Peran Pemerintah Dalam Fungsi Pengembangan Wirausaha dan Stimulasi

17 fesyen, desain dan kerajinan serta menciptakan pusat-pusat atau kampoeng-kampoeng wisata minat khusus belanja batik secara signifikan Poerwanto: 2012. Di Pekalongan, perkembangan terus dilakukan mulai dari inovasi motif yang meliputi warna dan pola, serta produk baru dalam bentuk selendang atau syal, kain sarung, kerudung, aksesoris rumah tangga, korden, handuk, kemeja, lukisan dinding, alas kaki. Perkembangan pesat inilah yang menyebabkan Pekalongan terkenal sebagai kota tujuan wisata belanja batik. Bahkan hadirnya museum batik yang tidak saja ada di kota Pekalongan, namun ada pula di Solo dan Jogjakarta merupakan usaha untuk membangkitkan batik sebagai tujuan wisata yang melestarikan warisan budaya Indonesia.

4. Peran Pemerintah Dalam Fungsi Pengembangan Wirausaha dan Stimulasi

Pariwisata merupakan industri yang melibatkan banyak pihak. Salah satu pihak yang berperanan penting ialah pemerintah, baik itu pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Menurut Hall and Williams 2008: 91, salah satu peran pemerintah dalam pariwisata yang sangat penting ialah peran pemerintah melalui pengembangan wirausaha dan stimulasi. Pemerintah dalam hal ini memberikan bantuan bagi para pengusaha agar dapat berdiri sendiri dan berfokus pada wirausaha. Berdasarkan Undang-Undang No.20.Tahun.2008. Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Bab VI mengenai pengembangan usaha, dinyatakan bahwa pemerintah ikut memfasilitasi pengembangan usaha, baik itu produksi dan pengolahan; pemasaran untuk memperluas jaringan dalam mempromosikan produk; peningkatan SDM melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan; serta pengembangan desain dan teknologi. Melalui stimulasi bagi pengembangan wirausaha ini pemerintah dapat memberikan bantuan seperti memperluas jaringan dan kerjasama antara pengusaha dan pelanggan dalam hal pemasaran, pemberdayaan, ataupun pinjaman modal. Sehingga para pengusaha dapat meningkatkan kualitas produk yang ditawarkan. Berikut merupakan bagian dari pengembangan wirausaha dan stimulasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah kota Salatiga mendukung pengembangan batik sebagai daya tarik dalam pariwisata : a. Perencanaan Pada dasarnya tujuan perencanaan adalah upaya untuk menyediakan informasi tindakan kebijaksanaan, inovasi, dan solusi teknis bagi proses alokasi sumber daya publik, pengarahan masyarakat, serta optimasi pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Edgell mengungkapkan bahwa : 18 “ Strategic planning in the tourism industry is usually a policyplanningmanagement tool to assist the tourism entity national tourism office, destination, local community in organizing to accomplish its desired goals, while focusing on available resources for obtaining the greatest benefits .” Edgell, et al, 2008: 299 Strategi perencanaan dalam pariwisata menjadi alat yang digunakan untuk membantu pengembangan pariwisata, baik itu pemerintah yang terlibat dalam pariwisata, daya tarik pariwisata, serta masyaraka lokal itu sendiri. Perencanaan dalam pariwisata memegang fungsi dalam rangka menyediakan sumber daya yang diharapkan serta dapat memperoleh keuntungan yang besar bagi semua pihak. Lebih jauh lagi Edgell menyatakan : [......] “ The strategic tourism plan is no more, and no less, than a set of decisions about what to do, why to do it and how to do it .” Edgell, et al, 2008: 299 Pendapat tersebut menyatakan bahwa rencana dalam pariwisata berfokus kepada : cara yang akan dilakukan dalam pengembangan pariwisata, mengapa menggunakan cara tersebut, serta bagaimana cara tersebut dilakukan. Dalam kegiatan pariwisata peran pemerintah melalui perencanaan ialah merancangkan berbagai upaya yang akan dilakukan ke depan untuk mencapai sebuah tujuan yang diharapkan. b. Legislasi dan Regulasi Fungsi legislasi secara umum adalah fungsi untuk membuat peraturan perundang-undangan atau pembuatan kebijakan, sedangkan regulasi merupakan suatu aturan yang menjadi payung untuk membuat kebijakan. Tanpa adanya suatu fungsi legislasi dan regulasi dalam pariwisata, maka kegiatan pariwisata tidak akan dapat berjalan karena tidak ada suatu aturan yang memberlakukan suatu kebijakan dan perundang-undangan dalam kegiatan tersebut Hall, 2008: 91. c. Koordinasi Menurut Siagian dalam Fajriana: 2014 koordinasi adalah pengaturan tata hubungan dari usaha bersama untuk memperoleh kesatuan tindakan dalam usaha pencapaian tujuan bersama pula. Melalui sidang yang dilakukan para Menteri Pariwisata APEC ke-8 di Macau, Tiongkok, pada pertengahan September 2014, Ketua Harian Tim Koordinasi, Menparekraf Mari Pangestu menjelaskan bahwa semua anggota APEC, termasuk beberapa negara maju, telah mengidentifikasi bahwa pariwisata merupakan pilar perekonomian sehingga penting untuk 19 membangun komitmen serta koordinasi antara Kementerian dan Lembaga KL terkait di tingkat paling tinggi. Misalnya negara Amerika Serikat, yang pertama kalinya telah membentuk National Travel and Tourism Office sebelumnya hanya di tingkat negara bagian untuk koordinasi antar KL dan melaksanakan brand Amerika Serikat USA. Australia memiliki platform terintegrasi antara perdagangan, investasi, dan pariwisata sebagai platform “diplomasi ekonomi”. Korea Selatan juga memiliki visi dari Kepala Negaranya untuk meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi kreatif melalui pariwisata. 11 Koordinasi merupakan kunci dalam pariwisata untuk membangun sebuah kerjasama yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, baik itu antara masyarakat, lembaga pemerintah, maupun non-pemerintah. Apabila koordinasi yang dilakukan tidak saling bertentangan dan terintegerasi maka pembangunan pariwisata secara ekonomi dapat terealisasi secara berkelanjutan dan inklusif. d. Promosi Promosi merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk menarik para konsumen. Promosi dalam pariwisata tentunya melibatkan banyak pihak, baik itu pemerintah maupun swasta. Promosi wisata adalah variabel kunci dalam rencana strategi pemasaran pariwisata dan dapat dipandang sebagai suatu unsur untuk menciptakan kesempatan-kesempatan menguasai pasar Lifska: 2008. Dalam pariwisata, apabila promosi berhasil dilakukan maka akan menarik minat wisatawan, dan mereka tidak akan sungkan mengeluarkan uang untuk berkunjung dan selama kunjungan di tempat wisata tersebut. Pada bagian ini pemerintah dapat melakukan promosi dengan cara membuat strategi pemasaran yang baru, menghasilkan branding yang hendak ditampilkan sebagai daya tarik pariwisata, menentukan target pasar yang akan dituju, dan juga memfasilitasi jalur-jalur distribusi agar produk yang ada dapat terserap bagi pangsa pasar lokal maupun internasional Hall, 2008: 91. e. Perlindungan Perlindungan terhadap warisan budaya yang harus menjadi perhatian serius. Pariwisata budaya tidak dapat dikatakan sebagai pariwisata budaya lagi apabila warisan budaya yang menjadi produk utamanya sudah tidak lagi ada. Di Indonesia banyak kasus mengenai 11 Sumber : http:indonesiatravelmagz.comtravelindex.php diakses terakhir pada tanggal 24 Februari 2015 20 kebudayaan yang dijiplak dan diambil oleh pihak lain. Salah satu penyebabnya ialah karena masih kurangnya perlindungan yang dikeluarkan, seperti peraturan pemerintah ataupun penindakan tegas melalui ancaman tindak pidanan bagi yang melanggar. Salah satu prinsip kode etik pariwisata dunia menyatakan bahwa: “ Kebijakan dan kegiatan pariwisata harus diarahkan dalam rangka penghormatan terhadap warisan kekayaan seni, arkeologi dan budaya, yang harus dilindungi dan diserahkan kepada generasi penerus; pemeliharaan secara khusus harus diberikan guna pelestarian dan peningkatan monumen-monumen, tempat-tempat suci dan museum, demikian pula tempat-tempat bersejarah atau arkeologis, yang harus dibuka secara luas bagi kunjungan wisatawan; umum harus didorong agar dapat masuk ke dalam kekayaan dan monumen-monumen budaya swasta pribadi, dengan menghormati hak-hak pemiliknya, demikian pula ke dalam bangunan-bangunan keagamaan, tanpa merugikan norma-norma agama. ” 12 Ini berarti pemerintah memiliki peran yang sangat krusial untuk melindungi berbagai aset warisan budaya, khususnya yang berhubungan dengan pariwisata. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan peraturan pemerintah bagi yang melanggar. Apabila pemerintah tidak melakukan tindakan tegas bagi siapapun yang melanggar peraturan tersebut, segala warisan budaya dapat dengan mudahnya dijiplak dan diambil alih oleh pihak lain.

5. Metode Penelitian