KEBIJAKAN D ESEN TRALISASI FISKAL D AN PEN GELOLAAN KEU AN GAN D AERAH 2 0 0 9

BAB V KEBIJAKAN D ESEN TRALISASI FISKAL D AN PEN GELOLAAN KEU AN GAN D AERAH 2 0 0 9

5 .1. Pe n d a h u lu a n

Kebijakan otonom i daerah dan desentralisasi fiskal yang telah dilaksanakan sejak tahun 20 0 1 adalah dalam rangka m endukung pencapaian tujuan pem bangunan nasional. Seiring dengan perubahan dinam ika sosial politik, Pem erintah telah m elakukan revisi beberapa m ateri dalam un dan g-un dan g oton om i daerah dan desen tralisasi fiskal den gan ditetapkan n ya Un dan g- u n d an g (UU) Nom or 32 Tah u n 20 0 4 ten tan g Pem er in tah an Daer ah d an UU Nom or 33 Tahun 20 0 4 ten tan g Perim ban gan Keuan gan An tara Pem erin tah Pusat dan Pem erin tahan Daer ah . Su bstan si per u bah an ked u a u n d an g-u n d an g ter sebu t ad alah sem akin besar n ya kewen an gan pem er in tah d aer ah d alam m en gelola pem er in tah an d an keu an gan d aer ah . Dengan dem ikian diharapkan pem bangunan daerah dapat berjalan sesuai dengan aspirasi, keb u t u h a n , d a n p r ior it a s d a er a h , seh in gga d a p a t m em b er ika n d a m p a k p osit if b a gi perkem ban gan ekon om i region al, yan g pada giliran n ya akan m en in gkatkan kesejahteraan m asyar akat.

Desentralisasi fiskal sebagai salah satu instrum en kebijakan Pem erintah m em punyai prinsip dan tujuan, antara lain untuk: (i) m engurangi kesenjangan fiskal antara Pem erintah Pusat dan Pem erintah Daerah (v ertical fiscal im balance) dan antardaerah (horizontal fiscal im - balance); (ii) m eningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan m engurangi kesenjangan p elayan an p u blik an t ar d aer ah ; (iii) m en in gkat kan efisien si p em an faat an su m ber d aya n a s io n a l; ( iv ) t a t a ke lo la , t r a n s p a r a n , d a n a ku n t a b e l d a la m p e la ks a n a a n ke gia t a n pengalokasian Transfer ke Daerah yang tepat sasaran, tepat waktu, efisien, dan adil; (v) dan m endukung kesinam bungan fiskal dalam kebijakan ekonom i m akro. Di sam ping itu, untuk m en in gka t ka n a ku n t a b ilit a s p en gelola a n keu a n ga n d a er a h , kep a d a d a er a h d ib er ika n kewen an gan m em un gut pajak (taxin g pow er).

Instrum en utam a kebijakan desentralisasi fiskal adalah m elalui kebijakan Transfer ke Daerah, yang terdiri dari Dana Perim bangan dan Dana Otonom i Khusus. Adapun Dana Perim bangan terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Um um (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK), yan g m erupakan kom pon en terbesar dari dan a Tran sfer ke Daerah. Alokasi dan a Tr an sfer ke Daer ah t er u s m en in gkat seir in g d en gan p elaksan aan ot on om i d aer ah d an desentralisasi fiskal, yaitu dari Rp8 1,1 triliun pada tahun 20 0 1 m enjadi Rp253,3 triliun pada tahun 20 0 7, dan diperkirakan m enjadi Rp293,6 triliun pada tahun 20 0 8 , atau tum buh rata- rata sebesar 20 ,2 persen per tahun.

Selain dana desentralisasi tersebut, Pem erintah juga m engalokasikan dana untuk m em biayai p r ogr a m d a n kegia t a n ya n g m en ja d i kewen a n ga n P em er in t a h d i d a er a h , ya it u d a n a dekonsentrasi, dana tugas pem bantuan, dan dana untuk m elaksanakan program dan kegiatan in stan si ver tikal di daerah . Walaupun dan a-dan a tersebut tidak m asuk dalam An ggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), nam un secara nyata dana tersebut dibelanjakan di daer ah , baik dalam ben tu k belan ja fisik m au pu n n on fisik. J u m lah dan a ter sebu t cu ku p

N K RAPBN 20 0 9 V-1

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

sign ifikan d an pr opor sin ya ter h ad ap belan ja An ggar an Pen d apatan d an Belan ja Negar a (APBN) cu ku p t in ggi. Pad a t ah u n 20 0 8 , t ot al d an a yan g d ibelan jakan d i d aer ah t elah m encapai 41,3 persen dari total belanja APBN.

J um lah dan a tersebut di atas akan m en jadi lebih besar lagi apabila ditam bahkan den gan dana yang digulirkan dalam rangka program pem bangunan daerah dan program pengentasan kem iskin an , yait u p r ogr am Su bsid i d an Pr ogr am Nasion al Pem ber d ayaan Masyar akat (PNPM) yang sebagian besar juga dibelanjakan di daerah. Besarnya dana untuk kedua pro- gram tersebut pada tahun 20 0 8 berturut-turut adalah 23,6 persen dan 0 ,7 persen dari total belan ja APBN. Den gan dem ikian , ku r an g lebih 65 per sen dar i total belan ja APBN akan dibelanjakan di daerah (lihat Gra fik V.1).

Selain dan a-dan a tersebut, daerah

Grafik V.1

Alo ka s i Be l an ja pa d a APBN -P Ta hu n 2 0 0 8

ju ga m e m p u n ya i s u m b e r d a n a

s en d ir i b er u p a P en d a p a t a n As li

Belanja Pusat di

20 0 7 dan 20 0 8 jum lah keseluruhan

untuk provinsi dan kabupaten/ kota m a s in g- m a s in g s e b e s a r R p 4 7,3

Belanja Pusat di

Transfer ke

triliun dan Rp54,0 triliun . J um lah

Belanja APBN ke Daerah: (41,3%) (29,5%) keselu r u h a n d a n a t er seb u t , b a ik Pemda (APBD) yan g ber asal d ar i APBN m au p u n

Melalui K/L Dana Vertikal: (69,1%) DAU:

DAK: (7,3%) Dana Otsus:

yang berasal dari PAD, akan sangat

berm an faat dan m en jadi stim ulus fiskal bagi perekonom ian di daerah

d a la m r a n gk a m e wu ju d k a n k e s e ja h t e r a a n m a s ya r a k a t .

Dana

Keber h asilan suatu daer ah dalam

Dana TP:

Dana Dekon:

DBH SDA:

DBH Pajak:

Penyesuaian:

(12,3%) (2,2%) m e wu ju d k a n k e s e ja h t e r a a n

m a s ya r a k a t s a n ga t t e r ga n t u n g p a d a k e b ija k a n m a s in g- m a s in g p em er in t ah an d aer ah . Kebijakan

Sum ber: Departem en Keu an gan

ter sebut dapat dilakukan m elalui alokasi sum ber -sum ber pen dan aan pada pr ogr am dan kegiatan yang berorientasi pada kebutuhan m asyarakat (kepentingan publik), sehingga dapat m en ciptakan lapan gan kerja dan m en guran gi jum lah pen duduk m iskin .

Alokasi sum ber-sum ber pendanaan tersebut akan tercerm in pada alokasi belanjanya. Apabila alokasi belan ja daerah dibagi m en urut jen is belan jan ya, m aka selam a tahun 20 0 5-20 0 8 , porsi belanja pegawai m asih m enem pati peringkat tertinggi yaitu rata-rata 38 ,0 persen dari total belanja. Sem entara itu, porsi belanja barang m encapai 25,9 persen, belanja m odal 25,8 persen , dan belan ja lain n ya 10 ,3 persen . Sedan gkan apabila dibagi m en urut fun gsi atau bidan gn ya, m aka pada tah un 20 0 7 belan ja daerah yan g digun akan un tuk m elaksan akan fungsi pelayanan um um m enem pati urutan teratas yaitu 35,0 persen dari total belanja daerah. Sedan gkan belan ja daerah yan g digun akan un tuk m en dan ai fun gsi pen didikan m en capai 23,0 persen, fungsi perum ahan dan fasilitas um um 19,0 persen, dan fungsi kesehatan hanya

8 ,0 persen, atau di bawah alokasi untuk fungsi ekonom i yaitu 10 ,0 persen. Pem erintah m em punyai peranan yang penting dalam m eningkatkan perekonom ian daerah

dan kesejahteraan m asyarakat m elalui upaya percepatan penyaluran dana Transfer ke Daerah

V-2 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

dan m endorong pelaksanaan atau realisasi belanja pem erintah daerah. Untuk itu, Pem erintah terus m endorong agar proses penetapan Peraturan Daerah (Perda) APBD dapat dilakukan secara tepat waktu guna m em percepat realisasi belanja daerah. Hal ini perlu dilakukan karena keterlam batan pen etapan Perda APBD dikhawatirkan akan m en gakibatkan pen um pukkan dana yang belum terpakai, sehingga cenderung ditem patkan ke dalam bentuk investasi jangka pendek, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI) m elalui Bank Pem bangunan Daerah.

Percepatan pen etapan APBD dan realisasi belan ja daerah harus dibaren gi den gan kualitas belanja daerah, yang dapat dilakukan antara lain m elalui pola penganggaran yang berbasis kin er ja , p en ga n gga r a n d a la m ker a n gka p en ga n gga r a n ja n gka m en en ga h , d a n sist em pelaporan yang akuntabel, sebagaim ana telah diatur dalam pedom an pengelolaan keuangan daerah dan standar akuntansi pem erintah.

Percepatan pen yaluran dan a Tran sfer ke Daerah, percepatan realisasi belan ja daerah, dan pen in gkatan kualitas belan ja daerah dih arapkan dapat m en in gkatkan kualitas pelayan an publik dan pem bangunan ekonom i daerah. Nam un dem ikian, peningkatan kualitas pelayanan p u b lik d a n p e m b a n gu n a n e k o n o m i d a e r a h t e r s e b u t h a r u s d iim b a n gi ju ga d e n ga n pem erataan n ya, serta tin gkat kesejahteraan m asyarakat an tardaerah.

Untuk m engukur tingkat pem erataan tersebut di atas, berdasarkan angka Indeks W illiam son yan g m en gu ku r tin gkat p em er ataan PDRB an tar p r ovin si (tid ak ter m asu k Pr ovin si DKI J akarta), pada tahun 20 0 2 kesenjangan tingkat aktivitas perekonom ian di Indonesia berada pada indeks sebesar 0 ,722 dan m enurun m enjadi 0 ,58 9 pada tahun 20 0 6. Penurunan angka Indeks W illiam son tersebut m engindikasikan bahwa perkem bangan aktivitas perekonom ian antarprovinsi di Indonesia sem akin m enurun tingkat kesenjangannya, m eskipun indeksnya m asih relatif tinggi.

Selan jutn ya, un tuk m en gukur tin gkat kesejahteraan m asyarakat, dapat digun akan In deks Pem bangunan Manusia (IPM). Berdasarkan hasil survei United N ations Developm ent Pro- gram (UNDP), nilai IPM Indonesia pada tahun 20 0 1 sebesar 0 ,68 2 dan pada tahun 20 0 5 m en in gka t m en ja d i seb esa r 0 ,72 8 . H a l in i m en u n ju kka n b a h wa t er ja d i p en in gka t a n kesejahteraan m asyarakat selam a kurun waktu tersebut. Berdasarkan data IPM yang diukur oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 20 0 7 Provinsi DKI J akarta m enem pati posisi IPM tertinggi dengan nilai indeks sebesar 76,33, sedangkan Provinsi Papua m enem pati posisi IPM terendah dengan nilai indeks sebesar 59,91.

Uku r an agr egat yan g m em p er lih at kan p en in gkat an kon d isi p er ekon om ian d an t in gkat kesejahteraan m asyarakat tersebut di atas, m erupakan in dikasi dari dam pak pen in gkatan ju m lah d an a yan g d ibelan jakan d i d aer ah , baik m elalu i m ekan ism e d an a d esen tr alisasi m aupun dana-dana lain di daerah. Akan tetapi, apabila dilihat secara parsial, perkem bangan ekonom i dan kesejahteraan m asyarakat setiap daerah relatif m asih berbeda. Meskipun rata- rata nasional persentase penduduk m iskin m engalam i penurunan, nam un m asih ada beberapa provinsi yang justru m engalam i peningkatan persentase jum lah penduduk m iskin.

Daerah -daerah yan g m em pun yai alokasi dan a per kapita besar, baik m elalui m ekan ism e dana desentralisasi, dana dekonsentrasi, dan dana tugas pem bantuan, m aupun dana instansi vertikal, seyogyanya juga m em punyai prestasi yang m enggem birakan dalam hal peningkatan p e r t u m b u h a n e k o n o m i, p e n ge n t a s a n k e m is k in a n , m a u p u n p e n gu r a n ga n ju m la h p en gan ggu r an . Nam u n d em ikian , ber d asar kan h asil evalu asi beber ap a t ah u n t er akh ir m en un jukkan bah wa beberapa daerah yan g m em peroleh dan a per kapita besar tern yata

N K RAPBN 20 0 9 V-3

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

m a sih m em iliki in d ika t or t in gka t keseja h t er a a n ya n g b elu m m em u a ska n d a n t in gka t pertum buhan ekonom i yang relatif lam bat. Hal ini m engindikasikan bahwa pola belanja di beberapa daerah m asih belum optim al dalam rangka m eningkatkan pendapatan m asyarakat dan pem ban gun an ekon om i daerah.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, kebijakan desen tralisasi fiskal ke depan perlu diarahkan pada upaya untuk m elakukan reform ulasi kebijakan transfer dana desentralisasi, penguatan taxing pow er daerah, dan sinkronisasi dana desentralisasi dengan dana dekonsentrasi dan dan a tugas pem ban tuan . Di sisi belan ja, upaya pen in gkatan efektivitas pen geluaran APBD akan dilakukan m elalui percepatan penetapan APBD, penerapan APBD yang berbasis kinerja, dan pen erapan pen gan ggaran jan gka m en en gah.

Harus diakui bahwa untuk m engejar pem bangunan di beberapa daerah yang m asih tertinggal dibutuhkan dana yang cukup besar, terutam a untuk investasi awal di bidang infrastruktur. Di sam ping itu, untuk m endukung efektivitas percepatan pem bangunan di beberapa daerah tersebut, kebijakan belanja daerah harus lebih diarahkan kepada program -program riil yang langsung m enyentuh kehidupan m asyarakat. Pada akhirnya, keberhasilan desentralisasi fiskal dalam m endorong pem bangunan daerah harus didukung pula oleh peran sektor swasta dan pen ciptaan iklim yan g kon dusif bagi per tum buh an ekon om i daer ah , di sam pin g adan ya pengaruh dari dinam ika perkem bangan ekonom i global.

5 . 2 . Pe rke m ban gan Pe laks an aan D e s e n tralis as i Fis kal d i In d o n e s ia

5 .2 .1. Ke bija ka n D e s e n tra lis a s i Fis ka l

Se ja la n d e n ga n t u n t u t a n d e m o k r a t is a s i d a la m b e r n e ga r a , m a k a p e n ye le n gga r a a n pem erintahan juga m engalam i perubahan, sistem pem erintahan yang sem ula lebih condong pada sen tralisasi m en jadi desen tralisasi. Selaras den gan perubahan sistem tersebut, m aka t at a at u r an ju ga m en galam i p er u bah an yan g lebih m en gar ah kep ad a p en yem p u r n aan pelaksan aan oton om i daerah, m elalui pem berian kewen an gan yan g seluas-luasn ya den gan tetap m en jaga keutuhan Negara Kesatuan Republik In don esia.

Berbagai penyem purnaan dilakukan seperti yang tertuang dalam UU Nom or 33 Tahun 20 0 4, yan g m er upakan pen yem pur n aan dar i UU Nom or 25 Tah un 1999, den gan pokok-pokok p e r u b a h a n b a h wa p e n ye d ia a n s u m b e r - s u m b e r p e n d a n a a n u n t u k m e n d u k u n g pen yelen ggar aan oton om i d aer ah ber d asar kan kewen an gan Pem er in tah , Desen tr alisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pem bantuan, perlu diatur m elalui perim bangan keuangan antara Pem er in t ah d en gan p em er in t ah an d aer ah , yan g ber u p a sist em keu an gan yan g d iat u r berdasarkan kewenangan, tugas, dan tanggung jawab yang jelas antar susunan pem erintahan.

H a kika t p en yem p u r n a a n u t a m a n ya m en ja ga p r in sip m on ey follow s fu n ct ion , a r t in ya p en d a n a a n m en giku t i fu n gsi-fu n gsi p em er in t a h a n seh in gga keb ija ka n p er im b a n ga n keuan gan m en gacu kepada 3 prin sip yakn i: (1) perim ban gan keuan gan an tara Pem erin tah dengan pem erintahan daerah m erupakan subsistem keuangan negara sebagai konsekuensi p em b a gia n t u ga s a n t a r a Pem er in t a h d a n p em er in t a h d a er a h ; (2 ) p em b er ia n su m b er keu an gan n egar a kep ad a p em er in t ah d aer ah d alam r an gka p elaksan aan d esen t r alisasi

d id asar kan atas p en yer ah an tu gas oleh Pem er in tah kep ad a p em er in tah d aer ah d en gan

V-4 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

m em perhatikan stabilitas dan keseim bangan fiskal; dan (3) perim bangan keuangan antara Pem erintah dan pem erintah daerah m erupakan suatu sistem yang m enyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pem bantuan.

Mem pertegas perim ban gan keuan gan sebagai un sur utam a dalam kebijakan desen tralisasi fiskal, m aka pelaksanaan tiga paket undang-undang di bidang keuangan negara, yakni UU Nom or 17 Ta h u n 2 0 0 3 t en t a n g Keu a n ga n Nega r a , UU Nom or 1 Ta h u n 2 0 0 4 t en t a n g Perbendaharaan Negara, dan UU Nom or 15 Tahun 20 0 4 tentang Pem eriksaan Pengelolaan dan Tan ggun g J awab Keuan gan Negara m erupakan acuan dasar pelaksan aan UU Nom or

33 Tahun 20 0 4, khususnya pengaturan kom ponen Dana Perim bangan yang terdiri dari DBH, DAU, d a n DAK. Dib a n d in gka n d en ga n p ela ksa n a a n UU Nom or 25 Ta h u n 19 9 9 m a ka penyem purnaan yang dim uat dalam UU Nom or 33 Tahun 20 0 4 antara lain: (i) DBH Pajak, yang m eliputi DBH PBB dan DBH BPH TB, ditam bah dengan DBH PPh wajib pajak orang pribadi dalam n egeri (WPOPDN); (ii) DBH SDA kehutan an , den gan m en gakom odir dan a reboisasi, yang sem ula m erupakan DAK-DR;dan (iii) DBH SDA, yang m eliputi SDA m inyak bu m i, SDA gas alam , SDA p er t am ban gan u m u m , SDA keh u t an an d an SDA p er ikan an , ditam bahkan dengan DBH SDA Panas Bum i.

Pelaksanaan kebijakan perim bangan keuangan dalam tatanan keuangan negara yang sem ula t er m a s u k d a la m ka t egor i Bela n ja ke Da er a h ju ga d is em p u r n a ka n s eca r a b er t a h a p . Penyem purnaan tersebut m eliputi pola pem bagian DBH yang lebih transparan dan akuntabel, pen yem pur n aan for m ulasi DAU yan g dilakukan secar a kon sisten dan m en gar ah kepada fungsi pem erataan kem am puan keuangan daerah, serta penyem purnaan terhadap penerapan kr it er ia p en en t u an DAK. Selain it u , p en yem p u r n aan ju ga d ilaku kan u n t u k m em en u h i ket en t u a n p er b en d a h a r a a n n ega r a , seh in gga seja k t a h u n 2 0 0 8 seb a ga i p ela ksa n a a n p e m in d a h b u k u a n d a r i r e k e n in g k a s u m u m n e ga r a k e r e k e n in g k a s u m u m d a e r a h dikategor ikan sebagai tr an sfer ke daer ah . Den gan dem ikian , dih ar apkan ar ah kebijakan desen tralisasi fiskal dalam pelaksan aan n ya m en jadi lebih terukur sebagai capaian kin erja, baik Pem erin tah m aupun pem erin tahan daerah.

P em er in t a h ju ga m em b er ika n p er h a t ia n ya n g b esa r t er h a d a p su m b er P AD. H a l in i dim aksudkan agar daerah dapat m em ungut sum ber-sum ber pendapatannya secara optim al s e s u a i d e n ga n p o t e n s i m a s in g- m a s in g d a e r a h . N a m u n d e m ik ia n , p e la k s a n a a n pem un gutan n ya tidak boleh m en im bulkan ekon om i biaya tin ggi dan tetap m en ciptakan iklim yang kondusif bagi para investor. Dalam hubungan ini, Pem erintah dan DPR saat ini sedang m elakukan perubahan UU Nom or 34 Tahun 20 0 0 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah un tuk m em perkuat taxin g pow er daerah dan m en in gkatkan kepastian hukum di bidang perpajakan daerah.

Sum ber-sum ber PAD yang sebagian besar terdiri dari pajak daerah dan retribusi daerah diatur oleh undang-undang tersendiri, yang m em berikan kewenangan kepada daerah provinsi dan kabupaten/ kota untuk m em ungut pajak dan retribusi. Dalam undang-undang tersebut juga diatur jenis-jenis pajak dan retribusi yang dipungut provinsi dan kabupaten/ kota, sehingga dapat dihin dari adan ya tum pan g tin dih pem un gutan pajak atau satu obyek pajak diken ai dua atau lebih pungutan pajak.

Ber bagai kebijakan t er sebu t d ih ar ap kan d ap at m em p er ku at p en d an aan d aer ah d alam m en yelen ggar akan pem ban gun an dan pelayan an m asyar akat. Nam un dem ikian , apabila APBD m en galam i d efisit, p em er in tah d aer ah d ap at m elaku kan p in jam an . Pelaksan aan pinjam an daerah harus m engikuti kriteria dan persyaratan yang ditetapkan oleh Pem erintah,

N K RAPBN 20 0 9 V-5

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

seperti pem erintah daerah tidak dapat m elakukan pinjam an langsung ke luar negeri, jum lah pinjam an tidak boleh lebih dari 75 persen penerim aan um um APBD, Debt Service Coverage R atio sekuran g-kuran gn ya 2,5.

Dalam pengelolaan keuangan, daerah diberikan keleluasaan sehingga dapat m engalokasikan

d a n a n ya s e s u a i d e n ga n k e b u t u h a n d a e r a h d e n ga n t e t a p m e n ga cu p a d a p e r a t u r a n perundangan. Hal ini sejalan dengan alokasi dana transfer Pem erintah yang sebagian besar telah diberikan diskresi sepen uhn ya kepada pem erin tah daerah. Nam un dem ikian , dalam m en gelola keu a n ga n n ya , d a er a h h a r u s m ela ku ka n seca r a t er t ib , efisien , ekon om is, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada para pem angku kepentingan. Seluruh p e n e r im a a n d a n p e n ge lu a r a n d a e r a h ya n g m e n ja d i h a k d a n k e wa jib a n h a r u s diadm inistrasikan dalam APBD. Pengelolaan keuangan daerah selain dilakukan secara efektif dan efisien diharapkan dapat m endukung terwujudnya tata kelola pem erintah daerah yang baik bersan darkan pada tran sparan si, akun tabilitas, dan partisipatif. Dalam pen gelolaan keuangan daerah telah dilakukan juga perubahan yang cukup m endasar antara lain m engenai ben tuk dan struktur APBD, an ggaran berbasis kin erja, klasifikasi an ggaran , dan prin sip- prinsip akuntansi.

5.2 .2 . Pe n ge lo laan Ke u an gan D ae rah

Pen gelolaan keuan gan daerah m eliputi keseluruhan kegiatan peren can aan , pen gan ggaran , pelaksan aan , pen atausahaan , pelaporan , pertan ggun gjawaban , dan pen gawasan keuan gan

d a er a h . P en gelola a n keu a n ga n d a er a h seca r a u m u m m en ga cu p a d a p a ket r efor m a si keuan gan n egara, yan g dituan gkan dalam beberapa peraturan perun dan g-un dan gan , yaitu UU Nom or 17 Tahun 20 0 3 ten tan g Keuan gan Negara, UU Nom or 1 Tahun 20 0 4 ten tan g Perbendaharaan Negara, UU Nom or 15 Tahun 20 0 4 tentang Pem eriksaan Pengelolaan dan Tanggung J awab Keuangan Negara, UU Nom or 25 Tahun 20 0 4 tentang Sistem Perencanaan Pem ban gun an Nasion al, dan UU Nom or 33 Tahun 20 0 4 ten tan g Perim ban gan Keuan gan an tara Pem erin tah Pusat dan Pem erin tah an Daerah . Sebagai subsistem dari pen gelolaan keuangan negara dan m erupakan kewenangan pem erintah daerah, pelaksanaan pengelolaan keuan gan daerah diatur dalam Peraturan Pem erin tah (PP) Nom or 58 tahun 20 0 5 ten tan g Pengelolaan Keuangan Daerah, yang m engatur secara kom prehensif dan terpadu (om nibus r eg u la t ion ) ket en t u an -ket en t u an d alam bid an g p en gelolaan keu an gan d aer ah , d en gan m engakom odasi berbagai substansi yang terdapat dalam berbagai undang-undang di atas.

Den gan adan ya peraturan perun dan g-un dan gan di bidan g pen gelolaan keuan gan daerah diharapkan dapat m engharm oniskan pengelolaan keuangan daerah, baik antara pem erintah

d a er a h d a n Pem er in t a h , ser t a a n t a r a p em er in t a h d a er a h d a n DPRD, a t a u p u n a n t a r a p em er in t a h a n d a er a h d a n m a sya r a ka t . Den ga n d em ikia n , d a er a h d a p a t m ewu ju d ka n p en gelolaan keu an gan secar a efekt if d an efisien , ser t a d ap at m ewu ju d kan t at a kelola pem erin tahan yan g baik, berdasarkan tiga pilar utam a, yaitu tran sparan si, akun tabilitas, dan partisipatif.

Peraturan Pem erin tah Nom or 58 Tahun 20 0 5 m em uat berbagai kebijakan terkait den gan per en can aan , pelaksan aan , pen atau sah aan , d an per tan ggu n gjawaban keu an gan d aer ah . Pen gatu r an pad a aspek per en can aan d iar ah kan agar selu r u h pr oses pen yu su n an APBD sem aksim al m un gkin dapat m en un jukkan latar belakan g pen gam bilan keputusan dalam

V-6 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

penetapan arah kebijakan um um , skala prioritas dan penetapan alokasi, serta distribusi sum ber daya den gan m elibatkan partisipasi m asyarakat. Oleh karen an ya, proses dan m ekan ism e pen yusun an APBD dapat m em per jelas jen jan g tan ggun g jawab, baik an tar a pem er in tah daerah dan DPRD, m aupun di lingkungan internal pem erintah daerah.

Pengelolaan keuangan daerah juga m enerapkan prinsip anggaran berbasis kinerja. Dokum en penyusunan anggaran yang disam paikan oleh m asing-m asing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) disusun dalam form at Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD dan harus betul- betul dapat m enyajikan inform asi yang jelas, tentang tujuan, sasaran, serta korelasi antara besar an an ggar an (beban ker ja dan h ar ga satuan ) den gan m an faat dan h asil yan g in gin dicapai atau diperoleh m asyarakat dari suatu kegiatan yan g dian ggarkan . Dalam h al in i, p en er ap an an ggar an ber basis kin er ja m en gan d u n g m akn a bah wa setiap p en yelen ggar a n egara berkewajiban un tuk bertan ggun gjawab atas h asil proses dan pen ggun aan sum ber

d ayan ya. Asp ek lain n ya yan g p en t in g ad alah ket er kait an an t ar a kebijakan p er en can aan d en gan

penganggaran oleh pem erintah daerah sedem ikian rupa, sehingga sinkron dengan berbagai kebijakan Pem erin tah. Di sam pin g itu, dari sisi pelaksan aan APBD telah diatur m en gen ai pem berian peran dan tanggung jawab pengelola keuangan, sistem pengawasan pengeluaran dan sistem pem bayaran , m an ajem en kas dan peren can aan keuan gan , pen gelolaan piutan g dan utang, pengelolaan investasi, pengelolaan barang m ilik daerah, larangan penyitaan uang

d a n b a r a n g m ilik d a er a h d a n / a t a u ya n g d iku a sa i n ega r a / d a er a h , p en a t a u sa h a a n d a n pertan ggun gjawaban APBD, serta akun tan si dan pelaporan .

Pen gatur an bidan g akun tan si dan pelapor an dilakukan dalam r an gka m en guatkan pilar akuntabilitas dan transparansi. Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel

d an tr an spar an , pem er in tah d aer ah wajib m en yam paikan per tan ggu n gjawaban ber u pa: (i) Laporan Realisasi An ggaran ; (ii) Neraca; (iii) Laporan Arus Kas; dan (iv ) Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan dim aksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pem erintah, sebagaim ana diatur dalam PP Nom or 24 Tahun 20 0 5 tentang Standar Akuntansi Pem erintah dan PP Nom or 8 Tahun 20 0 6 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pem erintah. Selanjutnya, dalam rangka m enilai ketaatan dan kewajaran sebelum dilaporkan kepada m asyarakat m elalui DPRD, laporan keuan gan perlu diperiksa terlebih dahulu oleh Badan Pem eriksa Keuangan (BPK) sesuai UU Nom or 15 Tahun 20 0 4.

Da la m t a t a r a n im p le m e n t a s in ya , p e n e r a p a n p e n ge lo la a n k e u a n ga n d a e r a h t e la h ditin daklan juti den gan berbagai peraturan tekn is sebagai acuan pelaksan aan bagi setiap pem erintah daerah, antara lain dituangkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nom or

13 Tahun 20 0 6 tentang Pedom an Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaim ana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nom or 59 Tahun 20 0 7.

Dari aspek tata urutan dan kelen gkapan peraturan perun dan g-un dan gan , m asih ban yak

d a er a h ya n g b elu m m em iliki p er a t u r a n d a er a h d a n p er a t u r a n kep a la d a er a h t er ka it pengelolaan keuangan daerah, sebagaim ana diam anatkan oleh PP Nom or 58 Tahun 20 0 5. Peraturan daerah dan peraturan kepala daerah in i san gat pen tin g sebagai acuan bersam a baik bagi eksekutif, legislatif, pem eriksa, dan berbagai pem angku kepentingan lainnya.

N K RAPBN 20 0 9 V-7

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

5.2 .3 . Pe laks an aan D e s e n tralis as i Fis kal

Seir in g d en gan p er kem ban gan ot on om i d aer ah d an d esen t r alisasi fiskal, n om en klat u r pendanaan desentralisasi dalam APBN juga m engalam i perubahan. Sejak tahun 20 0 1 – 20 0 7, n om en klatur un tuk pen dan aan desen tralisasi telah m en galam i pen yesuaian beberapa kali

d alam p ost u r APBN yan g sem u la d iken al d en gan ist ilah An ggar an yan g Did aer ah kan , kem udian disesuaikan m en jadi Belan ja Daerah, dan terakhir sam pai den gan tahun 20 0 7 disesuaikan m en jadi Belan ja ke Daerah. Mulai tahun 20 0 8 n om en klatur tersebut berubah m enjadi Transfer ke Daerah yang selanjutnya ditetapkan pengaturannya dalam Bagan Akun Stan dar.

Pada tahun 20 0 1, alokasi transfer ke daerah baru m encakup dana perim bangan. Sejak tahun

20 0 2, alokasi Tran sfer ke Daerah juga m en cakup Dan a Oton om i Kh usus un tuk Provin si Papua sebagai pelaksanaan UU Nom or 21 tahun 20 0 1 tentang Otonom i Khusus bagi Provinsi Papu a, d an Dan a Pen yeim ban g (Dan a Pen yesu aian ), yan g d ialokasikan kepad a d aer ah -

d a er a h ya n g m en er im a DAU leb ih kecil d a r i t a h u n seb elu m n ya . Mu la i t a h u n 2 0 0 8 , Pem erin tah juga m en galokasikan Dan a Oton om i Kh usus un tuk Pr ovin si Nan ggroe Aceh Darussalam (NAD), dengan nilai setara 2 persen dari pagu DAU nasional selam a 15 tahun, m ulai tah un ke-16 sam pai den gan tah un ke-20 setara 1 persen dari pagu DAU n asion al, sesuai dengan UU Nom or 11 Tahun 20 0 6 tentang Pem erintahan Aceh.

Setelah dilaksanakannya kebijakan desentralisasi fiskal, perkem bangan alokasi Transfer ke Daerah dari tahun 20 0 1-20 0 8 secara nom inal terus m eningkat, dari Rp8 1,1 triliun (4,8 persen terhadap PDB) pada tahun 20 0 1 m enjadi Rp253,3 triliun (6,4 persen terhadap PDB) pada tahun 20 0 7, dan diperkirakan m enjadi Rp293,6 triliun (6,3 persen terhadap PDB) pada tahun

20 0 8 , atau rata-rata tum buh 20 ,2 persen per tahun. Alokasi Transfer ke Daerah dapat dilihat pada Gra fik V.2 . dan Ta be l V.1.

Dalam kur un waktu 20 0 1 –

Grafik V.2

Tren Tansfer ke Daerah (Dana Per im bangan, Dana Otsus d an Pen yesuaian )

2 0 0 8 , d a n a p e r im b a n ga n ,

Tah un 20 0 1-20 0 8

yan g m er upakan kom pon en

REALISASI APBN

Perk real

TRANSFER KE DAERAH 81,1 98,1 120,3 129,7 150,5 226,2 253,3

dana bagi hasil (DBH), dana

sebelumnya

% dari thn - 21,1% 22,6% 7,8%

a loka si u m u m (DAU), d a n

dan a alokasi kh usus (DAK),

OTSUS DAN PENYESUAIAN

DANA PERIMBANGAN

yan g cu ku p sign ifikan , d ar i

Rp 8 1,1 t r iliu n ( 4 ,8 p er s en

t er h a d a p PDB) p a d a t a h u n

20 0 1 m enjadi Rp244,0 triliun

(6 ,2 p er sen t er h a d a p PDB)

REALISASI APBN

Perk Real

Rp 279,6 tr iliu n (6,0 p er sen

Keterangan : - Realisasi 20 0 1 s.d 2 0 0 3 berdasar kan PAN, 20 0 4, 20 0 5, dan 20 0 6 b erd asarkan LKPP (au dit ed). - Tah un 20 0 7 m en ggu nakan an gka APBN-P 20 0 7 ;

t er h a d a p PDB) p a d a t a h u n

- Tah un 20 0 8 an gka APBN-P 2 0 0 8

Su mb er : Dep ar tem en Keuan gan

20 0 8 , atau rata-rata tum buh

19 ,3 p e r s e n p e r t a h u n .

V-8 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

P e rke m ba ng an Tr an s fe r ke D a e ra h Ta hu n 20 0 1 - 2 0 0 8 Ta be l V. 1 (m iliar R u pia h)

P er kem b a n ga n a loka si

U r ai an 2001 % thd PD B 2002

tahun 20 0 1 - 20 0 8 dapat

dilihat pada Gra fik V.3 .

I . D an a Pe r im b an ga n 8 1. 0 54 , 4 4 ,8 94.656,6

a. Da na Bagi H asil *) 20 .70 8 ,6

b. Dan a Alokasi Um um 60 .345,8

c. Dana Alokasi Kh usus - -

a. Dan a Otonomi Kh usus - - 1.175,0

b. Dan a Penyesua ian - - 2.372,5

persen tase terten tu dari

p e n e r im a a n d a la m negeri yang dibagihasilkan, baik dari penerim aan pajak m aupun penerim aan sum ber daya alam . Penerim aan negara yang berasal dari penerim aan pajak yang dibagihasilkan ke daerah m eliputi Pajak Pen gh asilan , yaitu PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 25/ 29 Wajib Pajak Oran g Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN), Pajak Bum i dan Ban gun an (PBB), serta Bea Perolehan

Cat at an : *) Sejak t ah un 200 1 - 20 05, DBH ter masuk DAK DR

Sum ber: Depar temen Keu an ga n

H ak atas Tan ah dan Ban gun an (BPH TB). Sem en tara itu, pen erim aan n egara yan g berasal dari SDA yan g dibagihasilkan ke daerah m eliputi SDA m in yak bum i, SDA gas bum i, SDA pertam ban gan um um , SDA kehutan an , dan SDA perikan an . Sejak tahun 20 0 6, DBH SDA keh u tan an ju ga m en caku p DBH d an a r eboisasi, yan g m er u pakan pen galih an d ar i Dan a Alokasi Khusus Dana Reboisasi (DAK DR).

Sejalan dengan peningkatan realisasi penerim aan negara yang dibagihasilkan, realisasi DBH (term asuk pengalihan DAK DR ke dalam DBH SDA Kehutanan) m enunjukkan peningkatan yang signifikan, dari Rp20 ,7 triliun (1,2 persen terhadap PDB) dalam tahun 20 0 1 m enjadi R p 6 2 ,9 t r iliu n ( 1,6 p e r s e n

t er h a d a p P DB) p a d a t a h u n Gra fik V.3 Tr e n D an a P e r im ba n ga n ( D BH , D AU d an D AK)

2 0 0 7, d a n d ip e r k ir a k a n Tah u n 2 0 0 1-2 0 0 8

Perk real m en ja d i Rp 78 ,9 t r iliu n (1,7 2008

REALISASI APBN

p er sen t er h ad ap PDB) p ad a

PERIMBANGAN DANA

t a h u n 2 0 0 8 , a t a u r a t a -r a t a 16,2

sebelumnya 240 ,0 % dari thn

tum buh 21,0 persen per tahun.

Pada Gra fik V.4 dapat dilihat 179,5

b a h wa d a e r a h k a b u p a t e n / 164,8

provinsi DKI J akarta, dengan

p r o p o r s i p e n e r im a a n DBH 78,9

p ajak t er h ad ap keselu r u h an

DBH pajak pada tahun 20 0 7 20 0 8

d a n 2 0 0 8 , m a s in g- m a s in g Perk Real

Ketera ngan :

REALISASI APBN

- Realis asi 20 0 1-2 0 0 3 berda sarkan PAN; 20 0 4-20 0 7 berda sarkan LKPP (aud ited ). - Ta hu n 20 0 8 an gka p erkiraan realisasi; s eja k 20 0 1-20 0 5 DBH terma suk DAK DR

m en ca p a i 2 1,78 p er sen d a n Sum ber : Dep artem en Keua ngan

DBH DAU DAK

2 1,6 3 p e r s e n . Se d a n gk a n kabu paten / kota yan g m em per oleh DBH Pajak ter en dah ter dapat di Pr ovin si Gor on talo, dengan proporsi penerim aan DBH pajak terhadap keseluruhan DBH pajak pada tahun 20 0 7 dan 20 0 8 , m asing-m asing sam a sebesar 0 ,31 persen.

N K RAPBN 20 0 9 V-9

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

Kabu paten/ Kot a Se-Pr ovinsi d i In don esia Peta Dan a Bagi H asil Pajak Gr afik V.4 Tah un 20 0 7-20 0 8 *)

Jumlah Total 2008 Daerah Jumlah

Uraian Uraian

d ilih a t b a h wa u n t u k

Tertinggi Total Tertinggi DKI DKI

Terendah Terendah Gorontalo Gorontalo

daerah kabupaten / kota

Rata-Rata Rata-Rata

SDA tertinggi terdapat di

Tim ur, dengan proporsi

pen er im aan DBH SDA

t er h a d a p keselu r u h a n DBH SDA, m a s in g-

D persen dan 38,93 persen.

*) Akum u lasi J u m lah Dan a yang d ialokasikan Unt uk Pem er int ah Provinsi dan Pem er int ah Ka bupat en/ Kota d i ta n a r l lu k u t a k en t en k b a lo p u a r n el

Provinsi Ber sangku tan

ar

Su m b er : Depar tem en Keu an gan

paling rendah terdapat di Provinsi DI Yogyakarta, dengan proporsi penerim aan DBH SDA terhadap keseluruhan DBH SDA pada tahun 20 0 7 dan 20 0 8 , m asing-m asing sam a sebesar

0 ,0 1 persen. Selain DBH, peningkatan

Kabupaten / Kota Se-Pr ovin si di I ndon esia Peta Dan a Bagi H a sil Sum ber Da ya Alam ya n g s ign ifik a n d a r i Gra fik V.5

Ta hun 20 0 7-20 0 8*)

100 terjadi pada DAU, terkait %

Total

Daerah 33 Jumlah 29.027,57

Daerah 33 Jumlah 28.235,56

d e n ga n m e n in gk a t n ya 0,01 -

Terendah Rata-Rata

neto,dari25persen m

d a la m p e r io d e 2 0 0 1–

2 0 0 3 , m e n ja d i 2 5,5 p e r s e n d a la m p e r io d e 2.00 0 ,0 0

a kem u d ian m en jad i 26,0 B te n li a N T S u n e B o G m u S S u a J M S u u S

p e r s e n d a la m p e r io d e *) Akum ulasi J um lah Dana yang dialokasikan Untuk P em erintah Pr ovinsi dan P em er int ah Kabupaten/ Kota di P rovinsi a t ra

tahun 2006-2008. Sum ber : Departemen Keuan gan Bersangkutan

Se ja la n d e n ga n pen in gkatan rasio DAU terh adap PDN n eto tersebut, m aka dalam ren tan g waktu 20 0 1 -

20 0 8 , realisasi DAU m eningkat dari Rp60 ,3 triliun (3,6 persen terhadap PDB) dalam tahun

20 0 1, m enjadi Rp164,8 triliun (4,2 persen terhadap PDB) pada tahun 20 0 7, dan diperkirakan m enjadi Rp179,5 triliun (3,8 persen terhadap PDB) pada tahun 20 0 8 atau rata-rata tum buh sebesar 16,9 persen per tahun.

Pad a Gr a fi k V. 6 , d ap at d ilih at bah wa p ad a t ah u n 20 0 8 , wilayah p r ovin si (t er m asu k kabupaten/ kota) yang m enerim a DAU tertinggi adalah provinsi J awa Tim ur, dengan alokasi sekitar 11,44 persen dari total DAU.

V-10 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

Grafik V.6

Se la n ju t n ya p a d a Ta b e l

Peta Da na Aloka si Um um Se-Provinsi di Indonesia

Tahun 20 07-20 08*)

V . 2 d a p a t d ilih a t

perkem ban gan alokasi dan

Uraian Daerah

Daerah 33 164.787,40 Jumlah

Daerah

Daerah 33 179.507,14 Jumlah

Tertinggi Total

Terendah Terendah DKI Jatim

Rata-Rata DKI

DKI Jatim

p em er in tah p r ovin si p ad a

periode tahun 20 0 5-20 0 8 . Sem en tara itu, dari Ta b e l

h ia 15.0 0 0 ,0 0 ru p

V . 3 d a p a t d ilih a t b a h wa

kabupaten/ kota se-provinsi *) Akum ulasi J umlah Dana yang dialokasikan Unt uk Pem erint ah Pr ovinsi dan Pem erint ah Kabupaten/ Kot a di Provinsi Bersangkutan t a J a wa Tim u r . H a l in i

rt

ar

d ik a r e n a k a n ju m la h Kabu p aten / Kota se-Pr ovin si J awa Tim u r p alin g ban yak d iban d in gkan d en gan Pr ovin si lainnya, sehingga akum ulasi total DAU secara keseluruhan tertinggi secara nasional.

Sumber : Departemen Keuan gan

(%) Rp . (%) 1 Provin si Na n ggroe Aceh Daru ssala m

Prop orsi

Prop orsi Prop orsi

Rp.

3,0 557,3 3,1 2 Provin si Su m atera Utara

4,0 727,9 4,1 3 Provin si Su m atera Bar at

3,3 631,7 3,5 4 Provin si Ria u

1,7 198 ,4 1,1 5 Provin si J am bi

2,5 468 ,8 2,6 6 Provin si Su m atera Selatan

3,1 545,8 3,0 7 Provin si Ben gkulu

2,5 48 2,5 2,7 8 Provin si Lam p un g

3,1 570 ,5 3,2 9 Provin si DKI J a kart a

0 ,7 0 ,0 0 ,0 10 Provin si J awa Bara t

5,7 90 4,2 5,0 11 Provin si J awa Ten gah

6,4 1.0 53,5 5,9 12 Provin si DI Yogyakar ta

2,7 511,3 2,8 13 Provin si J awa Tim u r

6,6 1.0 22,9 5,7 14 Provin si Kalim an tan Bara t

3,7 728 ,1 4,1 15 Provin si Kalim an tan Ten gah

3,5 670 ,2 3,7 16 Provin si Kalim an tan Selat an

2,6 466,5 2,6 17 Provin si Kalim an tan Tim u r

1,4 126,2 0 ,7 18 Provin si Su lawesi Uta ra

2,7 532,9 3,0 19 Provin si Su lawesi Ten gah

3,0 60 6,5 3,4 20 Provin si Su lawesi Sela tan

3,6 656,7 3,7 21 Provin si Su lawesi Ten gga ra

2,8 566,4 3,2 22 Provin si Ba li

2,6 448 ,2 2,5 23 Provin si Nu sa Ten ggara Ba rat

2,7 511,3 2,8 24 Provin si Nu sa Ten ggara Tim ur

3,4 616,6 3,4 25 Provin si Ma luku

2,9 556,2 3,1 26 Provin si Pap ua

5,3 1.0 0 2,4 5,6 27 Provin si Ma luku Utara

2,2 451,5 2,5 28 Provin si Ba nt en

2,0 342,7 1,9 29 Provin si Ba ngka Belitun g

1,9 391,0 2,2 30 Provin si Goron talo

1,8 368 ,6 2,1 31 Provin si Ria u Kepula uan

2,0 28 8 ,9 1,6 32 Provin si Pap ua Bar at

2,8 578 ,1 3,2 33 Provin si Su lawesi Bara t

1,7 366,7 2,0 Tota l

10 0 ,0 17.950 ,5 10 0 ,0 Rat a-rat a

544,0 Su mber: Depart em en Keuan gan , d at a diolah

N K RAPBN 20 0 9 V-11

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

Tabe l V.3 . Pe rke m ban gan Alo kas i dan Pro p o rs i D AU Kab u p ate n / Ko ta pe r Pro vin s i Tah u n 20 0 5-2 0 0 8 (m iliar Ru p iah )

2008 N O.

D AERAH

Proporsi Rp. Proporsi

(%) (%) 1 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

3,5 5.791,4 3,7 2 Provinsi Sumatera Utara

6,0 9.676,5 6,2 3 Provinsi Sumatera Barat

3,5 5.880 ,1 3,8 4 Provinsi Riau

1,6 2.012,1 1,3 5 Provinsi J ambi

1,8 2.912,1 1,9 6 Provinsi Sumatera Selatan

3,0 4.906,2 3,1 7 Provinsi Bengkulu

1,4 2.385,5 1,5 8 Provinsi Lam pung

2,8 4.630,3 3,0 9 Provinsi DKI J akarta

0,0 0,0 0 ,0 10 Provinsi J awa Barat

10 ,0 16.240 ,9 10 ,4 11 Provinsi J awa Tengah

11,1 17.789,1 11,4 12 Provinsi DI Yogyakarta

1,5 2.495,1 1,6 13 Provinsi J awa Tim ur

11,9 19.50 8,4 12,5 14 Provinsi Kalim antan Barat

3,0 4.919,3 3,1 15 Provinsi Kalim antan Tengah

2,9 4.681,3 3,0 16 Provinsi Kalim antan Selatan

2,2 3.647,2 2,3 17 Provinsi Kalim antan Timur

1,9 2.502,8 1,6 18 Provinsi Sulawesi Utara

1,8 2.894,9 1,8 19 Provinsi Sulawesi Tengah

2,1 3.443,5 2,2 20 Provinsi Sulawesi Selatan

4,6 7.439,4 4,8 21 Provinsi Sulawesi Tenggara

1,9 3.139,3 2,0 22 Provinsi Bali

1,9 3.107,0 2,0 23 Provinsi Nusa Tenggara Barat

2,0 3.407,8 2,2 24 Provinsi Nusa Tenggara Timur

3,0 4.960,0 3,2 25 Provinsi Maluku

1,6 2.510 ,2 1,6 26 Provinsi Papua

4,7 2.504,2 1,6 27 Provinsi Maluku Utara

1,2 1.927,4 1,2 28 Provinsi Banten

2,0 3.281,7 2,1 29 Provinsi Bangka Belitung

1,0 1.650 ,9 1,1 30 Provinsi Gorontalo

0 ,8 1.274,2 0,8 31 Provinsi Riau Kepulauan

0 ,8 835,4 0 ,5 32 Provinsi Papua Barat

1,8 2.880 ,5 1,8 33 Provinsi Sulawesi Barat

Sum ber: Departemen Keuangan

Pen galokasikan DAU ke daerah dilakukan den gan m en ggun akan form ula yan g didasarkan pada data dasar perhitun gan DAU. Secara historis sejak tahun 20 0 1 hin gga tahun 20 0 5, for m ula DAU ter bagi m en jadi dua kom pon en utam a, yaitu Alokasi Min im um (AM) dan alokasi DAU berdasarkan Kesen jan gan Fiskal (KF). AM dihitun g berdasarkan kom pon en lum psum dan proporsion al belan ja pegawai. Sejak diberlakukan n ya UU Nom or 33 Tahun

20 0 4, yang efektif berlaku sejak tahun 20 0 6, kom ponen AM dan KF tersebut disem purnakan m en jadi Alokasi Dasar (AD) dan Celah Fiskal (CF). Alokasi DAU berdasarkan CF tersebut m e r u p a k a n k o m p o n e n e k u a lis a s i k e m a m p u a n k e u a n ga n a n t a r d a e r a h , d e n ga n m em pertim ban gkan selisih kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal m asin g-m asin g daerah.

V-12 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

Dalam dua tahun pelaksanaan desentralisasi fiskal (20 0 1-20 0 2), DAK hanya dialokasikan untuk Dana Reboisasi (DAK DR), yang m erupakan bagian 40 persen dari total penerim aan DR. Sejalan dengan UU Nom or 33 Tahun 20 0 4, sejak tahun 20 0 6 DAK DR yang sebelum nya m erupakan bagian dari DAK dikelom pokkan ke dalam DBH SDA Kehutan an . Pada tahun

20 0 4, DAK Non-DR dialokasikan untuk infrastruktur air bersih serta bidang kelautan dan perikanan, dan pada tahun 20 0 5 terdapat penam bahan bidang, yaitu pertanian. Selanjutnya, pada tah un 20 0 6 bidan g yan g didan ai m elalui DAK ditam bah bidan g lin gkun gan h idup. Bahkan pada tahun 20 0 8 bertam bah dua bidang, yaitu bidang keluarga berencana (KB) dan bidang kehutanan. Untuk m enunjukkan kom itm en daerah dalam pelaksanaan DAK, kepada daerah diwajibkan m en gan ggarkan dan a pen dam pin g dalam APBD, sekuran g-kuran gn ya

10 persen dari besaran alokasi DAK yang diterim a. Seja la n d en ga n p en a m b a h a n b id a n g ya n g d ib ia ya i d en ga n DAK, r ea lisa si DAK t er u s

m eningkat, dari Rp2,7 triliun (0 ,1 persen terhadap PDB) dalam tahun 20 0 3, m enjadi Rp16,2 triliun (0 ,4 persen terhadap PDB) pada tahun 20 0 7, dan diperkirakan m enjadi Rp21,2 triliun (0 ,5 persen terhadap PDB) pada tahun 20 0 8 , atau rata-rata tum buh sebesar 50 ,8 persen per tahun . Daerah yan g m en erim a DAK juga terus bertam bah dari tahun ke tahun , dari 416 kabupaten/ kota di 29 Provinsi pada tahun 20 0 3, m enjadi 434 kabupaten/ kota di 33 provinsi pada tahun 20 0 8 . Adapun sebaran DAK kabupaten/ kota se-provinsi di Indonesia disajikan pada Gra fik V.7. Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa un tuk tahun 20 0 7 dan 20 0 8 ,

daerah yan g m en erim a

Pet a Dan a Alokasi Kh usu s Grafik V.7 Kabu pat en / Kota Se-Pr ovin si di In don esia

DAK t e r t in ggi a d a la h

Tahu n 20 0 7-2 0 0 8 *)

J a wa Tim u r d e n ga n

proporsi m asing-m asing

Tertinggi Jatim

Terendah DKI

seluruh daerah.

20 0 2 juga dialokasikan

Dan a Oton om i Kh u su s

dan Dana Penyeim bang (penyesuaian) pada pos

*) Aku mulasi J u mlah Da na ya ng d ia lokasikan Un tu k Pem er int ah Provin si da n Pemer int ah Kabup at en/ Kota d i Pr ovinsi Ber san gkut an t

a rt lo

ra

Daerah. Sejalan dengan

Su m b er : Depa rt em en Keua n gan

a m a n a t UU Nom or 2 1 Ta h u n 2 0 0 1 t e n t a n g Oton om i Khusus Papua, dan a oton om i khusus dialokasikan un tuk provin si Papua den gan n ilai setara 2 persen dari pagu DAU n asion al selam a 20 tahun , yan g diutam akan un tuk m en d an ai p en d id ikan d an keseh at an . Selain it u , d iber ikan ju ga d an a t am bah an u n t u k p em b a n gu n a n in fr a st r u kt u r ya n g b esa r n ya d it et a p ka n a n t a r a P em er in t a h d a n DP R berdasarkan usulan provinsi setiap tahun. Sem entara itu sejak tahun 20 0 8 , sejalan dengan am an at UU Nom or 18 Tah u n 20 0 6 ten tan g Pem er in tah an Nan ggr oe Aceh Dar u ssalam , dan a oton om i khusus juga dialokasikan un tuk Provin si NAD den gan n ilai setara 2 persen dari pagu DAU nasional selam a 15 tahun, untuk tahun ke-16 hingga ke-20 m enjadi sebesar

1 persen dari pagu DAU nasional.

N K RAPBN 20 0 9 V-13

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

Dana penyeim bang (penyesuaian) m erupakan dana yang dialokasikan kepada daerah, yang m en erim a DAU lebih kecil dari DAU yan g diterim a tah un sebelum n ya, sedem ikian rupa sehingga DAU yang diterim a m inim al sam a dengan DAU yang diterim a tahun sebelum nya. Pen galokasian dan a pen yeim ban g (pen yesuaian ) tersebut bertujuan agar pen erapan for- m ula DAU tidak m enim bulkan adanya daerah yang m em peroleh DAU lebih kecil dari DAU t ah u n sebelu m n ya (hold ha r m less). Di sam p in g it u , p en galokasian d an a p en yeim ban g (pen yesuaian ) tersebut juga m en am pun g program -program yan g bersifat kh usus, seperti dana tunjangan kependidikan, dana infrastruktur sarana dan prasarana, serta dana sarana dan prasarana Provinsi Papua Barat. Um um nya kom ponen dana penyeim bang (penyesuaian) tersebut dialokasikan karena adanya kebijakan tertentu yang sifatnya ad-hoc.

Da la m Gr a f i k V. 8 d a p a t d iket a h u i b a h wa r ea lis a s i Da n a Ot s u s d a n P en yeim b a n g (Pen yesuaian ) dalam periode 20 0 2 - 20 0 8 m en galam i pen in gkatan yan g sign ifikan , dari Rp3,5 triliun (0 ,2 persen terhadap PDB) dalam tahun 20 0 2, m enjadi Rp9,3 triliun (0 ,2 persen terhadap PDB) pada tahun 20 0 7, dan diperkirakan m enjadi Rp14,0 triliun (0 ,3 persen terhadap PDB) pada tahun 20 0 8 , atau rata-rata tum buh sebesar 25,7 persen per tahun.

Su m b e r p e n d a n a a n d a la m AP BD

a d a la h P AD. P AD p r o vin s i

Tr en Dan a Ots us Dan P enyesua ian Tah u n 20 0 1-20 0 8

Gr afik V.8

m en un jukkan kecen derun gan n aik,

REALISASI APBN

dari Rp27,7 triliun pada tahun 20 0 5

PENYESUAIAN OTSUS DAN

Perk real 2008

m en jadi Rp33,2 triliun pada tah un

Sebelumnya % dari Th - 160,6% -25,8%

20 0 7. Sem entara itu, m eskipun PAD

k a b u p a t e n / k o t a m e n in gk a t d a r i R p 10 ,2 t r iliu n p a d a t a h u n 2 0 0 5

n p R 8 ,0 u li

m en jad i Rp 14,1 tr iliu n p ad a tah u n

kabupaten/kota terhadap total

pen d apatan kabu paten / kota r elatif

leb ih kecil d ib a n d in gka n p r op or si

Ketera ngan :

REALI SASI APBN

Per k Real

- Realis asi 20 0 1 s .d 20 0 3 ber d asarkan PAN, 20 0 4, 20 0 5, da n 20 06 ber das arka n LKPP (aud ited). - Tah un 20 0 7 men ggu nakan a ngka APBN-P 20 0 7 ; - Tahu n 20 0 8 angka APBN-P 20 0 8

p en d a p a t a n p r ovin si. P a d a t a h u n

Sum ber : Dep a rtem en Keu a nga n

20 0 7 proporsi PAD provinsi terhadap total pen d apatan pr ovin si ad alah 45,1 per sen sed an gkan pr opor si PAD kabu paten / kota terhadap total pendapatan kabupaten/ kota adalah 6,1 persen.

OTSUS

PENYESUAIAN

P er kem b a n ga n p r op or s i t ot a l Perban din gan Total PAD Ter hadap Total Pendapatan Provin si dan Kabupaten/ Kota Se-Provinsi PAD terhadap total pen dapatan Grafik V.9 d i In donesia Tahun 20 0 5-20 0 8

APBD provin si dan kabupaten /

kota dapat dilihat pada Gra fik 10 0 %

PAD

TOTAL PENDAPATAN

V.9 . Pada tahun 20 0 5 proporsi 10 0 %

9 3 4 6 pen dapatan APBD provin si dan .3 ia h 4 3

kabu p aten / kota m en cap ai 17,4 m il ia 2 0 0 .0 0 0 ,0 0

persen . Selan jutn ya pada tahun

tu r u n dan r elatif kon stan pada

kisaran 15,6 persen.

R EALISASI 20 06

AN GGARAN 20 0 7 AN GGARAN 20 0 8

Sum ber : Departem en Keuangan

V-14 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

Kom posisi PAD tahun 20 0 7,

Grafik V.10

sebagian besar diperoleh dari PetaPAD Se-Provinsi d i In don esia

Tah un 20 0 7

p a ja k d a er a h ya it u seb esa r 12.0 0 0 ,0 0

JENIS PAD JENIS PAD

Nilai TOTAL TOTAL

RATA-2 RATA-2

Daerah 1. Pajak Daerah TERTINGGI Nilai TERTINGGI 33,256.10 70.25 % 1,007.76 Daerah DKI 8,334.27 Nilai Nilai

% % Daerah TERENDAH TERENDAH

Nilai Nilai Nilai 25.06 Papua Barat

14.43 14.43 0.21 70 ,2 5 p er sen . Da er a h ya n g 0.08 0.21

2. Retribusi Daerah 1. Pajak Daerah

2. Retribusi Daerah

16.77 Sulbar 25.06 Papua Barat

70.39 70.39 23.36 0.15 0.15 m em p u n ya i P AD t er t in ggi 0.33 p a d a t a h u n 2 0 0 7 a d a la h

16.77 Sulbar

Total PAD (1+2+3) 3. PAD Lainnya 3. PAD Lainnya

Total PAD (1+2+3)

100.00 14.92 14.92 1,434.53 214.09 214.09 DKI 100.00 1,434.53 DKI DKI DKI 10,084.26 1,124.41

15.92 Sulbar Sulbar 21.30 Papua Barat 23.36 0.33 21.30 Papua Barat

Pr ovin si DKI J a ka r t a ya it u 8 .0 0 0 ,0 0 seb esa r Rp 10 ,1 t r iliu n d a n h ia

P AD t e r e n d a h a d a la h m Pr ovin si Papu a Bar at, yaitu 4.0 0 0 ,0 0 sebesar Rp70 ,39 m iliar. Peta

sebar an p er oleh an r ealisasi 2.0 0 0 ,0 0 PAD se-p r ovin si (t er m asu k

J a J a J b a K kabupaten/kota) D

Pajak Daer ah

Retr ibusi Daer ah PAD Lainnya

Pada

Gr a f i k V . 11,

Pet a Belan ja APBD Per Fungsi Se-Provinsi di In donesia Grafik V.11

33,73% Jateng 11,26% Bengkulu

Daerah

Terendah

5,29% Riau Daerah 9,98% Papua

b e la n ja AP BD t a h u n 2 0 0 7

30.0 0 0,00 27,81% Riau Lainnya

Infrastruktur Adm. Pemerintahan

m e n ca p a i s e b e s a r R p 3 3 9 ,3 t r iliu n . Be la n ja AP BD s e -

21,74% Kep Riau 32,26% Kaltim

11,25% Jateng 9,30% Yogyakarta

provinsi (term asuk kabupaten/

kota) yan g dialokasikan un tuk

ia h 20.0 0 0,00

m encapai 8,3 persen dan bidang

pendidikan 22,8 persen. Dilihat

d a r i b e la n ja p e r wila ya h s e -

provinsi, rasio tertinggi belanja bidan g kesehatan terhadap to-

0,00 S u lb G M B B M YS

wila ya h P r o vin s i Be n gk u lu sebesar 11,3 persen, sedangkan

Sum ber : Departemen Keuangan

Kesehat an

Pendidikan

Ad m . Pem erint ahan

I nfr astr ukt ur

Lainn ya

p e n d id ik a n a d a la h wila ya h

TAH U N 2 0 0 5 -2 0 0 7

Bidan g Lain nya In frastr uktur

Provin si J awa Ten gah sebesar

Pen didikan

33,7 persen.

350 .0 0 0 ,0 0 Keseh atan

Adm . Pem erin tah an

belanja per bidang/ fungsi pada

belan ja APBD belan ja seluruh

I n d on esia t a h u n 2 0 0 5-2 0 0 7

disajikan dalam Gr a fi k V. 12

Gr afik ter sebu t m en u n ju kkan

Su m b e r : De p a rte m e n Keu a n ga n 0 ,0 0 RE ALI SASI 20 0 5

ANGGARAN 20 0 6

REALISASI 20 0 6

AN GGARAN 20 0 7

pendidikan m asih m erupakan

N K RAPBN 20 0 9 V-15

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

bidang/ fungsi terbesar dalam belanja APBD, yaitu 20 ,9 persen pada realisasi APBD tahun

20 0 6 dan 23,7 persen pada APBD tahun 20 0 7. Dem ikian pula untuk bidang/ fungsi kesehatan m en galam i pen in gkatan prosen tase yaitu 6,6 persen pada realisasi APBD tahun 20 0 6 dan

8 ,2 persen pada APBD tahun 20 0 7. Pada

Gr a f i k V . 13 , P e t a B e la n ja AP B D P e r J e n is B e l a n ja S e -Pr o vin s i d i In d o n e s ia m en un jukkan proporsi belan ja Gr a fik V .13 Ta h u n 2 0 0 7

AP BD p e r je n is b e la n ja s e -

provin si (term asuk kabupaten / %

JENIS BELANJA JENIS BELANJA

Nilai TOTAL Nilai 1. Belanja Pegaw ai TOTAL 130,487.67

RATA-2 RATA-2

Daer ah

TERTINGGI TERTINGGI Nilai % Daerah Daerah TERENDAH Nilai % Jatim TERENDAH Dae rah Nilai Nilai

3. Belanja Modal 2. Belanja Barang dan Jasa 2. Be lanja Barang dan Jas a 1. Be lanja Pe gaw ai

Kaltim Jatim

14,441.71 11.07 Sulbar 789.50 0.61

9.35 Gorontalo Gorontalo 5,589.87

Kaltim Jatim Jatim 14,441.71

5,589.87 13.03 10.49 Yogyak arta 596.74 0.57 0.62

kota) yan g dialokasikan un tuk

3. Be lanja Modal

Total Be lanja (1+2+3+4) Total Be lanja (1+2+3+4)

4. Belanja Lainnya

4. Be lanja Lainnya

Jatim Jatim 31,344.52 31,344.52 9.24% 9.24% Sulbar Sulbar Sulbar 117.10 Sulbar

belanja pegawai m encapai 38 ,5

persen, belanja barang dan jasa h

m odal sebesar 30 ,9 persen, dan m

b ela n ja la in n ya s eb es a r 12 ,6 persen. Dilihat dari belanja per 10 .0 00 ,0 0

wila ya h s e - p r o vin s i, r a s io t e r t in ggi b e la n ja p e ga wa i 5.00 0 ,0 0

ad alah wilayah Pr ovin si J awa

B L SSSNSPR D K JJ lb J a r

Tim u r s e b e s a r 11,1 p e r s e n ,

s e d a n gk a n r a s io t e r e n d a h Sum ber : Dep artem en Keuan gan

Provinsi Sulawesi Barat sebesar Belan ja Lain n ya

Belan ja Pega wai

Belan ja Bar an g

Belan ja Moda l

0 ,6 persen.

Tabe l V. 14

Te rh adap To tal B e la nja APB D Se -Pro vin si di In do n e sia Selan jutn ya perban din gan jen is Pe rban din gan B e lan ja APB D Pe r Je nis B e lan ja Tah un 2 0 0 5-2 0 0 8

belanja APBD seluruh Indonesia **) Belanja Lainnya a.l : Bantuan Sosial,

Belanja Lain nya **)

Belanja Modal

Bantuan Keuangan, Hibah, dan Tak Ter duga

t a h u n 2 0 0 5- 2 0 0 8 d is a jik a n Belanja Barang

Belanja Pegawai

m erupakan kom pon en terbesar 14.0 %

D 21.6%

dalam belanja APBD, yaitu 38 ,5 18 .0 %

39,4 per sen pad a tah u n 20 0 8 . 3 9.4 0 %

belan ja m od al tu r u n d ar i 30 ,9

persen pada tahun 2007 50 .0 0 0 ,0 0

m enjadi 28 ,7 persen pada tahun 3 8 9,3 77.8 3

0 ,0 0 Su m ber : Dep artemen Keua ngan REALISASI 2 0 0 5

5.2 .4 . Im p likas i D e s e n tralis as i Fis kal te rh ad ap Pe rke m ban gan Eko n o m i D ae rah

Pelaksan aan desen tralisasi fiskal m em pun yai tujuan utam a un tuk m en dukun g pen dan aan atas urusan-urusan yang telah diserahkan kepada daerah, agar daerah dapat m eningkatkan efisien si d an efektivitas p en yelen ggar aan p em er in tah an d an p elayan an p u blik. Den gan pen yelen ggaraan pem erin tah an dan pelayan an publik yan g lebih baik, dih arapkan dapat m em berikan kesem patan bagi daerah un tuk m en in gkatkan kesejahteraan m asyarakatn ya, sehin gga pada giliran n ya akan m en doron g perkem ban gan ekon om i m elalui pem ban gun an daerah .

V-16 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

Na m u n d em ikia n , u p a ya p er b a ika n ekon om i d a er a h d a n p en in gka t a n keseja h t er a a n m asyar akat tid ak bisa h an ya d iser ah kan kepad a kebijakan d esen tr alisasi fiskal sem ata. Seb a ga im a n a d iket a h u i b a h wa p em b a n gu n a n d a er a h m er u p a ka n b a gia n in t egr a l d a r i pem ban gun an n asion al yan g disesuaikan den gan poten si, aspirasi, dan perm asalah an di daerah. Pelaksanaan pem bangunan daerah yang baik hanya dapat dilakukan apabila terjadi keseim ban gan peran dari tiga pilar, yaitu: pem erin tahan , sektor swasta, dan m asyarakat. Ketigan ya m em p u n yai fu n gsi d an p er an m asin g-m asin g d alam m en gisi p em ban gu n an . P em er in t a h a n ( eks eku t if d a n legis la t if) m em a in ka n p er a n u n t u k m en ja la n ka n d a n m enciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif bagi unsur-unsur lain. Sinkronisasi dan koordinasi antar tingkatan pem erintahan yang berbeda harus dapat diwujudkan. Adapun p er an sekt or swast a ad alah m ewu ju d kan p en cip t aan lap an gan ker ja d an p en d ap at an . Masyarakat berperan dalam pen ciptaan in teraksi sosial, ekon om i dan politik. Ketiga pilar tersebut m em ainkan perannya sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam tata kelola kepem erintahan yang baik.

Untuk m enilai keberhasilan pelaksanaan pem bangunan ekonom i regional terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan. Salah satu indikator pem bangunan ekonom i regional adalah pertum buh an ekon om i yan g dicerm in kan oleh pertum buh an PDRB pada h arga kon stan . Sebagaim ana terlihat pada Gra fik V.15 dan Gra fik V.16 , pertum buhan ekonom i daerah san gat bervariasi, yan g an tara lain dipen garuhi oleh in vestasi, keten agakerjaan , m ultiplier effect dari belan ja pem erin tah dan kegiatan perdagan gan daerah. Pada tahun 20 0 6, rata- rata pertum buhan ekon om i daerah adalah 4,75 persen . Pada Gra fik V.15 terlihat bahwa ter dapat 7 pr ovin si ber ada di bawah r ata-r ata dan 26 pr ovin si ber ada di atas r ata-r ata. Sem en tara itu pada tahun 20 0 7, den gan rata-rata pertum buhan ekon om i daerah sebesar 5,6 persen terdapat 10 provin si berada di bawah rata-rata dan 23 provin si berada di atas

1 Ka ls e l 1Papua Ek o n o m i Da e r a h

14Jambi Ek o n o m i Da e r a h 1 5 DKI

5Babel 4 K a lt im

20Sumut 1 9 S u lu t

9Malut 8 J a te n g

11Maluku 1 0 Ba n t e n

-10 ,0 % Rat a-r at a P er t u m buhan PDRB

-15,0 % P r ovin si Tah u n 20 0 6= 4.75%

-30 ,0 % **) San gat Sem en tara Su m ber : BPS

N K RAPBN 20 0 9 V-17

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

rata-rata ( Gra fik V.16 ) . Fluktuasi pertum buhan ekon om i yan g cukup tin ggi di Provin si NAD d a n P r ovin si P a p u a leb ih b a n ya k d iseb a b ka n oleh flu kt u a si eksp or h a sil-h a sil per tam ban gan .

Gr a fi k V.16 Pe ta P e r tu m bu h a n PD R B Atas D a s a r H a rg a Ko n s ta n Ta h u n 2 0 0 0

M e n u ru t P r o vi n s i Tah u n 2 0 0 7***)

D ia ta s R a ta-R a ta P e rtu m b u ha n

E k o n o m i D a e ra h

2 K a ltim

14DKI 1 3 J a b ar 6 ,4 4 % 6 ,4 1 %

5Papua 4 Y o g y a k a rta

16Jambi 1 5 S u lu t 6 ,4 7 % 6 ,8 2 %

1 9 K e p R ia u 1 8 Irja b ar

2 2 S u ltra 2 3 S u lte ng 7 ,9 6 % 7 ,5 1 % 7 ,9 9 %

12Sumbar 1 1 S u ls e l

lo -5,0 %

-10 ,0 % Rat a-r at a Per t um buhan PDRB Pr ovinsi Tah un 20 0 7= 5.6%

-15,0 % -20 ,0 %

-30 ,0 % ***) San gat Sangat Sem entara

Su m ber: BPS

Men in gkatn ya pertum buhan ekon om i yan g ditun jukkan den gan sem akin tin ggin ya PDRB, di satu sisi m em buka peluan g bagi pen in gkatan kesejahteraan m asyarakat, n am un di sisi lain berpotensi m eningkatkan laju inflasi daerah. Dalam beberapa tahun terakhir, pergerakan laju inflasi di daerah dapat terjaga di bawah level 2 (dua) digit. Rata-rata laju inflasi di seluruh daerah m engalam i peningkatan yang cukup signifikan akibat kebijakan kenaikan harga BBM dalam tahun 20 0 5. Laju inflasi tertinggi dalam tahun 20 0 5 terjadi di provinsi NAD, khususnya di Kota Banda Aceh yang m encapai 41,1 persen. Tingginya laju inflasi tersebut diakibatkan oleh terbatasnya peredaran barang dalam proses rehabilitasi pasca tsunam i yang terjadi di Provinsi NAD dan sebagian Provinsi Sum ut. Pada tahun 20 0 6 dan 20 0 7 tingginya laju inflasi

d a er a h t er seb u t seca r a sign ifika n d a p a t d iku r a n gi m ela lu i b er b a ga i keb ija ka n ya n g m engutam akan pem bangunan sarana dan prasarana fisik. Sem entara itu pada tahun 20 0 8 , tekanan inflasi diperkirakan akan kem bali terjadi seiring dengan adanya kebijakan kenaikan

h arga BBM dan dam pak pergolakan h arga pan gan in tern asion al yan g terjadi pada akh ir tahun 20 0 7. Perkem bangan laju inflasi di 45 kota dapat dilihat dalam Ta be l V.4 .

Da la m kon t eks p em b a n gu n a n d a er a h , sa la h sa t u fa kt or ya n g d a p a t m em p en ga r u h i pertum buhan ekonom i daerah adalah tingginya daya saing daerah, khususnya yang terkait

d en ga n kem a m p u a n m en cip t a ka n in vest a si d i m a sin g-m a sin g d a er a h . Da la m r a n gka m en in gkat kan in vest asi t er sebu t , d aer ah d ap at m elaku kan u p aya-u p aya p en in gkat an p elayan an d an kem u d ah an -kem u d ah an bagi in vest or u n t u k m en cip t akan kon d isi yan g kon dusif bagi perkem ban gan dun ia usaha. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan an tara lain m elalui: (i) kem udahan perizinan usaha, (ii) ketersediaan infrastruktur yang m em adai,

V-18 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

Ta be l V.4

b a ik k u a lit a s m a u p u n

Laju In flas i Tah un a n di 4 5 Ko ta

( da la m pe rs e n )

k u a n t it a s n ya , ( iii) a d a n ya

No . Ko ta 2005

1 Lh okseumawe 17,6

24 J ember

keam anan, (v ) kondisi persaingan

2 Ban da Aceh 41,1

3 Padan g Sidempu an

26 Malan g

5 Pematang Sian tar 19,7

28 Seran g/ Cilegon

29 Den pasar

7 Padan g 20 ,1

31 Kupan g

32 Pon tianak

10 J ambi 16,5

11 Palemban g 19,9

34 Palan gkaraya

12 Ben gku lu 25,2

35 Banjarm asin

pertum buhan investasi di beberapa

13 Ban dar Lamp un g 21,2

36 Balikp ap an

14 Pan gkal Pin an g 17,4

37 Sam arin da

d aer ah cen d er u n g m en u n ju kkan

15 DKI J akarta 16,1

16 Tasikm alaya

pen in gkatan .

17 Ban dun g 19,6

41 Ken dari

19 Pu rwokerto 14,5

42 Goront alo

21 Sem aran g 16,5

45 J ayapura

(BKPM), pada tahun 20 0 7 realisasi

Pen an am an Mod al Asin g (PMA)

m en cap ai US$ 10 .349 ,6 ju t a d an Penanam an Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp34.8 78 ,7 m iliar. Angka ini m enunjukkan pen in gkatan yan g san gat sign ifikan diban din gkan den gan tahun 20 0 6. Nam un dem ikian , kegiatan in vestasi secara um um m asih terkon sen trasi di Pulau J awa dan Pulau Sum atera. Meskipun data BKPM ini belum m encakup keseluruhan jenis investasi, seperti sektor m igas, p er b a n ka n , a su r a n si, p or t o folio, n a m u n s e t id a k n ya h a l t e r s e b u t

Sumber : BPS

Ta bel V.5

m e n u n ju k k a n b a h wa k e gia t a n

P e rke m ban ga n Re alisa si In ve stas i d i In do n e sia

in vest a si d i lu a r P u la u J a wa d a n Tah u n 20 0 5 - 2 0 0 7

Pulau Sum atera secara relatif belum NO.

PROVINSI

P MA ( ju ta US $ )

PMDN (m iliar ru piah

o p t im a l, t e r u t a m a k a r e n a m a s ih I SUMATERA

kurang m em adainya infrastruktur di 18.668,9

II BALI & NUSA TENGGARA

d a e r a h t e r s e b u t . P e r k e m b a n ga n IV KALIMANTAN

V SULAWESI

realisasi investasi di Indonesia tahun VI MALUKU

2 0 0 5- 2 0 0 7 d a p a t d ilih a t d a la m 0,0

Sumber : BKPM

Kegiatan investasi baik PMA m aupun P MDN seca r a t id a k la n gsu n g m em iliki d a m p a k p osit if t er h a d a p p en u r u n a n t in gka t pen gan ggur an di daer ah . Tin gkat pen gan ggur an r ata-r ata di Pulau Sum ater a dan Pulau J awa pada tahun 20 0 8 relatif m enurun dibandingkan tahun 20 0 6 dan 20 0 7. Nam un, tingkat p en gan ggu r an r ata-r ata p r ovin si d i Pu lau J awa r elatif lebih tin ggi d iban d in gkan Pu lau Sum atera. H al tersebut terjadi sebagai akibat padatn ya jum lah pen duduk di Pulau J awa, yang belum didukung oleh peningkatan lapangan kerja yang m em adai. Sem entara itu, untuk wilayah Nusa Tenggara dan Kalim antan serta Sulawesi, Maluku, dan Papua juga m engalam i p e n u r u n a n t in gk a t p e n ga n ggu r a n s e ja k t a h u n 2 0 0 5 s a m p a i d e n ga n t a h u n 2 0 0 8 . Perkem bangan tingkat pengangguran per Provinsi dapat dilihat dalam Ta be l V.6 .

N K RAPBN 20 0 9 V-19

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

V-2 0 N K R APBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

Da la m

Gr a f i k V . 18

Grafik V.17

t er lih at bah wa gam bar an Pe ta In d eks Pe m ba n gu n an Man u s ia ( IPM)

Kab u pat en / Ko t a Se -Pro vin s i I n do n es ia

Tah u n 2 0 0 6 -2 0 0 7

t in gkat kem iskin an t id ak

ja u h b e r b e d a d e n ga n

ga m b a r a n ca p a ia n I P M . 70,00 Da e r a h - d a e r a h d e n ga n

IPM tinggi, seperti Provinsi DKI J akar ta dan Pr ovin si 50,00

Daerah Daerah

Jumlah Jumlah

Total Total

33 Tertinggi 100 DKI 76,07 3,37 DKI 2.289,87 76,33 3,33 100

m e m p u n ya i p e r s e n t a s e Tertinggi Terendah Papua DKI

59,91 Terendah 76,33 Papua 59,91 2,62 3,33

59,11 2,62 Papua 76,07 3,37 DKI 59,11 2,62 Papua

kem iskin an yan g r en d ah ,

Rata-Rata Rata-Rata

sebalikn ya daerah den gan

IPM rendah seperti Provinsi Papua dan Provinsi Maluku

ce n d e r u n g m e m p u n ya i

persentase penduduk DKI

m iskin yan g cukup tin ggi. g

Secara statistik h ubun gan Ket er angan: Sejak tahun 20 07 Pr ovinsi Irjabar m enjadi Pr ovinsi Papua Bar at

Sum ber : Depar tem en Keuangan

ya n g ku a t in i d ib u kt ika n dengan angka korelasi antara IPM dengan persentase penduduk m iskin cukup tinggi, yaitu m en capai -0 ,7.

Pot r et p er ekon om ian n asion al d an t in gkat kesejah t er aan m asyar akat yan g m en galam i p e n in gk a t a n d a r i

Gra fik V. 18

tahun ke tahun

pendanaan daerah,

m elalui desen tralisasi

p en in gkat an t r an sfer

a p a b ila d ilih a t d a r i

d a e r a h d a n k o r e la s i antara transfer dengan tingkat kesejahteraan m asyarakat, m aka terdapat beberapa hal yang perlu m endapatkan perhatian serius dari Pem erintah m aupun pem erintah daerah. Pertam a , indikator tingkat kesejahteraan m asyarakat secara nasional m enunjukkan perbaikan, nam un tidak sem ua daerah m en galam i perbaikan . Dalam Gra fik V.18 m en un jukkan bahwa dari

33 provinsi, terdapat 15 provinsi yang m engalam i penurunan persentase penduduk m iskin

N K RAPBN 20 0 9 V-21

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

dan 18 provinsi m engalam i peningkatan persentase penduduk m iskin. Kedua, peningkatan transfer diiringi dengan perbaikan tingkat kesejahteraan, nam un korelasinya sangat rendah. Korelasi antara transfer per kapita dengan persentase penduduk m iskin di 33 provinsi selam a tahun 20 0 6-20 0 7 m enunjukkan angka korelasi kurang dari 0 ,5 bahkan m endekati 0 (nol). Hal ini m enunjukkan bahwa peningkatan transfer kepada daerah belum berpengaruh secara lan gsun g kepada pen in gkatan kesejahteraan m asyarakat.

Dalam Gr a fi k V. 19 ter lih at bah wa u n tu k beber ap a d aer ah yan g r ata-r ata tr an sfer per kapitan ya tin ggi tern yata justru m en un jukkan rata-rata persen tase pen duduk m iskin yan g tin ggi pu la. H al ter sebu t m en gin d ikasikan bah wa tr an sfer Pem er in tah ke d aer ah m asih terkonsentrasi pada daerah-daerah yang tingkat kesejahteraannya m asih rendah. Untuk itu, P e m e r in t a h d a n p e m e r in t a h d a e r a h

Gra fi k V.19

agar dana desentralisasi

d a p a t d im a n fa a t k a n

secar a lebih baik gu n a 40 %

akan terlihat hubungan

yang lebih jelas dan kuat

peningkatan a

m asyar akat. Da e ra h

Su m b er : Dep a rt em e n Ke u an gan d a n BPS, d at a d iolah

Tr ansfe r / Kapita (Rp J u ta) Pe nd u d uk Misk in (%)

Ga m b a r a n ya n g t id a k t e r la lu b e r b e d a ju ga dapat dilihat dari pola hubun gan an tara tran sfer pem erin tah dan pertum buhan ekon om i. Dalam Gra fik V.2 0 terlihat bahwa pada tahun 20 0 6-20 0 7, daerah yang m enerim a trans- fer per kapita tin ggi adalah daerah yan g m en galam i tin gkat pertum buh an ekon om i yan g ren dah. Ken yataan in i m en un tut adan ya perhatian yan g lebih serius dari Pem erin tah dan pem erintah daerah agar pola belanja daerah lebih efektif dalam m endorong perekonom ian daerah. Dengan dem ikian, daerah yang m endapatkan transfer yang lebih tinggi seyogyanya m am pu secara riil m endorong pertum buhan ekonom i daerahnya secara lebih optim al.

Selain pendanaan desentralisasi, pada dasarnya Pem erintah juga m engalokasikan dana untuk m endanai kegiatan di daerah, yaitu m elalui m ekanism e alokasi dana kepada instansi vertikal di daerah , alokasi Dan a Dekon sen trasi dan alokasi Dan a Tugas Pem ban tuan . Walaupun berbagai dana tersebut bukan m erupakan sum ber pendanaan desentralisasi, nam un karena

d ib ela n ja ka n d i d a er a h m a ka seca r a t id a k la n gsu n g ju ga m em p u n ya i p er a n a n d a la m perekon om ian region al.

Pola h u b u n ga n a n t a r a d a n a d esen t r a lisa si d a n a loka si d a n a d ekon sen t r a si d a n t u ga s pem bantuan m enunjukkan adanya korelasi positif yang cukup kuat. Korelasi antara alokasi

V-22 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

kapita dengan alokasi dana

( ra ta -ra t a Ta h u n 2 0 0 6 -2 0 0 7 )

d ekon sen t r a si d a n t u ga s

adalah 0 ,52 di tahun 20 0 6

an P u h Hal ini berarti bahwa pola

m b alokasi dana desentralisasi

kecenderungan yang relatif

0 N G I I A -16% R IM K I N E T

sam a den gan pola alokasi

dan a dekon sen trasi, dan a

d a n a in s t a n s i ve r t ik a l, sehingga daerah yang telah m endapatkan dana desentralisasi cukup tinggi juga m endapatkan alokasi dana dekonsentrasi dan tugas pem ban tuan yan g tin ggi.

Sum b er : Dep artem en Keu an gan d an BPS, da ta d iolah

Tr a n sfe r / kapita

Pe rt u m bu h an P DRB

Di sisi lain , terlih at pada Ta b e l V. 9 , wilayah J awa dan Bali m en dapatkan alokasi dan a desentralisasi dan dana dekonsentrasi dan tugas pem bantuan per kapita paling rendah dalam dua tahun terakhir, nam un tingkat kem iskinannya juga rendah yaitu rata-rata sebesar 12,9 per sen , sem en tar a per tum buh an ekon om i dalam dua tah un ter akh ir cukup tin ggi, yaitu m encapai rata-rata 8 ,7 persen. Sebaliknya, wilayah Papua dan Maluku dengan alokasi dana desentralisasi dan dana dekonsentrasi

dan tugas pem bantuan per kapita yang Tabe l V.9

Pe rba ndin ga n To ta l Da n a yan g dialo ka sikan d i Da e rah pe r Ka pita

tertinggi juga m asih m em punyai rata- de ng an Tin gka t Ke m is kin an dan Pe rtum buh an Eko n o m i r at a t in gkat kem iskin an yan g t in ggi

To ta l Dan a di

Tin gka t Pe rtum bu ha n

yaitu m encapai 29,0 persen, sedangkan Eko no m i

Da e rah / kapita

Ke m is kin an

W ilaya h

(Rp juta / jiwa )

p e r t u m b u h a n e k o n o m in ya cu k u p Rata -Ra ta Tah un

Rata -Ra ta Tah un

Ra ta -Rata Ta hu n

b e la n ja d i wila ya h J a wa d a n Ba li 8 ,7% m em punyai m ultiplier effect terhadap Ka lim an tan , Sula w es i &

Nus a Te ng gara

perbaikan indikator kesejahteraan dan Pa pua dan Malu ku

p e r t u m b u h a n e k o n o m i ya n g le b ih Sumber: Departem en Keuangan dan BPS, data diolah besar d iban d in gkan d en gan wilayah Papua dan Maluku.

Un tuk m en gejar ketertin ggalan pem ban gun an di wilayah-wilayah terten tu, seperti Papua dan Maluku, dibutuhkan dana yang cukup besar, terutam a untuk m endanai investasi awal

d i bid an g in fr ast r u kt u r . H al yan g p er lu m en d ap at kan p er h at ian d ar i Pem er in t ah d an pem erintah daerah adalah upaya untuk m enyelaraskan pola alokasi dana ke daerah dengan target pertum buhan ekon om i dan target kesejahteraan m asyarakat.

N K RAPBN 20 0 9 V-23

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

5.3 . Pe rm as alah an d an Tan tan gan

5.3 .1. Efe ktivitas Pe m u n gu tan Pajak D ae rah d an Re tribu s i

D a e ra h

Se ja la n d e n ga n p e m b e r ia n k e we n a n ga n ya n g le b ih b e s a r k e p a d a d a e r a h d a la m pen yelen ggaraan pem erin tah an dan pelayan an kepada m asyarakat, kepada provin si dan ka b u p a t e n / ko t a ju ga d ib e r ika n ke we n a n ga n u n t u k m e m u n gu t p a ja k d a n r e t r ib u s i sebagaim an a diatur dalam UU Nom or 34 Tahun 20 0 0 ten tan g Perubahan Atas Un dan g- Undang Republik Indonesia Nom or 18 Tahun 1997 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Berdasarkan un dan g-un dan g tersebut, terdapat 11 jen is pajak daerah, yaitu 4 jen is pajak provinsi dan 7 jenis pajak kabupaten/ kota. J enis pajak provinsi ditetapkan secara lim itatif, sed an gkan p ajak kabu p at en / kot a selain yan g d it et ap kan d alam u n d an g-u n d an g d ap at ditam bah oleh daerah sesuai dengan potensi yang ada dan harus sesuai dengan kriteria pajak yang ditetapkan dalam undang-undang. Adapun penetapan tarif definitif untuk pajak provinsi ditetapkan dengan peraturan pem erintah, sedangkan tarif definitif untuk pajak kabupaten/ kota diserahkan sepenuhnya kepada m asing-m asing daerah, dengan m engacu kepada tarif tertinggi untuk m asing-m asing jenis pajak, sebagaim ana diatur dalam UU Nom or 34 Tahun

20 0 0 . Selengkapnya jenis dan tarif pajak daerah dapat dilihat dalam Ta be l V.10 . Pengaturan lebih lanjut m engenai pajak daerah diatur dalam PP Nom or 65 Tahun 20 0 1 tentang Pajak Daer ah .

Sem entara itu, retribusi daerah dikelom pokkan m enjadi tiga golongan sesuai dengan jenis pelayanan dan perizinan yang diberikan, yaitu: (i) Retribusi J asa Um um , (ii) Retribusi J asa Usaha, dan (iii) Retribusi Perizin an Terten tu. Yan g term asuk golon gan jasa um um adalah pelayan an yan g wajib disediakan oleh pem erin tah daerah, sedan gkan golon gan jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pem erintah daerah karena pelayanan sejenis belum m em adai disediakan oleh swasta atau dalam rangka optim alisasi pem anfaatan aset daerah, dan golongan perizinan tertentu adalah pelayanan pem berian izin tertentu guna m elindungi kepen tin gan um um dan m en jaga kelestarian lin gkun gan .

Pem ungutan retribusi oleh daerah dapat dilakukan sesuai dengan pelayanan yang diberikan kep ad a m asyar akat d an at as p em ber ian izin t er t en t u . Tid ak sem u a jasa d an kegiat an pem berian izin dapat dipungut retribusi, hanya jenis jasa dan perizinan tertentu yang m enurut pertim bangan sosial ekonom i layak yang dapat dikenakan retribusi.

Dalam UU Nom or 34 Tah u n 20 0 0 ju ga d iatu r m en gen ai p r in sip -p r in sip u m u m d alam penetapan tarif sesuai dengan golongan retribusi. Untuk golongan retribusi jasa um um , daerah diberikan kewenangan yang luas untuk m enetapkan tarif sesuai dengan sasaran yang ingin

d ica p a i, ka r en a p u n gu t a n r et r ib u si ja sa u m u m d a p a t d ia r a h ka n u n t u k m en in gka t ka n p e la ya n a n , m e m u lih k a n b ia ya , d a n m e n ge n d a lik a n p e la ya n a n d e n ga n t e t a p m em pertim bangkan aspek kem am puan m asyarakat dan keadilan. Sem entara itu, penetapan tar if r etr ibu si jasa u sah a d iar ah kan u n tu k m en d apatkan keu n tu n gan . Sed an gkan u n tu k golongan retribusi perizinan tertentu, penetapan tarif selain ditujukan untuk m enutup biaya perizinan juga diarahkan untuk m enutup biaya eksternalitas dari perizinan tersebut.

Dalam PP No. 66 Tahun 20 0 1 tentang Retribusi Daerah, terdapat 27 jenis retribusi daerah, yaitu: (i) 10 jen is retribusi jasa um um , (ii) 13 jen is retribusi jasa usah a, dan (iii) 4 jen is

V-24 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

Ta be l V. 10 Je n is d an Tari f Pa ja k D a e rah

Tari f

J e n is Paja k

Pro vi n s i

1. Pajak Kendaraan Ber motor dan Kendaraan di atas Air (PKB&KAA) a. Kendar aan Berm otor Bukan Um um / Pribadi dan Kendaraan di atas Air

1,5 b. Kendar aan Berm otor Um um

1 c. Kendar aan Berm otor Alat-alat Ber at dan Alat-alat Besar

0 ,5 2. Bea Balik Nam a Kendar aan Berm otor dan Kendar aan di atas Air (BBN-KB&KAA)

a. Penyer ahan Pertam a 1) Kendaraan Bermotor Bukan Umum/ Pr ibadi

10 2) Kendaraan di Atas Air

5 3) Kendaraan Bermotor Um um

10 4) Kendaraan Bermotor Alat-alat Berat dan Alat-alat Besar

3 b. Penyer ahan Kedua 1) Kendaraan Bermotor Bukan Umum/ Pr ibadi

1 2) Kendaraan di Atas Air

1 3) Kendaraan Bermotor Um um

1 4) Kendaraan Bermotor Alat-alat Berat dan Alat-alat Besar

0 ,3 c. Penyer ahan kar ena Warisan

1) Kendaraan Bermotor Bukan Umum/ Pr ibadi 0 ,1 2) Kendaraan di Atas Air

0 ,1 3) Kendaraan Bermotor Um um

0 ,1 4) Kendaraan Bermotor Alat-alat Berat dan Alat-alat Besar

0 ,03 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Ber motor (PBB-KB)

5 4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Per mukaan (P3ABT&AP)

a. Air Bawah Tanah 20 b. Air Per mukaan

Kabu pa te n / Ko ta

Tari f

J e n is Paja k

Maks im u m ( %)

1. Pajak Hotel 10 2. Pajak Restoran

10 3. Pajak Hiburan

35 4. Pajak Reklame

25 5. Pajak Penerangan J alan

10 6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

20 7. Pajak Par kir

20 Sum ber: Departem en Keuan gan

N K RAPBN 20 0 9 V-25

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

retribusi perizinan tertentu. Pem ungutan retribusi untuk golongan jasa um um dan perizinan terten tu dilakukan berdasarkan kewen an gan m asin g-m asin g daerah sebagaim an a diatur

d a la m P P Nom or 3 8 Ta h u n 2 0 0 7 t en t a n g P em b a gia n Ur u sa n P em er in t a h a n a n t a r a Pem erin tah, Pem erin tahan Daerah Provin si, dan Pem erin tahan Daerah Kabupaten / Kota. Sem en t ar a it u , p em u n gu t an jen is r et r ibu si yan g t er m asu k d alam golon gan jasa u sah a dilakukan sesuai den gan pelayan an yan g diberikan oleh daerah . Selain 27 jen is retribusi tersebut, daerah juga diberikan kewen an gan un tuk m em un gut jen is retribusi baru sesuai dengan kriteria retribusi yang ditetapkan dalam undang-undang. J enis retribusi selengkapnya dapat dilihat dalam Ta be l V.11.

Tabe l V. 11 Je n is Re tribu s i D a e rah

Je n is Re tribu s i D a e rah

1. Go lo n ga n Re tribu s i J as a U m u m

1. Retribusi Pelayanan Kesehatan; 2. Retribusi Pelayanan Persam pahan/ Kebersihan;

3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil; 4. Retribusi Pelayanan Pem akam an dan Pengabuan Mayat; 5. Retribusi Pelayanan Par kir di Tepi J alan Um um ;

6. Retribusi Pelayanan Pasar; 7. Retribusi Pengujian Kendaraan Berm otor; 8. Retribusi Pem eriksaan Alat Pem adam Kebakar an; 9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

10 . Retribusi Pengujian Kapal Perikanan;

2. Go lo n ga n Re tribu s i J as a U s ah a

1. Retribusi Pem akaian Kekayaan Daerah; 2. Retribusi Pasar Grosir dan/ atau Pertokoan; 3. Retribusi Tempat Pelelangan; 4. Retribusi Term inal; 5. Retribusi Tem pat Khusus Parkir; 6. Retribusi Tempat Penginapan/ Pesanggr ahan/ Villa; 7. Retribusi Penyedotan Kakus; 8. Retribusi Rumah Potong Hewan; 9. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal;

10 . Retribusi Tem pat Rekreasi dan Olah Raga; 11. Retribusi Pen yeberangan di Atas Air; 12. Retribusi Pengelolaan Lim bah Cair; 13. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah;

3. Go lo n ga n Re tribu s i P e rizin a n Te rte n tu

1. Retribusi Izin Mendir ikan Bangunan; 2. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol; 3. Retribusi Izin Gangguan; 4. Retribusi Izin Trayek;

Sumber: Departemen Keuan gan

V-26 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

Secara nasional, peranan pajak daerah dan retribusi daerah dalam penerim aan PAD sangat besar. Di tingkat provinsi, penerim aan pajak dan retribusi rata-rata m encapai 91 persen dari total PAD, sedan g di tin gkat kabupaten / kota m en capai lebih dari 75 persen . Dalam tahun

2 0 0 1- 2 0 0 7, P AD p r o vin s i

d id o m in a s i o le h p e n e r im a a n Ta be l V. 12

Pe ran a n Pa ja k D ae ra h d an R e trib u s i D a e ra h te rh ad ap P AD Ta h u n 2 0 0 1-2 0 0 7

b e r b e d a d e n ga n p e n e r im a a n 8 5,44

Pajak Daer ah

Retribusi Daer ah

r et r ib u si d a er a h t er h a d a p P AD Pajak Daer ah

p r o vin s i d a n k a b u p a t e n / k o t a 36,58

Retribusi Daer ah

Sum b er: Departem en Keu an gan , da ta d iolah

dapat dilihat pada Ta be l V.12 . Apabila dilihat dari jenis pajaknya, pada tahun 20 0 6, Pajak Kendaraan Berm otor dan Bea

Balik Nam a Ken daraan Berm otor m en yum ban g 75,8 persen dari total pen erim aan pajak provin si. Sem en tara itu, pada tahun yan g sam a, Pajak Pen eran gan J alan , Pajak H otel dan R e s t o r a n m e n yu m b a n g 78 ,6 p e r s e n d a r i t o t a l p e n e r im a a n p a ja k k a b u p a t e n / k o t a . Perkem bangan penerim aan pajak provinsi dan pajak kabupaten/ kota dalam periode 20 0 1 –

20 0 6, dapat dilihat pada Ta be l V.13 .

Sem en tara itu, pen erim aan

Ta be l V. 13

P e n e rim a an P a jak P ro vin s i d a n Kabu pa te n / Ko ta Tah u n 2 0 0 1-2 0 0 6

r etr ibu si d aer ah d i tin gkat

( d ala m p e rs e n )

p r o vin s i m e m p u n ya i

Je n is P ajak

per an an yan g san gat kecil,

P ro vin s i

b a ik t e r h a d a p t o t a l

Bea Balik Nam a Ken daraan Berm otor

Pajak Kendar aan Berm otor

Pajak Bahan Bakar Ken daraan Berm otor

Pajak Pem an faatan Air Bawah Tanah dan Air

Perm ukaan Pajak Kendar aan Di atas Air

Bea Balik Nam a Ken daraan Di atas Air

kurang dari 5,24 persen dari

Pajak Penerangan J alan

Pajak Hotel dan Restoran

total penerim aan PAD, atau

Pajak Pengam bilan Bah an Galian Golon gan C

sekitar 2,3 persen dari total

Pajak Reklam e

Pajak Hiburan

penerim aan APBD. Berbeda

Pajak Parkir

Pajak Lainnya

r et r ib u si d a er a h p r ovin si, peran an retribusi daerah kabupaten / kota m en capai sekitar 32,3 persen dari PAD, ham pir sam a dengan peranan pajak daerah terhadap total penerim aan PAD. Lebih besarnya peranan retribusi di kabupaten/ kota dibandingkan dengan retribusi di provinsi tersebut sejalan dengan lebih besarnya peranan kabupaten/ kota dalam m em berikan pelayanan kepada m asyarakat. Nam un dem ikian , m en gin gat peran an PAD dalam APBD secara keseluruhan relatif kecil, m aka kontribusinya terhadap total APBD juga m enjadi relatif kecil, yaitu hanya sekitar 2,1 persen. Bila dilihat secara rinci, penerim aan retribusi kabupaten/ kota yang bersum ber dari retribusi pelayanan kesehatan m em berikan kontribusi yang paling dom inan, yakni m encapai lebih dari 40 persen dari total pen erim aan retribusi. Adapun retribusi lain n ya yan g juga m em berikan kontribusi cukup besar berasal dari retribusi IMB (14 persen), retribusi pasar (4 persen ), retribusi persam pahan / kebersihan (4 persen ), retribusi KTP dan akte catatan sipil (3 persen), sebagaim ana dapat dilihat dalam Ta be l V.14 .

Sumber: Departem en Keuangan, diolah

N K RAPBN 20 0 9 V-27

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

Tabe l V. 14 P e n e rim a an Re tri bu s i Kabu pa te n / Ko ta Ta h un 2 0 0 1-2 0 0 6 ( d ala m pe rs e n )

Retribusi Pelayanan Kesehatan

39,68 39,90 43,38 Retribusi Izin Mendir ikan Bangun an

11,0 4 11,72 13,54 Retribusi Pelayanan Pasar

6,95 5,74 3,90 Retribusi Pelayanan Persam pahan/ Kebersihan

3,91 5,20 3,8 4 Retribusi Penggant ian Biaya Cetak KTP dan Akt e Catatan Sipil

4,50 4,78 3,32 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

4,54 4,55 5,11 Retribusi Pengujian Kendaraan Berm otor

2,52 2,77 2,79 Retribusi Terminal

3,28 2,70 2,0 7 Retribusi Izin Gan gguan

2,52 2,68 1,8 9 Retribusi Parkir di Tepi J alan Um um

2,54 2,54 2,0 8 Retribusi Tempat Rekr easi dan Olah Raga

1,54 1,31 1,21 Retribusi Penggant ian Biaya Cetak Peta

0 ,83 1,0 6 0 ,79 Retribusi Pasar Grosir dan at au Pertokoan

1,14 0 ,98 0 ,74 Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

1,18 0 ,74 1,13 Retribusi Rum ah Pot ong H ewan

0 ,72 0 ,55 0 ,41 Retribusi Izin Trayek

0 ,42 0 ,40 0 ,48 Retribusi Tempat Kh usus Parkir

0 ,47 0,35 0 ,30 Retribusi Pengolahan Limbah Cair

0 ,12 0 ,28 0 ,19 Retribusi Tempat Pelelan gan

0,30 0 ,26 0 ,64 Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal

0 ,34 0 ,21 0 ,19 Retribusi Pelayanan Pem akam an dan Pengabuan Mayat

0 ,16 0 ,18 0 ,29 Retribusi Izin Tempat Penjualan Minum an Beralkohol

0 ,0 9 0 ,12 0 ,22 Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

0 ,12 0 ,12 0,11 Retribusi Penyedotan Kakus

0 ,12 0 ,10 0 ,10 Retribusi Tempat Penginapan/ Pesan ggrahan/ Villa

0 ,0 5 0 ,0 5 0,11 Retribusi Penyeberangan di atas Air

0 ,13 0 ,0 4 0 ,0 3 Retribusi Pengujian Kapal Per ikanan

0 ,0 4 0 ,0 1 0 ,0 1 Retribusi Lainnya

10 ,74 10 ,67 11,12 Sum ber: Departem en Keuangan, data diolah

Dalam rangka m eningkatkan PAD, pem erintah daerah cenderung untuk m em ungut berbagai jenis pajak dan retribusi selain yang telah ditetapkan dalam undang-undang dan peraturan pem erintah, m eskipun hasilnya kurang signifikan. Sam pai dengan akhir tahun 20 0 6, terdapat sekitar 12 jenis pajak baru dan sekitar 28 0 jenis retribusi baru yang ditetapkan oleh daerah. Pada um um nya, setiap daerah m engenakan lebih dari 10 jenis retribusi baru dengan hasil yan g san gat kecil. Pen erim aan retribusi yan g m em berikan hasil yan g relatif besar adalah r et r ib u si ya n g b er ka it a n d en ga n p em a n fa a t a n h a sil h u t a n d a n p er t a m b a n ga n , ya n g seben arn ya telah diken akan pun gutan sejen is oleh Pem erin tah. Sebagian besar pun gutan t er sebu t , baik p ajak m au p u n r et r ibu si, ber kait an d en gan lalu -lin t as bar an g, m isaln ya pengenaan pajak/ retribusi atas pengeluaran dan pem asukan barang, hasil-hasil bum i, hewan dan ternak, serta retribusi atas penggunaan jalan um um . Sebagian lainnya adalah retribusi yang berkaitan dengan pelayanan adm inistrasi pem erintahan, seperti penerbitan izin usaha, rekom endasi, legalisasi surat dan adm inistrasi lainnya, yang seharusnya dapat dibiayai dari pen erim aan um um daerah.

Pengenaan pajak dan retribusi baru tersebut cenderung m endorong terjadinya ekonom i biaya tinggi dan tidak kondusif bagi iklim investasi, karena investor dihadapkan dengan berbagai

V-28 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

m acam pungutan sehingga dapat m eningkatkan biaya pem enuhan perpajakan dan retribusi (com plian ce cost). Terkait dengan hal tersebut, sebagian besar pajak dan retribusi baru yang berm asalah telah dibatalkan oleh Pem erin tah. Pem batalan tersebut dilakukan juga karen a tidak m em enuhi kriteria sebagaim ana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Nam un dem ikian, terdapat beberapa retribusi yang berkaitan dengan pelayanan adm inistrasi, yang p en gen a a n n ya t id a k b er s ifa t p a ja k b elu m d ib a t a lka n , d en ga n p er t im b a n ga n u n t u k m em berikan ruang bagi daerah dalam m eningkatkan penerim aan dan m eningkatkan kualitas pelayan an adm in istrasi.

Kecenderungan daerah untuk m enciptakan jenis pajak dan retribusi baru disebabkan karena UU Nom or 34 Tahun 20 0 0 telah m em berikan ruang bagi daerah untuk m enciptakan berbagai jenis retribusi dan pajak baru untuk kabupaten/ kota. Ruang ini dim anfaatkan ham pir sem ua

d aer ah t an p a m em p er h at ikan kr it er ia sebagaim an a d it et ap kan d alam u n d an g-u n d an g. Pelu an g m en ciptakan pu n gu tan bar u m en d or on g d aer ah m en er apkan kem bali ber bagai pun gutan yan g sebelum n ya sudah dihapus den gan diberlakukan n ya UU Nom or 18 Tahun 1997, atau m en er apkan su atu pu n gu tan yan g ben ar -ben ar bar u . Kead aan in i ju ga tid ak t er lep a s d a r i ken ya t a a n b a h wa n or m a -n or m a a t a u p u n a r a h a n ya n g d iga r iska n oleh Pem er in tah belu m ter lalu jelas. Kr iter ia yan g d itetap kan d alam u n d an g-u n d an g u n tu k m em ilih jen is pajak dan r etr ibusi yan g baik cen der un g dilan ggar dan kur an g m en dapat perhatian daerah.

Bagi sebagian d aer ah , kein gin an u n t u k m en car i su m ber p en d ap at an bar u selain yan g ditetapkan un dan g-un dan g san gat dipen garuhi oleh doron gan un tuk m en in gkatkan PAD. Tam bah an kebu tu h an belan ja d aer ah (m argin al exp en d itu re) belu m sepen u h n ya d apat ditutup dengan tam bahan pendapatan daerah (m arginal rev enue), terutam a dari sum ber- s u m b e r p e n d a p a t a n ya n g d a p a t d ik o n t r o l o le h d a e r a h . R u a n g b a gi d a e r a h u n t u k m en in gkatkan pen er im aan pajak dan r etr ibusi yan g ada san gat ter batas. Per an an pajak provin si yan g relatif besar m em un gkin kan provin si un tuk m en yesuaikan pen erim aan n ya bila sum ber-sum ber penerim aan dari transfer tidak m em adai. Nam un dem ikian, pem erintah p r ovin si t id a k m em iliki kewen a n ga n u n t u k m en yesu a ika n t a r if p a ja kn ya . Di t in gka t kabupaten/ kota, penyesuaian terhadap penerim aan pajak lebih sulit dilakukan karena basis pajak yan g san gat ter batas, walau pu n r u an g u n tu k m en yesu aikan tar if d iber ikan . Pad a u m u m n ya kabu p at en / kot a t elah m en er ap kan t ar if m aksim u m yan g d it et ap kan d alam undang-undang. Upaya untuk m eningkatkan tam bahan pendapatan dari retribusi juga sangat terbatas, sehingga retribusi tidak dapat diharapkan m enam bah PAD.

Sistem pen gawasan yan g r elatif lem ah ter h adap pelaksan aan pem un gutan pajak daer ah dan retribusi daerah juga m em berikan kon tribusi terh adap ban yakn ya pun gutan daerah yang berm asalah. Pengawasan yang bersifat represif yang tidak disertai dengan sanksi atas pelan ggaran pem un gutan pajak dan retribusi cen derun g dim an faatkan oleh daerah un tuk m en gen akan berbagai pun gutan yan g tidak m em en uhi kriteria. Ban yak daerah yan g tidak m enyam paikan Perda m engenai pajak daerah dan retribusi daerah kepada Pem erintah untuk m en ghin dari pem batalan .

P e m e r in t a h s e ca r a t e r u s m e n e r u s m e la k u k a n p e m b in a a n k e p a d a d a e r a h u n t u k m en yelar askan p u n gu t an d aer ah d en gan kebijakan n asion al. Evalu asi t er h ad ap Per d a m en gen ai pajak daerah dan retribusi daerah dipercepat m elalui berbagai program , an tara lain m elalui peningkatan koordinasi dengan instansi teknis dan pem erintahan daerah dalam kegia t a n p en ja r in ga n , eva lu a si, r ekom en d a si, d a n p em b a t a la n p u n gu t a n d a er a h ya n g

N K RAPBN 20 0 9 V-29

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

ber m asalah . Dalam tah u n 20 0 8 , akan dilaku kan sosialisasi kebijakan pajak daer ah dan retribusi daerah kepada seluruh daerah dan akan diterbitkan buku pedom an pajak daerah

d a n r et r ib u si d a er a h . Sela in it u , seja la n d en ga n a m a n a t UU Nom or 32 Ta h u n 2 0 0 4 , pen gawasan pun gutan daerah juga telah dilakukan secara preven tif. Ran can gan peraturan daerah (Raperda) yang telah m endapat persetujuan dari DPRD, sebelum diundangkan harus dievaluasi terlebih dahulu oleh Menteri Dalam Negeri untuk Perda Provinsi dan oleh Gubernur un tuk Perda kabupaten / kota. Dalam ran gka evaluasi tersebut, baik Men teri Dalam Negeri m aupun Gubernur berkoordinasi dengan Menteri Keuangan.

Sam pai dengan pertengahan J uli 20 0 8 , terdapat 10 .50 3 Perda yang m engatur pajak daerah dan retribusi daerah, yang disam paikan oleh daerah kepada Menteri Keuangan. Dari jum lah t er seb u t , t ela h d ieva lu a si seb a n ya k 7.2 2 4 P er d a , d en ga n h a sil eva lu a si 2 .0 17 P er d a direkom endasikan batal/ revisi. Sedangkan untuk Raperda, sam pai dengan pertengahan J uli

20 0 8 , Menteri Keuangan telah m enerim a 1.8 36 Raperda. Dari jum lah tersebut telah dievaluasi sebanyak 1.8 16 Raperda, dengan hasil sebanyak 1.199 direkom endasikan untuk ditolak/ revisi. Selengkapnya jum lah Perda dan Raperda yang diterim a dan dievaluasi dapat dilihat dalam Ta b e l V.15 .

Ap a b ila d ilih a t

Tab e l V.15

Provin si 50 6

Kabu paten 7434 1461

20 d ir ekom en d asikan

Keter an gan : Per da d an Rap er da yang diter im a samp ai J u ni 20 0 8 Sum ber : Depar tem en Keuangan

u n tu k d ibatalkan / direvisi terdapat di

sektor-sektor perh ubun gan (319 Perda), kem udian diikuti sektor pertan ian (30 1 Perda), perindustrian dan perdagangan (254 Perda), serta kehutanan (237 Perda). Pungutan daerah yang berlebihan pada sektor-sektor ini akan secara langsung m em bebani m asyarakat yang

u n tu k D ib atalk an / D i re vis i B e r d as a rka n Se kto r Ke gi atan

m a s ya r a k a t . J u m la h P e r d a ya n g Ta h u n 2 0 0 1-2 0 0 8

d ir ekom en d asikan u n t u k d ibat alkan No.

S e kto r

2 0 0 1-2 0 0 6 2007 2008 J u m l ah

berdasarkan sektor dapat dilihat dalam 1. Adm inist rasi dan Kependudukan

22 Ta b e l V.16 . 191

2. Energi dan Sum ber Daya Min eral

3. Perindustria n dan Perdagangan

4. Kehutan an

5. Kelautan dan Perikanan

24 20 3 t er sebu t t er d ap at d i h am p ir selu r u h 47

6. Kesehata n

7. Ketenaga kerjaan

d aer ah . Ur u t an t er besar kabu p at en / 8. Pekerja an Um um

17 5 0 k o t a ya n g m e n e r b it k a n p e r a t u r a n 22

9. Kom unikasi dan Inform at ika

59 1 7 d a e r a h b e r m a s a la h d a n t e la h 67

10. Koperasi dan UKM

11. Lingkunga n Hidup

47 77 59 dir ekom en dasikan un tuk dibatalkan / 183

12. Budaya dan Pariwisata

22 d ir evisi ad alah kabu p aten / kota yan g 319

13. Perhubunga n

14. Perta nian

11 10 0 b er a d a d i Pr ovin si Su m a t er a Ut a r a , 21

15. Sum bangan Pihak Ketiga

5 4 6 J a wa Tim u r , J a wa Ba r a t , J a wa 15

16. Lain -lain

Te n ga h , d a n Su la we s i Se la t a n Sum ber : Departemen Keuan gan sebagaim ana terlihat pada Ta be l V.17.

V-30 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

Da r i 2 .0 17 P e r d a ya n g

Ta be l V.17

Keuangan untuk dibatalkan tersebut,

1 Nanggroe Aceh Darussalam

10 22 1 33 ditin daklan juti den gan pem batalan

2 Sumat era Utara

48 32 11 91 o le h M e n t e r i Da la m N e ge r i.

3 Sumat era Barat

4 Riau

41 23 0 64 Se m e n t a r a it u , s e b a gia n P e r d a

5 Kepulauan Riau

37 15 2 54 t e r s e b u t d ib a t a lk a n s e n d ir i o le h

6 J ambi

7 Sumat era Selatan

21 19 0 40 d a e r a h ya n g b e r s a n gk u t a n d a n

8 Ban gka Belit ung

21 4 2 27 sebagian lainnya m asih dalam proses

9 Bengkulu

10 Lampu ng

26 0 0 26 pem batalan. J um lah Perda yang pal-

11 DKI J akarta

ing banyak dibatalkan adalah Perda

12 J awa Barat

13 Ban ten

20 17 6 43 kabupaten/ kota di Provinsi Sum atera

14 J awa Ten gah

30 6 6 42 Utara (10 3 Perda), kem udian diikuti

15 DI Yogyakarta

16 J awa Timu r

oleh Provinsi J awa Tim ur (8 8 Perda)

17 Kaliman tan Barat

d an Pr ovin si Su lawesi Selat an (6 4

18 Kaliman tan Ten gah

19 Kaliman tan Selatan

41 19 3 63 Per da). Sebagian besar Per da yan g

20 Kaliman tan Tim ur

21 Sulawesi Utara

24 10 0 34 dibatalkan tersebut adalah Perda di

22 Goront alo

21 12 2 35 s e k t o r p e r in d u s t r ia n d a n

23 Sulawesi Ten gah

24 Sulawesi Selat an

p er d a ga n ga n ( 154 P er d a ) , s ekt or

25 Sulawesi Barat

7 10 0 17 p er h u b u n ga n (153 P er d a ), sekt or

26 Sulawesi Ten gggara

27 Bali

27 14 7 48 petern akan (10 6 Perda), dan sektor

28 Nusa Ten ggara Barat

27 19 0 46 kehutanan (97 Perda). Selengkapnya

29 Nusa Ten ggara Timur

30 Maluku

16 12 0 28 jum lah Perda yan g telah dibatalkan

31 Maluku Utara

11 44 3 58 b e r d a s a r k a n s e k t o r d a n wila ya h

32 Pap ua

33 Irian J aya Barat

5 25 10 40 daerah m asing-m asing dapat dilihat

dalam Ta be l V.18 dan Ta be l V.19 .

Sum ber : Depar tem en Keuangan

Se m e n t a r a it u , d a la m r a n gk a p e n ga wa s a n Tab e l V.18

J u m la h P e r d a yan g D ib ata lkan Me n te r i D ala m N e ge ri

preventif, hasil evaluasi Raperda per sektor dan

B e rd as a rka n S e k to r , Tah u n 2 0 0 2 -2 0 0 8

p e r wila ya h m e m p e r lih a t k a n b a h wa s e k t o r No.

S e kto r

2 0 0 2 -2 0 0 7 2008 To ta l

57 4 p e k e r ja a n u m u m , p e r h u b u n ga n , d a n 61

1 Per kebunan

2 Per hubungan

16 37 perindustrian 53 dan perdagangan m erupakan sektor

3 Koperasi dan UKM

4 Kehutanan

dengan jum lah terbanyak Raperda yang ditolak/ 5 Industr i dan Perdagangan

46 41 r evisi, yait u m asin g-m asin g 179 , 172, d an 14 1 87

6 ESDM

7 Budaya dan Pariwisata

R a p e r d a . Se d a n gk a n b e r d a s a r k a n wila ya h , 8 Kelautan dan Per ikanan

61 4 Su m a t er a Sela t a n , J a wa Ten ga h , Ka lim a n t a n 65

9 Tenaga Ker ja

10 Kominfo

Selat an , J awa Bar at , d an Kalim an t an Ten gah 11 Lingkun gan H idup

17 0 m er u p a ka n wila ya h d en ga n ju m la h Ra p er d a 17

12 Per tanian

13 Peter nakan

d itolak/ r evisi ter ban yak, yaitu m asin g-m asin g 14 Kesehatan

4 2 167, 157, 8 4, 8 2, dan 76 Raperda. J um lah Raperda 6

15 Peker jaan Um um

16 Sum bangan Pihak Ketiga

wila ya h d a p a t d ilih a t p a d a Ta b e l V. 2 0 d a n Sum ber : Departemen Dalam Negeri Ta be l V.2 1.

N K RAPBN 20 0 9 V-31

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

Ta b e l V.19 J u m la h P e r d a ya n g D i ba ta lka n M e n te r i D a la m N e ge ri B e rd a s a rka n W i la ya h , Ta h u n 2 0 0 2 -2 0 0 8

2008 To ta l

1 Nan ggroe Aceh Darussalam 14 0 14 2 Sum atera Utara

74 29 10 3 3 Sum atera Barat

27 8 35 4 Riau

36 5 41 5 Kepulauan Riau

4 0 4 6 J am bi

35 2 37 7 Sum atera Selatan

25 1 26 8 Bangka Belitun g

9 6 15 9 Ben gkulu

18 1 19 10 Lam pun g

33 2 35 11 DKI J akarta

1 0 1 12 J awa Barat

47 5 52 13 Banten

18 0 18 14 J awa Ten gah

37 3 40 15 DI Yogyakarta

9 3 12 16 J awa Tim ur

50 38 88 17 Kalim antan Barat

26 2 28 18 Kalim antan Tengah

36 6 42 19 Kalim antan Selatan

22 7 29 20 Kalim antan Tim ur

27 4 31 21 Sulawesi Utara

23 2 25 22 Goron talo

10 7 17 23 Sulawesi Ten gah

28 1 29 24 Sulawesi Selatan

57 7 64 25 Sulawesi Barat

1 1 2 26 Sulawesi Ten gggara

8 3 11 27 Bali

15 4 19 28 Nusa Tenggara Barat

32 11 43 29 Nusa Tenggara Tim ur

21 6 27 30 Maluku

11 1 12 31 Maluku Utara

7 0 7 32 Papua

6 13 19 33 Irian J aya Barat

Su m ber : Depar tem en Dalam Neger i

V-32 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

Tab e l V. 2 0 Ju m lah Rap e rd a Pu n gu tan D ae rah yan g D ir e ko m e n d as ik an u n tu k D ito lak/ D ire vis i B e r d as ar kan S e kto r Ke giatan , Ta h u n 2 0 0 5 -2 0 0 8

1 Adm inistrasi dan Kependudukan 15 5 20 39 4 43 29 3 32 83 12 95 2 ESDM

36 5 41 17 10 27 9 5 14 62 20 82 3 Perindustrian dan Perdagangan

51 8 59 44 22 66 16 0 16 111 30 141 4 Kehutanan

19 10 29 2 10 12 6 7 13 27 27 54 5 Kelautan dan Per ikanan

13 0 13 15 1 16 3 0 3 31 1 32 6 Keseha tan

26 12 38 52 5 57 27 1 28 10 5 18 123 7 Keten agakerjaan

11 2 13 2 4 6 3 0 3 16 6 22 8 Pekerjaan Umum

65 12 77 72 11 83 17 2 19 154 25 179 9 Komunikasi dan In form atika

1 4 5 0 0 0 0 1 1 1 5 6 10 Koperasi dan UKM

6 2 8 0 0 0 0 0 0 6 2 8 11 Lingkun gan Hidup

22 8 30 21 8 29 6 0 6 49 16 65 12 Budaya dan Par iwisata

37 7 44 47 8 55 21 3 24 10 5 18 123 13 Perhubunga n 53

10 63 67 14 81 27 1 28 147 25 172 14 Pertan ian

23 4 27 12 5 17 12 2 14 47 11 58 15 Sum bangan Pihak Ketiga

Sum ber : Depar tem en Keuangan

1 Nan ggroe Aceh Daru ssalam 1 1 2 26 5 31 5 0 5 32 6 38 2 Su m at era Ut ar a

2 0 2 3 0 3 0 0 0 5 0 5 3 Su m at era Barat

10 3 13 3 0 3 0 0 0 13 3 16 4 Riau

28 6 34 26 4 30 5 0 5 59 10 69 5 Kepu lau an Riau

0 0 0 0 8 8 0 0 0 0 8 8 6 J ambi

18 4 22 14 3 17 12 2 14 44 9 53 7 Su m at era Selatan

81 14 95 48 11 59 12 1 13 141 26 167 8 Ban gka Belit un g

8 2 10 18 4 22 14 5 19 40 11 51 9 Ben gku lu

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 Lam pun g

2 0 2 11 2 13 8 0 8 21 2 23 11 DKI J akar ta

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 J awa Barat

7 1 8 52 9 61 13 0 13 72 10 82 13 Ban t en

1 0 1 0 0 0 6 0 6 7 0 7 14 J awa Ten gah

39 16 55 63 13 76 26 0 26 128 29 157 15 DI Yogyakarta

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 J awa Tim ur

3 0 3 18 6 24 21 7 28 42 13 55 17 Kalim an t an Barat

19 2 21 12 12 24 8 0 8 39 14 53 18 Kalim an t an Tengah

17 5 22 28 14 42 10 2 12 55 21 76 19 Kalim an t an Selatan

29 8 37 22 4 26 16 5 21 67 17 84 20 Kalim an t an Tim u r

36 10 46 6 3 9 17 2 19 59 15 74 21 Su lawesi Utara

6 1 7 8 6 14 0 0 0 14 7 21 22 Gorontalo

25 3 28 0 0 0 3 0 3 28 3 31 23 Su lawesi Ten gah

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24 Su lawesi Selatan

16 6 22 8 4 12 4 0 4 28 10 38 25 Su lawesi Barat

9 4 13 2 1 3 0 0 0 11 5 16 26 Su lawesi Ten gggara

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27 Bali

16 3 19 20 4 24 7 0 7 43 7 50 28 Nusa Ten ggara Barat

0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 29 Nusa Ten ggara Tim u r

0 0 0 5 0 5 5 1 6 10 1 11 30 Malu ku

9 0 9 0 0 0 0 0 0 9 0 9 31 Malu ku Utara

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32 Papu a

0 0 0 4 0 4 0 0 0 4 0 4 33 Irian J aya Barat

Su mber : Depart emen Keuan gan

5.3 .2 . Pe n e rap an Stan d ar Pe layan an Min im u m

Dalam r an gka m en yed iakan p elayan an kep ad a m asyar akat, kh u su sn ya p elayan an yan g bersifat wajib, pem erintah daerah (kabupaten/ kota dan provinsi) m engacu kepada Standar Pelayanan Minim um (SPM) yang disusun oleh Pem erintah. SPM adalah ketentuan m engenai jenis dan m utu pelayanan dasar, yang m erupakan urusan wajib daerah, yang berhak diperoleh setiap war ga secar a m in im al. Un d an g-u n d an g Nom or 32 Tah u n 20 0 4 m en gam an atkan

N K RAPBN 20 0 9 V-33

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

b a h wa SP M d it er a p ka n p a d a u r u sa n wa jib d a er a h , t er u t a m a ya n g b er ka it a n d en ga n pelayan an dasar, baik daerah provin si m aupun daerah kabupaten / kota. Pelayan an dasar m erupakan jenis pelayanan publik yang m endasar dan m utlak untuk m em enuhi kebutuhan m asyarakat dalam kehidupan sosial, ekonom i, dan pem erintahan. Menindaklanjuti ketentuan dalam UU Nom or 32 Tahun 20 0 4 dan un tuk m en doron g im plem en tasi SPM, pem erin tah telah m enerbitkan PP Nom or 65 Tahun 20 0 5 tentang Pedom an Penyusunan dan Penerapan Stan dar Pelayan an Min im um .

Pelaksanaan SPM sebagaim ana diatur dalam PP Nom or 65 Tahun 20 0 5 dim aksudkan untuk: (1) terjam in n ya hak m asyarakat un tuk m en erim a suatu pelayan an dasar dari pem erin tah daerah den gan m utu terten tu, (2) m en jadi alat un tuk m en en tukan jum lah an ggaran yan g dibutuhkan untuk m enyediakan suatu pelayanan dasar, sehingga SPM dapat m enjadi dasar m en en tu kan kebu tu h an p em biayaan d aer ah , (3) m en jad i lan d asan d alam m en en tu kan perim bangan keuangan dan/ atau bantuan lain yang lebih adil dan transparan, (4) m enjadi

d asar d alam m en en tu kan an ggar an d en gan basis kin er ja, (5) m em per jelas tu gas pokok pem erin tah daerah dan m en doron g terwujudn ya check an d balan ce yan g efektif, dan (6) m en d or on g t r a n sp a r a n si d a n p a r t isip a si m a sya r a ka t d a la m p r oses p en yelen gga r a a n pem erin tah daerah.

Sesuai dengan PP Nom or 65 Tahun 20 0 5, penyusunan SPM dilakukan oleh m asing-m asing m en teri/ pim pin an lem baga setelah berkoordin asi den gan tim kon sultasi yan g terdiri dari un sur-un sur Departem en Dalam Negeri, Kem en terian Negara Peren can aan Pem ban gun an Nasion al, Departem en Keuan gan , Kem en terian Negara Pen dayagun aan Aparatur Negara, dan kem enterian negara/ lem baga terkait sesuai kebutuhan. Sam pai saat ini sudah terdapat beber ap a kem en ter ian n egar a/ lem baga yan g telah m en yu su n SPM, an tar a lain , bid an g pendidikan, bidang kesehatan, bidang lingkungan hidup.

Dalam ran gka pen yusun an SPM, yan g perlu diprioritaskan adalah pen gaturan m en gen ai kewenangan/ urusan wajib yang harus dilaksanakan sehingga dapat m em pertegas pem bagian kewenangan antara Pem erintah, pem erintah provinsi, dan pem erintah kabupaten/ kota dalam m em berikan pelayanan publik. Hal ini akan m endorong ketersediaan pelayanan dasar yang lebih baik serta dapat m enghindari tum pang tindih pendanaan. Untuk itu pem erintah telah m en erbitkan PP Nom or 38 Tahun 20 0 7 ten tan g Pem bagian Urusan Pem erin tahan An tara Pem erintah, Pem erintah Daerah Provinsi, dan Pem erintah Daerah Kabupaten/ Kota.

Pelaksan aan SPM secara luas m en gh adapi beberapa perm asalah an dan tan tan gan yaitu: (1) kom pleksitas pen yusun an in dikator SPM; (2) ketersediaan dan kem am puan an ggaran yang terbatas; dan (3) kom pleksitas proses konsultasi publik dalam m enentukan norm a dan st a n d a r t er t en t u u n t u k m en gh in d a r i a d a n ya p er b ed a a n p er sep si d a la m m em b er ika n pelayanan publik sesuai SPM.

5.3 .3 . Efe ktivitas Ke bijakan Pe n ge lu aran APBD

P e n ge lu a r a n AP BD m e m p u n ya i p e r a n a n ya n g s a n ga t p e n t in g d a la m p e la k s a n a a n p en yelen ggar aan p em er in tah d aer ah . Efektivitas p en gelu ar an APBD akan ber p en gar u h lan gsun g terh adap efektivitas pelayan an publik, yan g pada giliran n ya akan m en en tukan keberhasilan pem bangunan daerah. Efektivitas pengeluaran APBD sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal m aupun eksternal pem erintahan daerah, antara lain proses penyusunan APBD, peran partisipasi m asyarakat, dukun gan politis dari pihak DPRD, kesin am bun gan

V-34 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

dengan APBD sebelum dan sesudah tahun anggaran yang bersangkutan, dan sinergi dengan program -program Pem erin tah .

Proses pen yusun an APBD bukan m erupakan suatu proses yan g sederhan a, karen a terkait dengan m ekanism e perencanaan yang m elibatkan berbagai pihak dengan kepentingan yang s a n ga t b er a ga m . P r os es p en yu s u n a n a n gga r a n ya n g b a ik t en t u n ya a ka n m er es p on kep en t in ga n m a sya r a ka t d a n m ewu ju d ka n n ya d a la m a n gga r a n ya n g efisien , seh in gga m enghasilkan output dan outcom e yang sesuai dengan perencanaannya. Tantangan dalam proses penyusunan APBD yaitu bagaim ana m enciptakan hubungan yang jelas antara input (anggaran dalam APBD) dengan output dan outcom e dari program dan kegiatan.

Partisipasi m asyarakat dan dukungan politik dari DPRD juga sangat m enentukan efektivitas pen geluar an APBD, kar en a kedua un sur ter sebut akan m en en tukan ou tcom e yan g akan

d icap ai d an sekaligu s m en ilai ap akah p em er in t ah d aer ah t elah ber h asil m en cap ain ya. Tan tan gan lain n ya adalah kesin am bun gan , karen a pada dasarn ya sebagian besar program dan kegiatan tidak akan bisa dilihat dam pakn ya secara n yata dalam waktu yan g sin gkat, dan juga harus selalu ditun jan g den gan program / kegiatan lain yan g salin g terkait dalam ren tan g waktu yan g cukup pan jan g. Oleh karen a itu, m en jaga kesin am bun gan dari pro- gr am d an kegiatan m elalu i p ola belan ja APBD akan m en jad i tan tan gan ter sen d ir i bagi pencapaian efektivitas pengeluaran APBD.

Selain perm asalahan dan tan tan gan yan g ada di daerah, terdapat beberapa hal yan g juga m enjadi kendala di luar proses yang berlangsung di daerah. Tantangan tersebut adalah sinergi antara program nasional dengan kebijakan di daerah. Pengeluaran APBD akan m enjadi tidak efektif apabila tidak sejalan dengan program pem bangunan nasional, atau sebaliknya. Untuk m en ilai apakah ren can a kerja yan g dituan gkan dalam program dan kegiatan oleh provin si sudah sesuai den gan program yan g dican an gkan oleh Pem erin tah, dilakukan evaluasi atas Rancangan APBD provinsi oleh Pem erintah. Dalam hal ini diperlukan kesiapan Pem erintah un tuk m elakukan evaluasi dan m elakukan koreksi bilam an a kebijakan Pem erin tah yan g harus dilaksanakan oleh pem erintah provinsi belum diakom odasi dalam program dan kegiatan beserta an ggaran n ya yan g diusulkan dalam RAPBD yan g bersan gkutan .

H al yan g sam a ju ga d ilaku kan oleh gu ber n u r t er h ad ap APBD kabu p at en / kot a. APBD kabupaten / kota tidak han ya harus sin kron den gan kebijakan n asion al, tetapi juga den gan kebijakan di tingkat regional di provinsi yang bersangkutan. Kebijakan yang bersifat regional sekaligu s d ip ad u kan d en gan kebijakan p ad a t in gkat n asion al h ar u s d it u an gkan d alam kebijakan pengeluaran pada APBD kabupaten/ kota. Hal itu m enjadi m asalah dan sekaligus tan tan gan bagi gubern ur dan peran gkatn ya yan g m elaksan akan evaluasi.

5 .3 .4 . Efe ktivita s Pro s e s Pe n yu s u n a n APBD

Perencanaan daerah diarahkan agar proses penyusunan APBD sem aksim al m ungkin dapat m en u n ju kkan latar belakan g p en gam bilan kep u tu san d alam p en etap an ar ah kebijakan um um , skala prioritas dan penetapan alokasi, serta distribusi sum ber daya dengan m elibatkan partisipasi m asyarakat. Aspek pen tin g dalam pen yusun an APBD adalah ketepatan waktu dalam pen yusun an ren can a keuan gan tah un an yan g dilakukan secara terin tegrasi un tuk seluruh jenis belanja. Rencana keuangan tahunan tersebut harus pula didasarkan pada prinsip p en ca p a ia n efisien si a loka si d a n a . Pen yu su n a n APBD seca r a t er p a d u sela r a s d en ga n penyusunan anggaran yang berorientasi pada anggaran berbasis kinerja atau prestasi kerja.

N K RAPBN 20 0 9 V-35

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

Disam ping langkah-langkah yang harus dilakukan secara internal oleh pem erintah daerah, terdapat beberapa tahapan yan g juga harus dilalui dan m elibatkan berbagai pihak terkait, seperti penjaringan aspirasi m asyarakat, persetujuan DPRD, evaluasi oleh pem erintah provinsi bagi kabupaten/ kota atau evaluasi oleh Pem erintah bagi provinsi. Baik dalam pem bahasan di tin gkat in tern al pem erin tah m aupun den gan pihak terkait, seperti DPRD, tahapan dan jadwal pem bahasan harus disepakati agar proses penyusunan APBD dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam Ga m ba r V.1. secara rinci dapat dilihat proses penyusunan APBD.

Ga m ba r V.1.

Pro s e s Pe n yu s u n an APBD

PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN APBD

JANUARI - APRIL

MEI - AGUSTUS

SEPTEMBER - DESEMBER

ri/ i g a s in

p o Musrembang

SE/Pedoman

Mendagri/ Gubernur

Nota Kesepakatan

KUA, Prioritas dan

Raperda

RD

Rancangan KUA &

ttg APBD

DP

RPJMD/Dok. Prc Ra PerKDH Perda lainnya

Rancangan

Pedoman Penyusunan

RAPBD dan

ttg Penjab APBD ttg

KUA & PPAS

Prioritas dan Plafon

RKASKPD, KUA,

PerKDH ttg Penjab APBD

D Rencana Kerja

Rancangan Awal

SE Prioritas

Ekonomi Daerah Kerangka

indikasi pagu

Daerah

Tim Anggaran

Tim Anggaran

Pemda

Pemda

D Pemutakhiran Data & Proyeksi Ekonomi &

Fiskal PPK (Himpunan RKA- SKPD)

Lampiran RAPBD

Pengesahan

D P RENSTRA

RENJA SKPD

RKA

SKPD

SKPD Draft

DPASKPD DPASKPD

SK

Sum ber: Departemen Dalam Negeri

Tantangan terbesar bagi daerah adalah m enetapkan APBD secara tepat waktu sehingga dapat m em perlan car proses pelaksan aan an ggaran dan dapat m em berikan dam pak yan g positif bagi pelayanan publik. Terdapat beberapa hal yang m enjadi kendala dalam proses penyusunan APBD. Salah satu hal yang seringkali terjadi adalah sulitnya pencapaian kesepakatan dalam pem bahasan dengan DPRD. Dalam proses dem okrasi, perbedaan pendapat m em ang sangat dim un gkin kan , n am un hal in i seharusn ya tidak m en jadi pen gham bat proses pen yusun an APBD. Selain itu, sering juga terjadi ham batan teknis dalam proses penyusunan APBD, terkait dengan kom pleksitas proses penganggaran berbasis kinerja.

Meskipun proses pen yusun an APBD tahun 20 0 8 un tuk sebagian besar daerah m en galam i keterlam batan , tetapi Pem erin tah telah berhasil m en doron g pen etapan Perda APBD lebih t ep a t wa kt u . H a l in i d iseb a b ka n a n t a r a la in ka r en a p em b er la ku a n sa n ksi p en u n d a a n

V-36 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

penyaluran DAU apabila daerah tidak m enyam paikan Perda APBD kepada Pem erintah secara tepat waktu dan pelaksan aan tran sfer DAK setelah Perda ten tan g APBD disam paikan ke Pem erin tah. Saat in i Pem erin tah terus m elaksan akan kebijakan tersebut yan g diharapkan m am pu m en doron g percepatan pen yelesaian APBD. Pen yelesaian pen etapan APBD dapat dipercepat dari tahun ke tahun. Pada tahun 20 0 6, APBD diselesaikan pada bulan Septem ber. Pada tah un 20 0 7 m en un jukkan percepatan n ya dan dapat diselesaikan pada bulan J un i,

d en ga n 1 (sa t u ) d a er a h selesa i p a d a b u la n J u li. Sed a n gka n p a d a t a h u n 2 0 0 8 t er ja d i p en in gkatan p er cep atan yan g cu ku p sign ifikan yaitu d iselesaikan p ad a bu lan Mei, d an m en yisakan 1 (satu) daerah yan g selesai pada bulan J un i. Pada tahun 20 0 9 n an ti sem ua perda APBD diharapkan sudah ditetapkan pada akhir bulan J anuari 20 0 9 atau paling lam bat akhir bulan Februari 20 0 9. Perkem bangan penyam paian Perda APBD tahun 20 0 6 sam pai tahun 20 0 8 tersebut dapat dilihat pada Gra fik V.2 1.

P e n yu s u n a n AP BD m e r u p a k a n

Graf ik V. 2 1

Pe rk e m b an gan Pe n y am paian Pe rd a APBD Pro v in s i, Kabu pate n / Ko ta Se -I n do n e s ia, T ah u n 2 0 0 6 -2 0 0 8

b a gia n d a r i p r os es p en gelola a n

daerah m erupakan subsistem dari

pr oses dalam pen yu su n an APBN,

60 50 48 sehingga pada akhirnya efektivitas

40 29 25 32 31 p en yu su n an APBD tid ak ter lep as

2 41 1 6 2 dari efektivitas penyusunan APBN.

Dalam hal in i, proses pen yusun an

Bu lan Pe n y am p aian

AP BN b u k a n s e k e d a r

d iu n d a n gk a n n ya R a n ca n ga n APBN m en jad i UU APBN, t et ap i term asuk perangkat pelaksanaannya, yang secara langsung m enjadi acuan bagi daerah dalam m en yusun APBD.

Sumber : Departemen Keuangan

Den gan dem ikian , m asalah dalam proses pen yusun an dan pen etapan APBD tidak h an ya ketepatan waktu pen gesah an , tetapi juga sin er gi an tar a Pem er in tah den gan pem er in tah daerah, m engingat bahwa APBD sangat tergantung pada APBN. Tantangan bagi Pem erintah

ad alah sed in i m u n gkin m en et ap kan alokasi d an a yan g akan d it r an sfer ke d aer ah d an m enginform asikannya kepada daerah yang bersangkutan, dengan disertai petunjuk teknis, terutam a un tuk alokasi dan a-dan a terten tu, seperti DAK. Den gan dem ikian , daerah dapat segera m engalokasikan dana tersebut dalam program dan kegiatan yang dituangkan dalam APBD.

P en yu su n a n AP BD m em a n g m en ja d i t a n ggu n g ja wa b p em er in t a h d a er a h . Wa la u p u n

d em ikia n , t er d a p a t h a l-h a l ya n g m en ja d i t a n ggu n g ja wa b Pem er in t a h d a n h a l it u la h hendaknya m enjadi tantangan bagi Pem erintah untuk m em enuhinya sehingga terjadi sinergi yan g baik an tara Pem erin tah dan daerah dalam ran gka pem ban gun an n asion al.

N K RAPBN 20 0 9 V-37

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

5 .3 .5 . Im p lika s i Pe m e ka ra n D a e ra h te rh a d a p Ke u a n ga n N e ga ra

J um lah daerah otonom baru sejak tahun 1999 sam pai dengan tahun 20 0 8 telah m engalam i pen am bah an seban yak 179 daer ah . Sebelum tah un 1999, daer ah oton om ber jum lah 319 daerah (26 provinsi, 234 kabupaten, dan 59 kota), dan pada tahun 20 0 8 telah m enjadi 498 daerah (33 provin si, 375 kabupaten , dan 90 kota). Daerah baru tersebut sebagian besar diben tuk berdasarkan kriteria kelulusan sebagaim an a diatur dalam PP Nom or 129 Tahun

2 0 0 0 t en t a n g Per sya r a t a n Pem b en t u ka n d a n Kr it er ia Pem eka r a n , Pen gh a p u sa n , d a n Penggabungan Daerah. Selain itu, usulan pem bentukan daerah juga dapat dilakukan m elalui m ekan ism e H ak In isiatif dari DPR RI. Berdasarkan peraturan pem erin tah tersebut, total nilai kriteria teknis harus lebih besar daripada total nilai m inim al sebagai dasar penentuan lu lu s t id a k n ya s u a t u d a e r a h b a r u , t a n p a m e m p e r t im b a n gk a n p e m e n u h a n k r it e r ia kem am puan ekonom i dan potensi daerah.

Sem en t ar a it u , d alam Per at u r an Pem er in t ah Nom or 78 Tah u n 20 0 7 t en t an g Tat acar a Pem bentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah, yang m erupakan revisi PP Nom or 129 tahun 20 0 0 , telah m em perketat persyaratan kelulusan dengan m enetapkan nilai m utlak atau nilai m inim al yang harus dipenuhi, yaitu: kependudukan, kem am puan ekonom i, potensi daerah, dan kem am puan keuangan. Ketersediaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pelayanan m inim al juga m enjadi syarat m utlak dalam penilaian usulan pem bentukan daerah baru. Dengan dem ikian, kebijakan pem ekaran daerah dapat dilakukan dengan lebih selektif dan hati-hati. Gra fik V.2 2 di bawah in i m en ggam barkan perkem ban gan jum lah daerah otonom dalam tahun 1999 sam pai dengan tahun 20 0 8 .

50 47 Tertinggal, 80 persen kabupaten baru

35 34 33 sam pai dengan tahun 20 0 6 term asuk

kategor i kabu p aten ter tin ggal. H al

h 30

la

m 25 21 tersebut m enunjukkan bahwa daerah

J u 20

p e m e k a r a n t id a k m e m ilik i

15 12 kem am puan ekonom i dan keuangan

10 9 6 ya n g m e m a d a i u n t u k m e n ja d i

5 2 3 1 4 2 1 4 d aer ah oton om . Den gan d em ikian ,

tujuan pem bentukan daerah otonom

b a r u u n t u k m e n in gk a t k a n keseja h t er a an m a sya r a ka t m ela lu i

Pr ovinsi

Kabupat en

Kot a

peningkatan efisiensi dan efektivitas pen yelen ggar aan pem er in tah an , ser ta pen in gkatan pelayan an kepada m asyar akat m asih m enem ui ham batan. Selain itu, berdasarkan hasil evaluasi sem entara terhadap 147 daerah o t o n o m b a r u , d ike t a h u i b a h wa d a e r a h o t o n o m b a r u m e n gh a d a p i b e r b a ga i m a ca m perm asalahan, antara lain penyerahan pendanaan, personil, peralatan dan dokum en (P3D), batas wilayah, dukun gan dan a kepada daerah oton om baru, m utasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) ke daerah otonom baru, pengisian jabatan, dan rencana tata ruang dan wilayah.

Su m b e r : De p ar t em en Keu a n ga n

5 .3 .5 .1. Im p lika s i Pe m e ka ra n D a e ra h te rh a d a p D AU

Da r i sisi p en d a n a a n , p em eka r a n d a er a h m em p u n ya i im p lika si t er h a d a p APBN, ya it u penyediaan DAK bidang prasarana pem erintahan dan pem bangunan instansi vertikal. Selain

V-38 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

itu, pem ekar an daer ah juga ber pen gar uh ter h adap fun gsi pem er ataan DAU yan g belum optim al, m en gin gat pen in gkatan alokasi DAU akan tersebar secara proporsion al kepada seluruh daerah di In don esia. Dam pak pem ekaran terh adap DAU dapat ditin jau dari dua perspektif, yaitu, (i) dam pak terhadap DAU daerah induk yang berkurang secara proporsional ber d asar kan ju m lah pen d u d u k, lu as wilayah , d an belan ja PNSD (n etr alitas fiskal), d an (ii) dam pak terhadap seluruh daerah karena porsi pem bagian daerah pem ekaran secara relatif m en guran gi porsi daerah lain n ya.

Pada tahun 20 0 7, dengan jum lah kabupaten/ kota sebanyak 434 daerah, rata-rata penerim aan DAU ad alah sebesar Rp 341,73 m iliar at au m en galam i ken aikan sebesar 39 ,6 8 p er sen

2 0 0 6 . Se d a n gk a n pada tahun 2008

kabupaten/kota

seban yak 451 daerah,

rata-rata pen erim aan

Rp358 ,22 m iliar atau

m en galam i ken aikan sebesar 16,49 p er sen

pemekaran daerah

d ilih a t d a la m Ta b e l

Sumber : Departem en Keuangan

V.2 2 .

5 .3 .5 .2 . Im p lika s i Pe m e ka ra n D a e ra h te rh a d a p D AK

Untuk m em bantu penyediaan sarana dan prasarana pem erintahan di daerah otonom baru, m ulai tahun 20 0 3 telah dialokasikan DAK bidang prasarana pem erintahan, yang digunakan

u n t u k m e n d u k u n g k e la n ca r a n

p en yelen gga r a a n p em er in t a h a n

Tahun 2003 - 2008

yang terkena dam pak pem ekaran.

sign ifika n , d a r i seb esa r Rp 8 8 ,0

m ilia r u n t u k 2 2 d a e r a h p a d a

tahun 20 0 3 m enjadi Rp362 m iliar

0 20 0 8 . Perkem bangan jum lah DAK

bid an g p r asar an a p em er in t ah an

dapat dilihat Gra fik V.2 3 .

Sumber : Departem en Keuangan

Alo kas i DAK Bid an g Pr asar an a Pem er in tah an

J u m lah Daer ah Pen er im a

N K RAPBN 20 0 9 V-39

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

5 .3 .5 .3 . Im p lika s i Pe m e ka ra n D a e ra h te rh a d a p Pe n d a n a a n In s ta n s i Ve rtika l

Kon sekuen si lain dari pem ekaran daerah terhadap keuan gan n egara adalah pen am bahan kan tor -kan tor ver tikal yan g m elaksan akan kewen an gan Pem er in tah m elalu i pen yediaan sarana dan prasarana kantor. Dengan dibukanya kantor-kantor tersebut, Pem erintah harus m enyediakan dana untuk sarana dan prasarana gedung kantor, belanja pegawai, dan belanja operasional lainnya. Alokasi anggaran instansi vertikal di daerah otonom baru berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Kem enterian Negara/ Lem baga (RKA-KL) tahun 20 0 5 sam pai dengan tahun 20 0 8 ditunjukkan dalam Ta be l V.2 3 . Berdasarkan Ta be l V.2 3 tersebut dapat diketahui bahwa jum lah dana APBN yang dialokasikan kepada daerah otonom baru tum buh sebesar 60 ,8 3 persen, dari Rp8 .714,0 m iliar pada tahun 20 0 5 m enjadi sebesar Rp14.0 15,0 m iliar pada tahun 20 0 8 .

d a p a t d iket a h u i b a h wa p em eka r a n

No.Jenis Be la n ja

1 Belanja Pegawai

2 Belanja Baran g

m engam bil langkah-langkah strategis

3 Belanja Modal

4 Belanja Bant uan Sosial

agar pem ekaran daerah dapat benar-

d a la m m e n d u k u n g u p a ya peningkatan pelayanan publik dan kesejahteraan rakyat m elalui:

Sum ber : Depar tem en Keuangan

1. Pem berian kesem patan kepada daerah yang bersedia bergabung m em bentuk satu daerah otonom baru, dengan m em berikan insentif baik fiskal m aupun nonfiskal. Insentif fiskal diberikan dalam ran gka m en in gkatkan kem am puan APBD, sedan gkan in sen tif n on - fiskal diberikan dalam bentuk dukungan teknis dan fasilitasi peningkatan kem am puan kelem bagaan p em er in t ah an d aer ah , su m ber d aya m an u sia, kep egawaian d aer ah , pengelolaan keuangan daerah, dan pelayanan publik.

2. Evaluasi terhadap daerah-daerah baru berdasarkan PP Nom or 6 Tahun 20 0 8 tentang Pedom an Evaluasi Penyelenggaraan Pem erintahan Daerah. Evaluasi tersebut dilakukan guna m engetahui kem am puan daerah otonom baru dan efektivitas dalam m em berikan p ela ya n a n kep a d a m a sya r a ka t , ser t a seb a ga i d a sa r p en ga m b ila n kep u t u sa n b a gi p e n gh a p u s a n d a n p e n gga b u n ga n d a e r a h . E va lu a s i d ila k u k a n t e r h a d a p a s p e k p e r k e m b a n ga n p e n yu s u n a n p e r a n gk a t d a e r a h , p e n gis ia n p e r s o n il, p e n gis ia n kea n ggot a a n DP RD, p en yelen gga r a a n u r u s a n wa jib d a n p ilih a n , p em b ia ya a n , pengalihan aset dan dokum en, pelaksanaan penetapan batas wilayah, penyediaan sarana dan prasan a pem erin tah an , dan pem in dah an ibukota bagi daerah yan g ibukotan ya dipin dahkan .

5.3 .6 . Sin kro n is as i an tara D an a D e s e n tralis as i d e n gan D an a

D e ko n s e n tras i d an D an a Tu gas Pe m ban tu an

Pada m asa tran sisi pelaksan aan oton om i daerah, praktek pen dan aan program / kegiatan di daerah m asih cen derun g tum pan g tin dih (ov erlappin g), dalam arti terdapat satu kegiatan yan g didan ai dari sum ber APBN dan APBD. Tum pan g tin dih pen dan aan tersebut, an tara

V-40 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

lain d isebabkan d alam p r oses p en gan ggar an ku r an g m em p er h at ikan asp ek p em bagian urusan/ wewenang dan aspek akuntabilitas. Pagu anggaran sektoral pada kem enterian negara/ lem baga belum dipisah kan secara tepat m en urut alokasi dan a dekon sen trasi, dan a tugas pem bantuan, dana untuk kantor vertikal di daerah, dan dana untuk satuan kerja tertentu, seh in gga a loka si d a n a -d a n a t er seb u t su lit u n t u k d isin kr on ka n d en ga n a loka si d a n a desentralisasi.

Sejalan dengan adanya reform asi di bidang pengelolaan keuangan negara (budget reform ), yang diikuti dengan reform asi di bidang m anajem en pem erintahan m elalui penataan urusan pem erintahan, telah dilakukan perbaikan di bidang penganggaran. Berdasarkan PP Nom or

20 Tahun 20 0 4 ten tan g Ren can a Kerja Pem erin tah (RKP) dan PP Nom or 21 Tahun 20 0 4 ten tan g Ren can a Kerja An ggaran dan Kem en terian Negara/ Lem baga (RKA-KL), an ggaran untuk kem enterian negara/ lem baga dibagi m enurut anggaran kantor pusat, anggaran kantor daerah, dekonsentrasi, dan tugas pem bantuan. Khusus untuk penganggaran dekonsentrasi dan tugas pem ban tuan , selain harus m en gikuti keten tuan peraturan pem erin tah tersebut, ju ga h ar u s m en gacu p ad a PP Nom or 7 Tah u n 20 0 8 t en t an g Dekon sen t r asi d an Tu gas Pem ban tu an d an PP Nom or 38 Tah u n 20 0 7 ten tan g Pem bagian Ur u san Pem er in tah an antara Pem erintah, Pem erintah Daerah Provinsi, dan Pem erintah Daerah Kabupaten/ Kota.

Perubahan sistem penganggaran tersebut m erupakan suatu hal yang baru, sehingga diperlukan

a d a n ya p em a h a m a n ya n g t ep a t d a r i p a r a p er en ca n a , p en ggu n a a n gga r a n d a n ku a sa pen ggun a an ggaran , baik di pusat m aupun daerah . Dalam proses peren can aan , program dan kegiatan yan g akan dilaksan akan oleh kem en terian n egara/ lem baga di daerah, dalam bentuk dana dekonsentrasi dan dana tugas pem bantuan perlu disinkronisasikan dengan pro- gram dan kegiatan yan g didan ai dari dan a desen tralisasi. Nam un dem ikian , sin kron isasi pendanaan tersebut m asih sulit dilakukan, m engingat sebagian kem enterian negara/ lem baga m asih cenderung berpegang pada peraturan perundang-undangan sektoral. Padahal sesuai dengan kom itm en untuk m elaksanakan otonom i daerah, UU Nom or 32 Tahun 20 0 4 telah m en gam an atkan bah wa sem u a u n d an g-u n d an g sektor al yan g ber kaitan d en gan d aer ah o t o n o m , wa jib m e n d a s a r ka n d a n m e n ye s u a ika n p e n ga t u r a n n ya d e n ga n ke t e n t u a n un dan gun dan g tersebut.

5 .4 . Ke bijakan D e s e n tralis as i Fis kal ke D e pan

5.4 .1. Pe n gu atan Ta xin g Po w e r D ae rah

Penerim aan pajak daerah dan retribusi daerah sam pai saat ini relatif kurang m em adai untuk m em biayai kebutuh an pen geluar an daer ah , kh ususn ya kabupaten / kota. J en is pajak dan r etr ibusi yan g dipun gut oleh kabupaten / kota cukup ban yak, n am un h an ya m em ber ikan kontribusi rata-rata kurang dari 10 persen terhadap APBD. Pem berian kewenangan kepada kabu paten / kota u n tu k m en etapkan tar if pajak tid ak ban yak m em ber ikan d am pak pad a pen in gkatan pen dapatan daerah . Dem ikian juga den gan pem berian kewen an gan kepada daerah untuk m enciptakan pajak dan/ atau retribusi baru dengan kriteria tertentu, juga tidak dapat dih ar apkan m em ber ikan r u an g bagi daer ah u n tu k m en yesu aikan pen dapatan n ya. karen a san gat sulit un tuk m en em ukan jen is pajak dan retribusi yan g m em en uh i kriteria tersebut.

N K RAPBN 20 0 9 V-41

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

Pem erin tah daerah provin si m em iliki pen erim aan pajak yan g cukup besar sum ban gan n ya terh adap APBD, n am un provin si tetap m en galam i kesulitan un tuk m em biayai tam bah an kebutuhan pen geluaran n ya. Provin si tidak m em iliki kewen an gan un tuk m en etapkan tarif pajakn ya. Pen etapan tarif pajak yan g seragam un tuk provin si selam a in i dilakukan un tuk m en gh in dari peran g tarif yan g berlebihan an tardaerah. Perbedaan tarif akan berdam pak terhadap pelarian objek, karena objek pajak provinsi relatif lebih tinggi tingkat m obilitasnya dibandingkan dengan pajak kabupaten/ kota.

Den gan dem ikian kewen an gan per pajakan yan g ada saat in i tidak m em ber ikan peluan g bagi d aer ah u n t u k m en yesu aikan p en d ap at an n ya bila d an a t r an sfer t id ak m en cu ku p i. Pem berian tan ggun g jawab yan g sem akin besar kepada daerah akan berdam pak terhadap sem akin besarnya tuntutan m asyarakat akan pelayanan yang sem akin baik, yang tentunya t id ak selam an ya d ap at d ip en u h i d ar i d an a t r an sfer . Masyar akat akan selalu m en u n t u t p elayan an yan g lebih baik sesu ai d en gan p ajak yan g d ibayar n ya. Un tu k m en in gkatkan kem am p u an d aer ah d alam m em biayai kebu tu h an p en gelu ar an n ya d an sekaligu s u n tu k m en in gkat kan aku n t abilit as d aer ah p er lu u p aya p en gu at an p er p ajakan d aer ah . Up aya penguatan perpajakan tersebut perlu dikaji secara terus-m enerus agar tetap sejalan dengan pr in sip-pr in sip per pajakan , d an sekaligu s d ap at m en in gkatkan efisien si d an efektivitas pen yelen ggaraan pem erin tahan dan pelayan an kepada m asyarakat.

Dalam ran gka pen guatan taxin g pow er daerah, beberapa kebijakan yan g perlu dilakukan

a n t a r a la in : (i) m en yela r a ska n p er p a ja ka n d a n r et r ib u si d a er a h d en ga n kewen a n ga n penyelenggaraan pem erintahan daerah; (ii) m em perluas basis pajak daerah dan m em berikan keleluasaan dalam pen erapan tarif; dan (iii) m em pertegas dan m em perkuat dasar-dasar pem un gutan pajak dan retribusi daerah . Adapun im plem en tasi kebijakan tersebut dapat dilakukan antara lain dengan cara sebagai berikut:

1. Perluasan basis pajak daerah Per lu asan basis p ajak d aer ah , kh u su sn ya kabu p aten / kota san gat d ip er lu kan , selain

m em udahkan daerah untuk m enyesuaikan pendapatannya, juga untuk m engurangi grey area antara perpajakan pusat dan daerah. Basis pajak daerah yang sangat terbatas saat ini, m enyulitkan daerah untuk m enyesuaikan pendapatannya apabila dana transfer tidak m em adai un tuk m en utup seluruh kebutuhan pen geluaran daerah.

Per lu a sa n b a sis p a ja k d a er a h ju ga d it u ju ka n u n t u k m en in gka t ka n kea d ila n d a la m perpajakan. Perluasan objek Pajak Kendaraan Berm otor atas kendaraan pem erintah akan m en in gka t ka n r a sa kea d ila n b a gi m a sya r a ka t u m u m , ya n g p a d a gilir a n n ya a ka n m eningkatkan kepatuhan untuk m em bayar pajak. Dem ikian juga dengan perluasan objek pajak h otel, yan g m en caku p selu r u h per sewaan d i h otel, d an per lu asan objek pajak r estor an , yan g ju ga m en caku p selu r u h u sah a kater in g akan m en gu r an gi g r ey a r ea , sehingga objek pajak yang ada akan dapat dipungut secara optim al.

2. Pen etapan tarif Pem erintah daerah perlu diberi kewenangan untuk m enetapkan tarif pajak sesuai dengan

tarif m aksim al yang ditetapkan dalam undang-undang, sehingga m em ungkinkan daerah m e n ye s u a ik a n t a r ge t p e n d a p a t a n p a ja k n ya . De n ga n d e m ik ia n , d a e r a h d a p a t m engoptim alkan pendapatan pajaknya sekaligus m em berikan layanan yang lebih baik. Da la m r a n gka t r a n s p a r a n s i d a n a ku n t a b ilit a s , p e m e r in t a h d a e r a h h a r u s d a p a t

V-42 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

m em b er ika n a la sa n ya n g ku a t t en t a n g b esa r n ya t a r if ya n g d it et a p ka n d a n b u ka n m elem parkan kesalahan pada peraturan pem erin tah.

P e m b e r ia n k e we n a n ga n p e n e t a p a n d a n p e n ye s u a ia n t a r if p a ja k d a e r a h d a p a t m eningkatkan akuntabilitas pem erintah daerah, karena pem erintah daerah berhubungan lan gsu n g d en gan m asyar akat setem pat, seh in gga m asyar akat d apat m en gawasi d an m em berikan reaksi secara lan gsun g atas kebijakan yan g m em pen garuh i beban pajak yang harus dipikulnya. Selanjutnya, kewenangan daerah dalam m enetapkan tarif pajak dapat m enciptakan pasar penyediaan layanan m asyarakat, sehingga akan m em pengaruhi pem ilihan lokasi tem pat tinggal dan kegiatan investasi.

3. Penetapan retribusi daerah Sejalan dengan perkem bangan otonom i daerah dan dengan adanya pengalihan beberapa

fu n gsi p elayan an d an p er izin an d ar i Pem er in tah kep ad a d aer ah , m aka p em u n gu tan retribusi harus dilakukan secara lebih transparan. Hal ini dim aksudkan agar beban retribusi yang harus dibayar oleh m asyarakat dapat lebih jelas dan akuntabel. Pem ungutan retribusi

d aer ah h ar u s ter kait d en gan fu n gsi p elayan an d an p er izin an yan g m en jad i u r u san / kewenangan daerah. J enis-jenis retribusi yang dapat dipungut oleh daerah adalah jenis retribusi yang ditetapkan dalam undang-undang. Penam bahan jenis retribusi baru tidak lagi diserahkan kepada daerah tetapi diatur oleh Pem erintah. Penam bahan jenis retribusi

a ka n d is es u a ika n d en ga n p en ga t u r a n m en gen a i p em b a gia n kewen a n ga n a n t a r a Pem erintah, pem erintah provinsi, dan pem erintah kabupaten/ kota.

4 . Pen am bahan jen is pajak daerah Untuk m eningkatkan kewenangan perpajakan daerah juga perlu penam bahan jenis pajak

bar u bagi d aer ah . Pen am bah an jen is p ajak bar u d ilaku kan d en gan m em p er h atikan kriteria-kriteria pajak daerah yang baik yang secara teori dan praktik telah teruji. Pajak baru tersebut antara lain Pajak Sarang Burung Walet dan Pajak Lingkungan. Pengenaan pajak atas saran g burun g walet didasarkan pada pertim ban gan bahwa saran g burun g walet tersebut m en im bulkan dam pak n egatif terhadap lin gkun gan , an tara lain berupa kebisin gan dan arom a yan g tidak sedap. Pada dasarn ya pen gen aan pajak atas saran g bu r u n g walet d im aksu d kan u n tu k m en gin ter n alisasi biaya yan g d itim bu lkan akibat aktivitas pen an gkaran saran g burun g walet tersebut. Dem ikian juga den gan kegiatan u s a h a m a n u fa k t u r ya n g d ik e n a k a n p a ja k lin gk u n ga n d im a k s u d k a n u n t u k m en gin tern alisasi dam pak n egatif dari kegiatan usaha tersebut terhadap lin gkun gan . Oleh karena itu, hasil penerim aan pajak lingkungan akan digunakan untuk m em biayai kegia t a n p em elih a r a a n d a n p em u lih a n lin gku n ga n . Sela in it u , p en gen a a n p a ja k lingkungan juga dim aksudkan untuk m enyederhanakan pungutan retribusi yang terkait den gan lin gkun gan yan g selam a in i dipun gut oleh daerah den gan berbagai n am a dan jenis retribusi.

5. Reform ulasi Kebijakan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kr isis en er gi ya n g m ela n d a p er ekon om ia n d u n ia sa a t in i, m en d or on g p em er in t a h

m elakukan reform ulasi kebijakan pajak daerah dan retribusi daerah dengan sasaran untuk m en gu r a n gi su b sid i m ela lu i p en gu r a n ga n kon su m si BBM. Men gin ga t sa la h sa t u

N K RAPBN 20 0 9 V-43

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

kon su m en BBM ter besar ad alah ken d ar aan ber m otor , m aka ber bagai lan gkah p er lu dilakukan un tuk m em batasi pen ggun aan ken daraan berm otor, kh ususn ya ken daraan pribadi, tanpa m engurangi tingkat produktivitas m asyarakat.

Refor m u lasi kebijakan p ajak d aer ah d an r et r ibu si d aer ah d ap at d ilaku kan d en gan m erum uskan kem bali sistem pen erapan tarif dan pen am bahan jen is pun gutan daerah, yang dapat m engurangi atau m em batasi penggunaan kendaraan berm otor. Reform ulasi kebijakan tersebut serta im plikasinya dapat dilihat pada Ta be l V. 2 4 .

Kepada daerah juga perlu diberi peluang

Tab e l V.2 4

Re fo rm u las i Ke b ijaka n P ajak D ae r ah d a n Re tri bu s i Da e r ah

Berm otor. Dengan tarif progresif, daerah

1 Pajak Kendaraan Menaikkan tarif

Mem perlambat

d a p a t m e n go p t im a lk a n p e n e r im a a n

Berm otor m aksim um da n

pertam bahan kendaraan

p a ja k d a r i m a s ya r a k a t ya n g

m enera pkan tarif

berm otor

progresif

b er p en d a p a t a n t in ggi d a n ju ga d a p a t

2 Bea Balik Na ma Menaikkan tarif

Mem perlambat

digun akan m en guran gi kem acetan lalu-

Kendaraan Bermotor m aksim um da n

pertam bahan kendaraan

m enera pkan tarif

berm otor

lintas dan konsum si bahan bakar m inyak.

progresif 3 Pajak Bahan Bakar

Da e r a h d im u n gk in k a n u n t u k

Menaikkan tarif

Mengurangi

Kendaraan Bermotor m aksim um

penggunaan ken daraan

m enetapkan tarif pajak yang lebih besar

pribadi

terh adap ken daraan -ken daraan den gan

4 Pajak Parkir Menaikkan tarif

Mengurangi

m aksim um

penggunaan ken daraan pribadi

isi silinder yang lebih besar, atau terhadap

kep em ilikan d u a atau lebih ken d ar aan

5 Retribusi Pen gendalian Mengenakan retribusi

Mengurangi

Lalu Lintas (congestion terhadap pen ggun a jalan

penggunaan ken daraan

berm otor. La n gk a h - la n gk a h p e n gu a t a n t a x in g

charging) yang m acet

pribadi

Su mber : Dep artem en Keu angan

p ow er t er s eb u t t ela h d iu s u lka n oleh Pem erintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat dalam Rancangan Undang-Undang Pajak Daer ah dan Retr ibusi Daer ah , yan g m er upakan pen yem pur n aan dar i UU Nom or 34 Tahun 20 0 0 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Saat ini pem bahasan rancangan undang-undang tersebut telah m em asuki tahap akhir dan diharapkan dalam tahun ini akan ditetapkan m en jadi un dan g-un dan g.

Ran can gan Un dan g-Un dan g Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yan g saat in i sedan g dibahas bersam a oleh Pem erintah dan Dewan Perwakilan Rakyat, akan berfungsi sebagai in strum en pen gaturan pen dapatan daerah dan sekaligus sebagai salah satu in strum en kebijakan penghem atan energi. Oleh karena itu, akan diupayakan sem aksim al m ungkin agar am andem en UU Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dapat m engakom odir langkah- lan gkah yan g akan ditem puh Pem erin tah.

6. Pen gawasan Den gan p en in gkatan ta xin g p ow er , d aer ah h ar u s d iawasi secar a lebih ketat d alam

pem un gutan pajak dan retribusi. Pen gawasan pem un gutan pajak dan retribusi daerah dilakukan secara preven tif dan represif. Peraturan daerah yan g m en gatur pajak dan retribusi harus dievaluasi oleh provinsi untuk Perda kabupaten/ kota dan oleh Menteri Dalam Negeri untuk Perda provinsi. Hasil evaluasi Perda tersebut dikoordinasikan dengan Men t er i Keu an gan . Selain it u , kep ad a d aer ah ju ga d iken akan san ksi ap abila t id ak m en yam paikan Perda kepada Pem erin tah, atau bagi daerah yan g tetap m elaksan akan Perda yang telah dibatalkan.

V-44 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

5.4 .2 . Ko n s is te n s i Pe laks an aan Prin s ip M o n e y Fo llo w s Fu n c t i o n

Pen gu atan atas pelaksan aan pr in sip m on ey follow s fu n ction secar a kon sisten ke d epan m em iliki r elevan si yan g cu ku p er at d en gan p en at aan kebijakan an t ar a d esen t r alisasi kewenangan dengan desentralisasi fiskal. Prinsip m oney follow s function dim aksudkan untuk m en yelaraskan besaran kewen an gan yan g dilim pah kan den gan kebutuh an pen dan aan di daerah , seh in gga dapat dih in dari adan ya tum pan g tin dih pen dan aan an tara Pem erin tah

d a n p em er in t a h d a er a h . Un t u k m en d u ku n g a d a n ya d esen t r a lisa si kewen a n ga n p er lu

d ilaku kan p elim p ah an wewen an g gu n a m en d istr ibu sikan tan ggu n g jawab d an su m ber - sum ber keuan gan dalam m en yediakan pelayan an publik.

Penerapan prinsip m oney follow s function m enurut UU Nom or 33 Tahun 20 0 4 m em erlukan m a sa t r a n sisi, ka r en a p en yer a h a n kewen a n ga n b elu m d a p a t la n gsu n g d iiku t i d en ga n penyerahan sum ber dana sesuai beban kewenangannya, karena sam pai saat ini belum ada standar yang dapat digunakan untuk m enilai secara kuantitatif beban kewenangan dan beban pen dan aan . Prin sip m on ey follow s fun ction han ya dapat dilakukan berdasarkan perkiraan (proxy ) . Konsep ini dapat diterapkan sam pai pada tingkat yang lebih rinci apabila telah tersedia SPM dan Standar Analisa Belanja (SAB) pada sem ua tingkat pem erintahan.

Prinsip m oney follow s function dilakukan dengan m em berikan sum ber-sum ber pendanaan yang jauh lebih besar kepada daerah dan m em berikan kewenangan untuk m engelola sum ber keuan gan sen diri, den gan didukun g oleh perim ban gan keuan gan an tara Pem erin tah dan daerah . Kewen an gan un tuk m en goptim alkan sum ber keuan gan daerah sen diri dilakukan m elalui pen in gkatan kapasitas PAD, sedan gkan perim ban gan keuan gan dilakukan m elalui pengalokasian dana Transfer ke Daerah.

Pen galihan beban sebagai kon sekuen si dari pen yerahan kewen an gan tidaklah sepen uhn ya sejalan den gan pen yerahan pen dan aan n ya. Pen yerahan person il, peralatan , dan dokum en dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan satuan kerjanya. Sem entara itu pengalihan pendanaan dilakukan den gan m em berikan tran sfer dan a m elalui Dan a Perim ban gan yan g jum lahn ya jauh lebih besar dari sum ber dana yang ada sebelum nya. Hal ini m enunjukkan bahwa tidak ada hubun gan secara lan gsun g an tara beban yan g diserahkan den gan besaran dan a yan g diserahkan kepada daerah. Dengan dem ikian, untuk m enjaga konsistensi pelaksanaan prinsip m on ey follow s fun ction , Pem erin tah perlu m en erapkan SPM dan SAB sehin gga terdapat

h ubun gan secara lan gsun g dan n yata an tara beban yan g dilim pah kan den gan dan a yan g diserahkan .

5.4 .3 . D an a Tran s fe r ke D ae rah

Da n a Tr a n s fe r k e Da e r a h m e r u p a k a n in s t r u m e n u t a m a b a gi P e m e r in t a h d a la m m engim plem entasikan kebijakan desentralisasi fiskal, m elalui dana perim bangan dan Dana Otonom i Khusus (dan Dana Penyesuaian). Kebijakan dana Transfer ke Daerah diharapkan dapat m en jaga n etralitas fiskal secara n asion al, yan g m erupakan bagian tidak terpisahkan dalam konsolidasi fiskal antara APBN dan APBD. Sejalan dengan peningkatan total APBN, besar an alokasi d an a t r an sfer ke d aer ah t er sebu t d iar ah kan t et ap d ap at m en d u ku n g kesin am bun gan fiskal n asion al dalam keran gka kebijakan ekon om i m akro.

N K RAPBN 20 0 9 V-45

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

Kebijakan pen galokasian DBH diar ah kan u n tu k m en gu r an gi kesen jan gan fiskal ver tikal an t ar a Pem er in t ah d an d aer ah secar a lebih op t im al, kar en a sebagian su m ber -su m ber penerim aan pajak yang besar m asih dikelola oleh Pem erintah. Sem entara itu, terkait dengan DBH SDA terdapat beberapa hal yang perlu ditegaskan dalam pengalokasiannya, sebagaim ana diatur dalam UU Nom or 33 Tahun 20 0 4 antara lain:

1. Pem erintah m enetapkan alokasi dana bagi hasil yang berasal dari sum ber daya alam sesuai dengan penetapan dasar perhitungan dan daerah penghasil.

2 .Da n a b a gi h a sil ya n g m er u p a ka n b a gia n d a er a h d isa lu r ka n b er d a sa r ka n r ea lisa si pen erim aan tahun an ggaran berjalan .

3. Realisasi penyaluran dana bagi hasil dari sektor m inyak bum i dan gas bum i tidak m elebihi 130 persen dari asum si dasar harga m inyak bum i dan gas bum i dalam APBN tahun berjalan.

4. Apabila m elebihi 130 persen, kelebihannya dibagikan ke daerah sebagai DAU tam bahan den gan m en ggun akan form ulasi DAU berdasarkan celah fiskal.

Alokasi DAU selain d it u ju kan u n t u k m en gu r an gi kesen jan gan fiskal an t ar d aer ah , ju ga diharapkan dapat m enstim ulasi pem bangunan daerah. Evaluasi atas perhitungan DAU terus dilakukan secara berkelan jutan dari tahun ke tahun un tuk m em peroleh hasil pem erataan yang terbaik dengan m enggunakan indikator Coefficient of Variation (CV) dan W illiam son In d ex (W I). Un tu k m en in gkatkan keseim ban gan an tar d aer ah , pen er apan for m u la DAU m urni (non-holdharm less) berdasarkan form ula yang ditetapkan dalam UU Nom or 33 Tahun

20 0 4 dan PP Nom or 55 Tah un 20 0 5, m em un gkin kan daerah m en erim a DAU lebih kecil dari tahun sebelum nya, DAU sam a dengan nol, atau DAU lebih besar dari tahun sebelum nya.

H al in i d ilaku kan sejalan d en gan kon sep d asar DAU sebagai equ a lizin g g r a n t, d im an a penerim aan daerah dari DAU secara proporsional dapat diseim bangkan dengan penerim aan daerah dari DBH dan PAD. Berkaitan dengan itu, dalam APBN 20 0 9 tidak lagi disediakan Dan a Pen yesuaian .

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap perkem bangan DAU, diperoleh hal-hal sebagai berikut:

1. Meskipun alokasi DAU secara n asion al setiap tahun m en in gkat, pen in gkatan DAU per daerah tidak signifikan karena jum lah daerah terus bertam bah.

2. Proporsi Alokasi Dasar dalam form ula DAU diperkecil setiap tahun agar form ula DAU berdasarkan celah fiskal lebih berperan dalam rangka pem erataan keuangan antardaerah.

3 . P r o p o r s i ce la h fis k a l d a la m fo r m u la DAU h a r u s d ip e r b e s a r p e r a n a n n ya u n t u k m en goptim alkan peran form ula m urn i atau celah fiskal sehin gga m em berikan m an faat lebih besar kepada daerah-daerah yang kem am puan fiskalnya rendah.

Sem en t a r a it u , keb ija ka n DAK d ih a r a p ka n m a m p u m en d or on g p en in gka t a n ku a lit a s pelayan an publik di daerah dan m en guran gi kesen jan gan pelayan an publik an tardaerah . Un tu k itu d alam m en galokasikan DAK d iar ah kan d en gan m em per tajam in d ikator yan g diperlukan dalam penyusunan kriteria dan penggunaan DAK. Alokasi DAK lebih diarahkan u n t u k m en d an ai bid an g-bid an g yan g m en u n jan g p elayan an d asar m asyar akat , sep er t i infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Selanjutnya arah kebijakan DAK ke depan antara lain :

V-46 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

1. Diprioritaskan un tuk m em ban tu daerah-daerah yan g kem am puan keuan gan n ya relatif r en d a h , d a la m r a n gka m en d a n a i kegia t a n p en yed ia a n sa r a n a d a n p r a sa r a n a fisik pelayan an dasar yan g sudah m erupakan urusan daerah;

2. Men u n jan g p er cep at an p em ban gu n an sar an a d an p r asar an a d i wilayah p esisir d an kepulauan , perbatasan den gan n egara lain , daerah tertin ggal/ terpen cil, serta term asuk kategori ketah an an pan gan ;

3. Men galih kan secara bertah ap dan a dekon sen trasi dan dan a tugas pem ban tuan , yan g m erupakan bagian anggaran kem enterian negara / lem baga yang sudah m enjadi urusan daerah, m elalui m ekan ism e DAK.

Kebijakan dan form ulasi Transfer ke Daerah di m asa m endatang, selain tetap berdasarkan kepada peraturan perundangan, dan terus m enyem purnakan peraturan sesuai dengan kondisi dan situasi yang terus berkem bang, juga dengan m em perhatikan hasil evaluasi im plem entasi desentralisasi fiskal delapan tahun terakhir, dengan m em pertim bangkan praktek terbaik (best practices) di negara-negara m aju yang berlaku secara internasional. Beberapa langkah m aju yang telah diraih Indonesia dalam pengalokasian Transfer ke Daerah dalam beberapa tahun terakhir ini, yang akan terus disem purnakan pada waktu yang akan datang adalah pelaksanaan

d esen t r alisasi fiskal, yan g m en ged ep an kan asa s t r an sp ar a n si, a ku n t a b ilit a s, efisien si, efektivitas, dan partisipasi m asyarakat. Upaya tersebut akan berhasil apabila penyem purnaan im plem entasi di daerah dilakukan secara berkesinam bungan, sehingga peningkatan alokasi Tr an sfer ke Daer ah d ar i tah u n ke tah u n d ap at m en in gkatkan p em er ataan kem am p u an keuangan antara Pusat dan Daerah dan antar daerah, serta m endukung pem bangunan daerah dalam ran gka m en gen taskan kem iskin an (pro poor), m em perluas lapan gan kerja (pro job creation ), dan m eningkatkan pertum buhan ekonom i (pro grow th).

Kebijakan Transfer ke Daerah yang dapat dijadikan acuan untuk penyem purnaan kebijakan dan reform ulasi Transfer ke Daerah di m asa m endatang antara lain sebagai berikut :

Per t a m a , p en er a p a n seca r a kon sist en for m u la DAU m u r n i b er d a sa r ka n cela h fiska l (N onH oldharm less) dan diberlakukannya pem batasan (capping) proporsi alokasi dasar dalam pen gh itun gan DAU, agar dapat m en in gkatkan pem erataan kapasitas fiskal an tar daerah , serta perbaikan rasio penerim aan pem erintah daerah terhadap kebutuhan pengeluarannya dengan m enggunakan indikator indeks w illiam son.

Kedua, penyem purnaan alokasi DAU dengan m enghilangkan perhitungan alokasi dasar (gaji PNS daerah) secara penuh, karena penyaluran dana yang penggunaannya telah ditetapkan

akan m en urun kan in sen tif un tuk m en guran gi kelebihan pegawai dan m en cari kom bin asi m asukan secara optim al (tenaga kerja, m odal, bahan baku, dan outsourcing) dalam rangka penyediaan layanan publik yang berkualitas. Penghapusan cakupan penghitungan gaji PNS daerah secara penuh ini akan berkontribusi terhadap peningkatan efisiensi pada pengeluaran pem erin tah daerah.

Ketiga, pen yem purn aan perhitun gan pagu DAU n asion al berdasarkan persen tase terten tu PDN Neto (seku r an g-ku r an gn ya 26% x PDN Neto) d en gan m em per tim ban gkan kon d isi fiskal n asion al dan pen gen dalian defisit APBN dalam jan gka pan jan g. Pen ghitun gan PDN Neto ke depan akan terus dipertim bangkan dengan m em asukkan variabel subsidi BBM dan su bsid i lain yan g ber sifat ea r m a r k d an in -ou t sebagai faktor p en gu r an g d alam r an gka antisipasi dam pak kenaikan harga m inyak, penciptaan stabilisasi APBN dan APBD, dengan tetap m enjaga peningkatan secara riil alokasi DAU setiap tahun.

N K RAPBN 20 0 9 V-47

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

Keem pat, penyem purnaan perhitungan DAU ke depan dengan konsep Fiscal Gap (Kebutuhan Fiskal dikurangi Kapasitas Fiskal), dim ana kebutuhan fiskal tidak lagi m enggunakan proxy

ber d asar kan var iabel-var iabel kep en d u d u kan d an kewilayah an saja, tap i m en ggu n akan pen gukuran berdasarkan in deks-in deks terten tu yan g disusun dalam Stan dar Pelayan an Min im al (SPM) dan Stan dar An alisa Belan ja (SAB) m asin g-m asin g Daerah.

Kelim a, penerapan prinsip desentralisasi fiskal dari aspek penerim aan (rev enue assignm ent) dapat dim ulai dari pengelolaan PBB. Penerim aan PBB diharapkan dapat m enjadi instrum en

keb ija ka n p en er im a a n d a er a h , m en gin ga t PBB m er u p a ka n b a gia n d a r i p a ja k d a er a h , seb a ga im a n a ya n g t ela h d ip r a kt ekka n d i seb a gia n b esa r n ega r a m a ju . Desen t r a lisa si penerim aan PBB tersebut akan dapat disesuaikan dengan kebutuhan m asing-m asing daerah, seh in gga dim un gkin kan adan ya pen in gkatan daya sain g an tardaerah dalam pen gelolaan PBB.

Keen am , kebijakan DAK di m asa m endatang diarahkan untuk m engoptim alkan pelaksanaan p en galih an secar a ber t ah ap kegiat an d an an ggar an kem en t er ian n egar a/ lem baga yan g digun akan un tuk m elaksan akan urusan daerah ke DAK, serta m en doron g pen galokasian DAK ya n g d it u ju ka n u n t u k m en in gka t ka n ku a lit a s p ela ya n a n p u b lik d i d a er a h , d a n m engurangi kesenjangan pelayanan publik antardaerah (public serv ice prov ision gap). H al in i b er a r t i b a h wa keb ija ka n DAK ke d ep a n ju ga h a r u s d ia r a h ka n u n t u k m en d or on g pelaksan aan belan ja daerah yan g efisien dan efektif ke arah pen in gkatan pen capaian SPM pelayanan publik, serta m endorong percepatan pem bangunan daerah dan pencapaian sasaran prioritas nasional.

Ketujuh, pelaksanaan secara konsisten PP Nom or 38 Tahun 20 0 7 tentang Pem bagian Urusan Pem er in t ah an an t ar a Pem er in t ah , Pem er in t ah an Daer ah Pr ovin si, Dan Pem er in t ah an Daerah Kabupaten / Kota, akan sem akin m em perbesar pergeseran an ggaran kem en terian n egar a/ lem baga yan g su dah m en jadi u r u san daer ah ke DAK. Sem akin besar n ya alokasi DAK tersebut diharapkan dapat m em pen garuhi pola belan ja daerah yan g lebih m em ihak kepada pen in gkatan kualitas pelayan an publik.

5.4 .4 . H arm o n is as i D an a D e s e n tralis as i d e n gan D an a

D e ko n s e n tras i d an D an a Tu gas Pe m ban tu an

Da n a d esen t r a lisa si ya n g m er u p a ka n t r a n sfer d a n a d a r i P em er in t a h (AP BN) kep a d a p em er in t a h d a er a h (APBD), p a d a d a sa r n ya d igu n a ka n u n t u k m en d a n a i p r ogr a m d a n kegiatan di daerah, yan g m en cerm in kan urusan pem erin tahan yan g m en jadi kewen an gan daer ah . Sedan gkan dan a dekon sen tr asi dan dan a tugas pem ban tuan , yan g dikelola oleh kem en terian n egara/ lem baga digun akan untuk m endanai program dan kegiatan di daerah yan g m en cerm in kan urusan pem erin tahan yan g m en jadi kewen an gan Pem erin tah. H al in i berarti walaupun digunakan untuk m endanai program dan kegiatan di daerah, pengelolaan

d a n p en ggu n a a n d a n a d ekon s en t r a s i d a n d a n a t u ga s p em b a n t u a n b er b ed a d en ga n pengelolaan dan penggunaan dana desentralisasi.

Un tuk m em perjelas pem bagian urusan pem erin tahan , Pem erin tah telah m en geluarkan PP Nom or 38 Tah un 20 0 7, yan g m em bagi urusan pem erin tah an yan g m en jadi kewen an gan Pem erintah, Pem erintah Provinsi, dan Pem erintah Kabupaten/ Kota m enurut bidang urusan

V-48 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

pem erintahan. Pem bagian urusan pem erintahan tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi setiap jenjang pem erintahan untuk m enentukan alokasi pendanaannya. Urusan p e m e r in t a h a n ya n g m e n ja d i k e we n a n ga n P e m e r in t a h d id a n a i d a r i AP BN , u r u s a n pem erintahan yang m enjadi kewenangan Pem erintah Provinsi didanai dari APBD provinsi, dan urusan pem erintahan yang m enjadi kewenangan Pem erintah Kabupaten/ Kota didanai dari APBD Kabupaten/ Kota. Selain itu, telah ditetapkan pula PP Nom or 7 Tahun 20 0 8 tentang Dekon sen t r a si d a n Tu ga s Pem b a n t u a n , ya n g m en ga t u r m eka n ism e p en gelola a n d a n a dekonsentrasi dan dana tugas pem bantuan untuk m endanai program dan kegiatan di daerah. Un tuk dan a dekon sen trasi, an tara lain diatur bah wa alokasin ya h an ya digun akan un tuk m en d an ai kegiat an ber sifat n on fisik yan g d ilim p ah kan kep ad a Gu ber n u r selaku wakil Pem erintah di daerah. Kegiatan yang bersifat nonfisik tersebut antara lain berupa kegiatan koor d in asi, per en can aan , fasilitasi, bim bin gan tekn is, pelatih an , pen yu lu h an , su per visi, p em b in a a n , p en ga wa sa n , d a n p en gen d a lia n . Sem en t a r a it u , d a n a t u ga s p em b a n t u a n dialokasikan u n tu k m en dan ai kegiatan ber sifat fisik yan g ditu gaskan kepada gu ber n u r / bupati/ walikota selaku kepala daerah oton om , yan g an tara lain berupa pen gadaan baran g seperti bangunan, peralatan dan m esin, jalan, jaringan, irigasi, dan kegiatan fisik lainnya.

Dalam proses penganggarannya, baik dana dekonsentrasi m aupun dana tugas pem bantuan

h a r u s d it u a n gka n d a la m Ren ca n a Ker ja d a n An gga r a n (RKA) p a d a m a s in g-m a s in g kem en terian n egara/ lem baga. Ren can a an ggaran dan lokasi un tuk program dan kegiatan yang akan dilim pahkan dan/ atau ditugaskan tersebut disusun dengan m em pertim bangkan aspek kem am puan keuangan negara, keseim bangan pendanaan di daerah, dan kebutuhan p em ban gu n an d i d aer ah . Per t im ban gan t er h ad ap asp ek kem am p u an keu an gan n egar a dim aksudkan agar alokasi dan a dekon sen tr asi dan dan a tugas pem ban tuan disesuaikan dengan kem am puan APBN dalam m endanai urusan Pem erintah. Sem entara pertim bangan aspek keseim ban gan pen dan aan di daerah dim aksudkan agar alokasi dan a dekon sen trasi dan dan a tugas pem ban tuan m em pertim ban gkan kem am puan keuan gan daerah , berupa PAD dan dan a tran sfer, kebutuh an pem ban gun an daerah , serta prioritas pem ban gun an nasional dan daerah. Dengan dem ikian diharapkan, sum ber dana APBN bisa teralokasi secara efektif dan efisien , dan tidak terkon sen trasi pada suatu daerah terten tu, sehin gga dapat m en guran gi kesen jan gan pem ban gun an dan pertum buhan ekon om i an tardaerah.

Indikasi program dan kegiatan yang akan dilim pahkan harus diberitahukan kepada Gubernur, dem ikian juga yan g akan ditugaskan h arus diberitah ukan kepada kepala daerah oton om setelah ditetapkannya pagu sem entara anggaran kem enterian negara/ lem baga. Selanjutnya, m en ter i/ pim pin an lem baga wajib m en yam paikan per atur an m en ter i/ pim pin an lem baga tentang pelim pahan wewenang kepada gubernur dan peraturan m enteri/ pim pinan lem baga t en t an g p en u gasan kep ad a gu ber n u r / bu p at i/ walikot a set elah d it et ap kan n ya Per at u r an Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Pem erintah Pusat (RABPP) pada m inggu pertam a bu lan Desem ber . Pen yam p aian p er at u r an in i d im aksu d kan agar r en can a kegiat an d an an ggaran dari Pem erin tah yan g akan dilaksan akan di daerah, dapat segera diketahui oleh pem erintah daerah dan dapat digunakan sebagai bahan sinkronisasi dalam penyusunan pro- gr a m d a n k e gia t a n ya n g a k a n d id a n a i d a r i AP BD. De n ga n d e m ik ia n d a la m t a h a p pen gan ggaran , alokasi dan a dekon sen trasi dan dan a tugas pem ban tuan yan g digun akan untuk m endanai program dan kegiatan di daerah telah diarahkan agar tidak tum pang tindih dengan program dan kegiatan yang didanai dari APBD.

N K RAPBN 20 0 9 V-49

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

Dalam tahap pelaksan aan , gubern ur selaku pelaksan a dan a dekon sen trasi dan gubern ur/

b u p a t i/ wa lik o t a s e la k u p e la k s a n a d a n a t u ga s p e m b a n t u a n , s e ca r a p e r io d ik wa jib m enyam paikan laporan kepada Pem erintah m elalui m enteri/ pim pinan lem baga dan Menteri Keuangan. Selain itu gubernur/ bupati/ walikota juga wajib m elam pirkan laporan pelaksanaan dan a dekon sen trasi dan / atau dan a tugas pem ban tuan dalam laporan pertan ggun gjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD.

Dengan adanya ketentuan yang lebih jelas dalam pengelolaan dana dekonsentrasi dan dana tugas pem ban tuan tersebut, m aka un tuk tahun depan perlu terus dilakukan harm on isasi an tara dan a dekon sen trasi dan dan a tugas pem ban tuan den gan dan a desen tralisasi, baik pada tahap pen gan ggaran m aupun pelaksan aan n ya. H al in i pen tin g dilakukan m en gin gat dalam era oton om i daerah alokasi dan a dekon sen trasi dan dan a tugas pem ban tuan dari tah un ke tah un m asih cen derun g m en in gkat sejalan den gan m en in gkatn ya alokasi dan a desentralisasi. Perkem bangan dana dekonsentrasi dan dana tugas pem bantuan dalam periode tahun 20 0 7-20 0 8 dapat dilihat pada Gra fik V.2 4 dan Gra fik V.2 5.

P e r k e m b a n ga n a lo k a s i d a n a

Ka b u p a te n / Ko ta S e -P ro vin si d i In d o n e sia Pe ta D a n a D e k o n se n tra s i Gr afik V. 2 4

desentralisasi, dana dekonsentrasi dan

Ta h u n 2 0 0 7-2 0 0 8

dana tugas pem bantuan untuk periode

Jumlah 2008 Total 2008

Uraian Uraian Daerah Jumlah 2007 2007 %

Total Daerah 33 33 24.614,90 24.614,90 Jumlah 100 100 %

Daerah

Daerah 33 33 25.212,35 Jumlah 25.212,35 100 100 %

t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 0 8 d a p a t d isa jika n

Terendah Tertinggi Tertinggi

Jabar Jabar 2.920,24 11,86 Jabar 2.920,24 11,86 Jabar

Rata-Rata Terendah

Sulbar Sulbar 33 207,22 745,91 207,22 0,84 - 0,84

dalam Ta be l V.2 5 .

da n D a n a Tug a s Pe m ba n tu a n Ta hu n 2 0 0 5 -2 0 0 8 (triliu n R upia h )

D a n a D e s e ntra lis as i

Dana Dekon sen trasi

Sumber : Departemen Keuangan

Dana Tugas P em ban tu an

Su m ber : Dep artem en Keu an ga n

K ab u p a te n / Ko ta S e -P ro vi n s i d i In d o n e s i a P e t a D a n a Tu ga s P e m b an t u a n Grafi k V. 2 5 Ta h u n 2 0 0 7-2 0 0 8

Jatim 33 33 10.832,97 10.832,97 965,17 8,91 100 % Terendah % Terendah Tertinggi

Uraian Uraian

Jumlah 2008 Jumlah

Tertinggi

Jatim

DKI Jatim DKI

0,15 0,15 9,92 DKI DKI Jatim

Rata-Rata Rata-Rata

Su m ber : Dep ar tem en Keuan gan

V-50 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

5.4 .5. Prin s ip -Prin s ip Efis ie n s i Be lan ja d alam Pe layan an P u b lik

Pelayanan publik pada dasarnya dapat dilakukan oleh berbagai tingkat pem erintahan, baik Pem erintah, pem erintah provinsi m aupun pem erintah kabupaten/ kota. PP Nom or 38 Tahun

20 0 7 secar a su bst an sif m em bagi t an ggu n g jawab p em ber ian p elayan an p u blik d en gan m em pertim bangkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaannya. Beberapa prinsip um um yang dipergun akan dalam m elakukan efisien si belan ja dalam pelayan an publik adalah sebagai berikut:

1. Man faat Skala Ekon om i Dalam m em berikan pelayanan publik perlu m em pertim bangkan m anfaat ekonom i yang

d iper oleh d iban d in gkan d en gan biaya yan g d iper lu kan u n tu k pen yed iaan pelayan an tersebut.

2. Faktor Eksternalitas Pelayan an p u blik yan g d iselen ggar akan su atu p em er in tah d aer ah lebih tep at u n tu k

m asyar akat yan g ber ada di wilayah adm in istr asi daer ah yan g ber san gkutan . Apabila p en yelen gga r a a n p ela ya n a n t er seb u t u n t u k lin t a s d a er a h , m a ka p en yelen gga r a a n pelayanan tersebut lebih tepat dilakukan oleh pem erintah yang lebih tinggi.

3. Kesenjangan Potensi Ekonom i dan Kapasitas Adm inistrasi Tiap daerah m em iliki poten si ekon om i dan kapasitas adm in istrasi yan g berbeda-beda.

Se m a k in b e s a r p e r b e d a a n a n t a r d a e r a h , s e m a k in d ip e r lu k a n k e t e lit ia n d a la m m endistribusikan pelayanan publik. Perlu dilakukan upaya secara terus m enerus untuk m en guran gi kesen jan gan , karen a kebijakan desen tralisasi adm in istrasi/ pem erin tah an tidak m em bedakan kesenjangan kapasitas adm inistrasi. Sem akin kecil kesenjangan potensi ekon om i dan kapasitas adm in istr asi, m aka pelayan an m asyar akat yan g lebih m er ata lebih m udah diciptakan , dem ikian pula sem akin m em adai kem am puan ekon om i dan kapasitas adm inistrasi sem akin layak suatu daerah m enyelenggarakan pelayanan publik.

4 . Kecen derun gan Masyarakat Terhadap Pelayan an Publik Sem akin bervariasi kecenderungan m asyarakat terhadap pelayanan tertentu, m aka akan

sem akin layak pelayanan publik tersebut dilaksanakan oleh tingkat pem erintahan yang leb ih d eka t ke m a sya r a ka t . Seb a likn ya , a p a b ila kecen d er u n ga n m a sya r a ka t r ela t if

h om ogen m a ka p r od u ksi/ p en yed ia a n d a p a t d ila ku ka n seca r a ser a ga m , seh in gga pelayanan publik kurang efisien pada pem erintahan yang lebih rendah.

5. Pem eliharaan Stabilitas Ekonom i Makro Su a t u p ela ya n a n p u b lik seb a ikn ya d ila ksa n a ka n oleh Pem er in t a h , ka r en a a p a b ila

dilakukan oleh m asin g-m asin g daerah dapat m en gan ggu stabilitas ekon om i n asion al dan m enim bulkan ketidakharm onisan di dalam negeri. Hal ini akan m erugikan daerah, terutam a apabila m ekanism e pengawasan dan m ekanism e koordinasi antardaerah tidak tersedia secara baik. Dengan dem ikian, pelayanan publik yang layak diberikan oleh daerah adalah pelayanan-pelayanan yang tidak m em iliki dam pak atau pengaruh yang luas secara n asion al.

N K RAPBN 20 0 9 V-51

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

5.4 .6 . Pe n ge lo laan Pin jam an d an H ibah D ae rah

5 .4 .6 .1. Pin ja m a n Pe m e rin ta h D a e ra h

Pem erin tah m em buka kesem patan bagi pem erin tah daerah yan g m em en uh i persyaratan untuk m elakukan pinjam an sebagai salah satu instrum en pendanaan pem bangunan daerah, yan g ber tu ju an u n tu k m em per cepat pem ban gu n an d aer ah d alam r an gka m en in gkatkan pelayanan kepada m asyarakat. Nam un dem ikian, m engingat adanya konsekuensi kewajiban yan g h ar u s d ibayar at as p elaksan aan p in jam an p em er in t ah d aer ah d im aksu d , sep er t i an gsur an pokok, biaya bun ga, den da, dan biaya lain n ya, m aka Pem er in tah m en er apkan kebijakan yang m engedepankan prinsip kehati-hatian (prudential m anagem ent), profesional,

d an t ep at gu n a d alam m em ber ikan p er set u ju an , ser t a p an d u an p en gelolaan p in jam an pem erintah daerah agar tidak m enim bulkan dam pak negatif bagi keuangan daerah itu sendiri, serta m engganggu stabilitas ekonom i dan m oneter secara nasional.

Berdasarkan UU Nom or 33 Tahun 20 0 4 tentang Perim bangan Keuangan antara Pem erintah Pusat dan Pem erintahan Daerah, dan PP Nom or 54 Tahun 20 0 5 tentang Pinjam an Daerah, pinjam an pem erintah daerah dapat dilaksanakan dengan berpedom an pada prinsip-prinsip um um sebagai berikut:

1. Pem erintah daerah tidak dapat m elakukan pinjam an langsung kepada pihak luar negeri, kecu ali d alam h al p in jam an lan gsu n g kep ad a p ih ak lu ar n eger i yan g ter jad i kar en a kegiatan transaksi penjualan obligasi daerah m elalui pasar m odal dalam negeri.

2. Pem erintah daerah tidak dapat m elakukan penjam inan terhadap pinjam an pihak lain.

3. Pendapatan daerah dan/ atau barang m ilik daerah tidak boleh dijam inkan untuk pinjam an, kecuali untuk proyek yang didanai dari obligasi daerah beserta barang m ilik daerah yang m elekat dalam proyek tersebut.

4 . Tidak m elebih i batas defisit APBD dan batas kum ulatif pin jam an pem erin tah daerah yan g telah ditetapkan dalam peraturan perun dan g-un dan gan , yan g berlaku dan diatur dengan peraturan Menteri Keuangan tersendiri pada setiap tahunnya.

Pem erin tah daerah dapat m elakukan pin jam an yan g bersum ber dari: (i) Pem erin tah; (ii) pem erintah daerah lain; (iii) lem baga keuangan bank; (iv ) lem baga keuangan bukan bank; dan (v ) m asyarakat. Un tuk pin jam an yan g bersum ber dari m asyarakat dilakukan dalam ben t u k p en er bit an obligasi d aer ah , sed an gkan p in jam an d aer ah yan g ber su m ber d ar i pem erintah (APBN) diberikan m elalui Menteri Keuangan.

5 .4 .6 .2 . Pe n e ru s a n Pin ja m a n Lu a r N e ge ri

Pen er u san p in jam an lu ar n eger i (S u bsid ia r y Loa n Ag r eem en t / S LA) ad alah p in jam an pem erin tah daerah pada Pem erin tah, yan g dan an ya bersum ber dari pen erusan pin jam an lu ar n eger i. Pin jam an in i m er u p akan p in jam an jan gka p an jan g yan g d igu n akan u n t u k m endanai proyek investasi yang m enghasilkan penerim aan. Selain diatur dalam PP Nom or

54 Tahun 20 0 5 tentang Pinjam an Daerah, m ekanism e penerusan pinjam an luar negeri juga m en gacu pada:

1. Peraturan Pem erin tah Nom or 2 Tahun 20 0 6 ten tan g Tata Cara Pen gadaan Pin jam an dan/ atau Penerim aan H ibah Serta Penerusan Pinjam an dan/ atau H ibah Luar Negeri.

V-52 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

2. P er a t u r a n Men t er i N ega r a P er en ca n a a n P em b a n gu n a n N a s ion a l/ Kep a la Ba d a n P er en ca n a a n P em b a n gu n a n Na sion a l Nom or : P er . 0 0 5/ M.P P N/ 0 6 / 2 0 0 6 t en t a n g

Tatacara Peren can aan dan Pen gajuan Usulan serta Pen ilaian Kegiatan yan g Dibiayai dari Pinjam an dan/ atau Hibah Luar Negeri, yang m engatur perencanan dan proses lebih lanjut pengadaan pinjam an/ hibah luar negeri oleh Pem erintah.

3. Peraturan Men teri Keuan gan Nom or 53/ PMK.0 10 / 20 0 6 ten tan g Tatacara Pem berian Pinjam an Daerah dari Pem erintah yang Dananya Bersum ber dari Pinjam an Luar Negeri,

ya n g m en ga t u r p r oses p en ila ia n keu a n ga n d a r i p en er u sa n p in ja m a n lu a r n eger i Pem erintah kepada pem erintah daerah dalam bentuk pinjam an.

Secara um um perm asalahan penerusan pinjam an luar negeri adalah sebagai berikut:

1. Ter d ap at tu n ggakan p em er in tah d aer ah atas p em bayar an kem bali p in jam an .Dalam Tabe l V.2 6 dapat dilihat jum lah pinjam an yang telah dilakukan dan kinerja pem bayaran kem b a li p in ja m a n lu a r n eger i ya n g d it er u ska n kep a d a p em er in t a h d a er a h . J ika

d ib a n d in gka n d en ga n d a t a p a d a t a h u n 2 0 0 6 , m a ka t er d a p a t p en in gka t a n ju m la h tunggakan di tahun 20 0 7 pada beberapa pem erintah daerah pem injam .

1.511,8 7 0 ,56 2 Kabu paten

1 Pr ovinsi

Sum ber : Depar temen Keuan gan

2. Rendahnya kualitas perencanaan dan kesiapan pelaksanaan kegiatan (quality at entry ) ya n g a k a n d id a n a i d a r i p in ja m a n d a e r a h , s e h in gga m e n ye b a b k a n t e r ja d in ya keterlam batan pelaksanaan kegiatan. Hal ini dapat disebabkan oleh lem ahnya koordinasi antara instansi terkait baik di tingkat pusat m aupun daerah.

3. Lem ahnya inisiatif pem erintah daerah dalam m erencanakan pinjam an pem erintah daerah yan g ber su m ber dar i pen er u san pin jam an lu ar n eger i. In isiatif atas u su lan kegiatan pen erusan pin jam an luar n egeri yan g selam a in i dilakukan lebih ban yak berasal dari departem en teknis, yang m engkoordinasikan dan m engarahkan daerah untuk m elakukan pinjam an. Hal ini terjadi karena kurangnya pem aham an dan pengalam an daerah dalam pengusulan kegiatan yang akan didanai dari penerusan pinjam an luar negeri.

4 . Kurang efektifnya pengawasan dari Pem erintah terhadap aspek pelaksanaan penerusan pinjam an luar negeri.

5. Penerapan sanksi yang tidak tegas terhadap pem erintah daerah yang m elanggar ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan m aupun perjanjian pinjam an dengan pem erin tah.

6. Kurangnya kesadaran dari beberapa pem erintah daerah untuk m em enuhi kewajibannya.

N K RAPBN 20 0 9 V-53

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

5 .4 .6 .3 . Pin ja m a n D a la m N e ge ri

Pinjam an dalam negeri adalah pinjam an daerah yang dananya bersum ber dari APBN m urni

d an d isalu r kan Pem er in tah m elalu i Reken in g Pem ban gu n an Daer ah (RPD) yan g d iatu r

d alam Kep u t u san Men t er i Keu an gan Nom or 347a/ KMK.0 7/ 20 0 0 t en t an g Pen gelolaan Rekening Pem bangunan Daerah. Pinjam an dari dana RPD ini dibatasi hanya untuk pinjam an jan gka pan jan g (m aksim al 20 tahun ) un tuk m em biayai kegiatan yan g bersifat cost recov - ery , yaitu: pem bangunan prasarana air bersih, persam pahan, term inal angkutan darat serta term in al an gkutan sun gai/ dan au, pasar, dan rum ah sakit um um daerah.

Secara um um perm asalahan pin jam an daerah yan g dan an ya bersum ber dari RPD adalah:

1. Terdapat tun ggakan pem erin tah daerah atas pem bayaran kem bali pin jam an . Masalah tunggakan pem erintah daerah tersebut dapat dilihat dalam Ta be l V.2 7, yang

m enunjukkan jum lah pinjam an yang telah dilakukan dan rendahnya kinerja pem bayaran kem bali pin jam an pem erin tah daerah dari Pem erin tah yan g dan an ya bersum ber dari RPD. Dalam Ta b e l V. 2 7 t er sebu t , t er lih at ad an ya p en in gkat an ju m lah t u n ggakan pinjam an daerah dari RPD pada tahun 20 0 7, jika dibandingkan dengan tahun 20 0 6.

Ta be l V.2 7 Pin ja m a n d a n Tu n gga ka n Pin ja m a n Pe m e rin ta h D a era h d ari RPD p e r akh ir Ta h u n 2 0 0 6 -2 0 0 7 ( ju ta ru p iah )

Tu n gga ka n No

Pemda Ju m lah d a e ra h

Sumber : Depart emen Keuangan

2. Terbatasn ya alokasi dan a yan g disediakan oleh Pem erin tah m elalui RPD yan g dapat dim an faatkan oleh pem erin tah daerah.

3. Belum tersedian ya alokasi dan a un tuk pin jam an jan gka m en en gah. Den gan adan ya pin jam an jan gka m en en gah yan g diatu r pada Per atu r an Pem er in tah

Nom or 54 Tah un 20 0 5 ten tan g Pin jam an Daer ah , m aka per lu pen yediaan dan a dar i Pem erintah untuk pinjam an yang digunakan untuk pem bangunan layanan um um yang tidak m en ghasilkan pen erim aan, seperti pem ban gun an jalan desa/ kota dan perbaikan irigasi, sam pai saat ini belum disediakan oleh Pem erintah. Oleh karena itu, dalam rangka pelaksanaan UU Nom or 33 Tahun 20 0 4, Pem erintah perlu m enyediakan dana pinjam an jan gka m en en gah gun a m em ban tu pem erin tah daerah dalam m elaksan akan kegiatan pen yediaan layan an um um yan g bersifat tidak m en ghasilkan pen erim aan .

4 . P en er a p a n sa n ksi ya n g t id a k t ega s t er h a d a p p em er in t a h d a er a h ya n g m ela n gga r ket en t u a n , ya n g d ia t u r d a la m p er a t u r a n p er u n d a n g-u n d an ga n m a u p u n p er ja n jia n pin jam an den gan pem erin tah.

5. Kurangnya kesadaran dari beberapa pem erintah daerah untuk m em enuhi kewajibannya.

V-54 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

5 .4 .6 .4 . Obliga s i D a e ra h

Sebagai tindak lanjut atas am anat UU Nom or 33 Tahun 20 0 4, Pem erintah telah m em buka peluang bagi pem erintah daerah untuk m enggalang dana pinjam an pem erintah daerah yang bersum ber dari m asyarakat sebagai salah satu sum ber pendanaan daerah. Sum ber pendanaan tersebut adalah obligasi daerah untuk m endanai investasi sektor publik yang m enghasilkan pen erim aan dan m em berikan m an faat bagi m asyarakat.

Da la m r a n gka p ela ks a n a a n UU N om or 3 3 Ta h u n 2 0 0 4 t er s eb u t , P em er in t a h t ela h m en er bitkan PP Nom or 54 Tah u n 20 0 5 yan g d i d alam n ya an tar a lain d iatu r m en gen ai obligasi d aer ah . Di d alam PP t er sebu t , d iat u r ket en t u an u m u m m en yan gku t p r osed u r pen erbitan obligasi daerah beserta pen gelolaan n ya. Un tuk operasion al dan aturan tekn is penerbitan obligasi daerah, pada akhir tahun 20 0 6 Pem erintah telah m enetapkan Peraturan M e n t e r i Ke u a n ga n N o m o r 14 7/ P M K.0 7/ 2 0 0 6 t e n t a n g Ta t a ca r a P e n e r b it a n , Pertanggungjawaban dan Publikasi Inform asi Obligasi Daerah, dan Paket Peraturan Ketua Bapepam dan Lem baga Keuan gan yaitu No. VIII.G.14, No. VIII.G.15, No. VIII.G.16, No.

IX.C.12, No. IX.C.13, dan No. IX.C.14, yan g berkaitan den gan pen awaran um um obligasi daerah. Selain daripada itu, juga telah dilakukan sosialisasi kepada para pejabat eksekutif dan legislatif pem erintah provinsi, kabupaten/ kota, sehingga kebijakan penerbitan obligasi daerah dapat diterim a secara utuh oleh pem erintahan daerah.

Den gan telah ditetapkan n ya berbagai aturan hukum serta kegiatan sosialisasi diharapkan pem erintah daerah dapat m em anfaatkan salah satu sum ber pendanaan pem erintah daerah

d e n ga n m e lib a t k a n p e r a n a k t if m a s ya r a k a t . De n ga n d e m ik ia n , d ih a r a p k a n d a p a t m en in gkatkan kem am puan fiskal daerah dalam pelaksan aan pem ban gun an .

Melalui penerbitan obligasi, di satu sisi pem erintah daerah m endapatkan dana, nam un pada sisi la in p em er in t a h d a er a h h a r u s d a p a t m en in gka t ka n ka p a sit a s d a er a h n ya . H a l in i dikar en akan den gan diter bitkan n ya obligasi daer ah , pem er in tah daer ah akan m en dapat t a m b a h a n b eb a n , ya it u kewa jib a n p em b a ya r a n ku p on d a n p okok ob liga si ya n g h a r u s

d ia n gga r ka n d a la m AP BD. Ap a b ila b eb a n AP BD t er seb u t sem a kin b er a t , m a ka a ka n berpengaruh terhadap kondisi fiskal nasional. Oleh karena itu, sebagai suatu hal yang baru dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, penerbitan obligasi daerah m asih m em erlukan perhatian serius, baik dari Pem erintah sebagai penentu kebijakan secara nasional m aupun pem erintah daerah sebagai pelaksananya. Untuk itu, Pem erintah akan terus m em antau dan m elakukan evaluasi dalam ran gka pen yem purn aan kebijakan di bidan g obligasi daerah di m asa yan g akan datan g.

5 .4 .6 .5 . Ke bija ka n Pin ja m a n Pe m e rin ta h D a e ra h d i Ma s a ya n g Aka n D a ta n g

Berdasarkan pelaksan aan pin jam an pem erin tah daerah di m asa lalu, di m asa yan g akan datan g Pem er in tah akan m en er apkan kebijakan seh in gga pelaksan aan pin jam an daer ah dapat berjalan lebih baik. Adapun kebijakan yang akan diterapkan adalah:

1. Penerapan sanksi yang tegas atas pelanggaran ketentuan di bidang pinjam an pem erintah daerah .

Ben tuk pen erapan san ksi adalah den gan m elakukan pen un daan dan / atau pem oton gan dana perim bangan yang seharusnya diterim a oleh pem erintah daerah, sebagaim ana telah diatur dan diam an atkan dalam UU Nom or 33 Tah un 20 0 4 dan PP Nom or 54 Tah un

20 0 5. Selain itu, saat in i Pem erin tah sedan g m em persiapkan m ekan ism e pelaksan aan sanksi tersebut dalam peraturan Menteri Keuangan.

N K RAPBN 20 0 9 V-55

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

2. Ko o r d in a s i ya n g b a ik p a d a t a h a p p e r e n ca n a a n , p e n ila ia n , p e n a t a u s a h a a n , d a n pengawasan pinjam an daerah baik di tingkat Pusat dan daerah.

Bentuk peningkatan kualitas koordinasi dapat dilakukan dengan pengaturan pem bagian tugas dan fungsi yang lebih jelas antar instansi terkait di Departem en Keuangan, Badan Per en can aan Pem ban gu n an Nasion al (Bap p en as), m au p u n in stan si ter kait lain n ya, seh in gga dapat m em per baiki pen gatur an kelem bagaan dalam pelaksan aan pin jam an pem erin tah daerah.

3. Pan d u an pelaksan aan yan g lebih jelas d an ter ar ah u n tu k pem er in tah d aer ah d alam pelaksan aan pin jam an pem erin tah daerah.

Pem erintah akan m enyusun suatu panduan teknis yang jelas, terinci dan terarah dalam pelaksanaan pinjam an pem erintah daerah, yang diiringi dengan bim bingan teknis yang dilakukan Pem erin tah kepada pem erin tah daerah. Den gan dem ikian diharapkan akan m em per baiki kualitas per en can aan kegiatan ser ta usulan pem er in tah daer ah kepada Pem erin tah .

4 . Men gupayakan alokasi dan a Pem erin tah yan g m em adai gun a m en dukun g kebutuh an p in ja m a n p em er in t a h d a er a h ya n g b er s u m b er d a r i d a la m n eger i d a la m r a n gka m em percepat kegiatan pem ban gun an daerah.

5. Mem b er ika n d u ku n ga n d a n p en gu a t a n kep a d a p em er in t a h d a er a h d a la m u p a ya

m em an faatkan pin jam an daerah yan g bersum ber dari m asyarakat (obligasi daerah).

H iba h D a e ra h

Pem berian hibah kepada daerah didasarkan kepada UU Nom or 17 Tahun 20 0 3, UU Nom or

1 Tahun 20 0 4, dan UU Nom or 33 Tahun 20 0 4, yan g pelaksan aan n ya diatur secara lebih rinci dalam PP Nom or 57 Tahun 20 0 5 tentang Hibah Kepada Daerah, PP Nom or 2 Tahun

20 0 6 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjam an dan/ atau Penerim aan Hibah serta Penerusan Pin jam an d an / at au H ibah Lu ar Neger i, d an Per at u r an Men t er i Keu an gan Nom or 52/ PMK.0 2/ 20 0 6 ten tan g Tata Cara Pem berian H ibah Kepada Daerah.H ibah yan g diberikan kep a d a p em er in t a h d a er a h m er u p a ka n sa la h sa t u b en t u k h u b u n ga n keu a n ga n a n t a r a Pem er in tah dan pem er in tah daer ah un tuk m en dukun g pelaksan aan kegiatan di daer ah , yan g pen catatan n ya dalam APBD dikelom pokkan sebagai salah satu kom pon en lain -lain p en d a p a t a n . H ib a h b er sifa t t id a k m en gika t ka r en a t id a k h a r u s d ib a ya r kem b a li oleh pem erin tah daerah. Sesuai peraturan perun dan gan , dalam pelaksan aan pem berian hibah juga harus m em pertim ban gkan pem bagian tugas dan kewen an gan an tara Pem erin tah dan pem erintah daerah. Hal ini perlu dilakukan m engingat kegiatan yang m erupakan tugas dan kewen an gan pem erin tah daerah seharusn ya didan ai m elalui m ekan ism e APBD.

Prin sip-prin sip yan g digun akan dalam pelaksan aan pem berian hibah kepada pem erin tah daerah adalah sebagai berikut:

1. H ibah kepada kepada pem erin tah daerah bersifat ban tuan un tuk m en un jan g program pem bangunan sesuai dengan prioritas dan kebijakan Pem erintah serta m erupakan urusan daerah .

V-56 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

2. H ibah kep ad a p em er in t ah d aer ah yan g ber su m ber d ar i p en d ap at an d alam n eger i, kegiatannya m erupakan kebijakan Pem erintah atau dapat diusulkan oleh kem enterian n egar a/ lem baga.

3. Dalam hal Hibah kepada pem erintah daerah yang bersum ber dari pinjam an luar negeri, kegiatan n ya telah diusulkan oleh kem en terian n egara/ lem baga.

4. H ibah kepada pem erintah daerah yang bersum ber dari hibah luar negeri, kegiatannya dapat diusulkan oleh kem en terian n egara/ lem baga dan / atau pem erin tah daerah.

5. Hibah diberikan kepada pem erintah daerah ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan m enteri pada kem enterian negara/ pim pinan lem baga terkait.

6. Hibah yang bersum ber dari dalam negeri (Pem erintah, pem erintah daerah lain, badan/ lem b a ga / or ga n isa si swa st a d a la m n eger i, d a n kelom p ok m a sya r a ka t / p er or a n ga n ) dituangkan dalam Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) antara pem erintah daerah dan pem beri hibah.

7. H ibah yan g bersum ber dari luar n egeri (bilateral, m ultilateral, dan sum ber lain n ya) dituangkan dalam Naskah Perjanjian H ibah Luar Negeri (NPH LN) antara Pem erintah dan Pem beri Hibah Luar Negeri dan hibah tersebut dapat diteruskan oleh Pem erintah kepada pem erintah daerah dan dituangkan dalam Naskah Perjanjian Penerusan Hibah (NPPH ) an tara Pem erin tah den gan pem erin tah daerah.

8 . H ibah yang bersum ber dari pinjam an luar negeri diprioritaskan untuk daerah dengan kapasitas fiskal rendah.

Selanjutnya, penyaluran hibah dari Pem erintah kepada pem erintah daerah dilakukan dengan p em in d a h b u ku a n d a r i Reken in g Ka s Um u m Nega r a ke Reken in g Ka s Um u m Da er a h , khususnya untuk hibah yang berbentuk uang, yaitu dengan m enggunakan Bagian Anggaran Pem biayaan dan Perhitungan (BAPP) yang dikelola oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Um u m Negar a, d an t er p isah d ar i bagian an ggar an yan g d ikelola kem en t er ian n egar a/ lem baga (K/ L). Sedangkan penyaluran hibah dalam bentuk barang dan jasa dapat dilakukan dengan penyerahan langsung kepada pem erintah daerah dan kem udian akan dicatat dalam m eka n ism e AP BN d a n AP BD. Den ga n d em ikia n , t er d a p a t b a t a sa n ya n g jela s a n t a r a pengelolaan keuangan negara dalam m ekanism e APBN dengan pengelolaan keuangan daerah

d alam m ekan ism e APBD. Dalam p elaksan aan n ya selam a in i, sejak tah u n 20 0 3 sam p ai dengan tahun 20 0 5, hibah kepada pem erintah daerah (khususnya hibah dalam bentuk uang)

a d a la h b er d a sa r ka n Kep u t u sa n Men t er i Keu a n ga n Nom or 35/ KMK.0 7/ 2 0 0 3 t en t a n g Per en can aan , Pelaksan aan / Pen atau sah aan , d an Pem an tau an Pen er u san Pin jam an Lu ar Negeri Pem erintah kepada Daerah. Terkait dengan hal tersebut agar penyaluran hibah dari Pem erintah ke pem erintah daerah dapat dilaksanakan sesuai peraturan perundangan, m aka saat ini usulan tersebut akan dituangkan dalam peraturan Menteri Keuangan.

5.4 .7. Pe n gan ggaran Be rbas is Kin e rja d an Pe n gan ggaran Jan gka Me n e n gah p ad a APBD

Dalam upaya m em perbaiki proses pen gan ggaran sektor publik telah diterapkan an ggaran berbasis kinerja. Anggaran berbasis kinerja m enuntut adanya kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi, serta tidak adan ya duplikasi pen yusun an ren can a kerja dan an ggaran oleh

N K RAPBN 20 0 9 V-57

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Anggaran berbasis kinerja diperlukan untuk m en d u ku n g t u ju a n u t a m a keb ija ka n d esen t r a lisa si fiska l ya it u p en in gka t a n ku a lit a s p e la ya n a n p u b lik . Se m e n t a r a it u , p e r k e m b a n ga n d in a m is d a la m p e n ye le n gga r a a n p em er in tah an m em bu tu h kan sistem p er en can aan fiskal yan g ber kesin am bu n gan , gu n a m enjaga keberlanjutan pelaksanaan pem bangunan. Oleh karena itu, penyusunan anggaran tah un an dilaksan akan sesuai den gan Keran gka Pen geluaran J an gka Men en gah (M edium Term Expen diture Fram ew ork) .

Dengan sistem anggaran berbasis kinerja, penyusunan dan pem bahasan APBD dengan DPRD lebih difokuskan pada keterkaitan antara anggaran yang dialokasikan pada tiap SKPD dengan capaian keluaran (output) dan hasil (outcom e) yan g terukur un tuk m en capai sasaran dan t u ju a n p em er in t a h d a er a h . Den ga n d em ikia n , p en ga n gga r a n b er b a sis kin er ja d a p a t m em ban tu pem erin tah daerah dalam m en in gkatkan akun tabilitasn ya.

Pada hakekatnya tujuan penganggaran berbasis kinerja adalah untuk m eningkatkan efisiensi alokasi dan produktifitas belanja pem erintah. Penganggaran berbasis kinerja sangat berguna dalam m elakukan penghem atan anggaran jika dilakukan pengetatan program dan kegiatan. Dalam berbagai situasi, ketersediaan an ggaran selalu lebih terbatas diban din gkan den gan kebutuhan pem belanjaan. Penganggaran berbasis kinerja akan m endorong adanya evaluasi dan peran can gan ulan g kegiatan secara berkala apabila dian ggap bahwa kegiatan terten tu tidak efisien dan efektif dalam m encapai hasil (outcom e) yang diinginkan.

Penganggaran berbasis kinerja juga dapat m em bantu dalam m em bandingkan tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan yan g dilakukan SKPD sejen is di daerah lain . Den gan dem ikian , pen gan ggaran berbasis kin erja juga dapat m en doron g kom petisi an tarpem erin tah daerah dalam m em ajukan daerah n ya m asin g-m asin g.

Perkem ban gan din am is dalam pen yusun an an ggaran berdasarkan keran gka pen geluaran jangka m enengah bagi pem erintah daerah secara eksplisit dinyatakan dalam PP Nom or 58 Ta h u n 2 0 0 5. Da la m p er a t u r a n p em er in t a h t er seb u t d in ya t a ka n b a h wa d a la m r a n gka penyusunan RAPBD, Kepala SKPD selaku pengguna anggaran m enyusun rencana kerja dan an ggaran SKPD tahun berjalan disertai perkiraan belan ja un tuk tahun berikutn ya setelah tahun anggaran yang sudah disusun. Peraturan Pem erintah tersebut juga m enegaskan bahwa r en ca n a ker ja a n gga r a n SKP D d isu su n d en ga n m en ggu n a ka n p en d eka t a n ker a n gka pen geluaran jan gka m en en gah daerah, pen gan ggaran terpadu, dan pen gan ggaran berbasis kinerja. Kerangka pengeluaran jangka m enengah dilaksanakan dengan m enyusun perkiraan yang berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan yang direncanakan pada tahun berikutnya. Ketentuan dalam peraturan pem erintah ini telah dijabarkan secara lebih r in ci d an t ekn is d alam Per at u r an Men t er i Dalam Neger i Nom or 13 Tah u n 20 0 6 sebagaim ana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nom or 59 Tahun 20 0 7 ten tan g Pedom an Pen gelolaan Keuan gan Daerah.

Untuk m enerapkan penganggaran dengan m enggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka m enengah diperlukan kesiapan untuk m em aham i konsepsi tersebut. Dengan berbagai persiapan tersebut, baik berupa sosialisasi dan pen in gkatan sum ber daya m an usia yan g m engelola keuangan, diharapkan penganggaran dengan pendekatan kerangka pengeluaran jangka m enengah tersebut dapat diterapkan m ulai tahun anggaran 20 0 9.

V-58 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

5.4 .8 . Ko n s o lid as i D e fis it APBN d e n gan APBD

Per an an p em er in t ah d alam m en gger akkan r od a p er ekon om ian san gat d it en t u kan oleh kebijakan anggaran dalam m em berikan ruang gerak bagi aktifitas perekonom ian. Pola belanja pem erin tah yan g ekspan sif dan terarah ten tun ya akan m en doron g pertum buhan ekon om i ke tin gkat yan g lebih baik. Nam un dem ikian , dalam ran gka pen gelolaan fiskal yan g hati-

h a t i d a n b e r ke s in a m b u n ga n , p e m e r in t a h h a r u s s e la lu m e m p e r h a t ika n b a t a s - b a t a s kem am p u an keu an gan n ya seh in gga t id ak t er jebak p ad a kon d isi d efisit an ggar an yan g berlebihan. Dalam kaitan itulah, m aka Pem erintah m elakukan pengendalian defisit anggaran yan g tidak han ya m en cakup APBN, n am un juga APBD.

Un t u k t ah u n an ggar an 20 0 8 , p en gen d alian d efisit APBN d an APBD d it et ap kan d alam Per a t u r a n Men t er i Keu a n ga n No. 9 5/ PMK.0 7/ 2 0 0 7 t en t a n g Ba t a s Ma ksim a l J u m la h Kum ulatif Defisit APBN dan APBD m asin g-m asin g Daerah , dan Batas Maksim al J um lah Kum ulatif Pinjam an Daerah untuk Tahun Anggaran 20 0 8 . Dalam peraturan ini diatur bahwa jum lah kum ulatif defisit APBD tidak boleh m elebihi 0 ,3 persen dari proyeksi PDB pada APBN tahun 20 0 8 . Selain itu, juga diatur bahwa m aksim al defisit APBD m asin g-m asin g daerah adalah 3 persen dari total pendapatan APBD. Tujuan utam a dari kebijakan ini adalah untuk m enghindari daerah tidak terjebak dalam utang (debt trap), yang akan m eningkatkan risiko kestabilan keuan gan n egar a. Nam un dem ikian , dalam kon disi ter ten tu, seper ti keadaan

d ar u r at atau lu ar biasa atau ekspan si per ekon om ian d aer ah d alam r an gka pen in gkatan p ela ya n a n p u b lik, d a er a h d a p a t m en ga n gga r ka n d efisit leb ih d a r i 3 p er sen set ela h m endapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan, dengan tetap m em perhatikan ketentuan sepanjang total defisit keseluruhan APBD se-Indonesia tidak m elebihi 0 ,3 persen dari proyeksi PDB.

Pada tahun 20 0 8 , total defisit APBD adalah Rp43,0 1 triliun atau 0 ,96 persen dari PDB, nam un apabila tidak m em perhitungkan defisit yang dibiayai dari SiLPA dan pencairan dana cadangan m aka justru terdapat total surplus APBD sebesar Rp4,74 triliun atau surplus sebesar 0 ,11 persen dari PDB. Total surplus APBD tersebut m engindikasikan bahwa untuk tahun 20 0 8 tidak akan terjadi kon disi yan g dapat m em bahayakan kestabilan keuan gan n egara sebagai akibat beban pinjam an daerah.

Meskipun secara keseluruhan APBD m en galam i surplus, m asih terdapat beberapa daerah yang m enetapkan defisit APBD lebih dari 3 persen (perhitungan surplus/ defisit dengan tidak m em perhitungkan defisit yang dibiayai dari SiLPA dan Pencairan Dana Cadangan). Hal ini m en un jukkan bahwa daerah-daerah tersebut m em pun yai beban defisit cukup besar yan g tidak dapat dibiayai oleh SiLPA dan Dana Cadangan. Alternatif lain untuk m enutup beban defisit tersebut adalah dibiayai m elalui pinjam an daerah, yang tentunya m em punyai im plikasi kepada daerah un tuk m em bayar kem bali pin jam an tersebut. Oleh karen a itu, Pem erin tah t e r u s m e la ku ka n p e m a n t a u a n d a n e va lu a s i, u t a m a n ya b a gi b e b e r a p a d a e r a h ya n g m enganggarkan defisit jauh lebih tinggi dari batas yang telah ditetapkan.

Sebagaim ana telah dikem ukakan pada BAB II bahwa kum ulatif defisit RAPBN dan RAPBD tahun 20 0 9 adalah 1,8 5 persen dari proyeksi PDB tahun 20 0 9, m aka untuk total konsolidasi defisit RAPBD tahun 20 0 9 diperkirakan sebesar 0 ,35 persen dari proyeksi PDB tahun 20 0 9. Oleh karena itu batas m aksim al defisit APBD setiap daerah direncanakan sebesar 3,5 persen dari total pendapatan m asing-m asing RAPBD tahun 20 0 9.

N K RAPBN 20 0 9 V-59

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

5.5. Ke bijakan Alo kas i Tran s fe r ke D ae rah Tah u n 2 0 0 9

5.5.1. Arah Ke bijakan Alo kas i Tran s fe r Ke D ae rah

Tan tan gan ekon om i dalam tahun 20 0 9 diperkirakan m asih akan berlan jut, sebagai akibat m asih m em burukn ya kon disi ekon om i global. Meskipun dem ikian , jum lah n om in al dan a yan g akan ditran sfer Pem erin tah ke Daerah m elalui RAPBN diupayakan tetap m en galam i pen in gkatan d ar i tah u n 20 0 8 , sebagai wu ju d n yata d ar i u paya pem er in tah u n tu k ter u s m en dukun g pelaksan aan oton om i daerah secara m en yeluruh.

Terkait dengan upaya untuk m eningkatkan dana Transfer ke Daerah tersebut, m aka dengan tetap m em perh atikan berbagai peraturan perun dan g-un dan gan dan m en gacu pada h asil p em bah asan an tar a DPR-RI d an Pem er in tah d alam r an gka Pem bicar aan Pen d ah u lu an Pen yusun an Ran can gan An ggaran Pen dapatan dan Belan ja Negara tahun 20 0 9, kebijakan

a loka si Tr a n sfer ke Da er a h d a la m RAP BN Ta h u n 2 0 0 9 a ka n leb ih d ia r a h ka n u n t u k m en dukun g pr ogr am / kegiatan pr ior itas n asion al den gan tetap m en jaga kon sisten si dan keberlanjutan pelaksanaan desentralisasi fiskal untuk m enunjang otonom i daerah yang luas, n ya t a , d a n b e r t a n ggu n g ja wa b . Ke b ija k a n t e r s e b u t a k a n t e r u s d ip e r t a ja m u n t u k : (i) m en gur an gi kesen jan gan fiskal an tar a Pem er in tah dan daer ah , dan an tar daer ah ; (ii) m eningkatkan kualitas pelayanan publik di daerah dan m engurangi kesenjangan pelayanan pu blik an tar daer ah ; (iii) m en du ku n g kesin am bu n gan fiskal n asion al dalam m en du ku n g keb ija ka n ekon om i m a kr o; ( iv ) m en in gka t ka n kem a m p u a n d a er a h d a la m m en gga li kem a m p u a n ekon om i d a er a h ; (v ) m en in gka t ka n efisien si p em a n fa a t a n su m b er d a ya nasional; dan (v i) m eningkatkan sinkronisasi antara rencana pem bangunan nasional dengan ren can a pem ban gun an daerah.

Selan jutn ya, Pem erin tah akan terus berupaya m elakukan pem ben ah an dan pen in gkatan kualitas pen gelolaan an ggaran yan g didesen tralisasikan ke daerah. Pem aham an terhadap p er b ed a a n m a kn a a n t a r a Bela n ja ke Da er a h d en ga n Tr a n sfer ke Da er a h m en d or on g tim bu ln ya car a pan d an g bar u d alam pen gelolaan an ggar an . Ber pin d ah n ya kewen an gan untuk m enyalurkan dana, dari yang sem ula oleh pem erintah daerah m enjadi oleh Pem erintah (Departem en Keuan gan ) dim aksudkan un tuk m en dudukkan pada m ekan ism e yan g sesuai den gan pen gelolaan keu an gan n egar a dan keu an gan daer ah , sebagaim an a diatu r dalam UU Nom or 17 Tah u n 20 0 3 ten tan g Keu an gan Negar a. Pr oses yan g su d ah d ilaksan akan sejak J anuari 20 0 8 tersebut, m enunjukkan pola baru (new design) dalam hubungan keuangan

a n t a r a Pem er in t a h d en ga n p em er in t a h d a er a h , seb a ga im a n a t ela h d it et a p ka n d a la m P e r a t u r a n M e n t e r i Ke u a n ga n N o m o r 0 4 / P M K.0 7/ 2 0 0 8 t e n t a n g P e la k s a n a a n d a n Pertan ggun gjawaban An ggaran Tran sfer ke Daerah.

Pen ggun aan an ggaran yan g didesen tralisasikan diharapkan akan m em berikan keleluasaan p em b ela n ja a n oleh d a er a h . P ola b a r u p en gelola a n Tr a n sfer ke Da er a h a ka n m a m p u m em ecahkan m asalah: (i) in-efisiensi birokrasi; (ii) pem borosan dalam penggunaan waktu, dokum en penganggaran, dan penyaluran dana; (iii) in-konsistensi dalam penyaluran m asing- m asing kom ponen Transfer ke Daerah; (iv) in-efisiensi dalam penyediaan dokum en sum ber dan penyusunan laporan realisasi anggaran transfer; (v) kesulitan dalam penyusunan sistem inform asi keuangan daerah oleh Pem erintah; serta (v i) kesulitan dalam m endapatkan akses inform asi dana desentralisasi oleh daerah (lihat Bo ks V.1).

V-60 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

Pada tahun 20 0 8 pelaksan aan desen tralisasi fiskal dalam ran gka oton om i daerah telah m en un jukkan perubahan yan g lebih baik. Perubahan pen gelolaan an ggaran desen tralisasi dari pola lam a ke pola baru yang dim ulai sejak J anuari 20 0 8 adalah sebagai berikut:

• Perubahan nom enklatur Belanja ke Daerah m enjadi Transfer ke Daerah dalam struktur APBN 2008;

• Perpindahan pengguna anggaran/ kuasa pengguna anggaran (PA/ KPA) dari pem erintah daerah

m enjadi Menteri Keuangan c.q. Direktur J enderal Perim bangan Keuangan (DJ PK); • Dalam penyaluran terjadi perubahan kewenangan penerbitan Surat Perintah Mem bayar oleh

467 pem erin tah daerah propin si/ kabupaten / kota m en jadi oleh DJ PK; dan • P e n e r b it a n Su r a t P e r in t a h P e n ca ir a n Da n a ( SP 2 D) o le h Ke p a la Ka n t o r P e la ya n a n

Perbendaharaan Negara (KPPN) atas nam a Menteri Keuangan di daerah m enjadi oleh Menteri Keuan gan c.q Direktur J en deral Perben daharaan .

Aspek pen tin g yan g m en jadi pertim ban gan perubahan in i, yaitu: (1) aspek pen gelola keuan gan n egara yan g m en em patkan Men teri Keuan gan sebagai PA dan a

Tr an sfer ke Daer ah yan g selan ju tn ya d iku asakan kepad a Dir ektu r J en d er al Per im ban gan Keuangan selaku KPA;

(2) aspek transfer dana yang m em berikan pem aham an bahwa transfer berbeda dengan belanja. Pengertian transfer hanya sebatas pada pem indahbukuan dana dari Kas Negara ke Kas Daerah tanpa harus m enunjukkan prestasi setara dengan dana yang ditransfer;

(3) aspek akuntabilitas pelaporan yang m enjam in penyusunan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) tr an sfer m en jadi lebih efisien dan akun tabel den gan ter sedian ya dokum en sum ber un tuk pen yusun an laporan pada KPA selaku en titas pelaporan ;

(4) aspek legalitas yang m enegaskan bahwa dengan cara transfer, m aka ketentuan dalam UU No 17 Tah un 20 0 3 yan g m en gam an atkan bah wa pen gelolaan keuan gan daerah oleh Presiden d iser ah kan kep ad a gu ber n u r / bu p ati/ walikota selaku kep ala p em er in tah an d aer ah , d ap at dilaksan akan ; dan

(5) aspek efisiensi pengelolaan keuangan yang m enjam in efisiensi penggunaan dokum en, tenaga, anggaran, dan waktu dalam m elaksanakan transfer dana dari Pem erintah ke daerah.

P er u b a h a n n om en kla t u r t er seb u t m em b a wa kon sku en si b a h wa d a er a h t id a k p er lu m en yam paikan perm in taan atau usulan un tuk m en dapatkan tran sfer dan a karen a Pem erin tah bersam a DPR telah m en etapkan jen is dan besaran tran sfer un tuk setiap propin si/ kabupaten / kota. Selan jutn ya Direktur J en deral Perim ban gan Keuan gan selaku KPA m elaksan akan tran sfer secara langsung dari Rekening Kas Negara/ Bendahara Um um Negara (BUN) di Bank Indonesia ke reken in g Kas Um um Daerah yan g pada um um n ya berada di Ban k Pem ban gun an Daerah atau bank um um lainnya di daerah m elalui Surat Perintah Mem bayar oleh KPA dan SP2D oleh BUN.

Dalam pola baru ini m ekanism e penyaluran untuk m asing-m asing kom ponen m enjadi : (1) DBH PBB/ BPHTB ditransfer sesuai realisasi penerim aan PBB/ BPHTB secara m ingguan; (2) DBH PPh ditransfer secara triwulanan. Triwulan I s/ d IV m asing-m asing sebesar 20 persen,

sedangkan triwulan IV adalah selisih alokasi definitif dengan triwulan I s/ d III

N K RAPBN 20 0 9 V-61

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

(3) DBH SDA ditran sfer secara triwulan an sebesar 20 persen un tuk triwulan I dan triwulan II, sed an gkan tr iwu lan III d an tr iwu lan IV ber d asar kan r ealisasi Pen er im aan Negar a Bu kan Pajak (PNBP)-n ya. Pada kom pon en in i dim un gkin kan kekuran gan tran sfer disalurkan pada bulan J an uari atau Februari tahun an ggaran berikutn ya.

(4) DAU ditransfer setiap awal bulan sebesar 1/ 12 dari besaran alokasi per daerah, (5) DAK ditran sfer secara bertah ap sesuai den gan kin erja daerah dalam m en yelesaikan Perda

APBD dan Laporan Penyerapan DAK. Tahap I sebesar 30 persen setelah daerah m enyam paikan Per d a APBD, tah ap II, tah ap III, d an tah ap IV d itr an sfer setelah d aer ah m en yam p aikan Laporan Penyerapan DAK yang m enunjukkan sisa DAK yang telah ditransfer lebih kecil atau sam a den gan 10 persen .

(6) Dan a Oton om i Khusus bagi Propin si Papua dan Propin si Papua Barat, serta Propin si NAD ditran sfer secara triwulan an sesuai den gan keten tuan dalam Peraturan Men teri Keuan gan .

Dam pak dari pelaksanaan pola baru ini adalah: (a) m em percepat penyelesaian Perda APBD; (b) m endorong pelaksanaan sistem treasury single account dengan disalurkannya sem ua dana trans- fer m elalui satu reken in g ban k yan g ditun juk daerah; (c) m em percepat pelaksan aan kegiatan / pem ban gun an daerah den gan sem akin cepat tersedian ya dan a; (d) m en guran gi sisa an ggaran pada akhir tahun den gan pelaksan aan kegiatan yan g lebih awal; (e) m em percepat tersedian ya data realisasi transfer; (f) m eningkatkan akuntabilitas penyusunan LRA Transfer ke Daerah; dan (g) m eningkatkan akurasi sistem inform asi keuangan daerah (SIKD).

Gu n a m en d u ku n g a r a h keb ija ka n Tr a n s fer ke Da er a h t er s eb u t , s er t a d en ga n t et a p m em perhatikan peraturan perundang-undangan dan kondisi kem am puan keuangan negara, alokasi Tran sfer ke Daerah dalam RAPBN Tah un 20 0 9 diren can akan m en capai Rp336,2 triliun (6,3 persen terhadap PDB). J um lah alokasi Transfer ke Daerah tersebut, secara nom i- n al, lebih tin ggi Rp42,6 triliun dari realisasi Tran sfer ke Daerah yan g diperkirakan dalam tahun 20 0 8 sebesar Rp293,6 triliun (6,3 persen terhadap PDB). Peningkatan transfer ke daerah dalam tahun 20 0 9 tersebut berkaitan den gan m en in gkatn ya dan a per im ban gan , m eskipun

Grafik V. 2 6

dan a oton om i khusus m en galam i pen urun an ,

Alo kas i T ran s fe r Ke Dae rah , 2 0 0 9

sehubungan dengan penerapan form ula m urni DAU, seh in gga tid ak d ialokasikan lagi d an a p en yesu a ia n d a la m t a h u n 2 0 0 9 . Seb a gia n

b esa r , ya it u sekit a r 9 7 p er sen , d a r i a loka si

b ela n ja u n t u k d a er a h t er seb u t m er u p a ka n alokasi dana perim bangan, dan sisanya sekitar

Da n a Ot on om i Kh u su s

3 p er sen m er u p a ka n a loka si d a n a ot on om i

Da n a Pe r im b a n g a n

khusus (lihat Gra fik V.2 6 )

D an a Pe rim ban gan

Dana Perim bangan adalah dana yang bersum ber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk m endanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dalam tahun 20 0 9, kebijakan alokasi dana perim bangan selain diarahkan dengan m aksud

V-62 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

untuk m em bantu daerah dalam m em biayai berbagai urusan dan kewenangan pem erintahan yan g telah dilim pah kan , diserah kan dan / atau ditugaskan kepada daerah , juga bertujuan untuk m engurangi ketim pangan sum ber pendanaan antara pem erintah pusat dan daerah, serta m en guran gi kesen jan gan pen dan aan pem erin tahan an tardaerah.

Selanjutnya, dalam rangka m em perbaiki vertical fiscal im balance dan horizontal fiscal im - balan ce , dalam tahun 20 0 9 Pem erin tah akan m elakukan reform ulasi Dan a Perim ban gan . Reform ulasi DBH dim aksudkan untuk m em perbaiki vertical fiscal im balance, m eskipun hasil dari pelaksanaan reform ulasi DBH tersebut dapat berakibat m em perburuk horizontal fiscal im balan ce . Nam un dem ikian , kem un gkin an sem akin burukn ya kesen jan gan fiskal dapat diperkecil dengan pem bagian DBH secara m erata kepada daerah-daerah yang berada dalam provin si yan g sam a. Dalam upaya m em perbaiki v ertical fiscal im balan ce tersebut, m ulai tahun anggaran 20 0 9 kepada daerah-daerah akan diberikan tam bahan DBH, yang bersum ber dari: (i) tam bah an DBH m in yak bum i dan gas bum i sebesar 0 ,5 persen , yan g diarah kan khusus un tuk pen didikan dasar; dan (ii) DBH cukai hasil tem bakau sebesar 2 persen dari p en er im a a n cu ka i t em b a ka u , ya n g p a d a t a h u n 2 0 0 8 m a sih d ia loka sika n p a d a d a n a p en yesu a ia n d a la m b en t u k d a n a a loka si cu ka i ya n g b esa r a n n ya d id a sa r ka n kep a d a kem am puan keuan gan n egara. Sem en tara itu, dalam upaya m em perbaiki horizon tal fiscal im balance, m ulai tahun 20 0 9 juga akan dilaksanakan Capping DBH m inyak bum i dan gas bum i, jika realisasi harga m in yak m en tah In don esia (ICP) di pasar in tern asion al m elebihi 130 persen dari asum si yan g ditetapkan dalam APBN, m aka kelebihan DBH m in yak bum i

d a n ga s b u m i a ka n d ib a gih a s ilka n ke p a d a d a e r a h s e b a ga i t a m b a h a n DAU d e n ga n m en ggun akan form ula DAU atas dasar celah fiskal.

Sem en tara itu, reform ulasi DAU an tara lain dilakukan m elalui: (i) pen etapan PDN Neto den gan m em perhitun gkan beban subsidi BBM dan subsidi pupuk sebagai ben tuk sharin g the pain antara Pem erintah dengan pem erintah daerah; (ii) penerapan form ula DAU secara m u r n i tan p a p en gecu alian (N on -H old ha r m less), seh in gga tid ak p er lu p en yed iaan d an a pen yeim ban g DAU; dan (iii) pen in jauan kem bali terhadap bobot m asin g-m asin g variabel kebutuhan fiskal dan pengaturan kem bali perhitungan kapasitas fiskal dalam form ula DAU. Selanjutnya, terkait dengan reform ulasi DAK, antara lain dilakukan dengan: (i) penajam an dan perluasan kriteria DAK agar dapat m ewujudkan tujuan DAK, yaitu un tuk m em ban tu daerah dalam upaya perbaikan dan pen yediaan in frastruktur dasar; serta (ii) m en doron g pengalihan secara bertahap anggaran Kem enterian/ Lem baga (dana dekonsentrasi dan dana tugas pem ban tuan ), yan g digun akan un tuk m elaksan akan urusan daerah ke DAK.

Berdasarkan arah kebijakan dana perim bangan dan langkah-langkah untuk m ereform ulasi dana perim bangan, alokasi dana perim bangan dalam RAPBN 20 0 9 direncanakan m encapai Rp327,1 triliun (6,2 persen terhadap PDB),

a t a u s e ca r a n o m in a l m e n in gk a t R p 4 7,5 Gr a fi k V .2 7

A l o k a s i D an a Pe r i m b a n ga n D a l a m RAPB N 2 0 0 9

triliun dari realisasi dana perim bangan yang diperkirakan m en capai Rp279,6 triliun (6,0 6,8%

p er sen ter h ad ap PDB) d alam tah u n 20 0 8 . 31,4 % Da r i ju m la h a lo k a s i d a n a p e r im b a n ga n

t er seb u t , seb esa r 31,4 p er sen m er u p a ka n alokasi dan a bagi hasil, sebesar 61,7 persen

m erupakan alokasi dana alokasi um um , dan 61,7%

sebesar 6,8 persen m erupakan alokasi dan a DAU

alokasi khusus (lihat Gra fik V.2 7) .

N K RAPBN 20 0 9 V-63

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

5 .5 .2 .1 D a n a Ba gi H a s il

Dan a Bagi H asil adalah dan a yan g bersum ber dari pen dapatan APBN, yan g dialokasikan kepada daerah berdasarkan an gka persen tase terten tu un tuk m en dan ai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Kebijakan pelaksanaan alokasi DBH tahun 20 0 9 m engacu kepada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU Nom or 33 Tahun 20 0 4 tentang Perim ban gan Keuan gan an tara Pem erin tah Pusat dan Pem erin tah an Daerah , UU Nom or

11 Tahun 20 0 6 tentang Pem erintahan Aceh, UU Nom or 35 Tahun 20 0 8 tentang Penetapan Perpu Nom or 1 Tah un 20 0 8 ten tan g Perubah an atas UU Nom or 21 Tah un 20 0 1 ten tan g Oton om i Khusus bagi Provin si Papua m en jadi un dan g-un dan g, dan UU Nom or 39 Tahun

20 0 7 ten tan g Perubahan UU No 11 Tahun 1995 ten tan g Cukai, serta PP Nom or 55 Tahun

20 0 5 ten tan g Dan a Perim ban gan . Sum ber-sum ber penerim aan negara yang berasal dari daerah dibagi antara Pem erintah dan

daerah dengan prinsip by origin, dengan proporsi yang lebih besar bagi daerah penghasil, s er t a m em p er h it u n gka n p or s i p em er a t a a n d i wila ya h p r ovin s i ya n g b er s a n gku t a n . Berdasarkan jenis penerim aannya, DBH terdiri dari DBH Pajak dan DBH Sum ber Daya Alam (SDA). Adapun m ekanism e Penetapan dan Penyaluran DBH ke m asing-m asing daerah yang berhak m en erim a diatur dalam Peraturan Men teri Keuan gan . Dalam ran gka pen in gkatan

d an pen yem pu r n aan m ekan ism e pen yalu r an DBH tah u n 20 0 9, m aka ar ah kebijakan d i

b id a n g DBH d a la m t a h u n 2 0 0 9 le b ih d it it ik b e r a t k a n u n t u k m e n d u k u n g u p a ya p en yem p u r n a a n m eka n ism e p er h it u n ga n a loka si d a n p en ya lu r a n ke d a er a h , m ela lu i peningkatan koordinasi, baik antar-kem enterian/ lem baga terkait, m aupun antara Pem erintah dengan daerah, sehingga tuntutan akurasi dan validasi data dapat terpenuhi.

Dalam RAPBN 20 0 9, alokasi DBH dir en can akan m en capai Rp 10 2,8 tr iliun (1,9 per sen terhadap PDB), atau secara n om in al lebih tin ggi Rp24,0 triliun dari realisasi DBH tahun

20 0 8 , yang diperkirakan m encapai Rp78 ,9 triliun (1,7 persen terhadap PDB). Alokasi DBH tahun 20 0 9 tersebut terdiri dari alokasi DBH perpajakan sebesar 44,5 persen dan alokasi DBH SDA sebesar 55,5 persen.

Den gan ditetapkan n ya 14 daerah pem ekaran yan g disusul den gan 12 daerah pem ekaran lainnya, m aka daerah pem ekaran diberikan DBH SDA apabila daerah tersebut sudah berhak atas DAU. Selanjutnya, kepada daerah pem ekaran yang m erupakan daerah penghasil untuk m endapatkan DBH SDA harus ditetapkan sebagai daerah penghasil SDA dengan keputusan m enteri teknis yang bersangkutan, sedangkan bagi daerah bukan penghasil m engikuti sta- tus daerah induknya.

D BH Pajak

DBH Pajak m eliputi bagi hasil atas penerim aan pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 dan PPh Pasal 25/ 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri (WPOPDN), pajak bum i dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPH TB), serta cukai hasil tem bakau. Ada dua faktor yang m em pengaruhi rencana alokasi DBH pajak dalam RAPBN tahun 20 0 9, yaitu perkiraan pen erim aan berdasarkan poten si sum ber-sum ber perpajakan yan g dapat dihim pun dan ketentuan m engenai pem bagian DBH perpajakan yang berlaku.

Berdasarkan keten tuan Pasal 13 UU Nom or 33 Tah un 20 0 4, serta Pasal 8 PP Nom or 55 Tahun 20 0 6, DBH PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 25/ 29 WPOPDN yan g m erupakan bagian daerah adalah sebesar 20 persen. Dana bagi hasil dari penerim aan PPh Pasal 21 dan PPH Pasal 25/ 29 WPOPDN yan g diserahkan kepada daerah tersebut dibagi den gan im ban gan ,

V-64 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

sebesar 60 persen untuk kabupaten/ kota dan 40 persen untuk provinsi. Adapun alokasi DBH PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 25/ 29 WPOPDN un tuk m asin g-m asin g daer ah ter dir i atas: (a) alokasi sem entara, yang didasarkan atas rencana penerim aan DBH PPh WPOPDN dan PPh Pasal 21 dan ditetapkan palin g lam bat 2 (dua) bulan sebelum tah un an ggaran yan g bersangkutan dilaksanakan; serta (b) alokasi definitif, yang didasarkan atas prognosa realisasi penerim aan DBH PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 25/ 29 WPOPDN dan ditetapkan paling lam bat pada bulan pertam a triwulan keem pat tahun an ggaran berjalan .

Sem entara itu, penyaluran DBH PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 25/ 29 WPOPDN dilaksanakan berdasarkan progn osa realisasi pen erim aan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 25/ 29 WPOPDN tahun anggaran berjalan secara triwulanan, dengan perincian sebagai berikut: (a) penyaluran triwulan pertam a sam pai den gan triwulan ketiga m asin g-m asin g sebesar 20 persen dari alokasi sem en tara; dan (b) pen yaluran triwulan keem pat didasarkan pada selisih an tara Pem bagian Defin itif den gan jum lah dan a yan g telah dicair kan selam a tr iwulan per tam a sam pai den gan triwulan ketiga. Selan jutn ya, apabila pen yaluran triwulan pertam a sam pai den gan triwulan ketiga yan g didasarkan atas pem bagian sem en tara lebih besar daripada pem bagian defin itif, m aka kelebih an dim aksud diperh itun gkan dalam pen yaluran tah un an ggaran berikutn ya.

Sem entara itu, berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (1), (2), dan (3) UU Nom or 33 Tahun

20 0 4 serta Pasal 5 dan Pasal 6 PP Nom or 55 Tahun 20 0 6, bagian daerah atas PBB ditetapkan sebesar 90 persen dari penerim aan PBB (term asuk upah pungut 9 persen), sedangkan sisanya sebesar 10 persen m erupakan bagian Pem erintah Pusat, yang seluruhnya juga dikem balikan lagi kep ad a d aer ah . Ad ap u n p r oses p en etap an DBH PBB u n tu k m asin g-m asin g d aer ah dilakukan m elalui Peraturan Menteri Keuangan berdasarkan rencana penerim aan PBB tahun an ggar an yan g ber san gku tan . Pen yalu r an DBH PBB d ilaksan akan ber dasar kan r ealisasi penerim aan PBB tahun anggaran berjalan. Secara um um , penyaluran DBH PBB dilakukan dalam tiga m ekan ism e, yaitu m ekan ism e un tuk (i) bagian daerah; (ii) bagian Pem erin tah Pusat yan g dibagikan m erata kepada kabupaten / kota; dan (iii) bagian Pem erin tah Pusat sebagai insentif kepada kabupaten/ kota. Untuk bagian daerah, penyalurannya dilaksanakan secara m ingguan, sedangkan untuk bagian Pem erintah Pusat yang dibagikan m erata kepada kabupaten / kota dilaksan akan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu bulan April, bulan Agustus, dan

b u la n N op em b er t a h u n a n gga r a n b er ja la n . Sem en t a r a it u , p en ya lu r a n P BB b a gia n Pem erin tah Pusat sebagai in sen tif dilaksan akan dalam bulan Nopem ber tah un an ggaran berjalan .

Selan jutn ya, berdasarkan keten tuan Pasal 12 ayat (4) dan (5) UU Nom or 33 Tahun 20 0 4 serta Pasal 7 PP Nom or 55 Tahun 20 0 6, bagian daerah atas BPHTB ditetapkan sebesar 8 0 persen dari pen erim aan BPH TB, sedan gkan sisan ya sebesar 20 persen m erupakan bagian Pem er in t ah Pu sat yan g d ikem balikan lagi kep ad a Pem er in t ah Daer ah . Ad ap u n p r oses penetapan DBH BPHTB untuk m asing-m asing daerah dilakukan m elalui Peraturan Menteri Keuan gan berdasarkan ren can a pen erim aan BPH TB tah un an ggaran yan g bersan gkutan , sedangkan penyaluran DBH BPHTB dilaksanakan berdasarkan realisasi penerim aan BPHTB tah u n an ggar an ber jalan . Selan ju tn ya, p en yalu r an DBH BPH TB d ilaku kan m elalu i d u a m ekan ism e, yaitu m ekan ism e un tuk: (i) bagian daerah, dan (ii) bagian Pem erin tah Pusat ya n g d ib a gika n m er a t a kep a d a ka b u p a t en / kot a . Un t u k b a gia n d a er a h p en ya lu r a n n ya dilaksan akan secara m in gguan , sedan gkan un tuk bagian Pem erin tah Pusat pen yaluran n ya dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu bulan April, bulan Agustus, dan bulan Nopem ber tahun an ggaran berjalan .

N K RAPBN 20 0 9 V-65

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

Adapun DBH dari cukai hasil tem bakau yang dibuat di Indonesia dibagikan kepada daerah penghasil tem bakau sebesar 2 persen, sebagaim ana diam anatkan UU Nom or 39 Tahun 20 0 7. DBH cukai hasil tem bakau tersebut akan digunakan untuk m endanai: (i) peningkatan kualitas bah an baku ; (ii) pem bin aan in d u str i; (iii) pem bin aan lin gku n gan sosial; (iv ) sosialisasi ketentuan di bidang cukai; dan/ atau (v) pem berantasan barang kena cukai ilegal. Berbeda dengan DBH Pajak yang bersifat block grant, DBH cukai hasil tem bakau lebih bersifat spe- cific gran t , karena penggunaan dananya telah ditentukan. Adapun proses penetapan DBH cukai hasil tem bakau un tuk m asin g-m asin g daerah dilakukan m elalui Peraturan Men teri Keuan gan , berdasarkan ren can a pen erim aan cukai h asil tem bakau tah un an ggaran yan g ber san gku tan , yan g p en yalu r an n ya akan d ilaksan akan u n tu k tr iwu lan p er tam a sam p ai den gan triwulan ketiga m asin g-m asin g sebesar 1/ 3 dari pen etapan dan a bagi h asil cukai hasil tem bakau.

Berdasarkan pada rencana penerim aan perpajakan yang dibagihasilkan, dan m em perhatikan keten tuan -keten tuan m en gen ai DBH Pajak yan g berlaku, m aka alokasi DBH Pajak dalam RAPBN 20 0 9 direncanakan m encapai Rp45,7 triliun (0 ,9 persen terhadap PDB), atau secara nom inal lebih tinggi Rp9,4 triliun dari realisasi DBH Pajak tahun 20 0 8 yang diperkirakan sebesar Rp36,4 triliun (0 ,8 persen terhadap PDB). Alokasi DBH pajak dalam RAPBN 20 0 9 tersebut terdiri dari: (a) DBH PPh sebesar Rp10 ,1 triliun, atau lebih tinggi 18 ,5 persen dari realisasi DBH PPh tahun 20 0 8 yang diperkirakan sebesar Rp8 ,5 triliun; (b) DBH PBB sebesar Rp 27,4 tr iliu n , atau lebih tin ggi 23,1 p er sen d ar i r ealisasi DBH PBB tah u n 20 0 8 yan g diperkirakan sebesar Rp22,3 triliun; (c) DBH BPHTB sebesar Rp7,3 triliun, atau lebih tinggi

30 ,6 persen dari realisasi DBH BPHTB tahun 20 0 8 yang diperkirakan sebesar Rp5,6 triliun; serta (d) DBH cukai hasil tem bakau sebesar Rp0 ,9 triliun.

D BH Su m be r D a ya Ala m

DBH yang bersum ber dari sum ber daya alam (SDA) terdiri dari SDA pertam bangan m inyak bum i, SDA pertam bangan gas bum i, SDA kehutanan, SDA pertam bangan um um , serta SDA perikanan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 14 huruf e dan huruf f dan Pasal 10 6 ayat (1) UU Nom or 33 Tah un 20 0 4, m ulai tah un 20 0 9 alokasi un tuk daer ah dar i bagi h asil m in yak

b u m i d a n ga s b u m i, d it e t a p k a n m a s in g- m a s in g 15,5 p e r s e n d a n 3 0 ,5 p e r s e n d a r i penerim aannya setelah dikurangi kom ponen pajak dan pungutan lainnya. Dengan dem ikian, sejak tahun 20 0 9 terdapat tam bahan alokasi untuk daerah dari bagi hasil m inyak bum i dan gas bum i sebesar 0 ,5 persen , seh in gga persen tase pem bagian n ya m asin g-m asin g sebagai berikut: (i) SDA pertam bangan m inyak bum i yang dibagihasilkan dengan im bangan sem ula

8 5,0 persen un tuk Pem erin tah dan 15,0 persen un tuk daerah dalam tahun 20 0 8 , m en jadi

8 4,5 persen un tuk Pem erin tah dan 15,5 persen un tuk daerah dalam tahun 20 0 9; dan (ii) SDA pertam ban gan gas bum i yan g dibagih asilkan den gan im ban gan sem ula 70 ,0 persen untuk Pem erintah dan 30 ,0 persen untuk daerah dalam tahun 20 0 8 , m enjadi 69,5 persen un tuk Pem erin tah dan 30 ,5 persen un tuk daerah . Adapun pen am bah an porsi 0 ,5 persen tersebut dialokasikan untuk m enam bah anggaran pendidikan dasar di daerah, (lihat B o ks

V.2 ). Adapun proses penyaluran DBH SDA m inyak bum i dan gas bum i dilaksanakan secara triwulanan. Pada triwulan I dan II, penyaluran dilakukan sebesar 20 persen dari pagu dalam PMK-nya, dan sisanya disalurkan pada triwulan III dan IV, yang penyalurannya dilakukan

berdasarkan realisasi pen erim aan n ya.

V-66 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

Bo ks V.2 Po rs i 0 ,5 p e rs e n D BH Min ya k Bu m i d a n D BH Ga s Bu m i u n tu k

Me n a m b a h An gga ra n P e n d id ika n D a s a r

Sejak berlakunya UU Nom or 33 Tahun 20 0 4, sam pai dengan tahun anggaran 20 0 8 penerim aan pertam bangan m inyak bum i dan gas bum i yang dibagikan dari wilayah daerah setelah dikurangi kom ponen pajak dan pungutan lainnya, dilakukan dengan im bangan: (i) m inyak bum i 8 5 persen un tuk Pem erin tah dan 15 persen un tuk daerah; dan (ii) gas bum i 70 persen un tuk Pem erin tah dan 30 persen un tuk daerah. Mulai tahun an ggaran 20 0 9, bagian daerah un tuk dua jen is DBH tersebut sesuai UU Nom or 33 Tahun 20 0 4, m asing-m asing m enjadi 15,5 persen untuk DBH m inyak bum i dan 30 ,5 persen untuk gas bum i.

Sesuai dengan UU tersebut di atas, porsi 0 ,5 persen dari DBH m inyak bum i dan gas bum i untuk daerah dibagi kepada m asin g-m asin g daerah den gan rin cian sebagai berikut:

(1) dari daerah penghasil propinsi: 0 ,17 persen untuk propinsi dan 0 ,33 persen dibagikan secara m erata kepada kabupaten / kota dalam propin si yan g bersan gkutan ; dan

(2 ) d a r i d a er a h p en gh a sil ka b u p a t en / kot a : 0 ,1 p er sen u n t u k p r op in si, 0 ,2 p er sen u n t u k kabupaten / kota pen ghasil, dan 0 ,2 persen dibagikan secara m erata kepada kabupaten / kota lain n ya dalam propin si yan g bersan gkutan .

Dan a u n t u k m asin g-m asin g d aer ah t er sebu t wajib d ialokasikan u n t u k m en am bah an ggar an pen didikan dasar sesuai den gan kewen an gan n ya. PP Nom or 38 Tahun 20 0 7 secara jelas telah m em b a gi kewen a n ga n p en d id ika n d a sa r a n t a r a la in : (i) p r op in si m ela ksa n a ka n kegia t a n perencanaan strategis pendidikan dasar sesuai dengan perencanaan strategis pendidikan nasional, sedan gkan kabupaten / kota m elaksan akan kegiatan peren can aan operasion al pen didikan dasar sesuai den gan peren can aan strategis pen didikan tin gkat propin si dan tin gkat n asion al; dan (ii) pr opin si m elaksan akan koor din asi pen gelolaan , pen yelen ggar aan pen didikan , pen gem ban gan ten aga kepen didikan , dan pen yediaan fasilitas pen yelen ggaraan pen didikan lin tas kabupaten / kota untuk tingkat pendidikan dasar, sedangkan kabupaten/ kota m elaksanakan pengelolaan dan pen yelen ggaraan pen didikan dasar.

Selanjutnya, di sam ping penam bahan porsi 0 ,5 persen untuk daerah dari bagi hasil m inyak bum i dan gas bum i tersebut, m ulai dalam tahun 20 0 9 juga akan diterapkan ketentuan Pasal

24 UU Nom or 33 Tahun 20 0 4 yan g m en yebutkan bahwa realisasi pen yaluran Dan a Bagi Hasil yang berasal dari sektor m inyak bum i dan gas bum i tidak m elebihi 130 (seratus tiga puluh ) persen dari asum si h arga m in yak m en tah In don esia (ICP) yan g telah ditetapkan dalam APBN tahun berjalan. Apabila ICP m elebihi 130 persen, m aka penyalurannya dilakukan m elalui m ekanism e APBN Perubahan. Adapun kelebihan dana bagi hasil yang berasal dari penerim aan sektor pertam bangan m inyak bum i dan gas bum i, sehubungan dengan realisasi ICP m elebih i 130 persen dari asum si ICP yan g ditetapkan dalam APBN tah un berjalan , akan d ibagih asilkan ke d aer ah sebagai tam bah an DAU d en gan m en ggu n akan for m u lasi DAU berdasarkan celah fiskal. Pengaturan tersebut antara lain bertujuan untuk m engurangi kesen jan gan pen dapatan yan g akan terjadi an tara daerah pen ghasil m in yak bum i dan gas bum i dengan daerah yang dikategorikan bukan penghasil m inyak bum i dan gas bum i (lihat Bo ks V.3 ).

N K RAPBN 20 0 9 V-67

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

Bo ks V.3 Pe m ba gia n D BH Min ya k Bu m i d a n D BH Ga s Bu m i Ba gia n D a e ra h d e n ga n Fo rm u la D AU

Kenaikan harga m inyak m entah dunia yang terjadi selam a sem ester pertam a tahun 20 0 8 di luar perkiraan sem ua pihak. H arga m in yak m en tah In don esia (ICP) yan g m elam paui asum si harga rata-rata ICP dalam APBN Tahun 20 0 8 telah m engakibatkan Pem erintah lebih awal m engajukan usulan per ubah an APBN Tah un 20 0 8 . Per ubah an asum si h ar ga r ata-r ata ICP dalam APBN-P Tahun 20 0 8 , dari US$ 60 per barel m en jadi US$ 95 per barel telah m en gakibatkan pen dapatan negara dari PNBP sektor SDA m inyak bum i dan gas bum i m engalam i peningkatan yang signifikan.

Pada sisi belanja negara, dam pak peningkatan PNBP m inyak bum i dan gas bum i adalah peningkatan yang cukup signifikan pada DBH SDA m inyak bum i dan gas bum i. DBH m inyak bum i dan gas bum i yang disalurkan berdasarkan realisasi lifting dan harga rata-rata ICP m em ungkinkan pagu DBH dalam APBN dilam paui. Konsekuensinya, Pem erintah harus m enyediakan anggaran DBH sesuai

d en gan per h itu n gan r ealisasi liftin g d an tin gkat h ar ga m in yak m en tah yan g d icapai. Kon d isi tersebut di satu pihak akan m em bebani APBN, nam un di lain pihak akan m em berikan kelebihan DBH m inyak bum i dan gas bum i kepada daerah, khususnya daerah penghasil m inyak bum i dan gas bum i, baik dari peningkatan DBH m inyak bum i dan gas bum i, m aupun peningkatan DBH PBB dari sektor m inyak bum i dan gas bum i.

Sem akin banyaknya kelebihan yang diperoleh daerah penghasil m inyak bum i dan gas bum i akan m en gakibatkan sem akin besar n ya kesen jan gan fiskal an tar a daer ah pen gh asil den gan daer ah n on -pen gh asil. Sesu ai UU Nom or 33 Tah u n 20 0 4, d alam h al r ealisasi h ar ga m in yak m en tah m elam paui 130 persen dari asum si harga rata-rata ICP dalam APBN, m aka DBH m inyak bum i dan gas bum i akan disalurkan dengan perhitungan realisasi lifting pada tingkat harga 130 persen dari asum si harga rata-rata ICP dalam APBN, sedangkan selisihnya dibagikan kepada daerah dengan m en ggun akan form ula DAU. Keten tuan tersebut berlaku m ulai tahun an ggaran 20 0 9.

Sesuai dengan ketentuan UU Nom or 33 Tahun 20 0 4 dan PP Nom or 55 Tahun 20 0 5, m aka bagian daerah dari pen erim aan SDA pertam ban gan um um , pen erim aan SDA keh utan an , serta penerim aan SDA perikanan, ditetapkan sebesar 8 0 persen dari rencana penerim aannya. DBH SDA pertam bangan um um berupa royalti dan landrent, yang bersum ber dari kegiatan: (i) Kontrak Karya (KK); (ii) Perjanjian Karya Pengusahaan Pertam bangan Batubara (PKP2B); dan (iii) Kuasa Pertam bangan (KP). Perhitungan DBH SDA dim ulai dari penetapan daerah pen gh asil oleh m en teri tekn is terkait, diikuti den gan pen etapan perkiraan alokasi un tuk m asin g-m asin g daerah berdasarkan ren can a pen erim aan SDA-n ya yan g ditetapkan sesuai asu m si APBN. Ber kaitan d en gan itu , u paya Pem er in tah d alam r an gka m en goptim alkan penerim aan SDA pertam bangan um um dilakukan bukan saja oleh departem en teknis terkait di pusat, akan tetapi juga m elibatkan peranan pem erintah daerah sebagaim ana diatur dalam keten tuan perun dan g-un dan gan di bidan g pertam ban gan um um . Keterlibatan pem erin tah

d aer ah u tam an ya d alam p em ber ian izin kegiatan ku asa p er tam ban gan , d i sam p in g itu pem erin tah daerah juga dilibatkan dalam m em on itor pen erim aan n egara un tuk kegiatan P KP 2 B d a n KK, m ela lu i koor d in a s i ya n g in t en s if d en ga n d a er a h -d a er a h p en gh a s il pertam ban gan um um . Pen yem purn aan prosedur dan pen atausah aan pen erim aan n egara dari SDA pertam bangan um um diharapkan dapat m engoptim alkan DBH SDA pertam bangan umum.

V-68 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

Selan jutn ya, bagian daerah dari pen erim aan SDA keh utan an yan g bersum ber dari IH PH dan PSDH m asin g-m asin g ditetapkan sebesar 8 0 persen , sedan gkan yan g bersum ber dari dana reboisasi ditetapkan sebesar 40 persen. Sem entara itu, bagian daerah dari penerim aan SDA perikanan juga ditetapkan sebesar 8 0 persen. Seperti halnya penyaluran DBH SDA Migas, pen yalur an DBH SDA Per tam ban gan Um um , SDA Keh utan an , dan SDA Per ikan an juga dilaksan akan secara triwulan an , den gan rin cian sebagai berikut. Pada triwulan I dan II, penyaluran DBH SDA tersebut dilakukan sebesar 20 persen dari pagu yang ditetapkan dalam Per atu r an Men ter i Keu an gan (PMK), d an sisan ya d isalu r kan p ad a tr iwu lan III d an IV berdasarkan realisasi pen erim aan n ya.

Sejalan den gan ren can a pen erim aan yan g berasal dari SDA m in yak bum i dan gas bum i, SDA p e r t a m b a n ga n u m u m , SDA k e h u t a n a n , d a n SDA p e r ik a n a n , s e r t a d e n ga n m em perhatikan ketentuan pem bagian DBH SDA tersebut, m aka dalam RAPBN tahun 20 0 9, alokasi DBH SDA direncanakan Rp57,1 triliun (1,1 persen terhadap PDB), atau secara nom i- nal lebih tinggi Rp14,6 triliun dari realisasi DBH SDA tahun 20 0 8 , yang diperkirakan sebesar Rp42,5 triliun (0 ,9 persen terhadap PDB). Lebih tingginya alokasi DBH SDA dalam RAPBN

20 0 9 tersebut terutam a disebabkan oleh lebih tin ggin ya target pen erim aan m in yak bum i dan gas bum i yang dibagihasilkan seiring dengan naiknya harga m inyak m entah Indonesia (ICP) di pasar Internasional dari yang diperkirakan sebesar US$ 95,0 per barel pada tahun

20 0 8 m enjadi sebesar US$ 130 ,0 per barel pada tahun 20 0 9. Secara rinci, alokasi DBH SDA t er d ir i d a r i DBH m in ya k b u m i Rp 3 2 ,6 t r iliu n , DBH ga s b u m i Rp 17,5 t r iliu n , DBH pertam bangan um um Rp5,6 triliun, DBH kehutanan Rp1,4 triliun, dan DBH perikanan Rp0 ,1 triliun.

5 .5 .2 .2 D a n a Alo ka s i U m u m

Dan a Alokasi Um u m (DAU) ad alah d an a yan g ber su m ber d ar i p en d ap atan APBN yan g

d ia loka s ika n d en ga n t u ju a n p em er a t a a n kem a m p u a n keu a n ga n a n t a r d a er a h u n t u k m endanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Besaran DAU Nasional san gat tergan tun g dari besaran pen dapatan dalam n egeri (PDN) Neto dalam APBN, dan besaran persentase yang ditetapkan terhadap PDN Neto tersebut. Berdasarkan UU No. 33 Tahun 20 0 4, PDN Neto adalah penerim aan negara yang berasal dari pajak dan bukan pajak setelah dikuran gi den gan pen erim aan n egara yan g dibagih asilkan kepada daerah . dalam undang-undang tersebut, juga m engam anatkan bahwa jum lah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26 persen dari PDN Neto yang ditetapkan dalam APBN.

Pada APBN tahun 20 0 7 dan tahun 20 0 8 , PDN Neto m erupakan hasil pengurangan antara p en d ap at an d alam n eger i yait u h asil p en ju m lah an an t ar a p en er im aan p er p ajakan d an penerim aan negara bukan pajak, dikurangi dengan penerim aan negara yang dibagihasilkan kep a d a d a er a h ya it u d a n a b a gi h a sil (DBH ) ser t a b ela n ja ya n g sifa t n ya ea r m a r k ed (penggunaanya diarahkan) dan anggaran yang sifatnya in-out (pencatatan anggaran dengan jum lah yang sam a pada penerim aan dan belanja). Selanjutnya, dalam rangka sharing beban APBN dan APBD, PDN Neto dalam RAPBN 20 0 9 juga m em perhitun gkan besaran subsidi BBM dan subsidi pupuk sebagai faktor pengurang.

Sesu ai d en gan am an at UU Nom or 33 Tah u n 20 0 4 , m aka m u lai t ah u n 20 0 8 t er d ap at perubahan yang signifikan dalam kebijakan pengalokasian DAU, yaitu perhitungan alokasi DAU didasarkan pada form ula m urni. Dalam APBN 20 0 8 , kebijakan tersebut belum dapat

d ilaksan akan secar a m u r n i, n am u n d alam RAPBN tah u n 20 0 9 kebijakan ter sebu t akan

N K RAPBN 20 0 9 V-69

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

dilaksanakan. Sebagai konsekuensi dari kebijakan tersebut, m aka akan m enghasilkan alternatif alokasi DAU sebesar n ol (tidak m en dapatkan DAU), lebih kecil, sam a den gan , dan lebih besar dari DAU tahun 20 0 8 .

Selanjutnya, sesuai dengan am anat Undang-undang Nom or 33 Tahun 20 0 4, besaran DAU yang didistribusikan kepada provinsi dan kabupaten/ kota dalam RAPBN 20 0 9, sebagaim ana telah dijelaskan sebelum n ya akan dibagikan kepada setiap provin si dan kabupaten / kota dengan m engacu kepada form ula yang telah ditetapkan dalam UU Nom or 33 Tahun 20 0 4 dan PP Nom or 55 Tahun 20 0 5, sebagai berikut. DAU yang akan didistribusikan untuk setiap provinsi dan kabupaten/ kota dihitung berdasarkan pada: (i) alokasi dasar (AD), yang dihitung atas dasar jum lah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD), yang antara lain m eliputi gaji pokok ditam bah dengan tunjangan keluarga, dan tunjangan jabatan sesuai dengan peraturan pen ggajian pegawai n egeri sipil; dan (ii) Celah fiskal (CF), yaitu selisih an tara kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal. Kebutuhan Fiskal (Kbf) tercerm in dari variabel J um lah Penduduk, Luas Wilayah, In deks Kem ahalan Kon struksi, In deks Pem ban gun an Man usia, dan PDRB per kapita, sedan gkan Kapasitas Fiskal diwakili oleh variabel PAD, DBH Pajak, dan DBH SDA.

Sela n ju t n ya , d a la m r a n gka m en in gka t ka n p em er a t a a n a loka si d a n a a n t a r d a er a h , d a n m en gatasi ketim pan gan kem am puan keuan gan an tardaerah , m aka akan terus dilakukan langkah-langkah untuk m eningkatkan akurasi data dasar perhitungan DAU, yang m eliputi variabel kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal, serta data alokasi dasar. Un tuk m en gukur tin gkat ekualisasi terbaik an tardaerah , digun akan in dikator W illiam son In dex (WI) dan Coefficien t of Va r ia t ion (CV) yan g m er u p akan p ar am et er st an d ar p en gu ku r an t in gkat pem erataan kem am puan keuan gan an tardaerah .

Sem en tara itu, dalam ran gka m en in gkatkan fun gsi DAU sebagai alat gun a m em in im alkan ketim pan gan fiskal an tardaerah, an alisis terhadap tin gkat kesen jan gan fiskal an tardaerah dapat pula diform ulasikan m elalui penentuan proporsi kom ponen DAU, yang salah satunya, dapat ditem puh dengan m engurangi proporsi AD dibandingkan dengan CF. Sem akin kecil peran AD dalam form ula DAU, m aka sem akin besar peran form ula berdasarkan CF yan g m em iliki fleksibilitas dalam m engoreksi kesenjangan fiskal antardaerah. Adanya penguatan p er a n CF d a la m for m u la DAU d en ga n m em b a t a si AD, d a p a t m en gh a silka n t in gka t pem er ataan yan g lebih baik den gan pen ggun aan tolok ukur kesen jan gan fiskal m elalui indikator ekualisasi. Hal ini berarti bahwa sem akin kecil angka indikator CV dan WI, m aka tin gkat var iasi atau kesen jan gan fiskal an tar daer ah sem akin diper kecil dan pem er ataan kem am puan keuan gan an tardaerah akan sem akin lebih baik.

Un tuk m en in gkatkan tin gkat ekualisasi an tardaerah, pen erapan form ula DAU m urn i atau diken al sebagai N on-H oldharm less policy dapat m en gakibatkan daerah m em peroleh DAU lebih kecil daripada DAU yang diterim anya pada tahun sebelum nya, karena daerah tersebut m en galam i pen in gkatan kapasitas fiskal secara sign ifikan . H al in i sejalan den gan kon sep dasar DAU sebagai equalizing grant, agar penerim aan DAU daerah secara proporsional dapat m e n ye im b a n gk a n t in gk a t p e n e r im a a n DBH d a n P AD ya n g m e r u p a k a n t o lo k u k u r kem am puan keuan gan suatu daerah.

Kebijakan N on -H oldharm less in i akan m em iliki kon sekuen si bagi daerah yan g m em iliki potensi penerim aan daerah yang relatif tinggi akan m engalam i penurunan dalam penerim aan DAU, sehin gga distribusi alokasi DAU dari segi pem erataaan keuan gan akan m em berikan m anfaat (benefit) bagi daerah-daerah m arjinal/ m iskin lainnya (pro-poor). Kebijakan N on-

V-70 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

H old h a r m less t er sebu t sejalan d en gan t u ju an u n t u k m em p er kecil ket im p an gan fiskal

a n t a r d a e r a h . P e n e r a p a n fo r m u la m u r n i in i d ih a r a p k a n d a p a t le b ih m u d a h u n t u k

d ila k s a n a k a n , m e s k ip u n t u n t u t a n p o lit is u n t u k m e m p e r t a h a n k a n , b a h k a n t e r u s m eningkatkan perolehan DAU bagi seluruh daerah nam paknya m asih cukup tinggi. Untuk p er kem ban gan DAU selan ju tn ya, Pem er in tah d ap at m em ber ikan sosialisasi yan g lebih kom prehensif kepada seluruh pem angku kepentingan, terutam a pem erintah daerah tentang urgen si DAU sebagai in strum en un tuk m em in im alkan horizon tal fiscal im balan ce, serta form ulasi yang lebih pro-poor.

Berdasarkan arah kebijakan DAU tahun 20 0 9 tersebut, serta ren can a pen dapatan dalam negeri dalam RAPBN 20 0 9 sebesar Rp1.123,0 triliun, dikurangi dengan rencana penerim aan negara yang dibagihasilkan kepada daerah sebesar Rp10 2,8 triliun, rencana PNBP yang akan digunakan kem bali oleh kem enterian/ lem baga penghasil PNBP sebesar Rp16,7 triliun, subsidi pajak sebesar Rp26,0 triliun, subsidi BBM sebesar Rp179,1 triliun, subsidi pupuk sebesar Rp18,6 triliun, dan dividen interim sebesar Rp3,3 triliun, m aka besaran PDN Neto dalam RAPBN

20 0 9 adalah sebesar Rp776,5 triliun . Selan jutn ya, den gan m em perhatikan am an at UU 33 Tahun 20 0 4 dan m en gacu pada hasil pem bahasan an tara DPR-RI dan Pem erin tah dalam r an gka Pem bicar aan Pen d ah u lu an Pen yu su n an Ran can gan An ggar an Pen d ap at an d an Belanja Negara tahun 20 0 9, m aka besaran alokasi DAU dalam RAPBN 20 0 9 yang ditetapkan sebesar 26 persen dari PDN Neto direncanakan m encapai Rp20 1,9 triliun (3,8 persen terhadap PDB). J um lah tersebut, secara nom inal lebih tinggi Rp22,4 triliun jika dibandingkan dengan realisasi DAU yang diperkirakan dalam tahun 20 0 8 sebesar Rp179,5 triliun. Rencana alokasi DAU dalam RAPBN 20 0 9 tersebut, sebesar Rp20 ,2 triliun (10 persen dari total DAU nasional) akan didistribusikan untuk provinsi dan selebihnya sebesar Rp18 1,7 triliun (90 persen dari total DAU nasional) akan didistribusikan kepada kabupaten/ kota. Rencana alokasi DAU tahun

20 0 9 tersebut akan ditransfer setiap awal bulan sebesar 1/ 12 dari besaran alokasi per daerah. Ren ca n a a loka s i DAU ya n g d id is t r ib u s ika n kep a d a ka b u p a t en / kot a t er s eb u t , t ela h

m em perhitun gkan alokasi DAU daerah pem ekaran . Pada Tahun 20 0 8 telah dialokasikan DAU untuk 17 daerah pem ekaran yang pem bentukannya telah ditetapkan dengan undang- u n d an g sam pai d en gan bu lan Mei 20 0 7 (Lih at Ta b e l V. 2 8 ). Per h itu n gan DAU d aer ah

pem ekaran pada APBN 20 0 8 belum

Ta be l V.2 8 D a e ra h P e m e ka ra n ya n g a ka n M e n d a pa t D AU 2 0 0 9

berdasarkan data dasar yang m andiri,

de n ga n Pe rhitu n ga n Be rda s a rka n D a ta D a sa r S e ca ra M a n d iri

m elain kan m asih m en ggun akan data

sebelum pem ekaran , yan g kem udian

1 Kab. Ban dun g Bar at

Ban dun g

J awa Barat

d ip er h itu n gkan secar a p r op or sion al

2 Kab. Goron talo Utar a

Gor on talo

Gor on talo

3 Kab. Bolaan g Mongon dow Utara

Bolaan g Mongon dow

Su lawesi Utar a

berdasarkan data penduduk, data luas

4 Kab. Min ah asa Tenggar a

Minah asa Selatan

Su lawesi Utar a

wilayah, dan data belanja PNS Daerah

5 Kota Subulussalam

Aceh Singkil

NAD

6 Kab. Pidie J aya

7 Kab. Kayong Utara

Ketapang

Kalim an tan Bar at

pem ekaran. Pada Tahun 20 0 9, daerah

8 Kab. Kon awe Utar a

Konawe

Su lawesi Ten ggara

9 Kab. Buton Utara

Mu na

Su lawesi Ten ggara

pemekaran tersebut akan

10 Kab. Siau Taguland an g Biaro

Sangih e Talau d

Su lawesi Utar a

(Kab.Sitaro)

m e n d a p a t k a n DAU d e n ga n

11 Kab. Su mba Barat Daya

Sum ba Barat

NTT

perhitungan sesuai dengan data dasar

12 Kab. Member am o Raya

Sarm i dan Yapen

Papu a

Waropen

p er h itu n gan secar a m an d ir i. Dalam

13 Kab. Kotam obago

Bolaan g Mongon dow

Su lawesi Utar a

jangka waktu setelah bulan Mei 20 0 7

14 Kab. Su mba Ten gah

Sum ba Barat

NTT

15 Kab. Nagekeo

Ngada

NTT

sam pai dengan bulan Mei 20 0 8 , telah

16 Kab. Em pat Lawan g

Lahat

Su matera Selatan

d it et ap kan d aer ah p em ekar an bar u

17 Kab. Batubara

Asah an

Su matera Utara

Sum ber : Departem en Keuangan

sebanyak 14 daerah (lihat Bo x V.4 ).

N K RAPBN 20 0 9 V-71

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

Bo ks V.4 D AU u n tu k D a e ra h P e m e ka ra n

Im plikasi pem bentukan daerah otonom baru adalah perm asalahan m ism acth antara daerah induk

d an d aer ah ot on om bar u h asil p em ekar an (d aer ah p em ekar an ), t er kait d en gan p en d an aan , personil, peralatan, dan dokum en (P3D), serta luas dan batas wilayah. Pem ekaran daerah tersebut akan berdam pak cukup besar terh adap APBN dalam pen yediaan dan a tran sfer ke daerah dan pen dan aan yan g bersum ber dari in stan si vertikal.

Pem ekaran daerah dapat m en gakibatkan belum optim aln ya pen in gkatan alokasi DAU seluruh daerah, karena peningkatan jum lah daerah akan berpengaruh kepada sem ua kom ponen form ula perhitungan DAU. Untuk m em inim alkan dam pak pem ekaran daerah terhadap perhitungan DAU, m aka pada tah un pertam a proses perh itun gan DAU daerah pem ekaran dilakukan m elalui tiga tahapan sebagai berikut:

. Tahapan Adm inistratif, DAU untuk suatu daerah otonom baru dialokasikan pada tahun anggaran berikutn ya, apabila un dan g-un dan g pem ben tukan daerah oton om baru ditetapkan sebelum d im u lain ya p em bah asan RAPBN d alam Rap at Pem bicar aan Pen d ah u lu an an t ar a Pan it ia Anggaran DPR-RI dan Pem erintah.

· Tahapan Tekn is, pen ghitun gan DAU un tuk daerah oton om baru dilakukan setelah tersedia data. Apabila sam pai dengan Rapat Pem bicaraan Pendahuluan , data daerah pem ekaran untuk perhitun gan DAU tidak tersedia secara len gkap, m aka pen ghitun gan DAU dilakukan secara p r op or sion a l a n t a r a d a er a h in d u k d a n d a er a h p em eka r a n b er d a sa r ka n d a t a : (i) ju m la h penduduk; (ii) luas wilayah; dan (iii) belanja pegawai.

· Tahapan Alokasi, hasil pen ghitun gan DAU un tuk seluruh daerah term asuk pem bagian DAU antara daerah induk dan daerah pem ekaran dibahas Pem erintah dan DPR, sedangkan alokasi DAU untuk daerah pem ekaran dan induknya ditetapkan dengan Peraturan Presiden.

Pad a t ah u n 20 0 8 , d aer ah p em ekar an yan g m en er im a DAU ber d asar kan p er h it u n gan secar a proporsion al dari daerah in dukn ya seban yak 17 daerah , seh in gga jum lah daerah m en jadi 48 4 daerah. Sem en tara itu, daerah yan g diusulkan un tuk m en jadi daerah oton om baru pada tahun

20 0 9 seban yak 26 d aer ah seper ti pad a Ta b e l V. 2 9 dan Ta b e l V. 3 0 , seh in gga keselu r u h an jum lah daerah akan m en capai 510 daerah.

Tab e l V.2 9

D ae ra h P e m e ka ran d e n ga n Pe rh itu n gan D AU Pro p o rs io n a l d ari D a e ra h In d u kn ya

No D a e rah P e m e karan

D ae rah In d u k

P ro vin s i

UU Nomor Tan ggal

1 Kab. Padang Lawas

38 Th 200 7 14/ 0 8/ 20 0 7 2 Kab. Padang Lawas Utara

Tapanuli Selatan

Sum atera Utar a

37 Th 200 7 14/ 0 8/ 20 0 7 3 Kab. Pesawar an

Tapanuli Selatan

Sum atera Utar a

33 Th 20 07 14/ 0 8/ 20 0 7 4 Kota Serang

Lam pung Selatan

Lampung

32 Th 20 0 7 14/ 0 8/ 20 0 7 5 Kab. Kubu Raya

Ser ang

Banten

35 Th 200 7 14/ 0 8/ 20 0 7 6 Kab. Tana Tidung

Pontianak

Kalim antan Bar at

34 Th 20 0 7 14/ 0 8/ 20 0 7 7 Kab. Manggarai Tim ur

Bulungan

Kalim antan Timur

36 Th 20 0 7 14/ 0 8/ 20 0 7 8 Kota Tual

Manggar ai

NTT

31 Th 20 0 7 14/ 0 8/ 20 0 7 9 Kab. Member am o Tengah

Maluku Tenggara

Maluku

3 Th 20 0 8 0 4/ 01/ 200 8 10 Kab. Yalim o

J aya Wijaya

Papua

4 Th 200 8 0 4/ 01/ 200 8 11 Kab. Lanny J aya

J aya Wijaya

Papua

5 Th 20 08 0 4/ 01/ 200 8 12 Kab. Nduga

J aya Wijaya

Papua

6 Th 200 8 0 4/ 01/ 200 8 13 Kab. Puncak

J aya Wijaya

Papua

7 Th 20 08 0 4/ 01/ 200 8 14 Kab. Dogiyai

J aya Wijaya

Papua

Nabir e

Papua

8 Th 20 08 0 4/ 01/ 200 8

Su mber : Departem en Keu an gan

V-72 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

D a e rah P e m e karan

D ae rah In d u k

P ro vi n s i D P R-RI Ta n ggal

1 Kab. Labuhan Batu Selatan

Sum atera Ut ara 24/ 6/ 20 0 8 2 Kab. Labuhan Batu Utara

Kab. Labuhan Batu

Sum atera Ut ara 24/ 6/ 20 0 8 3 Kab. Sungai Penuh

Kab. Labuhan Batu

24/ 6/ 20 0 8 4 Kab. Bengkulu Tengah

Kab. Kerinci

J am bi

24/ 6/ 20 0 8 5 Kab. Kepulauan Anam bas

Kab. Bengkulu Utara

Bengkulu

Kepulauan Riau 24/ 6/ 20 0 8 6 Kab. Lom bok Utar a

Kab. Nat una

24/ 6/ 20 0 8 7 Kab. Bolaang Mongondow Selatan

Kab. Lom bok Barat

NTB

Sulawesi Utara 24/ 6/ 20 0 8 8 Kab. Bolaang Mongondow Tim ur

Kab. Bolaang Mongondow

Sulawesi Utara 24/ 6/ 20 0 8 9 Kab. Sigi

Kab. Bolaang Mongondow

Sulawesi Tengah 24/ 6/ 20 0 8 10 Kab. Toraja Utara

Kab. Donggala

Sulawesi Selat an 24/ 6/ 20 0 8 11 Kab. Maluku Barat Daya

Kab. Tan a Toraja

24/ 6/ 20 0 8 12 Kab. Buru Selatan

Kab. Maluku Tenggara Bar at

Maluku

Kab. Buru

Maluku

Su mber : Departem en Keuangan Keterangan : *) 12 Daerah pem ekaran yang akan men erim a DAU sesuai form ula DAU, apabila telah tersedia p eran gkat daer ah secara lengkap

Se la n ju t n ya , t e r d a p a t t a m b a h a n p e m b e n t u k a n 12 d a e r a h o t o n o m b a r u ya n g t e la h diundangkan pada bulan J uni 20 0 8 , sehingga secara kum ulatif total daerah pem ekaran baru sa m p a i d en ga n b u la n J u n i 2 0 0 8 seju m la h 2 6 d a er a h ya n g a ka n d ia loka sika n DAU berdasarkan perhitungan secara proporsional dengan daerah induknya. Nam un, m engingat kedua belas daerah pem ekaran baru tersebut sedang dalam tahap persiapan pem bangunan saran a dan prasaran a pem erin tah an , pem ben tukan struktur kelem bagaan , dan pen ataan SDM, baik di lingkungan Pem erintah Daerah m aupun DPRD setem pat, m aka alokasi DAU kepada 12 daerah pem ekaran tersebut dapat disalurkan apabila telah tersedia perangkat daerah secara len gkap agar dapat m elaksan akan pen gelolaan keuan gan daerah sesuai peraturan perun dan gan yan g berlaku.

5 .5 .2 .3 D a n a Alo ka s i Kh u s u s

Dana Alokasi Khusus m erupakan dana yang bersum ber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu untuk m em bantu m endanai kegiatan khusus yang m erupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Pem berian DAK dim aksudkan untuk m em bantu daerah terten tu dalam m en dan ai kebutuh an saran a dan prasaran a pelayan an dasar m asyarakat dalam rangka m endorong percepatan pem bangunan daerah dan pencapaian sasaran prioritas n asion al.

Pada tahun 20 0 9, kebijakan um um DAK diarahkan un tuk m em ban tu daerah-daerah yan g kem am p u an keu an gan d aer ah n ya r elatif r en d ah , d alam r an gka p en yed iaan sar an a d an prasarana fisik pelayanan dasar m asyarakat. Selain itu, alokasi DAK juga dapat diberikan kep a d a selu r u h d a er a h ya n g m en u r u t p er a t u r a n p er u n d a n g-u n d a n ga n ya n g b er la ku diprioritaskan untuk m endapatkan alokasi DAK.

N K RAPBN 20 0 9 V-73

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

Di sam ping itu, kebijakan um um DAK juga akan diarahkan untuk:

1. Men un jan g percepatan pem ban gun an saran a dan prasaran a jalan , irigasi, air m in um dan pen yeh atan lin gkun gan di kabupaten daerah tertin ggal yan g terdiri dari: daerah pesisir dan kepulauan, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/ terpencil, daerah rawan bencana, serta daerah yang term asuk kategori daerah ketahanan pangan, dan daerah pariwisata.

2. Men un jan g pen guatan sistem distribusi n asion al, terutam a un tuk m em perlan car arus baran g an tar wilayah yan g dapat m en in gkatkan ketersediaan bah an pokok di daerah perdesaan , daerah tertin ggal/ terpen cil, daerah perbatasan den gan n egara lain , daerah pulau-pulau kecil terluar, dan daerah rawan bencana, m elalui kegiatan khusus di bidang saran a dan prasaran a perdagan gan , serta saran a dan prasaran a perdesaan .

3. Men doron g pen in gkatan produktivitas, perluasan kesem patan kerja, an gkutan baran g dan kebutuhan pokok, serta pem bangunan perdesaan, m elalui kegiatan khusus di bidang per tan ian , per ikan an d an kelau tan , in fr astr u ktu r , per d agan gan , ser ta pem ban gu n an perdesaan.

4. Meningkatkan akses penduduk m iskin terhadap pelayanan dasar, sarana dan prasarana dasar m elalui kegiatan kh usus di bidan g pen didikan , keseh atan , keluarga beren can a, infrastruktur, serta sarana dan prasarana perdesaan daerah tertinggal.

5. Menjaga dan m eningkatkan kualitas lingkungan hidup, m encegah kerusakan lingkungan hidup, serta m en guran gi risiko ben can a m elalui kegiatan khusus di bidan g lin gkun gan hidup dan kehutan an .

6. Menyediakan serta m eningkatkan cakupan, kehandalan pelayanan prasarana dan sarana dasar m elalui kegiatan khusus di bidang infrastruktur jalan.

7. Mendukung penyediaan prasarana pem erintahan di daerah pem ekaran dan daerah yang t er ken a d a m p a k p em eka r a n p em er in t a h a n ka b u p a t en / kot a d a n p r ovin si m ela lu i kegiatan khusus di bidan g prasaran a pem erin tahan .

8 . Men in gkatkan keterpaduan dan sin kron isasi kegiatan yan g didan ai dari DAK den gan kegiatan yan g didan ai dari an ggaran kem en terian n egara/ lem baga serta kegiatan yan g didanai dari APBD, m elalui peningkatan koordinasi pengelolaan DAK di pusat dan daerah.

9 . Mela n ju t ka n p en ga lih a n seca r a b er t a h a p a n gga r a n kem en t er ia n n ega r a / lem b a ga (dekon sen trasi dan tugas pem ban tuan ) yan g digun akan un tuk m elaksan akan urusan daerah ke DAK, sesuai peraturan perun dan g-un dan gan yan g berlaku.

Selan jutn ya, arah kebijakan un tuk m asin g-m asin g bidan g yan g didan ai dari DAK adalah sebagai berikut:

1. DAK Bidang Pendidikan, yang diarahkan untuk m enunjang pelaksanaan program Wajib Belajar (Wajar) Pendidikan Dasar 9 tahun yang berm utu, yang diperuntukkan bagi SD/ SDLB, MI/ Salafiyah Ula, t er m asu k sekolah -sekolah set ar a SD ber basis keagam aan lainnya, baik negeri m aupun swasta, yang diprioritaskan pada daerah tertinggal, daerah terpencil, daerah perbatasan, daerah rawan bencana, dan daerah pesisir dan pulau-pulau kecil.

V-74 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

2. DAK Bidan g Kesehatan , yan g diarahkan un tuk: (i) m en in gkatkan pelayan an kesehatan terutam a dalam rangka m em percepat penurunan Angka Kem atian Ibu (AKI) dan Angka Kem atian Bayi (AKB); dan (ii) m eningkatkan pelayanan kesehatan bagi keluarga m iskin serta m asyarakat di daerah terpen cil, tertin ggal, perbatasan , dan kepulauan , m elalui peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, khususnya untuk pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana puskesm as, dan jaringannya term asuk poskesdes, dan rum ah sakit provinsi/ kabupaten/ kota untuk pelayanan kesehatan rujukan, serta penyediaan sarana/ prasarana penunjang pelayanan kesehatan di kabupaten/ kota.

3. DAK Bidang Keluarga Berencana (KB), yang diarahkan untuk m eningkatkan daya jangkau

d a n ku a lit a s p ela ya n a n t en a ga lin i la p a n ga n P r ogr a m KB, sa r a n a d a n p r a sa r a n a pelayan an Kom un ikasi, In for m asi, dan Edukasi (KIE)/ advokasi Pr ogr am KB; sar an a dan prasarana pelayanan di klinik KB; dan sarana pengasuhan dan pem binaan tum buh kem ban g an ak d alam r an gka m en u r u n kan an gka kelah ir an d an laju p er t u m bu h an pen duduk, serta m en in gkatkan kesejahteraan dan ketahan an keluarga.

4. DAK Bidang Infrastruktur J alan dan J em batan, yang diarahkan untuk m em pertahankan

d an m en in gkatkan tin gkat pelayan an pr asar an a jalan pr ovin si, kabu paten , d an kota dalam rangka m em perlancar distribusi penum pang, barang dan jasa, serta hasil produksi yang diprioritaskan untuk m endukung sektor pertanian, industri, dan pariwisata sehingga dapat m em perlan car pertum buhan ekon om i region al.

5. DAK Bid a n g I n fr a st r u kt u r I r iga si, ya n g d ia r a h ka n u n t u k m em p er t a h a n ka n d a n m en in gkatkan tin gkat pelayan an prasaran a sistem irigasi term asuk jarin gan reklam asi r awa d an jar in gan ir igasi d esa yan g m en jad i u r u san kabu p at en / kot a d an p r ovin si kh u su sn ya di daer ah lu m bu n g pan gan n asion al dan daer ah ter tin ggal dalam r an gka m en dukun g program pen in gkatan ketah an an pan gan .

6. DAK Bidang Infrastruktur Air Minum dan Sanitasi, yang diarahkan untuk m eningkatkan

ca ku p a n d a n keh a n d a la n p ela ya n a n a ir m in u m d a n m en in gka t ka n ca ku p a n d a n kehandalan pelayanan penyehatan lingkungan (air lim bah, persam pahan, dan drainase) un tuk m en in gkatkan kualitas kesehatan m asyarakat.

7. DAK Bid an g Per tan ian , yan g d iar ah kan u n tu k m en in gkatkan sar an a d an p r asar an a pertanian di tingkat usaha tani, dalam rangka m eningkatkan produksi guna m endukung ketah an an pan gan n asion al.

8 . DAK Bidang Kelautan dan Perikanan, yang diarahkan untuk m eningkatkan sarana dan prasarana produksi, pengolahan, peningkatan m utu, pem asaran, dan pengawasan, serta pen yediaan sar an a dan pr asar an a pem ber dayaan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

9. DAK Bid an g Pr asar an a Pem er in tah an Daer ah , yan g d iar ah kan u n tu k m en in gkatkan kinerja daerah dalam m enyelenggarakan pem bangunan dan pelayanan publik di daerah pem ekaran , dan diprioritaskan un tuk daerah yan g terken a dam pak pem ekaran tahun

20 0 7-20 0 8 , serta digun akan un tuk pem ban gun an / perluasan / rehabilitasi total gedun g kantor/ bupati/ walikota, dan pem bangunan/ perluasan/ rehabilitasi total gedung kantor DPRD, dengan tetap m em perhatikan kriteria perhitungan alokasi DAK.

10 . DAK Bidan g Lin gkun gan H idup, yan g diarahkan un tuk m en in gkatkan kin erja daerah

d a la m m e n ye le n gga r a k a n p e m b a n gu n a n d i b id a n g lin gk u n ga n h id u p m e la lu i p en in gkat an p en yed iaan sar an a d an p r asar an a kelem bagaan d an sist em in for m asi

N K RAPBN 20 0 9 V-75

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

pem antauan kualitas air, pengendalian pencem aran air, serta perlindungan sum ber daya air di luar kawasan hutan .

11. DAK Bid an g Keh u tan an , yan g d iar ah kan u n tu k m en in gkatkan fu n gsi Daer ah Alir an Sun gai (DAS), m en in gkatkan fun gsi h utan m an grove dan h utan pan tai, pem an tapan fungsi hutan lindung, Tam an H utan Raya (TAH URA), hutan kota, serta pengem bangan sarana dan prasarana penyuluhan kehutanan term asuk operasional kegiatan penyuluhan keh u tan an .

12. DAK Bidan g Sar an a dan Pr asar an a Per desaan , yan g ditujukan kh usus un tuk daer ah tertinggal, dan diarahkan untuk m eningkatkan aksesibilitas dan ketersediaan prasarana dan saran a dasar un tuk m em perlan car arus an gkutan pen um pan g, bahan pokok, dan pr od u k per tan ian lain n ya d ar i d aer ah pu sat-pu sat pr od u ksi d i per d esaan ke d aer ah pem asar an .

13. DAK Bidang Perdagangan, yang diarahkan untuk m enunjang penguatan sistem distribusi n asion al m elalu i p em ban gu n an sar an a d an p r asar an a p er d agan gan yan g t er u t am a berupa pasar tradision al di daerah perbatasan , daerah pesisir dan pulau-pulau kecil, daerah tertinggal/ terpencil, serta daerah pasca bencana.

Berdasarkan arah kebijakan dan bidan g-bidan g yan g akan dibiayai DAK tersebut di atas, alokasi DAK direncanakan m encapai Rp22,3 triliun, atau secara nom inal lebih tinggi Rp1,1 triliun dari realisasi DAK yan g diperkirakan dalam tahun 20 0 8 m en capai Rp21,2 triliun . Peningkatan alokasi DAK tersebut sehubungan dengan adanya penam bahan anggaran Rp1,0 triliun yang digunakan untuk m enam bah alokasi DAK Bidang Pendidikan, serta penam bahan

2 bid an g bar u yait u DAK Bid an g Sar an a d an Pr asar an a Per d esaan , ser t a DAK Bid an g Perdagan gan , yan g pen dan aan n ya berasal dari pen galihan an ggaran Kem en terian Negara Pem ban gun an Daerah Tertin ggal dan Departem en Perdagan gan , m asin g-m asin g Rp90 ,0 m iliar dan Rp50 ,0 m iliar.

Selan jutn ya, pen yaluran DAK tahun 20 0 9 tersebut akan ditran sfer secara bertahap sesuai den gan kin erja daerah dalam m en yelesaikan Perda APBD dan Laporan Pen yerapan DAK. Penyaluran tahap I sebesar 30 persen setelah daerah m enyam paikan Perda APBD, tahap II, tahap III, dan tahap IV ditransfer setelah daerah m enyam paikan Laporan Penyerapan DAK yang m enunjukkan sisa DAK yang telah ditransfer lebih kecil atau sam a dengan 10 persen.

Nam un dem ikian, untuk m enunjukkan kom itm en daerah dalam pelaksanaan DAK, daerah pen erim a DAK wajib m en yediakan dan a pen dam pin g sekuran g-kuran gn ya 10 persen dari besaran alokasi DAK yang diterim anya. Sem entara itu, alokasi DAK m asing-m asing daerah ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Kr iter ia Um u m , yan g d itetap kan d en gan m em p er tim ban gkan kem am p u an keu an gan daerah yang dicerm inkan dari penerim aan um um APBD setelah dikurangi belanja pegawai negeri sipil daerah.

2. Kr it er ia Kh u su s, ya n g d ir u m u ska n b er d a sa r ka n : (i) p er a t u r a n p er u n d a n ga n ya n g m e n ga t u r t e n t a n g d a e r a h - d a e r a h t e r t e n t u d a n s e lu r u h d a e r a h t e r t in gga l ya n g diprioritaskan m endapat alokasi DAK; dan (ii) karakteristik daerah, yang m eliputi daerah pesisir dan kepulauan, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/ terpencil, daerah yang term asuk dalam kategori daerah ketahanan pangan, daerah rawan bencana, dan daerah pariwisata.

V-76 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

3. Kr iter ia Tekn is, yan g d isu su n oleh kem en ter ian n egar a/ lem baga tekn is ber d asar kan in d ikator -in d ikator yan g d apat m en ggam bar kan kon d isi sar an a d an pr asar an a, ser ta kinerja pelaksanaan kegiatan DAK di daerah.

Selan jutn ya, kebijakan DAK un tuk daerah pem ekaran adalah sebagai berikut: (1) daerah pem ekaran dim aksud sudah ditetapkan sebagai penerim a alokasi DAU; (2) kelayakan untuk m endapatkan DAK m engikuti kelayakan daerah induknya; (3) alokasi untuk m asing-m asing bidang dilakukan apabila data teknis untuk daerah induk dan daerah pem ekarannya sudah t er sed ia seca r a t er p isa h ; d a n (4 ) m em p er t im b a n gka n kelen gka p a n p er a n gka t d a er a h pem ekaran .

5.5.3 . D an a Oto n o m i Kh u s u s

Dalam r an gka m elaksan akan am an at UU No. 35 Tah un 20 0 8 ten tan g Pen etapan Per pu No.1 Tah un 20 0 8 ten tan g Per ubah an Atas UU Nom or 21 Tah un 20 0 1 ten tan g Oton om i Khusus bagi Provin si Papua m en jadi un dan g-un dan g (lihat B o ks V.5 ) dan UU Nom or 11

B o ks V.5 U U N o m o r 3 5 Ta h u n 2 0 0 8 s e b a ga i P e n ye m p u rn a a n U U N o m o r 2 1 Ta h u n 2 0 0 1.

Pem bentukan Propinsi Irian J aya Barat, yang selanjutnya berubah m enjadi Propinsi Papua Barat, m em berikan im plikasi pada pelaksan aan UU Nom or 21 Tah un 20 0 1. Un dan g-un dan g tersebut yang hanya m enyebutkan nam a Propinsi Papua dapat m enim bulkan penafsiran bahwa penerim a dan a oton om i kh u su s adalah Pr opin si Papu a dan selu r u h kabu paten / kota di wilayah dar atan Papua, sedan gkan Propin si Papua Barat m en jadi daerah yan g tidak berh ak atas dan a oton om i kh u su s.

Im plikasinya, selain tidak m endapatkan bagian dari dana otonom i khusus, Propinsi Papua Barat juga tidak m en dapatkan bagian dari dan a tam bahan oton om i khusus un tuk in frastruktur yan g digun akan un tuk pem ban gun an in frastruktur di kabupaten / kota di wilayah propin si tersebut. Sela in it u , P r op in si P a p u a Ba r a t ju ga t id a k m en d a p a t ka n DBH Miga s seb esa r 70 p er sen sebagaim an a d iat u r d alam UU Nom or 21 Tah u n 20 0 1, n am u n d em ikian m en gin gat d aer ah penghasil m igas di daratan Papua um um nya berada di wilayah Propinsi Papua Barat, m aka Propinsi Papua Barat m endapat porsi DBH SDA m igas sesuai UU Nom or 33 Tahun 20 0 4 dengan prinsip by or ig in .

Dalam perkem bangannya, sebelum ditetapkannya UU Nom or 35 Tahun 20 0 8 tentang Penetapan Perpu No.1 Tah un 20 0 8 ten tan g Perubah an atas UU Nom or 21 Tah un 20 0 1 ten tan g Oton om i Kh usus bagi Pr ovin si Papua m en jadi un dan g-un dan g, Pem er in tah ter lebih dah ulu ber in isiatif m enetapkan peraturan pem erintah pengganti undang-undang (Perpu), yaitu Perpu Nom or 1 Tahun

2 0 0 8 d en ga n m a ksu d u n t u k m en ga t a si m a sa la h in kon sist en si d a la m p ela ksa n a a n sist em desentralisasi fiskal. Pada prinsipnya Perpu tersebut m engam anatkan bahwa UU Nom or 21 Tahun

20 0 1 ber laku bukan h an ya un tuk Pr opin si Papua beser ta selur uh kabupaten / kota, m elain kan sem ua daerah , baik propin si Papua dan Papua Barat m aupun kabupaten / kota yan g berada di daratan Papua.

Dengan ditetapkannya Perpu tersebut, m engakibatkan antara lain: (i) dana otonom i khusus yang besarnya 2 persen dari total DAU Nasional akan dibagi antara Propinsi Papua dan Propinsi Papua Barat; (ii) tam bahan dan a oton om i khusus un tuk in frastruktur akan diberikan kepada Propin si Papua dan Propin si Papua Barat secara terpisah sesuai den gan kesepakatan an tara pem erin tah dan DPR; dan (iii) DBH m igas dialokasikan bagi Propinsi Papua Barat sebesar 70 persen, sedangkan DBH SDA lainnya, kecuali DBH Perikanan, akan dibagi sesuai dengan letak daerah penghasil sesuai prinsip by origin .

N K RAPBN 20 0 9 V-77

Bab V Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9

Tahun 20 0 6 tentang Pem erintahan Aceh, m aka dalam RAPBN 20 0 9 akan dialokasikan dana otonom i khusus sebesar 2 persen dari DAU Nasional untuk Provinsi Papua dan Papua Barat, yang penggunaannya diutam akan untuk pendanaan pendidikan dan kesehatan, dan 2 persen

d ar i DAU Nasion al u n tu k Pr ovin si Nan ggr oe Aceh Dar u ssalam (NAD), yan g d iar ah kan p e n ggu n a a n n ya u n t u k m e n d a n a i p e m b a n gu n a n d a n p e m e lih a r a a n in fr a s t r u k t u r , pem berdayaan ekon om i rakyat, pen gen taskan kem iskin an , serta pen dan aan pen didikan , sosial, dan kesehatan . Di sam pin g itu, dalam ran gka pelaksan aan oton om i khusus kepada P r ovin si P a p u a d a n P r ovin si P a p u a Ba r a t a ka n d ia loka sika n d a n a t a m b a h a n u n t u k in fr a s t r u k t u r , ya n g b e s a r a n n ya d is e p a k a t i a n t a r a P e m e r in t a h d e n ga n DP R , ya n g pen ggun aan n ya diutam akan un tuk pen dan aan pem ban gun an in frastruktur.

Berkaitan den gan itu, alokasi Dan a Oton om i Kh usus dalam RAPBN 20 0 9 diren can akan m encapai Rp9,1 triliun, atau secara nom inal naik Rp1,6 triliun dari realisasi dana otonom i khusus yan g diperkirakan dalam tahun 20 0 8 sebesar Rp7,5 triliun . Alokasi dan a oton om i khusus dalam RAPBN 20 0 9 tersebut terdiri dari:

a.Dana Otonom i Khusus untuk Papua sebesar Rp4,0 triliun, atau secara nom inal naik Rp0 ,4

triliun jika dibandingkan dengan perkiraan realisasinya dalam tahun 20 0 8 sebesar Rp3,6 triliun . Sesuai den gan UU No.35 Tah un 20 0 8 , Dan a Oton om i Kh usus Pr ovin si Papua tersebut akan dibagikan kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat;

b.Dan a Oton om i Khusus un tuk Provin si NAD sebesar Rp4,0 triliun , atau secara n om in al

n aik Rp0 ,4 triliun jika diban din gkan den gan perkiraan realisasin ya dalam tahun 20 0 8 sebesar Rp3,6 triliun; serta

c. Dan a Tam bah an In frastruktur Papua sebesar Rp1,0 triliun , atau secara n om in al sam a den gan perkiraan realisasin ya dalam tahun 20 0 8 . Sesuai den gan UU Nom or 35 Tahun

20 0 8 , Dan a Oton om i Khusus Provin si Papua tersebut akan dibagikan kepada Provin si Papua dan Provinsi Papua Barat.

Alokasi Dana Otonom i Khusus bagi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, serta Provinsi NAD dalam RAPBN 20 0 9 tersebut akan ditransfer secara triwulanan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Men teri Keuan gan .

Ber bed a d en gan tah u n -tah u n sebelu m n ya, m u lai tah u n 20 0 9 tid ak d ialokasikan d an a penyesuaian, dengan pertim bangan : (i) agar DAU sebagai alat ekualisasi antardaerah dapat

b er fu n gsi sem est in ya ; (ii) a loka si d a sa r seb a ga i kom p on en DAU su d a h m en a m p u n g per h itu n gan tu n jan gan kepen d id ikan ; (iii) d en gan ber laku n ya UU No. 35 Tah u n 20 0 8 , Pr ovin si Pa p u a Ba r a t su d a h m en ya n d a n g seb a ga i d a er a h ot on om i kh u su s; (iv ) d a n a infrastruktur sarana prasarana akan lebih dipertegas kriterianya, sehingga dapat disatukan den gan kriteria DAK; dan (v ) dan a alokasi cukai m erupakan wujud dari DBH cukai hasil tem bakau, sehingga pada tahun 20 0 9 akan dilaksanakan sebagai DBH Cukai Hasil Tem bakau sesuai dengan am anat UU Nom or 39 Tahun 20 0 7. Perbandingan perkiraan realisasi trans- fer ke daerah dalam 20 0 8 dan RAPBN 20 0 9. dapat dilihat pada Ta be l V.3 1.

V-78 N K RAPBN 20 0 9

Kebijak an Desen tralisasi Fisk al dan Pen gelolaan Keuan gan Daerah 20 0 9 Bab V

Ta be l V.3 1 TRAN SFER KE DAERAH , 2 0 0 8 - 2 0 0 9 ( triliu n ru p iah )

Pe rkira an

% th d

% th d RAPB N

Re alis a s i

PD B

PD B

I. D AN A PERIMBAN GAN

A. DANA BAGI HASIL

1. Pajak 36,4 0 ,8 45,7 0 ,9

a. Pajak Penghasilan

b. PBB 22,3 0 ,5 27,4 0 ,5

d. Cukai

2. Sum ber Daya Alam 42,5 0 ,9 57,1 1,1

a. Minyak Bum i 22,7 0 ,5 32,6 0 ,6

b. Gas Alam 11,5 0 ,2 17,5 0 ,3

c. Pertam bangan Um um

d. Kehutanan

e. Perikanan

B. DANA ALOKASI UMUM 179,5 3,8 20 1,9 3,8

C. DANA ALOKASI KHUSUS 21,2 0 ,5 22,3 0 ,4

II. D AN A OTON OMI KH U S US da n

9 ,1 0 ,2 P EN YESU AIAN

A. DANA OTONOMI KH USUS

1. Dana Otsus (Persentase DAU)

i. Dana Otsus Prov . Papua

ii. Dana Otsus Aceh 3,6 0 ,1 4,0 0 ,1

2. Dana tam bahan Otsus

B. DANA PENYESUAIAN

N K RAPBN 20 0 9 V-79

Pem biay aan Defisit An ggaran , Pen gelolaan Utan g, dan R isik o Fisk al Bab VI