50 Setelah berakhirnya kepailitan, Debitor kembali ke keadaan
hukum seperti sebelum kepailitannya, yaitu memperoleh kembali wewenang untuk melakukan tindakan pengurusan dan pemilikan daden
van beheer en daden van eigendom atas hartanya. Sedang para Kreditor yang tagihan-tagihannya diakui dalam rapat verifikasi dan
belum terlunasi dari pembagian harta pailit, mereka masih mempunyai hak untuk meminta pemenuhan kembali sisa piutangnya tersebut jika
Debitor dikemudian hari memperoleh harta lagi Pasal 204 UUK. Pelaksanaan hak Kreditor tersebut tidak memerlukan lagi suatu vonnis,
tidak perlu memajukan perkara ke muka Pengadilan dan tidak perlu pula memberikan bukti-bukti tentang beralasannya tuntutan mereka Pasal 205
UUK.
B. TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA DALAM HAL TERJADI KEPAILITAN
1. Pengertian Pelaku Usaha
Pelaku usaha adalah setiap orang perorang atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian,
menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.
37
37
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
51 Kegiatan usaha dalam bidang ekonomi pada hakekatnya adalah kegiatan
menjalankan perusahaan. Kegiatan menjalankan perusahaan adalah suatu kegiatan yang
mengandung pengertian bahwa kegiatan yang dimaksud harus dilakukan:
- Secara terus-menerus dalam pengertian tidak terputus-putus; - Secara terang-terangan dalam pengertian sah bukan illegal; dan
- Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka memperoleh keuntungan, baik untuk diri sendiri atau orang lain.
38
Dalam undang-undang ada beberapa peraturan khusus mengenai hal menjalankan perusahaan, antara lain Pasal 6 KUHD mengatur bahwa
siapapun yang menjalankan perusahaan berkewajiban melakukan dan memelihara pencatatan tertentu dengan tertib yang lazim disebut
pembukuan.
2. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Perseorangan Dalam Kepailitan.
Pasal 21 UUK menyatakan bahwa kepailitan meliputi seluruh kekayaan Debitor pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta
segala apa yang diperoleh selama kepailitan. Jadi dalam hal perseorang sebagai pelaku usaha jatuh pailit, maka seluruh kekayaan pribadinya yang
ada maupun yang diperoleh selama kepailitan menjadi tanggungan terhadap utang-utangnya kecuali:
38
Sri Redjeki Hartono, dalam Husni Syawali, eds., Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Mandar Maju, Bandung, 2000, hal. 4.
52 -
benda yang benar-benar dibutuhkan oleh Debitor sehubungan dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan
untuk kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang dipergunakan oleh Debitor dan keluarganya, dan bahan makanan untuk 30 tiga puluh
hari bagi Debitor dan keluarganya Pasal 22 huruf a UUK; -
uang yang diberikan kepada Debitor untuk memenuhi suatu kewajiban memberi nafkah menurut undang-undang Pasal 22 huruf c UUK.
Apabila ia telah menikah dengan persekutuan harta kekayaan, maka harta persekutuan itu juga menjadi tanggungan terhadap utang-
utangnya. Oleh karena itu Pasal 4 ayat 1 UUK menyebutkan “Dalam hal pernyataan pailit diajukan oleh Debitor yang masih terikat
dalam pernikahan yang sah, permohonan hanya dapat diajukan atas persetujuan suami atau istrinya”.
3. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Bukan Badan Hukum Dalam Kepailitan.