Rasio penduduk m iskin dengan penghasilan 2 per hari PPP penduduk Koefisien Gini

© OECD 2015 28 program tersebut difokuskan secara khusus pada investasi dalam bidang pendidikan, gizi dan kesehatan anak-anak dalam rumah tangga yang sangat miskin. Oleh karena itu, kedua program tersebut membantu mengurangi penyebaran kemiskinan antar generasi serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas pada skala yang jauh lebih besar. Kedua, dua program tersebut biasanya ditargetkan dengan baik karena kedua program tersebut berdasarkan definisinya dirancang untuk menyediakan sumber daya bagi orang-orang yang paling membutuhkan. Oleh karena itu, verifikasi terhadap kebutuhan sering kali termasuk dalam program tersebut. Kendati demikian, pemerintah perlu mengambil berbagai langkah untuk memperbaiki penentuan target berbagai program bantuan sosial, termasuk program bantuan tunai bersyarat, dengan cara melanjutkan berbagai upaya untuk mengembangkan daftar tunggal rumah tangga yang rentan PPLS11 yang akan menghasilkan efektivitas biaya yang lebih baik. Gambar 16. Kemiskinan dan ketimpangan

A. Rasio penduduk m iskin dengan penghasilan 2 per hari PPP penduduk

B. Koefisien Gini

20 30 40 50 60 70 1980 2012 20 40 60 80 100 1980 2012 Sumber: Indikator Pembangunan Dunia dari Bank Dunia. Indonesia telah mencapai kemajuan yang stabil dan signifikan dalam beberapa langkah penting terkait kesehatan penduduk selama beberapa dasawarsa terakhir. Kendati demikian, gizi buruk dan penurunan tingkat pertumbuhan stunting masih menjadi permasalahan serius di kalangan penduduk miskin dan akses menyeluruh terhadap perawatan kesehatan yang bermutu tinggi di seluruh nusantara masih belum memadai. Total belanja untuk perawatan kesehatan sebagai bagian dari PDB masih rendah, demikian pula halnya dengan jumlah dokter per seribu penduduk. Meskipun program asuransi kesehatan yang baru dan peluncuran kartu Indonesia Sehat disambut dengan baik, berbagai © OECD 2015 29 program tersebut perlu dipantau secara ketat untuk memastikan terlindunginya rumah tangga dengan sebagaimana mestinya termasuk orang-orang yang memiliki anak, orang lanjut usia, pekerja yang tidak menerima gaji tetap non-salaried worker, dan pekerja informal dari biaya pengobatan yang sangat berat dan memastikan adanya aksesibilitas yang memuaskan terhadap layanan perawatan kesehatan yang terjangkau. Terdapat beberapa bidang prioritas lainnya di mana Indonesia dapat memfokuskan upaya untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan secara lebih lanjut. Bidang-bidang tersebut termasuk memperbaiki akses terhadap sekolah, melanjutkan formalisasi penguasaan tanah land tenure dan hak milik title atas tanah, meningkatkan infrastruktur khususnya di wilayah pedesaan, serta penggunaan sistem pajak dan transfer secara lebih baik untuk meningkatkan bantuan kepada penduduk miskin. Bab 1 membahas tentang berbagai pilihan kebijakan tersebut secara mendalam. Informalitas buruh memperparah kemiskinan dan ketimpangan Organisasi Buruh Internasional ILO memperkirakan bahwa 60 dari semua pekerjaan non-pertanian di Indonesia merupakan pekerjaan informal. Meskipun lebih rendah dari angka di India 68 dan Filipina 73, angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Tiongkok 33 dan Vietnam 44 Gambar 17, Panel A. Informalitas di Indonesia ditimbulkan oleh beberapa faktor. Upah minimum, yang menurut data ILO mencapai 63 Gambar 17. Informalitas pasar tenaga kerja dan upah minimum di beberapa Negara Baru Berkembang