Diagnosis a Pemeriksaan Urin lengkap Urinalisa

normal untuk pria adalah 0,5 1,2 mgdl dan untuk wanita 0,5 1 mgdl serum. Nilai kreatinin pada pria lebih tinggi karena jumlah massa otot pria lebih besar dibandingkan jumlah massa otot wanita. Banyaknya kreatinin yang disusun selama sehari hampir tidak berubah kecuali kalau banyak jaringan otot sekaligus rusak oleh trauma atau oleh suatu penyakit. Ginjal dapat mengekskresi kreatinin tanpa kesulitan. Berkurang aliran darah dan urin tidak banyak mengubah ekskresi kreatinin, karena perubahan singkat dalam pengaliran darah dan fungsi glomerulus dapat diimbangi oleh meningkatnya ekskresi kreatinin oleh tubuli. Kadar kreatinin dalam darah dan ekskresi kreatinin melalui urin per 24 jam menunjukkan variasi amat kecil; pengukuran ekskresi kreatinin dalam urin 24 jam tidak jarang digunakan untuk menentukan apakah pengumpulan urin 24 jam dilakukan dengan cara benar. Kreatinin dalam darah meningkat apabila fungsi ginjal berkurang. Jika pengurangan fungsi ginjal terjadi secara lambat dan disamping itu massa otot juga menyusun secara perlahan, maka ada kemungkinan kadar kreatinin dalam serum tetap sama, meskipun ekskresi per 24 jam kurang dari normal. Ini bisa didapat pada pasien berusia lanjut kadar BUN yang meningkat berdampingan dengan kadar kreatinin yang normal biasanya menjadi petunjuk ke arah sebab ureumnya tidak normal. Ureum dalam darah cepat meninggi daripada kreatinin bila fungsi ginjal menurun; pada hemodialisis kadar ureum lebih dulu turun dari kreatinin. Jika kerusakan ginjal berat dan permanen, kadar ureum terus-menerus meningkat, sedangkan kadar kreatinin cenderung mendatar. Kalau kreatinin dalam darah sangat meningkat, terjadi ekskresi melalui saluran cerna. Previsha, 2010

2.1.10. Diagnosis a Pemeriksaan Urin lengkap Urinalisa

1. Untuk mengetahui kondisi ginjal: petunjuk awal adanya kerusakan ginjal,bisa diketahui terutama melalui pemeriksaan urin. 2. Pemeriksaan urin lengkap terdiri dari analisa kimia untuk mendeteksi protein, kreatinin, gula, dan keton. Universitas Sumatera Utara 3. Analisa mikroskopik: untuk mendeteksi sel darah merah dan sel darah putih. 4. Adanya sel darah dan albumin sejenis protein dalam urin, bisa merupakan petunjuk terjadinya kerusakan ginjal. b Proteinuria Protein di dalam urin 1. Ginjal normal mengambil limbah dari darah, tapi meninggalkan protein. yang disebut albumin dari limbah. Awalnya hanya sejumlah kecil albumin bocor ke dalam urin dan kondisi ini dikenal sebagai mikroalbuminuria, tanda gagal fungsi ginjal dan ini akan menyebabkan jumlah albumin dan protein lain dalam urin meningkat. 2. Bila protein dalam urin positif dan terjadi selama lebih dari 3 bulan maka ia bisa dikatakan seseorang itu mengalami penyakit ginjal kronis. c Hematuria eritrosit di urin 1. Bisa diketahui melalui pemeriksaan mikroskopik atau dengan mata telanjang, yakni jika darah sangat banyak maka urin akan berwarna kemerahan. 2. Hematuria dapat disebabkan oleh pendarahan di saluran kemih dan atau terjadi kerusakan pembuluh darah di ginjal, sehingga ginjal tidak dapat menjalankan fungsi filtrasinya. d Pemeriksaan kadar ureum darah 1. Meningkat pada peningkatan asupan protein, kurangnya aliran darah ginjal, pendarahan saluran cerna bagian atas, infeksi ginjal, pasca operasi dan trauma obat. 2. Nilai normal: 15-40 mgdl Universitas Sumatera Utara e Pemeriksaan kadar serum kreatinin 1. Pada penderita gagal ginjal kronik tingkat lanjut, pada tes urin ditemukan kadar kreatinin positif. 2. Nilai normal: 0.5-1.5 mgdl f Pemeriksaan darah 1. Untuk mengukur kadar kreatinin dan urea dalam darah. 2. Kadar kreatinin dan urea dalam darah akan meningkat jika ginjal tidak bekerja. 3. Creatinine clearance adalah tes yang lebih akurat, yang menggunakan satu rumus yang menghubungkan kadar serum kreatinin dengan usia, berat badan dan jenis kelamin. g Pemeriksaan USG 1. Untuk mencari apakah ada batuan, massa tumor, pembesaran ginjal atau kandung kemih dan memperlihat ginjal yang kecil atau sudah mengalami atrofik. h Uji bersihan kreatinin kreatinin klirens 1. Caranya cukup mengumpulkan spesimen urin 24 jam dan satu specimen darah yang diambil dalam waktu yang sama. i Pemeriksaan radiologi 1. Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Arteriography dan Venography CT Scan, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen. Mahesa, 2009 Universitas Sumatera Utara 2.1.11. Penatalaksanaan Perencanaan tatalaksana action plan penyakit PGK sesuai dengan derajatnya, dapat dilihat pada Tabel 2.4 Ketut, 2009 Tabel 2.4 Rencana Tatalaksanaan Penyakit PGK sesuai dengan derajatnya Sumber Ketut, 2009 Terapi Nonfarmakologis a. Pengaturan asupan kalori: 35 kalkgBB idealhari b. Pengaturan asupan lemak: 30-40 dari kalori total dan mengandung jumlah yang sama antara asam lemak bebas jenuh dan tidak jenuh c. Pengaturan asupan karbohidrat: 50-60 dari kalori total d. Garam NaCl: 2-3 gramhari e. Kalium: 40-70 mEqkgBBhari f. Fosfor: 5-10 mgkgBBhari. Pasien HD:17 mghari g. Kalsium: 1400-1600 mghari h. Besi: 10-18mghari Derajat Rencana tatalaksana 1 Terapi penyakit dasar, kondisi komorbid,evaluasi pemburukan progession fungsi ginjal, memperkecil resiko kardiovaskuler 2 menghambat pemburukan progessionfungsi ginjal 3 evaluasi dan terapi komplikasi 4 persiapan untuk terapi pengganti ginjal 5 terapi pengganti ginjal Universitas Sumatera Utara i. Magnesium: 200-300 mghari j. Asam folat pasien HD: 5mg k. Air: jumlah urin 24 jam + 500ml insensible water loss Terapi Farmakologis a. Kontrol tekanan darah - Penghambat kalsium - Diuretik b. Pada pasien DM, kontrol gula darah hindari pemakaian metformin dan obat-obat sulfonilurea dengan masa kerja panjang c. Koreksi anemia dengan target Hb 10-12 gdl d. Koreksi asidosis metabolik dengan target HCO3 20-22 mEql e. Koreksi hiperkalemia f. Kontrol dislipidemia dengan target LDL,100 mgdl dianjurkan golongan statin g. Terapi pengganti ginjal 2.2 HEMODIALISIS 2.2.1 Definisi