Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE,
BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH

DIAN PRATIWI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Limbah
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Bumitama
Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Dian Pratiwi
NIM A24090006

ABSTRAK
DIAN PRATIWI. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis Jacq.) di
Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah. Dibimbing
oleh SUPIJATNO.
Magang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan teknis
dan manajerial, serta memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja. Tujuan
khususnya yaitu mempelajari pengelolaan limbah cair dan tandan kosong sebagai
pupuk organik. Aplikasi tandan kosong di Selucing Agro Estate menggunakan
teknik mulsa dan di letakkan di sebelah pelepah membentuk huruf U (U-shape).
Produksi pada lahan yang diaplikasikan tandan kosong belum berbeda nyata
dengan lahan yang tidak diaplikasikan tandan kosong. Aplikasi limbah cair
menggunakan sistem land application pada kolam datar. Air limbah dialirkan ke
lahan menggunakan pipa dengan sistem kolam pada instalasi pengolahan air
limbah. Aplikasi limbah cair belum berpengaruh nyata terhadap peningkatan

produksi dan produktivitas kelapa sawit. Seluruh parameter limbah cair sesuai
dengan Peraturan Gubernur No. 35 tahun 2007 dan Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 28 tahun 2003, sehingga aktivitas Instalasi Pengolahan Air
Limbah tidak berdampak negatif bagi lingkungan.
Kata kunci: kolam datar, limbah cair, pupuk organik, tandan kosong

ABSTRACT
DIAN PRATIWI. Waste Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in
Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Central Kalimantan. Supervised
by SUPIJATNO.
The internship is aimed to enhance the knowledge, technical and
managerial skills and having work experience. The specific objective is to study
the management of waste palm oil mill effluent and empty bunch as organic
fertilizer. Application of empty bunch in Sungai Bahaur Estate uses mulching
technique and placed next to midrib forming the letter U (U shape). Production of
area that is applied by empty bunch has no differences been real with the land
that is not applied by empty bunch. Application of palm oil mill effluent using
land application system on flat bed. Waste were distributed by pipeline to the area.
Application of palm oil mill effluent has not yet influenced the production and
productivity of palm oil. All the samples of waste palm oil mill effluent are in

complied to regulation no 35 in 2007 and no 28 in 2003 decision environment
ministers, so the activity of the water treatment plant had no give negative impact
to environment.
Key words : empty bunch, flat bed, organic fertilizer, palm oil mill effluent

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE,
BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH

DIAN PRATIWI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2013

Judul Skripsi : Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan
Tengah
Nama
: Dian Pratiwi
NIM
: A24090006

Disetujui oleh

Dr Ir Supijatno, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Juni 2013 ini ialah
Limbah Kelapa Sawit, dengan judul Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan
Tengah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Supijatno, MSi selaku
pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan saran, Dr Ir Eko Sulistyono,
MSi dan Ani Kurniawati, SP MSi selaku dosen penguji, keluarga besar kebun
Sungai Bahaur Estate (SBHE) dan Selucing Agro Estate (SAGE), Bumitama
Gunajaya Agro yang telah memberikan banyak ilmu terkait segala aspek
mengenai kelapa sawit khususnya limbah kelapa sawit. Di samping itu, penulis
berterima kasih kepada orangtua serta keluarga besar yang telah memberikan
dukungan baik moril maupun materil, teman-teman AGH 46 yang telah
memberikan kritik dan saran, serta semua pihak yang telah memberikan dukungan
dan membantu penulis selama melakukan kegiatan magang dan pembuatan karya

ilmiah.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, September 2013
Dian Pratiwi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR

iv

DAFTAR LAMPIRAN

v

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

Morfologi Kelapa Sawit

2

Ekofisiologi Kelapa Sawit


2

Limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

3

METODE MAGANG

5

Waktu dan Tempat

5

Pelaksanaan Magang

5

Pengamatan dan Pengumpulan Data


5

Analisis Data dan Informasi

6

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

7

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

7

Letak Geografis dan Administratif

7

Keadaan Iklim dan Tanah


7

Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan

8

Keadaan Tanaman dan Produksi

8

Fasilitas Kebun

9

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

9

PELAKSANAAN MAGANG

Aspek Teknis

11
11

Penunasan

11

Pengambilan daun Leaf Sampling Unit (LSU)

11

Pemupukan

13

Pengendalian Gulma

14

Pengendalian Hama

15

Pemanenan

16

Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS)

19

Pengelolaan Limbah

20

Aspek Manajerial

24

Pendamping Mandor

24

Pendamping Asisten

25

HASIL DAN PEMBAHASAN

25

Tandan Kosong (TKS)

26

Limbah Cair (POME)

28

Dampak Aplikasi POME terhadap Produksi

32

Dampak Aplikasi POME terhadap Kualitas Air

33

KESIMPULAN DAN SARAN

34

Kesimpulan

34

Saran

35

DAFTAR PUSTAKA

35

LAMPIRAN

37

RIWAYAT HIDUP

52

DAFTAR TABEL
1 Persentase unsur hara dalam satu ton Tandan Kosong (TKS)
3
2 Kesetaraan nilai unsur hara POME dengan pupuk anorganik dalam
4
100 ton limbah POME
3 Baku mutu limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)
4
4 Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan tata guna lahan di Kebun
8
Sungai Bahaur Estate (SBHE)
5 Produksi Tandan Buah Segar (TBS) di Divisi III Kebun
9
Sungai Bahaur Estate pada tahun 2009-2012
6 Komposisi jumlah tenaga kerja di Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE)
10
7 Peralatan panen di Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE)
17
8 Komposisi jenis limbah yang dihasilkan Pabrik Selucing Agro Mill
26
(SAGM) pada tahun 2012
9 Jumlah Tandan Kosong (TKS) yang teraplikasikan di Kebun
27
Selucing Agro Estate (SAGE) Divisi III pada tahun 2012
10 Perbandingan produksi Tandan Buah Segar (TBS) pada blok
27
aplikasi tandan kosong dengan blok tanpa aplikasi tandan kosong
11 Jenis-jenis kolam dan kapasitas masing-masing kolam
29
di Pabrik Selucing Agro Mill (SAGM)
12 Monitoring baku mutu air limbah Pabrik Selucing Agro Mill
30
(SAGM) pada tahun 2012
13 Luas blok aplikasi limbah POME yang disertai dengan jumlah
31
flat bed dan kran di Kebun Selucing Agro Estate (SAGE)
14 Perbandingan produksi Tandan Buah Segar (TBS) antara blok
32
aplikasi limbah POME dengan blok tanpa aplikasi limbah POME
di Kebun Selucing Agro Estate (SAGE) tahun 2012
15 Hasil pemeriksaan kualitas air tanah pada Sumur Pantau (SP I, SP II, SP III) 34
di blok aplikasi limbah POME dan sumur penduduk

DAFTAR GAMBAR
1 Pengambilan daun LSU
2 Untilan pupuk (A), pengeceran pupuk (B)
3 Jenis herbisida yang digunakan (A), pengisian herbisida ke dalam
knapsack solo (B), penyemprotan herbisida di piringan (C)
4 Peletakan TKS berbentuk U-shape (A), peletakan TKS di atas
tumpukan pelepah (B)
5 Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
6 Flat bed penampungan air limbah POME
7 Sumur pantau aplikasi limbah POME

12
14
15
21
22
23
33

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai Karyawan Harian Lepas
(KHL) di Kebun SBHE PT Bumitama Gunajaya Agro
2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai Pendamping Mandor
di Kebun SBHE PT Bumitama Gunajaya Agro
3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai Pendamping Asisten
di Kebun SBHE PT Bumitama Gunajaya Agro
4 Peta tahun tanam Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE)
5 Peta jenis tanah Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE)
6 Hari hujan dan curah hujan di Kebun SBHE PT Bumitama Gunajaya
Agro, Kalimantan Tengah, Periode 2009/2010/2011/2012/2013
7 Struktur organisasi Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE)
8 Alur distribusi Tandan Kosong (TKS) di Kebun Selucing Agro Estate
(SAGE)
9 Organisasi ketenagakerjaan Tandan Kosong (TKS) di Kebun SAGE
10 Lay out effluent treatment Pabrik Selucing Agro Mill (SAGM)
11 Lay out land application limbah POME Pabrik Selucing Agro Mill
(SAGM)

37
38
40
44
45
46
47
48
49
50
51

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman
penghasil minyak nabati yang sangat penting. Produksi minyak kelapa sawit per
hektar merupakan produksi paling tinggi dibandingkan dengan seluruh tanaman
penghasil minyak nabati lainnya (Pahan 2010). Kelapa sawit menyumbang
minyak nabati terbesar di dunia yaitu 2 000-3 000 kg ha-1 (Irvan 2009).
Peningkatan produksi nasional CPO terjadi seiring dengan peningkatan areal
lahan untuk budidaya kelapa sawit. Luas areal perkebunan kelapa sawit tahun
2012 mencapai 9 juta ha. Produksi CPO kelapa sawit pada tahun 2012 mencapai
23 juta ton dengan produktivitas Crude Palm Oil (CPO) mencapai 3 571 kg ha-1
(Ditjenbun 2012). Devisa dari sektor perkebunan mencapai US$ 20 miliar pada
tahun 2010 yang sebagian besar berasal dari kelapa sawit yaitu US$ 15.5 miliar
(Ditjenbun 2011).
Pengembangan industri kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan
pabrik dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Hal tersebut
disebabkan oleh bobot limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang harus dibuang
semakin bertambah, sehingga perkebunan kelapa sawit melakukan pengelolaan
terhadap limbah yang dihasilkan. Langkah tersebut merupakan upaya untuk
mengurangi dampak negatif demi mewujudkan industri yang berwawasan
lingkungan (Irvan 2009). Apabila dikelola dengan baik, limbah dapat memberikan
dampak positif terhadap produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit karena
mengandung unsur hara yang cukup tinggi.
Limbah padat yang dihasilkan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) berupa Tandan
Kosong (TKS) yang jumlahnya sekitar 23% per ton Tandan Buah Segar (TBS)
(Susilawati 2012). TKS berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
Potensi TKS sebagai pupuk berkaitan dengan materi TKS yang merupakan bahan
organik dengan kandungan hara cukup tinggi. Limbah cair pabrik kelapa sawit
yang dikenal dengan istilah POME (Palm Oil Mill Effluent) mempunyai
kandungan bahan organik yang tinggi. Limbah POME memiliki kandungan hara
yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit yaitu N, P, K, Mg (Pasaribu 2011).
Aplikasi limbah POME di perkebunan kelapa sawit sebagai pupuk telah dilakukan
pada Tanaman Menghasilkan (TM) di Indonesia. Aplikasi limbah POME
memiliki keuntungan antara lain dapat berfungsi sebagai pupuk
(Sutarta et al. 2003).
Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang adalah meningkatkan pengetahuan,
kemampuan teknis dan manajerial, serta memperoleh pengalaman dan
keterampilan kerja. Tujuan khususnya adalah untuk mempelajari pengelolaan
limbah cair dan limbah padat sebagai pupuk organik.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) memiliki bagian vegetatif dan
generatif yang khas. Bagian vegetatif tanaman kelapa sawit meliputi akar (radix),
batang (caulis), dan daun (folium). Bagian generatifnya meliputi bunga (flos) dan
buah (fruktus). Bunga kelapa sawit termasuk berumah satu. Pada satu batang
terdapat bunga betina dan bunga jantan yang letaknya terpisah. Namun, seringkali
terdapat tandan bunga betina yang mendukung bunga jantan (hermaprodite)
(Setyamidjaja 2006). Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan
keras (epicarp), daging buah (mesocarp) dari susunan serabut (fibre) dan
mengandung minyak, kulit biji (endocarp) berupa tempurung berwarna hitam dan
keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak,
serta lembaga (embrio) (Sunarko 2007).
Berdasarkan variasi morfologis, buah kelapa sawit yang ada di lapangan
berasal dari banyak varietas (Mangoensoekarjo 2007). Varietas kelapa sawit yang
biasanya ditemukan di perkebunan kelapa sawit yaitu varietas Dura, Pisifera, dan
Tenera. Pisifera mempunyai alela homozigot resesif sehingga tidak memiliki
cangkang. Dura memiliki cangkang tebal yaitu 2-8 mm. Persilangan Dura dan
Pisifera menghasilkan Tenera. Tenera memiliki cangkang yang tipis yaitu
0.5-4 mm dan dikelilingi cincin-cincin serat pada mesocarp nya. Varietas Tenera
lebih disukai untuk penanaman komersial karena memiliki kandungan minyak
lebih tinggi daripada Dura (Pahan 2010).

Ekofisiologi Kelapa Sawit
Pencapaian hasil produksi kelapa sawit yang tinggi dipengaruhi oleh tiga
faktor utama yaitu faktor lingkungan, faktor genetik dan teknik budidaya (Saputra
2011). Faktor lingkungan dominan yang mempengaruhi kelapa sawit dalam
konteks ekofisiologi yaitu faktor tanah (edafik) dan iklim yang meliputi intensitas
cahaya matahari, temperatur, curah hujan, serta kelembaban udara. Kelapa sawit
membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan
fotosintesis kecuali kondisi juvenile di pre-nursery. Produksi Tandan Buah Segar
(TBS) per tahun juga dipengaruhi oleh jumlah jam efektif penyinaran matahari.
Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada suhu 24-28 oC. Kebutuhan air untuk
tanaman kelapa sawit di perkebunan komersial mencapai 1 950 mm tahun-1
(Pahan 2010).
Rata-rata curah hujan optimal tahunan kelapa sawit berkisar 1 250-2 500
mm. Curah hujan di bawah 1 250 mm menyebabkan metabolisme tanaman kelapa
sawit akan terganggu (Mangoensoekarjo 2007). Tanaman kelapa sawit
membutuhkan curah hujan yang rata sepanjang tahun. Curah hujan yang tidak
konstan dapat menurunkan produksi tanaman kelapa sawit. Pertumbuhan dan
produksi terbaik kelapa sawit diperoleh pada ketinggian 0-100 mdpl. Tanaman
kelapa sawit juga dapat berproduksi optimal pada ketinggian 0-500 mdpl, tetapi
jika lebih dari 500 mdpl produksi kelapa sawit relatif rendah.

3
Klasifikasi pengusahaan kelapa sawit terbagi atas empat kelas yaitu kelas I
(baik) dengan tanah yang mempunyai seluruh kriteria baik, kelas II (cukup baik)
dengan tanah kriteria baik dan ≤ 2 kriteria kurang baik, kelas III (kurang baik)
dengan tanah kriteria baik, 2-3 kriteria kurang baik dan 1 kriteria tidak baik, serta
kelas IV (tidak baik) dengan tanah yang mempunyai > 2 kriteria tidak baik (Pahan
2010).

Limbah Pabrik Kelapa Sawit
Limbah Padat (Tandan Kosong/TKS)
Limbah TKS merupakan produk setelah Tandan Buah Segar (TBS)
diproses di sterilizer dan stripper (Pahan 2010). Penanganan TKS yang
dihasilkan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) tidak lagi dilakukan pembakaran dengan
incenator. Hal ini dilakukan untuk mengurangi pembuangan CO2 ke udara. TKS
yang dihasilkan oleh Pabrik Kelapa Sawit (PKS) berkisar antara 200-220 kg atau
20-22 % dari setiap ton TBS yang diolah (Pasaribu 2011). Lembaga Riset
Perkebunan Indonesia (2003) menyatakan bahwa TKS merupakan limbah pada
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang jumlahnya sekitar 23% dari TBS yang diolah.
Tandan Kosong (TKS) memiliki manfaat sebagai pupuk kompos, pulp,
papan partikel, dan energi (Irvan 2009). TKS kaya kandungan materi organik dan
nutrisi bagi tanaman. Aplikasi TKS dapat meningkatkan proses dekomposisi
tanah, meningkatkan peremajaan tanah dalam rangka mempertahankan produksi
TBS agar tetap tinggi. Aplikasi TKS sesuai dalam memenuhi atau menggantikan
sebagian pupuk anorganik, asalkan jumlah pasokan haranya sebanding dengan
pupuk anorganik tersebut (Susilawati 2012). Persentase unsur hara dalam TKS
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Persentase unsur hara dalam satu ton Tandan Kosong (TKS)
Unsur hara
Nitrogen (N)
Fosfor (P)
Potassium (K)
Magnesium (Mg)

Kadar Hara dalam
TKS (kg ha-1 tahun-1)
5.4
0.4
35.3
2.7

Sebanding dengan pupuk
per Ton TKS (kg)
8.0 Urea
2.9 RP
18.3 MOP
5.0 Kieserit

Sumber : SOP BGA (2012)

Aplikasi TKS ke lahan harus dilakukan sebaik mungkin sehingga
manfaatnya sebagai pupuk organik dapat maksimal dan biaya aplikasi tidak terlalu
mahal. TKS yang diangkut dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) harus segera
diaplikasikan ke lahan. TKS maksimal menumpuk di Collection Road (CR)
selama satu minggu semenjak diangkut, apabila dibiarkan terlalu lama maka dapat
merusak kondisi jalan dan kandungan hara akan berkurang terutama unsur Kalium
(K). Rata-rata kandungan K menurun 35% setelah satu bulan, 70% setelah tiga
bulan dan 90% setelah enam bulan di lapangan. Setelah itu, terjadi penurunan
yang melambat dengan lebih dari 99% penurunan setelah 10 tahun
(Susilawati 2012).

4
Limbah Cair (Palm Oil Mill Effluent/POME)
Limbah POME merupakan limbah sisa proses pembuatan minyak sawit
yang berbentuk cair dari kegiatan industri minyak kelapa sawit. Parameter yang
dijadikan indikator penilaian mutu limbah POME adalah pH, BOD (Biological
Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), TDS (Total Dissolved
Solid), temperatur, minyak dan lemak (Pasaribu 2011). Limbah POME
mengandung bahan organik yang tinggi dan bermanfaat bagi tanaman. Kesetaraan
nilai unsur hara POME dengan pupuk anorganik dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kesetaraan nilai unsur hara POME dengan pupuk
anorganik dalam 100 ton limbah POME
Unsur
Nitrogen (N)
Fosfat (P)
Kalium (K)
Magnesium (Mg)

Nilai (kg)
50-67.5
9-11
100-185
15-32

Sumber: Data Kebun SBHE (2013)

Salah satu sistem aplikasi POME di lahan yaitu land application.
Keuntungan aplikasi POME menggunakan sistem land application yaitu sebagai
sumber kandungan unsur hara yang tinggi dan dapat digunakan sebagai pupuk
organik, memperbaiki tekstur tanah, meningkatkan kesuburan tanah, sebagai
sumber air tanaman, dan mengurangi polusi jika dibuang di badan sungai
(Pasaribu 2011). Kualifikasi limbah POME yang diaplikasikan ke perkebunan
yaitu limbah dengan BOD antara 3 500-5 000 mg L-1 (Sutarta et al. 2003). Baku
mutu limbah POME dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Baku mutu limbah Palm Oil Mill Effkuent (POME)
Parameter
BOD (mg L-1)
Minyak dan lemak (mg L-1)
pH

Batas kepekatan
< 3500
< 3000
6.0

Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006)

Blok yang dipilih untuk lahan aplikasi limbah POME yaitu blok-blok yang
berjarak tidak terlalu jauh dari pabrik yang berkaitan dengan pemakaian instalasi
dan kekuatan tekanan pompa (jarak maksimal 5 km dari pabrik), topografi tidak
terlalu curam atau berbukit, dan tidak terlalu banyak areal rendahan sehingga
penyebaran aplikasi dalam satu blok maksimal. Dosis aplikasi limbah POME
yang ditetapkan yaitu 750 ton ha-1 setiap tahun dengan rotasi 3-4 kali dalam
setahun (Susilawati 2012).

5

METODE MAGANG
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan di Sungai Bahaur Estate (SBHE) PT Windu
Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro, Kota Waringin Timur, Kalimantan
Tengah. Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan dari Februari sampai
Juni 2013.
Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang dilaksanakan dengan mengikuti pekerjaan yang sedang
berlangsung maupun tidak langsung di kebun. Kegiatan teknis dilakukan selama
satu bulan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL). Kegiatan teknis meliputi
penunasan, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama, pemanenan,
pengolahan Tandan Buah Segar (TBS), pengambilan daun Leaf Sampling Unit
(LSU), dan pengelolaan limbah Tandan Kosong (TKS) dan POME. Jurnal harian
sebagai KHL dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kegiatan manajerial sebagai Pendamping Mandor dilakukan selama satu
bulan yang meliputi mandor I, mandor panen, mandor pupuk, mandor semprot,
mandor aplikasi limbah POME dan mandor aplikasi limbah Tandan Kosong
(TKS). Kegiatan yang dilaksanakan meliputi pengawasan kegiatan di kebun.
Kegiatan sebagai Pendamping Mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Kegiatan
manajerial sebagai Pendamping Asisten dilakukan selama dua bulan. Kegiatan
yang dilaksanakan di kebun adalah mengevaluasi hasil kegiatan kebun dan kontrol
kegiatan yang dilaksanakan di lahan. Kegiatan sebagai Pendamping Asisten
dapat dilihat pada Lampiran 3. Aspek khusus pada kegiatan magang yang
dilaksanakan mencakup pengelolaan limbah POME dan Tandan Kosong (TKS)
dari hasil pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang dilakukan oleh
Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Kegiatan yang dipelajari di lahan berkaitan dengan
seluruh kegiatan yang berhubungan dengan penanganan dan pemanfaatan limbah
kelapa sawit sebagai pupuk organik.

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi dalam kegiatan magang dilakukan
dengan mengumpulkan data sekunder dan data primer. Data sekunder dapat
diperoleh melalui laporan manajemen, data perusahaan dan arsip perusahaan
(bulanan atau tahunan). Data sekunder yang dikumpulkan antara lain data jumlah
atau bobot Tandan Kosong (TKS) yang dihasilkan pabrik setiap bulan, bobot atau
jumlah limbah POME yang dihasilkan pabrik tiap bulan, kualitas limbah POME
(BOD, COD, Pb, Cd, Cu, dan pH), produksi Tandan Buah Segar (TBS) tahun
2012 pada blok yang diaplikasikan limbah Tandan Kosong (C010, C011, D009,
D010) dan POME (C010, C011, B013), pengaruh limbah POME terhadap kualitas
air sumur pantau (pada blok C010, C011, B013) dan sumur penduduk di sekitar
blok aplikasi, serta data-data pendukung lainnya seperti sejarah dan
perkembangan kebun, keadaan iklim dan tanah, letak geografis dan administratif,

6
luas Hak Guna Usaha (HGU) dan tata guna lahan, fasilitas kebun, struktur
organisasi dan ketenagakerjaan, serta keadaan tanaman dan produksi.
Data primer diperoleh melalui observasi lapangan maupun hasil
wawancara dengan operator dan karyawan limbah POME dan TKS. Data
pengamatan dipusatkan pada kegiatan pengelolaan limbah POME dan limbah
TKS.
Pengamatan pada pengelolaan limbah POME antara lain :
1. Metode aplikasi limbah POME
Mengamati secara langsung metode aplikasi limbah POME serta
mengamati alur distribusi limbah POME dan proses pengolahannya
sampai diaplikasikan ke blok.
2. Luas blok aplikasi limbah POME
Menghitung secara langsung luas blok yang diaplikasikan limbah POME.
3. Organisasi ketenagakerjaan aplikasi limbah POME
Menghitung secara langsung jumlah tenaga kerja yang mengaplikasikan
limbah POME.
4. Jumlah flat bed dan dosis aplikasi limbah POME
Menghitung jumlah flat bed yang dapat menampung limbah POME di blok
aplikasi dan dosis yang digunakan.
Pengamatan pada pengelolaan limbah TKS antara lain :
1. Dosis aplikasi limbah TKS dan jumlah TKS setiap hektar
Menghitung dosis TKS yang digunakan setiap tanaman kelapa sawit dan
menghitung secara langsung jumlah TKS yang diaplikasikan setiap hektar.
2. Alur distribusi TKS
Mengamati alur distribusi TKS mulai dihasilkan pabrik sampai
diaplikasikan ke dalam blok.
3. Pengaturan atau peletakan TKS di blok aplikasi
Mengamati secara langsung pengaturan atau peletakan TKS pada tanaman
kelapa sawit.
4. Organisasi ketenagakerjaan TKS
Menghitung secara langsung jumlah tenaga kerja yang mengaplikasikan
limbah TKS serta dihitung jumlah limbah TKS yang dapat diaplikasikan.

Analisis Data dan Informasi
Produksi tanaman kelapa sawit yang diaplikasikan limbah POME dan TKS
dibandingkan dengan produksi tanaman yang tidak diaplikasikan limbah POME
dan TKS kemudian diuji dengan menggunakan t-student pada taraf 5 %. Data dan
informasi lainnya dianalisis dengan mengunakan nilai rata-rata dan persentase.

7

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Bumitama Gunajaya Agro (BGA) merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang perkebunan dan pabrik kelapa sawit dengan komitmen mewujudkan
kelapa sawit lestari (sustainable palm oil). Perusahaan BGA berawal dari
pengusahaan perkebunan kelapa sawit berskala kecil di Kabupaten Kota Waringin
Timur, Kalimantan Tengah yang dimulai pada tahun 1998. BGA mengakuisisi
tiga perusahaan perkebunan kelapa sawit yakni PT Windu Nabatindo Lestari, PT
Hati Prima Agro, dan PT Surya Barokah pada tahun 2001. PT Surya Barokah
mengalami kebangkrutan pada tahun 2004, kemudian di take over dan diakuisi
oleh BGA menjadi PT Windu Nabatindo Abadi (PT WNA). PT WNA menaungi
empat kebun yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Bangun Koling Estate (BKLE),
Sungai Cempaga Estate (SCME), dan Selucing Agro Estate (SAGE). PT WNA
memiliki satu unit pabrik untuk mengolah kelapa sawit yaitu Selucing Agro Mill
(SAGM) dengan kapasitas olah pabrik 60 ton jam-1.

Letak Geografis dan Administratif
Secara geografis Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE) terletak pada
koordinat 113.01-113.07 oBT dan 1.80-1.86 oLS. Batas wilayah SBHE sebelah
barat dan utara berbatasan dengan Sungai Cempaga Estate (SCME), sebelah timur
berbatasan dengan PT Bisma Darma Kencana, dan sebelah selatan berbatasan
dengan Selucing Agro Estate (SAGE).

Keadaan Iklim dan Tanah
Keadaan iklim Kebun SBHE menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson
termasuk tipe iklim A (sangat basah). Curah hujan selama empat tahun terakhir
yaitu 3 542 mm tahun-1 dengan rata-rata hari hujan 137 hari tahun-1. Keadaan
curah hujan di Kebun SBHE dapat dilihat pada Lampiran 6. Suhu rata-rata kebun
SBHE adalah 27 oC dengan kisaran suhu 23-33 oC. Secara umum Kebun SBHE
memiliki empat jenis tanah yaitu tanah inceptisol sebesar 60.28%, kaolin sebesar
19.86%, entisol sebesar 0.71%, dan ultisol sebesar 17.73%. Keadaan tanah di
Kebun SBHE dapat dilihat pada Lampiran 5.
Keadaan topografi Kebun SBHE mayoritas relatif datar dengan tingkat
kemiringan 0-8 % dan sedikit daerah bergelombang dengan kemiringan 9-15 %.
Kelas kesesuaian lahan Kebun SBHE termasuk kelas S3 (sesuai marjinal) dengan
faktor pembatas utama tekstur tanah pasir berlempung. Pemanfaatan tanah
berdasarkan kelas lahan ini untuk pengembangan kelapa sawit khususnya di
SBHE harus diikuti dengan upaya perbaikan tingkat kesuburan tanah. Upaya yang
telah dilakukan diantaranya penanaman LCC, pemupukan organik dan anorganik.

8

Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan
Luas Hak Guna Usaha (HGU) Kebun SBHE adalah 4 283.4 ha. Lahan
kelapa sawit di Kebun SBHE hanya diusahakan untuk Tanaman Menghasilkan
(TM) dengan luas 3 987.4 ha. Areal prasarana di Kebun SBHE seluas 181 ha yang
diperuntukkan untuk emplasemen serta jalan dan jembatan. Luas areal yang
mungkin bisa ditanam seluas 70 ha yang diperuntukkan untuk okupasi, sedangkan
untuk areal yang tidak bisa ditanam yaitu 45 ha. Lahan ini tidak dapat digunakan
karena merupakan areal berbukit terjal, sungai, rawa, dan pasir. Kebun SBHE
memiliki lima Divisi, yaitu Divisi I seluas 734.2 ha, Divisi II seluas 700.4 ha,
Divisi III seluas 664.9 ha, Divisi IV seluas 1184.2 ha, dan Divisi V seluas 884.9
ha. Luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan tata guna lahan di Kebun Sungai
Bahaur Estate (SBHE)
Uraian
I. Areal Diusahakan
A. Areal yang ditanam
Tanaman Menghasilkan (TM)
TOTAL AREAL DITANAM
B. Areal Prasarana
Emplasemen
Jalan dan Jembatan
TOTAL AREAL PRASARANA
II. Areal mungkin bisa ditanam atau perluasan
C. Okupasi
TOTAL AREAL MUNGKIN BISA DIUSAHAKAN
D. Bukit, Sungai, Lembah, Rawa, Tanah Tandus
TOTAL AREAL TIDAK BISA DIUSAHAKAN
GRAND TOTAL

Luas (ha)

3 987.4
3 987.4
42
139
181
70
70
45
45
4 283.4

Sumber: Data Kebun SBHE (2013)

Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di SBHE adalah varietas Marihat
yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Tanaman kelapa
sawit ditanam pada 12 tahun tanam yang berbeda yaitu tahun 1998-2010. Jarak
tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak tegak lurus
antar baris adalah 7.97 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga rata-rata
populasi tanaman setiap hektarnya 136 pohon. Kondisi di lapangan menunjukkan
bahwa populasi tanaman per hektarnya beragam. Keadaan tanaman kelapa sawit
di Kebun SBHE termasuk Tanaman Menghasilkan (TM) yang terdiri dari kebun
inti dan plasma dengan tingkat heterogenitas yang tinggi yaitu dalam satu blok

9
memiliki beberapa tahun tanam. Peta tahun tanam Kebun Sungai Bahaur Estate
(lihat Lampiran 4).
Kelapa sawit plasma terdapat di Divisi I, Divisi II, dan Divisi III dengan
luas tanam yaitu 2 000.41 ha. Kelapa sawit inti terdapat di Divisi IV dan Divisi V
dengan luas tanam yaitu 1 987.06 ha. Produksi Tandan Buah Segar Kebun SBHE
Divisi III dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Produksi Tandan Buah Segar (TBS) di Divisi III Kebun Sungai Bahaur
Estate pada tahun 2009-2012
Tahun Produksi
2009
2010
2011
2012

Produksi TBS (tandan)
4 372 208
4 958 546
7 093 901
7 109 951

Produksi TBS (kg)
45 781 830
54 834 731
71 756 880
83 620 370

Sumber : Data Kebun SBHE Divisi III (2013)

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 5, produksi Tandan Buah Segar
(TBS) di kebun SBHE Divisi III mengalami peningkatan yang signifikan dari
tahun 2009 sampai tahun 2012.

Fasilitas Kebun
Kebun SBHE menyediakan berbagai fasilitas untuk karyawan staf dan
non-staf. Fasilitas yang tersedia di kebun yaitu inventarisasi bangunan dan
infrastruktur (mess, perumahan, bangunan kerja dan umum, jalan, jembatan,
sungai), fasilitas air bersih dan listrik, kendaraan (truk kebun dan bus sekolah),
poliklinik, tempat ibadah (mesjid dan gereja), Tempat Penitipan Anak (TPA),
kantor BMS dan BSS, gudang penyimpan bahan dan alat-alat kebun, serta gudang
penyimpanan pupuk.
Fasilitas yang disediakan bertujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan
agar lebih berproduktif. Kantor kebun merupakan pusat administrasi dan tempat
berjalannya proses pencatatan dan informasi mengenai kebun yang dikelola.
Kantor divisi digunakan sebagai sarana administrasi divisi.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Estate Manager (EM) memiliki atasan langsung Kepala Wilayah dan
memiliki bawahan langsung Asisten Kepala Kebun, Asisten Divisi, dan Kepala
Seksi Administrasi. Struktur organisasi Kebun SBHE dapat dilihat pada
Lampiran 7. Seorang EM memiliki tugas-tugas dalam mengelola kebun, meliputi:
1) monitoring pelaksanaan pekerjaan operasional berdasarkan laporan dari divisi
atau bagian dari unit kebun, 2) menyusun anggaran tahunan dan bulanan meliputi
aspek area statement, produksi, kapital, SDM dan totalitas biaya, 3) mengadakan
rapat kerja intern dengan Asisten Divisi dan Kepala Seksi (Kasie) beserta jajaran

10
di bawahnya secara periodik (minimal seminggu sekali) dalam upaya percepatan
atau peningkatan kinerja.
Asisten Kepala Kebun (Askep) memiliki atasan langsung Estate Manager
dan memiliki bawahan langsung Asisten Divisi. Seorang Asisten Kepala Kebun
memiliki tugas dalam mengelola kebun, diantaranya: 1) membantu manajer kebun
dalam pengelolaan seluruh aspek pekerjaan agronomi, 2) mengelola seluruh aspek
pekerjaan non agronomi untuk mendukung operasional kebun, 3) melaksanakan
kunjungan secara periodik ke setiap divisi.
Asisten Divisi memiliki atasan langsung Askep dan EM serta memiliki
bawahan langsung Mandor I, Mandor dan Kerani. Tugas seorang Asisten Divisi
meliputi: 1) membuat dan menjabarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalam
bentuk Rencana Kerja Bulanan (RKB), 2) mengadakan rapat kerja intern dengan
Mandor I, Mandor dan Kerani beserta jajaran di bawahnya dalam upaya
peningkatan kinerja, 3) melaksanakan kunjungan langsung secara rutin pada
setiap kemandoran di lapangan. Komposisi jumlah tenaga kerja di Kebun SBHE
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Komposisi jumlah tenaga kerja di Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE)
Jenis Tenaga Kerja
Karyawan staf

Karyawan non staf

Tingkatan Karyawan
Manajer Kebun
Asisten Kepala
Asisten Divisi
Kasie
KHL
KHT
Pekerja Bulanan

Total
Indeks Tenaga Kerja

Jumlah (orang)
1
1
5
1
196
443
53
700
0.17

Sumber : Data Kebun SBHE (2013)

Tenaga kerja di Kebun SBHE terdiri dari karyawan staf dan non-staf.
Tenaga kerja staf delapan orang yang terdiri dari Manajer Kebun, Asisten Kepala
kebun, Asisten Divisi dan Kasie. Karyawan non-staf terdiri dari Serikat Karyawan
Utama (SKU) Bulanan dan Harian. Tenaga kerja karyawan Harian Lepas (KHL)
yang bekerja di SBHE berjumlah 196 orang, karyawan Harian Tetap (KHT)
berjumlah 443 orang dan karyawan bulanan berjumlah 53 orang, sehingga jumlah
total tenaga kerja di kebun SBHE berjumlah 700 orang. Rasio pekerja di Kebun
SBHE adalah 0.17 HK ha-1 dan hal tersebut termasuk kategori baik karena normal
Indeks Tenaga Kerja (ITK) untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.2 HK ha-1.
Hal ini menunjukkan bahwa jumlah karyawan di Kebun SBHE telah memenuhi
standar dari jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk sebuah perkebunan kelapa
sawit.

11

PELAKSANAAN MAGANG
Aspek Teknis
Penunasan
Penunasan (pruning) adalah memelihara pelepah daun produktif dengan
cara mengurangi jumlah pelepah yang kurang produktif sampai pada batas
tertentu yang tidak mengganggu fotosintesis daun, sehingga pertumbuhan
vegetatif dan generatif menjadi optimal. Tujuan penunasan adalah mempermudah
pekerjaan potong buah, menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak
pelepah, memperlancar proses penyerbukan alami dan untuk sanitasi (kebersihan)
tanaman. Penunasan di Kebun SBHE menggunakan sistem tunas korektif
(Maintenance Corective Pruning) yaitu kegiatan penunasan dilakukan bersamaan
dengan kegiatan panen oleh tenaga pemanen itu juga (bukan oleh tim tunas
khusus).
Pemanen melakukan pruning pada saat melakukan panen atau setelah
panen dengan ketentuan pruning selesai pada bulan yang sama. Kegiatan pruning
dilakukan dengan sistem borongan. Pelepah yang di pruning adalah pelepah
sengkleh yaitu pelepah yang patah tetapi tidak jatuh ke tanah dan pelepah yang
menghalangi kegiatan pemanenan. Penunasan dengan sistem corective pruning
dibayar dengan harga tunasan sebesar Rp 600.00 untuk setiap tanaman. Tenaga
kerja mendapatkan upah dari hasil panen dan pruning. Upah akan diterima satu
kali dalam sebulan. Kegiatan pruning terdiri dari empat seksi yaitu seksi A, B, C,
D dengan jarak pruning setiap seksi yaitu 3 bulan. Biaya yang dikeluarkan oleh
kebun untuk kegiatan pruning tiga kali rotasi adalah Rp 2 100.00 untuk setiap
tanaman, tetapi biaya ini tidak dihabiskan seluruhnya. Penghematan biaya pruning
dialokasikan untuk tanaman kelapa sawit dengan kondisi tanaman yang gondrong
(under pruning).
Tanaman over pruning dan under pruning dapat menurunkan produktivitas
kelapa sawit dan kadar minyak sawit yang diperoleh. Pelepah yang telah di
pruning disusun (dirumpuk) di gawangan mati dan di antara tanaman sehingga
membentuk huruf U (U-shape). Pelepah daun tidak dipotong-potong melainkan
langsung disusun saling tindih menindih dan diusahakan letaknya tidak
berdekatan dengan piringan (circle) tanaman kelapa sawit. Tujuan peletakan
pelepah adalah untuk meningkatkan unsur hara dan mengurangi kecelakaan kerja.

Pengambilan daun Leaf Sampling Unit (LSU)
LSU merupakan kegiatan menentukan status hara Tanaman Menghasilkan
(TM) kelapa sawit melalui jaringan daun. Hasil pengujian LSU bertujuan untuk
penyusunan rekomendasi pemupukan setiap tahun serta dijadikan sebagai tolak
ukur penampilan secara visual defisiensi hara dan kandungan hara tanaman kelapa
sawit. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan contoh daun LSU
adalah parang, gunting pruning, egrek atau dodos, clip board, kantong plastik
transparan, cat dan tuas, label, serta alat tulis (pensil).
Tanaman kelapa sawit yang diambil sebagai sampel daun disebut Titik
Sampel (TS). Tanaman TS pertama terletak pada baris ketiga dan tanaman ketiga.

12
Persyaratan tanaman yang diambil sebagai sampel yaitu tidak berada di sisi jalan,
bukan tanaman sisipan, tanaman normal dan sehat. Prosedur pengambilan LSU
adalah menentukan blok sampel yang akan dianalisis yaitu blok homogen dan
sehat. Blok yang diamati adalah semua blok TM kelapa sawit yaitu kurang lebih 4
526 blok dengan tahun tanam 1998-2010. Pengambilan daun LSU adalah 10%
dari tanaman yang terdapat pada satu blok. Tanaman yang dijadikan sampel diberi
tanda masuk kemudian ditandai dan diberi nomor. Tanda masuk berisi nomor
tanaman dan nomor baris (nomor tanaman/nomor baris). Nomor tanaman
berurutan sesuai abjad (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya) sedangkan nomor baris selalu
diakhiri angka 3 (3, 13, 23 dan seterusnya).
Daun yang diambil adalah daun pelepah ke-17 atau daun pada fase
perkembangan yang telah sempurna yaitu daun yang telah membuka penuh.
Pelepah ke-17 menunjukkan perbedaan yang paling mencolok dalam tingkat
kandungan hara N, P dan K. Pelepah ke-17 terdapat pada pelepah nomor 3 setelah
pelepah 1 dan 9. Penentuan pelepah 1 yaitu pelepah yang paling dekat dengan
tajuk, daunnya telah membuka sempurna, dan telah muncul duri-duri kecil.
Pelepah ke-17 diturunkan dengan egrek atau dodos kemudian diraba. Sampel daun
yang diambil adalah anak daun tengah, yaitu anak daun yang terletak dua jengkal
ke bagian pangkal dari mata pancing. Mata pancing berbentuk tonjolan apabila
diraba. Total jumlah daun yang diambil dalam satu tanaman sampel adalah 12
lembar daun yang terdiri dari enam lembar daun sebelah atas dan enam lembar
daun sebelah bawah.
Helaian daun yang diambil adalah 20-30 cm (1/3 dari helaian daun tengah
atau jengkal kedua dari pangkal helaian daun). Pengambilan helaian daun bagian
tengah karena permukaannya lebih luas serta penyerapan unsur hara lebih
seimbang dibandingkan dengan bagian pangkal dan ujung daun. Helaian daun
yang akan diuji dipotong dengan menggunakan gunting pruning kemudian
lembaran daun dipisahkan dengan lidinya dan dimasukkan ke dalam kantong
plastik transparan. Kantong plastik tempat sampel daun dilubangi untuk respirasi
daun dan dikirim ke Departemen Riset pada hari yang sama dengan pengambilan
sampel daun. Sampel daun langsung dikeluarkan di laboratorium dan di oven
untuk mengeringkan daun. Sistem pengujian daun LSU di laboratorium
menggunakan sistem VIVO yaitu sistem pengujian terlebih dahulu pada daun
yang terlebih dahulu diolah. Pengambilan daun LSU dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar I Pengambilan daun LSU

13
Pemupukan
Prinsip utama penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah setiap
tanaman kelapa sawit harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah
direkomendasikan oleh Departemen Riset melalui kegiatan LSU. Biaya yang
dikeluarkan oleh Kebun SBHE untuk kegiatan pemupukan mencapai 60 % dari
total biaya pemeliharaan. Oleh karena itu, ketepatan dan ketelitian aplikasi sangat
penting dilakukan. Efektivitas dan efisiensi pemupukan ditentukan empat faktor
yaitu jenis pupuk, dosis aplikasi, cara aplikasi dan waktu aplikasi. Pupuk yang
digunakan di Kebun SBHE adalah pupuk organik yaitu aplikasi Tandan Kosong
(TKS) dan pupuk anorganik yang terdiri dari Rock Phosphate (RP), Urea, MOP,
dan Kieserit.
Sistem pemupukan di Divisi I Kebun SBHE menggunakan Sistem
Pemupukan Blok (Block Manuring System atau BMS) yaitu sistem pemupukan
yang terkonsentrasi dalam 1-2 hanca pemupukan per kebun, dikerjakan blok per
blok. Sistem pemupukan BMS diharapkan dapat mencapai target pemupukan
yang baik dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik. Organisasi
pemupukan meliputi dua kemandoran. Jumlah tenaga penabur kemandoran satu
adalah 13 orang, jumlah tenaga penabur kemandoran dua adalah 15 orang,
sehingga jumlah total tenaga penabur adalah 28 orang (terdiri dari 9 Kelompok
Kecil Penabur atau KKP). Tenaga kerja lainnya yaitu satu mandor penguntilan
pupuk, lima orang penguntilan pupuk, satu supir truk pupuk, empat orang tenaga
pelangsir sekaligus pengecer pupuk yang bertugas untuk meletakkan pupuk yang
telah diuntil ke dalam truk sampai pengeceran pupuk di Collection Road (CR).
Jumlah total tenaga kerja untuk pemupukan adalah 39 orang.
Penguntilan Pupuk. Kegiatan penguntilan pupuk dilakukan di gudang
pupuk dengan tujuan menjamin ketepatan dosis pemupukan dan mempermudah
kegiatan penaburan pupuk. Sistem penguntilan pupuk adalah membuat untilan
pupuk dari karung goni 50 kg menjadi karung goni yang diisi sesuai dengan
kebutuhan pupuk. Untilan pupuk dalam satu goni adalah 12 kg (pupuk Urea) dan
14 kg (pupuk MOP). Pupuk yang telah diuntil dimasukkan dalam karung goni dan
disusun (ditumpuk) rapi 10 untilan untuk setiap tumpukan dengan tujuan
mempermudah perhitungan untilan pupuk. Pupuk yang telah diuntil segera ditabur
sehingga tidak mengalami penguapan.
Pengeceran Pupuk. Pengeceran pupuk merupakan kegiatan memuat
pupuk yang telah diuntil ke dalam truk serta mendistribusikannya secara langsung
ke blok pemupukan. Kendaraan pengangkutan pupuk menggunakan dump truck
dengan kapasitas 7.5 ton atau 7 500 kg setiap truk. Pengeceran pupuk diletakkan
di Collection Road (CR) dengan cara dilempar. Kendala pengeceran pupuk adalah
kondisi jalan kurang bagus dan pelemparan pupuk kurang baik sehingga
menyebabkan kehilangan pupuk. Masalah ini dapat diatasi dengan perbaikan jalan
menggunakan laterit dan pengawasan yang lebih ketat terhadap pengeceran
pupuk.
Pelaksanaan Aplikasi. Pemupukan dilakukan blok per blok dengan
tujuan aplikasi pupuk lebih baik, kegiatan pemupukan lebih terkonsentrasi dan
memudahkan penabur melaksanakan kegiatan pemupukan. Pemupukan dilakukan
oleh tenaga penabur yang tergabung dalam sembilan kelompok Kecil Penabur
(KKP) yang berjumlah 28 orang. Penaburan pupuk dilakukan dengan cara
menggendong karung goni yang telah berisi pupuk yang dikaitkan dengan kawat

14
agar tidak jatuh. Penabur pupuk menggabungkan dua untilan pupuk dalam satu
karung untuk mempercepat waktu penaburan pupuk. Penaburan pupuk
menggunakan takaran yang terbuat dari paralon yang dipotong dengan dosis
pupuk 0.38 kg setiap takaran dan takaran mangkok plastik dengan dosis pupuk
0.19 kg setiap takaran. Dosis pupuk untuk satu tanaman kelapa sawit adalah 0.75
kg. Pupuk ditabur secara merata di piringan kelapa sawit membentuk huruf U (u
shape) untuk pupuk Urea dan MOP, sedangkan pupuk RP ditabur di atas pelepah
yang terletak diantara tanaman kelapa sawit atau ditabur di atas Tandan Kosong
(TKS).
Tenaga penabur harus mencapai target 4-5 ha. Kegiatan pemupukan
berlangsung mulai pukul 06.00-13.00 WIB atau 7 jam HK-1. Apabila keadaan
cuaca buruk tenaga penabur pupuk dialihkan menjadi tenaga kerja perawatan. Alat
Pelindung Diri (APD) yang digunakan adalah sepatu boot, masker, pelindung
kepala (topi), baju lengan panjang, apron (baju keselamatan), dan sarung tangan.
Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 2.

A

B
Gambar 2 Untilan pupuk (A), pengeceran pupuk (B)

Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma di Kebun SBHE difokuskan pada piringan (circle)
kelapa sawit dan tidak menggunakan konsep bersih total dari gulma karena gulma
bermanfaat sebagai tempat hidup dan cadangan makanan bagi pertumbuhan hama
sehingga mengurangi serangan hama pada tanaman kelapa sawit. Gulma-gulma
yang dimanfaatkan di Kebun SBHE antara lain Calopogonium mucunoides
(kacangan penutup tanah), Mucuna bracteata (kacangan penutup tanah), Turnera
ulmifolia, Cuscuta compressi (tali putri), Nephrolepis bisserata, Ageratum
conyzoides (babadotan), Vertiveria zizanioides dan lain-lain. Pengendalian gulma
di Kebun SBHE ada dua yaitu pengendalian gulma secara manual dan kimia.
Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia di
Divisi II Kebun SBHE dikenal dengan nama Tim Unit Semprot (TUS). Gulma
yang dikendalikan berada di gawangan, piringan, dan pasar pikul. Tenaga kerja
terdiri 20 orang tenaga semprot. TUS sudah memenuhi standar Alat Pelindung
Diri (APD) yang lengkap yaitu masker, sarung tangan, sepatu boot, topi, dan
apron. Standar penyemprotan yang ditetapkan yaitu 60 ha. Satu orang tenaga
semprot mampu melakukan penyemprotan seluas 2 ha apabila kondisi blok sulit
dilalui atau 3 ha apabila blok mudah dilalui. Hanca semprot hanya dilakukan
sampai pasar tengah.
Jenis herbisida yang digunakan adalah Kleenup 480 SL dengan bahan aktif
isopropil amina glifosat 480 g L-1 yang setara dengan glifosat 356 g L-1. Herbisida
Kleenup merupakan herbisida purna tumbuh bersifat sistemik berbentuk larutan

15
coklat muda untuk mengendalikan alang-alang dan gulma berdaun sempit.
Campuran herbisida yang digunakan adalah Meta-prima 20 WG dengan bahan
aktif Metil Metsulfuron 20%. Jenis hebisida ini adalah herbisida pra dan purna
tumbuh bersifat selektif berbentuk glanular berwarna putih keabuan untuk
mengendalikan gulma berdaun lebar dan sempit.
Herbisida diisi ke dalam tangki dalam truk yang sekaligus digunakan
untuk mengangkut tenaga semprot. Pengisian tangki dilakukan dua kali. Pengisian
pertama, konsentrasi herbisida yang digunakan Kleenup 9.5 L, Meta-Primer 0.45
kg. Pengisian dua, konsentrasi herbisida yang digunakan Kleenup 5.5 L dan MetaPrimer 0.29 kg. Kebutuhan air yang diperlukan adalah 53 L ha-1. Kapasitas
knapsack yaitu 15 L dengan pengisian rata-rata setiap knapsack 13-14 L. Jenis
nozel yang digunakan nozel berwarna kuning. Satu knapsack mampu
mengendalikan gulma sebanyak 24 tanaman kelapa sawit. Kegiatan pengendalian
gulma secara kimia dapat dilihat pada Gambar 3.

A

B

C

Gambar 3 Jenis herbisida yang digunakan (A), pengisian herbisida ke dalam knapsack solo (B),
penyemprotan herbisida di piringan (C)

Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual
dilakukan menggunakan parang. Gulma yang dikendalikan terfokus pada gulma
yang berada di piringan (circle) kelapa sawit. Pengendalian gulma termasuk
perawatan manual yang khusus ditujukan untuk areal rendahan. Pengendalian
gulma di Divisi I Kebun SBHE terdiri dari 29 orang tenaga kerja dengan rata-rata
target satu Hari Kerja (HK) adalah 2 ha. Pencapaian target 2 ha bisa lebih apabila
kondisi dan topografi blok tidak curam. Pengendalian gulma secara manual
dilakukan dengan membabat gulma yang mengganggu tanaman kelapa sawit
seperti tanaman LCC yang melilit tanaman kelapa sawit. Pengendalian gulma
tidak menggunakan sistem premi.

Pengendalian Hama
Tujuan utama tindakan pengendalian hama adalah menurunkan populasi
hama sampai pada tingkat yang tidak merugikan secara ekonomi. Pengendalian
hama di Kebun SBHE belum terlalu dikhususkan karena serangan hama masih
berada dibawah tingkat yang dapat merugikan secara ekonomi. Pengendalian yang
digunakan untuk mengendalikan hama ulat api adalah dengan menanam beneficial
plant. Jenis beneficial plant yang digunakan adalah Turnera ulmifolia, Antigonom
leptosus, dan Nephrolepis bisserata. Beneficial plant biasanya ditanam dipinggir
jalan Main road (MR) dan Collection road (CR). Perawatan khusus untuk
tanaman beneficial plant tidak ada. Penanaman Turnera ulmifolia dilakukan pada
saat kondisi Tanaman Menghasilkan (TM).

16
Pengendalian hama kumbang badak adalah menggunakan perangkap yang
mengandung feromon atau dikenal dengan istilah fero trap. Prinsip kerja fero trap
adalah merangsang datangnya kumbang badak masuk ke dalam perangkap.
Feromon dimasukkan ke dalam ember kemudian digantung dengan konsep tiang
penyangga yang digunakan lebih tinggi dari tanaman kelapa sawit. Perangkap
feromon cukup efektif untuk mengendalikan hama kumbang badak karena bau
yang dikeluarkan oleh feromon cukup mampu merangsang datangnya kumbang
badak. Penilaian keefektifan dilihat berdasarkan persentase keberhasilan
pengendalian serangan hama yang dilakukan. Persentase pengendalian hama
kumbang badak lebih efektif dengan menggunakan fero trap dibandingkan dengan
penyemprotan insektisida.

Pemanenan
Panen adalah kegiatan mengambil buah pada tingkat kematangan yang
sesuai, mengutip brondolan, meyusun buah di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH),
serta mengantarkannya ke pabrik. Kunci sukses kegiatan panen adalah rotasi
panen tepat waktu, jumlah pemanen cukup, kompetensi dan disiplin tenaga
pemanen, supervisi yang efektif, sistem premi dan denda panen, sarana dan
prasarana panen lengkap, sistem dan organisasi panen yang terintegrasi dan
efektif.
Rotasi panen. Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara
panen terakhir sampai panen berikutnya dalam areal panen atau hanca yang sama.
Sistem rotasi panen di Kebun SBHE adalah rotasi 6/7 yaitu pemanen kembali ke
blok setelah kurun waktu enam hari setiap minggunya. Pelaksanaan panen sering
terkendala kondisi blok yang sulit (khususnya daerah rendahan) karena tanaman
kelapa sawit dapat terendam banjir serta ketersediaan tenaga potong buah yang
terbatas. Jumlah seksi potong buah disusun menjadi enam seksi (A, B, C, D, E,
dan F). Rotasi panen salah satu faktor penentu yang berpengaruh terhadap
keberhasilan kegiatan pemanenan. Rotasi panen harus dijaga agar tidak telambat
atau tidak terlalu cepat sehingga buah tidak empty bunch (tandan kosong) dan agar
pemanen tidak memotong buah mentah untuk memenuhi basis kerja.
Persiapan dan Pelaksanaan Panen. Persiapan panen betujuan untuk
menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin.
Persiapan yang perlu dilakukan yaitu persiapan kondisi areal, penetapan seksi
panen, penetapan luas hanca kerja pemanen dan mandoran, serta penyediaan
peralatan kerja. Penetapan seksi panen berfungsi sebagai kerangka areal kerja
yang harus diselesaikan dalam satu hari panen. Seksi panen dapat mempermudah
pindah hanca dari satu blok ke blok lain, mempermudah kontrol oleh supervisi,
transportasi TBS lebih efisien dan output pemanen lebih tinggi. Penetapan luas
hanca mandoran berfungsi sebagai kerangka kerja tetap untuk mempertajam
proses supervisi. Luas hanca tiap pemanen ditentukan berdasarkan output yang
akan dicapai dan keadaan topografi. Setiap pemanen mendapatkan luas hanca
4-5 ha atau 8-10 pasar tembus. Kegiatan panen dilakukan pada pukul 06.00-13.00
WIB atau 7 jam HK-1. Jenis, spesifikasi dan kegunaan beberapa alat panen dapat
dilihat pada Tabel 7.

17
Tabel 7 Peralatan panen di Kebun Sungai Bahaur Estate (SBHE)
Nama Alat
Dodos kecil

Spesi

Dokumen yang terkait

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pelantaran Agro Estate, PT. Windu Nabatindo Lestari, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

0 9 126

Pengelolaan panen tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

0 15 209

Analisis faktor penentu produksi Tandan Buah Segar (TBS) tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama Gunajaya Agro (PT BGA), Wilayah VIMetro Cempaga, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

1 12 216

Manajemen Penunasan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah

2 19 54

Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Serawak Damai Estate (SDME), PT Windu Nabatindo Lestari (WNL), Bumitama Gunajaya Agro, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

5 16 191

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Bumitama Gunajaya Agro Group Plantation, Kalimantan Tengah

1 26 53

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Koling Estate Bumitama Gunajaya Agro, Kalimantan Tengah

1 7 58

Manajemen Penunasan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah

1 5 49

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Sungai Bahaur Estate Pt Bumitama Gunajaya Agro Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

0 12 56

Manajemen Penunasan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah

0 5 84