Kajian Teori

3. Perubahan Sosial Ekonomi

a. Perubahan Sosial

Pitirim A. Sorokin dalam Soerjono Soekanto (2005: 304) berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan adanya suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan-perubahan sosial tidak akan berhasil baik. Dia meragukan kebenaran akan adanya lingkaran-lingkaran perubahan sosial tersebut. Akan tetapi, perubahan-perubahan tetap ada dan yang paling penting adalah lingkaran terjadinya gejala-gejala sosial harus dipelajari karena dengan jalan tersebut barulah akan dapat diperoleh suatu generalisasi. Sedangkan Kingsley Davis dalam Soerjono Soekanto (2005: 304) mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto (2005: 310) pada dewasa ini proses-proses pada perubahan-perubahan sosial dapat diketahui dari adanya ciri-ciri tertentu, yaitu sebagai berikut:

1) Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat.

2) Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya. Karena lembaga-lembaga tadi sifatnya interdependen, maka sulit sekali untuk mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial tertentu 2) Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya. Karena lembaga-lembaga tadi sifatnya interdependen, maka sulit sekali untuk mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial tertentu

4) Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang spiritual saja karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat kuat.

Menurut Soerjono Seokanto (2005: 326) di dalam masyarakat di mana terjadi suatu proses perubahan, terdapat faktor-faktor yang mendorong jalannya perubahan yang terjadi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1) Kontak dengan kebudayaan lain. Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain, dan dari masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses tersebut, manusia mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai umat manusia di dunia dapat menikmati kegunaannya.

2) Sistem pendidikan formal yang maju. Pendidikan mengajarkan aneka macam kemampuan kepada individu. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah. Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berpikir secara objektif, yang akan memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan zajam atau tidak.

3) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju. Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru. Hadiah Nobel, misalnya, merupakan pendorong untuk menciptakan hasil-hasil karya yang 3) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju. Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat, masyarakat merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru. Hadiah Nobel, misalnya, merupakan pendorong untuk menciptakan hasil-hasil karya yang

4) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation), yang bukan merupakan delik.

5) Sistem terbuka lapisan masyarakat (open stratification). Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal yang luas atau berarti memberi kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin akan mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang mempunyai status lebih tinggi. Identifikasi terjadi di dalam hubungan superordinasi- subordinasi. Pada golongan yang berkedudukan lebih rendah, acap kali terdapat perasaan tidak puas terhadap kedudukan sosial sendiri. Keadaan tersebut dalam sosiologi disebut status-anxiety. Status-anxiety menyebabkan seseorang berusaha menaikkan kedudukan sosialnya.

6) Penduduk yang heterogen. Pada masyarakat yang terdiri dari kelompok- kelompok sosial yang mempunyai latar belakang kebudayaan ras ideologi yang berbeda dan seterusnya, mudah terjadinya pertentangan-pertentangan yang mengundang kegoncangan-kegoncangan. Keadaan demikian menjadi pendorong bagi terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat.

7) Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu. Ketidakpuasan yang berlangsung terlalu lama dalam sebuah masyarakat berkemungkinan besar akan mendatangkan revolusi.

8) Orientasi ke masa depan.

9) Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya. Transformasi masyarakat desa Jawa kurang mencolok dibandingkan perubahan sosial dipusat-pusat perkotaan. Bahkan ada keyakinan umum bahwa kehidupan pedesaan Jawa sulit berubah sejak waktu yang tidak dapat diingat lagi. Perbedaan antara pola sawah di Jawa dan pola ladang di luar pulau Jawa masih tampak jelas. Rekonstruksi akurat mengenai kehidupan desa Jawa pada masa awal sulit dilakukan.

istana-istana raja dibandingkan dengan kehidupan sehari-hari rakyat biasa. Perubahan sosial secara komparatif berjalan lamban di Jawa dan perubahan dalam kehidupan pedesaan itu hampir tidak seradikal yang terjadi di Eropa Barat. Tradisi masih memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan Jawa. Hal yang tampak sebagai unsur baru dan lama ini sering kali ditemukan bersisi-sisian, tidak bergabung menjadi suatu keseluruhan. Kebutuhan sosial masih benar-benar tampak bersisian dengan munculnya kebutuhan ekonomi, dimana semangat modern menyusupi nilai-nilai tradisional.

Perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial. Lebih tepatnya, terdapat perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam jangka waktu berlainan. Menurut Gillin dan Gillin dalam Soerjono Soekanto (2005:304) menyatakan bahwa perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima oleh masyarakat, yang disebabkan oleh adanya perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi dan penemuan baru dalam masyarakat. Sedangkan Hawley dalam Piotr Sztompka menyebutkan bahwa perubahan sosial adalah setiap perubahan yang tak terulang dari sistem sosial sebagai satu kesatuan. Suatu faktor yang perlu mendapat perhatian adalah hubungan antara industri dengan masyarakat, wadah industri adalah masyarakat, yang menjadi masalah adalah bagaimana proses saling mempengaruhi antara industri dengan masyarakat. Untuk itu, Soerjono Soekanto (2005:301) mengemukakan bahwa perubahan-perubahan hanya dapat ditemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan masyarakat pada suatu waktu dan membandingkan dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau.

Menurut D. Hendropuspito OC (1989:262) perubahan sosial yang berada di tengah masyarakat dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:

1) Perubahan berulang, merupakan perubahan yang ketikab kembali tidak 1) Perubahan berulang, merupakan perubahan yang ketikab kembali tidak

3) Perubahan hakiki dan perubahan jumlah, perubahan hakiki merupakan perubahan jenis atau hakikat sosial ataupun budaya dan perubahan jumlah adalah perubahan yang membawa perbedaan jumlah anggotanya.

4) Perubahan siklis, merupakan perubahan memutar sesuai dengan musim

dan tidak membawa unsur-unsur baru bagi kehidupan masyarakat.

5) Perubahan terencana dan perubahan tidak terencana. Perubahan tenencana adalah perubahan yang sengaja dilakukan menurut rencana tertentu dan digerakkan menurut pola tertentu. Perubahan tidak terncana merupakan perubahan yang tidak mengikuti suatu rencana tertentu melainkan sesuai dengan hukum alam.

6) Perubahan Progresif dan perubahan regresif. Perubahan progresif ialah perubahan yang membawa kemajuan, hal ini diukur dipengaruhi subjektifitas penilai. Perubahan regresif merupakan perubahan yang tidak mendatangkan keuntungan melainkan kemunduran.

b. Perubahan Ekonomi

Perubahan ekonomi adalah suatu proses kenaikan dan penurunan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Dalam perubahan ekonomi tidak dapat terlepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth) pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya (http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi, 13 Januari 2012).

Menurut Bert F Hoselitz dalam Aidit Alwi, dkk (1986: 102) pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang dapat mempengaruhi seluruh struktur sosial, politik dan budaya pada suatu masyarakat. A Q Khalid (1946: 567) mengemukakan bahwa kunci menuju perubahan ekonomi terletak pada empat Menurut Bert F Hoselitz dalam Aidit Alwi, dkk (1986: 102) pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang dapat mempengaruhi seluruh struktur sosial, politik dan budaya pada suatu masyarakat. A Q Khalid (1946: 567) mengemukakan bahwa kunci menuju perubahan ekonomi terletak pada empat

Eckstein dalam Aidit Alwi (1986:4) melihat bahwa pertumbuhan ekonomi sebagai perluasan pilihan-pilihan yang terbuka bagi masyarakat. Dalam masyarakat tradisional terdapat ruang lingkup yang sempit dalam pilihan individu maupun masyarakat. Dalam masyarakat modern terdapat ruang lingkup yang jauh lebih besar dalam pilihan individu dan pengambilan keputusan yang bersifat desentralisasi dalam bidang ekonomi. Keadaan ini merupakan aspek yang penting dalam individualisme.

c. Perubahan Sosial Ekonomi

Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan. Proses perubahan terjadi karena manusia adalah makhluk yang berpikir dan bekerja. Manusia selalu berusaha untuk memperbaiki hidupnya atau sekurang- kurangnya mempertahankan hidupnya. Perubahan yang terjadi pada prinsipnya adalah suatu proses yang terus menerus artinya bahwa perubahan itu ada yang terjadi lambat dan ada yang terjadi cepat.

Para ahli sepakat untuk mengkategorikan masyarakat Indonesia sekarang ini sebagai masyarakat yang sedang berada dalam keadaan transisional. Masyarakat Indonesia sekarang sedang bergerak dari masyarakat agraris tradisional yang penuh dengan nuansa spiritualistik menuju masyarakat industrial modern yang materialistik. Warna kehidupan masyarakat industrial sudah terasa dalam denyut jantung kehidupan masyarakat, walaupun corak kehidupan agraris tradisional tidak lenyap sama sekali.

Terciptanya keseimbangan atau kegoncangan, konsesus atau pertikian, Terciptanya keseimbangan atau kegoncangan, konsesus atau pertikian,

Perubahan tidak selalu membawa dampak kemajuan, bahkan yang terjadi sebaliknya, yaitu kekacauan. Apalagi perubahan tersebut kurang memperhatikan terhadap sistem nilai yang berlaku sebelumnya, maka yang terjadi adalah keresahan. Perubahan sosial dan ekonomi masyarakat dapat diartikan sebagai bentuk perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang membawa pengaruh terhadap kehidupan sosial dan kehidupan ekonomi pada masyarakat tersebut.

B. Kerangka Berfikir

Keterangan :

: hubungan secara langsung : hubungan secara tidak langsung

Pariwisata Boyolali

Masyarakat

PT Umbul Sewu

Sosial

Ekonomi