di dalamnya, dimaksudkan untuk dilaksanakan dan pada akhirnya dapat dipaksakan penataannya.
31
Kekuatan mengikat kontrak mempunyai daya kerja strekking sebatas para pihak yang membuat kontrak, menunjukkan bahwa hak
yang lahir merupakan hak perorangan persoonlijk recht dan bersifat relatif.
32
E. Berakhirnya Perjanjian
Perjanjian yang telah dibuat dan dilaksanakan oleh para pihak dapat berakhir atau hapus. Ada logika hukum tentang ini, bahwa jika perjanjian berakhir
atau hapus, maka perikatan yang bersumber dari kontrak itu juga menjadi berakhir atau hapus. Sebaliknya, jika perikatan yang bersumber dari kontrak berakhir atau
hapus, maka kontraknya juga berakhir atau hapus. Dalam kaitannya juga dengan pelaksanaan kontrak pengadaan di Indonesia, ketentuan mengenai pemutusan
kontrak dapat dijumpai dalam Pasal 93 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah selanjutnya disebut Perpres
No.542010, sedangkan untuk penghentian kontrak diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah
selanjutnya disebut Perpres No.542010, melainkan dituangkan dalam Perka LKPP No.62012 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun
2012 Selanjutnya disebut Perpres No.702012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Selanjutnya disebut Perpres
31
Herlien Budiono.
Asas keseimbangan bagi hukum perjanjian Indonesia:hukum perjanjian berlandaskan asas-asa wigati Indonesia,
Bandung, Citra Aditya Bakti, 2006. hal 91
32
M. Isnaeni,
Hipotek Pesawat Udara di Indonesia
, Surabaya, Dharma Muda, 1996, hal. 32.
Universitas Sumatera Utara
No.542010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah.
33
Penghentian kontrak dikaitkan dengan terjadinya keadaan memaksakeadaan kahar force majeur,
sedangkan pemutusan dilakukan jika penyedia barangjasa dinilai gagal melaksanakan kewajibannya. Aturan hukum mengenai keadaan memaksa secara
fragmentaris tertuang dalam BW, yakni Pasal 1235, 1244, 1245 dan 1444. Namun demikian BW tidak merumuskan batasan keadaan memaksa ini. Penilaian ada
tidaknya keadaan memaksa dengan demikian, diserahkan kepada kedua belah pihak. Jika kemudian terjadi sengketa mengenai hal ini, maka pengadilan hanya
akan menilai terjadinya keadaan memaksa bertitik tolak dari jenis-jenis peristiwa yang telah ditetapkan di kontrak. Penghentian kontrak juga dapat dilakukan
karena pekerjaan telah selesai. Suatu kontrak dapat terhapus atau berakhir juga, karena
34
: 1.
Para pihak menentukan berlakunya kontrak untuk jangka waktu tertentu; 2.
Undang-undang menentukan batas waktu berlakunya kontrak; 3.
Salah satu pihak meninggal dunia, misalnya dalam kontrak pemberian kuasa, kontrak perburuhan, dan kontrak perseroan;
4. Satu pihak atau kedua belah pihak menyatakan menghentikan kontrak,
misalnya dalam kontrak kerja atau kontrak sewa menyewa; 5.
Karena putusan hakim; 6.
Tujuan kontrak telah tercapai; 7.
Dengan persetujuan para pihak.
33
Y. Sogar, Simamora.
Op.Cit
, hal 281
34
R. Setiawan.
Pokok-Pokok Hukum Perikatan
, Bandung, Bina Cipta, 1979. hal. 68.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, pemutusan kontrak lazimnya dikaitkan dengan kegagalan penyedia barangjasa dalam memenuhi kewajiban kontraktualnya. Dalam
Peraturan Presiden No.542010 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, pemutusan kontrak juga dapat dilakukan jika penyedia barangjasa terbukti
melakukan KKN, kecurangan danatau pemalsuan baik dalam proses pemilihan maupun dalam pelaksanaan pekerjaan. Pemutusan kontrak dapat pula disertai
sanksi berupa:
35
1. Jaminan pelaksanaan dicairkan
2. Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia barangjasa atau jaminan
uang muka dicairkan 3.
Penyedia barang jasa membayar denda keterlambatan 4.
Penyedia barangjasa dimasukkan dalam daftar hitam Sanksi tersebut bersifat kumulatif. Tetapi bertitik dari prinsip
Proporsionalitas, seharusnya sanksi-sanksi ini bersifat fakultatif bukan kumulatif. Akibat hukum atas penghentian dan pemutusan kontrak juga merupakan hal
penting untuk diperhatikan. Jika kontrak dihentikan karena terjadinya keadaan memaksa maka pengadaan barangjasa sesuai dengan jasa wajib membayar
kepada penyedia barangjasa sesuai dengan prestasi atau kemajuan pelaksaan proyek yang telah dicapai. Jika telah terdapat prestasi yang telah dipertukarkan,
harus saling dikembalikan. Tetapi ada juga dalam banyak situasi akibat pembubaran, dilihat dari isi kontrak. Ini adalah konsekuensi pemutusan dan
pembubaran.
35
Pasal 93 ayat 2 Perpres No.542010
Universitas Sumatera Utara
F. Wanprestasi dan Akibat Hukumnya