B MOLEKUL SURFAKTAN HIDROFILIK LIPOFILIK

Analisis Mikrobiologi

Uji cemaran mikroba (angka lempeng total) (SNI : 06-4085-1996). Alat-alat yang digunakan disterilkan dengan autoclave. Satu milimeter contoh dimasukkan ke tabung reaksi yang telah berisi 9 ml larutan pengencer hingga diperoleh hasil

pengenceran 10 -1 ml. Hasil pengenceran tersebut dikocok hingga homogen, kemudian dilanjutkan dengan pengenceran yang diperlukan (hingga pengenceran

kedua). Satu milimeter dari masing-masing pengenceran dipipet ke dalam cawan petri steril secara simplo dan duplo. Media plate count agar (PCA) dicairkan,

kemudian didinginkan pada suhu sekitar 45 C. Media PCA (12-15 ml) dituang ke dalam cawan petri yang telah berisi contoh dengan hati-hati, lalu cawan tersebut digoyang membentuk angka delapan agar contoh dan media PCA tercampur homogen, kemudian didiamkan hingga campuran memadat. Cawan petri dimasukkan dengan posisi terbalik ke lemari inkubator dan diinkubasi pada suhu sekitar 35 C selama 24-48 jam. Pertumbuhan koloni pada setiap cawan diamati pada jam ke-24 dan 48. cawan yang mengandung 25-250 koloni pada jam ke-48 dicatat jumlah koloninya. Angka lempeng total dalam 1 gram atau 1 ml contoh dihitung dengan mengalikan jumlah koloni rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengenceran yang digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemilihan Sabun Madu Transparan Komersial

Peneliti hanya menemukan dua merk sabun madu transparan di pasaran, yaitu sabun “Mutiara Tugu Ibu” dan sabun “Madoe”. Sabun madu transparan komersial sebagai sabun pembanding dipilih berdasarkan hasil penilaian terhadap transparansi, aroma dan busa yang dihasilkan, seperti yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Perbandingan Sabun Madu Transparan Komersial Atribut Mutu

Sabun “Madoe” Transparansi

Sabun “Mutiara Tugu Ibu”

++ Aroma

++ Busa yang Dihasilkan

++ Keterangan : ++ = transparan, aroma disukai, berbusa banyak

+ = kurang transparan, aroma kurang disukai, berbusa sedikit

Berdasarkan hasil perbandingan (Tabel 5) menunjukkan analisis skor yang lebih baik dari semua yang berarti sabun “Madoe” dipilih sabun pembanding pada penelitian ini. Sabun “Madoe” memiliki transparansi dan aroma yang lebih baik dibandingkan sabun “Mutiara Tugu Ibu”.

Pembuatan Sabun Madu Transparan

Sabun transparan dibuat dengan menggunakan formula yang dimodifikasi dari Hambali et al. (2005) dan merupakan produk terbaik dari penelitian Qisti (2008) berdasarkan analisis kimia dan Jannah (2008) berdasarkan analisis fisik. Produk tersebut diberi nama ”M2bee”.

Penelitian ini terhadap sabun ”M2bee” dilakukan uji organoleptik dan uji mikrobiologi dengan sabun madu transparan komersial bermerk dagang ”Madoe” . Uji organoleptik yang dilakukan pada penelitian ini meliputi uji hedonik, uji kesukaan berpasangan, dan uji deskripsi. Uji mikrobiologinya menggunakan metode angka lempeng total berdasarkan SNI 06-4085-1996. Produk yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.

Sabun ”M2bee” Sabun ”Madoe” Gambar 4. Sabun Madu Transparan

Penilaian Organoleptik

Uji Hedonik

Data hasil rataan uji hedonik dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil rataan uji hedonik yang dianalisis dengan metode Kruskal-Wallis ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara sabun ”M2bee” dengan sabun ”Madoe” pada atribut mutu bentuk, warna, transparansi, kesan lembab, kesan halus, dan penampakan umum. Perbedaan yang nyata (P<0,05) pada atribut mutu kesan segar dan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terdapat pada atribut mutu aroma dan busa yang dihasilkan.

Tabel 6. Hasil Uji Hedonik Sabun ”M2bee” Sabun ”Madoe”

Atribut Mutu .......Rataan ± Standar Deviasi.......

A Aroma B 4,4 ± 1,5 5,1 ± 1,2 Transparansi

A Busa yang dihasilkan B 4,9 ± 1,1 5,5 ± 1,1 Kesan Lembab

5,3 ± 1,1 Kesan Segar

4,9 ± 1,0 a 5,3 ± 0,9 b Kesan Halus

5,0 ± 1,1 Penampakan Umum

Keterangan : A, B : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan nilai mutu yang sangat berbeda nyata (P<0,01)

a,b : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan nilai mutu yang berbeda nyata (P<0,05)

Bentuk

Bentuk merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih suatu produk. Bentuk yang unik dan berukuran besar cenderung diminati, dikarenakan kebanyakan konsumen lebih suka produk yang bersifat tahan lama. Bentuk sabun madu pada penelitian ini adalah kotak atau segi empat.

Hasil rataan tingkat kesukaan panelis terhadap bentuk kedua sabun mandi transparan yang diujikan (sabun ”M2bee” (5,4) dan ”Madoe” (5,4)) tidak berbeda nyata dengan nilai rataan 5,4, seperti yang terlihat pada Gambar 5. Nilai ini mengartikan bahwa panelis suka terhadap bentuk sabun ”M2bee” dan ”Madoe”.

"M2bee"

"Madoe"

Gambar 5. Hasil Uji Hedonik Bentuk Sabun Madu Transparan Nilai Level Of Acceptance (LOA) adalah 70% dari nilai tertinggi, yaitu 4,9.

Bentuk sabun ”M2bee” dapat diterima oleh panelis, karena hasil rataannya lebih besar dari 4,9. Walaupun demikian, panelis menyarankan agar bentuk sabun mandi transparan ini menjadi bentuk yang lebih unik, karena bentuk kotak atau segi empat sudah biasa beredar di kalangan masyarakat.

Warna

Warna sabun mandi transparan menjadi salah satu pertimbangan konsumen untuk membeli produk tersebut. Warna sabun madu transparan dalam penelitian ini adalah kuning kecoklatan seperti warna madu kapuk.

Penambahan madu kapuk sebanyak 7,5% pada sabun transparan menghasilkan warna kuning kecoklatan. Penambahan madu dilakukan pada saat

sabun transparan sudah bersuhu 60 0

C dan pencampurannya hanya diaduk manual dengan menggunakan pengaduk kaca. Sabun transparan sebelum ditambahkan madu tidak berwarna. Madu kapuk memiliki warna yang cenderung lebih gelap C dan pencampurannya hanya diaduk manual dengan menggunakan pengaduk kaca. Sabun transparan sebelum ditambahkan madu tidak berwarna. Madu kapuk memiliki warna yang cenderung lebih gelap

Rataan tingkat kesukaan panelis terhadap warna sabun ”M2bee” (5,4) dan ”Madoe” (5,7) tidak berbeda nyata yaitu 5,55., seperti yang terlihat pada Gambar 6 Hasil rataan ini menunjukkan bahwa panelis suka pada kedua warna sabun transparan tersebut dan berdasarkan nilai LOA panelis dapat menerima warna dari sabun “M2bee”, karena nilainya melebihi 4,9.

Sabun "M2bee"

Sabun "Madoe"

Gambar 6. Hasil Uji Hedonik Warna Sabun Madu Transparan Pada saat proses pembuatan sabun ”M2bee” tidak dilakukan penambahan

pewarna, karena diharapkan warna madu kapuk muncul pada produk sabun transparan ini.

Aroma

Aroma merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan konsumen pada saat pembelian. Rataan tingkat kesukaan panelis terhadap aroma sabun “M2bee” sangat nyata (P<0,01) lebih rendah dari sabun “Madoe” yaitu 4,4 dibanding 5,1, seperti yang terlihat pada Gambar 7. Panelis tidak suka pada aroma sabun “M2bee” tetapi suka pada aroma sabun “Madoe”. Hal ini disebabkan pada

sabun “M2bee” tidak dilakukan penambahan parfum untuk menonjolkan aroma madu dan diperoleh sabun yang tidak mempunyai aroma yang tajam sehingga dapat digunakan bersamaan dengan parfum untuk badan atau pakaian tanpa terjadi pencampuran aroma yang tidak diinginkan, tetapi pada hasilnya tidak tercium aroma sabun “M2bee” tidak dilakukan penambahan parfum untuk menonjolkan aroma madu dan diperoleh sabun yang tidak mempunyai aroma yang tajam sehingga dapat digunakan bersamaan dengan parfum untuk badan atau pakaian tanpa terjadi pencampuran aroma yang tidak diinginkan, tetapi pada hasilnya tidak tercium aroma

madu pada suhu 60 0

C mengakibatkan senyawa penentu aroma madu menguap.

Sabun "M2bee"

Sabun "Madoe"

Gambar 7. Hasil Uji Hedonik Aroma Sabun Madu Transparan Nilai LOA sabun “M2bee” lebih kecil dari 4,9 yaitu 4,4, sehingga aroma

sabun “M2bee” tidak diterima oleh panelis. Aroma sabun “M2bee” masih perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Beberapa cara yang mungkin dapat dilakukan,

diantaranya penambahan madu kapuk dibawah suhu 60 0 C, menggunakan madu yang beraroma kuat dan berwarna gelap, misalnya madu apel, penambahan parfum yang sesuai untuk menutupi aroma minyak kelapa yang mendominasi aroma sabun “M2bee” , mengganti atau menggabungkan penggunaan minyak kelapa dengan minyak lain yang beraroma lebih baik, misalnya minyak zaitun.

Transparansi

Transparansi merupakan salah satu faktor pertimbangan pada saat konsumen ingin membeli suatu sabun transparan. Sabun transparan ini selain dapat digunakan sebagai agen pembersih kulit, dapat juga dijadikan hiasan yang bernilai seni.

Hasil rataan tingkat kesukaan panelis terhadap transparansi sabun ”M2bee” (5,3) dan ”Madoe” (5,6) tidak berbeda nyata yaitu 5,45, seperti yang terlihat pada

Gambar 8. Nilai ini menunjukkan bahwa panelis suka pada tingkat transparansi sabun “M2bee” dan sabun “Madoe” .

Sabun "M2bee"

Sabun "Madoe"

Gambar 8. Hasil Uji Hedonik Transparansi Sabun Madu Transparan Panelis dapat menerima sabun ”M2bee” dilihat dari nilai LOA-nya lebih

besar dari 4,9. Bahan yang dapat menjadikan sabun menjadi transparan adalah gula, alkohol dan gliserin, serta bahan pengisi lainnya. Transparansi sabun dapat ditingkatkan antara lain dengan mengganti minyak kelapa dengan minyak lain yang memiliki titik beku yang lebih rendah dari minyak kelapa, misalnya saja Virgin

Coconut Oil (VCO) yang memiliki titik beku 25 0 C (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2007).

Busa yang Dihasilkan

Busa yang dihasilkan sabun menjadi salah satu pertimbangan konsumen untuk membeli produk tersebut. Masyarakat Indonesia cenderung menyukai sabun yang menghasilkan busa yang banyak. Hal ini dianggap dapat membersihkan kotoran pada kulit secara maksimal.

Hasil rataan uji kesukaan terhadap busa yang dihasilkan sabun ”M2bee” sangat nyata (P<0,01) lebih rendah dari sabun ”Madoe” yaitu 4,9 dan 5,5, seperti yang terlihat pada Gambar 9. Hasil ini menunjukkan busa yang dihasilkan sabun “Madoe” lebih disukai dari pada sabun “M2bee”. Nilai LOA sabun “M2bee” sama dengan 4,9 berarti busa yang dihasilkan sabun “M2bee” dapat diterima oleh panelis.

"M2bee"

"Madoe"

Gambar 9. Hasil Uji Hedonik Busa yang Dihasilkan Sabun Madu Transparan Penambahan konsentrasi madu kapuk dapat menjadi salah satu solusi untuk

dapat menghasilkan busa yang banyak pada sabun, karena madu kapuk mengandung protein yang tinggi sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan pada sabun ( Krell, 1996) . Penambahan madu yang berlebih pada sabun akan mengakibatkan kesan lengket pada kulit setelah pemakaian dan batas pemakaian madu pada produk kosmetik adalah 5% (Krell, 1996), sehingga penambahan madu kurang baik untuk menambah busa pada sabun. Penambahan jumlah asam lemak pada sabun ”M2bee” dapat meningkatkan stabilitas emulsi, sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan sabun. Tegangan permukaan rendah akan menghasilkan busa sabun yang banyak (Jannah, 2008). Penambahan jumlah asam lemak dapat ditingkatkan dengan mengganti pemakaian minyak kelapa dengan minyak nabati lain, misalnya VCO.

Kesan Lembab

Penilaian kesan lembab setelah pemakaian penting dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan madu pada sabun transparan untuk melembabkan kulit. Madu bersifat higroskopis yang dapat melembabkan kulit.

Hasil rataan uji kesukaan terhadap kesan lembab yang dihasilkan sabun ”M2bee” (5,0) dan ”Madoe” (5,3) tidak berbeda nyata yaitu 5,15, seperti yang terlihat pada Gambar 10. Hasil ini menunjukkan bahwa panelis suka pada kesan lembab sabun “M2bee” dan “Madoe”.

Sabun "M2bee"

Sabun "Madoe"

Gambar 10. Hasil Uji Hedonik Kesan Lembab Sabun Madu Transparan

Nilai LOA yang dimiliki sabun ”M2bee” lebih besar dari 4,9 berarti panelis dapat menerima kesan lembab produk sabun ”M2bee”. Hal ini dikarenakan sabun ”M2bee” dilakukan penambahan madu dan gliserin. Madu dapat melembabkan kulit karena sifatnya yang humektan, begitu juga dengan gliserin selain bersifat humektan, gliserin berfungsi sebagai ”transparent agent”. Madu memiliki kemampuan tegangan permukaan yang rendah karena adanya protein, sehingga merupakan humektan yang

sempurna dalam produk kosmetik ( Krell, 1996) .

Kesan Segar

Penilaian kesukaan terhadap kesan segar dapat mengindikasikan kemampuan sabun dalam mengangkat kotoran dan sisa-sisa kulit yang mati, sehingga membuat kulit menjadi bersih dan terasa segar. Hasil rataan uji kesukaan terhadap kesan segar

yang dihasilkan sabun ”M2bee” nyata (P<0,05) lebih rendah dari sabun “Madoe” berbeda nyata yaitu 4,9 dan 5,3, seperti yang terlihat pada Gambar 11. Panelis lebih menyukai pada kesan segar sabun “Madoe” daripada sabun “M2bee”.

Kesan segar pada sabun ”M2bee” dapat diterima panelis karena memiliki nilai LOA sama dengan 4,9. Hal ini dapat dikarenakan pada sabun ”M2bee” tidak mengandung bahan yang dapat memberikan kesan segar setelah pemakaian, misalnya parfum. Penambahan parfum dipercaya dapat memberikan kesan segar setelah pemakaian sabun.

Sabun "M2bee"

Sabun "Madoe"

Gambar 11. Hasil Uji Hedonik Kesan Segar Sabun Madu Transparan Selain itu, sabun ”M2bee” memiliki kemampuan menurunkan tegangan

permukaan lebih rendah daripada sabun ”Madoe”, yaitu 25,02 dyne/cm dibanding 21,6 dyne/cm. Hal ini menunjukkan bahwa sabun ”Madoe” memiliki kemampuan mengikat kotoran berupa minyak atau lemak yang terdapat pada kulit lebih baik dibanding sabun ”M2bee” (Jannah, 2008). Peningkatan kemampuan menurunkan tegangan permukaan pada sabun dapat dilakukan dengan cara mengganti minyak kelapa dengan VCO, minyak jarak, atau minyak nabati lainnya.

Kesan Halus

Penilaian kesukaan terhadap kesan halus sangat diperlukan karena ada beberapa jenis sabun mandi yang setelah dipakai memberikan kesan kering pada kulit. Hal ini bukan mengindikasikan bahwa kulit kita bersih dari kotoran, melainkan kulit tersebut mengalami kekeringan dan dapat menyebabkan iritasi, sehingga memerlukan pelembab kulit untuk menghindari iritasi.

Rataan uji kesukaan terhadap kesan halus pada sabun ”M2bee” (4,8) dan ”Madoe” (5,0) tidak berbeda nyata yaitu rata-rata 4,9, seperti yang terlihat pada Gambar 12. Hasil rataan ini menunjukkan bahwa panelis suka pada kesan halus sabun “M2bee” dan sabun “Madoe” .

Sabun "M2bee"

Sabun "Madoe"

Gambar 12. Hasil Uji Hedonik Kesan Halus Sabun Madu Transparan Nilai rataan kesan halus sabun “M2bee” menunjukkan bahwa panelis tidak

dapat menerima kesan halus sabun “M2bee”, tetapi panelis dapat menerima kesan halus sabun “Madoe”. Hal ini dapat dikarenakan sabun ”M2bee” menggunakan alkohol yang berfungsi sebagai transparent agent, sehingga kurang memaksimalkan fungsi madu pada bahan kosmetik yang dapat memberikan kesan halus setelah pemakaian (Krell, 1996).

Penilaian secara Keseluruhan

Penilaian hedonik terhadap tampilan secara keseluruhan menunjukkan hasil rataan uji kesukaan terhadap sabun ”M2bee” dan “Madoe” adalah 5.1 dan 5,5, seperti yang terlihat pada Gambar 13. Hal ini menunjukkan sabun “M2bee” dan sabun “Madoe” mendapat respon disukai oleh panelis dan secara umum dapat diterima oleh panelis karena memiliki nilai LOA yang lebih besar dari 4,9.

Sabun "M2bee"

Sabun "Madoe"

Gambar 13. Hasil Uji Hedonik Penilaian Secara Keseluruhan Sabun Madu

Transparan

Uji Kesukaan Berpasangan

Uji kesukaan berpasangan disebut juga paired preference test. Pengujian ini bertujuan untuk membandingkan produk yang sudah ada dengan produk prototipe dan memilih produk yang lebih disukai. Penelitian ini melakukan uji kesukaan berpasangan antara produk sabun “M2bee” dan sabun “Madoe” dengan atribut mutu yang diujikan adalah aroma dan transparansi. Aroma dan transparansi merupakan hal yang selalu menjadi pertimbangan konsumen untuk memilih sabun madu transparan. Oleh karena itu, kedua hal tersebut yang menjadi atribut mutu dalam pengujian kesukaan berpasangan. Hasil dari pengujian ini diharapkan menjadi gambaran kualitas sabun yang telah dihasilkan. Hasil uji kesukaan berpasangan ini ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Kesukaan Berpasangan Atribut Mutu

Sabun Madoe (%) Aroma

Sabun M2bee (%)

Hasil uji kesukaan berpasangan pada atribut aroma menunjukkan bahwa hanya 23,33% (14 panelis dari 60 panelis) yang menyukai aroma sabun “M2bee” dan 76,67% (46 panelis dari 60 panelis) menyukai aroma sabun “Madoe” . Hal ini

disebabkan pada sabun “M2bee” tidak dilakukan penambahan parfum untuk menonjolkan aroma madu dan diperoleh sabun yang tidak mempunyai aroma yang tajam sehingga dapat digunakan bersamaan dengan parfum untuk badan atau pakaian tanpa terjadi pencampuran aroma yang tidak diinginkan, tetapi pada hasilnya tidak tercium aroma madu untuk menutupi bahan baku pembuatan sabun. Sabun “Madoe” telah ditambahkan parfum. Sabun “M2bee” cenderung beraroma minyak kelapa dari pada beraroma madu kapuk. Hal ini diakibatkan oleh konsentrasi penggunaan minyak kelapa (20%) lebih besar dibandingkan madu kapuk (7,5%), selain itu aroma madu terbentuk dari senyawa asam-asam mudah menguap (volatile acids), misalnya formaldehida, asetaldehida, aseton, isobutiraldehida dan diasetil (Sihombing, 1997). Aroma madu kapuk juga kurang setajam aroma madu apel dan jeruk. Pencampuran

madu pada suhu 60 0

C mengakibatkan senyawa penentu aroma madu menguap.

Aroma sabun “M2bee” masih perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Beberapa cara yang mungkin dapat dilakukan, diantaranya melakukan penambahan madu kapuk dibawah suhu 60 0 C, menggunakan madu yang beraroma kuat dan berwarna gelap, misalnya madu apel, penambahan parfum yang sesuai untuk menutupi aroma minyak kelapa yang mendominasi aroma sabun “M2bee” , menggabungkan penggunaan minyak kelapa dengan minyak lain yang beraroma lebih baik, misalnya minyak zaitun.

Transparansi

Atribut transparansi sangat penting diujikan pada pengujian ini untuk mendapatkan transparansi sabun mandi transparan yang disukai konsumen. Hasil pengujian menunjukkan bahwa 41,67% ( 25 orang dari 60 orang) menyukai

transparansi sabun “M2bee” dan 58,33% (35 orang dari 60 orang) menyukai transparansi sabun “Madoe”. Nilai ini menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai tranparansi yang dihasilkan oleh sabun “Madoe”, karena pada sabun “Madoe” sudah tidak terdapat busa pada penampang sabun dan sebaliknya pada penampang sabun M2bee masih terdapat busa sisa proses pembuatan sabun madu transparan. Hal ini dikarenakan pada saat pengemasan sabun dengan ”Plastic wrap” tidak dilakukan pembuangan sisa busa proses pembuatan sabun. Transparansi sabun dapat ditingkatkan antara lain dengan mengganti minyak kelapa dengan minyak lain yang memiliki titik beku yang lebih rendah dari minyak kelapa, misalnya saja Virgin

Coconut Oil 0 (VCO) yang memiliki titik beku 25

C (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2007).

Uji Deskripsi

Uji deskripsi merupakan penilaian sensorik berdasarkan sifat-sifat sensori yang lebih komplek, meliputi berbagai jenis sifat sensori yang menggambarkan keseluruhan sifat komoditi (Rahayu, 1998). Manfaat dilakukan pengujian deskripsi ini adalah untuk menilai mutu produk terhadap produk komersial.

Data hasil uji deskripsi ini ditampilkan dalam bentuk grafik majemuk (spider web) ang disusun secara radial dengan sudut antar garis radial yang sama besar, masing-masing garis menggambarkan himpunan nilai mutu seperti yang ditampilkan pada Gambar 13.