Temuan Pembahasan T1 732013609 Full text

21 Maryati dan Suryawati, 2006: 110. Untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini melalui data primer, maka akan dilakukan teknik wawancara. Wawancara merupakan proses interaksi atau komunikasi secara langsung antara pewawancara dengan responden Budiarti dan Anggraeni, 2003: 40. Wawancara digunakan untuk mendapatkan data dari tangan pertama primer. Teknik wawancara pada penelitian ini akan ditujukan pemerintah kota Salatiga yang terkait dengan batik khas Salatiga sebagai daya tarik pariwisata, yaitu dinas pariwisata kota Salatiga dan dinas perindustrian, perdagangan, dan UMKM disperindagkop kota Salatiga, dan pengusaha batik Salatiga. Wawancara dilakukan dengan kepala dinas pariwisata dan dinas perindustrian, perdagangan, dan UMKM mengenai peran pemerintah terhadap batik khas Salatiga terkait dengan pengembangan usaha batik Salatiga menjadi daya tarik pariwisata berfokus kepada pengembangan wirausaha dan stimulasi. Wawancara kemudian juga dilakukan kepada salah satu pengusaha batik Salatiga, yaitu pemilik batik Plumpungan untuk mengetahui apakah data hasil temuan yang diperoleh dari instansi pemerintah sama dengan data yang diperoleh dari pengusaha batik. Dengan demikian hasilnya akan dapat ditarik kesimpulan, apakah usaha yang dilakukan pemerintah tersebut sudah cukup optimal dan sudah dapat membuat batik di Salatiga berpotensi sebagai daya tarik pariwisata. b. Data Sekunder Data sekunder adalah keterangan yang diperoleh dari pihak kedua, baik berupa orang maupun catatan, seperti buku, laporan, buletin, dan majalah yang sifatnya dokumentasi Waluya, 2007: 79. Dalam penelitian ini data sekunder didapatkan dari : 1 Studi pustaka dan berbagai literatur-literatur mengenai peran pemerintah dalam membantu pengembangan usaha batik yang berpotensi sebagai daya tarik pariwisata. 2 Dokumen-dokumen yang berasal dari instansi-instansi yang terkait, dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan pariwisata kota Salatiga, khususnya dokumen yang menyangkut batik Salatiga sebagai salah satu warisan budaya.

6. Temuan Pembahasan

Dalam penelitian ini data diambil dari wawancara langsung kepada dua belah pihak. Yang pertama kepala dinas pariwisata kota Salatiga, yang kedua kepala UMKM disperindagkop kota Salatiga, kemudian peneliti melakukan wawancara kepada pengusaha batik Plumpungan untuk 22 mengetahui apakah kinerja dinas yang terkait tersebut sudah diimplementasikan secara maksimal kepada usaha batik Salatiga. a Pemberdayaan Pemberdayaan terhadap batik Plumpungan telah dilakukan oleh disperindag kota Salatiga dengan mengadakan latihan membatik atau magang dan melalui studi banding ke kota lain. 1. Pembinaan Sumber Daya Manusia SDM, yaitu melalui penyelenggaraan belajar- mengajar untuk meningkatkan kemampuan, misalnya dengan diadakannya latihan membatik. Berikut petikan pernyataan dari Bapak Amin selaku kepala bagian UMKM disperindag kota Salatiga, 30 Desember 2014 : “Pembinaan SDM melalui magang atau latihan membatik mulai dari proses awal sampai proses akhir, kerjasama ini dilakukan dengan dinas provinsi Jawa Tengah.” 2. Studi banding di tempat pengrajin batik. Perencanaan ini dipersiapkan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman membatik dari kota lain yang sudah lebih dikenal dibanding Salatiga. Berikut penuturan Bapak Amin : “Yang kedua ialah melalui studi banding di tempat pengrajin batik yang lebih maju, seperti Lasem, Solo, Sragen, Balai industri kerajinan batik Jogjakarta.” Berdasarkan data yang diperoleh dari pengusaha batik, batik Plumpungan pernah mengikuti kegiatan pemberdayaan, seperti latihan membatik dan studi banding ke tempat pengrajin batik seperti Solo, Lasem, Sragen, yang diadakan oleh pemerintah kota Salatiga. Berikut penuturan Ibu Titi selaku pekerja usaha batik Plumpungan, Sabtu 21 Maret 2015 : “Batik kami pernah mengikuti stu di banding ke kota pengrajin batik yang lain, seperti Semarang, Solo, Lasem, Sragen. Bahkan tahun lalu batik kami juga pernah menjadi tuan rumah dalam acara latihan membatik untuk memunculkan bibit-bibit baru pembatik di kota Salatiga pengembangan SDM, dengan pelatih dari sini dan dihadiri oleh batik se- Kodia Salatiga.” Memunculkan jiwa pembatik di kota Salatiga tidaklah semudah menumbuhkan pengrajin batik di kota Pekalongan yang memang notabene adalah pengrajin batik mulai dari usia anak- anak sampai usia dewasa. Menurut penuturan dari Bapak Bambang Pamulardi, pelatihan 23 membatik yang diadakan di batik Plumpungan dari 20 orang baik itu remaja putri maupun ibu rumah tangga hanya 20 yang dapat bertahan meneruskan latihan membatik sampai mahir. Bahkan pelatihan membatik supaya benar-benar mahir membutuhkan waktu yang tidak singkat, yakni maksimal 6 bulan latihan membatik. Oleh sebab itu pemberdayaan untuk meningkatkan SDM yang berkompeten masih perlu lebih dilakukan lagi di kota Salatiga. b Perlindungan Perlindungan dari dinas pariwisata dan disperindag terkait kepada usaha batik terdiri atas: 1. Undang-Undang No.10.Tahun.2009 Tentang Kepariwisataan Dalam melaksanakan tugasnya, dinas pariwisata kota Salatiga berlandaskan kepada Undang-Undang No.10.Tahun.2009 Tentang Kepariwisataan. Undang-Undang tersebut mengatur seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata, termasuk usaha pengembangan pariwisata. Pada pasal 17 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengembangkan dan melindungi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi dalam bidang usaha pariwisata dengan cara: a. Membuat kebijakan pencadangan usaha pariwisata untuk usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi; dan b. Memfasilitasi kemitraan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi dengan usaha skala besar. Ini berarti bahwa dinas pariwisata kota Salatiga melalui undang-undang tersebut harus mampu untuk ikut mengambil bagian dalam pengembangan segala macam bentuk usaha yang terkait dengan usaha pariwisata, khususnya yang bergerak dalam UMKM. Bukan hanya berfokus kepada objek daya tarik wisata, wisatawan, termasuk usaha bisnis yang kecilpun dinas harus turut memberikan perhatiannya. 2. Undang-Undang No.20.Tahun.2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Disperindagkop kota Salatiga dalam melaksanakan tugas untuk melindungi UMKM berlandaskan kepada Undang-Undang No.20.Tahun.2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Semua kegiatan yang menyangkut batik khas, dan berbagai bidang yang dikelola oleh UKM berpayung kepada regulasi tersebut. Dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang turut memberikan bantuan dalam usaha pemberdayaan, pengembangan usaha, pembiayaan, penjaminan, dan kemitraan. 24 Sudah jelas bahwa disperindagkop merupakan dinas yang paling memberikan pengaruh yang lebih banyak dibanding dinas pariwisata dalam membantu pengembangan batik Salatiga yang bergerak dalam bisnis UMKM. Itulah sebabnya dalam hal pengembangan kualitas produk, pengemasan produk yang menarik, dan pemasaran sehingga produk yang ditawarkan diminati pasar merupakan tugas dari disperindagkop kota Salatiga. Undang-undang tersebut juga menyebutkan bahwa, Pemerintah dan Pemerintah Daerah menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek : a. Pendanaan; b. Sarana dan prasarana; c. Informasi usaha; d. Kemitraan; e. Perizinanan usaha; f. Kesempatan berusaha; g. Promosi dagang; dan h. Dukungan kelembagaan. 3. HAKI Baik disperindagkop maupun dinas pariwisata kota Salatiga, menyangkut mengenai hak cipta, hak paten dan hak merek berlandas kepada HAKI. Berikut penuturannya : “Mengenai perlindungan batik Salatiga, kami tidak memiliki peraturan khusus yang mengkhususkan batik, namun batik masuk ke dalam HAKI sebagai aset yang dilindungi.” Wawancara dengan Bapak Selso Vicenete, selaku kepala Dinas Pariwisata kota Salatiga, 23 Desember 2014. Batik khas Salatiga merupakan HAKI yang berupa benda tak berwujud. Kata „intelektual” tercermin bahwa obyek kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran manusia the creation of the human mind. HAKI terdiri dari 3 ruang lingkup, yaitu hak cipta, hak paten dan hak merek, yang masing-masing memiliki hukum undang-undang perlindungan. Hak cipta subjeknya adalah penciptanya yang diatur dalam Undang-Undang No.12.Tahun.1997 atau Undang-Undang Hak Cipta UUHC. Hak paten diberikan negara kepada penemu atas hasil temuannya. Hak paten diatur dalam Undang-Undang 25 No.13.Tahun.1997 atau Undang-Undang Paten UHP. Sedangkan hak merek yang berupa merek dagang, jasa atau kolektif diatur dalam Undang-Undang No.14.Tahun.1997 atau dapat juga disingkat Undang-Undang Merek UUM. Hukum perlindungan yang khusus untuk melindungi batik sebagai warisan budaya yang dilindungi memang belum ada. Selama ini mengenai perlindungan, batik berpayung kepada HAKI mengenai hak cipta, hak paten, serta hak merek. Yang menjadi masalah bukanlah undang- undang yang mengatur perlindungan mengenai batik, namun sanksi tegas yang dilakukan bagi barang siapa yang melanggarnya. Batik Plumpungan sudah dipatenkan oleh pemerintah kota Salatiga dan sudah masuk ke dalam ijin hak cipta. Berikut beberapa motif batik Plumpungan yang sudah masuk ke dalam hak cipta : - Motif Kawung Plumpungan 2009 : Hak Cipta No. 049769 dan Hak Cipta No. 049419 - Motif Selotigo 2006 : Hak Cipta No. 049769 dan Hak Cipta No. 049769 058464 - Motif Rosa JM 2009 : Hak Cipta No. 049769 dan Hak Cipta No. 058468 - Motif Leren Kemiri 2007 : Hak Cipta No. 049769 dan Hak Cipta No. 049418 Motif batik Plumpungan yang sudah memiliki hak cipta membuktikan bahwa pemerintah sudah memberikan perlindungan yang cukup baik bagi batik Plumpungan selama ini. Perlindungan mengenai hak cipta memberikan rasa aman kepada para pengusaha batik, sehingga batik tidak akan dengan mudahnya dapat dijiplak oleh pihak lain. c Promosi Salah satu upaya untuk membuat batik dikenal luas oleh masyarakat, ialah melalui promosi dalam upaya peningkatan pemasaran. Contoh kerjasama pemerintah dalam bidang promosi ini misalnya melalui SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah, seperti Bapermas Badan Pemberdayaan Mayarakat, Disperindagkop, Dishubkombudpar, Bapeda melalui FEDEP Forum of Economic Development Employment sebagai wadah stakeholder untuk memperkuat kemandirian organisasi dalam usaha ekonomi dan pengembangan SDM yang dikelola secara profesional dan produktif, Dekranasda Dewan Kerajinan Nasional Daerah kota Salatiga. Berdasarkan wawancara yang peneliti telah lakukan kepada dinas pariwisata dan disperindagkop terhadap promosi batik khas Salatiga, disperindagkop bekerja sama dengan dinas 26 pariwisata mengadakan pameran melalui event-event yang terselenggara, baik di dalam kota maupun keluar kota, seperti Solo, Semarang, Jakarta, dan Bandung. Pameran tersebut dilakukan selama ini sekitar satu sampai dua kali dalam setahun, dan pameran diadakan oeh perusahaan- perusahaan yang bertindak selaku Event Organizer EO di luar kota Salatiga. Fungsinya ialah sebagai cara untuk menjual produk khas kota Salatiga sehingga pengunjung yang tertarik tehadap produk khas Salatiga dapat membeli produk khas Salatiga. Berikut pernyataan dari Bapak Selso Vicenete, selaku kepala Dinas Pariwisata kota Salatiga, 23 Desember 2014 : “Tugas Dinas Pariwisata terhadap batik khas ialah sekedar melakukan promosi yaitu dengan melakukan pameran ke luar -luar kota, bahkan rencana tahun depan dapat merambah ke luar negeri supaya orang- orang tahu bahwa Salatiga mempunyai ba tik khas. Dengan demikian mereka yang tertarik akan mencarinya di internet, kemudian tertarik untuk membelinya. Pada saat pemilihan duta wisata tingkat provinsi Jawa Tengah setiap tahunnya, selama 5 hari berturut-turut di karantina, mbak dan mas dari Salat iga mengenakan batik khas Salatiga.” Meskipun batik khas kota Salatiga belum seramai di pasaran, seperti batik Pekalongan maupun Jogjakarta dan Solo, namun batik khas kota Salatiga sudah mulai dilirik oleh konsumen. Melalui beberapa pameran yang pernah diadakan di luar kota, atas kerjasama dengan dinas Pariwisata kota Salatiga maka batik khas Salatiga sudah mulai dikenal di kota lain. Dengan lahirnya batik khas kota Salatiga ini, merupakan upaya untuk melestarikan salah satu warisan budaya di Indonesia dan juga sebagai ajang promosi pariwisata kota Salatiga. Disperindagkop bekerjasama dengan dinas pariwisata dalam mempromosikan batik khas kota Salatiga. Disperindagkop membantu dalam pembuatan beberapa item yang digunakan untuk mempromosikan batik khas melaui pameran yang akan diadakan, seperti pembuatan leftleat , brosur, iklan melui media internet, dan lain sebagainya yang diperlukan untuk mempromosikan batik khas. Disperindagkop juga berkewajiban untuk membantu dalam promosi pemasaran batik khas, termasuk selama pameran diadakan yang bekerjasama dengan dinas pariwisata. Berdasar data yang diperoleh dari pengusaha batik, promosi yang telah dilakukan pemerintah kota Salatiga salah satunya melalui pameran memang merupakan cara yang efektif untuk menarik minat pasar. Namun, pameran saja belum cukup untuk menjadikan batik khas Salatiga sebagai daya tarik pariwisata. Bukan hanya menyebarkan produk motif kain dan baju batik ke media cetak maupun internet, namun penyebarluasan proses pembuatan batik dari awal 27 hingga akhir juga akan dapat menarik minat konsumen, sehingga pengetahuan konsumen mengenai batik akan lebih luas. Dengan cara tersebut, tidak menutup kemungkinan wisatawan mempunyai niat untuk berkunjung ke kota Salatiga karena ingin belajar cara membatik. Disperindag bekerjasama dengan dinas pariwisata ikut memberikan bantuan promosi bagi pengusaha batik Plumpungan dengan mengikutkan batik Plumpungan ke beberapa pameran yang diadakan di dalam kota maupun luar kota, seperti Jakarta, Batam, Solo, Semarang, Bandung. Dan juga bantuan lain berupa pembuatan leaflet dan reklame sebagai alat untuk mempromosikan batik Salatiga dalam acara pameran. “Bapeda dan Disperindag sering memanggil kami untuk mengikutkan batik Plumpungan ke pameran-pameran khususnya ketika ada event- event tertentu. Biasanya dinas memberikan surat undangan sekitar dua minggu sebelum kegiatan tersebut diadakan. Disperindag biasanya membantu membuatkan leaflet dan reklame untuk mempromosikan batik dalam acara pameran” Penuturan Ibu Titi, Sabtu 21 Maret 2015 d Modal Disperindagkop kota Salatiga telah berupaya memberikan bantuan pinjaman modal melalui lembaga perbankan maupun non perbankan. Misalnya, melalui Kredit Usaha Rakyat KUR yang memberikan bantuan pinjaman tanpa jaminan, dengan bunga yang ringan yaitu 7 per tahunnya, atau melalui BUMN yang bunganya 6 per tahun. Menurut pengusaha batik Plumpungan pemberian bantuan pinjaman modal yang dilakukan dinas, pengusaha merasa bahwa masih belum adanya campur tangan dari dinas terkait untuk memberikan bantuan pinjaman modal. Pengusaha berusaha mencari pinjaman modal sendiri tanpa melalui perantara dengan dinas yang terkait. Berikut penuturan Bapak Bambang Pamulardi selaku pemilik usaha batik Plumpungan, Sabtu 21 Maret 2015 : “D inas tidak pernah memberikan bantuan modal kepada batik Plumpungan. Pinjaman mopdal kami cari langsung melakui KUR Kredit Usaha Rakyat langsung ke bank, tanpa perantara dari dinas.” Namun menurut penuturan beliau dan juga Ibu Titi pegawainya, dinas pernah memberikan bantuan berupa alat-alat membatik seperti tong isi air, kompor gas, tabung gas isi 15kg, canting, wajan, dan kompor minyak. Semua alat tersebut tujuannya ialah supaya dapat 28 digunakan untuk pelatihan membantik sehingga memunculkan SDM baru yang berkompeten. Dengan demikian diharapkan supaya dapat menumbuhkan jiwa pembatik di Salatiga. e Kerjasama Dinas pariwisata bekerjasama dengan pemerintah provinsi Jawa tengah dalam mengikutkan batik Salatiga ke dalam ajang pameran pada event-event yang diselenggarakan. Berikut penuturan Bapak Selso : “Dinas pariwisata bekerja sama dengan disperindag Salatiga dan pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan mengikutkan batik khas ke pameran yang diadakan di luar kota, seperti Solo, Semarang, Jakarta, dan yang terakhir kemarin di Bandung. Batik khas juga ikut ditampilkan dalam acara karnaval yang diadakan setiap setahun sekali di kota ini, biasanya batik khas tersebut ditampilkan dalam berbagai kostum yang dipakai oleh model.” Sedangkan kerjasama yang dilakukan oleh disperindagkop antara lain : a. Kerjasama dengan lembaga pemerintah yaitu: - Badan SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah, seperti Bapermas Badan Pemberdayaan Mayarakat, Disperindagkop, Dishubkombudpar. - Bapeda melalui FEDEP Forum of Economic Development Employment sebagai wadah stakeholder untuk memperkuat kemandirian organisasi dalam usaha ekonomi dan pengembangan SDM yang dikelola secara profesional dan produktif. - Dekranasda Dewan Kerajinan Nasional Daerah kota Salatiga. b. Kerjasama dengan pemerintah daerah kota lain untuk mengikutkan batik Salatiga dalam beberapa pameran yang dilakukan. c. Bantuan pinjaman modal melalui lembaga perbankan maupun non perbankan. Misalnya, melalui Kredit Usaha Rakyat KUR yang memberikan bantuan pinjaman tanpa jaminan, dengan bunga yang ringan yaitu 7 per tahunnya, atau melalui BUMN yang bunganya 6 per tahun. d. Kerjasama dengan para pengrajin batik yang didatangkan dari kota lain untuk membantu pelatihan membatik bagi para pengrajin batik Salatiga. Selain kerjasama dengan lembaga pemerintah, batik Plumpungan juga bekerjasama dengan lembaga non pemerintah, seperti pengusaha tekstil yang ada di Pekalongan untuk mendatankan 29 bahan baku, dan juga masyarakat sekitar, seperti mahasiswa pecinta batik yang ikut mengambil bagian dalam mempromosikan batik dalam media internet, seperti facebook, twiter, instagram .

7. Kesimpulan Saran