Klasifikasi Penyakit ginjal kronik dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat penurunan Patofisiologi Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang

serangan akut lainnya pada ginjal d Hipoplasia atau displasia ginjal e Gangguan urologis, terutama uropati obstruktif f Refluks vesikoureter yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih berulang dan parut di ginjal g Riwayat menderita sindrom nefrotik dan nefritis akut h Riwayat menderita sindrom uremik hemolitik i Diabetes Mellitus j Lupus Eritermatosus Sistemik k Riwayat menderita hipertensi l Penggunaan jangka panjang obat anti inflamasi non steroid Kanitkar, 2009

2.1.5. Klasifikasi Penyakit ginjal kronik dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat penurunan

fungsi ginjal. Fungsi ginjal dapat dilihat berdasarkan nilai Laju Filtrasi Glomerulus LFG. Sedangkan klasifikasi penyakit ginjal kronik dapat dilihat pada tabel 2.3 KDOQI, 2002 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik Sumber KDOQI, 2002 2.1.6. Manifestasi klinis Tanda dan gejala pada pasien penyakit ginjal kronik dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajatnya. Berikut adalah tanda dan gejala gagal ginjal kronik. Joanne, 2008 1. Derajat I Pasien dengan tekanan darah normal,tanpa abnormalitas hasil tes laboratorium dan tanpa manifestasi klinis. 2. Derajat II Umumnya asimptomatik, berkembang menjadi hipertensi dan munculnya nilai laboratorium yang abnormal. 3. Derajat III Asimptomatik, nilai laboratorium menandakan adanya abnormalitas pada beberapa sistem organ. 4. Derajat IV Munculnya manifestasi klinis penyakit gagal ginjal kronik berupa kelelahan dan penurunan rangsangan. 5. Derajat V Derajat Penjelasan LFG mlmnt1,73m² 1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau 90 2 Kerusakan ginjal dengan LFG ringan 60 89 3 Kerusakan ginjal dengan LFG sedang 30 59 4 Kerusakan ginjal dengan LFG berat 15 29 5 Gagal ginjal 15 atau dialisis Universitas Sumatera Utara Peningkatan Blood Urea Nitrogen BUN dan anemia.

2.1.7. Patofisiologi Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang

mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa surviving nephrons sebagai upaya kompensasi, yang diperantai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldostectorron intarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas tersebut. Aktivitas jangka panjang aksis renin-angiotansin- aldosteron, sebahagian diperantai oleh growth factor seperti transforming growth factor TGF- . Beberapa hal juga yang dianggap berperan terhadap terjadinya progresifitas penyakit gagal ginjal kronik adalah albuminuria, hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia. Terdapat variabilitas interindividual untuk terjadinya sklerosis dan fibrosis glomerulus maupun tubulointerstitial. Ketut, 2009 Pada stadium paling dini penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang ginjal renal reserve, pada keadaan mana basal LFG masih normal atau malah meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60 pasien masih belum merasakan keluhan asimtomatik, tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar 30, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. Sampai pada LFG di bawah 30, pasien dapat memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti, anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan Universitas Sumatera Utara metabolism fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah, dan sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, maupun infeksi saluran cerna. Juga akan terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau hipervolemia, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium. Pada LFG dibawah 15 akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal renal replacement therapy antara lain dialisis ataupun transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai stadium gagal ginjal. Ketut, 2009

2.1.8. Komplikasi Komplikasi dari penyakit ginjal kronik dapat dicegah dengan deteksi dan