Latar Belakang Penerapan Unsur Persamaan Pada Pokoknya Dalam Penentuan Sengketa Merek (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 194K PDT.SUS 2011)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merek memiliki kemampuan sebagai tanda yang dapat membedakan hasil perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain dalam pasar, baik untuk barangjasa yang sejenis maupun yang tidak sejenis. Fungsi merek tidak hanya sekedar untuk membedakan suatu produk dengan produk yang lain, melainkan juga berfungsi sebagai aset perusahaan yang tidak ternilai harganya, khusunya untuk merek-merek yang berpredikat terkenal well-known marks. 1 Kebutuhan adanya perlindungan hukum atas merek semakin berkembang dengan pesat setelah banyaknya orang yang melakukan peniruan. Terlebih pula setelah dunia perdagangan semakin maju. seta alat transportasi yang semakin baik, juga dengan dilakukannya promosi maka wilayah pemasaran barang pun menjadi lebih luas lagi. Keadaaan seperti itu menambah pentingnya merek, yaitu untuk membedakan asal-usul barang dan kualitasnya, juga menghindarkan peniruan. Pada gilirannya perluasan pasar seperti itu juga memerlukan penyesuaian dalam sistem perlindungan hukum terhadap merek yang digunakan pada produk yang diperdagangkan. 2 Pengaturan Merek dalam ruang lingkup Hak Atas Kekayaan Intelektual HAKI, diatur pada Undang-undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 selanjutnya disebut UUM No 15 Tahun 2001 sebenarnya telah di atur sedemikian rupa agar 1 OK. Saidin, “Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual” Intellectual Property Right, Jakarta: Raja Grafindo, 2004 hlm 359 2 Djumhana,Muhammad, Djubaedillah, R, Hak Milik Intelektual Sejarah Teori dan Pakteknya di Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997 hlm 149 Universitas Sumatera Utara terhindar dari sengketa-sengketa merek antar produsen, namun tetap saja banyaknya kasus sengketa merek yang terjadi, meskipun sudah banyak perkara sengketa merek yang sudah putus dan mempunyai kekuatan hukum tetap, namun tidak menjamin hilangnya sengketa merek yang kebanyakan kasus yang terjadi mengenai peniruan merek yang mengandung unsur persamaan pada pokoknya. Penggunaan merek atau produk tanpa seizin pemilik yang dilakukan oleh para pembajak dapat menimbulkan akibat pada kekuatan merek itu sendiri di pasaran. Penggunaan merek yang dimaksud adalah dengan cara memproduksi suatu produk dengan ciri, merek, bentuk, desain dan bahan sejenisnya dengan produk asal yang di harapkan dapat memeprolah keuntungan yang tinggi ketika produk itu dijual dipasaran. Tentu saja dalam hal ini konsumen yang merupakan salah satu pihak yang dirugikan. Permasalahan yang muncul dalam persaingan bisnis tidak hanya terbatas pada munculnya produk-produk bajakan untuk jenis barang atau jasa yang sama. Permasalahan juga dapat muncul terkait dengan keunikan tanda dari sebuah merek itu sendiri, ada kalanya beberapa beberapa produsen baik secara disengaja maupun tidak sengaja menginginkan suatu tanda yang berupa gambar atau nama yang sama sebagai merek untuk produk mereka. Bahkan permasalahan terkait dengan merek tersebut juga dapat terjadi ketika ada sebuah produsen yang menginginkan untuk memliki dan menggunakan suatu merek yang sama dengan yang telah di gunakan oleh produsen lainnya. Pelaksaanan perlindungan hukum terhadap merek seringkali kurang berjalan dengan semestinya, salah satu kendalanya adalah karena merek yang Universitas Sumatera Utara sudah didaftarkan masih menjadi sengketa antara pihak yang menganggap memliki hak atas merek yang bersangkutan. Penyebab terjadinya sengketa merek dikarenakan adanya pelanggaran merek yang didaftarakannya merek-merek yang tidak seharusnya didaftarkan, misalnya karena merek tersebut sama atau serupa dengan merek terkenal yang kebanyakan sengketa yang terjadi adalah mengenai persamaan pada pokonya atau keseluruhannya pada merek yang satu dengan yang lain. Persamaan unsur pada pokoknya atau keseluruhnnya dengan merek merek yang telah di daftarkan dalam Daftar Umum Merek pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual pada ahirnya dapat menimbulkan konflik antar produsen yang mana produsen merasa di rugikan dengan digunakannya merek dagang mereka oleh pihak lain, yang kemudian mengajukan keberatan berupa gugatan pembatalan merek. Menurut Penjelasan Pasal 6 ayat 1 huruf a disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “persamaan pada pokoknya” adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek yang satu dan merek yag lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan, baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi antara unsu-unsur mauupun persamaan bunyi ucapan yang terdapatdalam merek-merek tersebut. 3 Dalam hal ini penulis tertarik pada salah satu sengketa yang terjadi di Indonesia pada tahun 2011, untuk mengkaji lebih dalam sengketa yang terjadi anatar para pihak untuk menganalisa bagaimana penerapan unsur persamaan pada 3 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek, Penjelasan Pasal 6 ayat 1 huruf a. Universitas Sumatera Utara pokoknya atau keselurahannya dengan melihat bagaiamaa suatu merek yang dilindungi dan penyelesaian sengketa para kedua pihak. Sengketa merek tersebut antara Toyota Jidoshi Kabushiki Kaisa dengan PT. Lexus Daya Utama yang memperubutkan hak atas merek Lexus. Sengketa Merek ini muncul karena Toyata Jidoshi Kabushiki Kaisa merasa sebagai pemakai pertama dari merek Lexus tetapi ketika PT. Lexus Daya Utama telah mendaftarkan software merek Lexus. Toyota Jidoshi Kabushiki Kaisa merasa bisnisnya merasa di rugikan, karena para konsumen akan mengira bahwa software yang dikeluarkan oleh PT. Lexus Daya Utama adalah milik dari Toyota Jidohsi Kabusihiki Kaisa. Selanjutnya Toyoya Jidoshi Kabushiki Kaisa mengajukan Gugatan pembatalan merek kepada PT. Lexus Daya Utama yang terdaftar di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Toyota Jidoshi Kabushiki Kaisa menyatakan dalam gugatannya bahwa PT. Lexus Daya Utama telah mendaftarakan software merek Lexus dengan itikad tidak baik, itikad tidak baik yang dimaksud adalah karena PT. Lexus Daya Utama mengambil keuntungan atas reputasi merek Lexus milik Toyota Jidoshi Kabushiki Kaisa. Sebab, dengan menggunakan nama Lexus PT.Lexus Daya Utama tidak perlu mengeluarkan biaya promosi maupun berusaha untuk membangun reputasi sendiri, selain itu dengan diterbitkannya sertifikat tersebut berpotensi akan menimbulkan kebingungan oleh para konsumen. Atas dasar hal itu Toyota Jidoshi Kabushiki Kaisa meminta agar Pengadilan Niaga Jakarta Pusat membatalkan merek Lexus milik PT. Lexus Daya Utama. Namun menurut Pengadilan Niaga Jakarta Pusat PT. Lexus daya Utama tidak melakukan pemboncengan merek, sehingga PT. Lexus daya Utama dinyatakan tidak bersalah, sehingga Toyota Universitas Sumatera Utara Jidoshi Kabushiki Kaisa melakukan upaya hukum selanjutnya yaitu tingkat kasasi. Pada upaya hukum kasasi ini Toyota Jidoshi Kabushiki Kaisa memenangkan gugatannya. Pada hal ini putusan Mahkamah Agung sangat bertolak belakang dengan Putusan Pengadila Niaga Jakarta Pusat. Dengan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis dalam bentuk skripsi dengan judul “Penerapan Unsur Persamaan Pada Pokoknya Dalam Penentuan Sengketa Merek Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 194KPdt.sus2011 “ B. Perumusan Masalah Adapun yang merupakan peramsalahan yang timbul dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah merek yang dilindungi dalam Undang-undang Merek Nomor 15 tahun 2001? 2. Bagaimanakah penyelesaian sengketa merek terkait dengan merek yang dilindungi? 3. Bagaimanakah penerepan unsur persamaaan pada pokoknya dalam penentuan sengketa dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 194Pdt.Sus2011?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Dokumen yang terkait

Penerapan Unsur Persamaan Pada Pokoknya Dalam Penentuan Sengketa Merek (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 194K/PDT.SUS/2011)

3 78 98

STUDI KASUS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 165 PK/PDT.SUS/2012 MENGENAI PEMBATALAN PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 697 K/PDT.SUS/2011 TERKAIT ADANYA UNSUR PERSAMAAN PADA POKOKNYA DALAM MEREK ( PT.ANGS.

0 0 1

Penerapan Unsur Persamaan Pada Pokoknya Dalam Penentuan Sengketa Merek (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 194K PDT.SUS 2011)

0 0 7

Penerapan Unsur Persamaan Pada Pokoknya Dalam Penentuan Sengketa Merek (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 194K PDT.SUS 2011)

0 0 1

Penerapan Unsur Persamaan Pada Pokoknya Dalam Penentuan Sengketa Merek (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 194K PDT.SUS 2011)

0 1 30

Penerapan Unsur Persamaan Pada Pokoknya Dalam Penentuan Sengketa Merek (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 194K PDT.SUS 2011)

0 0 4

Analisis Yuridis Konsistensi Putusan Mahkamah Agung Dalam Kasus Merek Yang Mengandung Unsur Persamaan Pada Pokoknya (Putusan Pengadilan 2011-2012)

0 1 14

Analisis Yuridis Konsistensi Putusan Mahkamah Agung Dalam Kasus Merek Yang Mengandung Unsur Persamaan Pada Pokoknya (Putusan Pengadilan 2011-2012)

0 0 2

Analisis Yuridis Konsistensi Putusan Mahkamah Agung Dalam Kasus Merek Yang Mengandung Unsur Persamaan Pada Pokoknya (Putusan Pengadilan 2011-2012)

0 1 28

Merek yang Mempunyai Persamaan Pada Pokoknya : Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor : 745 K PDT.SUS 2012) - Ubaya Repository

0 0 2