TA : Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Peternakan Ayam (Studi kasus pada PS. Bintang Unggas Lamongan).

(1)

(Studi kasus pada PS. Bintang Unggas Lamongan)

TUGAS AKHIR

Oleh:

Nama : ASLAM ANWARI

NIM : 06.41010.0296

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PETERNAKAN AYAM

(Studi kasus pada PS. Bintang Unggas Lamongan)

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana Komputer

Oleh:

Nama : ASLAM ANWARI

NIM : 06.41010.0296

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Sistem Informasi

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(3)

Kupersembahkan kepada: Ibunda dan Ayahanda tercinta

Seluruh keluarga yang selalu mendukung dan mendoakanku Serta teman-teman yang selalu mendukungku


(4)

ix

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR LAMPIRAN...xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Pembatasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Konsep Dasar Sistem ... 6

2.2 Konsep Sistem Informasi ... 7

2.3 Sistem Informasi Manajemen ... 7

2.4 Analisis dan Perancangan Sistem ... 8

2.5 Analisis Sistem ... 8

2.6 Perancangan Sistem ... 11

2.7 Desain Sistem ... 13

2.8 Data Flow Diagram ... 16


(5)

x

2.11 Basis Data ... 18

2.12 Software Development Life Cycle ... 20

2.13 Software Requirement Specification ... 20

2.14 Software Design Description ... 22

2.15 Manajemen Peternakan Ayam ... 23

2.15.1 Perkandangan ... 23

2.15.2 Tenaga Kerja ... 24

2.15.3 Pembibitan ... 25

2.15.4 Pakan ... 28

2.15.5 Vaksinasi dan Penyakit ... 29

2.15.6 Pencatatan (Recording) ... 29

2.15.7 Pemantauan (Monitoring) ... 30

2.15.8 Pemanenan ... 31

2.15.9 Perhitungan Performa Produksi Ayam ... 31

2.16 Pengujian Rancangan Sistem ... 35

2.16.1 Tahapan Pengujian ... 36

2.16.2 Pengujian Tahapan Analisis ... 36

2.16.3 Pengujian Tahapan Desain ... 37

2.16.4 Pengujian Tahapan Implementasi ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Model Penelitian ...38


(6)

xi

3.2.2 Analisis Operasional ... 40

3.2.3 Analisis Kebutuhan Data ... 40

3.2.4 Analisis Keamanan ... 41

3.3 Tahapan Perancangan Sistem ... 41

3.3.1 Desain Proses Fungsional ... 41

3.3.2 Desain Data ... 43

3.3.3 Desain Antar Muka ... 44

3.3.4 Desain Keamanan ... 46

3.3.5 Desain Sistem ... 47

3.4 Evaluasi Desain Sistem ... 48

3.4.1 Evaluasi DFD ... 48

3.4.2 Evaluasi ERD ... 48

3.5 Pengumpulan Data ... 49

3.6 Contoh Perhitungan ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1 Hasil Analisis Sistem ... 54

4.1.1 Hasil Analisis Permasalahan ... 54

4.1.2 Hasil Analisis Operasional ... 58

4.1.3 Hasil Analisis Kebutuhan Data ... 59

4.1.4 Hasil Analisis Keamanan ... 60

4.2 Hasil Perancangan Sistem ... 60


(7)

xii

4.2.4 Hasil Desain Keamanan ...106

4.2.5 Hasil Desain Sistem ...107

4.3 Hasil Evaluasi Desain Sistem ...118

BAB V PENUTUP ...125

5.1 Kesimpulan ...125

5.2 Saran ...125

DAFTAR PUSTAKA ...126


(8)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Contoh Standar Produksi Ayam Broiler ... 27

Tabel 2.2. Jenis Pakan Berdasarkan Kandungan Nutrisinya ... 28

Tabel 2.3. Struktur Tabel Pencatatan ... 30

Tabel 2.4. Kepadatan Ayam Berdasarkan Berat Panen ... 31

Tabel 2.5. Standar Mortalitas ... 32

Tabel 2.6. Kriteria Indeks Produksi ... 33

Tabel 3.1. Tabel Recording untuk contoh Perhitungan ... 50

Tabel 3.2. Tabel Kriteria Indeks Produksi ... 52

Tabel 4.1. Tabel List Antara Proses Bisnis Sekarang dengan Solusi yang ditawarkan ... 57

Tabel 4.2. Tabel Fungsi Obyek Form Login... 80

Tabel 4.3. Tabel Fungsi Obyek Form Master Pegawai ... 82

Tabel 4.4. Tabel Fungsi Obyek Form Master Kandang... 84

Tabel 4.5. Tabel Fungsi Obyek Form Master Pakan ... 85

Tabel 4.6. Tabel Fungsi Obyek Form Master Supplier ... 87

Tabel 4.7. Tabel Fungsi Obyek Form Master Obat ... 88

Tabel 4.8. Tabel Fungsi Obyek Form Master Periode ... 89

Tabel 4.9. Tabel Fungsi Obyek Form Master Strain ... 90

Tabel 4.10.Tabel Fungsi Obyek Form Transaksi Produksi per kandang ... 91

Tabel 4.11.Tabel Fungsi Obyek Form Recording Harian ... 93

Tabel 4.12.Tabel Fungsi Obyek Form Input Data Recording ... 93


(9)

xiv

Halaman

Tabel 4.14.Tabel Fungsi Obyek Form Grafik FCR ... 97

Tabel 4.15.Tabel Fungsi Obyek Form Grafik Mortalitas ... 98

Tabel 4.16.Tabel Fungsi Obyek Form Grafik Indeks Produksi ... 99

Tabel 4.17.Tabel Fungsi Obyek Form Grafik Tingkat Keuntungan ... 100

Tabel 4.18.Tabel Fungsi Obyek Form Laporan Produksi per Kandang ... 101

Tabel 4.19.Tabel Fungsi Obyek Form Laporan Pencatatan Harian ... 103

Tabel 4.20.Tabel Fungsi Obyek Form Laporan Hasil Panen ... 104

Tabel 4.21.Tabel Fungsi Obyek Form Laporan Hasil Pendapatan ... 105

Tabel 4.22.Tabel Master Pegawai ... 110

Tabel 4.23.Tabel Master Supplier ... 111

Tabel 4.24.Tabel Master Kandang ... 111

Tabel 4.25.Tabel Master Pakan ... 112

Tabel 4.26.Tabel Master Obat ... 113

Tabel 4.27.Tabel Master Periode ... 114

Tabel 4.28.Tabel Master Strain ... 114

Tabel 4.29.Tabel Master Jabatan ... 115

Tabel 4.30.Tabel Master Standar Pakan ... 115

Tabel 4.31.Tabel Produksi ... 116

Tabel 4.32.Tabel Recording ... 116

Tabel 4.33.Tabel Panen ... 117

Tabel 4.34.Tabel Biaya_Doc ... 118

Tabel 4.35.Tabel Biaya_Obat ... 119


(10)

xv

Gambar 2.1. Simbol-simbol pada System Flow ... 17

Gambar 3.1. Model Penelitian Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Peternakan Ayam Broiler ... 38

Gambar 3.2. Tahapan Analisis Sistem ... 38

Gambar 4.1. Document Flow Peternakan Ayam Broiler PS. Bintang Unggas Lamongan ... 56

Gambar 4.2. Input Proses Output Diagram SIstem Informasi Manajemen Peternakan Ayam Broiler ... 61

Gambar 4.3. Sistem Flow Produksi Awal per Kandang ... 63

Gambar 4.4. Sistem Flow Recording dan Monitoring ... 64

Gambar 4.5. Sistem Flow Pengontrolan Pakan Ternak ... 66

Gambar 4.6. Sistem Flow Pemanenan ... 67

Gambar 4.7. Context Diagram Sistem Informasi Manajemen Peternakan Ayam Broiler ... 68

Gambar 4.8. Diagram Berjenjang Sistem Informasi Manajemen Peternakan Ayam Broiler ... 70

Gambar 4.9. DFD Level 0 Sistem Informasi Manajemen peternakan Ayam Broiler ... 71

Gambar 4.10.DFD Level 1 Maintenance Master ... 72

Gambar 4.11. DFD Level 1 Transaksi ... 73

Gambar 4.12.DFD Level 1 Laporan ... 74


(11)

xvi

Gambar 4.15.CDM Sistem Informasi Manajemen Peternakan Ayam

Broiler ... 77

Gambar 4.16.Desain Tampilan Awal Program ... 79

Gambar 4.17.Desain Tampilan Form Login ... 80

Gambar 4.18.Desain Tampilan Form Menu Utama ... 81

Gambar 4.19.Desain Tampilan Form Master Pegawai ... 82

Gambar 4.20.Desain Tampilan Form Master Kandang ... 84

Gambar 4.21.Desain Tampilan Form Master Pakan ... 85

Gambar 4.22.Desain Tampilan Form Master Supplier ... 86

Gambar 4.23.Desain Tampilan Form Master Obat dan Vaksin ... 88

Gambar 4.24.Desain Tampilan Form Master Periode ... 89

Gambar 4.25.Desain Tampilan Form Master Strain ... 90

Gambar 4.26.Desain Tampilan Form Produksi per Kandang ... 91

Gambar 4.27.Desain Tampilan Form Recording Harian ... 92

Gambar 4.28.Desain Tampilan Form Input Data Recording ... 93

Gambar 4.29.Desain Tampilan Form Pemanenan ... 95

Gambar 4.30.Desain Tampilan Form Grafik FCR ... 97

Gambar 4.31.Desain Tampilan Form Grafik Mortalitas ... 98

Gambar 4.32.Desain Tampilan Form Grafik Indeks Produksi ... 99

Gambar 4.33.Desain Tampilan Form Grafik Tingkat Keuntungan ... 100

Gambar 4.34.Desain Tampilan Form Cetak Laporan Produksi Kandang ... 101


(12)

xvii

Gambar 4.37.Desain Tampilan Form Laporan Pendapatan ... 104

Gambar 4.38.Desain Tampilan Data Jumlah Konsumsi Pakan ... 105

Gambar 4.39.Desain Tampilan Data Hasil Panen ... 106

Gambar 4.40.Desain Tampilan Form Logout ... 106

Gambar 4.41.PDM Sistem Informasi Manajemen Peternakan Ayam Broiler ... 109


(13)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

PS (Poultry Shop) Bintang Unggas merupakan sebuah industri yang bergerak pada bidang produksi peternakan ayam, perdagangan pakan ternak, dan peralatan peternakan. Sistem peternakan ayam pada PS Bintang Unggas masih merupakan jenis peternakan rakyat yang hanya menggunakan sistem

pemeliharaan konvensional dan secara kekeluargaan, sehingga hanya

mengandalkan sistem kepercayaan saja.

Selama ini peternak melakukan pencatatan perkembangan ayam masih dengan cara manual dan masih kesulitan dalam melakukan pencatatan dan perhitungan performa ayam yang tepat. Sehingga berdampak pada tingkat produktivitas hasil peternakan, untuk ayam broiler berat ayam tidak sesuai dengan bobot standart ayam yang diharapkan. Peternak tidak dapat melakukan perhitungan dengan cepat kapan harus memberi pakan tambahan dan menjual ayam yang memiliki bobot ideal. Karena bila ayam broiler dipanen lebih dari 8 minggu akan menimbulkan kerugian karena pemberian pakan sudah tidak efisien dibandingkan kenaikan atau penambahan berat badan, sehingga akan menambah biaya produksi. Pakan ternak yang baru didatangkan dari supplier langsung di kirim ke kandang tanpa di data terlebih dahulu. Tidak adanya bagian gudang yang mengontrol pakan ternak mengakibatkan sering terjadi kebocoran pakan, sedangkan biaya pakan sendiri bisa mencapai 70% dari biaya produksi (Bambang Mulyantono dan Isman:2008). Dalam proses pemanenan juga belum ada sisitem


(14)

pencatatan yang baik sehingga menyulitkan dalam pembuatan laporan pemanenan.

Untuk dapat melakukan proses pencatatan yang benar dan mendapatkan produktivitas ayam yang tinggi diperlukan sistem manajemen yang mengelola proses operasional sehari-hari yang meliputi manajemen pakan ternak, identifikasi terhadap ayam di kandang, pencatatan perkembangan ayam, dan monitoring mengenai penyakit. Perlu adanya bagian gudang yang mengontrol semua persediaan pakan ternak agar tidak lagi terjadi kebocoran pakan. Disamping itu perlu adanya sistem pencatatan pemanenan yang baik agar dapat memudahkan dalam pembuatan laporan pemanenan.

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, permasalahan sistem produksi dapat diselesaikan dengan mudah melalui bantuan sistem informasi. Untuk itu diperlukan adanya suatu sistem manajemen peternakan agar mengahasilkan informasi yang berguna dan mengetahui tingkat performa produksi pada peternakan tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan permasalahan dalam Tugas Akhir ini yaitu:

1. Bagaimana menganalisis dan merancang sistem informasi yang

dapat digunakan untuk proses pencatatan dan pemantauan perkembangan ayam.

2. Bagaimana menganalisis dan merancang sistem informasi yang dapat


(15)

3. Bagaimana menganalisis dan merancang sistem informasi yang dapat digunakan untuk proses pencatatan hasil pemanenan yang baik.

1.3 Pembatasan Masalah

Adapun batasan masalah yang digunakan adalah:

1. Sistem ini berupa desain analisis dan perancangan sistem informasi manajemen peternakan ayam broiler.

2. Manajemen peternakan meliputi pengendalian dan pengontrolan pakan

ternak, memantau perkembangan ayam broiler, pengontrolan hasil produksi peternakan.

3. Hanya membahas pada manajemen produktivitas hasil peternakan

ayam broiler.

1.4 Tujuan

Tujuan dari pembuatan sistem ini adalah:

1. Menganalisis dan merancang sistem informasi yang dapat digunakan

untuk proses pencatatan dan pemantauan perkembangan ayam.

2. Menganalisis dan merancang sistem informasi yang dapat digunakan

untuk proses pengendalian pakan ternak.

3. Menganalisis dan merancang sistem informasi yang dapat digunakan


(16)

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan dari karya tulis tugas akhir yang membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Berisi landasan teori yang digunakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. Landasan teori pada bab ini membahas tentang teori-teori yang mendukung Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Peternakan Ayam Broiler (Studi Kasus Pada PS Bintang Unggas Lamongan).

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi penjelasan tentang langkah-langkah untuk pemecahan masalah dalam tugas akhir termasuk: menganalisis permasalahan, identifikasi dari gambaran sistem secara manual yang dijabarkan dalam Dokumen Flow, tujuan penelitian, penyelesaianya, Sistem Flow, Data Flow Diagram (DFD), Entity

Relational Diagram (ERD), dan Struktur Tabel.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi penjelasan tentang hasil analisis dan perancangan sistem yang dibuat secara keseluruhan dalam tugas akhir ini termasuk: hasil desain input dan output rancangan aplikasi yang


(17)

akan dibangun untuk mengetahui apakah aplikasi tersebut dapat mengatasi permasalahan yang ada atau belum.

BAB V : PENUTUP

Bab ini menjelaskan uraian kesimpulan tentang analisis sistem yang telah dibuat beserta saran-saran yang bertujuan untuk pengembangan sistem ini di masa yang akan datang.


(18)

6

2.1 Konsep Dasar Sistem

Terdapat dua kelompok pendekatan di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen atau elemennya. Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada prosedur sistem adalah sebagai berikut:

“Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. (Jogiyanto, 1991:1).”

Pendekatan sistem yang merupakan jaringan kerja dari prosedur lebih menekankan urutan-urutan operasi di dalam sistem. Prosedur (procedure) didefinisikan oleh Neuschel (1976) sebagai berikut :

“Prosedur adalah suatu urut-urutan operasi klerikal (tulis-menulis), biasanya melibatkan beberapa orang di dalam satu atau lebih departemen, yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang seragam dari transaksi-transaksi

bisnis yang terjadi.”

Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponennya dalam mendefinisikan sistem, masih menurut Neuschel, adalah sebagai berikut :

“Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk


(19)

2.2 Konsep Sistem Informasi

Sistem informasi didefinisikan oleh Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis sebagai berikut :

“Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang

mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.”

2.3 Sistem Informasi Manajemen

Menurut Raymond McLeod (1995:30), sistem informasi manajemen didefinisikan suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas organisasi formal perusahaan atau subunit di bawahnya. Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus, dan output dari simulasi matematika. Output informasi digunakan oleh manajer maupun nonmanajer dalam perusahaan saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah.

Sistem Informasi Manajemen adalah sistem manusia/mesin yang terpadu, untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi (Davis, 2003:3)

Sistem Informasi Manajemen merupakan metode formal yang menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu kepada manajemen untuk


(20)

mempermudah proses pengambilan keputusan dan membuat organisasi dapat melakukan fungsi perencanaan, operasi secara efektif dan pengendalian (Stoner, 1996).

Sistem informasi manajemen merupakan penerapan sistem di dalam organisasi untuk mendukung informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkat manajemen. Sistem informasi manajemen juga melakukan fungsi melakukan fungsinya untuk menyediakan semua informasi manajemen untuk mengetahui semua operasi organisasi sistem informasi.

Sistem informasi berbasis komputer adalah suatu sistem yang terintegrasi antara manusia dan mesin yang memanfaatkan teknologi komputer dalam pengelolaan dan penyediaan informasi guna mendukung operasional manajemen maupun pengambilan keputusan dalam suatu organisasi (Mc Leod, 2001:327).

Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan, bahwa sistem informasi manajemen adalah suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna mendukung pengambilan keputusan pada kegiatan manajemen dalam suatu organisasi.

Menurut Herlambang (2005:68) sistem informasi manajemen mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. SIM beroperasi pada kegiatan dan tugas terstruktur.

2. SIM dapat menigkatkan efisiensi dengan mengurangi biaya.

2.4 Analisis dan Perancangan Sistem

Penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang


(21)

terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya.

Tahap analisis sistem dilakukan setelah tahap perencanaan sistem (system planning) dan sebelum tahap desain sistem (system design). Tahap analisis merupakan tahap yang kritis dan sangat penting, karena kesalahan di dalam tahap ini juga akan menyebabkan kesalahan di tahap selanjutnya.

2.5 Analisis Sistem

Analisis sistem adalah pembelajaran sebuah sistem dan komponen-komponennya sebagai prasyarat desain sistem, spesifikasi sebuah sistem yang baru dan diperbaiki (Jeffery L. Whitten, Lonnie D. Bentley & Kevin C. Dittman:2005).

Menurut Jogiyanto (1999:129), analisis sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya. Analisis sistem dilakukan dengan tujuan untuk dapat mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikannya.

Menurut Jogiyanto (1999:130), di dalam tahap analisis sistem terdapat langkah-langkah dasar yang dilakukan oleh analis sistem.

1. Identify (mengidentifikasi masalah)

2. Understand (memahami kerja dari sistem yang ada)


(22)

4. Report (membuat laporan hasil analisis)

Menganalisis sistem merupakan tahapan dalam menganalisis kebutuhan-kebutuhan sistem. Menurut Kendall & Kendall (2003:13), perangkat atau teknik untuk menentukan kebutuhan sistem adalah dengan menggunakan diagram aliran data untuk menyusun daftar input, proses, dan output fungsi bisnis dalam bentuk grafik terstruktur. Dari diagram aliran data, dikembangakan suatu kamus data berisikan daftar seluruh item data yang digunakan dalam sistem beserta spesifikasinya berupa tipe data atau constrainnya. Selama tahap ini, kegiatan menganalisis dapat berkembang menjadi menganalisis keputusan terstruktur yang dibuat. Keputusan terstrutur adalah keputusan-keputusan dimana kondisi, kondisi alternatif, tindakan serta aturan tindakan ditetapkan (Kendall & Kendall, 2003:13).

Untuk mengumpulkan informasi guna mengetahui kebutuhan-kebutuhan sistem dapat dilakukan analisi berdasarkan workflow yang terjadi di organisasi yakni dengan membuat diagram arus informasi, informasi dan keputusan-keputusan yang terdiri dari proses-proses di dalam organisasi. Selain itu menurut Kendall & Kendall (2003:116) dengan melihat gambaran dari workflow bisa disimulasikan sehingga kemacetan-kemacetan di dalam proses bisa diidentifikasi dan dibersihkan. Investigasi data-data terbaru dan data arsip serta formulir-formulir seperti laporan dan dokumen sebelumnya.

Menganalisa kebutuhan sistem dapat pula dilakukan dengan melakukan teknik wawancara guna mendapatkan informasi penting lainnya seperti tujuan di masa mendatang. Pada tahap analisis dengan menggunakan teknik wawancara sangat diharapkan agar penganalisis telah mengetahui terlebih dahulu


(23)

teknik-teknik yang sering digunakan dalam wawancara. Jenis informasi berupa perilaku, atau sikap-sikap, keyakinan dan karakteristik beberapa orang utama dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau dari yang sudah ada, bisa didapatkan melalui penggunaan kuesioner (Kendall & Kendall, 2003:167). Dengan menggunakan kuesioner, dapat mengukur apa yang ditemukan dalam wawancara dan untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawancara.

2.6 Perancangan Sistem

Perancangan sistem merupakan penguraian suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian komputerisasi yang dimaksud, mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan, menentukan kriteria, menghitung, menghitung konsistensi terhadap kriteria yang ada serta mendapat hasil atau tujuan dari masalah tersebut serta mengimplementasikan seluruh kebutuhan operasional dalam membangun aplikasi. Menurut Kendall dan Kendall (2003: 11) ada tujuh tahap siklus hidup pengembangan sistem sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi masalah, peluang dan tujuan.

Tahap ini berarti penganalisis mengidentifikasi masalah, peluang dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai yang berarti bahwa penganalisis melihat dengan jujur pada apa yang tejadi di dalam bisnis.

2. Menentukan syarat-syarat informasi.

Dalam tahap ini, penganalisa menentukan apa saja yang menentukan syarat-syarat informasi untuk para pemakai yang terlibat diantaranya adalah wawancara dan orang-orang yang terlibat di dalamnya.


(24)

Tahap berikutnya ialah menganalisis kebutuhan-kebutuhan sistem. Sekali lagi, perangkat dan teknik-teknik tertentu akan membantu penganalisis menentukan kebutuhan. Perangkat yang dimaksud ialah penggunaan diagram aliran data untuk meyusun daftar input, proses dan output fungsi bisnis.

4. Merancang sistem yang direkomendasikan.

Dalam tahap ini, penganalisa sistem menggunakan informasi-informasi yang terkumpul sebelumnya untuk mencapai desian sistem informasi serta mencakup perancangan file-file atau basis data yang bisa menyimpan data-data yang diperlukan oleh pembuat keputusan. Dalam tahap ini, penganalisa juga merancang output (baik pada layar maupun hasil cetakan).

5. Mengembangkan dan mendokumentasikan perangkat lunak.

Dalam tahap ini dilakukan pengembangan suatu perangkat lunak awal yang dibutuhkan.

6. Menguji dan mempertahankan sistem.

Sebelum sistem informasi dapat digunakan maka harus dilakukan pengujian terlebih dahulu.

7. Mengimplementasikan dan mengevaluasi sistem.

Di tahap akhir dalam pengembangan sistem ini dilakukan implementasi sistem informasi. Tahap ini melibatkan pelatihan bagi pemakai untuk mengendalikan sistem. Evaluasi yang ditujukan sebagai bagian dari tahap terakhir dari siklus hidup pengembangan sistem biasanya dimaksudkan


(25)

untuk pembahasan. Kriteria utama yang harus dipenuhi ialah apakah pemakai yang dituju benar-benar menggunakan sistem.

Tahapan perancangan sistem merupakan tahap desain dari siklus hidup pengembangan sistem, yakni menganalisis sistem menggunakan informasi-informasi yang terkumpul sebelumnya untuk mencapai desain sistem informasi-informasi yang logik. Bagian dari perancangan sistem yang logik adalah peralatan antarmuka pengguna (Kendall & Kendall, 2003:11). Contoh dari antarmuka pengguna adalah keyboard (untuk mengetik pertanyaan dan jawaban), menu-menu pada layar (untuk mendatangkan perintah pemakai), serta berbagai jenis

Graphical User Interfaces (GUIs) yang menggunakan mouse atau cukup dengan

sentuhan layar.

Selain itu, pada tahap perancangan juga mencakup file-file atau basis data yang bisa menyimpan data-data yang diperlukan untuk pembuatan keputusan. Basis data yang tersusun dengan baik adalah dasar dari seluruh sistem informasi. Langkah terakhir, merancang prosedur-prosedur back up dan kontrol untuk melindungi sistem dan data serta untuk membuat paket-paket spesifikasi program bagi pemrogram. Setiap paket bisa terdiri dari dari layout input dan output, spesifikasi file, dan detail proses serta diagram aliran data, flowchart sistem dan nama-nama dan fungsi-fungsi subprogram yang sudah tertulis (Kendall & Kendall, 2003:14).

2.7 Desain Sistem

Menurut Rizky (2006: 28), sebelum memulai proses desain interface terdapat beberapa tip desain yang harus diperhatikan.


(26)

1. Memenuhi kaidah estetika (tidak terlalu banyak gambar, animasi ataupun

icon yang terkesan sia-sia).

2. Dapat dimengerti (mudah dimengerti dengan cepat, baik dari tampilan secara visual ataupun penggunaan kata yang singkat dan jelas).

3. Kompatibilitas (dapat memenuhi fungsi dan tujuan yang ingin dicapai dari perancangan sebuah perangkat lunak maupun perangkat keras yang

digunakan).

4. Komprehensif (dapat membimbing penggunanya agar dapat lebih mudah

paham).

5. Konfigurabilitas (mampu dikonfigurasi ulang jika pengguna menginginkan

sesuatu berdasarkan fungsi sistem).

6. Konsistensi (memiliki konsistensi dalam penempatan dan pemilihan gaya

komponen visual).

7. Kontrol pengguna ( dapat mengontrol jika suatu saat terjadi kesalahan dalam proses serta pemilihan fungsi tambahan dari sebuah sistem).

8. Efisien (se-efisien mungkin terutama dalam penempatan komponen).

9. Mudah dikenali (penggunaan interface yang sudah familiar dengan

pengguna).

10. Toleransi (tidak ada sebuah sistem yang sempurna karenanya

terdapat beberapa toleransi untuk kesalahan yang mungkin terjadi dalam sebuah sistem, usahakan agar terjadi sebuah pesan yang mampu membimbing pengguna).

11. Sederhana (sederhana dan tetap sesuai dengan keinginan pengguna


(27)

Menurut Jogiyanto (1999: 197), desain sistem dapat diartikan sebagai berikut.

1. Tahap setelah analisis dari siklus pengembangan sistem. 2. Pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan fungsiomal. 3. Persiapan untuk rancang bangun implementasi. 4. Menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk.

5. Dapat berupa penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi.

6. Menyangkut mengkonfigurasikan dari komponen-komonen perangkat lunak dan perangkat keras dari suatu sistem.

Menurut Jogiyanto (1999: 197), tahap desain sistem mempunyai dua tujuan utama.

1. Untuk memenuhi kebutuhan pemakai sistem.

2. Untuk memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun yang lengkap

kepada pemrogram komputer dan ahli-ahli teknik lainnya yang terlibat. Menurut Jogiyanto (1999: 197), analis sistem harus mencapai sasaran-sasaran sebagai berikut.

1. Desain sistem harus berguna, mudah dipahami dan nantinya mudah

digunakan.

2. Desain sistem harus dapat mendukung tujuan utama perusahaan.

3. Desain sistem harus efisien dan efektif untuk dapat mendukung pengolahan


(28)

dilakukan oleh manajemen termasuk tugas-tugas lainnya yang tidak dilakukan oleh komputer.

4. Desain sistem harus dapat mempersiapkan rancang bangun yang terinci untuk

masing-masing komponen dari sistem informasi yang meliputi data dan informasi, simpanan data, metode-metode, prosedur-prosedur, orang-orang, perangkat keras, perangkat lunak dan pengendalian intern.

Menurut Jogiyanto (1999: 617), wawancara (interview) telah diakui sebagai teknik pengumpulan data/fakta (fact finding technique) yang penting dan banyak dilakukan dalam pengembangan sistem informasi. Wawancara

memungkinkan analis sistem sebagai pewawancara untuk mengumpulkan data secara tatap muka langsung dengan orang yang diwawancarai.

2.8 Data Flow Diagram

Data Flow Diagram adalah gambaran sistem secara logikal. Gambaran ini

tidak tergantung pada perangkat keras, perangkat lunak, struktur data atau organisasi file. Keuntungan menggunakan data flow diagram adalah memudahkan pemakai (user) yang kurang menguasai bidang komputer untuk mengerti sistem yang akan dikerjakan atau dikembangkan.

Menurut Kendall & Kendall (2003:263), dalam menganalisis sistem perlu menggunakan kebebasan konseptual yang dilakukan melalui diagram aliran data (DFD), yang secara grafis menandai proses-proses serta aliran data dalam suatu sistem bisnis. DFD menggambarkan pandangan sejauh mungkin mengenai masukan, proses dan keluaran sistem yang berhubungan dengan masukan, proses dan keluaran dari model sistem umum. Melalui teknik analisis DFD ini, dapat


(29)

mempresentasikan proses-proses data di dalam organisasi. Pendekatan aliran data menekankan logika yang medasari sistem.

2.9 Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD 1. External Entity atau Boundary.

External entity atau kesatuan luar merupakan kesatuan di lingkungan luar

sistem yang dapat berupa orang, organisasi atau sistem lainnya yang berada di lingkungan luarnya yang akan memberikan input atau menerima output dari sistem. External entity disimbolkan dengan notasi kotak.

2. Arus Data

Arus Data (data flow) di DFD diberi simbol panah. Arus data ini mengalir di antara proses, simpanan data (data store) dan kesatuan luar (external entity). Arus data ini menunjukkan arus data yang dapat berupa masukan untuk sistem atau hasil dari proses sistem.

3. Proses

Suatu proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang, mesin, atau komputer dari hasil suatu arus data yang masuk ke dalam proses untuk menghasilkan arus data yang akan keluar dari proses. Simbol proses berupa lingkaran atau persegi panjang bersudut tumpul.

4. Simpanan Data

Simpanan data merupakan simpanan dari data yang dapat berupa hal-hal sebagai berikut, sebagai gambaran:

1. Suatu file atau database di sistem komputer. 2. Suatu arsip atau catatan manual.


(30)

4. Suatu tabel acuan manual.

Simpanan data di DFD disimbolkan dengan sepasang garis horizontal paralel yang tertutup di salah satu ujungnya.

2.10 System Flow

System flow atau bagan alir sistem merupakan bagan yang menunjukkan

arus pekerjaan secara keseluruhan dari sistem. System flow menunjukkan urutan-urutan dari prosedur yang ada di dalam sistem dan menunjukkan apa yang dikerjakan sistem. Simbol-simbol yang digunakan dalam system flow ditunjukkan pada Gambar 2.1.

1. Simbol Dokumen

2. Simbol Kegiatan Manual

3. Simbol Simpanan Offline

4. Simbol Proses

5. Simbol Database

6. Simbol Garis Alir

7. Simbol Penghubung ke Halaman yang Sama

8. Simbol Penghubung ke Halaman Lain

Gambar 2.1 Simbol-simbol pada System Flow

1. Simbol dokumen

Menunjukkan dokumen input dan output baik untuk proses manual atau komputer.


(31)

Menunjukkan pekerjaan manual.

3. Simbol simpanan offline

Menunjukkan file non-komputer yang diarsip.

4. Simbol proses

Menunjukkan kegiatan proses dari operasi program komputer.

5. Simbol database

Menunjukkan tempat untuk menyimpan data hasil operasi komputer. 6. Simbol garis alir

Menunjukkan arus dari proses.

7. Simbol penghubung

Menunjukkan penghubung ke halaman yang masih sama atau ke halaman lain.

2.11 Basis Data

Basis data tidak hanya merupakan kumpulan file. Basis data adalah pusat sumber data yang caranya dipakai oleh banyak pemakai untuk berbagai aplikasi. Menurut Kendall & Kendall (2003:128), inti dari basis data adalah database

management system (BDMS) yang memperbolehkan pembuatan modifikasi dan

pembaharuan basis data, mendapatkan kembali data dan membangkitkan laporan. Menurut Kedall & Kendall, tujuan basis data yang efektif antara lain :

1. memastikan bahwa data dapat dipakai di antara pemakai untuk

berbagai aplikasi.

2. Memelihara data baik keakuratan maupun kekonsistenannya.

3. Memastikan bahwa semua data yang diperlukan untuk aplikasi


(32)

4. Membolehkan basis data untuk berkembang dan kebutuhan pemakai untuk berkembang.

5. Membolehkan pemakai untuk membangun pandangan personalnya

tentang data tanpa memperhatikan cara data disimpan secara fisik.

2.12 Software Development Life Cycle

Dari referensi IEEE disebutkan bahwa yang dimaksud dengan siklus hidup dalam konteks perangkat lunak life cycle lebih fokus kepada siklus hidup suatu data dalam perangkat lunak.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa siklus hidup perangkat lunak adalah urutan hidup sebuah perangkat lunak berdasarkan perkembangan perangkat lunak yang ditentukan oelh pengembang perangkat lunak itu sendiri. Sehingga dapat ditentukan usia fungsional dari sebuah perangkat lunak, apakah akan menjadi usang atau mati, ataukah lahir kembali dalam bentuk berbeda menggunakan model proses tertentu.(Soetam Rizky, 2011:52).

2.13 Software Requirement Specification

Software Requirement Specification (SRS) merupakan sebuah dokumentasi dari hasil analisa kebutuhan yang bertujuan untuk menyamakan visi antara pengembang perangkat lunak dengan pengguna mengenai perangkat lunak yang akan dibuat. IEEE mendefinisikan SRS sebagai dokumentasi dari kebutuhan pokok (fungsi, kinerja, hambatan desain dan atribut) dari perangkat lunak dan antar muka eksternal dari perangkat lunak tersebut.

SRS sebagai hasil dari analisa kebutuhan perangkat lunak harus memperhatikan lima hal penting :


(33)

1. Fungsi dari perangkat lunak

Apa yang nanti akan dilakukan oleh perangkat lunak tersebut dan apakah fungsi utama yang diharapkan muncul di dalam SRS.

2. Antar muka eksternal

Bagaimanakah hubungan perangkat lunak dengan pengguna, perangkat keras yang akan digunakan serat pengaruh dengan perangkat lunak lainnya.

3. Kinerja

Bagaimana kinerja yang diharapkan dari perangkat lunak tersebut, baik dari sisi keamanan, kecepatan, kemampuan serta waktu respon terhadap masalah yang ditimbulkan.

4. Atribut

Bagaimana dengan atribut yang terkait dalam perangkat lunak tersebut, dari sisi pemeliharaan ataupun kebenaran dari input serta output yang diharapkan.

5. Kendala Desain

Apakah terdapat batasan khusus yang harus ada di dalam desain perangkat lunak, seperti masalah kultur, peraturan organisasi dan keterbatasan perangkat keras yang dimiliki.

Software Requirement Specification (SRS) menjelaskan fungsionalitas

dan kendala yang harus dipenuhi oleh perangkat lunak, menyangkut keakuratannya, kelengkapannya dan kelayakannya. SRS dijadikan pedoman


(34)

dalam seluruh proses pengembangan perangkat lunak, serta menjelaskan batasan sistem dan lingkungannya.

2.14 Software Design Description

Dalam perancangan perangkat lunak, yang dihasilkan dari proses tersebut berupa dokumen SDD (Software Design Description). SDD adalah representasi atau model dari perangkat lunak yang akan dibuat.

Fungsi dari desain arsitektur adalah memampukan software developer untuk :

1. Analisis efektifitas dari desain untuk memenuhi kebutuhan/

requirement yg diminta. Berguna untuk komunikasi gambaran sistem dengan stakeholder yg berkaitan dalam pembangunan sistem.

2. Mempertimbangkan alternatif lain ketika ada perubahan desain

terjadi. Arsitektur memberikan gambaran bagaimana sistem itu saling terkait dan bekerja.

3. Mengurangi risiko yang berkaitan dengan pembangunan

software atau coding. Arsitektur memiliki pengaruh besar dalam rekayasa perangkat lunak karena menjelaskan hasil keputusan dalam bentuk desain.

Perancangan arsitektur merupakan perancangan yang menghasilkan bagaimana sebuah perangkat lunak tersebut dapat dipecah menjadi komponen-komponen terpisah yang saling berkaitan. Pemecahan tersebut juga dinamakan sebagai arsitektur perangkat lunak. Arsitektur perangkat lunak merupakan


(35)

kumpulan dari komponen perangkat lunak yang disusun secara terstruktur dan disajikan secara terintegrasi (Soetam Rizky, 2011:155).

2.15 Manajemen Peternakan Ayam

Perkembangan perunggasan selalu bergejolak setiap saat. Hal ini bisa dilihat dari harga produk perunggasan yang selalu naik turun bahkan tidak hanya mingguan tetapi sampai harga harian. Naik turunnya harga dipengaruhi oleh berbagai beberapa faktor, antara lain daya beli masyarakat terhadap produk perunggasan dan biaya untuk produk itu sendiri. Selain itu terdapat juga tiga unsur produksi yaitu: manajemen pengolahan usaha, pembibitan, dan makanan ternak (Santoso dan sudaryani, 2009:8).

2.15.1 Perkandangan

Kandang sangat diperlukan dalam pemeliharaan ayam secara intensif. Kandang harus memberikan kenyamanan dan bisa melindungi dari pengaruh cuaca (panas,dingin maupun angin) dan pengaruh binatang atau manusia yang ingin mengganggu karena sepanjang hidupnya ayam berada di dalam kandang. Agar hal tersebut terwujud, perlu diperhatikan penentuan lokasi kandang, konstruksi bangunan kandang, kebersihan kandang, sanitasi, dan biosekuriti.

Kegiatan budidaya diawali dengan melakukan persiapan kandang, prinsip dari tahapan persiapan adalah menjaga kandang beserta peralatan dalam keadaan bersih, nyaman, dan minim dari kontaminasi mikroorganisme berbahaya. Area yang harus dipersiapkan adalah kandang beserta lingkungannya, tempat pakan,


(36)

minum, dan tirai. Sumber air, tandon, dan pompa air juga dijaga dalam keadaan bersih.

Pembersihan kandang dimulai dengan membersihkan seluruh bagian kandang dari kotoran yang masih tersisa baik di dalam maupun di luar kandang. Lingkungan luar kandang disemprot dengan cairan insektisida dan setelah proses pencucian kandang selesai, kandang dibiarkan kering selama kurang lebih dua hari hingga kandang benar-benar kering, setelah itu dilakukan fumigasi atau penyemprotan kandang dengan menggunakan formalin. Seluruh ruangan harus difumigasi untuk mensterilkan kandang dan mematikan mikroorganisme berbahaya. Desinfeksi ulang dilakukan kembali satu sampai dua hari sebelum DOC masuk (chick in).

2.15.2 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan ujung tombak proses produksi. Faktor kegagalan usaha dan inefisiensi seringkali bersumber dari tenaga kerja yang bermasalah, misalnya tidak rajin, tidak teliti, tidak jujur, tidak memahami manajemen budi daya, dan tidak mempunyai rasa memiliki terhadap bisnis yang sedang dijalankan (Mulyantono dan Isman, 2008:40).

Teori manajemen sebaik apapun akan kandas jika karyawan tidak bekerja secara optimal. Oleh karena itu, peternak harus berusaha menanamkan rasa sayang terhadap ayam kepada para pekerja. Dan memberikan pelatihan secara intensif mengenai seluk beluk budi daya ayam.

Kebutuhan akan tenaga kerja untuk peternakan, terutama peternakan ayam broiler, tidaklah banyak. Bila peternakan itu dikelola secara manual (tanpa alat-alat otomatis), untuk 2000 ayam broiler masih mampu dipegang oleh satu pria


(37)

dewasa. Namun, bila menggunakan alat otomatis (pemberian ransum dan minum secara otomatis), untuk 6000 ekor cukup tenaga satu orang pria dewasa sebagai tenaga kandang atau disebut operator kandang yang berperan melakukan tugas sehari-hari di dalam kandang.

Kepala kandang bertanggung jawab terhadap proses produksi di satu farm serta mengoordinasikan para operator kandang. Seorang kepala kandang biasanya memonitor operasional budi daya sekitar 30 ribu ekor ayam. Sementara itu, seorang operator kandang bertanggung jawab penuh terhadap performa produksi ayam di kandang yang dikelolanya. Tugasnya antara lain pemeliharaan ayam dari ayam masuk kandang sampai panen, pemberian pakan da minum setiap harinya, dan pencatatan perkembangan ayam (Mulyantono dan Isman, 2008:55).

2.15.3 Pembibitan

Ayam ras pedaging disebut juga broiler. Ayam ini merupakan jenis persilangan galur murni unggul dan rekayasa genetika yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Menurut Abidin (2002), menyatakan bahwa ayam ras pedaging merupakan hasil perkawinan silang dan sistem yang berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara maksimal sebagai penampilan produksi jika ternak tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Menurut Fadillah (2004), ada beberapa ciri bibit ayam ras pedaging berkualitas, yaitu :


(38)

a. Anak ayam yang sehat dan bebas dari penyakit

b. Berasal dari induk yang matang umur

c. Anak ayam terlihat aktif, mata cerah dan lincah

d. Anak ayam memiliki kekebalan dari induk yang tinggi

e. Bulu cerah, tidak kusam dan penuh

f. Anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih

g. Keadaan tubuh yang normal

h. Berat anak ayam sesuai dengan standar strain, biasanya di atas 37 g/ekor. Adapun keuntungan yang diperoleh apabila bibit yang digunakan berkualitas baik adalah tingkat mortalitas dan morbiditas yang rendah, lebih mudah dikelola, menghemat biaya pengobatan, dan keuntungan yang diperoleh akan baik (Rasyaf, 2004).

Ayam broiler memiliki banyak strain. Strain merupakan istilah untuk jenis ayam yang telah mengalami penyilangan dari bermacam-macam bangsa sehingga tercipta jenis ayam baru dengan nilai ekonomi produksi tinggi dan bersifat turun-temurun. Adapun jenis strain ayam broiler yang banyak beredar di pasaran yaitu, Kim cross, Lohman 202, Cobb, Yabro, Goto, Tatum, Ross, Hubbard, dan Hybro. Semua strain tersebut terus mengalami perbaikan mutu genetik dan semakin efisien. Diantaranya ada yang diformulasikan agar pertumbuhannya cenderung lebih cepat di awal pemeliharaan, tetapi ada juga yang dibuat tumbuh lambat di awal yang kemudian ber-akselerasi cepat, sehingga pencapaian berat ideal di akhir masa pemeliharaan. Dengan adanya dua pilihan tersebut , peternak dapat menyesuaikan jenis DOC dengan tujuan pemeliharaan (Mulyanto, 2008:24). DOC atau Day Old Chick adalah anak ayam umur sehari. Berat awal DOC berkisar 37


(39)

sampai 42 gram. DOC dikemas dalam kardus berisi sejumlah 100 ekor, pihak pemasok DOC telah melebihkan jumlah DOC sebanyak dua ekor per kardusnya, sehingga cadangan yang diberikan adalah dua persen dari total populasi. Cadangan DOC tersebut guna mengganti DOC yang afkir atau mati saat di perjalanan. Selama perjalanan DOC dapat bertahan sampai dua hari, DOC tersebut tidak akan mati kelaparan karena di dalam tubuh DOC masih terdapat kuning telur sebagai cadangan makanannya. Pada saat DOC masuk kandang disarankan untuk langsung diberi minum yang telah dicampur larutan gula dan vitamin untuk memulihkan kondisinya.

Pemilihan jenis DOC atau strain perlu diperhatikan oleh peternak. Jika peternak ingin panen pada ukuran kecil, seyogyanya peternak menggunakan

strain yang cepat tumbuh di awal. Jika ingin panen pada ukuran besar dengan

konsekuensi waktu yang dibutuhkan lebih lama, maka peternak dapat memilih

strain kedua. Sebab, pertumbuhan yang cepat di awal pemeliharaan juga

memperbesar peluang terjadinya mortalitas karena tingginya tingkat metabolisme ayam.

Tabel 2.1 Contoh Standar Produksi Ayam Broiler

Umur (Minggu)

Jumlah Pakan (g/ekor)

Berat Badan

(g/ekor) FCR

1 160 169 0.95

2 530 436 1.22

3 1130 851 1.33

4 1955 1349 1.45


(40)

Tabel di atas merupakan contoh standar produksi ayam broiler dengan perbandingan antara pakan yang dihabiskan dengan berat ayam yang didapat sehingga menghasilkan konversi pakan (FCR).

2.15.4 Pakan

Dalam suatu manajemen peternakan, yang tak kalah penting adalah manajemen pakan. Dalam hal ini pakan memiliki persentase yang paling besar dalam variabel produksi, maka untuk menekan biaya produksi diperlukan efisiensi. Pakan (dalam hal ini ransum) adalah formulasi dari berbagai bahan pakan yang diformulasikan dengan batasan tertentu sehingga menghasilkan formula yang mengandung zat gizi yang diinginkan (Santoso dan sudaryani, 2009:84).

Penggunaan ransum akan sangat berpengaruh pada penampilan ayam broiler. Pemberian pakan untuk ayam broiler adalah full feed. Artinya, tabung ayam tidak boleh kosong. Walaupun demikian, sebaiknya tabung pakan tidak diisi penuh. Penambahan pakan pada tabung minimal 3 kali sehari untuk merangsang ayam makan dan tempat pakan harus sering digoyang.

Tabel 2.2 Jenis Pakan Berdasarkan Kandungan Nutrisinya

Jenis Pakan Lama Pemberian Protein (%)

Energy Metabolisme (kkal/kg pakan)

Prestarter 1 - 7 hari 23 - 24 2800 – 3000

Starter 8 - 28 hari 21 – 22 2800 – 3500

Finisher 29 – panen 18 – 20 2900 – 3400

Sumber : Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang Panggung Terbuka 2009

Menurut North dan Bell (1990), pakan ayam ras pedaging terdiri dari tiga bentuk, yaitu : (a) mash atau tepung, biasanya diberikan kurang dari dua minggu;


(41)

(b) crumble atau butiran halus, diberikan untuk ayam ras pedaging saat masa awal sampai masa pertumbuhan; dan (c) Pellet, pakan untuk ayam ras pedaging masa awal (2 atau 3 minggu) digunakan pellet starter dan pakan untuk ayam ras pedaging masa akhir (4 minggu) digunakan pellet finisher.

2.15.5 Vaksinasi dan Penyakit

1. Vaksin

Vaksin adalah penyakit yang telah dilemahkan dan dimasukkan ke tubuh ayam untuk merangsang kekebalan dari tubuh untuk melawan penyakit. Secara garis besar vaksin digolongkan menjadi 2 jenis yaitu: vaksin aktif dan vaksin inaktif.

2. Penyakit Ayam

Penyakit ayam adalah penyakit yang sering menyerang ayam dan sering terjadi pada peternakan ayam broiler. Penyakit tersebut terbagi dalam beberapa fase hidup ayam, yaitu sebagai berikut : Aspergillosis, Ascites, Kolibasilosis, Koksidiosis, Gumboro, Chronic Respiratory Disease (CRD), New Castle Disease (ND), dan Avian Influenza (AI).

2.15.6 Pencatatan (Recording)

Kegiatan pencatatan (recording) peternakan ayam broiler merupakan proses rutin pengumpulan data dan pengukuran perkembangan serta memantau perubahan yang terjadi pada ayam tiap harinya. Pengetahuan akan berat ideal dan bobot ayam pada umur 3 – 5 minggu perlu diketahui, sebab pada periode ini ayam menunjukkan pertumbuhan yang paling tinggi. Pemanfaatan melakukan pencatatan berat badan mingguan sangat dibutuhkan agar penurunan performa dapat segera diketahui.


(42)

Contoh :

LAPORAN PEMELIHARAAN AYAM BROILER

Nama Peternak :………….. Kode Box :………Periode :……….…………..

Tgl Masuk DOC :……Jumlah :……Jenis DOC :……....Berat Rata-Rata :………

Kondisi DOC :……Kondisi Mobil Pengangkut :……Kondisi DOC di Farm :…..

Tabel 2.3 Struktur Tabel Pencatatan

Tanggal Umur Pakan Kematian

Std Act Bobot Mati Afkir Total

1 2 3 4 5

Tanggal Umur Pakan Kematian

Std Act Bobot Mati Afkir Total

6 7

Jumlah WK 1

Pakan g/ekor Kematian %

Berat rata-rata Sisa Ayam

FCR

2.15.7 Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan pada ayam broiler adalah melakukan pengamatan terhadap kegiatan peternakan yang bertujuan untuk mengetahui hasil produksi daging ayam yang dicapai pada setiap panennya dan kemudian ditampilkan dalam bentuk grafik untuk memudahkan pembacaan data secara keseluruhan maupun melakukan perbandingan produksi antar kandang.


(43)

Dengan melakukan proses monitoring diharapkan mampu mengetahui kinerja dari produksi ayam agar dengan cepat diketahui saat-saat penurunan produksi ayam tersebut.

2.15.8 Pemanenan

Panen tidak terlalu ditentukan oleh umurnya, tetapi lebih ditentukan kondisi di lapangan. Pada saat pemanenan, kondisi ayam tetap dijaga agar tetap sehat dan nyaman. Salah satu caranya adalah menyesuaikan kepadatan kandang dengan umur tangkap/panen ayam.

Tabel 2.4. Kepadatan ayam berdasarkan berat panen :

Berat (kg) Kepadatan (ekor/m2)

0,8 - 0,99 11,0 - 11,1

1,00 - 1,19 10,0 - 10,5

1,20 - 1,39 9,0 - 9,5

1,40 - 1,59 8,0 - 8,5

1,60 - 1,89 7,5 - 8,0

Sumber : www.cibadak.com

2.15.9 Perhitungan Performa Produksi Ayam

Setelah selesai melakukan panen/penangkapan ayam. Untuk melihat hasil kinerja selama ini berjalan dengan baik atau tidak perlu dilakukan evaluasi (Santoso, 2009:113).

a. Perhitungan kematian/mortalitas

Rumus : Mortalitas (%) = Jumlah ayam mati x 100% = ...% Jumlah ayam masuk

Tingkat kematian umumnya tinggi pada minggu pertama masa pemeliharaan. Angka kematian bisa dilihat sejak ayam berumur satu sampai tiga hari. Beberapa penyebab utama kematian pada umur tersebut adalah (1) DOC


(44)

tidak berkualitas; (2) Kesalahan tata cara pemeliharaan periode brooding, terutama cara pemanasannya; (3) Adanya serangan penyakit dan jamur; (4) Ayam mengalami stres berat, terutama disebabkan masalah transportasi selama pengiriman, misalnya temperatur di dalam boks mobil tinggi karena dilakukan pada siang hari, sehingga DOC banyak yang mengalami dehidrasi berat.

Standar mortalitas untuk masing-masing berat badan bisa dilihat pada tabel berikut. Pada umumnya, kenyataan di lapangan bisa lebih rendah dari standar (lebih baik).

Tabel 2.5 Standar Mortalitas

Berat (kg) Standar Mortalitas (%)

0,80 - 0,89 2,64

0,90 - 0,99 2,72

1,00 - 1,09 2,87

1,10 - 1,19 3,13

1,20 - 1,29 3,45

1,30 - 1,39 3,71

1,40 - 1,49 3,78

1,50 - 1,59 3,96

1,60 - 1,69 4,17

1,70 - 1,79 4,38

1,80 - 1,89 4,56

1,90 - 1,99 4,82

2,00 - 2,20 5,23

Sumber : Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang Panggung Terbuka 2009 b. Perhitungan konversi pakan (FCR)

FCR (feed convertion ratio), yaitu perbandingan antara pakan yang dihabiskan dengan berat badan ayam yang didapat.


(45)

Rumus : FCR = ____Jumlah pakan (kg)____ Jumlah bobot ayam hidup (kg)

Semakin rendah angka FCR semakin baik kualitas pakan, karena lebih efisien (dengan pakan sedikit menghasilkan bobot badan yang tinggi).

c. Perhitungan indeks produksi (IP)

Indeks produksi (IP) merupakan cermin dari penampilan produksi broiler. IP disebut juga broiler indeks.

Rumus :

Indeks Produksi = Ayam hidup (%) x berat rata-rata (kg) x100% Umur ayam x FCR

Tabel 2.6 Kriteria Indeks Produksi

Sumber : Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang Panggung Terbuka 2009

Semakin besar nilai IP yang diperoleh (lebih dari 300), maka semakin baik prestasi produksi ayam dan semakin efisien penggunaan pakan dan biaya. Peternak juga dapat memberikan bonus pemeliharan kepada karyawan untuk merangsang karyawan kandang supaya mendapat IP yang bagus.

Indeks Produksi (IP) Nilai

< 300 Kurang

301 – 325 Cukup

326 – 350 Baik

351 – 400 Sangat Baik


(46)

d. Perhitungan Harga Modal

Harga modal diperoleh dari total biaya operasional/biaya-biaya produksi dibagi dengan jumlah total berat kilogram rata-rata ayam yang akan dipanen. Berikut merupakan perhitungan harga modal ayam berdasarkan berat ayam.

Rumus : Harga Modal (/Kg) =

tAyam JumlahBera

l Operasiona TotalBiaya

e. Perhitungan laba/rugi

Berikut merupakan contoh perhitungan yang dibuat secara sederhana sebab dalam siklus produksi harga pakan dan ayam selalu mengalami fluktuasi.

1. Biaya produksi

a. Biaya DOC (jumlah DOC x harga beli) Rp...

b. Biaya Pakan Rp...

c. Gaji Karyawan Rp...

d. Biaya listrik Rp...

e. Biaya Vaksinasi Rp...

f. Biaya Penyusutan peralatan Rp...

g. Biaya Lain-lain Rp... +

Total biaya produksi Rp...

2. Penerimaan

Ayam (berat ayam x harga) Rp...

Kotoran Ayam (jumlah per karung x harga) Rp... Karung pakan (jumlah per lembar x harga) Rp...

h. Kardus DOC Rp... +

Total penerimaan Rp...


(47)

2.16 Pengujian Rancangan Sistem

Sasaran dari pengujian adalah mengurangi resiko yang terlihat dalam sistem komputer. Strategi pengujian harus mengacu pada resiko dan memberikan proses yang dapat mengurangi resiko tersebut.

Jenis pengujian yang dapat dilakukan adalah:

1. Pengujian unit program

Pengujian difokuskan pada unit terkecil dari suatu modul program. Dilaksanakan dengan menggunakan menggunakan driver dan stub. Driver adalah suatu program utama yang berfungsi mengirim atau menerima data kasus uji dan mencetak hasil dari modul yang diuji. Stub adalah modul yang menggantikan modul yang diuji.

2. Pengujian integrasi

Pengujian terhadap unit-unit program yang saling berhubungan dengan fokus pada masalah interface. Dapat dilakukan secara top-down integration atau bottom-up integration.

3. Pengujian validasi

Pengujian ini dimulai jika pada tahap integrasi tidak ditemukan kesalahan. Suatu validasi dikatakan sukses jika perangkat lunak berfungsi pada cara yang diharapkan oleh pemakai.

4. Pengujian sistem

Pengujian yang dilakukan sepenuhnya pada sistem berbasis komputer. Jenis pengujian yang dilakukan pada saat melakukan pengujian sistem, yaitu:

a. Recovery testing b. Security testing


(48)

c. Stress testing

d. Performance testing 2.16.1 Tahapan Pengujian

Langkah-langkah yang seharusnya dilakukan ketika melakukan pengujian, adalah:

1. Menentukan apa yang akan diukur melalui pengujian

2. Menentukan bagaimana pengujian akan dilaksanakan

3. Membangun suatu kasus uji, yaitu sekumpulan data atau situasi yang akan digunakan dalam pengujian

4. Menentukan hasil yang diharapkan atau hasil sebenarnya

5. Menjalankan kasus pengujian

2.16.2 Pengujian Tahapan Analisis

Pengujian pada tahapan ini lebih menekankan pada validasi terhadap kebutuhan perangkat lunak, untuk menjamin bahwa kebutuhan telah dispesifikasikan dengan benar. Tujuan pengujian pada tahap ini adalah untuk mendapatkan kebutuhan yang layak dan untuk memastikan apakah kebutuhan tersebut sudah dirumuskan dengan baik.

Faktor-faktor pengujian yang dilakukan meliputi:

a. Kebutuhan yang berkaitan dengan metodologi

b. Pendefinisian spesifikasi fungsional

c. Penentuan spesifikasi kegunaan

d. Penentuan kebutuhan portabilitas


(49)

2.16.3 Pengujian Tahapan Desain

Pengujian pada tahapan ini bertujuan untuk menguji struktur perangkat lunak yang diturunkan dari kebutuhan perangkat, kebutuhan yang bersifat umum dirinci menjadi bentuk yang lebih spesifik.

Faktor-faktor pengujian yang dilakukan meliputi:

a. Perancangan yang berkaitan dengan kebutuhan

b. Kesesuaian perancangan dengan metodologi dan teori

c. Portabilitas rancangan

d. Perancangan yang dirawat

e. Kebenaran rancangan berkaitan dengan fungsi dan aliran data

f. Kelengkapan perancangan antar muka.

2.16.4 Pengujian Tahapan Implementasi

Merupakan pengujian unit-unit yang dibuat sebelum diintegrasikan menjadi aplikasi secara keseluruhan.

Faktor-faktor pengujian tahap implementasi meliputi: a. Kendali integritas data

b. Kebenaran program

c. Kemudahan pemakaian

d. Sifat coupling


(50)

38

Pada bab ini akan dibahas tentang tahapan analisis dan perancangan sistem informasi manajemen peternakan ayam broiler pada PS. Bintang Unggas Lamongan. Tahap-tahap tersebut terdiri dari tahap analisis sistem, tahap perancangan sistem, dan tahap evaluasi desain sistem.

3.1 Model Penelitian

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model waterfall. Adapun model penelitian dapat ditunjukkan pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Model Penelitian Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Peternakan Ayam Broiler

Pada tugas akhir ini akan dilakukan analisis dan perancangan sistem informasi manajemen peternakan ayam broiler pada PS. Bintang Unggas Lamongan. Dari hasil analisis dan perancangan yang dilakukan oleh peneliti, maka akan dihasilkan rancangan sistem, rancangan basis data, dan rancangan antar muka sesuai kebutuhan. Pada tugas akhir analisis da perancangan sistem ini


(51)

hanya sampai pada tahap evaluasi desain sistem karena tidak membuat program aplikasi sehingga tidak sampai pada penerapan program..

3.2 Tahapan Analisis

Tahapan analisis sistem akan dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kepada pemilik beserta karyawan PS. Bintang Unggas Lamongan yang digunakan untuk mengahasilkan informasi penguaraian dari sistem informasi manajemen peternakan ayam broiler ke dalam bagian komponennya. Penguraian tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan, hambatanyang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikannya.

Analisis Operasional

Analsis Permasalahan Analisis Kebutuhan

Data

Analisis Keamanan

Gambar 3.2 Tahapan Analisis Sistem

3.2.1 Analisis Permasalahan

Langkah – langkah yang akan dilakukan untuk dapat menganalisis

permasalahan yang terdapat pada PS. Bintang Unggas Lamongan berdasarkan wawancara dengan pihak pemilik dan karyawan adalah sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi masalah

Untuk mengidentifikasi masalah tahapan yang dilakukan diantaranya wawancara dan observasi, menyimpulkan pengetahuan yang sudah

diperoleh, mengestimasi cakupan dan batasan permasalahan,

medefinisikan hasil-hasil berdasarkan wawancara. Berdasarkan tahapan tersebut maka output dari tahap ini berisikan alur proses bisnis yang tergambar pada dokumen alir


(52)

b. Menentukan kebutuhan informasi pengguna

c. Menggambarkan kebutuhan sistem

Menganalisis kebutuhan-kebutuhan sistem penjualan ini dilakukandengan menggambarkan dan menyusun input, proses, dan output secara umum dari sistem dengan blok diagram

3.2.2 Analisis Operasional (Fungsioanalitas Analysis)

Tahap analisis fungsional dilakukan setelah tahap analisis permasalahan. Setelah didapatkan definisi masalah dan ringkasan tujuan beserta kebutuhan sistem dalam blok diagram, terdapat beberapa langkah yang akan dilakukan unutk mendapatkan informasi apakah sistem yang akan dirancang bisa menangani fungsi organisasi dan proses bisnis yang ada. Langkah-langkah tersebut yaitu :

a. Menentukan fungsi apa yang harus dikerjakan oleh sistem peternakan ayam broiler

b. Mendeskripsikan fungsi-fungsi yang ada, entitas apa saja yang berperan, dan alur apa saja yang terjadi dalam fungsi yang akan dibuat.

3.2.3 Analisis Kebutuhan Data

Analisis kebutuhan data digunakan untuk memenuhi informasi yang berisikan kebutuhan-kebutuhan pemakai secara khusus. Langkah-langakahyang akan dilakukan adalah :

a. Melakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan entitas dalam sistem

b. Meninjau dokumentasi data yang ada pada PS. Bintans Unggas Lamongan

c. Mewawancarai pemilik serta karyawan yang bertugas.

Hasil dari analisis kebutuhan data adalah berupa daftar kebutuhan data pada setiap fungsi-fungsi sistem.


(53)

3.2.4 Analisis Keamanan

Analisis keamanan sistem merupakan analisis non fungsional sistem yang dilakukan dengan cara menentukan siapa yang boleh mengakses sistem informasi manajemen peternakan, sampai kepada proses dan fungsi tertentu dalam sistem informasi manajemen peternakan ayam broiler pada PS. Bintang Unggas Lamongan. Sehingga bisa didapatkan bahwa masing-masing entitas memiliki hak akses yang berbeda dalam menggunakan fungsi-fungsi didalam sistem.

3.3 Tahapan Perancangan Desain Sistem

Perancangan sistem dimulai dari alir sistem, DFD, ERD, serta perancangan input dan output sistem.

3.3.1 Desain Proses Fungsional

Pada subbab ini menggambarkan tentang rancangan fungsi-fungsi sistem yang terdiri dari proses, data, dan antar muka.

a. Alir Sistem (Sistem Flow)

Secara garis besar langkah yang akan dilakukan untuk dapat membuat Alir Sistem pada Sistem Informasi manajemen Peternakan Ayam ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan entitas yang terlibat pada sistem sesuai dengan analisis yang dilakukan.

2. Menentukan fungsi-fungsi dalam sistem berdasar analisis yang telah dilakukan

3. Mendefinisikan prose-proses detil dari fungsi yang ada sesuai dengan urutan proses bisnis yang baru secara detail.


(54)

4. Menentukan secara jelas aktivitas dari dimulainya suatu fungsi di dalam sistem sampai berakhirnya aktifitas pada fungsi tersebut.

b. Desain Context Diagram

Secara garis besar langkah yang akan dilakukan untuk dapat membuat

Context Diagram pada Sistem Informasi manajemen Peternakan Ayam ini

adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi terlebih dahulu semua entitas luar PS. Bintang Unggas Lamongan yang terlibat pada sistem

2. Mengidentifikasi semua input dan output yang terlibat dengan entitas luar tersebut.

3. Menentukan nama sistem utama pada PS. Bintang Unggas Lamongan

4. Menentukan batasan sistem yang ada.

5. Menentukan apa yang diterima/diberikan entitas dari/ke sistem tersebut.

c. Desain Diagram Berjenjang

Diagram berjenjang sistem informasi manajemen peternakan ayam pada PS. Bintang Ungas Lamongan ini dilakukan dengan cara menggambarkan sub sistem dari sistem sesuai dengan fungsi-fungsi yang telah didapatkan pada tahap analisis. Diagram tersebut merupakan rincian dari context diagram. d. Desain DFD Level 0 yang merupakan dekomposisi dari diagram konteks,

tahap yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut :

1. Menentukan proses-proses utamayang ada pada sistem sesuai diagram berjenjang yang telah dibuat.

2. Menentukan apa yang diberikan/diterima masing-masing proses ke/dari sistem sambil memperhatikan konsep keseimbangan


(55)

3. Menentukan datastore (master ataupun transaksi) sebagai sumber maupun tujuna alur data.

e. Desain DFD Level satu yang merupakan dekomposisi dari diagram Nol,

langkah yang akan dilakukan sebagai berikut :

1. Menentukan proses yang lebih kecil dari proses utama yang ada di level 0 2. Menentukan apa yang diberikan atau diterima masing-masing subproses

tersebut.

3. Menentukan arus datastore sebagai sumber maupun tujuan alur data.

f. Desain DFD Level dua yang merupakan dekomposisi dari diagram level satu,

tahap yang akan dikerjakan adalah sebagai berikut :

1. Menentukan proses yang lebih kecildari proses yang ada di level satu. 2. Menentukan apa yang diberikan atau diterima masing-masing subproses

tersebut.

3. Menentukan arus datastore sebagai sumber maupun tujuan alur data.

3.3.2 Desain Data

Subbab desain data berikut ini bertujuan untuk menggambarkan rancangan fungsi-fungsi sistem yang terdiri dari proses, data, dan antar muka sistem informasi manajemen peternakan ayam PS. Bintang Unggas Lamongan. Desain data tersebut yaitu Conceptual Data Model (CDM)

Berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari tahap analisis kebutuhan data, maka akan dapat dirumuskan ke dalam tingkat yang lebih tinggi dengan cara membuat skema basis data atau dengan merancang skema-skema yang terpisah dari kebutuhan pengguna PS. Bintang Unggas Lamongan dan kemudian


(56)

menggabungkan skema-skema tersebut berdasarkan relasi tertentu. Pembuatan CDM ini akan dilakukan dengan cara :

a. Menentukan tipe data dari masing-masing atribut.

b. Menentukan primary key setiap tabel

c. Menggambar relationship yang dihubungkan antar entitas serta menuliskan nama relasi, kardinalitas, dan mandatory atau tidaknya

d. Mengecek model tersebut apakah sudah valid atau tidak secara teknik pengambaran.

3.3.3 Desain Antar Muka

Desain antar muka dalam subbab ini membahas tentang desain untuk perangkat lunak, perangkat keras, dan desain interface pengguna sebagai berikut :

a. Antar Muka Perangkat Lunak

Desain antar muka perangkat lunak berikut merupakan proses perancangan dalam menentukan, menspesifikasikan, dan mengevaluasi sistem informasi manajemen peternakan ayam pada PS. Bintang unggas Lamongan untuk mendapatkan sekumpulan perangkat lunak yang terhubung dengan aplikasi. Untuk mendapatkan perangkat lunak yang baik untuk PS. Bintang Ungas Lamongan tersebut akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menyelaraskan dengan kemampuan pengguna pada PS. Bintang

Unggas

2. Mengevaluasi kembali kebutuhan bisnis yang ada

3. Mmperhitungkan biaya yang akan dikeluarkan dengan pihak PS.

Bintang Unggas Lamongan.


(57)

b. Antar Muka Perangkat Keras

Setelah memilih perangkat lunak yang baik, maka langkah selanjutnya yaitu menetukan desain antar muka perangkat keras yang digunakan untuk mendapatkan sekumpulan perangkat keras untuk menjalaknkan sistem. Langkah-langkah nya sebagai berikut :

1. Memilih hardware yang spesifikasinya sesuai dengan kebutuhan

sistem yang akan dibuat

2. Memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dengan pihak PS. Bintang Unggas Lamongan.

c. Antar Muka Pengguna

Antar muka pengguna adalah sebuah titik dimana sistem dan user saling berinteraksi. Pada bagian ini akan digambarkan terlebih dahulu alur kerja GUI secara keseluruhan mengenai :

1. Desain Form

Dalam mendesain form-form transaksi pada peternakan PS. Bintang Unggas Lamongan dapat digambarkan berdasarkan hasil dari tahap analisis fungsional, non fungsional dan tahap perancangan. Sehingga bisa dideskripsikan tetntang form tersebut beserta alur kerjanya.

2. Desain Laporan

Dalam mendesain laporan pada PS. Bintang Unggas Lamongan juga dapat digambarkan berdasarkan hasil dari tahap analisis fungsional, non fungsional dan tahap perancangan. Sehingga bisa dideskripsikan tentang laporan yang akan dibuat.


(58)

3.3.4 Desain Keamanan

a. Keamanan fisik

Untuk melindungi sistem informasi manajemen peternakan ayam pada PS. Bintang Unggas Lamongan dari bahaya fisik yang dapat menyebabkan kehilangan data, maka diperlukan suatu keamanan fisik dengan memperhatikan pemilihan desain arsitektur sistem berdasarkan tahap perancangan sebelumnya dengan penambahan detail pada pengaturan IP, firewall, atau sejenisnya. Selain itu akan dilakukan perencanaan dalam melakukan perlindungan dalam menanggulangi dan menjaga orang, hardware, program, jaringan dan dta dari bahaya fisik dan kejadian yang dapat menyebabkan kehilangan yang besar dan kehancuran.

b. Keamanan Logikal

Untuk menambah keamanan logikal pada sistem informasi manajemen peternakan ayam pada PS. Bintang Unggas Lamongan berdasarkan tahap analisi yang telah dilakukan maka akan dilakukan penentuan model otentikasi dan otorisasi didalam sistem tersebut berdasarkan fungsi-fungsi yang terkait.

c. Keamanan Personal

Untuk menambah keamanan personal yang didasarkan pada sifat manusiawi dimana adanya kesalahan yang terjadi karena ketidaksengajaan sifat manusia pada sistem informasi manajemen peternakan dibutuhkan suatu proses untuk melindungi data personal sehingga tidak mudah diketahui oleh pihak yang tidak berhak melihat data yang bersangkutan tersebut. Hal tersebut akan dilakukan dengan menambah username dan password pada akun pengguna yang sulit ditebak oleh pengguna lain.


(59)

3.3.5 Desain Sistem

Berikut ini akan dijelaskan bagaimana sistem informasi manajemen peternakan ayam pada PS. Bintang Unggas Lamongan akan di desain berdasarkan standar pemrograman, model fisik, dan rencana uji coba sistem, berikut penjelasannya :

a. Standar Pemrograman

Dalam menentukan standar pemrograman yang cocok untuk mengembangkan sistem informasi manajemen peternakan ayam yang ada pada PS. Bintang Unggas Lamongan langkah-langkah yang akan dilakukan adalah :

1. Menentukan bahasa pemrograman yang sesuai dengan masalah dan tujuan

pada tahap analisis.

2. Bahasa pemrograman yang diberlakukan memiliki hasil tampilan yang

user friendly sehingga pengguna bisa dengan mudah mengoperasikannya.

3. Menentukan apakah hasil program bisa exuctable dan bersifat ringan dijalankan atau tidak.

4. Memiliki sumber daya yang cukup banyak, sehingga pada saat terjadi masalah saat pengoperasian bisa diatasi dengan cepat dan mudah.

b. Model Fisik

1. Physical Data Model (PDM)

PDM dapat dibuat dengan cara menurunkan hasil rancngan CDM dari desain data pada subbab 3.2.2.


(60)

Data Dictionary dibuat berdasarkan hasil rancangan PDM yang merupakan deskripsi tabel-tabel transaksi yang berisikan field, tipe data,constrain, dan keterangan tabel

c. Rencana Uji Coba

Tujuan dari rencana uji coba ini adalah sebagai panduan untuk melakukan testing sistem yang dirancangakan. Rencana uji coba ini akan dibuat berdasarkan desain interface dengan dibuat rancangan testing tiap fungsi.

3.4 Tahapan Evaluasi Desain Sistem

Untuk tahap evaluasi dari desain sistem yang telah dirancangkan, maka akan dilakukan pengecekan dan pengevaluasian dari DFD dan ERD yang dikerjakan pada tahap analisis dan perancangan.

3.4.1 Evaluasi DFD

Evaluasi DFD ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil dari rancangan sudah benar atau belum. Berikut adalah tahap-tahap yang akan dilakukan dalam pengecekan model DFD mulai level konteks sampai dengan level dua. Berdasarkan DFD yang telah diramcangkan, akan dilakukan check

model dengan menggunakan power designer. Hal tersebut digunakan untuk

mengetahui berapa hasil error dan warning dari proses model yang telah dibuat.

3.4.2 Evaluasi ERD

Evaluasi ERD ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil dari rancangan sudah benar atau belum. Berikut adalah tahap-tahap yang akan dilakukan dalam pengecekan model ERD mulai level konteks sampai dengan level dua. Berdasarkan ERD yang telah diramcangkan, akan dilakukan check model dengan


(61)

menggunakan power designer. Hal tersebut digunakan untuk mengetahui berapa hasil error dan warning dari proses model yang telah dibuat.

3.5 Pengumpulan Data

Setelah memperoleh bahan referensi yang dibutuhkan, maka langkah selanjutnya adalah proses pengumpulan data. Data diperoleh dengan cara melakukan wawancara dan survei di peternakan PS. Bintang Unggas Lamongan. Wawancara dilakukan kepada pegawai peternakan dan pemilik peternakan. Teknik wawancara adalah suatu teknik yang paling singkat untuk mendapatkan data, namun sangat tergantung pada kemampuan pribadi sistem analis untuk dapat memanfaatkannya.

Data-data yang mendukung:

a. Data pemeliharaan ayam broiler (lampiran 1).

b. Data standar pakan (lampiran 2).

c. Data pemanenan (lampiran 3)

3.6 Contoh Perhitungan

Sebuah peternakan yang bagus harus memiliki standar baku pemeliharaan. Perusahaan DOC memiliki standar pemeliharaan bahwa berat badan ayam umur seminggu adalah 170-180 g dan konsumsi pakan 150 g. Dengan standar berat badan tersebut bisa ditentukan standar FCR untuk sebuah peternakan yang bisa digunakan untuk pengontrolan pakan.

Nilai FCR = Jumlah pakan(g) / Berat ayam (g)

= 150 / 170

= 0,88


(62)

Nilai Mortalitas = (Jumlah ayam mati / Jumlah ayam masuk) * 100%

Nilai Indek Produksi = ((ayam hidup(%)*Berat rata-rata) / (umur*FCR))*100% Hasil analisis perhitungan pada kandang dengan stock awal 5000 ekor dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Tabel recording untuk contoh perhitungan

Umur Std pkn /zak

Akt pkn /zak

BB

rerata Mati Afkir

Total

mati Mortalitas FCR IP

1 1 1.2 50 3 5 8 0.16 0.24 -

2 1 1.5 62 3 1 12 0.24 0.44 -

3 2 1.9 77 6 2 20 0.4 0.60 -

4 2 2.2 96 3 2 25 0.5 0.71 -

5 3 2.6 118 5 5 35 0.7 0.80 -

6 4 3.1 142 6 2 43 0.86 0.88 -

7 4 3.5 169 6 1 50 1 0.95 252

8 4 3.9 198 3 1 54 1.08 1.01 244

9 5 4.4 230 4 0 58 1.16 1.06 239

10 5 4.9 266 4 0 62 1.24 1.10 239

11 5 5.3 304 3 0 65 1.3 1.13 240

12 6 5.7 346 4 0 69 1.38 1.16 245

13 6 6.2 389 2 0 71 1.42 1.19 247

14 7 6.6 436 4 0 75 1.5 1.22 252


(63)

Umur Std pkn /zak

Akt pkn /zak

BB

rerata Mati Afkir

Total

mati Mortalitas FCR IP

16 8 7.6 541 3 0 82 1.64 1.25 266

17 8 8.1 598 3 0 85 1.7 1.27 273

18 9 8.6 658 4 0 89 1.78 1.28 280

19 9 9.1 721 4 0 93 1.86 1.30 287

20 10 9.5 786 3 0 96 1.92 1.31 294

21 10 10 851 24 12 132 2.64 1.33 297

22 11 10.4 919 2 0 134 2.68 1.34 303

23 11 10.8 987 9 0 143 2.86 1.36 307

24 12 11.2 1057 4 0 147 2.94 1.38 311

25 12 11.7 1127 10 0 157 3.14 1.39 313

26 13 12.2 1200 10 0 167 3.34 1.41 316

27 13 12.8 1284 10 0 177 3.54 1.42 323

28 13 13.4 1349 10 0 187 3.74 1.45 320

29 14 13.6 1425 2 0 189 3.78 1.47 322

30 14 13.9 1502 8 0 197 3.94 1.48 324

31 15 14.1 1579 7 0 204 4.08 1.50 325

32 15 14.4 1657 8 0 212 4.24 1.52 327

33 15 14.8 1736 5 0 217 4.34 1.53 328


(64)

35 16 15.5 1897 3 0 230 4.6 1.57 330

36 17 16.1 1982 10 0 240 4.8 1.58 332

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, sistem akan menampilkan nilai yang didapat dari indeks produksi kandang tersebut. Nilai akhir diperoleh dari jumlah nilai akhir tiap masa panen atau akhir produksi kandang tersebut. Kemudian sistem akan memberikan nilai akhir indeks produksi sesuai dengan nilai yang sudah ditentukan oleh perusahaan peternakan. Daftar kriteria indeks produksi ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Tabel Kriteria Indeks Produksi

Indeks Produksi (IP) Nilai

< 300 Kurang

301 – 325 Cukup

326 – 350 Baik

351 – 400 Sangat Baik

.> 400 Istimewa

Contoh perhitungan nilai Indeks Produksi berdasarkan dari tabel 3.1 Ayam hidup (%) = (4760 / 5000) * 100% = 95.2%

Berat rata-rata (kg) = 1.982 kg Umur = 36 hari

FCR = 1.58

Nilai IP = ((95.2*1.982) / (36*1.58)) * 100% = (188.69 / 56.88) * 100%


(65)

= 332

Nilai Kriteria IP = Baik

Hasil perhitungan indeks produksi kandang dengan stock awal 5000 ekor selama masa produksi atau pemeliharaan 36 hari dengan berat rata-rata 1,982 kg, perbandingan konsumsi pakan sebesar 1.58 dan jumlah ayam hidup sebanyak 4760 ekor. Nilai akhir indeks produksi yang diperoleh kandang adalah 332. Nilai tersebut berada pada rentang kriteria nilai IP 326 – 350, sehingga kriteria nilai produksi produksi yang didapatkan adalah BAIK atau dapat dikatakan budidaya ayam broiler yang dilakukan oleh peternak telah berjalan dengan baik.


(66)

(67)

Pada bab empat ini akan dibahas mengenai hasil analisis dan perancangan sistem informasi manajemen peternakan ayam broiler pada PS. Bintang Unggas Lamongan berdasarkan tahap-tahap analisis dan perancangan yang dilakukan pada Bab tiga, maka didapatlah hasil analisis dan perancangan sistem berupa Blok Diagram, Sistem Flow, Data Flow Diagram (DFD), desain rancangan basis data (Entity Relationship Diagram), struktur tabel dan desain input output implementasi sistem.

4.1Hasil Analisis Sistem

Setelah melakukan tahapan penguaraian untuk megidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan, hambatan yang terjadi pada PS. Bintang Unggas Lamongan sesuai dengan tahapan analisis system pada bab tiga, maka didapatkan hasil yang dilakukan dengan beberapa langkah.

4.1.1 Hasil Analisis Permasalahan

Sesuai dengan tahap-tahap analisis permasalahan yang telah dilakukan didapatkan suatu hasil berikut :

a. Mengidentifikasi masalah

Setelah dilakukan wawancara dan observasi terhadap pihak pemilik maupun karyawan PS. Bintang Unggas Lamongan mengenai proses bisnis, didapatkan hasil berikut :

Selama ini di PS Bintang Unggas, belum ada suatu sistem manajemen yang mampu memfasilitasi peternak dalam mencatat data perkembangan ayam


(68)

dari mulai anak ayam sampai masa panen, tidak adanya standar dalam pemberian pakan sehingga sering terjadi kebocoran pakan yang mengakibatkan kerugian dialami oleh peternak.

1. Tidak adanya sistem recording dan monitoring untk perkembangan ayam

sehingga peternak tidak dapat melakukan perhitungan dengan cepat untuk mengetahui tingkat produktivitas ayam kapan harus memberi pakan tambahan.

2. Tidak adanya bagian gudang yang mengontrol pakan ternak sehinga sering

terjadi kebocoran pakan dan belum adanya standar pemberian pakan.

3. Belum adanya sistem pencatatan pemanenan yang efektif sehingga kesulitan

dalam pembuatan laporan pemanenan dan perhitungan pendapatan.

Gambar 4.1 merupakan gambaran aliran dokumen, proses-proses yang terjadi secara manual serta bagian-bagian yang terlibat pada peternakan.

Adapun proses yang dianalisis dimulai dari beberapa bagian yang berhubungan dengan proses yang ada pada peternakan. Dimulai dari pegawai kandang yang melakukan pencatatan anak ayam yang baru datang, yang nantinya ayam tersebut akan dimasukkan ke kandang untuk proses pemeliharaan sampai masa panen.


(69)

(70)

Untuk menggali informasi tentang permasalahan yang ada, maka dilakukan beberapa tahap berikut, yaitu : observasi terhadap sistem yang berjalan, dan wawancara terhadap operator kandang dan peternak.

Berdasarkan observasi, didapatkan hasil bahwa sistem yang ada memang belum dapat melakukan proses pencatatan dan monitoring terhadap seluruh kegiatan peternakan, tidak adanya bagian yang mengontrol masalah pakan ternak dan hasil produksi. Sering kali untuk mendapatkan informasi, peternak harus turun langsung ke kandang untuk melihat kondisi produksi ayam broiler dan untuk melakukan perhitungan tingkat keuntungan membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya bisa saja kurang tepat maka hal demikian dirasakan kurang efisien dan tidak efektif.

Tabel 4.1 List Antara Proses Bisnis Sekarang dengan Solusi yang Ditawarkan

Proses Bisnis yang sekarang Sistem Yang Ditawarkan

Tidak ada bagian gudang yang mengontrol pakan ternak, sehingga rawan terjadi kebocoran pakan

Terdapat bagian gudang yang mengontrol pakan ternak

Belum ada sistem pencatatan dan monitoring perkembangan ayam sehingga menyebabkan produktivitas ayam tidak maksimal

Dibuat sistem recording dan monitoring untuk memantau perkembangan ayam

Belum ada sistem pencatatan pemanenan yang efektif sehingga menyulitkan dalam perhitungan pendapatan

Dibuatkan sistem pencatatan pemanenan yang efektif sehingga memudahkan dalam pembuatan laporan


(1)

Dari evaluasi yang dilakukan pada DFD Level 0 tidak ada error ataupun warning.

c. Evaluasi DFD Level 1 Maintenance Master

Dari evaluasi yang dilakukan pada DFD Level 1 Maintenance Master tidak ada error ataupun warning.


(2)

122

Dari evaluasi yang dilakukan pada DFD Level 1 Transaaksi tidak ada error ataupun warning.

e. Evaluasi DFD Level 1 Laporan


(3)

g. Evaluasi DFD Level 2 Pemanenan


(4)

124


(5)

125 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan perancangan sistem informasi manajemen peternakan ayam pada PS. Bintang Unggas Lamongan diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Mampu menghasilkan database, dan desain input output informasi pencatatan dan monitoring perkembangan ayam yang siap diimplementasikan.

2. Mampu menghasilkan perhitungan untuk membantu dalam proses pengontrolan pakan ternak.

3. Mampu menghasilkan database, dan desain input output informasi pencatatan hasil pemanenan yang baik yang siap diimplementasikan.

5.2 Saran

Berdasarkan analisis dan perancangan sistem yang sudah dilakukan, saran yang dapat disampaikan oleh penulis untuk pengembangan desain sistem informasi manajemen peternakan ayam, yaitu:

1. Hasil analisis dan perancangan sistem informasi manajemen peternakan ayam ini dapat dikembangkan dengan membangun aplikasi sistem informasi manajemen peternakan ayam.

2. Sistem yang sekarang yang akan diimplementasikan nantinya dapat dikembangkan dengan penambahan sistem manajemen yang lain untuk melengkapi sistem manajemen yang sudah dibuat.


(6)

126

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2005. ”Standar Broiler Jumbo 747”, URL : http://www.cibadak.com

dikunjungi 23 April 2010.

Jogiyanto, 1991, Analisis dan Disain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur teori dan praktek, Andi Offset, Yogyakarta.

Kendall, Kenneth E. and Kendall, Julie E, 2003, Analisa dan Perancanganm Sistem jilid 1, Rutgers University School of Business, Camden, New Jersey.

Mulyantono, Bambang dan Isman, 2008, Bertahan di Tengah Krisis, PT AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Neuschel, Richard F. 1976. Management Systems for Profit and Growth. New York: McGraw-Hill.

Robert A. Leitch and K. Roscoe Davis. 1992. Accounting Information System (second edition ). Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice - Hall, Inc. Santoso, Hari dan Sudaryani, Titik, 2009, Pembesaran Ayam Pedaging Hari per

Hari di Kandang Panggung Terbuka, Penebar Swadaya, Jakarta. Rizky, Soetam, 2011, Konsep Dasar Rekayasa Perangkat Lunak (Software

Reengineering), Prestasi Pustaka, Jakarta.

Pressman, Roger S, 1997, Rekayasa Perangkat Lunak, And Yogyakarta, Yogyakarta.