© OECD 2015
13
Gambar 6. Kredit dan saham yang diperdagangkan untuk beberapa negara ASEAN terpilih
A. Kredit dalam negeri ke sektor swasta pada tahun 2013, dari PDB
B. Saham yang diperdagangkan pada tahun 2012 sebagai dari PDB
20 40
60 80
100 120
140
10 20
30 40
50 60
70
Sumber: Indikator Pembangunan Dunia dari Bank Dunia.
mendorong lebih lanjut lembaga non-simpanan untuk memainkan peran yang lebih besar dalam menyalurkan kredit. Rumah tangga Indonesia juga tertinggal dilihat dari sudut
pandang berbagai indikator keuangan dan akses terhadap kredit Gambar 7. Secara keseluruhan, 20 dari orang dewasa memiliki rekening di lembaga keuangan formal,
dibandingkan dengan 35 di India, 56 di Brasil dan 64 di Tiongkok Demirguc-Kunt dan Klapper, 2013. Selain itu, hanya 8 dari dua kuintil terbawah dari rumah tangga di
Indonesia yang memiliki rekening di lembaga keuangan formal. Pemerintah di sejumlah negara lainnya dengan perekonomian pasar yang baru berkembang terus melangkah maju
dengan berbagai rencana untuk memperbaiki keadaan yang demikian. Sebagai contoh, pada bulan Agustus 2014, pemerintah India memperkenalkan skema Jan Dhan Yojana, yang
bertujuan untuk membuka 75 juta buah rekening bank sampai dengan akhir bulan Januari 2015. Pada saat membuka rekening melalui skema tersebut, pemilik rekening akan berhak
atas pertanggungan asuransi kecelakaan dan setelah melakukan kegiatan operasional selama enam bulan, berhak atas fasilitas dana cerukan
overdraft facility. Di Indonesia sebagian besar dari rumah tangga miskin, usaha mikro dan UKM tidak tercakup dalam jasa
perbankan dan pemberian pinjaman formal, sebagian dari rumah tangga miskin tersebut menggunakan bank bayangan
shadow bank yang mengenakan suku bunga yang jauh lebih tinggi. Nilai pinjaman UKM yang masih belum dilunasi kredit macet hanya sebesar
0,7 dari PDB pada tahun 2010, dibandingkan dengan 30,7 di Thailand dan 17,4 di Malaysia. Pada akhirnya, margin yang tinggi yang diperoleh bank di Indonesia dapat pula
menandakan bahwa pertumbuhan kredit dibatasi oleh kurangnya simpanan Bloomberg, 2013. Peningkatan keuangan inklusif akan dapat membantu dalam hal
tersebut.
Dengan menghilangkan kebutuhan akan infrastruktur kantor cabang yang mahal, layanan perbankan tanpa kantor cabang
branchless banking dapat membantu perkembangan keuangan inklusif dengan cara melayani rumah tangga dan usaha yang
miskin dan tersisih dari layanan jasa keuangan formal serta belum memiliki rekening di bank Bank Dunia, 2014c. Untuk meningkatkan keuangan inklusif, bank dapat memberikan
perhatian lebih pada cara penyediaan layanan yang lebih murah seperti perbankan melalui telepon seluler. Hal tersebut telah berhasil dilakukan di beberapa negara seperti Kenya dan
Filipina Bank Dunia, 2012b, dan
BBVA, 2015. Jasa keuangan dapat ditawarkan pula melalui stasiun pengisian bahan bakar atau toko setempat, seperti di Meksiko atau Brasil. Di
Meksiko, peraturan baru yang memungkinkan penggunaan koresponden non-bank disebut juga sebagai agen perbankan memungkinkan kepada lembaga keuangan untuk
meningkatkan jangkauannya dengan biaya yang lebih rendah bagi bank maupun bagi calon
© OECD 2015
14
nasabah. Belum lama ini, BI melaksanakan proyek percontohan di beberapa provinsi Stapleton, 2013, dan apabila dinilai berhasil, layanan perbankan tanpa kantor cabang akan
diperluas. Layanan perbankan tanpa kantor cabang juga dapat digunakan oleh pemerintah untuk melakukan penagihan pajak terhadap segmen penduduk yang belum tersentuh
layanan perbankan
unbanked. Penggunaan layanan perbankan tanpa kantor cabang secara lebih awal oleh beberapa kementerian pemerintah juga akan mempercepat
pembayaran jaminan sosial di beberapa wilayah di mana terdapat banyak penduduk yang belum tersentuh layanan perbankan.
Gambar 7. Indikator pembangunan keuangan untuk beberapa negara ASEAN terpilih, 2011
A. Rekening di lem baga keuangan formal B. Tingkat kepemilikan kartu kredit dan kartu debit