Hubungan Lamanya Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP H. Adam Malik Bulan Juni 2011

(1)

HUBUNGAN LAMANYA HEMODIALISIS DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK DI RSUP H. ADAM MALIK BULAN JUNI – SEPTEMBER 2011

Oleh:

AYU MIANDA HARASYID 080100004

e

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

Hubungan Antara Lamanya Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP H. Adam Malik Bulan Juni – September 2011 Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran Oleh:

Ayu Mianda Harasyid 080100004

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Lamanya Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP H. Adam Malik Bulan Juni 2011

Nama : AYU MIANDA HARASYID NIM : 080100004

Pembimbing Penguji I

dr. H. Joko S. Lukito, S dr. Amira Permata Sari, Sp. P NIP. 19460308 197802

Penguji II

dr. Nuraiza Meutia, M. Biomed

NIP. 19730911 200102 2 001

Medan, 22 Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH NIP. 19540220 198011 1 001

dr. Deske Muhadi Rangkuti, Sp.PD


(4)

ABSTRAK

Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu beban global yang penyebab kematian 850.000 jiwa setiap tahunnya. Salah satu terapi pengganti ginjal pada penyakit ginjal terminal pasien PGK adalah hemodialisis. Kesehatan terkait kualitas hidup adalah salah satu hal penting dalam penilaian adekuasi hemodialisis. Berbagai penelitian dilakukan untuk menilai dan mempelajari hal-hal yang dapat memperbaiki kualitas hidup pasien tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup pasien PGK.

Penelitian ini berbentuk analitik yang dilakukan secara potong lintang. Sampel dipilih secara total sampling dari pasien penyakit ginjal kronik (PGK) di Unit Hemodialisa RSUP H. Adam Malik pada Bulan Juni – September 2011 yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara berdasarkan kuesioner WHO-QOL dan dianalisa dengan menggunakan chi-square.

Hasil dari penelitian ini diperoleh proporsi pasien yang menjalani hemodialisis kurang atau sama dengan 8 bulan sebanyak 25 orang (47,2 %), sedangkan yang telah menjalani hemodialisis lebih dari 8 bulan sebanyak 28 orang (52,8 %). Tidak ada hubungan yang bermakna antara lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup pasien pada keempat domain, baik dikaitkan dengan aspek kesehatan fisik (p=0,445), psikologis (p=0,119), hubungan sosial (p=0,750), dan lingkungan (p=0,374).

Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup pasien PGK di RSUP H. Adam Malik.


(5)

ABSTRACT

Chronic kidney disease (CKD) has been one of the global burden disease that causes 850,000 deaths annually.. One of the renal replacement therapy in end stage renal disease of CKD is Hemodialysis. Health-related quality of life is an important determinant of treatment effectiveness in hemodialysis. Various studies conducted to assess and learn things that can improve the patient’s quality of life. The purpose of this study was to analyze the relationship between duration of hemodialysis with the quality of life of CKD patients in RSUP H. Adam Malik.

This study is an analytic descriptive study with cross sectional approach. The sample was selected based on total sampling from patients with chronic kidney disease (CKD) in RSUP H. Adam Malik Hemodialysis Unit on June-September 2011 that fulfilled the criteria for inclusion. The data was collected using interviews based on the WHO-QOL questionnaire and analyzed using the chi-square method.

The results of this study obtained the proportion of patients who had undergone hemodialysis less than 8 months as many as 25 people (47.2%), whereas hemodialysis who had undergone more than 8 months as many as 28 people (52.8%). There was no significant relationship between duration of hemodialysis with the quality of life of patients in the fourth domain, both associated with aspects of physical health (p = 0.445), psychological (p = 0.119), social relationships (p = 0.750), and the environment (p = 0.374).

The conclusion of this study is there was no significant impact between duration of hemodialysis and quality of life of CKD patients in RSUP H. Adam Malik.

Keywords: Chronic Kidney Disease, Hemodialysis, Quality of Life, WHO-QOL


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini hingga selesai. Penyusunan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Salawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga yang telah menuntun umatnya untuk selalu berpegang dijalan-Nya.

Rasa kasih dan sayang disampaikan kepada ayahanda tercinta Harun Harasid, Ibunda Kalidah atas curahan kasih sayang, doa dan dukungan yang tidak akan pernah terbalas. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan kasih sayang dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah ini, memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus terutama kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), Sp. A (K), selaku

rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Deske Muhadi Rangkuti, Sp.PD, selaku Dosen Pembimbing yang dengan

tulus meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan,


(7)

4. dr. Amira Permata Sari, Sp. P, dan dr. Nuraiza Meutia, M. Biomed. selaku

Dosen Penguji yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta

nasihat-nasihat dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Seluruh dosen dan pegawai di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara yang untuk semua jasa - jasanya dalam memberikan bantuan selama

perkuliahan.

6. Seluruh staf pegawai di RSUP H. Adam Malik Medan khususnya Unit

Hemodialisis serta seluruh pasien yang menjalani hemodialisis yang telah

sangat banyak membantu penulis dan memberikan suatu pelajaran hidup

sehingga penelitian ini berkesan dan berjalan dengan lancar.

7. Tidak lupa disampaikan kepada saudariku tercinta Ayi Meilianda Harasyid

dan Delya Sukma yang telah memberikan semangat selama ini.

8. Teman-teman seperjuangan yakni Ira, Barathi, dan Revathi yang

bersama-sama saling belajar dan mendukung satu bersama-sama lain dari pembuatan judul

hingga Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Sahabat terbaik yang ada selama ini dari SMku, Jile, Ginong, Nanda, Gibuz,

Eka, Wiwil, Ega, Dono, Trigun, Jidad, dan Eka Harditya, dan lain-lain yang

tak henti memberikan tenaga, waktu, senyum dan tawanya tanpa batas.

10. Sahabat kampus tercinta Endah, Yuli, Fira, Kiki, Fairuz, Uthie, Claudia,

Puput, Aini, Indah, Pane, Olip, Dita, Ifa, Citra, Puput, Okma, Harry, Mido,

Yuda, Patria, Desi, serta Mila dan sahabat lain yang tidak akan habis


(8)

dalam bentuk apapun sehingga Penulis bisa bersemangat dalam

menyelesaikan karya tulis ini.

11. Semua keluarga besar TBM FK USU, Kak Geby, Kak Ayu, Kak Tika,

Musda, Cador, Uci, Dedeg, Sherli, dan banyak lagi yang tidak habis

tersebutkan satu-persatu. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

Penulis menyadari penelitian ini terdapat banyak kekurangan dan penulis

mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini akan bermanfaat bagi semua pihak

demi perkembangan dan kemajuan pendidikan dan penelitian demi memegang

teguh salah satu misi kita ‘pembelajaran sepanjang hayat’.

Medan, 22 Desember

2011

Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan. ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... ix

Daftar Singkatan ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... ...1

1.1. Latar Belakang ... ...2

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... ...3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Penyakit Ginjal Kronik ... 4

2.1.1. Definisi ... 4

2.1.2. Klasifikasi ... ... 4

2.1.3. Etiologi dan Patogenesis ... ... 5

2.1.4. Penatalaksanaan ... 7

2.1.5. Komplikasi ... 7

2.2. Hemodialisis...10

2.2.1. Definisi ... 10

2.2.2. Jenis-jenis ... 10

2.2.3. Akses Vaskular ... 11

2.2.4. Adekuasi ... 12

2.3. Kualitas Hidup Pasien PGK... 12

2.4. Lamanya Hemodialisis dan Kualitas Hidup Pasien PGK...13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 15

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 15


(10)

3.2.1. Variabel Independen ... 15

3.2.2. Variabel Dependen... 16

3.3. Hipotesis ... 17

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Jenis Penelitian ... 18

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

4.2.1. Waktu ... 18

4.2.2. Tempat Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

4.3.1. Populasi ... 18

4.3.2. Sampel Penelitian ... ...18

4.3.2.1. Kriteria Inklusi ... 19

4.3.2.2. Kriteria Eksklusi ... 19

4.4. Metode Pengumpulan Data ...19

4.5. Metode Pengolahan Data... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1. Hasil Penelitian ... 21

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 21

5.1.3. Distribusi Sistem Pembiyaan ... 23

5.1.4. Distribusi Lamanya Hemodialisis ... 24

5.1.6. Gambaran Derajat Kualitas Hidup Pasien PGK ... 24

5.1.7. Hubungan Lamanya Hemodialisis dengan Kualitas Hidup ... 25

5.2. Pembahasan... 26

5.2.1. Karakteristik Individu ... 26

5.2.2. Lamanya Hemodialisis Pasien PGK ... ...28

5.2.3. Kualitas Hidup Pasien PGK ... ...29

5.2.4. Lamanya Hemodialisis dan Kualitas Hidup Pasien PGK... ...30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

6.1. Kesimpulan ... 33

6.2. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi PGK ... 4

Tabel 2.2. Perencanaan terapi klinis ... 7

Tabel 2.3. Parameter kualitas hidup ... 12

Tabel 3.1. Penjumlahan Skor WHO-QOL BREF ... 15

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi pasien PGK yang menjalani hemodialisis 22 Tabel 5.2. Distribusi frekuensi pembiayaan pasien PGK di Unit Hemodialisis RSUP H. Adam Malik ... 23

Tabel 5.3. Distribusi lamanya hemodialisis pasien PGK di Unit Hemodialisis RSUP H. Adam Malik ... 24

Tabel 5.4. Gambaran rerata kualitas hidup pasien PGK di Unit Hemodialisis RSUP H. Adam Malik ... 24

Tabel 5.5. Hubungan lamanya hemodialisis dengan kesehatan fisik ... 24

Tabel 5.6. Hubungan lamanya hemodialisis dengan kesehatan psikologis 25 Tabel 5.7. Hubungan lamanya hemodialisis dengan hubungan sosial ... 25

Tabel 5.8. Hubungan lamanya hemodialisis dengan lingkungan ... 25

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Kompensasi LFG terhadap fungsi ginjal ... 6

Gambar 2.2. Skema proses hemodialisa ... 11

Gambar 3.1. Skema kerangka konsep penelitian ... 14

Gambar 5.1. Grafik rerata umur pasien PGK di Unit Hemodialisis RSUP H. Adam Malik ... 22


(12)

DAFTAR SINGKATAN

HR-QOL : Health Related - Quality of Life

IJKD : Iranian Journal of Kidney Disease

JNHC : Jakarta Nephrology and Hipertension Course

K/DOQI : Kidney Disease Outcome Quality Initiative

LFG : Laju Filtrasi Glomerulus

NKF : National Kidney Foundation

PGK : Penyakit Ginjal Kronik

PERNEFRI : Perhimpunan Nefrologi Indonesia

RSUP : Rumah Sakit Umum Pendidikan

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

SPSS : Statistic Package for Social Science

WHO : World Health Organization


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat hidup Lampiran 2 Informed consent

Lampiran 3 Kuesioner Lampiran 4 Data induk Lampiran 5 Output SPSS

Lampiran 6 Surat izin penelitian Lampiran 7 Ethical clearance


(14)

ABSTRAK

Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu beban global yang penyebab kematian 850.000 jiwa setiap tahunnya. Salah satu terapi pengganti ginjal pada penyakit ginjal terminal pasien PGK adalah hemodialisis. Kesehatan terkait kualitas hidup adalah salah satu hal penting dalam penilaian adekuasi hemodialisis. Berbagai penelitian dilakukan untuk menilai dan mempelajari hal-hal yang dapat memperbaiki kualitas hidup pasien tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup pasien PGK.

Penelitian ini berbentuk analitik yang dilakukan secara potong lintang. Sampel dipilih secara total sampling dari pasien penyakit ginjal kronik (PGK) di Unit Hemodialisa RSUP H. Adam Malik pada Bulan Juni – September 2011 yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara berdasarkan kuesioner WHO-QOL dan dianalisa dengan menggunakan chi-square.

Hasil dari penelitian ini diperoleh proporsi pasien yang menjalani hemodialisis kurang atau sama dengan 8 bulan sebanyak 25 orang (47,2 %), sedangkan yang telah menjalani hemodialisis lebih dari 8 bulan sebanyak 28 orang (52,8 %). Tidak ada hubungan yang bermakna antara lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup pasien pada keempat domain, baik dikaitkan dengan aspek kesehatan fisik (p=0,445), psikologis (p=0,119), hubungan sosial (p=0,750), dan lingkungan (p=0,374).

Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup pasien PGK di RSUP H. Adam Malik.


(15)

ABSTRACT

Chronic kidney disease (CKD) has been one of the global burden disease that causes 850,000 deaths annually.. One of the renal replacement therapy in end stage renal disease of CKD is Hemodialysis. Health-related quality of life is an important determinant of treatment effectiveness in hemodialysis. Various studies conducted to assess and learn things that can improve the patient’s quality of life. The purpose of this study was to analyze the relationship between duration of hemodialysis with the quality of life of CKD patients in RSUP H. Adam Malik.

This study is an analytic descriptive study with cross sectional approach. The sample was selected based on total sampling from patients with chronic kidney disease (CKD) in RSUP H. Adam Malik Hemodialysis Unit on June-September 2011 that fulfilled the criteria for inclusion. The data was collected using interviews based on the WHO-QOL questionnaire and analyzed using the chi-square method.

The results of this study obtained the proportion of patients who had undergone hemodialysis less than 8 months as many as 25 people (47.2%), whereas hemodialysis who had undergone more than 8 months as many as 28 people (52.8%). There was no significant relationship between duration of hemodialysis with the quality of life of patients in the fourth domain, both associated with aspects of physical health (p = 0.445), psychological (p = 0.119), social relationships (p = 0.750), and the environment (p = 0.374).

The conclusion of this study is there was no significant impact between duration of hemodialysis and quality of life of CKD patients in RSUP H. Adam Malik.

Keywords: Chronic Kidney Disease, Hemodialysis, Quality of Life, WHO-QOL


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik (PGK) sudah merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Hal ini juga menjadi beban global yang terus dikupas oleh World

Health Organization (WHO) yang menyebabkan kematian 850.000 jiwa setiap

tahunnya, di samping penyakit metabolik seperti diabetes dan komplikasi kardiovaskular yang seringkali menyertainya. Sebuah penelitian di Amerika menunjukkan 310 per juta orang menderita PGK di tahun 2004 (Saban, 2010). Dan diketahui sekitar 20 juta orang mengidap penyakit ginjal dan sebagian besar dari mereka tidak menyadari hal ini. Sekitar 20 juta orang lagi mengidap risiko penyakit ginjal dan sebagian juga tidak menyadari hal ini (JNHC, 2003).

Ketika 90 % atau lebih fungsi ginjal telah hilang seperti pada penyakit ginjal terminal, maka baik transplantasi ginjal maupun dialisis sangat dianjurkan untuk memperpanjang dan memaksimalkan kualitas hidup pasien atau Health

Related- Quality of Life (HRQOL). Hampir 400.000 orang di Amerika dan 2

juta orang di seluruh dunia bergantung pada alat dialisis. Angka ini akan berbeda-beda di tiap negara bergantung tingkat kemakmuran dari suatu negara. Berdasarkan jumlah seluruh pasien penyakit ginjal kronik, 90% dari pasien PGK di Amerika dan 70 % dari pasien PGK di Kanada menjalani hemodialisis (Chertow, 2010).

Sejak tahun 1948 WHO telah menetapkan definisi sehat yaitu tidak hanya terbebas dari penyakit tetapi juga baik dalam fisik, mental, dan sosial. Hal ini secara umum dapat dikatakan memiliki kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup (Quality of Life) merupakan hal yang lazim dibincangkan akhir-akhir ini dalam penilaian suatu penyakit dunia kedokteran, salah satunya pada pasien PGK. Beberapa parameter kualitas hidup telah menjadi pengukuran subjektif yang dapat digunakan untuk penilaian klinis penting dari keberhasilan pasien yang menjalani terapi hemodialisis, dialisis peritoneal, serta transplantasi ginjal. Bahkan WHO sendiri telah membuat suatu parameter pengukuran berupa


(17)

kuesioner yang telah teruji validitasnya untuk mengukur tingkat kualitas hidup (Quality of Life) pasien yaitu World Health Organization Quality of Life

(WHO-QOL).

Berbagai faktor dapat mempengaruhi kualitas hidup PGK yang menjalani hemodialisis. Menurut Anees et al (2011) dalam Iranian Journal of Kidney

Disease (IJKD) dikatakan bahwa semakin lama seorang pasien menjalani terapi

hemodialisis akan berbanding terbalik dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal terminal di Pakistan. Hal ini menyatakan bahwa tingkat kepatuhan pasien untuk hemodialisis semakin menurun dan pasien mulai beralih ke terapi alternatif. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Hallinen et al (2011) yang menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialis tetap konstan sampai setelah satu tahun pertama. Penelitian dilakukan oleh Prasetya (2010) kepada pasien PGK di RSUP H. Adam Malik menunjukkan adanya pengaruh depresi terhadap kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis (p< 0,0001). Tetapi hingga saat ini belum ada penelitian tentang hubungan lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup pasien .

Oleh karena terus meningkatnya kasus PGK di Indonesia dan dunia maka perlu diketahui apakah ada hubungan antara lamanya seseorang menjalani hemodialisis dengan tingkat kualitas hidup pasien, sehingga diharapkan penelitian ini dapat menjadi refleksi dan tolak ukur untuk kualitas hidup pasien PGK yang lebih baik.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian, yaitu: “Apakah terdapat hubungan antara lamanya hemodialisis dengan tingkat kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik?”.


(18)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui “Hubungan Lamanya Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP H. Adam Malik pada Bulan Juni – September Tahun 2011”.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui distribusi lamanya pasien PGK menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik.

2. Mengetahui kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik.

3. Mengetahui distribusi karakteristik individu berdasarkan umur, jenis kelamin, dan pembiayaan terapi hemodialisis di RSUP H. Adam Malik.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada dokter dan pasien mengenai kualitas hidup pasien pasien PGK yang menjalani hemodialisis melalui instrumen WHO-QOL .

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai bahan informasi kepada rumah sakit khususnya RSUP H. Adam Malik Medan dan petugas kesehatan dalam rangka meningkatkan fasilitas serta upaya pelayanan terhadap penderita PGK.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pasien penyakit ginjal kronik dan dokter dalam mengambil keputusan bersama dalam memilih terapi pengganti ginjal pada stadium akhir PGK.

4. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian mengenai PGK.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Ginjal Kronik

2.1.1. Definisi

Menurut National Kidney Foundation (2002) dalam JNHC (2003) penyakit ginjal kronik adalah terdapat kelainan patologik ginjal atau adanya kelainan pada urin umumnya jumlah protein urin atau sedimen urin selama tiga bulan atau lebih yang tidak bergantung pada nilai laju filtrasi glomerulus. Disamping itu, seseorang dapat juga dikatakan penyakit ginjal kronik jika laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/men./1.73 m2 dengan atau tanpa kerusakan ginjal selama minimal 3 bulan.

2.1.2. Klasifikasi

Pada pedoman Kidney Disease Outcome Quality Initiative (K/DOQI) dalam Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003), penyakit ginjal kronik digolongkan ke dalam beberapa stadium sebagai berikut:

Tabel 2.1. Klasifikasi PGK

Stadium Keterangan Laju Filtrasi Glomerulus

(mL/mnt/1,732)

0 CKD risk factor >90*

1 Kidney damage with normal or ↑GFR ≥90**

2 Mild 60-89

3 Moderete 30-59

4 Severe 15-29

5 End Stage Renal Disease <15***

Sumber: K/DOQI ( * faktor risiko PGK ,** adanya kerusakan ginjal, *** dialisis)

Berdasarkan klasifikasi menurut National Kidney Foundation (NKF)


(20)

terapi hemodialisis langsung dikategorikan kedalam penyakit ginjal terminal (end stage renal disease) yang merupakan sindroma klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang berkembang secara progresif dan irreversible.

2.1.3. Etiologi dan Patogenesis

Dua penyebab utama PGK pada anak adalah kelainan kongenital dan glomerulonefritis kronik. Etiologi yang paling sering didapatkan pada anak dibawah 6 tahun dapat berupa kelainan kongenital, kelainan perkembangan saluran kencing seperti uropati obstruktif, hipoplasia dan displasia ginjal , dan ginjal polikistik (Sekarwana et al, 2002).

Berdasarkan survey yang dilakukan di Amerika, diperkirakan sedikitnya 6% dari populasi dewasa telah mengalami penyakit ginjal kronik stadium 1 dan 2. Jika hal ini tetap dibiarkan, maka akan terus berlanjut hingga tahap yang lebih serius dan berbahaya. Dijelaskan oleh Liu (2008) dalam Harrison (2008), penyebab utama dari penyakit ginjal kronik adalah nefropathy diabetic, dan yang kedua adalah diabetes mellitus tipe 2. Sedangkan pada lanjut usia penyebab utamanya adalah hipertensive nephropathy.

Menurut WHO, diabetes juga merupakan penyebab utama pada penyakit ginjal kronik. Di Amerika Serikat sebanyak 20-30 % pasien diabetes baik tipe 1 maupun tipe 2 akan berkembang menuju nefropati. Pada pasien diabetes kronik, kerusakan terparah di ginjal adalah di glomerulus walaupun arteriol dan nefron juga terkena. Hiperglikemia menyebabkan peningkatan viskositas darah (systemic vascular resistance). Disamping itu glukosa yang berlebihan dalam darah akan meningkatkan pengaktifan jalur poliol yang meningkatkan ekspresi inflamasi dan glikosilasi protein khususnya di mikrovaskular di glomerulus dan retina. Sehingga menyebabkan penebalan dinding kapiler dan terbentuklah lesi-lesi sklerotik nodular yang disebut nodul Kimmelstie-Wilson yang akan menghambat aliran darah ke organ target dan berujung pada nephropathy


(21)

Gambar 2.1. Kompensasi laju filtrasi glomerulus terhadap fungsi ginjal.

Sumber : Silbernagl (2006)

Seperti halnya diabetes, pada hipertensi terjadi peningkatan systemic

vascular resistance oleh karena vasokontriksi pembuluh darah perifer,

khususnya di arteriol ginjal. Ginjal akan mendeteksi peningkatan tekanan darah tersebut dan mengaktifkan sistem renin-angiotensin-aldosteron, sehingga angiotensin II mengakibatkan pembuluh darah semakin vasokontriksi, dan aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium yang berakhir pada peningkatan volume cairan tubuh atau venous return, nitric oxide menurun, dan prostaglandin I2 menurun sehingga tekanan darah menjadi semakin meningkat. Jika hal ini terjadi terus menerus dapat menyebabkan iskemia pada ginjal sehingga terjadi penurunan perfusi oksigen ke medulla ginjal dan cedera sel tubulus. Pada gagal ginjal akut mekanisme ini mengakibatkan hilangnya polaritas serta debris tubulus yang dapat meningkatkan tekanan intra tubulus sehingga LFG meningkat. Hal ini akan mengganggu kerja ginjal secara fungsional (reversible). Akan tetapi jika hal ini berlanjut akan menyebabkan kerusakan yang irreversibel. Cedera sel tubulus yang kronik berlanjut menjadi nekrosis dan apoptosis sel ginjal akan menyebabkan back-leak (kebocoran balik) dimana cairan dari tubulus yang rusak akan bocor ke interstisial sehingga


(22)

tekanan interstisium meningkat dan tubulus kolaps. Inilah yang menyebabkan mengapa terjadi penurunan LFG pada PGK (Kumar, 2007).

2.1.4. Penatalaksanaan

Dalam penatalaksanaan pasien dengan PGK, terlebih dahulu kita harus mengetahui stadium mana pasien berada seperti yang digolongkan dalam Tabel 2.2. dibawah ini

Tabel 2.2. Perencanaan terapi klinis Stadium Deskripsi LFG, mL/mnt

per 1,73 m2

Tindakan

1 Kidney damage with normal or

↑GFR

≥90**

Diagnosis dan terapi dari comorbiditas, kemajuan perlahan PGK, dan menurunkan risiko kardiovaskular

2 Mild 60-89 Memperkirakan kemajuan

PGK

3 Moderete 30-59 Mengevaluasi dan menangani

komplikasi

4 Severe 15-29 Mempersiapkan terapi

pengganti ginjal 5 End Stage Renal

Disease

<15*** pengganti ginjal jika ada uremia (dialisis, atau RRT)

(Sumber: K/DOQI, 2002)

Dalam stadium awal kita dapat memperlambat kemajuan (tingkat keparahan) PGK dengan terapi diet yang sesuai. Diantaranya restriksi protein menjadi 0,60-0,75 g/kg perhari. Usahakan sekitar 50 % dari protein tersebut merupakan protein bernilai biologis tinggi (high biological value). Selain itu kita juga melakukan terapi medikamentosa untuk menurunkan tekanan darah dan


(23)

proteinuria. Menurut Liu (2008) dalam Harrison (2008) pada pasien dengan diabetes, kadar gula darah yang terkontrol akan sangat membantu memperlambat progresifitas penyakit.

Pada PGK berat (LFG 15-30 mL/mnt per 1,73 m2 ) pasien mendapat terapi diet dan medikamentosa agar fungsi ginjal dapat dipertahankan dan tidak terjadi akumulasi toksin dalam tubuh. Tetapi jika telah terjadi penurunan LFG hingga < 15 ml/mnt per 1,73 m2 atau penyakit ginjal terminal (end stage renal

disease) atau terjadi uremia (Hemmelfarb, 2010) maka fungsi ginjal tidak

mampu dikompensasi lagi oleh tubuh dan diperlukan terapi pengganti ginjal untuk mengambi alih fungsi ginjal tersebut (Cahyadiningsih, 2007). Terapi ini dapat berupa dialisis seperti hemodialisis atau peritoneal dialisis maupun terapi transplantasi ginjal.

2.1.5. Komplikasi

Banyak komplikasi yang timbul seiring menurunnya fungsi ginjal, yaitu: 1. Hematologis

Anemia pada PGK disebabkan oleh produksi eritropoetin yang tidak adekuat oleh ginjal dan diobati dengan pemberian eritropoetin subkutan dan intravena.

2. Penyakit vaskular dan hipertensi

Hal yang menjadi penyebab utama mortalitas pada pasien penyakit ginjal kronik terutama komplikasi terhadap kardiovaskular (Rangkuti, 2008). Pada pasien yang tidak menyandang diabetes, hipertensi merupakan faktor risiko paling penting. Sebagian besar hipertensi disebabkan hipervolemia akibat retensi natrium dan air.

3. Dehidrasi

Hilangnya fungsi ginjal biasanya menyebabkan retensi natrium dan air akibat hilangnya nefron. Namun demikian, beberapa pasien akan tetap


(24)

mempertahankan sebagian filtrasi, namun kehilangan fungsi tubulus, sehingga mengekskresi urin yang sangat encer, yang dapat menyebabkan dehidrasi

4. Kulit

Gatal (pruritus) merupakan keluhan yang paling sring terjadi. Keluhan ini timbul akibat hiperparatiroidisme sekunder atau tersier serta dapat disebabkan oleh deposit kalsiium fosfat pada jaringan.

5. Gastrointestinal

Gejala mual, muntah, anoreksia, dan rasa terbakar sering terjadi. Insidensi esofagitis serta angiodisplasia lebih tinggi, keduanya dapat menyebabkan pendarahan. Insidensi pankreatitis juga lebih tinggi. Gangguan pengecap dapat berkaitan dengan bau napas yang menyerupai urin.

6. Endokrin

Pada pria, PGK dapat menyebabkan hilangnya libido, impotensi, dan penurunan jumlah motilitas sperma. Pada wanita sering terjadi kehilangan libido, berkulangnya ovulasi, dan infertilitas.

7. Neurologis dan psikiatrik

PGK yang tidak diobati dapat menyebabkan kelelahan, kehilangan kesadaran, bahkan koma, seringkali dengan tanda iritasi neurologis ( tremor, agitasi, meningismus, mioklous, hiperrefleksia, plantar ekstensor, dan yang paling berat adalah kejang).

8. Imunologis

Uremia menekan fungsi sebagian besar sel imun dan dialisis dapat mengaktivasi efektor imun, seperti komplemen, dengan tidak cepat.


(25)

9. Lipid

Hiperlipidemia sering terjadi, terutama hipertrigliseridemia akibat penurunan katabolisme trigliserida, kemungkinan hal ini terjadi karena hilangnya protein plasma regulator seperti apolipoprotein seperto A-1 di sepanjang membran peritoneal.

10. Penyakit jantung

Perikarditis dapat terjadi dan lebih besar kemungkinan terjadinya kadar ureum atau fosfat tinggi atau terdapat hiperparatiroidisme sekunder yang berat. Kelebihan cairan dan hipertensi dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri atau kardiomiopati dilatasi. Fistula arteriovena yang besar dapat menggunakan proporsi curah jantung dalam jumlah besar sehingga mengurangi curah jantung yang dapat digunakan oleh bagian tubuh yang tersisa (O’Callaghan, 2007).

2.2. Hemodialisis 2.2.1. Definisi

Dialisis didefinisikan sebagai difusi dari molekul di dalam larutan yang melalui membran semipermeabel sepanjang gradien konsentrasi elektrokimia. Tujuan utama dari dialisis adalah mengambalikan jumlah cairan intraseluler dan ekstraseluler seperti halnya fungsi ginjal secara normal (Himmelfarb, 2010), sehingga pH dan keseimbangan elektrolit tubuh terjaga dan sisa metabolisme tubuh terbuang (Cahyaningsih, 2007). Proses yang berperan dalam dialisis ini adalah difusi, solvent drag (konveksi), dan adsorbsi.

2.2.2. Jenis-jenis

Ada dua macam metode dialisis yaitu peritoneal dialisis dan hemodialisis. Pada peritoneal dialisis, peritonium berfungsi langsung sebagai membran semipermeabel dari proses dialisis. Sedangkan pada hemodialisis, membran semipermeabel berada diluar tubuh sebagai mesin dialisat.


(26)

2.2.3. Akses Vaskular

Hemodialisis idealnya membutuhkan dua titik akses ke sirkulasi, satu untuk mengeluarkan darah dan satu lagi untuk mengembalikannya dari mesin dialisis. Untuk jangka pendek (akses temporer), hal ini dapat dicapai dengan kateter vena sentral berukuran besar berlumen ganda. Ini dapat dibuat seperti terowongan di kulit untuk mengurangi risiko infeksi. Untuk akses jangka panjang (akses permanen), biasanya dibuat fistula arteriovena buatan pada lengan dengan menyatukan arteri radialis atau brakhialis dengan vena, dengan cara side-to-side atau side-to-end.

Setelah beberapa bulan, fistula berdilatasi dan aliran tinggi yang melewatinya memungkinkan dua jarum berukuran besar ditempatkan di dalamnya untuk dialisis. Fistula dapat juga dibuat dengan menyatukan arteri dan vena dengan graft politetrafluoroetilen sintetik (Gorotex). Kadang pirau (shunt) eksternal digunakan untuk menyatukan arteri dengan vena. Pada pasien ginjal, jalur intravena sebaiknya selalu dipasang di tangan bagian belakang, daripada di lengan untuk menghindari kerusakan vena lengan yang mungkin diperlukan di kemudian hari untuk pembentukan fistula ( O’Callaghan, 2007).


(27)

2.2.4. Adekuasi

Untuk menilai adekuasi hemodialisis dapat ditinjau dari berbagai hal diantaranya berkurangnya gejala-gejala yang berkaitan dengan uremia, hasil pemeriksaan darah dan elektrolit yang membaik, kinetik modelling (KT/V) untuk memeriksa ureum sebelum dan sesudah hemodialisis, dan urea reduction

ratio (URR).

Faktor lain yang saat ini menjadi perhatian global adalah bagaimana kualitas hidup dan status nutrisi pasien setelah menjalani hemodialisis ini. Karena kedua hal inilah yang mencerminkan sejauh mana hemodialisis dapat memperlihatkan fungsi fisik, sosial, mental dan lingkungan pasien (Anees, 2011). Terapi dialisis terus dikembangkan guna meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup pasien PGK (Spiegel, 2005).

2.3. Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik

Kualitas hidup mengandung makna yang subjektif yaitu sejauh mana seseorang dapat merasakan kepuasan atau ketidakpuasan terhadap aspek tertentu yang berperan penting dalam hidupnya ( Liu, 2006 ). Untuk menilai suatu penyakit ada berbagai macam hal yang dapat dinilai dari pengukuran kualitas hidup. Secara umum hal yang dinilai meliputi fungsi fisik, sosial, mental, dan lingkungan yang terdapat dalam WHO-QOL sejak 1991 (Wulandari, 2004). Berikut merupakan berbagai metode pengukuran kualitas hidup yang dapat digunakan pada pasien penyakit ginjal kronik dalam berbagai penelitian yang telah lulus uji validitas.

Tabel 2.3. Parameter kualitas hidup

Peneliti Negara Parameter Domain

Anees, 2011 Sathvik, 2008

Pakistan India

WHO-QOLa Kesehatan fisik Kesehatan psikologis Hubungan Sosial


(28)

Lingkungan Chih, 2004 Pakpour, 2010 Kharisma, 2010 Albert, 2004 Cina Iran Indonesia USA

SF-36 KD-QOL Fungsi fisik Peran fisik Nyeri tubuh

Persepsi kesehatan umum Vitalitas Fungsi sosial Peran emosional Status mental Rozembaum et al. (1985)

Karnofsky Pekerjaan Aktivitas fisik Tidur

Aktivitas seksual

Penilaian kualitas hidup Noshad H et al.

(2009)

Iran GHQ-28 Disfungsi psikofisikal Stress

Gangguan tidur Disfungsi sosial Depresi mayor

2.4. Lamanya Hemodialisis dan Kualitas Hidup Pasien PGK

Lamanya hemodialisis mengandung pengertian seberapa lama seseorang telah menjalani hemodialisis. Terapi hemodialisis bukanlah bertujuan untuk menyembuhkan pasien dari penyakit ginjal kronik, karena seperti yang telah diterangkan sebelumnya, penyakit ini bersifat irreversible. Tetapi tujuan utamanya sebagai pengganti fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostasis tubuh manusia. Dalam penelitian Iranian Journal of Kidney Disease oleh Muhammad Anees dkk dikatakan bahwa semakin lama seorang pasien menjalani terapi hemodialisis berbanding terbalik dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal terminal di Pakistan. Batas waktu yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah < 8 bulan dan ≥8 bulan. Dikarenakan tingkat


(29)

kekhawatiran dan stress pasien yang semakin meningkat karena berpikir seharusnya hemodialisis dapat menyembuhkan pasiennya (Anees, 2011).

Jonjic et al (Jonjic, 2008) membagi lamanya hemodialisis dengan rentang waktu yang dibatasi 5 tahun. Hasilnya pada pasien yang menjaani hemodialisis lebih dari 5 tahun memiliki sindrom osteodistrofi renal yang lebih banyak seperti gatal yang berlebihan, lelah, dan susah berjalan. Hal ini tentu berkaitan dengan kualitas aktivitas pasien dalam aspek penilaian kualitas hidup seseorang.

Penelitian lain yang menghubungkan lamanya hemodialisis dan kualitas hidup pasien adalah Albert et al. Mereka membagi lamanya dialisis dalam penelitiannya dengan waktu lebih atau kurang dari 1 tahun. Dalam tahun pertama dilihat adanya peningkatan di hampir semua aspek fungsi umum dan fisik. Baik hemodialisis maupun pritoneal dialisis memiliki aspek yang masing-masing menonjol setelah tahun pertama tersebut (Albert, 2004).


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Variabel independen.

Variabel dependen adalah lamanya pasien penyakit ginjal kronik telah menjalani terapi hemodialisis.

Cara ukur : Metode angket, dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Alat Ukur : Pengisian data pasien pada kuesioner

Hasil Ukur : Digolongkan menjadi 2 kelompok (Anees, 2011), yaitu: 1. ≤ 8 bulan

2. > 8 bulan

Skala : Nominal

Lama hemodialisis

Kualitas hidup

1. Kesehatan Fisik 2. Kesehatan Psikologis 3. Hubungan Sosial 4. Lingkungan PGK


(31)

3.2.2. Variabel dependen.

Kualitas hidup merupakan rasa seseorang yang dialami secara sadar dari kepuasan atau ketidakpuasan terhadap beberapa aspek kehidupan yang penting bagi individu tersebut (Liu, 2006).

Cara ukur : Metode angket

Alat ukur : Kuesioner WHO-QOL BREF yang terdiri dari 26 pertanyaan. Hasil Ukur : Tergolong menjadi 4 domain dengan nilai interval 0-100

1. Domain 1: Kesehatan fisik 2. Domain 2: Kesehatan psikologis 3. Domain 3: Hubungan sosial pasien 4. Domain 4: Lingkungan.

Tabel 3.1. Penjumlahan Skor WHO-QOL BREF

Sumber: Wulandari, 2004

Pertanyaan 1 (Q1) dan pertanyaan 2 (Q2) tidak memiliki nilai.

Skala pengukuran : Data interval ditransformasikan menjadi bentuk ordinal berdasarkan skala pengukuran Arikunto (2006), yaitu:

1. Baik, bila jawaban bernilai 76-100 % 2. Cukup, bila jawaban bernilai 60-75 % 3. Kurang , bila jawaban bernilai < 60 %

Penjumlahan skor domain Skor Raw

Skor transformasi 4-20 0-100 1. Domain 1 (6-Q3)+(6-Q4)+Q10+Q15+Q16+Q18 a. = b; c;

2. Domain 2 Q5+Q6+Q7+Q11+Q19+(6-Q26) a. = b; c;

3. Domain 3 Q20+Q21+Q22 a. = b; c;

4. Domain 4 Q8+Q9+Q12+Q13+Q14+Q23+Q24+ Q25


(32)

3.3. Hipotesis

Ada hubungan antara lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis.


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi analitik dengan menggunakan pendekatan crossectional (potong lintang).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu

Penelitian ini dilakukan dalam pada bulan Juni – September 2011 yang diharapkan akan memenuhi semua sampel yang akan diteliti.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. Pemilihan tempat didasarkan pada pertimbangan bahwa rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah regional Sumatera, dan memiliki unit hemodialisis dengan jumlah mesin hemodialisis yang cukup banyak.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi target adalah seluruh pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis pada saat penelitian. Sedangkan populasi terjangkau meliputi seluruh pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSUP H. Adam Malik pada bulan Juni – September 2011.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh populasi yang memenuhi kritria inklusi dijadikan sampel pada penelitian ini. Dari hasil survey awal di RSUP H. Adam Malik pada Bulan Mei Tahun 2011, jumlah populasi yang menderita PGK dan sedang menjalani hemodialisis adalah 189 orang.


(34)

1. Kriteria Inklusi

1. Seluruh pasien Penyakit ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di RSUP H. Adam Malik

2. Pasien penyakit ginjal kronik pada stadium 5 (end stage renal disease). 3. Telah menjalani hemodialisis berkala mimimal selama 3 bulan ( Anees,

2011).

4. Teratur menjalani hemodialisis minimal 2 kali dalam seminggu dengan durasi 4 jam setiap kali hemodialisis (adekuasi hemodialisis terpenuhi). 5. Usia 18-60 tahun

6. Telah dijelaskan (informed) dan setuju (consent) mengikuti penelitian ini.

2. Kriteria Eksklusi

1. Mengalami gangguan dan menurunan kesadaran sehingga pasien tidak mampu untuk ikut dalam penelitian.

2. Pasien gagal ginjal akut sebagai etiologi hemodialisis.

3. Dijumpai penyakit lain yang tidak berhubungan dengan hemodialisis yang menurunkan kualitas hidup, seperti deformitas .

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data berasal dari data primer. Peneliti akan menjelaskan tujuan penelitian terlebih dahulu, jika pasien telah paham dan setuju maka diminta untuk menandatangani informed consent. Informasi mengenai lamanya menjalani hemodialisis diisi pada data pasien yang diberikan bersamaan dengan kuesioner WHO-QOL BREF berupa 26 pertanyaan pada saat itu juga. Kuesioner telah mengalami uji validitas berupa discriminative validity dan reliabilitas dengan test-retest reliability oleh Wulandari dalam penelitiannya mengenai penentuan validitas WHO-QOL 100. Kuesioner ini berasal dari WHO yang sebelumnya telah teruji validitas dan reliabilitasnya tetapi masih dalam Bahasa Inggris.


(35)

4.5. Metode Analisis Data

Analisis dilakukan secara statistik dengan menggunakan uji chi square pada tingkat kemaknaan 95%. Pengolahan data dengan menggunakan program


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik kota Medan Provinsi Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit pemerintah dengan kategori kelas A. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP H. Adam Malik telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP H. Adam Malik juga merupakan rumah sakit rujukan untuk Wilayah Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi.

Unit hemodialisa merupakan salah satu instalasi di bawah Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSUP H. Adam Malik. Ruangan ini memiliki sekitar 50 unit mesin hemodialisa yang setiap harinya menangani pasien dari berbagai latar belakang penyakit. Sebagian besar diantaranya merupakan pasien penyakit ginjal kronik. Sistem pembiayaan di unit hemodialisa ini menerima layanan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Asuransi Kesehatan (Askes), sehingga dapat merangkul dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat secara keseluruhan.

Penelitian telah dilakukan di Unit Hemodialisa RSUP H. Adam Malik ini pada bulan Juni – September 2011. Total populasi adalah 180 pasien. Sampel ang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi berjumlah 53 orang.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Responden yang diperoleh untuk penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis reguler di RSUP H Adam Malik dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu berjumlah 53 orang. Distribusi frekuensi berdasarkan


(37)

umur, jenis kelamin, status pendidikan, serta pembiayaan hemodialisis. Untuk lebih jelasnya diuraikan pada Gambar 5.1. dan Tabel 5.1.

Gambar 5.1. Grafik Rerata Umur Pasien PGK di Unit Hemodialisa RSUP H. Adam Malik pada Bulan Juni – September 2011

Dari Gambar 5.1. didapati rerata umur 53 orang penderita PGK yang menjalani hemodialisis adalah 43,04±12,704 tahun.

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien PGK yang Menjalani Hemodialisis pada Bulan Juni – September 2011

Jenis Kelamin f (orang) %

Laki-laki Perempuan Jumlah

41 12 53

77.4 22.6 100

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 53 penderita PGK yang menjalani hemodialisis, secara umum pasien kebanyakan berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 41 orang (77,4%).


(38)

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pasien PGK yang Menjalani Hemodialisis pada Bulan Juni – September 2011

Pendidikan f (orang) %

Tidak Sekolah/tidak tamat Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD)

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sekolah Menengah Atas (SMA) Pendidikan Tinggi (PT)

1 6 11 20 15 1.9 11.3 20.8 37.7 28.3

Jumlah 53 100

Dari segi pendidikan terlihat bahwa SMA merupakan tingkatan pendidikan yang paling banyak pada penderita PGK yaitu 20 orang (37,7%) sedangkan pada kelompok terkecil adalah tidak tamat SD yaitu hanya terdiri dari 1 orang (1,9%).

5.1.3. Distribusi Sistem Pembiayaan Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Pembiayaan Pasien PGK di Unit Hemodialisa RSUP H. Adam Malik pada Bulan Juni – September 2011

Sistem Pembiayaan f (orang) %

Askes Jamkesmas Umum 12 38 3 22,6 71,7 5,7

Jumlah 53 100

Dari Tabel 5.3. terlihat sebanyak 50 orang (94,3%) menjalani hemodialisis dengan sistem pembiayaan asuransi, yaitu 38 orang (71,7%) diantaranya memakai Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan 12 orang (22,6 %) menggunakan Asuransi Kesehatan (Askes). Hanya 3 orang (5,7%) yang membiayai hemodialisis dengan menggunakan biaya sendiri.


(39)

5.1.4. Distribusi Lamanya Hemodialisis Tabel 5.4.

Distribusi Lamanya Hemodialisis Pasien PGK di Unit Hemodialisa RSUP H. Adam Malik pada Bulan Juni – September 2011

Lama HD f (orang) %

≤8 bulan 25 47.2

>8 Bulan 28 52.8

Jumlah 53 100

Berdasarkan Tabel 5.4. dapat diketahui bahwa dari 53 pasien PGK yang menjalani hemodialisis reguler, sebanyak 28 orang (52,8 %) yang telah menjalani hemodialisis > 8 bulan dan yang telah menjalani hemodialisis ≤ 8 bulan ada sebanyak 25 orang (42,7 %).

5.1.5. Gambaran Derajat Kualitas Hidup Pasien PGK Tabel 5.5.

Gambaran Kualitas Rerata Hidup Pasien PGK

di Unit Hemodialisa RSUP H. Adam Malik Bulan Juni – September 2011

Domain Kualitas Hidup Rerata SD

Kesehatan Fisik 66,04 12,161

Kesehatan Psikologis 64,28 11,368

Hubungan Sosial Pasien 70,06 11,218

Lingkungan 67,59 19,377

Dari Tabel 5.5. ditunjukkan gambaran rerata 4 domain kualitas hidup WHO-QOL. Keempat domain ini menunjukkan nilai kualitas hidup yang ‘cukup’ (60-75 %). Sasaran terbaik tampak pada domain ‘hubungan sosial’ yang memiliki rerata skor tertinggi, yaitu 70,06±11,218, diikuti doman lingkungan sebesar 67,59±19,377, kemudian domain kesehatan yang memiliki rerata skor 66,04±12,161, dan yang terakhir adalah domain kesehatan psikologis yang memiliki rerata skor 64,28±11,368.


(40)

5.1.6. Hubungan Lamanya Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Tabel 5.6.

Hubungan Lamanya Hemodialisis dengan Kesehatan Fisik

Lama Hemodialisis Kualitas Hidup Jumlah

Kurang Cukup Baik

≤8 bulan 9 10 6 25

>8 bulan 6 12 10 28

Total 15 22 16 53

p= 0,445

Dari hasil uji chi – square didapati nilai p=0,445. Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara lama hemodialisis dengan kesehatan fisik pasien PGK yang menjalani hemodialisis.

Tabel 5.7.

Hubungan Lamanya Hemodialisis dengan Kesehatan Psikologis

Lama Hemodialisis Kualitas Hidup Jumlah

Kurang Cukup Baik

≤8 bulan 9 11 5 25

>8 bulan 5 19 4 28

Total 14 30 9 53

p= 0,199

Analisis menghasilkan nilai p=0,199, artinya tidak ada hubungan bermakna antara lama hemodialisis dengan kesehatan psikologis pasien PGK yang menjalani hemodialisis.

Tabel 5.8.

Hubungan Lamanya Hemodialisis dengan Hubungan Sosial

Lama Hemodialisis Kesehatan Fisik Jumlah

Kurang Cukup Baik

≤8 bulan 2 17 6 25

>8 bulan 4 17 7 28

Total 6 34 13 53

p= 0,750

Pada domain hubungan sosial didapatkan nilai p=0,750, dengan kata lain tidak ada hubungan yang bermakna antara lama hemodialisis dengan hubungan sosial pasien PGK yang menjalani hemodialisis.


(41)

Tabel 5.9.

Hubungan Lamanya Hemodialisis dengan Lingkungan

Lama Hemodialisis Kualitas Hidup Jumlah

Kurang Cukup Baik

≤8 bulan 5 17 3 25

>8 bulan 3 18 7 28

Total 8 35 10 53

p= 0,374

Dari hasil uji chi – square didapati nilai p=0,374. Hal ini berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara lama hemodialisis dengan lingkungan pasien PGK yang menjalani hemodialisis.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakteristik individu

Penyakit ginjal kronik bisa mengenai siapa saja. Pada penelitian ini menggambarkan distribusi karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan beberapa data yang merupakan bagian dari tujuan khusus yaitu sistem pembiayaan pasien serta akses vaskular pasien hemodialisis.

Umur pada pasien PGK umumnya adalah pasien dengan dewasa lanjut, hal ini dikarenakan sudah menurunnya fungsi metabolisme tubuh pada usia tersbut . Salah satu kriteria inklusi dari pengambilan sampel adalah berumur minimal 1 tahun. Pada Gambar 5.1. terlihat rerata umur pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik adalah 43,04±12,704 tahun. Hal ini sejalan dengan survei oleh Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia (YGDI) dari 150 juta pasien PGK 49% berumur 35-55 tahun, 30% berumur diatas 56 tahun, dan yang paling sedikit adalah pasien dengan umur 15-34 tahun yaitu 21%. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta dan RS PGI Jakarta khusus pada penderita PGK yang menjalani hemodialisis juga didapati rerata umur pasien adalah 44,12±11,2 tahun (Wijaya, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 53 pasien dari penelitian ini, jenis kelamin yang paling banyak adalah laki-laki yaitu 41


(42)

orang (77,4%), selebihnya merupakan perempuan. Penelitian lain yang dilakukan pada Bulan Juli sampai November 2008 terhadap 250 pasien penderita end stage renal disease juga menunjukkan proporsi laki-laki yang lebih banyak. Sebanyak 140 orang (56%) diantaranya berjenis kelamin laki-laki (Pakpour, 2010). Begitu pula penelitian yang dilakukan di RS Sultan Aminah Johor Baru, Malaysia. Data demografinya menunjukkan bahwa dari 6908 pasien yang dianalisa, jumlah pasien laki-laki juga lebih banyak yaitu 3836 orang (55,5%) (Liu, 2006). Hal ini juga didapati pada penelitian sebelumnya oleh Nugrahaini (2006) di RSUP Dr Sarjito Yogyakarta, dari 205 pasien PGK yang menjalani hemodialisis 70,5% adalah laki-laki dan ditemukan rerata kreatinin pada laki-laki yang lebih tinggi secara signifikan antara (p=0,020).

Perbedaan proporsi pada jenis kelamin ini masih spekulatif, diduga ini karena faktor biologis dan kebiasaan mendatangi unit pelayanan kesehatan (Liu, 2006). Tetapi menurut penelitian lain juga dikatakan laki-laki lebih sering mengalami hipertensi yang merupakan faktor risiko penyebab penyakit ginjal kronik dibandingkan perempuan. Faktor risiko PGK lainnya adalah diabetes mellitus, merokok, obesitas dan lain-lain yang lebih banyak pada laki-laki (National Kidney Foundation, 2009).

Tingkat pendidikan pasien yang dominan adalah tamatan SMA. tamatan SMA sebanyak 20 orang (37,7%). Penelitian lain oleh Albert (2004) dari 698 pasien hemodialisis di 81 klinik di Inggris juga terlihat 374 orang (54%) diantaranya berpendidikan tamatan sekolah tinggi. Tetapi hal yang berbeda ditemukan pada penelitian oleh Chiang (2004) di Taiwan dimana dari 497 pasien hemodialisis, hanya 19,7% pasien telah tingkatan sekolah atas, 62,2% pasien lainnya belum tamat pendidikan sekolah atas. Tingkat pendidikan ini berbeda tiap-tiap negara tergantung kemajuan negara tersebut dari segi pendidikannya. Terdapat hubungan yang positif antara semakin tingginya tingkat pendidikan dengan domain hubungan sosial dan lingkungan pada kuesioner WHO-QOL BREF (Sathvik, 2008).

Untuk sistem pembiayaan, dari 53 pasien 50 orang (94,3%) telah menjalani hemodialisis dengan sistem pembiayaan asuransi, baik itu dari


(43)

Jamkesmas sebanyak 38 orang (71,7%), maupun Askes sebanyak 12 orang (22,6%). Hal ini sangat membantu pasien, khususnya yang berada dalam ekonomi lemah. Pada penelitian di tahun 2007 di tempat yang sama juga terdapat 91,9% pasien yang menggunakan sistem pembiayaan asuransi (Kharisma, 2007). Hal ini dikarenakan biaya hemodialisis yang cukup tinggi, dengan adanya jaminan kesehatan banyak masyarakat yang kurang mampu juga mendapatkan hak yang sama untuk pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan tujuan Jamkesmas yang terdapat dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.125/MENKES/SK/II/2008 tentang Pedoman Penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Masyarakat yaitu meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin (Andika, 2010).

5.2.2. Lamanya Hemodialisis Pasien PGK

Hemodialisis merupakan pilihan terapi untuk memperbaiki fungsi ginjal sehingga mampu menjalankan berbagai fungsinya, terutama mempertahankan homeostasis tubuh. Lamanya pasien telah menjalani hemodialisis menunjukkan perbaikan kondisi tubuh pada stadium akhir dari PGK (end stage renal disease). Berbagai batas waktu digunakan pada banyak penelitian pasien Hemodialisis. Hasil penelitian ini menunjukkan distribusi pasien yang menjalani hemodialisis ≤ 8 bulan jumlahnya hampir sama dengan > 8 bulan yaitu 25 orang (47,2%) dan 28 orang (52,8%). Hal ini menunjukkan jumlah yang hampir sama antara kedua variabel. Sesuai dengan penelitian IJKD oleh Anees (2011) yang membagi lama hemodialisis 8 bulan untuk membandingkan kualitas hidup pasien. Dari 125 pasien yang menjalani hemodialisis, 72 orang (57,6%) diantaranya telah menjalani hemodialisis >8 bulan. Penelitian lain oleh Albert (2004) dari Journal American Social Nephrology mengatakan perbaikan kondisi pasien pada semua aspek pada fungsi umum dan psikologis setelah menjalani hemodialisis selama 1 tahun, dan menunjukkan adanya perubahan kualitas hidup pasien.

Berbeda dengan Jonjic (2008) yang lebih memilih untuk membagi populasi dengan batas rentang lamanya hemodialisis yang lebih lama yaitu 5


(44)

tahun tetapi untuk menilai kejadian gejala osteodistrofi renal. Pakpour (2010) juga cenderung membagi dua pasien yang menjalani hemodialisis dengan batas rentang waktu 5 tahun. Dari 250 orang penderita penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis, terdapat 165 orang (66%) yang telah menjalani hemodialisis >5 tahun dan terdapat 85 orang (34%) yang telah menjalani hemodialisis ≤5 tahun. Hal ini menunjukkan perbedaan proporsi variabel yang terlalu lebar.

Semakin lamanya pasien menjalani hemodialisis menunjukkan bahwa hemodialisis yang dijalani pasien tersebut menunjukkan kemampuan pasien untuk bertahan hidup lebih lama pada stadium penyakit ginjal terminal (end

stage renal disease) tersebut, namun sangat perlu dibahas bagaimana analisa

nilai dari kualitas hidupnya, yang akan dibahas dalam pembahasa tabulasi silang penelitian ini.

Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa proporsi antara kedua variabel lebih sama pada batas waktu hemodialisis 8 bulan, sama halnya dengan penelitian ini. Disamping itu nilai pada kualitas hidup pasien juga sudah terlihat ada perubahan pada rentang waktu tersebut, sehingga hasil diharapkan lebih bermakna nantinya. Meskipun proporsi variabel hampir sama dan telah menunjukkan adanya perbaikan kualitas hidup dalam watu 8 bulan, perlu dilakukan penelitian lain secara cohort guna mengurangi bias antar variabel tersebut.

5.2.3. Kualitas Hidup Pasien PGK

Kualitas hidup merupakan salah satu cara penilaian perjalanan suatu penyakit, termasuk adekuasi hemodialisis pada penderita penyakit ginjal kronik. Pada penelitian ini terlihat pada Tabel 5.6. sampai Tabel 5.9.. Dari keempat domain dari WHO-QOL BREF yaitu kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan dengan sasaran kualitas hidup baik, cukup, atau kurang.

Hasil analisis statistik menunjukkan hasil “cukup” pada semua. Sasaran terbaik tampak pada domain hubungan sosial yang memiliki rerata skor tertinggi, yaitu 70,06±11,218, diikuti domain lingkungan sebesar 67,59±19,377,


(45)

kemudian domain kesehatan fisik yang memiliki rerata skor 66,04±12,161, dan yang terakhir adalah domain kesehatan psikologis yang memiliki rerata skor 64,28±11,368.

Pada penelitian lain oleh Sathvik (2008) di India yang menggunakan kuesioner yang sama untuk penilaian kualitas hidup pasien. Hasil dari penelitian tersebiut menunjukan skor tertinggi untuk penilaian kualitas hidup adalah untuk domain lingkungan yaitu 60,59±11,73, diikuti hubungan sosial yaitu 53,93±16,91, kemudian kesehatan psikologis yaitu 40,92±18,66. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kualitas hidup di RSUP H. Adam Malik terlihat sedikit lebih tinggi dibanding penelitian di India ini. Pada keempat domain terlihat bahwa nilai tertinggi bukan pada domain hubungan sosial, melainkan domain lingkungan. Tetapi tetap saja domain lingkungan menduduki nilai tertinggi kedua dan kesehatan fisik dan psikologis juga menjadi dua nilai rerata terakhir, sama dengan penelitian ini.

Sedikit berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan gambaran kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis yang menjalani HD di RSUP H. Adam Malik Tahun 2007 tergolong dalam kriteria “buruk”, yaitu dengan rerata skor tingkat kesehatan secara umum KDQOL-SF bernilai 56,46±11,19 (Prasetya, 2010).

Peningkatan hubungan dan dukungan sosial bisa menyebabkan peningkatan kualitas hidup pasien (Saban, 2010). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan derajat kualitas hidup dibandingkan tahun sebelumnya. Kekurangannya adalah kuesioner yang digunakan tidak sama dan tingkat subjektivitas pasien masih berlaku pada kedua jenis kuesioner. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk penilaian kualitas hidup yang lebih objektif.

5.2.4. Lamanya Hemodialisis dan Kualitas Hidup Pasien PGK

Pada Tabel 5.6. sampai Tabel 5.9. dilakukan uji statistik dengan menggunakan chi-square. Tidak ada hubungan yang bermakna antara lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup pasien pada keempat domain. Meskipun tidak terdapat hubungan yang signifikan, tetapi terlihat pada keempat tabel


(46)

tersebut pasien yang telah menjalani hemodialisis >8 bulan menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan dengan yang telah menjalani hemodialisis ≤8 bulan. Kurangnya hubungan kemaknaan ini mungkin dikarenakan jumlah sampel yang kurang besar. Tetapi peningkatan proporsi menunjukkan bahwa kualitas pelayanan di unit hemodialisis telah menunjukkan perbaikan outcome dari waktu ke waktu.

Penelitian oleh Sathvik (2008) menunjukkan bahwa pasien yang telah menjalani hemodialisis 10-12 bulan memiliki kualitas hidup yang lebih baik secara signifikan pada domain kesehatan psikologis (p=0,039) dan domain lingkungan (p= 0,006) dibandingkan pasien yang menjalani hemodialisis kurang atau lebih dari waktu tersebut. Penelitian lain yang mendukung adanya perbaikan kualitas hidup setelah menjalani hemodialisis adalah oleh Albert (2004) dimana terdapat perbaikan kualitas hidup setelah menjalani hemodialisis setelah satu tahun (Albert, 2004).

Berbeda dengan penelitian oleh Anees (2011) menunjukkan adanya

hubungan yang berbanding terbalik antara lamanya hemodialisis dan kualitas hidup pasien dengan batas rentang waktu 8 bulan (p= 0,03) di Pakistan dengan menggunakan kuesioner yang sama pada penelitian ini. Alasannya adalah semakin lama pasien menjalani hemodialisis kepatuhan pasien untuk menjalani hemdialisis berkurang setelah 8 bulan dan mulai beralih ke pengobatan alternatif, sehingga terapi rehabilitatif ginjal tidak efisien.

Penelitian lain oleh Pakpour (2010) menunjukan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis > 5 tahun lebih buruk pada komponen fisik dan mental dibandingkan ≤5 tahun. Hal ini dikaitkan dengan pasien yang menjalani hemodialisis lebih lama sama saja dengan umur penderita yang lebih tua, faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi kuaitas hidup pasien.

Berdasarkan berbagai penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pasien akan memiliki kualitas hidup yang semakin baik dari waktu ke waktu jika menjalani hemodialisis secara reguler. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan hubungan dokter pasien agar terbina rasa percaya pasien, karena hemodialisis bukanlah terapi untuk memperbaiki ginjal ke dalam keadaan semula, tetapi


(47)

merupakan terapi rehabilitatif sebagai pengganti fungsi ginjal untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan yang bermakna antara lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik (p>0,05).

2. Pasien yang menjalani hemodialisis ≤ 8 bulan sebanyak 25 orang (47,2 %) dan > 8 bulan sebanyak 28 orang (52,8 %).

3. Derajat kualitas hidup rata-rata pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik adalah “cukup”.

4. Pasien yang menjalani hemodialisis secara umum berumur rerata 43,04±12,704 tahun, berjenis kelamin laki-laki 41 orang (77,4 %) dan 12 orang (22,6%) perempuan, dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA yaitu 20 orang (37,7 %). Hampir semua pasien menjalani hemodialisis dengan sistem pembiayaan asuransi yaitu 50 orang (94,3%)

6.2. Saran

1. Salah satu cara agar penelitian lebih signifikan adalah dengan menambahkan jumlah sampel pada penelitian selanjutnya.

2. Kuesioner WHO-QOL BREF merupakan penilaian kualitas hidup yang subjektif. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lain yang menggunakan kuesioner yang sifatnya objektif dalam pengukuran kualitas hidup supaya nilai variabel terikat lebih setara.

3. Perlu dilakukan penelitian lain secara cohort, sehingga didapati variabel yang serupa dan kemungkinan terjadinya bias antara kedua variabel adalah minimal.

4. Hubungan antara karakteristik demografi sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dapat diditeliti lebih lanjut.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Albert, W.W., 2003. Changes in Quality of Life During Hemodialysis and

Peritoneal Dialysis Treatment: Generic and Disease Spesific Measures,

American Society of Nephrology, 15: 743-744.

Andika, N., 2010. Implementasi Program Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas) di Puskesmas Jagir Surabaya, Surabaya: Fakultas Ilmu

Sosial Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur.

Anees, M., Hameed, F., Mumtaz, A., Ibrahim, M., Khan, M.N., 2011. Dialysis

Related Factors Affecting Quality Life in Patients on Hemodialisis, Iranian

Journal of Kidney Disease, 5: 9-13.

Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bargman, J.M., 2008. Chronic Kidney Disease. In: Fauci, S.A. et al.,

Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th ed. New York: Mc Graw

Hill, 1761-1765.

Cahyuningsih, N.D., 2007. Hemodialisis. Jogjakarta: Mitra Cendikia, 77-88.

Chih, K.C., Yu, S.P., Shou, S.C., Chwei, S.Y., Yang, H.H., Kuan, Y.H., et al., 2004. Health-Related Quality of Life of Hemodialysis Patients in Taiwan:

A Multicenter Study, National Taiwan University, 22: 490-491.

Chertow, G.M., Levin, N.W., Beck, G.J., Gorodetsakya, Greene, T., James, S., Larive, B., Lindsay, R.M. et al., 2010. In-Center Hemodialysis Six Times

per Week versus Three Times per Week, The New England Journal of


(50)

Corwin, E.J., 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC, 474-475.

Cotran, R.S., 2007. Ginjal dan Sistem Penyalurnya. Dalam: Kumar, Vinay, Buku

Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: EGC, 596.

Himmelfarb, J., Ikizier, T.A., 2010. Hemodialysis, The New England Journal of Medicine, 363: 1833-1834.

Jonjic N., Djordvevic V., Djorvdvevic N., and Ljubenovic S., 2008. Effect of

Hemodialysis Duration, Age, and Gender on Emergency of Renal Osteodistrophy Symptoms, Serbia: Clinical Center Nis,47 (4): 19-20.

Kaathleen, D.L., 2008. Dialysis and The Treatment of Renal Failure. In: Fauci, S.A. et al., Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th ed. New York:

Mc Graw Hill, 1772-1760.

Liu, W.J., 2006. Quality of Life of Dialysis Patients in Malaysia, Hospital Sultanah Aminah Johor Baru, 61 (5): 540-542.

Liu, K.D., 2008. Acute Kidney Failure. In: Fauci, S.A. et al., Harrison’s

Principles of Internal Medicine 17th ed. New York: Mc Graw Hill,

1761-1765.

National Kidney Foundation, 2007. Hemodialysis: What You Need to Know. New york: National Kidney Foundation.

Nugrahani, A., 2007. Hubungan Asupan Protein Terhadap Kadar Urea

Nitrogen Kreatinin dan Allbumin Darah Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Sardjito Yogyakarta , Yogyakarta:


(51)

Notoadmodjo, S., 2010. Metode Pengumpulan Data. Dalam: Notoadmodjo, S., ed. Metodologi Pennelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 147-151.

O’Callaghan, C.A., 2007. At a Glance Sistem Ginjal. Jakarta: Erlangga, 92-99.

PERNEFRI, 2003. Penyakit Ginjal Kronik & Glomerulopati: Aspek Klinik &

Patologi Ginjal & Pengelolaan Hipertensi Saat Ini JNHC. PERNEFRI

Pakpour, H.A., 2010. Health-Relatd Quality of Life in a Simple of Iranian

Patients on Hemodialysis, Qazvin University of Medical Sciences Iran, 4:

50-53.

Prasetya, K., 2010. Pengaruh Depresi terhadap Kualitas Hidup Pasien Penyakit

Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodiallisis, Medan: Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

Rangkuti, D.M., 2008. Hubungan Kejadian Penyakit Arteri Perifer dengan

Lamanya Menjalani Hemodialisis, Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Saathvik, B.B., 2008. An Assessment of Quality of Life in Hemodialysis Patients

using the WHOQOL-BREF Quastionnaire, College of Pharmacy India, 18

(4): 141-143.

Saban, K.L., 2010. Measurement Invariance of Kidney Disease and Quality of

Life Instrument (KDQOL-SF) across veterans and non-Veterans, Health


(52)

Sastroasmoro S., Gatot D., Kadri N., Pudjiarto, P.S., 2010. Usulan Penelitian,

In: Sastroasmoro S. & Ismael S., Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto, 29-57.

Sekarwana, N., Rachmadi, D., and Hilmanto, D., 2002. Gagal Ginjal Kronik. Dalam: Alatas, H., Buku Ajar Nefrologi Anak Edisi 2. Jakarta: Gaya Baru, 509-514.

Silbernagl, S. & Lang, F., 2006. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC,110-111.

Spiegel, D.M., 2005. The Patient Receiving Chronic Renal Replacement with Dialysis. In: Schrier, R.W., Manual of Nephrology Sixth Edition. Philadelphia: Lippincolt Williams & Wilkins, 187-188.

Susalit, E., 2003. Rekomendasi Baru Penatalaksanaan Penyakit Ginjal Kronik.

In: Penyakit Ginjal Kronik & Glomerulopati: Aspek Klinik & Patologi Ginjal Pengelolaan Hipertensi Saat Ini. Perhimpunan Nefrologi Indonesia,

Jakarta: 1-8.

Wulandari, W.D., 2004. Penilaian Validitas WHOQOL-100 dalam Menilai

Kualitas Hidup Pasien Rawat Jalan di RSCM (versi Indonesia). Jakarta:


(53)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ayu Mianda Harasyid Tempat/ tanggal lahir : Solo, 24 Juli 1990 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Jl. Dr. Mansyur 62 Padang Bulan Orang Tua : Kalidah dan Harun Harasid

Riwayat Pendidikan

1995-1996 : TK Pertiwi

1996-2002 : SD Negeri 1 Kutacane 2002-2005 : SMP Negeri 1 Kutacane 2005-2008 : SMA Negeri Perisai Kutacane

2008-sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pelatihan:

1. Pelatihan Sirkumsisi HMI FK USU Tahun 2009

2. TBM Camp 2009 (Primary Survey, RJPO dan Balut Bidai)

3. Jambore Nasional Persatuan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia 2011

Riwayat Organisasi:

1. Pengurus OSIS SMP N 1 Kutacane T.A. 2003/2004.

2. Ketua Seksi Pendidikan OSIS SMA N Perisai Kutacane T.A. 2006/2007. 3. Pengurus Marching Band SMA N Perisai Kutacane 2007

4. Pramuka Gugus Depan SMAN Perisai Kutacane Tahun 2007

5. Kepala Divisi Dana dan Usaha Kepengurusan Tim Bantuan Medis FK USU-PEMA FK USU Periode 2010

6. Anggota Divisi Pengabdian Masyarakat PEMA FK USU 2010


(54)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Dengan hormat,

Nama Saya Ayu Mianda Harasyid, sedang menjalani pendidikan Kedokteran di Program S1 Ilmu Kedokteran FK USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Lamanya Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP H. Adam Malik Bulan Juni - September 2011”. Penyakit ginjal kronik sudah merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, seiring terus berkembangnya terapi hemodialisis (cuci darah) sebagai pengganti ginjal guna mempertahankan fungsi keseimbangan tubuh.

Untuk itu Saya akan meneliti apakah ada hubungan antara lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik, sehingga diharapkan kelak bisa menjadi tolak ukur yang dapat dilakukan di kemudian hari dalam memperbaiki kualitas hidup pasien dan berdampak positif terhadap fisik, mental, sosial, dan lingkungan sehari-hari.

Tujuan penelitian ini adalah:

4. Mengetahui hubungan antara lamanya hemodialisis dengan kualitas hidup pasien PGK di RSUP H. Adam Malik.

5. Mengetahui distribusi lamanya pasien PGK menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik.

6. Mengetahui kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik.

7. Mengetahui distribusi karakteristik individu berdasarkan umur, jenis kelamin, akses vaskular, dan pembiayaan terapi hemodialisis di RSUP H. Adam Malik.

Manfaat penelitian ini adalah:

5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada dokter dan pasien mengenai kualitas hidup pasien PGK yang menjalani hemodialisis melalui pengukuran kualitas hidup dengan kriteria WHOQOL

6. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai bahan informasi kepada petugas kesehatan dan rumah sakit pada umumnya dan RSUP H. Adam Malik Medan khususnya dalam rangka meningkatkan fasilitas serta upaya pelayanan terhadap penderita penyakit ginjal kronik

7. Sebagai bahan pertimbangan bagi pasien penyakit ginjal kronik dan dokter dalam mengambil keputusan bersama dalam memilih terapi pengganti ginjal pada stadium akhir penyakit ginjal kronik.

8. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian mengenai penyakit ginjal kronik.


(55)

Saya akan memberikan kuesioner yang berisi 26 pertanyaan yang terbagi menjadi 4 kategori (domain), yaitu aktivitas fisik, mental, sosial, dan lingkungan pasien.

Keikutsertaan Bapak/ Ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian, dan tidak akan mempengaruhi nilai rapot kalian. Untuk penelitian ini Bapak/Ibu tidak dikenakan biaya apapun. Bila Bapak/Ibu membutuhkan penjelasan. Maka dapat menghubungi Saya:

Nama : Ayu Mianda Harasyid

Alamat : Jalan Dr. Mansur 62 Padang Bulan No. HP : 085361058893

Terima kasih Saya ucapkan kepada Bapak/Ibu yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini akan memyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Bapak/Ibu bersedia mengsisi lembar persertujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, 2011 Peneliti


(56)

LAMPIRAN 3

KUESIONER PENELITIAN WHO-QOL BREF

KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK Persetujuan Setelah Penjelasan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Alamat :

dengan ini menyatakan SETUJU untuk menjawab pertanyaan yang tertera pada kuesioner-kuesioner untuk disertakan ke dalam data penelitian yang berjudul Hubungan Lamanya Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP H. Adam Malik Bulan Juni - September 2011.

Medan, 32 Agustus 2011 Peneliti, Yang membuat pernyataan,

Ayu Mianda Harasyid

(...)


(57)

Petunjuk:

1. Isilah identitas pribadi anda

2. Pilih ( √ ) dan isilah jawaban yang menurut Anda benar.

No. Responden :

Data Pribadi

Nama :... Umur : ... Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Tingkat pendidikan : ( ) Tidak Tamat SD ( ) SD

( ) SMP ( ) SMA

( ) Perguruan Tinggi D2/D3/S1/S2/S3

Tanggal Hemodialisis awal: ...(tanggal/bulan/tahun)

Lamanya hemodialisis : ( ) ≤ 8 bulan ( ) > 8 bulan

Akses Vaskuler : ( ) sementara/ temporer (percutaneous venous kateter) ( ) jangka panjang/permanen ( AV fistula/Cemino shunt) ( ) lain- lain...(sebutkan)


(58)

WHOQOL-BREF

Pertanyaan berikut menyangkut pernyataan anda terhadap kualitas hidup, kesehatan dan hal-hal lain yang berkaitan dalam hidup anda. Saya akan membacakan setiap pertanyaan pada anda, bersamaan dengan pilihan jawaban. Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai. Jika anda tidak yakin tentang jawaban yang akan anda berikan terhadap pertanyaan yang telah anda berikan, pikiran pertama yang ada dalam benak anda sering merupakan jawaban terbaik.

Camkanlah dalam benak anda segala standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian anda, kami akan bertanya apa yang anda pikirkan dalam kehidupan anda dalam 4 minggu terakhir.

Sangat

buruk Buruk

Biasa-biasa Saja

Baik Sangat baik 1. Bagaimana menurut anda

kualitas hidup anda? 1 2 3 4 5

Sangat tidak memuas-kan Tidak memuas-kan Biasa-biasa saja Memuas-kan Sangat memuas-kan 2. Seberapa puas anda

terhadap kesehatan anda?

1 2 3 4 5

Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering anda telah mengalami hal-hal berikut ini dalam empat minggu terakhir.

Tidak sama sekali Sedikit Dalam jumlah sedang Sangat sering Dalam jumlah berlebihan 3. Seberapa jauh anda merasa

penyakit fisik menghalangi untuk beraktivitas ?

5 4 3 2 1

4. Seberapa sering anda membutuhkan terapi medis untuk dapat berfungsi dalam kehidupan sehari-hari anda?

5 4 3 2 1

5. Seberapa banyakkah anda

menikmati hidup anda? 1 2 3 4 5

6. Seberapa jauh anda merasa hidup anda berarti? (bagi orang di sekitar anda)

1 2 3 4 5


(59)

berkonsentrasi?

8. Secara umum, seberapa aman anda rasakan dalam kehidupan anda sehari-hari? (terbebas dari ancaman bahaya)

1 2 3 4 5

9. Seberapa sehat lingkungan dimana anda tinggal

(berkaitan dengan sarana dan prasarana di rumah misalnya makanan, sanitasi, dan kebersihan tempat tinggal)?

1 2 3 4 5

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut ini dalam 4 minggu terakhir?

Tidak sama sekali

Sedikit Dalam jumlah sedang Sering kali Sepenuhnya dialami

10. Apakah anda memiliki cukup energi untuk beraktivitas sehari-hari?

1 2 3 4 5

11. Apakah anda dapat

menerima penampilan tubuh anda?

1 2 3 4 5

12. Apakah anda memiliki cukup uang untuk memenuhi

kebutuhan anda?

1 2 3 4 5

13. Seberapa jauh ketersediaan informasi bagi kehidupan anda dari hari ke hari?

1 2 3 4 5

14. Seberapa sering anda memiliki kesempatan untuk bersenang-senang/ rekreasi?

1 2 3 4 5

Sangat

buruk Buruk

Biasa-biasa saja

Baik Sangat baik 15. Seberapa baik kemampuan


(60)

Sangat tidak memuas-kan Tidak memua skan Biasa-biasa saja Memuas kan Sangat memuas-kan 16. Seberapa puaskah anda

dengan tidur anda? 1 2 3 4 5

17. Seberapa puaskah anda dengan kemampuan anda untuk menampilkan aktivitas kehidupan anda sehari-hari?

1 2 3 4 5

18. Seberapa puaskah anda dengan kemampuan anda dalam bekerja?

1 2 3 4 5

19. Seberapa puaskah anda

terhadap diri anda? 1 2 3 4 5

20. Seberapa puaskah anda terhadap hubungan personal/sosial anda?

1 2 3 4 5

21. Seberapa puaskah anda dengan kehidupan seksual anda?

1 2 3 4 5

22. Seberapa puaskah anda dengan dukungan yang anda peroleh dari teman anda?

1 2 3 4 5

23. Seberapa puaskah anda dengan kondisi tempat anda tinggal saat ini?

1 2 3 4 5

24. Seberapa puaskah anda dengan akses anda terhadap pelayanan kesehatan?

1 2 3 4 5

25. Seberapa puaskah anda dengan transportasi yang harus anda jalani?

1 2 3 4 5

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami hal-hal berikut dalam 4 minggu terakhir.

Tidak

pernah Jarang

Cukup sering

Sangat

sering Selalu 26. Seberapa sering anda

memiliki perasaan negatif seperti ‘feeling blue’ (kesepian), putus asa, cemas, dan depresi?


(61)

Komentar pewawancara tentang penilaian ini?

________________________________________________________________ ________________________________________________________________ Tabel berikut ini harus dilengkapi setelah wawancara selesai

Penjumlahan skor domain Skor total

Skor transformasi 4-20 0-100 1. Domain 1 (6-Q3)+(6-Q4)+Q10+Q15+Q16+Q18 b. b; c;

2. Domain 2 Q5+Q6+Q7+Q11+Q19+(6-Q26) b. b; c;

3. Domain 3 Q20+Q21+Q22 b. b; c;

4. Domain 4 Q8+Q9+Q12+Q13+Q14+Q23+Q24+ Q25


(62)

LAMPIRAN 4

DATA INDUK SAMPEL PENELITIAN

No. Jenis

Kelamin Usia Pendidikan

Jaminan Kesehatan Akses Vaskular Lama Hemodialisis 1 Perempuan 49 SD Jamkesmas Kateter Vena <8 bulan 2 Laki-laki 32 SMA Jamkesmas AV Fistula >8 bulan 3 Laki-laki 23 SMA Jamkesmas AV Fistula <8 bulan 4 Laki-laki 51 SMP Jamkesmas Kateter Vena <8 bulan 5 Laki-laki 20 PT Askes AV Fistula <8 bulan 6 Laki-laki 18 SMA Askes Kateter Vena <8 bulan 7 Laki-laki 53 PT Askes Kateter Vena >8 bulan 8 Laki-laki 55 SMP Jamkesmas Kateter Vena <8 bulan 9 Perempuan 24 SMP Jamkesmas AV Fistula >8 bulan 10 Laki-laki 45 SMA Askes AV Fistula >8 bulan 11 Perempuan 34 SD Jamkesmas AV Fistula <8 bulan 12 Laki-laki 52 PT Umum AV Fistula >8 bulan 13 Laki-laki 51 PT Umum AV Fistula <8 bulan 14 Perempuan 58 Tdk Tmt SD Askes AV Fistula >8 bulan 15 Laki-laki 19 SMA Jamkesmas AV Fistula <8 bulan 16 Laki-laki 60 SMA Jamkesmas AV Fistula >8 bulan 17 Laki-laki 45 PT Jamkesmas AV Fistula <8 bulan 18 Laki-laki 38 PT Jamkesmas Kateter Vena >8 bulan 19 Laki-laki 60 SMP Jamkesmas Kateter Vena <8 bulan 20 Laki-laki 62 PT Jamkesmas AV Fistula >8 bulan 21 Laki-laki 49 SD Jamkesmas Kateter Vena <8 bulan 22 Laki-laki 37 SMA Jamkesmas AV Fistula <8 bulan 23 Laki-laki 60 PT Askes AV Fistula >8 bulan 24 Laki-laki 54 PT Jamkesmas AV Fistula >8 bulan 25 Perempuan 29 SMP Jamkesmas Kateter Vena <8 bulan 26 Perempuan 40 PT Askes Kateter Vena >8 bulan 27 Laki-laki 41 SMA Jamkesmas AV Fistula >8 bulan 28 Perempuan 55 SD Jamkesmas Kateter Vena <8 bulan 29 Perempuan 61 PT Jamkesmas AV Fistula >8 bulan 30 Laki-laki 37 SMA Jamkesmas AV Fistula >8 bulan 31 Laki-laki 38 SMA Jamkesmas Kateter Vena <8 bulan 32 Laki-laki 39 SMA Jamkesmas Kateter Vena <8 bulan 33 Laki-laki 53 SD Jamkesmas AV Fistula <8 bulan 34 Laki-laki 24 SMA Jamkesmas AV Fistula >8 bulan 35 Laki-laki 51 SMP Jamkesmas AV Fistula >8 bulan


(1)

LAMPIRAN 5

OUTPUT SPSS

Statistics

Umur

N Valid 53

Missing 0

Mean 43.04

Std. Deviation 12.704

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak tamat

SD

1 1.9 1.9 1.9

SD 6 11.3 11.3 13.2

SMP 11 20.8 20.8 34.0

SMA 20 37.7 37.7 71.7

PT 15 28.3 28.3 100.0

Total 53 100.0 100.0

Akses

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kateter Vena 21 39.6 39.6 39.6

AV Fistula 31 58.5 58.5 98.1

3 1 1.9 1.9 100.0

Total 53 100.0 100.0

Statistics

LamaHD

N Valid 53


(2)

LamaHD

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 8 Bulan 25 47.2 47.2 47.2

> 8 Bulan 28 52.8 52.8 100.0

Total 53 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

LamaHD * do1

53 100.0% 0 .0% 53 100.0%

LamaHD * do2

53 100.0% 0 .0% 53 100.0%

LamaHD * do3

53 100.0% 0 .0% 53 100.0%

LamaHD * do4

53 100.0% 0 .0% 53 100.0%

Crosstab

Count

do1

Total kurang cukup baik

LamaHD <8 bulan 9 10 6 25

>8 bulan 6 12 10 28

Total 15 22 16 53

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.617a 2 .445

Likelihood Ratio 1.627 2 .443


(3)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.617a 2 .445

Likelihood Ratio 1.627 2 .443

Linear-by-Linear Association

1.532 1 .216

N of Valid Cases 53

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,08.

Crosstab

Count

do2

Total kurang cukup baik

LamaHD <8 bulan 9 11 5 25

>8 bulan 5 19 4 28

Total 14 30 9 53

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 3.228a 2 .199

Likelihood Ratio 3.260 2 .196

Linear-by-Linear Association

.471 1 .493

N of Valid Cases 53

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,25.


(4)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .576a 2 .750

Likelihood Ratio .587 2 .746

Linear-by-Linear Association

.106 1 .745

N of Valid Cases 53

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,83.

Crosstab

Count

do4

Total kurang cukup baik

LamaHD <8 bulan 5 17 3 25

>8 bulan 3 18 7 28

Total 8 35 10 53

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 1.965a 2 .374

Likelihood Ratio 2.010 2 .366

Linear-by-Linear Association

1.903 1 .168

N of Valid Cases 53

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,77.


(5)

Grafik Hubungan Lamanya Hemmodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien PGK di RSUP H. Adam Malik Bulan Juni-September 2011

0 2 4 6 8 10 12

≤8 Bulan

>8 bulan

k

u

a

li

ta

s

h

id

u

p

Lama Hemodialisis

Kesehatan Fisik

Kurang Cukup Baik

P=0,445

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

<8 Bulan

>8 bulan

Kesehatan Psikologis

Kurang Cukup Baik


(6)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

≤8 Bulan

>8 bulan

Hubungan Sosial

Kurang Cukup Baik

P=0,750

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

≤8 Bulan

>8 bulan

Lingkungan

Kurang Cukup Baik