TIDAK ADA BUAH TANPA PENYERBUKAN
TIDAK ADA BUAH TANPA PENYERBUKAN
Pernahkah Anda berpikir untuk bisa hidup menyendiri saja? Normalnya, setiap orang tidak menginginkan untuk hidup menyendiri. Kalau Anda tidak termasuk ke dalam kelompok manusia langka yang memiliki fobia terhadap orang lain, maka pastilah Anda akan sependapat bahwa kita membutuhkan orang lain. Faktanya, memang di jaman ini tidak ada manusia yang bisa hidup dengan nyaman, tanpa keberadaan orang-orang lainnya.
Misalnya, mobil yang Anda kendarai itu tidak mungkin harus Anda buat sendiri, bukan? Anda tidak bisa menikmati popcorn sambil menonton sebuah film jika harus menanam jagungnya terlebih dahulu. Kemudian memetiknya. Dan mengolahnya hingga menjadi popcorn yang renyah. Jika Anda harus melakukan semua itu sendirian, saya yakin, Anda memilih untuk tidak mengingat-ingat lagi soal menikmati sekeranjang popcorn garing. Bayangkan pula, betapa tidak serunya jika film yang Anda tonton itu ternyata hanya dibintangi oleh diri Anda sendiri; sebagai satu-satunya pemain. Merangkap sebagai sutradara. Sekaligus kameramennya.
Fakta sederhana itu menunjukkan bahwa hubungan antar manusia itu merupakan hal yang sangat esensial bagi kita. Dan alam telah memberi kita pelajaran berharga mengenai hal ini melalui fenomena yang biasa kita sebut sebagai proses penyerbukan. Jika diladang pertanian tidak terdapat kupu-kupu yang bersedia untuk berkunjung dari satu bunga ke bunga yang lainnya, maka akan sangat sulit bagi seorang petani untuk memanen hasil kebun. Tanpa kupu- kupu, mungkin sulit bagi kita untuk menikmati buah semangka atau melon. Karena melalui usaha dan kerja keras yang dilakukan oleh kupu-kupu itulah proses penyerbukan bisa berlangsung. Dan proses penyerbukan merupakan satu-satunya jalan bagi bunga untuk berubah menjadi bakal buah, dan kemudian pada akhirnya berkembang lagi menjadi buah yang matang dan siap untuk dipanen. Tanpa penyerbukan tidak pernah ada buah.
Ini adalah contoh betapa cerdiknya alam menyiasati keadaan. Ketika suatu tanaman tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, maka dia dengan lapang dada memberikan kesempatan kepada kupu-kupu untuk menikmati manisnya nektar yang tersimpan didalam bunganya. Dan untuk itu dia mendapatkan manfaat yang sangat berarti ketika tepung sari menempel pada kaki kupu-kupu itu, dan akhirnya berhasil dipindahkan kepada bunga yang lain. Hanya setelah proses itu berlangsung sajalah akhirnya tanaman itu bisa berbuah.
Proses penyerbukan itu sesungguhnya tidak hanya dilakukan bersama kupu-kupu saja. Tanaman juga menjalin persahabatan dengan kumbang dan lebah. Bahkan dengan angin. Bersama-sama mereka membangun sebuah harmoni yang begitu serasi, sehingga alam bisa memberikan manfaat yang optimal kepada satu sama lain yang tinggal didalam sistem itu.
Pelajaran apa yang kita peroleh dari isyarat alam ini? Seperti tanaman yang membutuhkan mahluk lain untuk membantunya mempersembahkan buah, kita semua juga membutuhkan orang lain untuk membantu diri kita mempersembahkan sebuah karya yang memberi makna.
Team work, menjadi salah satu topik yang paling hangat dibicarakan didunia bisnis modern masa kini. Dan alam telah menunjukkan kepada kita sebuah model yang nyaris sempurna; sehingga sesungguhnya kita bisa berguru kepada alam melalui fenomena yang dengan begitu elegan mereka tunjukkan melalui proses terjadinya penyerbukan.
Jika Anda perhatikan, pohon-pohon merelakan nektar dan polen yang dimilikinya untuk dibagikan kepada kupu-kupu, kumbang, ataupun lebah. Sebaliknya, lebah, kumbang dan kupu-kupu itu tidak semata-mata mengeksploitasi manisnya cairan yang dimiliki oleh para bunga. Mereka tidak sedang merampok. Atau saling menindas. Mereka sedang bekerjasama, dan saling membahagiakan satu sama lainnya. Saling mendukung, agar masing- masing bisa sampai kepada tujuan yang ingin dicapainya.
Jika Anda hanya mengharapkan kontribusi dari orang lain, tanpa bersedia untuk memberikan manfaat secara wajar kepada orang yang berkontribusi itu, maka sesungguhnya Anda bukan saja telah mengingkari hukum alam, melainkan juga menumbuhkan sifat merusak didalam diri Anda. Hal ini akan menyebabkan ketidakseimbangan didalam hidup Anda. Kehidupan sempurna yang Anda impikan pun akan menjauhi Anda. Sehinga Anda tidak akan pernah sampai kepada ketentraman hati, atau kebahagiaan sejati.
Manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lain. Jika Anda harus merakit sendiri mobil yang Anda kendarai. Dan membuat sendiri popcorn yang Anda nikmati. Menanam kapas dan menjahit sendiri baju yang Anda kenakan, maka Anda akan jauh dari kebahagiaan hidup. Faktanya, manusia normal seperti kita, selalu membutuhkan keberadaan orang lain untuk menunjang kelayakan hidup kita. Setiap manusia, apapun jabatannya diperusahaan, berapapun jumlah kekayaannya; tidak akan bisa hidup normal tanpa kehadiran orang lain. Meskipun begitu, kita tidak boleh memperalat orang lain untuk mendapatkan hal-hal yang menjadi tujuan hidup kita.
Kalau Anda membeli seikat sapu lidi dari seorang pedagang keliling untuk merapikan halaman belakang rumah Anda, maka si penjual sapu lidi itu juga membutuhkan orang-orang seperti Anda untuk membeli dagangannya. Dengan cara itu dia bisa memperoleh laba untuk memutar roda kehidupannya. Fakta sederhana ini menunjukkan bahwa seharusnya hubungan antar manusia tidaklah sebatas eksploitasi kepada pihak yang lebih lemah belaka. Hubungan yang terbentuk seharusnya didasari oleh prinsip saling menyokong bagi kedua belah pihak.
Seperti tanaman yang membutuhkan
mahluk lain untuk membantunya mempersembahkan buah, kita semua juga
membutuhkan orang lain untuk membantu diri kita mempersembahkan sebuah karya
yang bermakna ………
Dijaman modern seperti sekarang ini, kehidupan manusia sering dinodai oleh perilaku-perilaku eksploitatif dari sekelompok manusia terhadap manusia lainnya. Meskipun demikian, dunia tidak akan pernah kehilangan potensi kemurniannya untuk mengajari manusia tata cara berinteraksi dengan sesama. Karena, interaksi untuk saling menyokong dan memberi jalan keluar bagi masing-masing sangat diperlukan oleh semua mahluk hidup dibumi ini; untuk saling mengisi kekurangan sehingga kehidupan kita menjadi sempurna.
Jika kita mampu meniru alam ketika mereka saling bekerja sama, maka kita bukan saja telah berhasil untuk mencoba hidup selaras dengan hukum dan alam itu sendiri, melainkan juga telah berhasil menanamkan rasa keadilan didalam diri kita sendiri. Keadilan selalu menghasilkan kepuasan. Karena, tidak ada kepuasan tanpa keadilan. Dan jika kita memiliki rasa keadilan itu, maka kita akan merasa puas pada diri sendiri; maupun kepada orang-orang yang turut berkontribusi terhadap pencapaian-pencapaian kita.
Seperti tanaman yang tidak bisa melakukan penyerbukan sendiri, kita tidak bisa selalu mendapatkan apa yang kita inginkan dengan usaha sendiri. Kita membutuhkan orang lain. Kita memerlukan pihak lain. Sama seperti mereka membutuhkan diri kita juga. Karena itu, bersikaplah terbuka. Dan bersikaplah adil. Adil kepada diri sendiri. Dan adil kepada orang lain, dengan memberikan semua hak mereka yang ada pada kita. Mungkin mereka berhak untuk mendapatkan bayaran yang layak dari kita. Mungkin mereka berhak mendapatkan pencerahan dari kita. Atau, mungkin mereka berhak untuk mendapatkan uluran tangan sebatas kemampuan kita. Sebab, hanya dengan cara itu saja, kita akan mampu untuk membangun harmoni; demi terpenuhinya kebutuhan kita bersama. Dan kita bisa meraih apapun yang kita butuhkan, untuk mencapai kesempurnaan hidup.