Pertanian (2014),
selama periode 2008-2012 produksi apel Indonesia meningkat dengan laju 16.09
persen per tahun, namun tingginya laju produksi belum dapat memenuhi
kebutuhan nasional sehingga dilakukan impor. Tahun 2008-2012 impor apel
meningkat dari 129.82 ribu ton menjadi 201.64 ribu ton atau peningkatan dengan
laju 12.47 persen per tahun.
Tingginya jumlah permintaan apel diduga karena meningkatnya jumlah
penduduk, pendapatan masyarakat, dan selera masyarakat yang sudah sadar akan
pentingnya nilai gizi. Namun, hal ini belum dimanfaatkan dengan baik oleh
produksi dalam negeri karena produktivitas dan dayasaing kualitas maupun
kuantitas apel kalah bersaing dengan apel impor dari negara lain. Masalah ini
timbul akibat dari belum adanya infrastruktur dan teknologi yang memadai untuk
meningkatkan produktivitas apel dalam negeri.
Untuk mengatasi permasalahan impor ini maka diperlukan analisis dari
faktor-faktor apa saja yang diduga dapat memengaruhi tingginya volume impor
apel Indonesia. Hal inilah yang akan dianalisis dalam penelitian ini dengan
variabel independen seperti harga apel impor, harga apel domestik, harga jeruk
domestik, produksi domestik, nilai tukar riil, GDP riil per kapita negara
pengekspor, GDP riil per kapita Indonesia, dan jarak ekonomi. Alat analisis yang

13
digunakan adalah panel data dengan pendekatan gravity model selama tahun
2009-2013 terhadap delapan negara pengekspor apel terbesar. Diharapkan dengan
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi volume impor apel Indonesia dapat
diusulkan rekomendasi kebijakan yang efektif dan efisien. Berikut gambar
kerangka pemikiran yang akan diteliti.


-Meningkatnya jumlah
penduduk,
-Tingginya pendapatan,
-Selera masyarakat akan
pentingnya buah

Permintaan buah
apel yang semakin
tinggi

Produktivitas
dan dayasaing
apel domestik
yang menurun

Impor apel Indonesia

Faktor-faktor yang memengaruhi impor apel:
1. Harga apel impor
2. Harga apel domestik
3. Harga jeruk domestik
4. Produksi domestik
5. Nilai tukar riil
6. GDP riil per kapita negara pengekspor
7. GDP riil per kapita Indonesia
8. Jarak ekonomi

Gambaran umum
kondisi impor apel
Indonesia

Analisis data panel dengan pendekatan
gravity model

Rekomendasi kebijakan
Gambar 3 Kerangka pemikiran

Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dapat ditentukan dari penelitian ini adalah:
1. Harga apel impor diduga berpengaruh negatif terhadap volume impor apel
Indonesia.
2. Harga apel domestik diduga berpengaruh positif terhadap volume impor
apel Indonesia.
3. Harga jeruk domestik diduga berpengaruh positif terhadap volume impor
apel Indonesia.
4. Produksi apel domestik diduga berpengaruh negatif terhadap volume
impor apel Indonesia.
5. GDP riil per kapita negara pengekspor diduga berpengaruh negatif

14
terhadap volume impor apel Indonesia dari negara-negara pengekspor.
6. GDP riil per kapita Indonesia diduga berpengaruh positif terhadap volume
impor apel Indonesia dari negara-negara pengekspor
7. Nilai tukar riil diduga berpengaruh negatif terhadap volume impor apel
Indonesia
8. Jarak ekonomi diduga berpengaruh negatif terhadap volume impor apel
Indonesia dari negara pengekspor.

METODE
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
terdiri dari data volume impor, harga apel impor, harga apel domestik, harga jeruk
domestik, produksi apel domestik, GDP riil per kapita negara pengekspor, GDP
riil per kapita Indonesia, jarak ekonomi, dan nilai tukar riil yang berasal dari
beberapa sumber, yaitu Kementerian Pertanian, UN Comtrade, World Bank,
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), Centre
d’Etudes Prospectives et d’Informations Internationales (CEPII).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang
menggabungkan antara time series 2009-2013 serta cross section negara-negara
yang terdiri atas Australia, China, Perancis, Jepang, Republik Korea, Selandia
Baru, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat. Selanjutnya, apel yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah apel segar dengan HS digit 6 yaitu 080810 dengan
nomenclature product code HS 1996. Jenis dan sumber data dapat dijelaskan
secara ringkas pada Tabel 6.
Tabel 6 Jenis dan sumber data
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Data
Volume impor
Harga apel impor
Harga apel domestik
Harga jeruk domestik
Produksi apel domestik
GDP riil
Nilai tukar riil

8. Jarak

Sumber
UN Comtrade
UN Comtrade
Kementerian Pertanian
Kementerian Pertanian
Kementerian Pertanian
World Development Indicators
World Bank dan UNCTAD (diolah)

CEPII

Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis panel data
menggunakan gravity model untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
volume impor apel Indonesia dari delapan negara pengekspor terbesar.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Office Excel
dan E-Views 6.

15
Analisis Data Panel
Data panel merupakan gabungan antara data cross section dan data time
series. Keuntungan yang diperoleh dari kombinasi tersebut adalah mampu
meningkatkan observasi sehingga dapat meningkatkan derajat kebebasan dan
berimplikasi terhadap efisiensi pendugaan yang menghasilkan penduga yang lebih
baik, dan mampu mengurangi masalah identifikasi dan mampu mengukur efek
secara sederhana yang tidak dapat diatasi oleh model cross section maupun time
series. Menurut Hsiao (2003) dan Klevmarken (1989) dalam Baltagi (2005)
berikut ini adalah manfaat dalam pengunaan data panel:
1. Dapat mengendalikan heterogenitas individu atau unit cross section
2. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, mengurangi kolonieritas
diantara variabel, memperbesar derajat bebas dan lebih efisien
3. Dapat diandalkan untuk mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat
dideteksi dalam model data cross section atau time series
4. Lebih sesuai untuk mempelajari dan menguji model perilaku (behavioural
models) yang kompleks
5. Dapat diandalkan untuk study dynamic of adjustment
Analisis data panel memiliki tiga macam pendekatan yang terdiri dari
pendekatan kuadrat terkecil (pooled least square), model efek tetap (fixed effect),
dan model efek acak (random effect). Ketiga pendekatan ini akan dipilih salah
satu melalui beberapa uji yang harus dilakukan yaitu Chow Test untuk
menentukan apakah FEM atau PLS, Hausman Test untuk menentukan apakah
REM atau FEM, dan LM Test untuk menentukan apakah PLS atau REM.
Chow Test
Chow Test atau uji F-statistik merupakan pengujian untuk memilih apakah
model yang terbaik menggunakan model pooled least square atau fixed effect.
Dalam pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut:
H0 : Model pooled least square
H1 : Model fixed effect
Dasar penolakan terhadap hipotesa nol (H0) adalah dengan menggunakan
F-Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow:
FN-1,NT-N-K =
dimana:
ESS1 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Pooled Least
Square
ESS2 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Fixed Effect
N
= Jumlah data cross section
T
= Jumlah data time series
K
= Jumlah variabel penjelas
Statistik Chow Test mengikuti distribusi F-Statistik dengan derajat bebas
(N-1, NT-N-K). Jika nilai statistik Chow (F-Stat) hasil pengujian lebih besar dari

16
F-tabel maka cukup bukti untuk melakukan penolakan hipotesa nol sehingga
model yang digunakan adalah model fixed effect, dan begitu juga sebaliknya.
Hausman Test
Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan untuk
memilih model terbaik antara model fixed effect atau model random effect.
Hausman Test dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:
H0 : Model random effect
H1 : Model fixed effect
Sebagai dasar penolakan H0 maka digunakan statistik Hausman dan
membandingkan dengan Chi-Square. Statistik Haussman dirumuskan dengan:
M = m = β = b (M0 – M1) – β – b – χ2
dimana β adalah vektor untuk variabel fixed effect, b adalah vektor statistik
variabel random effect, M0 adalah matriks kovarians untuk dugaan random effect
model. Jika nilai m hasil pengujian lebih besar dari χ2 – Tabel, maka sudah cukup
bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang
digunakan adalah fixed effect model, dan begitu juga sebaliknya.
LM Test (Breusch-Pagan)
LM Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam
memilih model pooled least square atau random effect. Pengujian ini dilakukan
dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Model pooled least square
H1 : Model random effect
Dasar penolakan hipotesis nol adalah dengan membandingkan nilai statistik
LM dengan nilai Chi-Square. Jika nilai statistik LM lebih dari χ2-Tabel maka
cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesis nol sehingga model
yang digunakan adalah REM, begitu juga sebaliknya.
Uji Asumsi
Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term dari model
menyebar normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan Jarque
Bera Test. Hipotesisnya sebagai berikut:
H0 : Residual berdistribusi normal
H1 : Residual tidak berdistribusi normal (Gujarati, 2006)
Dasar penolakan H0 dilakukan dengan membandingkan nilai Jarque Bera
Test dengan taraf nyata ɑ sebesar 5% dimana jika nilai Jarque Bera Test lebih
besar dari taraf nyata ɑ sebesar 5% menandakan H0 tidak tolak dan residual
berdistribusi normal.
Multikolinearitas
Multikolinearitas dikatakan ada ketika adanya hubungan linear sempurna
antar peubah bebas dalam model. Hal ini dapat dilihat dari nilai R-squared tinggi,
variabel bebas banyak yang tidak signifikan, tanda koefisien regresi tidak sesuai
dengan teori, dan nilai korelasi parsial antar peubah kurang dari R-squared.

17
Masalah multikolinearitas ini dapat diatasi dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah data atau variabel independen yang memiliki hubungan linier,
menggabungkan data cross section dan data time series, mengganti data.
Heteroskedastisitas
Jika ragam sisaan tidak sama atau Var(ɛi)=E(ɛi2)= i2 untuk tiap pengamatan
ke-i dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka kita katakan ada
masalah heteroskedastisitas (Juanda, 2009). Untuk mendeteksi adanya
heteroskedastisitas dalam model dengan membandingkan sum square resid pada
weighted statistics lebih kecil dari sum square resid unweighted statistics (metode
cross section weights). Masalah ini dapat diatasi dengan mengestimasi General
Least Square (GLS) menggunakan white-heteroscedasticity.
Autokorelasi
Gujarati (2006) menyatakan autokorelasi adalah korelasi antara anggota
serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data time
series atau diurutkan menurut ruang seperti dalam data cross section. Untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan uji Durbin Watson (DW)
dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat autokorelasi
H1 : Terdapat autokorelasi
Berikut adalah aturan pengujiannya (Juanda, 2009):
4-dL < DW < 4 : Tolak H0, ada autokorelasi negatif
4-dU < DW < 4-dL : Tidak tentu, tidak ada keputusan
dU < DW < 4-dU : Terima H0
dL < DW < dU : Tidak tentu, tidak ada keputusan
0 < DW < dL : Tolak H0, ada autokorelasi positif
Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi volume impor komoditas apel Indonesia adalah data panel dengan
pendekatan gravity model. Berdasarkan hipotesis, studi terdahulu yang
disesuaikan dengan fakta, dan berbagai alternatif spesifikasi model yang telah
dicoba sesuai teori, maka variabel independen yang diduga memengaruhi volume
impor apel ke Indonesia adalah harga apel impor, harga apel domestik, harga
jeruk domestik, produksi domestik, nilai tukar riil, jarak ekonomi, GDP riil per
kapita Indonesia, dan GDP riil per kapita negara pengekspor. Untuk model
sebelum diberikan Ln adalah sebagai berikut:
Mit = ɑ0 + β1PMit + β2PDt + β3PSt + β4PRODt + β5XRATEit + β6GDPRPit +
β7GDPRPINDt + β8DISTit + ɛit
Dimana:
Mit

=

volume impor apel Indonesia dari negara pengekspor i
tahun ke-t (ton)

18
PMit

=

PDt
PSt

=
=

PRODt

=

XRATEit

=

GDPRPit
GDPRPINDt
DISTit

=
=
=

ɑ0
Β1 – β5
ɛit
I

=
=
=
=

T

=

harga apel impor Indonesia dari negara i tahun ke-t
(US$/ton)
harga apel domestik pada tahun ke-t (US$/ton)
harga jeruk domestik sebagai barang substitusi pada tahun
ke-t (US$/ton)
produksi apel domestik pada tahun ke-t (US$/ton)
nilai tukar riil Indonesia terhadap negara pengekspor i
tahun ke-t (Rp/US$)
GDP riil per kapita negara pengekspor i tahun ke-t (US$)
GDP riil per kapita Indonesia tahun ke-t (US$)
jarak ekonomi Indonesia dengan negara pengekspor i
tahun ke-t (kilometer)
Intersep
koefisien variabel-variabel independen
Error
Australia, China, Perancis, Jepang, Rep. Korea, Selandia
Baru, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat
2009-2013

Model persamaan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut:
LnMit = ɑ0 + β1LnPMit + β2LnPDt + β3LnPSt + β4LnPRODt + β5LnXRATEit + β6
LnGDPRPit + β7LnGDPRPINDt + β8LnDISTit + ɛit
Dimana:
LnMit

=

LnPMit

=

LnPDt
LnPSt

=
=

LnPRODt

=

LnXRATEit

=

LnGDPRPit
=
LnGDPRPINDt =
LnDISTit
=
ɑ0
Β1 – β5
ɛit
I

=
=
=
=

T

=

volume impor apel Indonesia dari negara pengekspor i
tahun ke-t (ton)
harga apel impor Indonesia dari negara i tahun ke-t
(US$/ton)
harga apel domestik pada tahun ke-t (US$/ton)
harga jeruk domestik sebagai barang substitusi pada tahun
ke-t (US$/ton)
produksi apel domestik pada tahun ke-t (US$/ton)
nilai tukar riil Indonesia terhadap negara pengekspor i
tahun ke-t (Rp/US$)
GDP riil per kapita negara pengekspor i tahu