Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE,
BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH

FITRI YANI NOOR MEDINA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen
Pemupukan Kelapa Sawit di Bangun Koling Estate adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Fitri Yani Noor medina
NIM A24090027

ABSTRAK
FITRI YANI NOOR MEDINA. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Bumitama Gunajaya Agro,
Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh SUPIJATNO.
Kegiatan magang dilaksanakan di Bangun Koling Estate (BKLE),
Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah dari bulan Febriari sampai Juni
2013. Kegiatan magang bertujuan untuk menambah pengalaman dan mempelajari
manajemen perkebunan kelapa sawit terutama yang berkaitan dengan manajemen
pemupukan. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan metode langsung
dan tidak langsung. Pengamatan dilakukan terhadap efektivitas pemupukan yaitu
ketepatan jenis pupuk, ketepatan waktu, ketepatan cara dan ketepatan dosis.
Pengamatan juga dilakukan terhadap efisiensi pemupukan yaitu efisiensi tenaga
kerja dan efisiensi biaya. Defisiensi hara tanaman di BKLE dari tahun 2011 ke
tahun 2012 mengalami penurunan untuk defisiensi unsur N, K dan B dan terjadi

sedikit peningkatan defisiensi unsur Mg dan Cu.
Kata kunci: efektivitas pemupukan, efisiensi pemupukan, kelapa sawit, defisiensi
hara

ABSTRACT
FITRI YANI NOOR MEDINA. Fertilization Management of Palm Oil (Elaeis
guineensis Jacq.) in Bangun Koling Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Central
Kalimantan. Supervised by SUPIJATNO.
The internship was conducted at Bangun Koling Estate (BKLE), Bumitama
Gunajaya Agro, Central Kalimantan during from Februari to Juni 2013. The
internship activities aimed adding experience out and learn the management of
palm oil plantation especially fertilization management. Collection of data and
information carried out by the direct and indirect method. The observation was
made is fertilizer effectineness that consist of type, time of application, method
and dose of fertilzer. The observation of the efficiency of fertilizer consist of
labor and cost efficiency. Nutrient deficiency in BKLE from 2011 until 2012 has
decreased for N, K and B but a slight increase in Mg and Cu deficiency.
Key words: fertilizer effectiveness, fertilizer efficiency, nutrient deficiency, palm
oil


MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE,
BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH

FITRI YANI NOOR MEDINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Bangun Koling Estate Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan

Tengah
Nama
: Fitri Yani Noor Medina
NIM
: A24090027

Disetujui oleh

Dr Ir Supijatno, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Manajemen Pemupukan

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, PT. Windu
Nabatindo Abadi, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Selatan. Skripsi
ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) dalam
memperoleh gelar Sarjana Pertanian.
Proses pembuatan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang
mendukung dan membantu baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Asep Mustopa dan Ibu Iis Cucu, serta kaka Adititya Ikhsan Nugraha
atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan dan kepercayaan kepada penulis.
2. Dr Ir Supijatno, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan, kritik dan saran yang membangun selama proses penyusunan
skripsi.
3. Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama proses kegiatan akademik di
Departemen Agronomi.
4. Dr Ir Iskandar Lubis, MS dan Prof Ir Sudirman Yahya, MSc sebagai dosen
penguji yang telah memberikan saran dan masukan ketika ujian skripsi
5. Bumitama Gunajaya Agro Grup, yang telah memberikan izin dan dukungannya
untuk magang di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi
6. Bapak Khairul Ahmad SP. selaku Estate Manajer, K. Ikhwan SP. selaku Kasie,

M.Nodrotunaim SP., Wildan Mahmud SP., Herman Wahyudi SP., Ferry
Ramadhan SP., selaku pembimbing lapang dan Asisten di BKLE yang telah
memberikan bimbingan dan bantuan selama penulis magang
7. Seluruh keluarga AGH 46, terutama: Gusti Reza Puspita, Nurul Fauziah,
Amelia Rahmawati, Pryo Adi Lukito, Poetri Agustin, Astriyani Rosyad, Dian
Pratiwi serta teman seperjuangan magang Annisa Effendi atas kebersamaan
dan inspirasinya selama kuliah di Departemen Agronomi
8. Keluarga Besar Bangun Koling Estate atas bantuan, bimbingan serta kasih
sayang terhadap penulis selama magang.

Bogor, September 2013
Fitri Yani Noor Medina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR


iv

DAFTAR LAMPIRAN

iv

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

2

TINJAUAN PUSTAKA


2

METODE MAGANG

5

Waktu dan Tempat

5

Pelaksanaan Magang

5

Pengumpulan Data dan Pengamatan

6

Analisis Data dan Informasi


7

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG
Letak Geografis dan Administratif

7
8

Keadaan Iklim dan Tanah

8

Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan

8

Keadaan Tanaman dan Produksi

9


Struktur Organisasi dan Ketanagakerjaan

10

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan

11

PELAKSANAAN MAGANG

12

Aspek Teknis

12

Aspek Manajerial

21


HASIL DAN PEMBAHASAN

23

Efektivitas Pemupukan

23

Efisiensi Pemupukan

28

Defisiensi Hara

31

SIMPULAN DAN SARAN

32

Simpulan

32

Saran

33

DAFTAR PUSTAKA

33

LAMPIRAN

35

RIWAYAT HIDUP

48

DAFTAR TABEL
1 Luas HGU dan tata guna lahan di BKLE
2 Populasi tanaman per tahun tanam di kebun BKLE
3 Produksi dan produktivitas TBS BKLE tahun 2009-2011
4 Jumlah staf dan non staf kebun BKLE
5 Alat-alat yang digunakan untuk panen beserta fungsinya
6 Realisasi pemupukan kebun BKLE tahun 2012
7 Rencana dan realisasi pemupukan berdasarkan kandungan unsur hara
8 Rekomendasi jenis dan waktu pemupukan tahun 2013 rotasi 1 BKLE
9 Realisasi jenis dan waktu pemupukan rotasi 1 BKLE
10 Ketepatan cara 8 orang penabur
11 Ketepatan dosis untilan
12 Ketepatan dosis per tanaman
13 Prestasi tenaga kerja penabur di BKLE untuk pupuk Urea dan MOP
14 Rata-rata prestasi kerja penabur berdasarkan klasifikasi lama bekerja
15 Rata-rata prestasi kerja penabur berdasarkan klasifikasi tingkat usia
16 Inefisiensi biaya yang di keluarkan untuk pupuk MOP, Urea dan RP

9
9
10
11
17
24
24
25
25
26
27
28
29
30
30
31

DAFTAR GAMBAR
1 Fasilitas kebun BKLE
2 Pengaplikasian tandan kosong
3 Cara pengambilan LSU
4 Proses penguntilan pupuk di gudang
5 Pelaksanaan pemupukan
6 Pelaksanaan panen
7 Pengendalian gulma
8 Defisiensi hara BKLE pada tahun 2011 dan 2012

12
13
14
15
16
18
19
31

DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta areal statement BKLE
2 Data curah hujan BKLE Tahun 2008-2012
3 Peta sebaran jenis tanah di BKLE
4 Struktur organisasi BKLE
5 Peta status defisiensi hara di BKLE tahun 2011
6 Peta status defisiensi hara di BKLE tahun 2012
7 Jurnal kegiatan sebagai karyawan harian lepas
8 Jurnal kegiatan sebagai pendamping mandor
9 Jurnal kegiatan sebagai pendamping asisten

35
36
37
38
39
40
41
43
45

PENDAHULUAN
Latar belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman penghasil
minyak nabati yang memiliki produktivitas tinggi mencapai 4 ton ha-1 Crude
Palm Oil (CPO) dan memiliki keunggulan lebih tinggi seperti umur ekonomis
yang lebih panjang dan mudah berdaptasi dengan lingkungannya dibandingkan
dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya seperti kedelai dan bunga
matahari. Minyak kelapa sawit juga merupakan sumber bahan baku biodiesel yang
dapat diperbaiki (renewable), sedangkan minyak bumi diperkirakan akan habis
pada beberapa tahun mendatang. Penggunaan minyak kelapa sawit beraneka
ragam, baik untuk industri pangan maupun non pangan (Pardamean 2011).
Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2012 mencapai
9 juta ha dan merupakan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Produksi
tahun 2012 mencapai 23 juta ton CPO dengan produktivitas 3 571 kg ha-1 CPO
dan menduduki posisi pertama di dunia melampaui Malaysia (Ditjenbun 2012).
Poeloengan et al. (2003) menyatakan produktivitas tanaman yang tinggi
pada perkebunan kelapa sawit tidak terlepas dari peranan pemupukan yang baik.
Pemupukan merupakan upaya perawatan yang sangat penting pada tanaman
kelapa sawit. Rencana produksi TBS yang optimal dan kualitas minyak yang baik
merupakan tujuan dari pemupukan kelapa sawit. Biaya pemupukan tergolong
tinggi, kurang lebih 30% dari total biaya produksi atau 40-60 % dari total biaya
pemeliharaan. Biaya pemupukan yang tinggi tersebut menuntut pihak praktisi
perkebunan untuk tepat menentukan jenis dan kualitas pupuk yang akan
digunakan serta mengelolanya dengan baik.
Pemupukan pada tanaman kelapa sawit harus dapat menjamin pertumbuhan
vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi Tandan
Buah Segar (TBS) yang optimal serta menghasilkan minyak sawit mentah yang
tinggi baik kuantitas maupun kualitas (Adiwiganda 2007). Pemupukan pada
kelapa sawit dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah yang
menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil serta meningkatkan
daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh iklim yang tidak
menguntungkan. Pemupukan bermanfaat melengkapi persediaan unsur hara di
dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai
daya hasil (produksi) yang maksimal (Pahan 2010).
Andayani (2008) menyatakan pemberian pupuk yang tepat dapat
meningkatkan produksi sampai pada produktivitas standar yang sesuai dengan
kelas kesesuaian lahan. Pupuk yang biasa digunakan untuk kelapa sawit adalah
pupuk urea atau ZA (unsur N), Rock Phosphate (RP) atau SP-36 (unsur P),
Muriate of Potash (MOP) atau KCl (unsur K), Dolomit atau Kieserit (unsur Mg),
dan (High Great Fertilization) HGF-Borat atau borat (unsur B).
Pemupukan yang efektif dan efisien di pengaruhi oleh jenis dan dosis
pupuk, cara pemberian pupuk, waktu pemupukan, tempat aplikasi, dan
pengawasan dalam pelaksanaan pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu
faktor penting yang berperan untuk mencapai produktivitas yang tinggi, terutama

2
dalam memenuhi persyaratan unsur hara (Poeloengan et al. 2003). Aspek
manajemen pemupukan penting untuk dipelajari agar sesuai dengan standar
operasional baku yang dijalankan oleh suatu perusahaan sehingga penggunaan
pupuk efektif dan efisien.

Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang yang dilakukan adalah mempelajari serta
memperoleh pengalaman dan keterampilan bekerja secara nyata mengenai aspek
teknis dan manajemen perkebunan tanaman kelapa sawit. Tujuan khusus yang
dilakukan adalah untuk mempelajari dan menganalisis manajemen pemupukan
tanaman kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang berasal
dari Afrika Barat, budidayanya di Indonesia telah berkembang sangat pesat dan
sekarang merupakan primadona penghasil devisa negara dari sektor pertanian
sebesar 15.5 miliar US$ pada tahun 2011 (Ditjenbun 2012). Tanaman kelapa sawit
berakar serabut tumbuh diseluruh pangkal batang mencapai 0.3-0.6 m diatas
permukaan tanah. Kelapa sawit juga memiliki batang tegak lurus dan terlihat
seragam, putaran letak daun jelas terlihat pada tanaman yang tingginya diatas satu
meter. Daun kelapa sawit sering disebut pelepah yang mempunyai anak daun,
jumlah anak daun ini tergantung dari umur tanaman, semakin dewasa semakin
banyak anak daunnya sampai jumlah tertentu (Hakim 2007).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik pada garis
lintang 130 Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika,
Asia, dan Amerika Latin. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada curah hujan
dengan kisaran 1 500–4 000 mm per tahun, curah hujan optimal 2 000–3 000 mm
per tahun dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian
hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena
pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga
bunga atau buah yang terbentuk relatif sedikit. Curah hujan yang terlalu tinggi
kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan kebun karena mengganggu
kegiatan seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi, pembakaran sisasisa tanaman pada pembukaan kebun, dan terjadinya erosi (Setyamidjaja 2006).

3
Pemupukan
Pahan (2010) menyatakan bahwa penting melaksanakan diagnosis
kebutuhan pupuk untuk mengetahui jumlah pupuk yang harus diaplikasikan agar
mendapat hasil yang optimal. Metode empiris diperlukan untuk menentukan status
hara di dalam tanah dan tanaman untuk memberikan pedoman yang efektif bagi
praktek pemupukan, metode nya antara lain:
1. Diagnosis secara visual; Pengamatan langsung yang memperhatikan kriteria
perbandingan warna hijau daun dengan warna hijau yang baku, adanya tanda
dan gejala defisiensi hara, membandingkan pertumbuhan tanaman dengan plot
tanaman yang tidak mendapat pemupukan.
2. Diagnosis secara kimia; Pengamatan dilakukan dengan menganalisis tanah dan
analisis jaringan (daun).
3. Diagnosis berdasarkan hasil percobaan pemupukan; Pengamatan ini umumnya
dilakukan oleh lembaga penelitian atau perusahaan pemerintah.

Fungsi Unsur Hara
Sutarta et al. (2007) menyatakan bahwa unsur hara yang mendapat perhatian
dalam pemupukan tanaman kelapa sawit meliputi N, P, K, Mg, Cu, dan B. Harahara tersebut diharapkan tersedia cukup dalam tanah. Ketersediaan hara dalam
tanah yang rendah dapat berakibat tanaman mengalami gejala defisiensi hara.
Tanaman memperoleh unsur hara dari beberapa sumber yaitu tanah, residu bahan
organik, dan pupuk buatan yang tepat sehingga pelaksanaan pemupukan dapat
efektif dan efisien, uraian peranan unsur hara tersebut adalah:
1. Nitrogen (N); Hara yang diperlukan dalam jumlah banyak dan berguna untuk
pembentukan protein, sintesis klorofil, dan untuk proses metabolisme.
Kekurangan N akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman menurun, gejala
kekurangan N ditandai oleh daun tua berwarna hijau pucat kekuningan.
Sumber pupuk yang mengandung N adalah Urea atau ZA.
2. Posfor (P); Hara yang diperlukan dalam jumlah yang banyak dan diperlukan
untuk pertumbuhan akar, serta meningkatkan mutu buah. Kekurangan unsur
P menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dengan pelepah yang pendek dan
batang mempunyai bentuk meruncing serta daun berwarna keunguan. Sumber
unsur hara P antara lain pupuk SP-18, RP, SP-36.
3. Kalium (K); Hara yang diperlukan dalam jumlah yang banyak dan
berpengaruh terhadap jumlah dan ukuran tandan dan merupakan faktor yang
penting dalam ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit. Kekurangan
unsur K dapat dilihat pada daun muda, gejalanya akan timbul bercak
transparan lalu mengering juga dapat berasosiasi dengan beberapa penyakit.
Sumber unsur hara K adalah pupuk KCl.
4. Magnesium (Mg) diperlukan dalam jumlah cukup banyak, berfungsi dalam
proses fotosintesis. Kekurangan unsur Mg ditandai dengan gejala ujung daun
tua nampak kekuningan jika terkena sinar matahari, sedangkan daun yang
baru terbentuk umumnya tidak menunjukkan gejala tersebut. Sumber hara Mg
adalah kapur dolomit.

4
5.

Tembaga (Cu) diperlukan dalam jumlah yang sedikit, berfungsi untuk
membantu pembentukan klorofil serta sebagai komponen dalam pembentukan
enzim tanaman. Kekurangan unsur Cu ditandai dengan gejala klorosis pada
daun muda.
Konsep Empat Tepat

Tanaman kelapa sawit umumnya menempati tanah-tanah yang bereaksi
masam sampai agak masam. Tanah tanah tersebut memiliki tingkat kesuburan
kimia yang rendah, tetapi kesuburan fisik umumnya cukup baik. Upaya
pemupukan yang terus menerus menjadi satu keharusan karena kelapa sawit
merupakan tanaman yang konsumtif, kekurangan salah satu unsur hara akan
segera menunjukkan gejala defisiensi dan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif
terhambat serta produksi menurun. Pemupukan yang efektif dan efisien harus
mengacu pada konsep 4T yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara dan tepat waktu
pemupukan (Poeloengan et al. 2003).
Pahan (2010) juga menguraikan konsep 4T tersebut sebagai berikut :
Tepat jenis. Strategi dalam menentukan jenis pupuk harus
mempertimbangkan teknis dan pertimbangan ekonomis. Secara teknis, strategi
menentukan jenis pupuk sebaiknya dilakukan dengan cara: Memilih kombinasi
jenis pupuk berdasarkan komposisi unsur hara utama dan unsur hara tambahan,
memilih jenis pupuk berdasarkan sifat kelarutannya. Jenis pupuk yang sering
digunakan pada perkebunan kelapa sawit yaitu pupuk urea atau ZA (unsur N), RP
atau SP-36 (unsur P), MOP atau KCl (unsur K), Dolomit atau Kieserit (unsur
Mg), dan HGF-Borat atau borat (unsur B).
Tepat dosis. Pemupukan yang optimal adalah pemupukan yang sesuai
dengan tepat dosis. Tepat dosis artinya pupuk harus diberikan sesuai dengan
kebutuhan tanaman tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Dosis pupuk yang
berlebih tidak hanya membuat biaya pemupukan semakin tinggi, tetapi juga
merugikan tanaman. Berdasarkan pengamatan beberapa kebun yang telah
dilakukan oleh mahasiswa sebelumnya salah satunya juga di Tambusai Estate,
rata-rata ketepatan dosis pemupukan masih di bawah 90% padahal seharus nya
diatas 95% sehingga belum memenuhi prinsip kaidah ketepatan dosis (Hidayat
2012).
Tepat Cara. Cara menempatkan pupuk yang akan diaplikasikan sangat
mempengaruhi jumlah pupuk yang akan di serap akar tanaman. Aplikasi pupuk
pada tanaman menghasilkan untuk kelapa sawit dibedakan atas sifat masingmasing seperti:
(a) Nitrogen sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai ujung bokoran.
(b) Phosphate dan Magnesium ditaburkan sekitar 25 cm dari tanaman sampai
ujung bokoran. Namun apabila pupuk RP yang digunakan, tempat penaburan
pupuknya adalah digawangan dipinggir rumpukan pelepah dan diatas gulma
lunak yang tumbuh disana.
(c) Kalium ditaburkan diujung bokoran. Cara penaburan pupuk harus praktis,
tetapi tetap dijamin bahwa pupuk yang diberikan dapat mudah dijangkau oleh
ujung akar tanaman, sedangkan tempat penaburan untuk beberapa jenis pupuk
tertentu harus ditabur di piringan yang bersih dari gulma dan bebas dari
genangan air. Pengamatan yang dilakukan mahasiswa sebelumnya dapat

5
diketahui bahwa rata-rata ketepatan cara dari penabur sudah diatas 80%. Hal
ini menunjukkan cara pemupukan sudah dilaksanakan cukup tepat jika
dibandingkan dengan standar perusahaan yaitu menabur dengan jarak rata-rata
50 cm dari pokok (Mahyudin 2011).
Tepat Waktu. Waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh iklim
(terutama curah hujan), sifat fisik tanah, logistik (pengadaan) pupuk, serta adanya
sifat sinergis dan antagonis antar-unsur hara.
Pengamatan yang telah dilakukan di beberapa perkebunan oleh mahasiswa
sebelumnya di perkebunan Tambusai Estate masih kurang tepat karena ketika
curah hujan tinggi (>300 mm) pada bulan November dan Desember tetap
dilakukan pengaplikasian pupuk sehingga menyebabkan terjadinya pencucian,
aliran air, dan erosi. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan dalam pengadaan
pupuk karena belum tersedianya pupuk di pasaran sehingga pemupukan
disesuaikan dengan ketersediaan pupuk yang ada di gudang (Hidayat 2012).

METODE MAGANG
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan di Bangun Koling Estate (BKLE) PT Windu
Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan
Tengah. Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dari Februari sampai
Juni 2013.

Pelaksanaan Magang
Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan
yang berjalan di perusahaan, baik aspek teknis maupun manajerial pada berbagai
tingkatan pekerjaan mulai dari Karyawan Harian Lepas (KHL), Pendamping
Mandor sampai Pendamping Asisten Divisi. Kegiatan di lapangan sebagai KHL
selama satu bulan, menjadi Pendamping Mandor selama satu bulan, dan menjadi
pendamping Asisten Divisi selama dua bulan.
Kegiatan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) dilaksanakan pada bulan
pertama dan melaksanakan kegiatan di lapangan sesuai dengan kebutuhan kebun.
Ketika menjadi KHL terlibat dalam kegiatan pemanenan, pemupukan,
pengendalian gulma, pemeliharaan bibit, pemeliharaan jalan dan aplikasi Tandan
Kosong. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah mencatat prestasi kerja yang
diperoleh mahasiswa dan karyawan, pengambilan contoh pemupukan MOP serta
membuat catatan kegiatan tentang teknik budidaya yang dilakukan.
Kegiatan sebagai Pendamping Mandor berlangsung pada bulan kedua.
Kegiatan yang dipelajari adalah batas kewenangan dan tanggung jawab seorang
Mandor. Kegiatan yang dilakukan adalah menyusun rencana kegiatan harian,
menentukan jumlah tenaga kerja, mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh KHL,
mengarahkan karyawan, membuat laporan harian mandor, mengisi administrasi
pada tingkat mandor dan mengabsen karyawan saat apel pagi. Kegiatan khusus
yang dilakukan adalah pengambilan contoh pengamatan pada kegiatan

6
pemupukan HGFB, melakukan diskusi dengan Mandor, Asisten Divisi, Manager
serta membuat catatan dari seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
Kegiatan magang sebagai Pendamping Asisten Divisi dilakukan pada dua
bulan terakhir magang. Kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan kegiatan
yang dilakukan oleh Asisten seperti membuat rencana kerja harian dan bulanan,
melakukan manajerial tingkat divisi, mengarahkan kerja mandor, membuat
laporan harian asisten, mengisi administrasi tingkat divisi, dan memeriksa mutu
buah dan hanca. Kegiatan khusus yang dilakukan adalah pengamatan pemupukan
urea, menganalisis manajemen pemupukan pada perkebunan kelapa sawit serta
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pemupukan, kemudian
dibandingkan dengan standar yang ada di perusahaan tersebut.

Pengumpulan Data dan Pengamatan
Pengumpulan data dan informasi dilakukan pada saat kegiatan magang
berlangsung yaitu pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer adalah
informasi yang didapatkan secara langsung melalui pengamatan di lapangan
maupun diskusi dengan KHL, Mandor, Asisten Divisi dan Manager. Data ini
meliputi ketepatan dosis, ketepatan cara, dan prestasi tenaga kerja. Data sekunder
diperoleh dari laporan manajemen yang tersedia di kantor kebun. Data sekunder
yang dikumpulkan adalah: (1) kondisi kebun yang meliputi letak georafis,
keadaan iklim dan tanah, luas Hak Guna Usaha, keadaan tanaman, produksi,
produktivitas, peta areal, jenis tanah dan topografi lahan, (2) organisasi dan
manajemen, (3) sarana dan prasarana kebun, (4) rekomendasi dan realisasi
pemupukan, (5) waktu pemupukan, (6) status defisiensi hara tanaman, (7) efisiensi
tenaga kerja, dan (8) biaya pemupukan. Pengamatan dilakukan terutama terhadap
aspek-aspek yang berhubungan dengan pemupukan yaitu efektivitas dan efisiensi
pemupukan, cara pengamatannya yaitu:
Efektivitas Pemupukan:
1. Tepat Jenis
Pengamatan dilakukan terhadap realisasi jenis pupuk yang diaplikasikan di
kebun pada tahun 2012 kemudian dibandingkan dengan rekomendasi
pemupukan yang diberikan oleh Departemen Riset.
2. Tepat Waktu
Pengamatan dilakukan terhadap realisasi waktu pemupukan yang diaplikasikan
di lapangan kemudian dibandingkan dengan rekomendasi waktu pemupukan
yang diberikan oleh Departemen Riset serta kondisi curah hujan pada bulan
tersebut.
3. Tepat Cara
Pengamatan dilakukan dengan mengukur jarak taburan per tanaman yang
dilakukan oleh penabur pada Tanaman Menghasilkan (TM). Pengambilan
contoh tanaman sampai pasar tengah terhadap 8 penabur dengan 3 kali ulangan
sehingga diperoleh 405 tanaman untuk pupuk MOP, 398 untuk pupuk HGFB
dan 401 tanaman untuk Urea.

7
4. Tepat Dosis
Pengamatan dilakukan terhadap dosis untilan dan dosis per tanaman,
pengamatan ketepatan dosis untilan pupuk di gudang dilakukan dengan
penimbangan contoh 10 untilan pupuk yang dilakukan sebanyak tiga kali setiap
selesai kegiatan penguntilan, sehingga diperoleh untilan sebanyak 30 untuk
setiap jenis pupuk yaitu MOP, Borat dan urea. Pengamatan juga dilakukan
terhadap ketepatan dosis per tanaman pada TM dengan menghitung jumlah
taburan per tanaman. Pengambilan contoh tanaman dilakukan sampai pasar
tengah terhadap 8 orang penabur dengan 3 kali ulangan sehingga diperoleh
396 tanaman untuk pupuk MOP, 409 pokok untuk Borat dan 390 pokok untuk
Urea.
Efisiensi Pemupukan:
1. Efisiensi Tenaga Kerja
Pengamatan dilakukan terhadap prestasi tenaga kerja yang didapatkan penabur
kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan. Pengamatan juga
dilakukan terhadap profil kerja 10 penabur yang dihubungkan dengan prestasi
kerja yang didapatkan.
2. Efisiensi Biaya
Pengamatan dilakukan terhadap kelebihan pupuk saat penguntilan kemudian
dikalikan dengan dengan tonase realisasi pemupukan pada tahun 2012 dan
dikalikan dengan harga pupuk.

Analisis Data dan Informasi
Data primer dan sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif dengan metode analisis deskriptif, mencari rata-rata, presentase hasil
pengamatan, dan menggunakan uji T-Student kemudian diuraikan secara
deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada
perkebunan kelapa sawit secara umum dan standar yang telah ditetapkan oleh
perusahaan kemudian dilakukan juga studi pustaka untuk membandingkannya.

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG
Bumitama Gunajaya Agro Grup adalah perusahaan kelapa sawit yang
memiliki sepuluh area yang tersebar di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat,
Riau dan sedang membuka area yang kesepuluh di Aceh. Wilayah 4 terdapat dua
anak perusahaan yaitu PT Windu Nabatindo Abadi Lestari yang terdiri dari tiga
kebun yaitu Pelataran Agro Estate (PAGE), Selucing Agro Estate (SAGE), dan
Serawak Damai Estate (SDME), sedangkan PT Windu Nabatindo Abadi terdiri
dari Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun
Koling Estate (BKLE) dan Sungai Mirah Agro Estate (SMAE). Penulis
melakukan kegiatan magang di Bangun Koling Estate divisi 2.

8
Letak Geografis dan Administratif
BKLE terletak di Desa Tumbang Koling, Kecamatan Cempaga Hulu,
Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Batas areal BKLE
sebelah timur berbatasan dengan Sungai Cempaga Estate, sebelah barat
berbatasan dengan PT TASK Kelapa Sawit, sebelah utara berbatasan dengan
Sungai Mirah Agro Estate, dan sebelah selatan berbatasan dengan PT Sarana
Sawit. Letak geografis BKLE yaitu pada koordinat diantara 112.01°-113.09°BT
dan 1.45°-1.85°LS. Peta areal statement BKLE dapat dilihat pada Lampiran 1.

Keadaan Iklim dan Tanah
BKLE memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan hujan dengan puncak
musim hujan pada tahun 2008-2012 terjadi pada bulan Desember dan puncak
musim kemarau pada bulan Agustus. Rata-rata curah hujan selama 5 tahun
terakhir adalah 3 773 mm per tahun dengan rata-rata hari hujan yaitu 141 hari per
tahun dan memiliki jumlah Bulan Basah 11 bulan serta Bulan Kering 1 bulan,
sehingga iklim di BKLE menurut klasifikasi Scmidt-Ferguson termasuk tipe iklim
A (sangat Basah). Suhu rata-rata harian di BKLE yaitu 27°C dengan kisaran suhu
23-33 °C. Data curah hujan di BKLE tahun 2007-2012 dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Jenis tanah di BKLE terdiri dari tanah inseptisol 64.7%, entisol 30.4%,
histosol 7.11% dan ultisol 0.71% sehingga tanah yang dominan di BKLE adalah
tanah inseptisol. Kesesuaian lahan untuk kelapa sawit di BKLE termasuk dalam
kelas kesesuaian S3 dengan faktor pembatas tekstur tanah berpasir. Topografi
mayoritas datar dengan tingkat kemiringan 0-8 %, sedikit daerah bergelombang
dengan tingkat kemiringan 9-15 % dan berbukit dengan kemiringan 15-30 %. Peta
jenis tanah di BKLE dapat dilihat pada dapat dilihat pada Lampiran 3.

Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan
BKLE mempunyai luas HGU sebesar 3 203 ha dengan rincian 2 530 ha
sudah diusahakan yang terdiri dari 2 382 ha areal Tanaman Menghasilkan (TM)
dan 147 ha areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM). BKLE mempunyai
empat divisi, yaitu Divisi I seluas 813 ha, Divisi II seluas 641 ha, divisi III seluas
876 ha, dan Divisi VI seluas 200 ha. Areal yang ditanam di BKLE terdiri atas TM
dengan tahun tanam 2006-2009 dan TBM dengan tahun tanam 2008-2011. BKLE
mempunyai areal prasarana seluas 140 ha dan areal yang mungkin bisa ditanam
yaitu seluas 178 ha. Luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 1.

9
Tabel 1 Luas HGU dan tata guna lahan di BKLE
Uraian

Luas (ha)

A. Areal yang ditanam
1. Tanaman Menghasilkan (TM)
Tahun Tanam 2006
Tahun Tanam 2007
Tahun Tanam 2008
Tahun Tanam 2009
2. Tanaman Belum Menghasilkan
Tahun Tanam 2010
Tahun Tanam 2011
Tahun Tanam 2012
B. Areal Prasarana
Emplasemen
Jalan dan Jembatan
C. Total Areal Prasarana
TOTAL AREAL DIUSAHAKAN( I) = A+B+C

560
1 527
261
35
122
25
67
72
140
2 669

TOTAL AREAL MUNGKIN BISA DIUSAHAKAN( II)

178
53
303
356
3 203

A. Tanah Desa
B. Bukit, Sungai, Lembah, Rawa, Tanah Tandus
TOTAL AREAL TDK BISA DIUSAHAKAN( III)
GRAND TOTAL = I+II+III
Sumber: Data Kebun BKLE (2013)

Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit yang ditanam di BKLE berdasarkan rekomendasi
Departemen Riset BGA adalah varietas tenera dengan berbagai progeni. Jarak
tanam yang digunakan di BKLE adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m, sehingga Satuan
Pokok per Hektar (SPH) adalah 136 tanaman ha-1. Kondisi luasan blok yang
bervariasi disebabkan oleh perbatasan hutan dan sungai yang mengakibatkan
perbedaan SPH juga disebabkan adanya lahan rawa, dan serangan hama penyakit
tanaman. Jumlah populasi tanaman di BKLE dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Populasi tanaman per tahun tanam di kebun BKLE
Tahun Tanam
2006
2007
2008
2009
2010
2011
TOTAL

Luas Areal (ha)
560.06
1 526.55
261.05
34.63
122.33
25.01
2 529.65

Sumber: Data Kebun BKLE (2013)

Jumlah Tanaman
76 097
204 666
37 727
5 025
16 622
3 401
343 535

SPH (pkk ha-1)
136
134
145
145
136
136
136

10
BKLE mulai berproduksi pada tahun 2009 dengan tahun tanam mulai dari
2006. Produksi dan produktivitas kelapa sawit di kebun BKLE terus meningkat
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Produksi dan produktivitas TBS BKLE tahun 2009-2011
Tahun
2009
2010
2011
2012

Luas Lahan
(ha)
2 264
2 348
2 348
2 382

Produksi
(ton)
1 868
10 441
21 892
32 778

BJR
3.97
4.10
4.76
6.20

Produktivitas
(ton ha-1)
0.83
4.45
9.33
13.76

Sumber: Data Kebun BKLE (2013)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Bumitama Gunajaya Agro Group memiliki salah satu anak perusahaan yaitu
PT Windu Nabatindo Abadi (WNA). PT WNA dipimpin oleh seorang Kepala
Wilayah yang bertanggung jawab kepada GMP (General Manajer Plantation).
Kepala Wilayah akan dibantu Admin Wilayah, Departemen Support yang terdiri
dari staf PAD (Public Affair Departement), staf GIS (Geographic Information
System), Chief Keamanan, Estate manager, Mill manager, Kepala Tata Usaha
(KTU), dan Kepala Traksi Wilayah.
Bangun Koling Estate dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM) yang
dibantu oleh Kepala Administrasi (Kasi) dan tiga Asisten Divisi. Asisten Divisi
dibantu oleh mandor I, kerani divisi, kerani panen, kerani transport, mandor
perawatan, mandor panen, mandor Blok Spraying Sistem (BSS), mandor Blok
Manuring Sistem (BMS), mandor tabur, mandor until dan mandor traksi. Kasi
akan dibantu oleh accounting, kasier, admin tanaman, personalia, dan mantri
tanaman.
Seorang Estate Manager (EM) memiliki tanggung jawab untuk mengelola
dan memimpin kebun dengan baik, menyusun anggaran tahunan dan bulanan yang
meliputi produksi, area statement, sumber daya manusia dan biaya dengan dibantu
oleh asisten divisi dan kepala administrasi. Seorang EM dalam kinerjanya akan
bertanggung jawab langsung dengan Kepala Wilayah.
Asisten Divisi memiliki tugas untuk merencanakan dan melaksanakan
kegiatan teknis di lapangan di divisi masing-masing, meningkatkan produktivitas
melalui pengembangan kompetensi dan karier sumber daya manusia di divisi,
memonitoring semua kegiatan teknis di lapangan dan melaporkan kepada manajer
kebun. Asisten divisi bertanggung jawab langsung dengan EM dan dalam
menjalankan tugasnya akan dibantu oleh Mandor I, Mandor dan Kerani Divisi.
Kasi yaitu orang yang bertanggung jawab dalam mengelola semua
kegiatan administrasi di kebun. Kasi akan dibantu oleh karyawan di kantor kebun.
Struktur organisasi BKLE dapat dilihat pada Lampiran 4.
Sistem ketenagakerjaan BKLE mempunyai karyawan staf dan karyawan
nonstaf. Karyawan staf yaitu Estate Manager (EM), Asisten Divisi, dan Kepala
Administrasi sedangkan karyawan nonstaf yaitu pekerja langsung di lapangan dan

11
tidak langsung seperti Mandor, Kerani, dan lain-lain. Pekerja langsung terdiri dari
Karyawan Harian Lepas (KHL) dan Karyawan Harian Tetap (KHT) dan bulanan.
Data jumlah karyawan staf dan non staf di BKLE dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah staf dan non staf kebun BKLE
No
1
2
3
4

Status Pegawai
Staf
Bulanan
Karyawan Harian Tetap (KHT)
Karyawan Harian Lepas (KHL)
Indeks Tenaga Kerja (ITK)

Jumlah
5
14
283
64
0.14

Sumber: Data Kebun BKLE (2013)

Indeks tenaga kerja adalah hasil dari pembagian antara jumlah total tenaga
kerja dan luas areal kebun, BKLE menerapkan 6 hari kerja dalam seminggu.
Karyawan bekerja 7 jam untuk memenuhi satu Hari Kerja (HK), dan 5 jam pada
hari jumat. Sistem pembagian gaji untuk karyawan non staf berbeda-beda sesuai
golongan karyawan, yaitu:
1.
Karyawan bulanan: tunjangan beras, fasilitas rumah, listrik dan air, gaji per
bulan sesuai golongan dan kebijakan kebun, insentif tahunan, tunjangan hari
tunjangan jamsostek dan biaya kesehatan.
2.
Karyawan harian tetap: tunjangan beras, fasilitas rumah dan listrik, gaji per
bulan sesuai UMR Rp 1 688 950,00 setiap bulan, insentif tahunan,
tunjangan hari raya, tunjangan jamsostek dan biaya kesehatan.
3.
Karyawan harian lepas: fasilitas rumah dan listrik, upah harian sebesar
Rp 67 558,00 setiap hari dikalikan hari kerja, tunjangan hari raya, dan
setelah 3 bulan diangkat menjadi karyawan harian tetap.

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan
Kesejahteraan karyawan yang disediakan di BKLE diantaranya adalah
kantor kebun, kantor divisi, kantor traksi, rumah staf, rumah karyawan, peralatan
kerja (termasuk Alat Pengaman Diri), poliklinik kebun, tempat penitipan anak,
rumah BMS, rumah BSS, gudang pupuk, gudang kantor, masjid, bus sekolah, dan
lapangan sepak bola. Sarana pendidikan di PT Windu Nabatindo Abadi terletak di
Sungai Bahaur Estate berupa taman kanak-kanak dan sekolah dasar, oleh sebab
itu diberikan fasilitas bus sekolah untuk mengantar dan menjemput tiap hari
sekolah. Fasilitas kebun di BKLE dapat dilihat pada Gambar 1.

12

A

B

C

E

D

F

G

H

I

Gambar 1 Fasilitas kebun BKLE (A.Kantor BKLE; B.Kantor Divisi; C.Masjid; D.Kantor
BMS; E.Traksi; F.Poliklinik Kebun; G.Gudang Pupuk; H.TPA; I. Perumahan
Karyawan)

PELAKSANAAN MAGANG
Aspek Teknis
Pemupukan Organik
Pupuk organik di BKLE hanya diaplikasikan berupa Tandan Kosong.
Lokasi kebun BKLE yang jauh dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sehingga tidak
dilakukan aplikasi Wet Decanter Solid (WDS) maupun Palm Oil Mill Effluent
(POME). Aplikasi Tandan Kosong di kebun BKLE tidak lagi menggunakan
sistem borongan tetapi sudah menerapkan sistem satu kemandoran.
Rata-rata 1 ton Tandan Kosong mengandung unsur hara utama sebanding
dengan 8 kg urea, 2.9 kg RP, 18.3 kg MOP, dan 5 kg kieserit. Aplikasi Tandan
Kosong dilakukan satu kali per tahun pada area yang sama dengan cara manual
yaitu dengan cara diangkut dengan menggunkan dump truck dari PKS setelah
mengantar TBS dan diletakan di depan jalur pasar pikul tempat akan
diaplikasikannya Tandan Kosong. Secara administratif satu dump truck berisi
sekitar 7 ton Tandan Kosong untuk satu jalur pasar pikul yang diaplikasikan
sampai pasar tengah, tetapi setelah melakukan wawancara dengan kerani
transportasi bahwa bobot Tandan Kosong yang dibawa oleh dump truck maksimal

13
berisi 4.5 ton. Dosis aplikasi yang seharusnya adalah ± 200 kg untuk satu tanaman
menjadi ± 120 kg. Alat yang digunakan untuk aplikasi Tandan Kosong yaitu
angkong dan gancu. Bobot 1 angkong adalah sekitar 60 kg yang berisi sekitar 20
Tandan Kosong sehingga 1 tanaman diperkirakan membutuhkan 2 angkong. Cara
aplikasinya disusun satu lapis pada gawangan mati untuk menghindarkan
berkembangnya hama Oryctes rhinoceros. Tenaga kerja yang dibutuhkan setiap
harinya berjumlah 6 orang untuk 18 ton Tandan Kosong, sehingga prestasi
kerjanya yaitu ± 3000 kg HK-1. Pengaplikasian Tandan Kosong dapat dilihat pada
Gambar 2.

A

B

Gambar 2 Pengaplikasian tandan kosong (A. Pengambilan Tandan Kosong ke
angkong; B. Pengaplikasian Tandan Kosong di lapangan)
Pemupukan Anorganik
Manajemen pemupukan kelapa sawit harus berjalan baik dan benar dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta pengawasan terhadap
pekerjaan yang dilakukan agar pemupukan berjalan secara efektif dan efisien.
Perencanaan pemupukan dimulai dari penentuan dosis rekomendasi oleh
Departemen Riset, permintaan pupuk oleh Asisten koordinator pupuk, hingga
pupuk masuk ke dalam gudang penyimpanan. Organisasi dalam pekerjaan
pemupukan bertujuan agar karyawan dan mandor dapat menjalankan tugas
masing-masing dengan benar sehingga pelaksanaan pemupukan di lapangan dapat
berjalan dengan lancar sesuai dengan yang telah direncanakan. Pengawasan
pemupukan juga harus dilaksanakan dimulai dari sebelum pemupukan maupun
setelah pemupukan berlangsung.
Penentuan Dosis. Rekomendasi dosis pemupukan di BKLE diberikan oleh
Departemen Riset BGA berdasarkan beberapa faktor seperti produksi TBS aktual,
proyeksi produksi TBS, umur tanaman, status nutrisi tanaman, Leaf Sampling
Unit (LSU), observasi lapangan, sejarah pemupukan, kesuburan tanah (Soil
Sampling Unit), data curah hujan serta hasil percobaan pupuk. Faktor-faktor
tersebut harus dianalisa dengan baik agar menjamin produksi TBS maksimum.
LSU merupakan pertimbangan utama dalam penentuan dosis rekomendasi
dan diambil satu kali dalam satu tahun untuk menentukan dosis tahun berikutnya.
BKLE menerapkan 2 rotasi pemupukan yang dimulai pada bulan Januari untuk
rotasi pertama dan bulan Juli untuk rotasi kedua, rekomendasi dosis per tanaman
per blok dikeluarkan oleh Departemen Riset pada bulan Oktober. Berdasarkan
rekomendasi tersebut Departemen Riset dan Plantation Operation menyiapkan
buku program pemupukan untuk didistribusikan kepada Kepala Wilayah pada
awal bulan Januari tahun berjalan. LSU atau Kesatuan Contoh Daun (KCD)

14
merupakan kegiatan rutin yang dilakukan satu tahun sekali pada bulan April-Juni
untuk penentuan dosis rekomendasi tahun berikutnya. Alat yang digunakan untuk
pengambilan LSU di BKLE adalah dodos, gunting, plastik, kuas, parang, cat,
pensil, form LSU dan papan jalan. Beberapa ketentuan yang digunakan dalam
penentuan pokok yang dijadikan sebagai contoh tanaman adalah:
1) Titik pengamatan diambil dari tanaman yang normal, homogen, dan tidak
terkena penyakit tanaman.
2) Pengambilan contoh daun tidak boleh dilakukan pada saat hujan karena unsur
hara tidak seimbang yang disebabkan oleh pencucian hara oleh air hujan
sehingga dilakukan pengambilan contoh daun pada keesokan harinya.
3) Tanaman tidak terletak dipinggir jalan, apabila tanaman yang diamati mati atau
terserang HPT maka KCD bergeser satu tanaman didepan atau di belakangnya.
4) Jumlah blok yang diamati adalah semua blok TM yang ada.
5) Sample daun yang digunakan untuk LSU adalah daun ke 17 karena penyerapan
unsur hara paling tinggi sehingga dinilai dapat menggambarkan status hara
pada tanaman dibanding daun yang lain.
6) Tanaman yang dipisahkan oleh sungai , KCD bergeser ke baris sebelahnya.
Kegiatan LSU diawali dengan simulasi di kebun oleh Asisten riset kepada
para pekerja yang akan melakukan sensus LSU. Pengambilan contoh diawali pada
baris ketiga dari ujung blok lalu diberi tanda awal masuk (panah ke atas)
kemudian dihitung lagi sebagai contoh pertama adalah tanaman ketiga dalam baris
lalu di beri nomor pokok LSU (1/3) yang artinya tanaman sensus pertama baris
ketiga. Pokok yang kedua berjarak 10 pokok dari KCD pertama dan baris
berikutnya adalah 10 baris dari baris awal sensus dan diberi tanda (arah panah ke
samping) sebagai penanda pindah baris. Pelepah ke 17 yang dipilih didodos dan
dicari bagian tengah dari pelepah yang dicirikan dengan adanya pentil (rachis).
Rachis ditemukan kemudian diukur dua jengkal ke arah pangkal pelepah dan pada
pertengahan jengkal yang kedua diambil 12 daun, enam helai daun bagian kanan
dan kiri lalu digunting.
Daun yang akan dipakai digunting lagi 1 jengkal, jadi daun yang terpakai
sekitar 20 cm pada bagian tengah lalu dibuang tulang daunnya. Pengambilan
helaian daun bagian tengah karena permukaan helaian daun bagian tengah lebih
luas serta penyerapan unsur hara lebih seimbang dibandingkan dengan bagian
pangkal dan ujung daun. Lembaran daun dikumpulkan dalam plastik yang telah
dilubangi sisinya sesuai dengan blok asal pengambilan daun. Cara pengambilan
LSU dapat dilihat pada Gambar 3.

A

B

C

Gambar 3 Cara pengambilan LSU (A.Pengambilan pelepah ke 17; B.Pentil yang terletak
di tengah pelepah; C.Daun yang dipakai untuk LSU)

Pengorganisasian Pemupukan. Organisasi pemupukan di BKLE yaitu
menggunakan sistem BMS dimana pemupukan ditangani oleh satu divisi yaitu

15
Divisi II yang mengintegrasikan proses pengadaan pupuk, penguntilan pupuk,
pengangkutan, pelangsiran, pengeceran sampai pengaplikasian pupuk di lapangan
sehingga pupuk terjamin sampai ke setiap tanaman secara benar dan tepat. KKP
(Kelompok Kerja Pemupukan) digunakan untuk mempermudah pengorganisasian
pemupukan yang terdiri atas 2 orang penabur dan 1 orang pelangsir, BKLE
memiliki 10 KKP. Tim BMS memiliki 3 mandor yaitu koordinator mandor BMS,
mandor tabur dan mandor until.
Penguntilan Pupuk. Penguntilan merupakan kegiatan pengemasan ulang
pupuk yang berukuran 50 kg atau 25 kg menjadi lebih kecil dengan membagi
pupuk menjadi beberapa bagian dari standar atau berat tertentu sesuai dengan
kelipatan dosis per tanaman. Sebagai contoh pupuk urea dengan berat 50 kg untuk
setiap until, diuntil menjadi 12 kg untuk 16 tanaman dengan dosis 0.75 kg untuk
setisp tanaman. Tenaga kerja penguntil berjumlah dua orang dengan basis 3000 kg
untuk setiap pekerja, jika melebihi basis maka setiap penguntil akan mendapatkan
premi. Proses penguntilan pupuk di gudang dapat dilihat pada Gambar 4.

A

B

Gambar 4 Proses penguntilan pupuk di gudang (A. Penyimpanan pupuk di gudang; B.
Proses penguntilan pupuk)

Pengangkutan. Kegiatan pengangkutan pupuk di gudang dilakukan oleh
tenaga bongkar muat yang berjumlah 3-4 orang yang dilakukan pagi hari setelah
apel pagi. Pengambilan pupuk dari gudang penyimpanan atas arahan dari
koordinator Mandor BMS, pupuk yang dimuat merupakan pupuk yang telah
diuntil.
Pelangsiran. Pelangsiran merupakan kegiatan menurunkan untilan pupuk
yang telah diangkut dari dump truck oleh tenaga bongkar muat dan di letakkan di
depan pasar pikul. Pelangsiran pupuk di setiap pasar pikul dilakukan juga oleh
tenaga bongkar muat pupuk pelangsiran pupuk diawasi dan diarahkan oleh satu
mandor tabur. Norma kerja untuk pelangsir adalah 3 ton HK-1. Jumlah untilan
pupuk per pasar pikul untuk pupuk urea berjumlah 2 until untuk dua jalur tanaman
sampai pasar tengah. Untilan pupuk yang dilangsir dan simpan di pinggir
Collection Road (CR) diusahakan tidak dibanting sehingga karung untilan tidak
rusak, karung untilan tidak jatuh ke parit, ikatan karung untilan tidak lepas, dan
karung untilan tidak robek untuk menghindari losses pupuk dari pelangsiran.
Pengeceran. Pengeceran pupuk adalah memindahkan untilan pupuk dari
CR kedalam pasar pikul dan disimpan di pokok ke 8 dan di pasar tengah atau
tergantung perhitungan kelipatan dosis untilannya. Pengeceran pupuk di lapangan
dilakukan oleh tenaga pengecer yang terdapat dalam setiap KKP, tenaga kerja
pengecer adalah 1:2 dengan tenaga penabur. Pengeceran yang dilakukan adalah

16
dengan cara dipikul dari pinggir CR kedalam pasar pikul hingga pasar tengah.
Norma kerja untuk tenaga pengecer dalah 3.5 ha HK-1.
Penaburan Pupuk. Penaburan merupakan salah satu faktor penting dalam
kegiatan pemupukan, keberhasilan kegiatan penaburan tergantung dari
keterampilan dan pengalaman para penabur. Takaran pupuk yang digunakan
berbeda-beda tergantung jenis dan dosis yang akan diberikan pada setiap pokok
sesuai buku pedoman pemupukan yang telah diberikan. Penaburan pupuk untuk
RP, Kieserit, MOP dan Urea di masing- masing blok di mulai dari tanaman
pertama hingga pasar tengah dengan cara di tabur merata berbentuk “U shape”
dengan jarak 100-150 cm, sedangkan untuk pupuk Borat ditabur merata
mengelilingi pokok dengan jarak 50-100 cm dengan cara melingkar. Pupuk Palmo
dan Chelated Zinkcoper ditugal empat lubang pada setiap pokok dengan jarak 50
cm. Norma kerja untuk penaburan pupuk adalah 3.5 ha HK-1.
Pengawasan Pemupukan. Pengawasan pemupukan dilakukan oleh
Asisten, Mantri Tanaman dan Mandor Pupuk untuk memastikan pemupukan
berjalan dengan baik dan pokok telah terpupuk semuanya. Kesalahan-kesalahan
yang sebisa mungkin tidak boleh terjadi dalam pemupukan adalah adanya untilan
utuh yang tertinggal dalam blok, karung bekas untilan yang tertinggal dalam blok,
pokok tidak terpupuk, pupuk tercecer pada pasar pikul, pokok yang tergenang
tidak boleh terpupuk, dosis tidak merata, dan pupuk tidak boleh terkena pelepah
dan Neprolephis. Pemeriksaan kualitas pemupukan ini bertujuan agar kinerja para
karyawan dapat selalu ditingkatkan dan dapat menjadi evaluasi kedepannya jika
terjadi kesalahan atau ketidak sesuaian dengan standar kebun yang telah
ditetapkan. Pelaksanaan pemupukan di BKLE dapat dilihat pada Gambar 5.

A

B

C

Gambar 5 Pelaksanaan pemupukan (A.Pelangsiran pupuk; B.Pengeceran pupuk;
C.Penaburan pupuk)

Panen
Panen kelapa sawit merupakan kegiatan memotong buah masak, mengutip
brondolan dan mengumpulkannya ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), dari
TPH akan diangkut ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dalam kondisi yang segar dan
bersih untuk mencegah meningkatnya Asam Lemak Bebas (ALB) sehingga
kualitas CPO tetap baik. Panen merupakan kegiatan yang paling penting dalam
perkebunan kelapa sawit sehingga pengelolaan panen harus dilakukan dengan
baik mulai dari persiapan panen, organisasi panen, pelaksanaan panen,
pengawasan serta kegiatan di PKS.

17
Sarana Jalan. Kondisi areal jalan merupakan salah satu faktor untuk
memperlancar kegiatan transportasi dari TPH ke PKS sehingga sarana jalan harus
mendapat pemeliharaan yang baik agar tidak menghambat saat pengangkutan
buah. Sarana jalan di BKLE dibagi menjadi 3 yaitu jalan utama (main road), jalan
pengumpul (collection road), dan jalan bantu (tertiary road). Jalan utama
merupakan jalan penghubung antara collection road dan akses jalan keluar masuk
kebun, main road memiliki lebar jalan 12 meter dengan arah utara-selatan.
Collection road adalah jalan untuk mengumpulkan buah yang telah di panen dan
memiliki lebar jalan 7 meter dengan arah barat-timur. Jalan bantu yaitu jalan
tambahan yang dibuat pada areal sulit untuk membantu pengangkutan buah.
Peralatan Panen. Peralatan kerja panen yang digunakan berbeda menurut
tinggi tanaman (umur tanam). Penggolongan alat kerja berdasarkan penggunaanya
terbagi menjadi tiga bagian yaitu alat untuk memotong buah, alat untuk membawa
buah (brondolan) ke TPH dan alat untuk bongkar muat buah dan brondolan.
Berdasarkan pengamatan lapang di BKLE alat-alat yang digunakan saat panen
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Alat-alat yang digunakan untuk panen beserta fungsinya
Alat
Dodos
Batu asah
Sogrok
Angkong
Gancu
Karung Goni
Tojok
Stempel

Fungsi
Memotong pelepah dan TBS umur < 6 tahun
Mengasah dodos supaya tajam
Mengorek brondolan yang tersangkut di ketiak
pelepah
Mengangkut TBS dari piringan ke TPH
Menarik tandan buah dan menyusun buah di
TPH
Wadah mengumpulkan brondolan dan sebagai
alas brondolan pada TPH
Memuat TBS dari TPH ke truk buah dan
menyusunnya
Cap sebagai identitas para pemanen

Pelaksanaan Panen. Pemanen memotong buah dengan mata dodos dan
meletakkannya di piringan ke arah pasar tengah, para pemanen memotong rapat
gagang buah atau membentuk huruf “V” supaya kualitas minyak yang terkandung
dalam buah sawit tidak teserap oleh batangnya. Pemanen harus membersihkan
atau memotong buah dan bunga jantan yang sudah busuk dan dibuang ke
gawangan mati, pemanen juga harus mengorek semua brondolan yang tersangkut
di ketiak pelepah. Pemanen juga menyusun pelepah di tengah gawangan mati dan
melintang antara pokok sehingga membentuk huruf “U”, kemudian pemanen
maju ke pokok berikutnya hingga selesai memotong 2 baris sampai pasar tengah.
Pemanen memasukkan buah dan brondolannya ke dalam angkong untuk dibawa
ke TPH, kemudian pemanen menyusun TBS secara teratur di TPH dengan
kelipatan 5. Brondolan yang telah dikutip di kumpulkan dengan menggunakan
alas karung kemudian diletakkan di samping susunan TBS, selanjutnya pemanen

18
memberikan nomor pada gagang sawit sesuai identitas masing-masing pemanen
untuk memudahkan perhitungan buah oleh Kerani Panen.
Organisasi Panen. Sistem organisasi panen yang digunakan di BKLE
Divisi II adalah Block Harvesting System (BHS) dengan sistem hanca giring tetap
yaitu setiap Mandor Potong Buah memiliki hanca tetap yang ditandai oleh
pancang batas mandoran dan tenaga potong buah dalam mandoran tersebut
digiring sesuai kebutuhan. BKLE Divisi II memiliki dua kemandoran. Setiap
mandor dibantu oleh krani buah yang bertugas untuk menghitung jumlah buah
yang dihasilkan oleh para pemanen dan dica

Dokumen yang terkait

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pelantaran Agro Estate, PT. Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

0 9 126

Pengelolaan panen tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

0 15 209

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Serawak Damai Estate, PT. Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

0 12 171

Studi Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Tanaman Menghasilkan (TM) di Perkebunan Bangun Koling Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

0 8 175

Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Serawak Damai Estate (SDME), PT Windu Nabatindo Lestari (WNL), Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

5 16 191

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro Group Plantation, Kalimantan Tengah

1 26 53

Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah

0 5 64

Pemanfaatan Data Agroklimatologi untuk Menduga Produksi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate, Kalimantan Tengah

0 4 84

Manajemen pemupukan kelapa sawit di Sungai Cempaga Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kalimantan Tengah

0 5 61

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Sungai Bahaur Estate Pt Bumitama Gunajaya Agro Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

0 12 56