Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Sungai Bahaur Estate Pt Bumitama Gunajaya Agro Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT
BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR,
KALIMANTAN TENGAH

SAUT MANGASI HUTABARAT
A24090003

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Panen
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate PT Bumitama
Gunajaya Agro Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, 22 September 2015

Saut Mangasi Hutabarat
NIM A24090003

ABSTRAK
SAUT MANGASI HUTABARAT. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate PT Bumitama Gunajaya Agro
Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh HENI
PURNAMAWATI dan ADE WACHJAR
Magang bertujuan untuk mengetahui dan memahami secara khusus
manajemen pemanenan perkebunan kelapa sawit. Penulis dapat melakukan
pengamatan meliputi perhitungan angka kerapatan panen, kebutuhan tenaga panen,
kualitas pekerjaan panen, pelanggaran dan denda panen, kriteria panen dan mutu

hanca panen. Hasil pengamatan menunjukkan manajemen pemanenan di kebun
SBHE kurang baik. Hasil pengamatan menunjukkan jumlah tenaga kerja di
lapangan lebih tinggi dari kebutuhan tenaga kerja panen. Kualitas pekerjaan panen
masih di bawah standar kebun. Pemanen memotong buah kurang matang lebih
tinggi dari toleransi standar kebun dan pemanen memotong buah matang lebih
rendah yaitu 79% dari standar minimal kebun yaitu 85%. Perlu adanya
pengawasan pemanenan dan pemberian pemahaman kepada pemanen sehingga
kualitas sesuai dengan standar perusahaan. Pemberlakuan denda dapat
meningkatkan rasa tanggung jawab pemanen terhadap hancaknya.
Kata kunci: angka kerapatan panen, brondolan, panen kelapa sawit, tenaga kerja

ABSTRACT
SAUT MANGASI HUTABARAT. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis
guineensis Jacq.) at Sungai Bahaur Estate PT Bumitama Gunajaya Agro,
Kotawaringin timur, Central Kalimantan. Supervised by HENI PURNAMAWATI
and ADE WACHJAR.
The aims of this internship is to identify and understand the specific
management of harvesting oil palm plantations. The author can make
observations include the calculation of the density of the harvest, the harvest
energy needs, the quality of the harvest work, violations and penalties harvest,

harvest criteria and the quality of the harvest area. Observations indicate
harvesting management less well in the SBHEfield. The results showed the
number of labor in the field is higher than the harvest labor requirements. The
quality of the harvest work in field is still substandard. Harvesters cut less mature
fruit is higher than the standard tolerance field and harvesting of ripe fruits was
lower by 79% than the standard minimum of the garden that is 85%. The need for
supervision harvesting and giving understanding to the harvester so that the
quality in accordance with company standards. Penalties can increase the sense
of responsibility of harvesting on their area.
Keywords: density harvest figures, fruit bunch, harvesting oil palm, labor

MANAJEMEN PANEN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE PT
BUMITAMA GUNAJAYA AGRO KOTAWARINGIN TIMUR,
KALIMANTAN TENGAH

SAUT MANGASI HUTABARAT

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi: Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Sungai Bahaur Estate PT Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin
Timur, Kalimantan Tengah
: Saut Mangasi Hutabarat
Nama
: A24090003
NIM

Disetujui oleh


»

Dr Ir Heni Purnamawati, MSc.Agr.
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

.Z 5 SEP 1015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyusun karya ilmiah hasil magang yang berjudul
“Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur
Estate PT Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah”.
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan magang yang dilakukan penulis di PT
Bumitama Gunajaya Agro dalam jangka waktu Februari sampai Juni 2013.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Heni Purnamawati MscAgr
selaku pembimbing I dan Bapak Dr Ir Ade Wachjar MS selaku pembimbing II,
yang telah memberikan arahan selama pelaksanaan magang dan penyusunan karya
ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Supijatno
MSi, selaku penguji yang telah memberi saran. Bapak Dr. Ir. Sugyanta, MS.

selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani
studi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak M Yusuf
Hanafiah (Asisten Divisi I), Bapak Darlin Bin Darwis, STP (Estate Manajer), dan
Bapak Herman Wahyudi, STP (Asisten Kepala), serta Bapak Adi Nugroho, SE
(Kasie), serta segenap staf di PT Bumitama Gunajaya Agro, yang telah
membimbing dan membantu selama menjalani magang.
Terima kasih tak terhingga penulis sampaikan kepada Ayah Effendi
Hutabarat, Ibu Betty Purba, dan seluruh keluarga, atas doa, dukungan moral
maupun materil, selama kegiatan magang dan tugas akhir. Ucapan terima kasih
juga penulis ucapkan kepada teman seperjuangan magang (Habib, Aslina, Dian,
Fitri dan Annisa) dan teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 46 atas
segala doa dan dukungan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 22 September 2015

Saut Mangasi Hutabarat

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan

1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Pemanenan
Sistem dan Rotasi Panen
Taksasi atau Peramalam Produksi
Transportasi Hasil

2
2
3
3
4
5
5

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Analisis Data dan Informasi


6
6
6
7
8

KEADAAN UMUM
Lokasi dan Letak Geografis
Keadaan Iklim dan Tanah
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Kondisi Tanaman dan Produksi
Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan
Fasilitas Kebun

9
9
9
10
11

12
13

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pemupukan
Pengendalian Hama dan Gulma
Pemanenan
Aspek Manajerial

14
14
14
17
19
26

PEMBAHASAN
Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit
Pengawasan Panen


29
29
31

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

33
33
33

DAFTAR PUSTAKA

34

LAMPIRAN

35

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Luas hak guna usaha PT Windu Nabatindo Abadi
Jumlah dan luas areal divisi di Sungai Bahaur Estate (SBHE)
Luas HGU dan tata guna lahan di SBHE
Produksi TBS kelapa sawit di SBHE tahun 2008-2012
Komposisi jumlah tenaga kerja SBHE tahun 2013
Rekomendasi pemupukan kelapa sawit Divisi III SBHE tahun 2013
Hasil taksasi harian dan hasil aktual panen
Kebutuhan tenaga panen seksi B
Kualitas pekerjaan potong buah
Pelanggaran pemanenan dalam pemenuhan basis
Kriteria grading berdasarkan tingkat kematangan buah
Hasil Fraksi Buah Pemanen Blok C7
Hasil Fraksi Buah Pemanen Blok C8
Hasil Pengamatan Mutu Hancak di Divisi III Kebun SBHE
Pembagian seksi, basis janjang dan rupiah per janjang
Hubungan fraksi, rendemen minyak, dan kadar ALB

10
10
11
11
13
15
20
21
22
22
23
23
24
24
25
32

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.

Beberapa fasilitas di kebun SBHE
Tanaman kelapa sawit yang dililit Mucuna bracteata
Pembagian hanca

14
19
21

DAFTAR LAMPIRAN
1. Jurnal harian magang sebagai karyawan harian lepas
2. Jurnal harian magang sebagai pendamping mandor
3. Jurnal harian magang sebagai pendamping asisten
4. Peta Kebun SBHE
5. Data Curah Hujan SBHE tahun 2006-2012
6. Peta SBHE dan Peta Jenis Tanah SBHE
7. Struktur organisasi SBHE
8. Denda Pemanen
RIWAYAT HIDUP

37
38
39
41
42
43
44
45

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sub sektor perkebunan merupakan andalan pembangunan pertanian
Indonesia. Komoditas perkebunan di Indonesia dapat meningkatkan taraf hidup
petani, menambah devisa negara, menciptakan lapangan pekerjaan dan
melestarikan sumber daya alam. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas
perkebunan. Produk kelapa sawit dapat digunakan sebagai minyak goreng, bahan
kosmetika dan farmasi serta bahan non makanan (sabun, deterjen, tinta cetak)
(Mangoensoekarjo dan Semangun 2005).
Kebutuhan minyak nabati dan lemak dunia terus meningkat sebagai akibat
pertumbuhan penduduk (Pahan 2013). Beberapa sumber minyak nabati, antara
lain minyak sawit, minyak kelapa, minyak kacang tanah, minyak wijen, minyak
kedelai, minyak jagung, minyak lobak, minyak kopra, dan minyak bunga
matahari. Kelapa sawit disebut sumber minyak nabati utama karena tanaman
kelapa sawit merupakan sosok tanaman yang cukup tangguh, terutama bila terjadi
perubahan musim. Minyak kelapa sawit memiliki keunggulan dibandingkan
dengan minyak nabati lainnya, yaitu tingkat efisiensi minyak sawit tinggi
sehingga mampu menempatkan crude palm oil (CPO) menjadi sumber minyak
nabati termurah, penggunaannya sangat luas, diantaranya minyak goreng dan
margarin, produktivitas minyak sawit tinggi yaitu 3.2 ton ha-1.
Panen adalah kegiatan memotong buah masak, memungut brondolan dan
sistem pengangkutannya dari pokok ke tempat pengumpulan hasil (TPH) hingga
ke pabrik. Manajemen panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir
dari kegiatan budidaya kelapa sawit di lapangan yang berkaitan dengan kualitas
dan kuantitas minyak sawit. Oleh karena itu pengelolaan panen yang baik harus
dilakukan untuk mendapatkan produksi dengan kualitas dan kuantitas yang baik
pula. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan pemanenan adalah persiapan
panen, kriteria matang panen, angka kerapatan panen, sistem dan rotasi panen,
ramalan produksi, kebutuhan tenaga kerja dan angkutan panen, basis dan premi
panen (Lubis 2008).
Persiapan panen, pemanenan dan penentuan jumlah tenaga kerja panen
hingga pengangkutan tandan buah segar ke pabrik menjadi hal penting yang harus
diperhatikan karena berhubungan dengan pencapaian produktivitas dan tingkat
rendemen minyak yang berkualitas serta mengurangi kehilangan produksi panen.
Salah satu sumber kehilangan hasil adalah terdapat buah mentah yang terpanen,
buah masak yang tinggal pada pokok (tidak dipanen), brondolan tidak dikutip,
buah busuk, dan buah abnormal.
Berdasarkan Direktorat Jenderal Perkebunan (2014) ekspor minyak kelapa
sawit (palm oil) mengalami peningkatan baik volume maupun nilainya. Nilai
ekspor kelapa sawit meningkat pada tiga tahun terakhir yaitu tahun 2011 sebesar
16 436 202 ton, tahun 2013 meningkat menjadi 20 577 967 ton. Nilai tersebut
setara dengan US$ 15 838 850. Menurut Nurmalisa (2011) kualitas pekerjaan
panen dan pengawasan terhadap tenaga panen menunjukkan bahwa brondolan
yang tidak dikutip pemanen masih berada di bawah batas maksimum toleransi
brondolan tidak dikutip, yaitu 30 butir/ha. Pengamatan pelanggaran yang terjadi

2
pada semua pemanen yaitu kesalahan dengan tidak mengutip bersih keseluruhan
brondolan. Berdasarkan hasil pengamatan kriteria panen kebun SBHE diketahui
bahwa terdapat pemanen melakukan pemotongan buah kurang matang dan lewat
matang. Kesalahan pekerjaan panen yang menjadi dasar untuk mempelajari aspek
manajemen pemanenan sehingga diperoleh sistem manajemen pemanenan yang
dapat meningkatkan hasil panen yang berkualitas.
Tujuan
Tujuan kegiatan magang secara umum, yaitu meningkatkan kemampuan,
menambah pengalaman, dan memperluas wawasan bagi mahasiswa dalam proses
kerja secara nyata. Tujuan khusus kegiatan magang adalah untuk mempelajari
manajemen pemanenan baik secara teknis, maupun pengelolaan di kebun Sungai
Bahaur Estate Sungai Bahaur PT. Bumitama Gunajaya Agro.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan
termasuk famili Aracaceae (dahulu Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah
tanaman monokotil yang memiliki akar serabut, batang silindris yang tegak dan
tidak bercabang, tulang daun yang sejajar, tergolong tanaman monocious serta
buah memiliki bentuk lonjong (Lubis dan Widanarko 2011).
Tanaman Kelapa sawit menurut Pahan (2013) diklasifikasikan sebagai
berikut:
Divisi
: Embryophyta Siphonagama
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: Monocotyledonae
Famili
: Arecaceae
Sub famili
: Cocoideae
Genus
: Elaeis
Spesies
: 1. E. guineensis Jacq.
2. E. oleifera (H. B. K.) Cortes
3. E. odora
Kelapa sawit yang termasuk dalam subfamili Cocoideae merupakan
tanaman asli Amerika selatan, termasuk spesies E. oleifera dan E. odora. Batang
kelapa sawit tumbuh tegak lurus dan tidak mempunyai cabang. Batang kelapa
sawit mengalami pertumbuhan (pertambahan tinggi) sekitar 30-60 cm tahun-1.
Titik tumbuh batang sawit terletak di pucuk batang yang terbenam di dalam tajuk
daun (Sunarko 2010). Fungsi utama batang pada tanaman kelapa sawit adalah (1)
sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air, hara dan mineral dari akar melalui
xilem; (2) sebagai pengangkut hasil fotosintesis melalui floem; dan (3) sebagai
penyimpan cadangan makanan dan penyangga organ tanaman lainnya (Lubis dan
Widanarko 2011).

3
Kelapa sawit tergolong tanaman monoecious (berumah satu) karena
memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam satu pohon. Bunga tumbuh dari
ketiak daun setelah tanaman berumur satu tahun. Bakal bunga terbentuk sekitar
33-34 bulan sebelum penyerbukan. Bunga jantan dan betina dalam satu pohon
terletak secara terpisah sehingga penyerbukan terjadi secara silang yang dibantu
oleh angin ataupun serangga (Setyamidjaja 2006).
Tanaman ini dipanen dalam bentuk tandan buah segar. Buah kelapa sawit
termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah.
Bagian-bagian buah terdiri atas kulit buah (exocarp), sabut (mesocarp), dan biji.
Bagian-bagian buah yang menghasilkan minyak adalah sabut dan inti. Buah
kelapa sawit mencapai kematangan (siap untuk dipanen) sekitar 5-6 bulan setelah
terjadinya penyerbukan (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005). Satu tandan
tanaman dewasa memiliki berat 15-30 kg yang tersusun dari 600-2000 buah dan
setiap buah memiliki berat 13-30 g (Pardamean 2008).
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat tumbuh baik disepanjang garis khatulistiwa 23.50 ºLU23.50 ºLS pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut (m dpl). Jumlah curah
hujan yang baik adalah 2 000-2 500 mm tahun-1, tidak memiliki defisit air, hujan
agak merata sepanjang tahun dengan lama penyinaran minimal 5 jam hari-1 (Pahan
2009). Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit agar dapat
tumbuh dengan baik adalah sekitar 24-28 ºC. Tanaman kelapa sawit masih bisa
tumbuh pada suhu terendah 18 ºC dan tertinggi 32 ºC. Kelapa sawit dapat tumbuh
pada pH 4.0-6.0 tetapi yang terbaik adalah pada pH 5.0-5.6. Tanah yang
mempunyai pH rendah dapat ditingkatkan dengan pengapuran namun
membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah dengan pH rendah biasanya dapat
dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (Lubis 2008).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik,
Latosol, hidromorfik kelabu (HK), Regosol, Andosol, Organosol dan Alluvial
(Lubis 2008). Berdasarkan skema kesesuaian lahan kelapa sawit mengenal adanya
5 kelas lahan, yaitu kelas 1 (sangat sesuai), kelas 2 (sesuai), kelas 3 (agak sesuai),
kelas N1 (tidak sesuai bersyarat) dan N2 (tidak sesuai permanen). Setiap kelas
lahan memiliki faktor pembatas dengan jumlah dan intensitas tertentu. Tanaman
kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, persediaan air baik,
permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa
lapisan padas. Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60%, debu 1040%, dan tanah liat 20-50%. Tanah yang kurang cocok adalah tanah berpasir dan
tanah gambut tebal. Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa
sawit adalah areal dengan kemiringan 0-15º (Fauzi et al. 2008).
Pemanenan
Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah segar dari pohon
hingga pengangkutan ke pabrik. Prinsip pada kegiatan panen adalah memotong
tandan matang, mengumpulkan dan mengangkut tandan buah segar (TBS) ke
pabrik untuk seterusnya diolah menjadi minyak kelapa sawit (MKS) berkualitas
baik yaitu mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan asam lemak bebas

4
(ALB) rendah serta menjaga kondisi tanaman tetap baik. Pekerjaan panen tandan
merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi
sumber pemasukan bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit
karena langsung menjadi sumber pemasukan bagi perusahaan melalui penjualan
MKS.
Buah disebut juga fructus. Pada umumnya, tanaman kelapa sawit yang
tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama
kali pada umur sekitar 3.5 tahun sejak penanaman kecambah di pembibitan.
Dengan kata lain, tanaman siap dipanen pada umur 2.5 tahun sejak penanaman di
lapangan. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Waktu
yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen
adalah 5-6 bulan. Warna buah bergantung varietas dan umurnya.
Buah sawit memiliki dua jenis minyak yang dihasilkan, yaitu CPO dari
bagian mesokaprium dan palm kernel oil (PCO) dari bagian endosperm yang
secara komersial diekstrak secara terpisah, karena kandungan dan kegunaannya
pun berbeda. Minyak dalam mesokaprium mulai disintesis pada periode 120 hsa
(hari setelah antesis) dan berhenti pada saat buah mulai lepas dari tangkainya
(akrab disebut memberondol). Sementara itu, minyak dalam endosperm mulai
disintesis saat endosperm mulai memadat, yaitu diatas 70 hsa. Secara normal
membrondolnya buah mulai terjadi pada 150-155 hsa (secara individu 120-200
hsa). Buah akan memberondol semua dari tandannya sekitar 2-4 minggu sejak
memberondolnya buah pertama. Akan tetapi, bisa juga memerlukan waktu lebih
lama pada tandan buah yang lebih besar. Proses membrondolnya buah dapat
ditunda, yaitu dengan penyemprotan zat pengatur tumbuh jenis auksin, asam
giberelat, atau etephon.
Menurut Lubis (2008), keberhasilan panen dan produksi bergantung pada
bahan tanam yang dipergunakan, manusia (pemanen) dengan kapasitas kerjanya,
peralatan yang digunakan untuk panen, kelancaran transportasi serta alat
pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal, insentif
yang disediakan dan lain-lain. Pemanenan dilakukan dengan memilih tandan yang
matang dengan tanda adanya sejumlah buah merah yang jatuh (brondolan).
Sunarko (2010) menyebutkan jumlah brondolan yang ditetapkan adalah 1-2
brondolan/kg bobot tandan. Cara memanen TBS adalah memotong tangkai tandan
menggunakan dodos (tanaman rendah) dan menggunakan egrek (tanaman tinggi).
Pemanenan dilakukan satu kali seminggu dengan rotasi antar blok yang rutin.
Sistem dan Rotasi Panen
Sistem panen kelapa sawit yang memenuhi standar tertentu akan
menghasilkan minyak sawit yang bermutu baik. Standar sistem panen yang
ditentukan, yaitu tidak ada tandan yang mentah yang dipanen, tidak meninggalkan
tandan matang, semua brondolan dikumpulkan dan dibawa ke TPH dalam kondisi
bersih, dan membrondolkan tandan yang terlalu matang dan memotong pendek
tangkai tandan (Sastrosayono 2005).
Rotasi panen adalah selang waktu yang ditetapkan untuk menentukan waktu
panen antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama.
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen
7 hari, artinya suatu areal panen dimasuki (diacak) oleh pemetik tiap 7 hari (Fauzi

5
et al. 2008). Menurut Lubis (2008) panen kelapa sawit juga dipengaruhi oleh
iklim sehingga dikenal panen puncak dan panen kecil. Rotasi panen yang
diterapkan di Sungai Bahaur Estate PT Bumitama Gunajaya Agro (Nurmalisa
2011) pada masing-masing divisinya terdiri atas 6 seksi panen artinya, dalam satu
minggu terdapat 6 hari panen dan masing-masing hanca panen dipanen 7 hari
berikutnya.
Taksasi atau Peramalam Produksi
Taksasi atau peramalan hasil adalah kegiatan menghitung jumlah TBS yang
akan diperoleh saat panen berdasarkan jumlah dan keadaan tandan bunga betina
yang kemungkinan menjadi tandan buah. Tujuan peramalan produksi adalah
untuk mempermudah pengaturan dan pelaksanaan panen di kebun dan
pengelolaan di pabrik, memudahkan penyediaan dan pengaturan transportasi,
membuat perkiran produksi harian hingga bulanan. Hal ini dapat diprediksi
melalui seludang pecah terbuka hingga matang panen dan berdasarkan berat
tandan rata-rata sesuai umur tanaman (Sunarko 2010).
Menurut Sunarko (2010) hasil produksi kelapa sawit untuk enam bulan ke
depan dapat diperkirakan dengan rumus berikut:
Y=axbxc
Keterangan: Y = produksi enam bulan
a = jumlah seluruh tandan yang akan dipanen selama enam
bulan
b = berat tandan rata-rata
c = presentase minyak terhadap berat tandan (untuk MK 20%)
Transportasi Hasil
Dalam pengelolaan kebun kelapa sawit, faktor transportasi mendapat
perhatian khusus. Keterlambatan (restan) pengangkutan tandan buah segar (TBS)
ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) akan mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas
olah, dan mutu produk akhir (Pahan 2013). Pengangkutan merupakan hal yang
sangat penting dari kegiatan panen karena memiliki pengaruh yang cukup besar.
Pengangkutan dapat menurunkan kualitas minyak disebabkan guncangan yang
akan mengaktifkan enzim lipase yang memecah menjadi asam lemak dan gliserol
(Sunarko 2010).
Sastrosayono (2005) mengungkapkan bahwa sistem jaringan jalan di
perkebunan merupakan salah satu faktor penting untuk mengumpulkan dan
mengangkut hasil ke pabrik. Jaringan jalan yang baik juga menjamin
pengangkutan pupuk dan bahan lain. Banyak pekerjaan kebun yang tidak dapat
dilakukan karena kondisi sarana dan prasarana jalan yang buruk. Jenis alat
transportasi juga berpengaruh pada pengangkutan hasil, bergantung pada skala
usaha, sarana dan prasaranana jalan yang ada.
Buah yang sudah diberi tanda (cap) oleh pemanen harus segera dihitung
oleh kerani buah dan dimasukkan kedalam bak transport untuk diangkut ke PKS
pada hari yang sama, guna mendapatkan mutu minyak yang baik. Kerani transport
dan tenaga bongkar muat harus memastikan semua buah dan brondolan terangkut
ke dalam bak transport (Nurmalisa 2011).

6
Tandan buah segar (TBS) yang baru dipanen harus segera diangkut ke
pabrik karena harus segera diolah dan tidak boleh melebihi 8 jam setelah panen.
Buah yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan. Pemilihan alat angkut
yang tepat dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan.
Jadwal kedatangan alat angkut ke lokasi panen dan pabrik harus diatur sedemikian
rupa agar sesampainya di kebun, tandan yang harus diangkut sudah tersedia. Alat
angkut yang dapat dipergunakan dari perkebunan ke pabrik, di antaranya lori,
traktor gandengan, atau truk. Pengangkutan dengan lori dianggap lebih baik
dibandingkan dengan alat angkutan lain. Jika menggunakan truk atau traktor
gandengan, guncangan selama perjalanan lebih banyak terjadi sehingga
kemungkinan adanya terjadi pelukaan pada buah lebih banyak (Fauzi et al. 2008).

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari tanggal 11
Februari 2013 sampai 11 juni 2013. Kegiatan magang berlokasi di Sungai Bahaur
Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro, Wilayah VI Metro Cempaga, Desa
Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin timur, Kalimantan
Tengah. Sungai Bahaur Estate (SBHE) berbatasan dengan Sungai Cempaga Estate
(SCME) di sebelah utara dan PT Bisma Darma Kencana di sebelah Timur.
Metode Pelaksanaan
Metode yang dilakukan adalah praktik langsung di kebun. Kegiatan yang
dilakukan adalah seluruh jenis pekerjaan di lapangan dan di kantor yang diijinkan
mulai dari karyawan harian lepas (KHL). Pekerjaan yang dilakukan meliputi
pengendalian gulma secara manual (pembersihan piringan, pembersihan
gawangan dan dongkel anak kayu), pengendalian gulma secara kimiawi (semprot
gulma di piringan dan gawangan serta oles anak kayu), pemupukan, kastrasi,
pengambilan LSU (Leaf Sampling Unit), sensus bobot tandan rata-rata dan
kegiatan panen.
Satu bulan selanjutnya penulis berstatus sebagai pendamping mandor.
Tugasnya adalah mendampingi mandor atau ditugaskan sebagai mandor dengan
kegiatan memberi pengarahan pekerjaan pada saat apel pagi, mengawasi
pekerjaan karyawan dan membuat Laporan Harian Mandor (LHM). Kemandoran
yang diikuti meliputi kemandoran panen, kemandoran perawatan, kemandoran
pemupukan, kemandoran chemist, dan kerani panen. Penulis juga beberapa kali
ditugaskan sebagai mandor untuk menggantikan mandor yang sedang cuti atau
berhalangan hadir.
Kegiatan selama dua bulan selanjutnya yaitu sebagai pendamping asisten
divisi. Kegiatan–kegiatan yang dilakukan antara lain: membantu administrasi
divisi dengan membuat monitoring pekerjaan harian mandor, membantu
menyusun rencana dan anggaran biaya divisi, melakukan pemeriksaan mutu hanca

7
panen, chemist dan pupuk kemudian melaporkan hasil pemeriksaan tersebut
kepada asisten kebun dan melakukan kunjungan ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS).
Kegiatan yang dilakukan bergantung pada kondisi di lapangan. Kegiatan
mahasiswa selama magang dapat dilihat dalam jurnal kegiatan harian (Lampiran
1, 2, dan 3).
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data
primer dan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari kebun meliputi lokasi dan
letak geografis kebun, organisasi dan manajemen perusahaan, keadaan tanah dan
iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman, produksi kebun, dan
norma kerja di lapangan. Data primer diperoleh dari pengamatan lapangan
dipusatkan pada kegiatan panen, yaitu persiapan panen, kriteria panen, angka
kerapatan panen, tenaga panen, rotasi panen, kualitas pekerjaan panen atau
pekerjaan potong buah, kulit, pelanggaran dan denda panen, basis dan sistem
premi panen, mutu hanca dan kehilangan produksi. Pengetahuan manajerial
diperoleh dengan menjadi pendamping mandor, asisten, serta melalui studi
pustaka dokumentasi kebun. Pengamatan yang dilakukan oleh penulis yaitu
mengenai kebutuhan tenaga panen dan kualitas panen.
Pengamatan Paremeter Panen
1. Angka Kerapatan Panen
Pengamatan angka kerapatan panen dilakukan dengan cara memilih
blok secara acak. Kemudian dalam satu blok tersebut dipilih 100 tanaman
secara acak untuk diamati. Angka kerapatan panen didapat dengan
menghitung jumlah janjang matang pada pokok yang dijadikan sampel
kemudian dibagi jumlah total pokok yang diamati dan dikalikan persentase
100, maka akan didapat angka kerapatan panen pada blok tersebut. Berikut
cara perhitungan untuk mengetahui angka kerapatan panen:
Angka Kerapatan Panen (AKP) =
2. Tenaga Panen
Pengamatan terhadap jumlah pemanen dilakukan dengan melakukan
wawancara terhadap asisten kebun dan pengamatan langsung dengan
menghitung pemanen yang ada, serta dibandingkan apakah sesuai dengan
kebutuhan yang ditetapkan oleh perusahaan. Kebutuhan tenaga kerja harian
dapat diketahui dengan rumus:
Kebutuhan tenaga panen =
Keterangan :
A = Populasi pokok produktif
B = Kerapatan panen
E = Basis janjang dalam blok
Pengambilan sampel dilakukan terhadap hasil pengamatan taksasi
pada seksi panen B yang terdiri atas 4 blok yaitu C08, C09, C10, dan C11.

8

3. Kualitas Pekerjaan Panen
Pengamatan kualitas pekerjaan panen didapat dengan melakukan
pengamatan kualitatif terhadap sepuluh orang pemanen pada suatu
kemandoran. Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan mengamati cara
pemanenan yang dilakukan kesepuluh tenaga panen terhadap 9 pokok
panen dalam 2 pasar pikul atau setara 1 ha. Kriteria pengamatan kualitas
pekerjaan panen meliputi : panen semua TBS masak, peletakan TBS di
piringan, potong rapat gagang TBS, buah mentah tidak ditinggal/diperam,
antrian TBS teratur di TPH, pengutipan semua brondolan, tumpukan
brondolan sendiri, dan tumpukan pelepah bukan di pasar rintis.
4. Pelanggaran dan Denda Panen
Pelanggaran panen didapat dengan melakukan pengamatan terhadap
sepuluh orang pemanen dengan luas hanca panen 1 ha. Pelaksanaan
pengamatan dilakukan dengan mengamati 7 kriteria pekerjaan panen
meliputi : potong buah mentah, brondolan tidak dikutip, brondolan banyak
sampah/alas karung, gagang panjang lebih dari 3cm, pelepah sengkleh, buah
busuk, dan over prunning.
5. Kriteria Matang Panen
Pengamatan dilakukan pada 2 kemandoran panen dengan mengikuti
10 pemanen secara acak. Jumlah tandan buah matang yang diamati adalah
15 tanaman/pemanen sehingga jumlah keseluruhan 150 tanaman.
Pengamatan terhadap tingkat kematangan TBS yang siap dipanen, kriteria
diamati berdasarkan jumlah berondolan yang jatuh ke tanah.
6. Mutu Hanca
Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati brondolan tertinggal,
buah matang tertinggal. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti
pemanenan secara langsung dan mengamati 5 tenaga panen pada 2
kemandoran.
7. Basis dan premi panen
Data mengenai basis dan premi pemanen diperoleh melalui
wawancara dengan pekerja, mandor, atau asisten kebun serta data dari
kebun.
Analisis Data dan Informasi
Data primer dan data sekunder yang dihasilkan dianalisis secara kualitatif
dan kuantitatif dengan mencari rata-rata, persentase hasil pengamatan, dan
perhitungan statistik sederhana lainnya. Hasis analisis lalu diuraikan secara
deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku pada perkebunan kelapa
sawit dan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

9

KEADAAN UMUM
Lokasi dan Letak Geografis
Lokasi Sungai Bahaur Estate (SBHE) secara geografis terletak di antara
113.01º-113.07ºBT dan antara 1.80º-1.86ºLS yang terletak di Desa Pundu,
Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
SBHE berbatasan dengan Sungai Cempaga Estate (SCME) di sebelah Utara dan
dengan PT Bisma Darma Kencana di sebelah Timur. Peta kebun SBHE dapat
dilihat pada Lampiran 4.
Keadaan Iklim dan Tanah
Sungai Bahaur Estate (SBHE) mempunyai 2 musim, yaitu musim kemarau
dan musim hujan. Puncak musim kemarau terjadi pada bulan Agustus dan
September, sedangkan puncak musim hujan terjadi pada bulan April dan
Desember berdasarkan data curah hujan dari tahun 2006-2012. Rata-rata curah
hujan selama 7 tahun terakhir (2006-2012) adalah 3 293 mm tahun-1 dengan ratarata hari hujan adalah 151 hari tahun-1. Rata-rata bulan kering 1 bulan tahun-1, dan
bulan basah 10.57 bulan tahun-1. Menurut klasifikasi Schmidth Ferguson, iklim di
SBHE termasuk tipe iklim A (sangat basah). Keadaan curah hujan bulanan di
SBHE dapat dilihat pada Lampiran 5.
Keadaan topografi di Sungai Bahaur Estate (SBHE) mayoritas relatif datar
dengan tingkat kemiringan 0-8% dan sedikit daerah bergelombang dengan tingkat
kemiringan 9-15%. Jenis tanah SBHE berdasarkan yield gap analysis block by
block terdiri atas tanah Inceptisol sebesar 60.3%, kaolin sebesar 19.9%, ultisol
sebesar 17.7%, dan tanah Entisol sebesar 0.7%. Peta keadaan tanah SBHE dapat
dilihat pada Lampiran 6. Hasil analisis ini menujukkan bahwa mayoritas SBHE
memiliki jenis tanah Inceptisol. Menurut Resman et al. (2006) tanah Inceptisol
adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang
lebih lemah dibanding dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai
sifat bahan induk. Warna tanah Inceptisol beraneka ragam bergantung pada jenis
bahan induknya. Warna kelabu menunjukkan bahan induknya berasal dari
endapan sungai, warna coklat kemerahan terbentuk karena mengalami proses
reduksi, warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi. Menurut Jalaluddin
dan Toni (2005) kaolin adalah salah satu jenis tanah lempung yang tersusun dari
mineral-mineral. Tanah lempung jenis ini berwarna putih keabu-abuan.
Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006), Ultisol berkembang dari
berbagai bahan induk, dari yang bersifat masam hingga basa. Ultisol dicirikan
oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi
daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah. Pada
umumnya, tanah ini mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan
bahan organik. Menurut Utami dan Handayani (2003) tanah Entisol merupakan
tanah yang relatif kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman. Tanah ini
mempunyai konsistensi lepas lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi
dan kandungan hara yang tersedia rendah. Kesesuaian lahan aktual untuk tanaman
kelapa sawit di SBHE termasuk dalam kelas S3 (sesuai marjinal) dengan faktor
pembatas utama adalah tekstur tanah pasir berlempung. Pemanfaatan tanah

10
berdasarkan kelas lahan ini untuk pengembangan kelapa sawit, khususnya di
SBHE harus diikuti dengan upaya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah.
Upaya tersebut diantaranya adalah penanaman tanaman kacangan penutup tanah,
pemupukan, dan aplikasi bahan organik. Perbaikan yang dilakukan memberikan
dampak positif terhadap produktivitas tanaman kelapa sawit sehingga dapat
mencapai produksi yang diharapkan sesuai dengan potensi dan siklus tanaman
kelapa sawit.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas hak guna usaha PT Windu Nabatindo Abadi adalah 12 000 ha dengan
areal tanam seluas 9 589 ha yang terbagi atas 3 kebun, yaitu Sungai Bahaur Estate
(SBHE) 3 987 ha, Bangun Koling Estate (BKLE) 2 505 ha, dan Sungai Cempaga
Estate (SCME) 3 097 ha. PT WNA memiliki pabrik pengolahan crude palm oil
(CPO) dan palm kernel oil (PKO), yaitu Selucing Mill dengan kapasitas 45 ton
TBS jam-1. Luas hak guna usaha PT Windu Nabatindo Abadi dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Luas hak guna usaha PT Windu Nabatindo Abadi
No
1
2
3

Nama estate
Sungai Bahaur Estate (SBHE)
Bangun Koling Estate (BKLE)
Sungai Cempaga Estate (SCME)
Luas areal tanam

Luas area tanam (Ha)
3 987
2 505
3 097
9 589

Sumber : Data Kebun SBHE (2013).

Sungai Bahaur Estate terdiri atas kebun inti dan kebun plasma. Luas kebun
inti 1 987 ha dan luas kebun plasma 2 000 ha. Sungai Bahaur Estate tediri atas
lima divisi, yaitu Divisi I (696 ha) yang terbagi atas 24 blok, Divisi II (671.4 ha)
terbagi atas 25 blok, Divisi III (632 ha) terbagi atas 23 blok, divisi IV (1 142 ha)
terbagi atas 38 blok, dan Divisi V (845 ha) terbagi atas 31 blok. Jumlah dan luas
areal divisi di SBHE dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah dan luas areal divisi di Sungai Bahaur Estate (SBHE)
Divisi
I
II
III
IV
V
Jumlah

Blok
24
25
23
38
31
141

Luas kebun (ha)
696.0
671.4
632.0
1 142.0
845.0
3 987.0

Sumber : Data Kebun SBHE (2013).

Sungai Bahaur Estate (SBHE) memiliki luas areal yang digunakan yaitu
seluas 3 987.5 ha areal yang ditanam, seluas 181.0 ha areal prasarana dan seluas
45 ha areal yang mungkin bisa ditanam/perluasan. Luas Hak Guna Usaha (HGU)
dan tata guna lahan di SBHE dapat dilihat pada Tabel 3.

11
Tabel 3. Luas HGU dan tata guna lahan di SBHE
Uraian
I. Areal diusahakan
A. Areal yang ditanam
Tanaman Menghasilkan (TM)
Total areal ditanam
B. Areal prasarana
Emplasemen/bangunan lainnya
Jalan dan jembatan
Total areal prasarana
II. Areal mungkin bisa ditanam/perluasan
C. Okupasi 45.0
Total areal mungkin bisa diusahakan
D. Bukit, sungai, lembah, rawa, tanah tandus
Total areal tidak bisa diusahakan
Grand Total

Luas (ha)

3 987.5
3 987.5
42.0
139.0
181.0
45.0
45.0
70.0
70.0
4.283.5

Sumber: Data Kebun SBHE (2013)

Kondisi Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di SBHE merupakan varietas
Marihat yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Jarak
tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan populasi rata-rata
perhertarnya adalah 136 pohon. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa Stand
per ha (SPH) atau populasi tanaman perhektar beragam. Hal ini disebabkan SBHE
merupakan kebun alih pemilik dengan menerima kebun yang kurang terawat dari
kebun sebelumnya dan juga jarak tanam antar pohon yang beragam. Kebun yang
diterima SBHE kemudian dilakukan konsolidasi dan ditambah dengan menanam
tanaman sisipan pada pokok yang kerdil, abnormal, tidak produktif dan mati.
Kondisi ini menyebabkan SBHE memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi, yaitu
dalam satu blok memiliki beberapa tahun tanam dengan SPH yang beragam.
Saat ini SBHE hanya mengelola tanaman menghasilkan (TM) kelapa sawit
yang terdiri atas kebun inti dan kebun plasma. Kebun inti terletak di Divisi 4 dan
5 dengan luas 2 069.1 ha, sedangkan kebun plasma terletak di Divisi 1, 2 dan 3
dengan luas 2214.4 ha. Terdapat 12 tahun tanam yang berbeda, yaitu tahun 1998,
1999, 2000, 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010. Setiap
Divisi SBHE memiliki tahun tanam yang berbeda. Produksi TBS di SBHE selama
5 tahun terakhir (2008-2012) yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Produksi TBS kelapa sawit di SBHE tahun 2008-2012

Tahun

Luas (ha)

2008
2009
2010
2011
2012

3 097
3 097
3 097
3 097
3 097

Jumlah
janjang
(buah)
3 355 822
4 372 208
4 958 546
7 109 951
7 093 901

Sumber: Data kebun SBHE (2013)

Produksi TBS
Produksi
BJR
(ton)
(kg janjang-1)
32 828.72
45 781.83
54 834.73
71 756.88
83 620.37

9.78
10.47
11.06
10.10
11.80

Produktivitas
(ton ha-1)
10.60
14.78
17.70
23.16
27.00

12
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa produksi TBS meningkat setiap
tahunnya. Data tersebut menunjukkan peningkatan produksi dari 71 756 ton TBS
pada tahun 2011 menjadi 83 620 ton TBS pada tahun 2012. Peningkatan produksi
ini disebabkan oleh adanya penambahan luas areal tanaman kelapa sawit
menghasilkan, perawatan yang intensif, curah hujan yang cukup, pemupukan yang
teratur, dan adanya tahun tanam kelapa sawit yang telah memasuki TM. Tandan
Buah Segar (TBS) yang dihasilkan oleh SBHE kemudian dibawa ke PKS yang
terletak di Wilayah II, Pundu Nabatindo Mill (PNBM) dan Wilayah IV, Selucing
Agro Mill (SAGM) untuk selanjutnya diproses sehingga menghasilkan CPO.
Struktur Organisasi Perusahaan dan Ketenagakerjaan
Perkebunan kelapa sawit PT Windu Nabatindo Abadi merupakan salah satu
unit usaha dari PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA Group). Struktur organisasi
PT BGA berdasarkan susunan garis dan staf dengan kekuasaan tertinggi dipegang
oleh chief executive officer (CEO), sedangkan operasional perusahaan dipegang
oleh manajemen yang terdiri dari engineering director, plantation director, dan
finance director yang membawahi langsung general manager plantation (GMP).
General manager plantation (GMP) memiliki tanggungjawab terhadap 2 wilayah
kebun yang masing-masing wilayah dikepalai oleh seorang kepala wilayah. PT
Windu Nabatindo Abadi dipimpin oleh seorang kepala wilayah yang
bertanggungjawab kepada GMP. Kepala wilayah dibantu oleh seorang admin
wilayah, Departemen Support, yang terdiri atas staf PAD (Public Affair
Department), staf GIS (Geographic Information System), dan kepala keamanan,
Estate Manager, Mill Manager, kepala tata usaha (KTU), dan kepala traksi
wilayah yang membawahi asisten lokakarya dan traksi, serta asisten teknik sipil
(civil engineering).
Kebun SBHE dipimpin oleh seorang estate manager (EM) yang memiliki
atasan langsung kepala wilayah dan bawahan langsung seorang kepala
administrasi estate (Kasie), asisten kepala kebun dan asisten divisi. Seorang
asisten divisi dibantu oleh mandor I, kerani divisi, mandor panen, mandor
perawatan, kerani divisi, kerani transportasi, mandor pupuk dan mandor kimia.
Struktur organisasi SBHE dapat dilihat pada Lampiran 7.
Estate manager bertugas mengendalikan semua kegiatan di kebun dalam
rangka mencapai produksi dan mutu yang maksimal. Rincian tugas seorang estate
manager adalah sebagai berikut: 1) melakukan monitoring pelaksanaan pekerjaan
operasional berdasarkan laporan dari divisi atau bagian dari unit kebun serta
melaporkannya secara komprehensif kepada kepala wilayah, 2) menyusun
anggaran tahunan dan bulanan meliputi aspek area statement, produksi, kapital,
sumber daya manusia dan biaya, 3) mengadakan rapat kerja intern dengan asisten
divisi dan kasie beserta jajaran dibawahnya secara periodik (minimal seminggu
sekali) dalam upaya peningkatan atau perbaikan kinerja. Asisten kepala bertugas
membantu dan bertanggungjawab kepada manager dalam pengelolaan seluruh
pekerjaan agronomi dan bertugas melakukan kunjungan secara periodik ke setiap
divisi.
Asisten divisi memiliki tugas di dalam perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan teknis di lapangan pada divisi masing-masing, meningkatkan
produktivitas melalui pengembangan kompetensi dan karier sumber daya manusia

13
di divisi. Tugas lainnya yaitu mengawasi semua kegiatan di lapangan dan
bertanggung jawab langsung kepada estate manager, dan dalam melaksanakan
tugasnya asisten divisi dibantu oleh para supervisi kebun yang terdiri atas mandor
I, mandor panen, mandor perawatan, mandor pupuk, mandor kimia, kerani panen
dan kerani transport.
Tenaga kerja di SBHE, terdiri atas karyawan staf dan non-staf. Tenaga kerja
staf terdiri atas estate manager, asisten divisi dan kepala administrasi estate
(Kasie). Karyawan non-staf terdiri atas karyawam bulanan, karyawan harian tetap
(KHT) dan karyawan harian lepas (KHL). Karyawan harian lepas (KHL) yang
bekerja di SBHE berjumlah 196 orang, KHT berjumlah 443 orang dan karyawan
bulanan berjumlah 53 orang sehingga jumlah total tenaga kerja di kebun SBHE
berjumlah 700 orang. Rasio pekerja per ha di kebun SBHE adalah 0.17 HK ha-1
dan hal tersebut bisa dikatakan baik karena norma indeks tenaga kerja (ITK)
untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.2 HK Ha-1. Komposisi jumlah tenaga
kerja di SBHE dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Komposisi jumlah tenaga kerja SBHE tahun 2013
No.
1.
2.
3.
4.

Status pegawai
Staf
Bulanan
Karyawan harian tetap (KHT)
Karyawan harian lepas (KHL)
Total
Indeks tenaga kerja (ITK)

Sumber: Data kebun SBHE (2013)

Jumlah (orang)
8
53
443
196
700


0.17

Fasilitas Kebun
Fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh SBHE, yaitu kantor kebun, kantor
divisi, poliklinik, tempat penitipan anak (TPA), kantor block manuring system
(BMS), rumah Intenal Training Mandor (ITM), gudang, dan alat-alat kebun,
tempat ibadah seperti mesjid dan gereja, perumahan dan beberapa fasilitas
olahraga seperti lapangan bola, bulutangkis dan voli. Fasilitas yang disediakan
bertujuan meningkatkan kinerja karyawan dan staf kebun agar lebih produktif
dengan output kerja yang tinggi dan mampu memenuhi standar yang diharapkan
kebun. Perumahan induk atau emplasmen utama terletak di sekitar kantor kebun
yang dihuni oleh para staf kebun dan para supir truk. Perumahan karyawan harian
tetap, karyawan harian lepas dan para supervisi kebun (mandor, mantra tanam,
dan kerani buah) terletak di divisi masing-masing. Semua perumahan di SBHE
telah dilengkapi oleh listrik dan air dan juga disediakan bus sekolah untuk antarjemput semua putra-putri karyawan SBHE. Beberapa fasilitas yang tersedia di
SBHE dapat dilihat pada Gambar 1.

14

Gambar 1. Beberapa fasilitas di kebun SBHE

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Kegiatan teknis selama magang dilakukan di kebun dengan 3 tingkatan
pekerjaan, yaitu sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan
pendamping asisten. Pekerjaan di lapangan diawali dengan mengikuti apel pagi
setiap hari kerja pukul 05.00 WIB. Pada apel pagi inilah dilakukan absensi
kehadiran dan pembagian kerja masing-masing kelompok kerja dari kemandoran
pemupukan, kimia, perawatan, pemanenan, dan kerani buah. Pekerjaan usai
hingga pukul 13.00 WIB disela-sela pekerjaan diberikan waktu istirahat „wolon‟
pada pukul 10.00-10.30 WIB.
Pemupukan
Pupuk adalah unsur hara tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk
menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu
upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan
vegetatif tanaman yang sehat dan produksi tandan buah segar (TBS) secara
maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit.

15
Rekomendasi pemupukan di SBHE dibuat oleh Departemen Riset
berdasarkan pertimbangan beberapa faktor, diantaranya produksi TBS aktual,
proyeksi produksi TBS, umur tanaman, status nutrisi tanaman, analisa daun
(LSU). Observasi lapangan, sejarah pemupukan, kesuburan tanah, data curah
hujan, hasil percobaan pupuk dan lain-lain. Pemupukan di SBHE menggunakan
Sistem Pemupukan Blok (Block Manuring System) yaitu sistem pemupukan oleh
satu kelompok kerja pupuk (KKP) penabur yang terkonsentrasi dalam 1-2 hanca
(3-6 jalan pikul) dan dikerjakan blok per blok. Tujuan dibentuknya sistem BMS
untuk meningkatkan output pekerja pemupukan dari segi luasan (hanca pupuk)
dan kualitas hasil pemupukan. Karyawan yang diawasi selama kegiatan
pemupukan sebanyak 12 orang. Penulis pernah ditugaskan sebagai mandor pupuk.
Selama menjadi mandor, penulis melakukan pengamatan prestasi karyawan.
Berdasarkan pengamatan, prestasi karyawan di SBHE adalah 200 kg pupuk MOP
per ha.
Jenis pupuk yang digunakan dalam perkebunan kelapa sawit adalah pupuk
anorganik dan organik. Pupuk anorganik yang digunakan merupakan pupuk yang
umumnya mengandung garam mineral kecuali pada pupuk urea. Pupuk anorganik
terdiri dari pupuk mikro dan pupuk makro. Secara umum pupuk mikro
dubutuhkan tanaman dalam dosis yang sedikit, sedangkan pupuk makro
dibutuhkan tanaman dalam dosis yang banyak. Jenis dan dosis pupuk yang
diaplikasikan bergantung kepada umur dan kondisi tanaman. Penentuan dosis
pupuk di SBHE dibedakan berdasarkan umur tanaman agar sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit. Beberapa jenis pupuk
dilakukan dengan 2 tahap aplikasi, seperti pupuk Urea, MOP (Muriate of Potash)
dan HGFD (High Grade Fertilizer Borate). Jenis pupuk lainnya umumnya
diaplikasikan hanya satu tahap aplikasi. Data rekomendasi pemupukan TM kelapa
sawit tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rekomendasi pemupukan kelapa sawit Divisi III SBHE tahun 2013
Tahun
tanam

Tahap

Urea
(kg
tanaman-1)

RP
(kg
tanaman-l)

I
0.81
0.75
II
0.81
I
2000
0.75
0.75
II
0.75
I
2002
0.75
0.75
II
0.75
I
2003
0.76
0.80
II
0.76
I
2008
1.00
0.75
II
1.00
Sumber: Departemen Riset BGA (2013)
1998

MOP
(kg
tanaman-1)

NPK
(kg
tanaman-1)

Kieserite
(kg
tanaman-1)

HGFD
(kg
tanaman-1)

1.75
1.75
1.75
1.75
1.89
1.89
1.80
1.80
1.75
1.75

1.75
1.75
1.89
1.80
2.00
-

0.80
0.34
0.70
-

0.063
0.063
0.060
0.060
0.060
0.060
0.060
0.060
0.080
0.080

Pemupukan di kebun SBHE dilakukan dengan menerapkan SOP aplikasi
pupuk (5T), yaitu tepat dosis (takaran yang standar dan telah dikalibrasi), tepat
cara (tabur sebar atau tabur larik berbentuk U-shape), tepat tempat (permukaan
piringan atau sisi luar piringan), tepat waktu (tidak musim hujan besar dan tidak

16
musim kemarau keras) dan tepat jenis (jenis pupuk yang digunakan sesuai yang
dibutuhkan).
Pelaksanaan pemupukan. Bongkar muat pupuk (BMP) Rayon A memiliki 2
mandor yang terdiri atas mandor tabur dan mandor until. Seorang mandor tabur
membawahi kelompok kerja pupuk (KKP) pupuk yang terdiri atas 14 KKP
dengan 14 karyawan pelangsir dan 28 karyawan penabur pupuk. Sedangkan
seorang mandor until membawahi 2 KKP until yang terdiri atas 10 orang
karyawan penguntil dan 2 KKP ecer yang terdiri atas 6 orang BMP. Kegiatan
pemupukan dimulai dengan penguntilan yang dilakukan oleh karyawan until.
Jumlah dan dosis pupuk yang diuntil dilakukan sesuai kebutuhan pupuk tiap
pokok kelapa sawit. Contoh perhitungan kebutuhan pupuk: pemupukan pada Blok
B-009 (Tahun tanam 2003, seluas 33.01 ha dan jumlah pokok 4 205). Pupuk yang
diaplikasikan adalah Muriate of Potash (MOP) dengan 14 kg/untilan. Tiap until
untuk diaplikasikan pada 8 pokok TM dengan dosis 1.73 kg/pokok. Blok B-009
membutuhkan pupuk MOP sebanyak 4 205 x 1.73 kg = 7 274.6 kg; jumlah karung
pupuk yang dibutuhkan 7 274.6 kg : 50 kg = 146 karung dan jumlah until pupuk
yang dibutuhkan sebanyak 7 274.6 kg : 14 kg = 520 untilan.
Kegiatan yang dilakukan setelah penguntilan ialah pengeceran pupuk.
Pengeceran pupuk merupakan kegiatan memuat pupuk yang telah diuntil dari
gudang dan disusun ke dalam truk pupuk serta mendistribusikan secara langsung
ke Tempat Pengumpulan Pupuk (TPP). Satu jalan pikul diletakkan 8 untilan yang
dapat memenuhi kebutuhan 68 pokok kelapa sawit dimana untilan tersebut diecer
4 untilan di TPP sebelah kiri dan 4 untilan lainnya di sebelah kanan. TPP terletak
di areal piringan pokok pertama yang dekat dengan Colection Road (CR). Tujuan
peletakan untilan di TPP adalah untuk mengantisipasi jika karung pecah maka
pupuk yang tercecer masih di dalam piringan sehingga masih dapat dimanfaatkan
oleh tanaman. Berdasarkan pengamatan di lapang ada beberapa untilan pupuk
tidak diecer di TPP melainkan di TPH ataupun di samping CR.
Selanjutnya mandor tabur mengarahkan para penabur dan pelangsir untuk
mengaplikasikan pupuk pada pokok kelapa sawit sesuai dengan dosis yang
direkomendasikan. Pemupuk harus menerapkan lima SOP di dalam
mengaplikasikan pupuk. Kelima SOP tersebut, yaitu: 1) pemupukan dimulai dari
jalan tengah, 2) pemupukan sesuai dengan takaran, 3) pupuk harus ditabur merata,
4) setiap pokok wajib terpupuk dan 5) karung dikumpulkan, disusun rapi dan
dibawa pulang. Setiap KKP memiki hanca sebanyak 6 jalan pikul dalam satu blok
atau setara dengan 3 ha/blok dengan norma kerja sebesar 500 kg/HK.
Rata-rata setiap hari kerja harus menyelesaikan 3 blok sehingga rata-rata
setiap KKP harus menyelesaikan hanca sebanyak 18 jalan pikul atau seluas 9 ha.
Alat yang digunakan diantaranya angkong untuk melangsir atau membawa pupuk
ke jalan tengah dan ke dalam jalan pikul, gendongan, karung, sarung tangan,
masker, dan apron (baju keselamatan). Beberapa permasalahan yang sering
ditemukan terkait aplikasi pemupukan, diantaranya dosis yang tidak sama per
pokok, ukuran takaran pupuk yang tidak seragam, waktu pemupukan yang tidak
tepat (hujan masih dilakukan pemupukan), cara penaburan yang tidak sesuai dan
pokok yang tidak terpupuk akibat akses jalan yang tidak memadai.

17
Pengendalian Hama dan Gulma
Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati
khususnya untuk mengendalikan keberadaan ulat api. Sungai Bahaur Estate
(SBHE) menggunakan tanaman Turnera ulmifolia dan Nephrolepis bisserata
untuk mengendalikan ulat api. Ta

Dokumen yang terkait

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pelantaran Agro Estate, PT. Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

0 9 126

Pengelolaan panen tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

0 15 209

Analisis faktor penentu produksi Tandan Buah Segar (TBS) tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro (PT BGA), Wilayah VIMetro Cempaga, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

1 12 216

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Serawak Damai Estate, PT. Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

0 12 171

Studi Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Tanaman Menghasilkan (TM) di Perkebunan Bangun Koling Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

0 8 175

Manajemen Penunasan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah

2 19 54

Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Serawak Damai Estate (SDME), PT Windu Nabatindo Lestari (WNL), Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

5 16 191

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro Group Plantation, Kalimantan Tengah

1 26 53

Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah

0 5 64

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah

1 7 58