PENGARUH EKSTRAK BIJI LABU KUNING (Cucurbita moschata) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI KELENJAR ENDOMETRIUM

(1)

ENDOMETRIUM

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

ABI NUBLI MUHAMMAD YUSUF 20110310134

HALAMAN J UDUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

ENDOMETRIUM

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

ABI NUBLI MUHAMMAD YUSUF 20110310134

HALAMAN J UDUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

ENDOMETRIUM

Disusun Oleh:

ABI NUBLI MUHAMMAD YUSUF 20110310134

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal: 21 April 2016

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

dr. Alfaina Wahyuni, Sp. OG., M.Kes. dr. Alfun Dhiya An, Sp.OG., M.Kes NIK: 1971028199709 173 027 NIK : 198402204201504 1730241

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dr. Alfaina Wahyuni, Sp. OG., M.Kes. NIK: 1971028199709 173 027


(4)

iii

Nama : Abi Nubli Muhammad Yusuf

NIM : 20110310134

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 21 April 2016 Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

SWT atas berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, dan Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan, karena telah menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Biji Labu Kuning (Cucurbita moschata) Terhadap Gambaran Histologi Kelenjar Endometrium” ini.

Selain untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Penulis berharap hasil dari KTI ini bermanfaat bagi masyarakat untuk kedepannya. Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes. selaku Dekan FKIK UMY.

2. dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG., M.Kes selaku dosen pembimbing, yang selalu dengan sabar memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

3. dr. Alfun Dhiya An, Sp.OG., M.Kes selaku dosen penguji yang selalu menyempatkan diri untuk membantu dan dengan sabar selalu memberikan arahan penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ayah dan ibu yang selalu memberikan dukungan penuh untuk keberhasilan penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Eyang Sumarti yang selalu memberi perhatian kepada penulis agar penulis tetap semangat dalam melakukan penelitian

6. Aqmarlia selaku adik penulis sebagai salah satu alasan penulis ingin segera menyelesaikan penelitian ini.

7. Nindhy Marchelia R. sebagai sahabat dekat penulis yang selalu memberi motivasi agar penulis tidak menyerah dalam usahanya dan penelitian ini danat selesai tepat waktu.

8. Teman teman 1 tempat tinggal seperti Bram,Aan,Bangga dan Adhitya yang selalu ada dan membantu penulis agar penelitian ini cepat terselesaikan


(6)

v

Ilmiah selesai dibuat. Seperti yang penulis katakana sebelumnya, semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi masyarakat serta bernilai dihadapan Allah SWT. Amin.

Yogyakarta, 21 April 2016


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

INTISARI ... x

ABSTRACT ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Labu Kuning (Cucurbita moschata) ... 7

2. Uterus ... 11

B. Kerangka Konsep ... 15

C. Kerangka Teori... 16

D. Hipotesis ... 16

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 17

B. Subyek Penelitian ... 17

C. Variabel Penelitian ... 18

D. Definisi Operasional... 18

E. Alat dan Bahan Penelitian ... 19

F. Alur Penelitian ... 21

G. Analisis Data ... 22

H. Kesamaan Sampel Hewan Coba ... 22

I. Etika Penelitian ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 24

B. Pembahasan. ... 30

C. Kelemahan Penelitian... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 32

B. Saran ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33 LAMPIRAN


(8)

vii

Tabel 3.2 Alur Penelitian ... 21

Tabel 3.3 Karakteristik Sampel ... 23

Tabel 4.1 Kelompok Perlakuan ... 24

Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Kelenjar ... 24

Tabel 4.3 Rata-rata Ketebalan Kelenjar ... 26


(9)

viii


(10)

(11)

(12)

Pemberian suplemen yang mengandung phytoestrogendapat mengurangi gejala tersebut, contohnya adalah kandungan ekstrak biji labu kuning yang bagi sebagian masyarakat adalah limbah yang tidak berguna.

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh estrogenik ekstrak biji labu kuning (Cucurbita moschata) terhadap gambaran histologi kelenjar endometrium. Dengan parameter jumlah kelenjar, diameter kelenjar dan ketebalan epitel

Metode: Desain true experimentalin vivodengan rancangan post-test only with control group design. Subyek penelitian adalah tikus betina Spraque-Dawley, umur 8 minggu, berat 148 -280 gram,30 ekor.Perlakuan meliputi kontrol normal, kontrol negatif, kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 (pemberian ekstrak 100, 200, dan 400 mg/kgBB)serta pemberian estradiol 2 µg/kgBB sebagai kontrol positif. Pengumpulan data menggunakan preparat histologi yang diamati dengan mikroskop dan mikrometer. Data diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Analisis statistik menggunakan uji One Way ANOVA.

Hasil:Rata-rata pada parameter jumlah kelenjar kelompok kontrol normal adalah 4,70± 2,2, kelompok kontrol negatif adalah 1,35± 1,36, kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 adalah 6,2± 1,20, 5,65± 1,73, 9,75± 2,28, kelompok kontrol positif adalah 13,04± 4,51. Hasil uji statistik One Way ANOVA, menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada jumlah kelenjar pada kelompok kontrol positif dengan prelakuan 3 dan ada nya perbedaan yang signifikan , p > 0,05 (p = 0,230) dan ekstrak biji labu kuning belum terbukti memiliki efek estrogenik dalam meningkatkan ketebalan endometrium tikus ovariektomi.

Kata kunci : menopause, cucurbita moschata, gambaran histologi endometrium, kelenjar uterina, epitel kelenjar uterina


(13)

phytoestrogens supplements giving can reduce this syndrome, for example isthe pumpkin seeds extract which for most people is unuseful thing.

Objective:To determine the estrogenic effects of pumpkin seeds extract (Cucurbita moschata) toward the endometrium thickness of ovariectomized rats.

Methods: This research used true eksperimental in vivo design with the post - test only with control group design. The subjects of the research were30 of 8 weeks old Spraque - Dawley female rats, which werebetween 148 -280 grams. The treatmentsthat given were the normal control, the negative control,the treatment groups 1, 2, and 3 (extract 100, 200, and 400 mg/kgBB) and also the giving of estradiol 2 µg/kgBB asthe positive control. Thedata collectionmethodwasthe histological smearsthat were observed with microscope and micrometer. The normality of the data was tested with with Shapiro - Wilk test. Additionally the statistical wasanalyzed usedOne Way ANOVA test.

Results:The average of the endometrium thickness of normal control group was 48.83±0,76 µm, negative control group was 56.70±11,96 µm, 1, 2, and 3treatment groups were 50.83±5,99 µm, 46.87±6,05µm, 51.12±8,14µm, positive control groupwas 43.65±10,51 µm. The result of the statistic test usingOne Way ANOVA, represented that there was no significant differencesof the endometrium thickness in every group, p> 0.05 (p = 0.230) and pumpkin seed extract evidently did not have any estrogenic effectin the endometrium thickness increasingof ovariectomized rats.


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak sekali wanita yang mengalami menopause. Gejala dari menopause ini membuat mereka merasa tidak nyaman, dan tentunya mengakibatkan penurunan kualitas hidup. Saat ini telah dikembangkan berbagai macam cara untuk mengurangi gejala tersebut, salah satunya adalah terapi sulih hormon.

Indonesia menjadi lima besar lanjut usia terbanyak di dunia dengan jumlah sesuai sensus penduduk 2010 berjumlah 18,1 juta jiwa, pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai 36 juta (Pratiwi & Raksanagara, 2014).

Di Amerika, 50 hingga 80 persen gejala menopause wanita meliputi hot flashes ("flushes"), night sweat (berkeringat malam hari), vagina kering, insomnia, mood swing, dan depresi. Ada bukti yang kuat, dari data

randomized clinical trials, terapi estrogen sangat efektif untuk mengontrol gejala vasomotor dan genitourinary tersebut (Manson & Martin, 2001).

Dari berbagai penelitian memperlihatkan bahwa saat terjadinya menopause umumnya pada usia sekitar 45 sampai 55 tahun pada 60–70% wanita. Usia rata-rata pada populasi barat adalah sekitar umur 50 tahun dan terjadi lebih awal pada wanita di negara-negara berkembang dibandingkan dengan populasi barat. Menopause terjadi oleh karena keadaan hipo-estrogenik akibat penurunan fungsi dari ovarium (Sawitri, Fauzi, & Widyani, 2009).


(15)

Gejala seperti hot flushes, kecemasan dan iritabel dilaporkan menghilang pada beberapa wanita dengan suplemen yang mengandung phytoestrogen.

Phytoestrogen diperkirakan bekerja sebagai agonis estrogen dengan cara mengisi tempat reseptor estrogen ketika tidak tersedia natural estrogen dalam tubuh (Sawitri, Fauzi, & Widyani, 2009).

Fitoestrogen merupakan bahan alami dari tumbuhan yang juga memiliki sifat mirip estrogen. Sumber fitoestrogen salah satunya adalah isoflavon pada susu kedelai (Cahyati, Santoso, & Juswono, 2013).

Isoflavonoid merupakan salah satu golongan dari fitoestrogen. Isoflavonoid dibagi menjadi tiga kelompok yaitu isoflavon, isoflavan, dan coumestan (Whitten & Pattisaul, 2001 cit. Sitasiwi, 2009). Beberapa bahan herbal dapat digunakan sebagai agen terapi sulih hormon karena kandungan estrogeniknya, salah satunya labu kuning.

Labu kuning (Cucurbita moschata), atau biasa disebut waluh (Jawa),

pumpkin (Inggris) merupakan buah yang kandungan gizinya cukup lengkap dan harganya relatif murah (Hendrasty, 2003). Jenis labu kuning yang mampu tumbuh bagus di Indonesia adalah varietas C. moschata dan jenis C. pepo, dan kandungan nutrisi buah labu kuning ini lebih bagus tumbuh di daratan tropis, termasuk Indonesia (Sushanty, 2013). Saat ini di Indonesia banyak sekali yang memproduksi tepung labu kuning akan tetapi bijinya belum dimanfaatkan, oleh karena itu, pada proposal penelitian ini akan meneliti apakah biji labu kuning tersebut bisa dimanfaatkan atau tidak, dan bagaimana efeknya terhadap ketebalan endometrium pada tikus ovariektomi. Menurut Li et al. (2009),


(16)

terdapat senyawa glikosida fenolik baru dari biji C. moschata. Dan diketahui bahwa senyawa glikosida termasuk dalam golongan isoflavon.

Penelitian ini mengujikan pada tikus yang diovariektomi untuk menyerupai tikus yang menopause. Tidak dilakukan terhadap manusia dengan alasan etika serta keterbatasan tempat dan waktu.

Tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar merupakan salah satu hewan percobaan yang biasa digunakan dalam berbagai penelitian. Hewan ini telah banyak diketahui baik sifat, karakteristik, serta struktur anatominya dan zat gizi yang diperlukannya hampir sama dengan manusia (Smith & Mangkoewidjojo, 1998 cit. Wiyatna, Warsono, & Parakkasi, 2009).

Kadar estrogen yang meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar-kelanjar menjadi hipertrofi dan berproliferasi, dan pembuluh darah menjadi banyak sekali (Bielak, 2008 cit. Laila, 2010).

Setelah ovulasi, dibawah pengaruh progesterone yang meningkat dan terus diproduksinya estrogen oleh korpus luteum, endometrium menebal dan menjadi seperti beludru (Hillegas, 2005 cit. Laila, 2010).

Wanita yang telah mengalami menopause harus memahami bahwa hal tersebut sudah menjadi ketentuan Allah SWT. Dalam Al-Qur’an, diejlaskan bahwa manusia akan mengalami tiga fase, yaitu masa bayi, masa muda, dan masa tua :


(17)

”… dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya…” (QS. AL-Hajj: 5).

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh estrogenik ekstrak biji labu kuning (Cucurbita moschata) terhadap gambaran histologi kelenjar endometrium

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh estrogenik ekstrak biji labu kuning (Cucurbita moschata) terhadap gambaran histologi kelenjar endometrium. 2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran histologi normal jumlah kelenjar, diameter kelenjar dan tebal epitel kelenjar pada endometrium.

b. Mengetahui pengaruh estrogenik ekstrak biji labu kuning (Cucurbita moschata) terhadap gambaran histologi jumlah kelenjar, diameter kelenjar dan tebal epitel kelenjar endometrium.


(18)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Menambah ilmu dan wawasan peneliti dan masyarakat akan pengaruh estrogenik ekstrak biji labu kuning terhadap gambaran histologi kelenjar nedometrium.

2. Manfaat Praktisi

Efek estrogenik ekstrak biji labu kuning bermanfaat terhadap gambaran histologi kelenjar endometrium.

E. Keaslian Penelitian

Sudah ada beberapa penelitian sebelumnya yang menyerupai penelitian ini. Persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini adalah :


(19)

6 Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Peneliti dan Tahun Penelitian

Judul Penelitian Metode Variabel Statistik Perbedaan dengan penelitian ini

Ardicho Irfantian (2015)

Uji Efek Estrogenik Ekstrak Biji Labu Kuning (Cucurbita moschata) terhadap Ketebalan Endometrium pada Tikus Ovariektomi

True

Experimental

Bebas : Ekstrak Labu Kuning

Terikat: Ketebalan Endometrium pada Tikus Ovariektomi

One Way

ANOVA

Pada penelitian ini variabel bebasnya ekstrak biji labu kuning, dan variabel terikatnya adalah gambaran histologi endometrium dengan parameter jumlah kelenjar, diameter kelenjar dan lebar epitel

Adnan (2004)

Pengaruh Ekstrak Heksan Tumbuhan Pacing (Costus

True

Experimental

Bebas : Ekstrak Heksan

One Way

ANOVA

Pada penelitian ini variabel bebasnya ekstrak biji labu kuning,


(20)

specious) terhadap Struktur Histologis Uterus Mencit (Mus munculus)

Terikat : Struktur Histologis Uterus Mencit

dan variabel terikatnya adalah gambaran histologi endometrium dengan parameter jumlah kelenjar, diameter kelenjar dan lebar epitel

Ainun Nisa Nur

Cahyatika (2015)

Pengaruh Ekstrak Umbi Uwi Ungu terhadap Gambaran

Histologis Ketebalan

Endometrium Tikus Ovariektomi

True

Experimental

Bebas : Umbi Uwi Ungu

Terikat: Gambaran Histologis Ketebalan Endometrium Tikus

One Way

ANOVA

Pada penelitian ini variabel bebasnya ekstrak biji labu kuning, dan variabel terikatnya adalah gambaran histologi endometrium dengan parameter jumlah kelenjar, diameter kelenjar dan lebar epitel


(21)

(22)

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Labu Kuning (Cucurbita moschata)

a. Asal dan Nama Tanaman

Tanaman labu kuning berasal dari Amerika Utara. Jenis-jenis tanaman yang serumpun dengan tanaman labu kuning adalah timun (Cucumis sativus L), semangka (Citrullu vulgaris), melon (Cucumis melo L), blewah (Cucumis melo L), labu siam (Sechium edule Sw), pare (Momordica charantia L), dan lain-lain. Tanaman labu kuning berasal dari Amerika Utara. Jenis-jenis tanaman yang serumpun dengan tanaman labu kuning adalah timun (Cucumis sativus L), semangka (Citrullu vulgaris), melon (Cucumis melo L), blewah (Cucumis melo L), labu siam (Sechium edule Sw), pare (Momordica charantia L), dan lain-lain. Labu kuning dikenal juga dengan nama waluh (Jawa), pumpkin (Inggris), labu parang (Jawa Barat), labu merah dan labu manis (Sudarto, 2000 : 11)

Cucurbita moschata Duch ex Poret, memiliki beberapa nama daerah yaitu labu parang (Melayu), Waluh (Sunda), Waluh (Jawa Tengah), Nama asing: butternut (Inggris). Terdapat lima spesies labu yang dikenal, yaitu Cucubita maxima Duchenes, Cucurbita ficifolia Bouche, Cucurbita mixta, Cucubita moschata Duchenes, dan

Cucurbita pipo L. Kelima spesies tersebut di Indonesia disebut labu


(24)

kuning (waluh) karena memiliki ciri-ciri yang hamper sama. Buah labu kuning ini berbentuk bulat pipih, lonjong, atau panjang dengan banyak alur (15-30 alur). Ukuran pertumbuhannya cepat sekali, mencapai 350 gram per hari (Sarmoko& Maryani, n.d.).

Gambar 2.1. Labu Kuning

Sumber :http://alamendah.org/2010/06/20/ labu-tumbuhan-kaya-manfaat

b. Klasifikasi Tanaman

Cucurbita moschata memiliki klasifikasi tanaman dari kingdom Plantae, subkingdom Viridaeplantae, infrakingdom Streptophyta, divisi Tracheophyta, subdivisi Spermatophytina, infradivisi

Angiospermae, kelasMagnoliopsida, superordo Rosanae, ordo

Cucurbitales, family Cucurbitaceae, genus Cucurbita, spesies

Cucurbita moschata Duchenes (Integrated Taxonomic Information System, 2014).

c. Kandungan Kimia dan Manfaat Tanaman

Labu kuning mengandung karotenoid (betakaroten), Vitamin A dan C, mineral, lemak, serta karbohidrat. Pada tahun 2005, ditemukan lima fenolik glikosida dari biji Cucurbita moschata yaitu :


(25)

2-(4-hydroxy)phenylethanol 4-O-(5-O-benzoyl)-beta-D-apiofuranosyl (1-->2)-beta-D-glucopyranoside (1), 2-(4-hydroxyphenyl)ethanol 4-O-[5-

O-(4-hydroxy)benzoyl]-beta-D-apiofuranosyl(1-->2)-beta-D-glucopyranoside (2), 4-hydroxybenzyl alcohol 4-O-(5-O-benzoyl)-beta-D-apiofuranosyl(1-->2)-beta-D-glucopyranoside (3), 4-hydroxybenzyl alcohol 4-O-[5-O-(4-hydroxy)benzoyl]-beta-D-apiofuranosyl(1-->2)-beta-D-glucopyranoside (4) and 4-hydroxyphenyl 5-O-benzoyl-beta-D-apiofuranosyl (1-->2)-beta-D-glucopyranoside (5) (Koike et al., 2005).

Pada tahun 2009, ditemukan senyawa glikosid fenolik baru pada biji Cucurbita moschata yaitu : phenylcarbinyl 5-O-(4-hydroxy) benzoyl-beta-D-apiofuranosyl (1-->2)-beta-D-glucopyranoside (Li et at., 2009).Senyawa glikosida fenolik dalam biji C. moschataini termasuk dalam golongan isoflavon.

d. Fitoestrogen

Phytoestrogen atau disebut dengan phytosterols / phytochemical

adalah bahan yang terkandung dalam tananaman atau makanan yang mempunyai kemiripan dengan estrogen dalam tubuh (Sawitri, Fauzi, & Widyani, 2009). Isoflavon atau fitoestrogendapat berikatan dengan reseptor estrogen sebagai bagian dari aktivitas hormonal. Pada saat kadar estrogen menurun, akan terdapat banyak kelebihan reseptor estrogen yang tidak terikat. Meskipun afinitasnya rendah, isoflavon masih dapat berikatan dengan reseptor tersebut. Jika tubuh


(26)

mendapatkan suplai isoflavon atau fitoestrogen yang cukup, maka akan terjadi pengaruh pengikatan isoflavon dengan reseptor estrogen shingga akan dapat meningkatkan kadar estrogen (Halliwell, 1991 cit. Cahyati, Santoso, & Juswono, 2013).

Gambar 2.2 Struktur kimia Flavonoid pada Isoflavon Sumber : (Astuti, 2009 cit. Cahyati, Santoso, & Juswono, 2013)

e. Estrogen

Estrogen yang terdapat secara alamiah adalah 17 β estradiol, estron dan estriol, dimana 17β estradiol adalah yang paling dominan. Zat-zat ini adalah steroid C18. Hormon-hormon ini disekresikan oleh teka interna dan sel granulosa folikel ovarium, korpus luteum dan plasenta. Estrogen juga dibentuk melalui aromatisasi androstenedion di dalam sirkulasi. Aromatase adalah enzim yang mengkatalisis perubahan androstenedion menjadi estron dan perubahan testosteron

menjadi 17 β estradiol. 17 β estradiol berada dalam keseimbangan

dengan estron dan estron mengalami metabolisme lebih lanjut pada hati menjadi estriol. Estradiol paling kuat sedang estriol paling lemah.


(27)

Estradiol yang berada bebas dalam darah hanya 2% sedang yang lain terikat yaitu : 6% ke albumin dan 38% ke gonadal steroid binding globulin (GBG) serupa dengan yang mengikat testosteron. Hampir semua estrogen berasal dari ovarium dan terdapat dua puncak sekresi yaitu : pada saat sebelum ovulasi dan selama fase midluteal (Ganong, 2003; Sherwood, 2004). Aksi biologi estrogen diketahui melalui reseptor estrogen. Reseptor estrogen (ERs) disintesis oleh beberapa

tipe sel dalam dua isoform yaitu ERα dan ERβ. Distribusi ERα dan

ERβ terdapat pada berbagai target organ antara lain: endometrium, (Matsuzaki et al,1999), uterus, oviduct, cervix/vagina (Wang et al,2000), tulang, otak, pembuluh darah dan jantung, sistem imun, kulit, ginjal dan paru (Wierman, 2007).

2. Uterus


(28)

Keterangan

1 : Kelenjar Uterina 2 : Epitel Kelenjar Uterina

Gambar 2.3 Gambaran Histologi Kelenjar Uterus

Uterus manusia merupakan organ berbentuk buah pir dengan dinding ototnya yang tebal dan kontinu, pada sisi lain bagian atas nya luas, dengan dinding dua tuba Fallopian. Uterus hampir lurus dan normalnya berujung di depan sehingga permukaan luasnyaa di sebelah dorsal dan ventra. Peritonium yang menutupi permukaan dorsal dan ventralnya dari sisi organ terhadap dinding pelvis membentuk dua ligamen besar yang mendukung organ. Bagian atas uterus yang berbentuk bundar di atas epitel yang menggabungkan oviduct yang terbuka sebagai fundus. Bagian dinding uterys yang tebal dyang lebih besar adalah otot polos miometrium dan ronggganya dilapisi oleh mukosa glandular disebut endometrium (Fawcett,2002).


(29)

b. Miometrium

Miometrium mempunyai tebal 1,25 cm dan tersusun atas berkas otot polos berbentuk rata atau silindris yang terjalin pada semua arah, tetapi empat lapisan berbeda dan dapat dilihat. Di bawah endometrium terdapat lapisan tipis disebut stratum submukosa dengan berkas utama yang longitudinal, tetapi dengan beberapa campuran berkas oblik. Di luar stratum submukosa adalah stratum vaskular, dinamakan demikian karena terdiri dari banyak pembuluh darah yang memberikan gambaran seperti spon pada potongan. Pada lapisan perifer berikutnya, stratum supravaskular, berkas yang terutama berbentuk sirkular tetapi beberapa berkas longitudinal ditemukan di antaranya. Lapisan paling luar, stratum subserosum adalah lapisan yang relatif tipis yang terletak longitudinal terhadap berkas serat (Fawcett,2002).

c. Endometrium

Endometrium adalah istilah diskriptif untuk mukosa yang melapisi rongga uterus. Tebal nya 4-5 mm pada puncak perkembangannya, dan terdiri dari epitel kolumnar selapis dan kelenjar tubular yang mengarah ke bawah lamia propia tebal yang biasa disebut stroma endometrial. Terdapat dua zona dalam endometrium yaitu Fungsionalis adalah setangah sampai dua pertiga atas yang akan terkelupas pada menstruasi berikutnya dan Basalis adalah bagian yang lebih dalam yang tetap dan melakukan regenerasi fungsional selama separuh siklus pertama berikutnya (Fawcett,2002).


(30)

d. Epitel Endometrium

Berbagai kategori epitel diberi ama berbeda sesuai jaringan dan organnya oleh para ahli histologi dan patologi. Epitel epitel ini di golong kan berdasarkan jumlah lapis sel, bentuk sel dan kekhusus an permukaan bebasnya. Pada endometrium epitelnya berbentuk selapis kolumnar. Pada epitel selapis kolumnar. Sel-sel mempunyai garis bentuk empat persegi panjang dengan sumbu panjangnya tegak lurus terhadap lamina basal. Tinggi selnya mungkin hanya sedikit melebihi yang di epitel kuboid. Tetapi sering sel ini tinggi dan langsung dan karenanya berbentuk kolumnar, dan nukleusnya cenderung tersebar pada tingkat yang sama. Jenis epitel ini melapisi saluran cerna dari kardia lambung sampai anus,dan ditemukan pada saluran kelenjar tertentu yang lebih besar. Epitel selapis kolumnar bersilia ditemukan melapisi uterus dan tuba falopii (Fawcett,2002).

e. Kelenjar Endometrium

Kelenjar eksokrin dapat berbentuk unisel atau multisel. Kelenjar multisel digolongkan lagi sebagai tubular, alveolar, tubulo-alveolar atau sakular, tergantung bentuk dan susunan epitelnya. Pada kelenjar multisel bentuk paling sederhana kelenjar multi sel adalah epitel yang semua, atau hampir semua selnya bersekresi. Contohnya ialah epitel permukaan mukosa lambung dan epitel pelapis rongga rahim (Fawcett,2002).


(31)

Pada organ lain, pensekresi lendir berkelompok membentuk kelenjar intra-epitel yang seluruhnya terletak dalam epitel, tetapi tersusun di sekitar lumen kecil yang bergfungsi sebagai salurannya. Kelenjar multi sel lain berkembang sebagai invaginasi tubular dari epitel dan bertumbuh ke bawah ke dalam jaringan ikat dari lamina propia. Produk sekresinnya mencapai permukaan epitel melalui saluran pendek yang terdiri atas sel sel non-sekresi (Fawcett,2002).

B. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Fisiologi normal : Meningkatkan

Bagan 2.1. Kerangka Konsep FSH/L

GnRH

Estrogen Hipothalamus Hipofisis

Anterior

Growth Hormone

Ekstrak biji labu kuning : Isoflavon

Diameter Kelenjar Endometrium

Jumlah Kelenjar Endometrium

Tebal Epitel Endometrium


(32)

C. Kerangka Teori

Bagan 2.2. Kerangka Teori

D. Hipotesis

Ekstrak biji labu kuning dapat menyebabkan peningkatan jumlah dan diameter kelenjar uterina serta lebar epithel kelenjar endometrium.

Model Menopause dengan tikus ovariektomi

FSH Naik Estrogen Turun

Atrofi Uterus dan

Endometrium

Peningkatan Diameter Kelenjar Endometrium,Jumlah Kelanjar Endometrium dan

Tebal Epitel Endometrium

Pemberian Ekstrak Bijih Labu Kuning

sebagai Hormon Estradiol


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental pada hewan uji dengan desain posttest only control group design.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah tikus betina Spraque-Dawley, umur 8 minggu, berat badan 230-280 gram, diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pakan tikus berupa pakan standar BR I.

Jumlah kelompok subyek pada penelitian ini disesuaikan dengan perlakuan yang akan diberikan, yaitu 6 kelompok.

Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu 4 bulan.


(34)

Tabel 3.1. Waktu Penelitian

No. Jenis Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan alat

dan bahan

2

Pembuatan & standarisasi ekstrak biji C. moschata

3 Aklimatisasi

tikus

4

Pemeliharaan tikus sampai timbul efek ovariektomi

Pemberian perlakuan penelitian

6

Pembuatan preparat dan pengukuran ketebalan endometrium 7 Analisis data

8 Pembuatan

laporan

Tempat penelitian adalah di Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan LPPT Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Ekstrak biji labu kuning (Cucurbita moschata) 2. Variabel tergantung : Gambaran histologi kelenjar endometrium

Dengan parameter : Jumlah Kelenjar, Diameter Kelenjar dan Lebar Epitel Kelenjar


(35)

3. Variabel terkendali : Tikus putih galur Spraque-Dawley, umur 8 minggu, berat badan 230 – 280 gram..

D. Definisi Operasional

1. Ekstrak etanol biji C. moschata diperoleh dengan cara dikeringkan dan diekstraksi dengan teknik maserasi, penyari etanol 70% sehingga terbentuk ekstrak etanol biji C. moschata.

2. Efek estrogenik adalah perubahan fisiologis dan struktur yang terjadi karena terpapar bahan yang bersifat estrogenik. Efek ini bisa dilihat pada organ-organ yang menjadi organ target estrogen, salah satunya kelenjar endometrium. Parameter yang akan dilihat pada penelitian ini adalah jumlah kelenjar endometrium, diameter kelenjar endometrium dan tebal epitel kelenjar endometrium.

3. Gambaran histologi dinilai dengan mengamati jumlah kelenjar, diameter kelenjar dan tebal epitel kelenjar endometrium.

E. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat pembuat ekstrak uji: timbangan, blender kering, alat-alat gelas (erlenmeyer, gelas ukur, gelas beker, corong), homogenizer Heidolph®,

rotary evaporator Heidolph®.

2. Alat perlakuan hewan uji: kandang hewan uji, timbangan hewan, timbangan analitik sonde lambung, alat gelas, peralatan bedah. Mikroskop dilengkapi kamera Olympus®.


(36)

4. Alat pembuatan preparat histologi: oven, mikrotom, stainingjar/benjana pereaksi warna, hot plate, lampu spiritus, spatula, kuas, pipet tetes.

5. Tikus putih galur Spraque Dawley, umur 8 minggu, berat badan 230-280 gram diperoleh dari UPHP (Unit Pengelolaan Hewan Percobaan) UGM, pakan dan minum standar.

6. Biji labu kuning (Cucurbita moschata) yang diperoleh dari produsen tepung labu kuning di Yogyakarta

7. Ekstrak etanol biji Cucurbita moschata diperoleh dari biji labu kuning yang dikeringkan, dihaluskan, kemudian diekstrasi dengan cairan penyari etanol 70%. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi, ekstrak dibuat di Laboratorium Biomedik FKIK UMY.


(37)

F. Alur Penelitian

Tabel 3.2 Alur Penelitian

G. Analisis Data

Oleh karena data berupa data numeric, maka sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Uji ini bertujuan untuk Tikus betina Spraque-Dawley, 8 minggu, 148 -280 gram, dibagi 6 kelompok (5

ekor/kelompok) Kontrol Normal tanpa perlakuan Kontrol Negatif Tikus ovariekto mi Perlakuan I Tikus ovariektomi + ekstrak biji C. moschata dosis

100mg/kgBB peroral

selama 30

hari.

Perlakuan II Tikus

ovariektomi + ekstrak biji C. moschata dosis

200mg/kgBB peroral

selama 30

hari.

Perlakuan III Tikus

ovariektomi + ekstrak biji C. moschata dosis

400mg/kgBB peroral

selama 30

hari.

Kontrol Positif Tikus ovariektomi + estradiol 2 µg/kgBB peroral

selama 30

hari.

Tikus dikorbankan dengan anestesi Endometrium di ambil

Analisis data

Penyusunan laporan dan naskah publikasi Pembuatan kultur jaringan

Penilaian gambaran histologi kelenjar endometrium Aklimatisasi tikus 30 ekor


(38)

menentukan jenis analisis yang akan digunakan. Bila data terdistribusi normal, maka analisis menggunakan Uji Anova. Sebaliknya, bila data tidak terdistribusi normal analisis akan menggunakan Uji Kruskal Wallis.

Uji normalitas dilakukan dengan Shapiro Wilks, karena data kurang dari 50. Apabila nilai P (signifikansi) pada uji ini lebih besar dari 0,05 maka data terdistribusi normal.

Variabel P value Keterangan

Jumlah kelenjar 0,071 Terdistribusi normal

Diameter kelenjar 0.498 Terdistribusi normal

Lebar epitel kelenjar 0,814 Terdistribusi normal

H. Kesamaan Sampel Hewan Coba

Penelitian menggunakan subyek tikus betina sejumlah 30 ekor dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan. Tikus yang digunakan harus homogen, yaitu strain Spraque-Dawley, umur 8 minggu,berat badan 148 -280 gram dengan uji homogenitas berat badan tikus menunjukkan hasil yang homogen, yaitu p > 0,05 (p = 0,612), diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pakan tikus berupa pakan standar BR I. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya bias pada hasil penelitian

Tabel 3.3 Karakteristik Sampel

Variabel Karakteristik

Jenis tikus Spraque-Dawley

Usia 8 minggu

Jenis Kelamin Betina


(39)

I. Etika Penelitian

Proposal penelitian ini akan diajukan untuk mendapatkan persetujuan


(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HA SIL PENELITIAN DAN PEMBAHA SAN

A. Hasil Penelitian 1. Perlakuan

Subjek penelitian sebanyak 30 ekor tikus dengan perlakuan sebagai berikut :

Tabel 4.1 Kelompok Perlakuan

No Kode Kelompok Jumlah

1 K Kontrol Normal 5

2 K- Kontrol Negatif Ovariektomi 5

3 P1 Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB

5

4 P2 Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB

5

5 P3 Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB

5

6 K+ Kontrol Positif = Ovariektomi + Estradiol 2 µg/kgBB

5

Total 30


(41)

2. Rata-rata Jumlah Kelenjar

Setelah seluruh kelompok diberi perlakuan, berikut data rata – rata hasil penghitungan jumlah kelenjar :

Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Kelenjar Kelompok

perlakuan

Rata-rata Jumlah Kelenjar (mean ± SD) P Value = 0,000

K 4,70± 2,21 *

K- 1,35± 1,36 **

P1 6,2± 1,20 *

P2 5,65± 1,73 *

P3 9,75± 2,28 ***

K+ 13,04± 4,51 ***

Keterangan: K : Kontrol Normal

4.7 1.35 6.2 5.65 9.75 13.04

2.21

1.36

1.2 1.73

2.28 4.51

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

K K- P1 P2 P3 K+

SD (µm)

Rata-rata Jumlah Kelenjar (µm) (Mean)


(42)

K- :Kontrol Negatif Ovariektomi

P1 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB P2 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB P3 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB K+ :Kontrol Positif = Ovariektomi + Estradiol 2 µg/kgBB

Dari tabel di atas, Nilai terendah sebesar 1,35 pada kelompok kontrol negatif / tikus dengan ovariektomi saja (K-). Sedangkan nilai tertinggi sebesar 13,04 pada kelompok kontrol positif / pemberian estradiol (K+). Kelompok pemberian ekstrak biji labu kuning dengan dosis sedang 200mg/kgBB (P2) memberikan hasil jumlah kelenjar yang lebih rendah sebesar 5,65 dibandingkan dosis 100mg/kgBB (P1) sebesar 6,2 dan dosis 400mg/kgBB (P3) sebesar 9,75. Kelompok kontrol normal (K) sebesar 4,70.

3. Rata-rata Ketebalan Kelenjar

Setelah seluruh kelompok diberi perlakuan, berikut data rata – rata hasil penghitungan ketebalan kelenjar :


(43)

Tabel 4.3 Rata-rata Ketebalan Kelenjar

Kelompok perlakuan Rata-rataKetebalan Kelenjar (µm) (mean ± SD) P value = 0,023

K 43,27± 7,40 *

K- 28,82± 8,05 **

P1 41,66± 5,85 *

P2 43,00± 5,09 *

P3 46,06± 1,84 *

K+ 46,27± 11,98 *

Keterangan: K : Kontrol Normal

K- :Kontrol Negatif Ovariektomi

P1 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB P2 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB P3 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB K+ :Kontrol Positif = Ovariektomi + Estradiol 2 µg/kgBB

13.9 11.45 14.42 14.85 14.77 14.03 1.58

3.36

1.91 1.49 1.71 0.67

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

K K- P1 P2 P3 K+

SD (µm)

Rata-rataKetebalan Epitel (µm) (mean)


(44)

Dari tabel di atas, Nilai terendah pada kelompok kontrol negatif / tikus dengan ovariektomi saja (K-) sebesar 28,82 µm. Sedangkan nilai tertinggi sebesar 46,27 µm pada kelompok kontrol positif / pemberian estradiol (K+). Kelompok pemberian ekstrak biji labu kuning dengan dosis sedang 100mg/kgBB (P1) memberikan hasil ketebalan endometrium yang lebih rendah sebesar 41,66 µm dibandingkan dosis 200mg/kgBB (P2) sebesar 43,00 µm dan dosis 400mg/kgBB (P3) sebesar 46,06 µm. Kelompok kontrol normal (K) sebesar 43,27 µm.

4. Rata-rata Ketebalan Epitel

Setelah seluruh kelompok diberi perlakuan, berikut data rata – rata hasil penghitungan ketebalan epitel :

Tabel 4.4 Rata - Rata Ketebalan Epitel Kelompok

perlakuan

Rata-rataKetebalan Epitel (µm) (mean ± SD) P Value = 0,202

K 13,90± 1,58

K- 11,45± 3,36

P1 14,42± 1,91

P2 14,85± 1,49

P3 14,77± 1,71


(45)

13.9 11.45 14.42 14.85 14.77 14.03 1.58

3.36

1.91 1.49 1.71 0.67

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

K K- P1 P2 P3 K+

SD (µm)

Rata-rataKetebalan Epitel (µm) (mean)

Keterangan: K : Kontrol Normal

K- :Kontrol Negatif Ovariektomi

P1 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB P2 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB P3 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB K+ :Kontrol Positif = Ovariektomi + Estradiol 2 µg/kgBB

Dari tabel di atas, Nilai terendah pada kelompok kontrol negatif / tikus dengan ovariektomi saja (K-) sebesar 11,45 µm. Sedangkan nilai tertinggi sebesar 14,03 µm pada kelompok kontrol positif / pemberian estradiol (K+). Kelompok pemberian ekstrak biji labu kuning dengan dosis sedang 100mg/kgBB (P1) memberikan hasil ketebalan endometrium yang lebih rendah sebesar 14,42 µm dibandingkan dosis 200mg/kgBB (P2) sebesar 14,85 µm dan dosis 400mg/kgBB (P3) sebesar 14,77 µm. Kelompok kontrol normal (K) sebesar 13,90 µm.


(46)

5. Perbedaan Gambaran Histologi pada Tiap Kelompok


(47)

B. Pembahasan.

1. Pengaruh Ekstrak Biji Labu Kuning terhadap Ketebalan Endometrium Pada penelitian ini diharapkan ekstrak biji labu kuning memberikan perubahan gambaran histologi endometrium terhadap tikus yang telah dilakukan ovariektomi mengingat bahwa terdapat kandungan isoflavon dalam ekstrak biji labu kuning yang merupakan fitoestrogen yang menyerupai hormon estrogen dalam tubuh dan dapat berikatan dengan reseptor estrogen dalam tubuh, sehingga dapat meningkatkan ketebalan endometrium. Penelitian ini juga membandingkan pemberian estradiol sebagai kontrol positif, karena estradiol telah terbukti berikatan dengan reseptor estrogen dan dapat meningkatkan ketebalan endometrium.

Dari hasil penelitian pada ketiga parameter jumlah kelenjar, lebar kelenjar dan tebal epitel kelompok kontrol positif (K+) menunjukkan hasil paling tinggi secara teori, kelompok kontrol positif menunjukkan hasil yang lebih tinggi. Tetapi pada ketebalan epitel menunjukkan nilai P value yang tidak signifikan hal ini mungkin disebabkan karena efek dari hormon estrogenik mempunyai target organ yang spesifik.

Keadaan kekurangan estrogen dapat diperbaiki dengan pemberian senyawa fitoestrogen. Kandungan isoflavon sebagaimana hasil penelitian oleh Wijono (2003) diketahui dapat memberikan efek estrogenik dan mampu memperbaiki tebal endometrium. Proses ini melalui mekanisme seperti yang dijelaskan oleh Cooke, et al (1998) yakni dengan cara fitoestrogen akan berikatan dengan reseptor hormon pada sel target


(48)

sehingga mampu mengubah konformasi reseptor hormon. Perubahan konfirmasi ini menyebabkan komplek fitoestrogen-reseptor menjadi aktif sehingga mampu berikatan dengan tempat pengikatan (site binding) pada rantai DNA, khususnya pada sisi akseptor. Interaksi antara komplek fitoestrogen-reseptor dengan sisi akseptor DNA menyebabkan ekspresi gen menjadi meningkat. Ekspresi gen ini dikatalisis oleh enzim RNA polymerase yang menyebabkan peningkatan mRNA. Pada sisi lain sintesis tRNA juga akan meningkat sehingga pada akhirnya sintesis materi sel menjadi meningkat yang mendukung aktivitas proliferasi sel.

Sehingga dapat diartikan bahwa pemberian - pemberian ekstrak biji labu kuning (P1, P2, P3) menunjukkan efek yang hampir sama dengan kelompok kontrol positif (K+) pada parameter jumlah kelenjar dan diameter kelenjar hal ini menunjukkan bahwa efek dari estrogen mempunyai target yang spesifik.

C. Kelemahan Penelitian

Peneliti menggunakan biji labu kuning dan fitoestrogen sebagai paparan. Namun kemungkinan efek estrogen memiliki target organ spesifik sehingga hasil menunjukkan efek estrogen tidak berpengaruh ke semua organ yang ada pada endometrium.


(49)

32 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUPAN

A. Kesimpulan

1. Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning (Cucurbita moschata) terhadap peningkatan jumlah kelenjar (uji One Way ANOVA p < 0,05).

2. Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning (Cucurbita moschata) terhadap peningkatan diameter kelenjar (uji One Way ANOVA p < 0,05).

3. Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak etanol terhadap ketebalan epitel (uji One Way ANOVA p > 0,05).

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis efektif yang mampu meningkatkan jumlah kelenjar, diameter kelenjar dan lebar epitel tikus secara signifikan.

2. Perlu dilakukan pembuktian keberhasilan ovariektomi pada prosedur yang dilakukan.


(50)

musculus ICR)Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar. Bloom, & Fawcett. (2012). Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC.

Cahyati, Y., Santoso, D. R., & Juswono, U. P. (2013). Efek Radiasi pada Penurunan Estrogen yang Disertai Konsumsi Isoflavon untuk Mencegah Menopause Dini pada Terapi Radiasi. NATURAL B , 114.

P.S. Cooke, D.L. Buchanan, D.B. Lubahn, G.R. Cunha, Biology of Reproduction 59(1) (1998) 470-475.

Despopoulos, A., & Silbernagl, S. (2003). Color Atlas and Physiology (5th ed.).

New York: Thieme.

Ganong WF, 2003. Review of Medical Physiology. Apleton dan Lange inc : pp 376- 398.

Guyton, A. C. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

ITIS. (2014, April 19). Retrieved from ITIS:

http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&searc h_value=22370

Junqueira, L. C., & Carneiro, J. (2003). Basic Histology : Text & Atlas, 10 Ed.

New York: McGraw-Hill.

Koike, K., Li, W., Liu, L., Hata, E., & Nikaido, T. (2005). New phenolic glucosides from the seeds of Cucurbita moschata. PubMed .

Laila, S. N. (2010). Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Depot Medroxyprogesterone Acetate Dengan Kejadian Amenorea Sekunder di Puskesmas Kratonan Surakarta.

Li, F., Xu, J., Dou, D., Chi, X., Kang, T., & Kuang, H. (2009). Structure of new phenolic glycoside from the seeds of Cucurbita moschata. PubMed . Manson, J. E., & Martin, K. (2001). Postmenopausal Hormone-Replacement


(51)

Monteiro, M. (2013). Pengaruh Pemberian Ekstrak Labu Kuning Per Oral (Cucurbita Moschata Duchenes) Terhadap Kadar Trigliserid Tikus Jantan (Rattus novergicus Strain Wistar) Model Diabetes Melitus Tipe 2. 2-3. Murray, R. K., Granner, D. K., Mayes, P. A., & Rodwell, V. W. (2003). Harper's

Illustrated Biochemistry (26th ed.). New York: McGraw-Hill.

Pernoll, M. L. (2001). Benson & Pernoll's handbook of Obstertics and Gynecology. New York: McGraw-Hill.

Pratiwi, L., & Raksanagara, A. (2014). Pengaruh Gejala Menopause terhadap Kualitas Hidup Wanita Menopause. 1.

REMSEN, David. The use and limits of scientific names in biological informatics. ZooKeys, 2016, 550: 207.

Sarmoko, & Maryani, R. (n.d.). Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch). Retrieved from http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=131

Sawitri, E. I., Fauzi, N., & Widyani, R. (2009). Kulit dan Mneopause dan Penatalaksanaan. 55.

Sitasiwi, A. J. (2009). Efek Paparan Tepung Kedelai dan Tepung Tempe sebagai Sumber Fitoestrogen terhadap Jumlah Kelenjar Endometrium Uterus Mencit (Mus musculus L.).

Sherwood L, 2004. Human Physiology From Cellls to Systems. Australia: Thomson pp:769

Sushanty, D. (2013, November 15). Retrieved from http://shanty.staff.ub.ac.id/2013/11/15/sekilas-si-labu-kuning/comment-page-1/

Sudarto, Y. 2000. Budidaya Waluh. Yogyakarta: Kanisius.

Wang C Y, Zhang ZT, Shen P, Loggie BWChang YCDeuel TF, 2006. a Varian of Estrogen Receptor hER36; Tranduction of Estrogen and Antiestrogen-Dependent Membran Initiated Mitogenic Signaling. PNAS 103(24): 9063-9068.

Weirman ME, 2007. Sex Steroid Effects at Target Tissue: Mechanism of Action.


(52)

terhadap Kandungan Lemak Feses dan Efisiensi Pakan Tikus Putih (Rattus norvegiccus) Strain Wistar. 3.


(53)

(54)

Explore

Oneway

Tests of Normal ity

.143 30 .122 .936 30 .071

Jumlah Kelenjar

Stat istic df Sig. Stat istic df Sig.

Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk

Lillief ors Signif icance Correction a.

Descriptives

Jumlah Kelenjar

5 1.3500 1.95736 .87536 -1.0804 3.7804 .00 4.75 5 13.0500 4.58053 2.04848 7.3625 18.7375 8.75 18.50 5 4.7000 2.21077 .98869 1.9550 7.4450 1.25 6.50 5 6.2000 1.20416 .53852 4.7048 7.6952 4.75 7.75 5 5.6500 1.72844 .77298 3.5039 7.7961 3.50 8.00 5 9.7500 2.27761 1.01858 6.9220 12.5780 6.75 12.50 30 6.7833 4.45317 .81303 5.1205 8.4462 .00 18.50 Kontrol Negatif

Kontrol Posit if Kontrol Normal 100 mg 200 mg 400 mg Total

N Mean St d. Dev iation St d. Error Lower Bound Upper Bound 95% Conf idence Interv al f or

Mean

Minimum Maximum

ANOVA Jumlah Kelenjar

417.792 5 83.558 12.749 .000

157.300 24 6.554

575.092 29

Between Groups Within Groups Total

Sum of


(55)

Post Hoc Tests

Multi ple Comparisons

Dependent Variable: Jumlah Kelenjar LSD

-11.70000* 1.61916 .000 -15.0418 -8.3582

-3.35000* 1.61916 .049 -6.6918 -.0082

-4.85000* 1.61916 .006 -8.1918 -1.5082

-4.30000* 1.61916 .014 -7.6418 -.9582

-8.40000* 1.61916 .000 -11.7418 -5.0582

11.70000* 1.61916 .000 8.3582 15.0418

8.35000* 1.61916 .000 5.0082 11.6918

6.85000* 1.61916 .000 3.5082 10.1918

7.40000* 1.61916 .000 4.0582 10.7418

3.30000 1.61916 .053 -.0418 6.6418

3.35000* 1.61916 .049 .0082 6.6918

-8.35000* 1.61916 .000 -11.6918 -5.0082

-1.50000 1.61916 .363 -4.8418 1.8418

-.95000 1.61916 .563 -4.2918 2.3918

-5.05000* 1.61916 .005 -8.3918 -1.7082

4.85000* 1.61916 .006 1.5082 8.1918

-6.85000* 1.61916 .000 -10.1918 -3.5082

1.50000 1.61916 .363 -1.8418 4.8418

.55000 1.61916 .737 -2.7918 3.8918

-3.55000* 1.61916 .038 -6.8918 -.2082

4.30000* 1.61916 .014 .9582 7.6418

-7.40000* 1.61916 .000 -10.7418 -4.0582

.95000 1.61916 .563 -2.3918 4.2918

-.55000 1.61916 .737 -3.8918 2.7918

-4.10000* 1.61916 .018 -7.4418 -.7582

8.40000* 1.61916 .000 5.0582 11.7418

-3.30000 1.61916 .053 -6.6418 .0418

5.05000* 1.61916 .005 1.7082 8.3918

3.55000* 1.61916 .038 .2082 6.8918

4.10000* 1.61916 .018 .7582 7.4418

(J) Kelompok Kontrol Posit if Kontrol Normal 100 mg 200 mg 400 mg Kontrol Negatif Kontrol Normal 100 mg 200 mg 400 mg Kontrol Negatif Kontrol Posit if 100 mg 200 mg 400 mg Kontrol Negatif Kontrol Posit if Kontrol Normal 200 mg 400 mg Kontrol Negatif Kontrol Posit if Kontrol Normal 100 mg 400 mg Kontrol Negatif Kontrol Posit if Kontrol Normal 100 mg 200 mg (I) Kelompok

Kontrol Negatif

Kontrol Posit if

Kontrol Normal

100 mg

200 mg

400 mg

Mean Dif f erence

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Conf idence Interv al

The mean dif f erence is signif icant at the .05 lev el. *.


(56)

Explore

Oneway

Tests of Normal ity

.135 29 .188 .968 29 .498

Diamet er Kelenjar

Stat istic df Sig. Stat istic df Sig.

Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk

Lillief ors Signif icance Correction a.

Descriptives

Diameter Kelenjar

4 28.8188 8.05039 4.02519 16.0088 41.6287 20.52 39.68 5 46.2745 11.98346 5.35917 31.3951 61.1540 30.72 61.21 5 43.2681 7.40930 3.31354 34.0682 52.4680 31.70 51.33 5 41.6614 5.85037 2.61636 34.3972 48.9256 33.82 47.00 5 43.0084 5.09748 2.27966 36.6791 49.3378 37.32 50.75 5 46.0615 1.84367 .82451 43.7723 48.3507 44.02 48.55 29 41.9533 8.71232 1.61784 38.6393 45.2673 20.52 61.21 Kontrol Negatif

Kontrol Posit if Kontrol Normal 100 mg 200 mg 400 mg Total

N Mean St d. Dev iation St d. Error Lower Bound Upper Bound 95% Conf idence Interv al f or

Mean

Minimum Maximum

ANOVA Diameter Kelenjar

882.453 5 176.491 3.266 .023

1242.871 23 54.038

2125.324 28

Between Groups Within Groups Total

Sum of


(57)

Post Hoc Tests

Multi ple Comparisons

Dependent Variable: Diameter Kelenjar LSD

-17.45578* 4.93123 .002 -27.6568 -7.2548

-14.44936* 4.93123 .008 -24.6504 -4.2483

-12.84264* 4.93123 .016 -23.0437 -2.6416

-14.18969* 4.93123 .009 -24.3907 -3.9887

-17.24272* 4.93123 .002 -27.4438 -7.0417

17.45578* 4.93123 .002 7.2548 27.6568

3.00642 4.64921 .524 -6.6112 12.6240

4.61315 4.64921 .331 -5.0045 14.2308

3.26609 4.64921 .489 -6.3515 12.8837

.21306 4.64921 .964 -9.4046 9.8307

14.44936* 4.93123 .008 4.2483 24.6504

-3.00642 4.64921 .524 -12.6240 6.6112

1.60672 4.64921 .733 -8.0109 11.2243

.25967 4.64921 .956 -9.3580 9.8773

-2.79336 4.64921 .554 -12.4110 6.8243

12.84264* 4.93123 .016 2.6416 23.0437

-4.61315 4.64921 .331 -14.2308 5.0045

-1.60672 4.64921 .733 -11.2243 8.0109

-1.34706 4.64921 .775 -10.9647 8.2706

-4.40009 4.64921 .354 -14.0177 5.2175

14.18969* 4.93123 .009 3.9887 24.3907

-3.26609 4.64921 .489 -12.8837 6.3515

-.25967 4.64921 .956 -9.8773 9.3580

1.34706 4.64921 .775 -8.2706 10.9647

-3.05303 4.64921 .518 -12.6707 6.5646

17.24272* 4.93123 .002 7.0417 27.4438

-.21306 4.64921 .964 -9.8307 9.4046

2.79336 4.64921 .554 -6.8243 12.4110

4.40009 4.64921 .354 -5.2175 14.0177

3.05303 4.64921 .518 -6.5646 12.6707

(J) Kelompok Kontrol Posit if Kontrol Normal 100 mg 200 mg 400 mg Kontrol Negatif Kontrol Normal 100 mg 200 mg 400 mg Kontrol Negatif Kontrol Posit if 100 mg 200 mg 400 mg Kontrol Negatif Kontrol Posit if Kontrol Normal 200 mg 400 mg Kontrol Negatif Kontrol Posit if Kontrol Normal 100 mg 400 mg Kontrol Negatif Kontrol Posit if Kontrol Normal 100 mg 200 mg (I) Kelompok

Kontrol Negatif

Kontrol Posit if

Kontrol Normal

100 mg

200 mg

400 mg

Mean Dif f erence

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Conf idence Interv al

The mean dif f erence is signif icant at the .05 lev el. *.


(58)

Explore

Oneway

Tests of Normali ty

.105 29 .200* .979 29 .814

Lebar Epitel Kelenjar

Stat istic df Sig. Stat istic df Sig.

Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk

This is a lower bound of t he true signif icance. *.

Lillief ors Signif icance Correct ion a.

Descriptives

Lebar Epitel Kelenjar

4 11.4544 3.35846 1.67923 6.1103 16.7984 9.11 16.40 5 14.0339 .67204 .30054 13.1995 14.8683 13.36 14.79 5 13.9003 1.57858 .70596 11.9402 15.8604 11.68 15.62 5 14.4236 1.90985 .85411 12.0523 16.7950 12.90 17.72 5 14.8520 2.49000 1.11356 11.7603 17.9438 12.43 18.60 5 14.7754 1.71161 .76545 12.6502 16.9007 12.72 16.94 29 13.9912 2.15662 .40047 13.1708 14.8115 9.11 18.60 Kontrol Negatif

Kontrol Posit if Kontrol Normal 100 mg 200 mg 400 mg Total

N Mean St d. Dev iation St d. Error Lower Bound Upper Bound 95% Conf idence Interv al f or

Mean

Minimum Maximum

ANOVA Lebar Epitel Kelenjar

33.508 5 6.702 1.594 .202

96.721 23 4.205

130.229 28

Between Groups Within Groups Total

Sum of


(59)

Post Hoc Tests

Multi ple Comparisons

Dependent Variable: Lebar Epitel Kelenjar LSD

-2.57952 1.37563 .074 -5.4252 .2662

-2.44593 1.37563 .089 -5.2916 .3998

-2.96927* 1.37563 .042 -5.8150 -.1236

-3.39765* 1.37563 .021 -6.2434 -.5519

-3.32107* 1.37563 .024 -6.1668 -.4754

2.57952 1.37563 .074 -.2662 5.4252

.13360 1.29696 .919 -2.5494 2.8166

-.38975 1.29696 .766 -3.0727 2.2932

-.81813 1.29696 .534 -3.5011 1.8648

-.74154 1.29696 .573 -3.4245 1.9414

2.44593 1.37563 .089 -.3998 5.2916

-.13360 1.29696 .919 -2.8166 2.5494

-.52335 1.29696 .690 -3.2063 2.1596

-.95173 1.29696 .470 -3.6347 1.7312

-.87514 1.29696 .507 -3.5581 1.8078

2.96927* 1.37563 .042 .1236 5.8150

.38975 1.29696 .766 -2.2932 3.0727

.52335 1.29696 .690 -2.1596 3.2063

-.42838 1.29696 .744 -3.1113 2.2546

-.35180 1.29696 .789 -3.0348 2.3312

3.39765* 1.37563 .021 .5519 6.2434

.81813 1.29696 .534 -1.8648 3.5011

.95173 1.29696 .470 -1.7312 3.6347

.42838 1.29696 .744 -2.2546 3.1113

.07658 1.29696 .953 -2.6064 2.7595

3.32107* 1.37563 .024 .4754 6.1668

.74154 1.29696 .573 -1.9414 3.4245

.87514 1.29696 .507 -1.8078 3.5581

.35180 1.29696 .789 -2.3312 3.0348

-.07658 1.29696 .953 -2.7595 2.6064

(J) Kelompok Kontrol Posit if Kontrol Normal 100 mg 200 mg 400 mg Kontrol Negatif Kontrol Normal 100 mg 200 mg 400 mg Kontrol Negatif Kontrol Posit if 100 mg 200 mg 400 mg Kontrol Negatif Kontrol Posit if Kontrol Normal 200 mg 400 mg Kontrol Negatif Kontrol Posit if Kontrol Normal 100 mg 400 mg Kontrol Negatif Kontrol Posit if Kontrol Normal 100 mg 200 mg (I) Kelompok

Kontrol Negatif

Kontrol Posit if

Kontrol Normal

100 mg

200 mg

400 mg

Mean Dif f erence

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Conf idence Interv al

The mean dif f erence is signif icant at the .05 lev el. *.


(60)

1

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH EKSTRAK BIJI LABU KUNING (Cucurbita moschata) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGI KELENJAR

ENDOMETRIUM

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

ABI NUBLI MUHAMMAD YUSUF 20110310134

HALAMAN J UDUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015


(61)

2

Pemberian suplemen yang mengandung phytoestrogendapat mengurangi gejala tersebut, contohnya adalah kandungan ekstrak biji labu kuning yang bagi sebagian masyarakat adalah limbah yang tidak berguna.

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh estrogenik ekstrak biji labu kuning (Cucurbita moschata) terhadap gambaran histologi kelenjar endometrium. Dengan parameter jumlah kelenjar, diameter kelenjar dan ketebalan epitel

Metode: Desain true experimentalin vivodengan rancangan post-test only with control group design. Subyek penelitian adalah tikus betina Spraque-Dawley, umur 8 minggu, berat 148 -280 gram,30 ekor.Perlakuan meliputi kontrol normal, kontrol negatif, kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 (pemberian ekstrak 100, 200, dan 400 mg/kgBB)serta pemberian estradiol 2 µg/kgBB sebagai kontrol positif. Pengumpulan data menggunakan preparat histologi yang diamati denganmikroskop dan mikrometer. Data diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Analisis statistik menggunakan uji One Way ANOVA.

Hasil:Rata-rata pada parameter jumlah kelenjar kelompok kontrol normal adalah 4,70± 2,2, kelompok kontrol negatif adalah 1,35± 1,36, kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 adalah 6,2± 1,20, 5,65± 1,73, 9,75± 2,28, kelompok kontrol positif adalah 13,04± 4,51. Hasil uji statistik One Way ANOVA, menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada jumlah kelenjar pada kelompok kontrol positif dengan prelakuan 3 dan ada nya perbedaan yang signifikan , p > 0,05 (p = 0,230) dan ekstrak biji labu kuning belum terbukti memiliki efek estrogenik dalam meningkatkan ketebalan endometrium tikus ovariektomi.

Kata kunci:menopause, cucurbita moschata, gambaran histologi endometrium, kelenjar uterina, epitel kelenjar uterina


(62)

3

phytoestrogens supplements giving can reduce this syndrome, for example isthe pumpkin seeds extract which for most people is unuseful thing.

Objective:To determine the estrogenic effects of pumpkin seeds extract (Cucurbita moschata) toward the endometrium thickness of ovariectomized rats.

Methods: This research used true eksperimental in vivo design with the post - test only with control group design. The subjects of the research were30 of 8 weeks old Spraque - Dawley female rats, which werebetween 148 -280 grams. The treatmentsthat given were the normal control, the negative control,the treatment groups 1, 2, and 3 (extract 100, 200, and 400 mg/kgBB) and also the giving of estradiol 2 µg/kgBB asthe positive control. Thedata collectionmethodwasthe histological smearsthat were observed with microscope and micrometer. The normality of the data was tested with with Shapiro - Wilk test. Additionally the statistical wasanalyzed usedOne Way ANOVA test.

Results:The average of the endometrium thickness of normal control group was 48.83±0,76 µm, negative control group was 56.70±11,96 µm, 1, 2, and 3treatment groups were 50.83±5,99 µm, 46.87±6,05µm, 51.12±8,14µm, positive control groupwas 43.65±10,51 µm. The result of the statistic test usingOne Way ANOVA, represented that there was no significant differencesof the endometrium thickness in every group, p> 0.05 (p = 0.230) and pumpkin seed extract evidently did not have any estrogenic effectin the endometrium thickness increasingof ovariectomized rats.


(63)

4 Pendahuluan

Banyak sekali wanita yang mengalami menopause. Gejala dari menopause ini membuat mereka merasa tidak nyaman, dan tentunya mengakibatkan penurunan kualitas hidup. Saat ini telah dikembangkan berbagai macam cara untuk mengurangi gejala tersebut, salah satunya adalah terapi sulih hormon.

Indonesia menjadi lima besar lanjut usia terbanyak di dunia dengan jumlah sesuai sensus penduduk 2010 berjumlah 18,1 juta jiwa, pada tahun 2030 diperkirakanakan mencapai 36 juta.1

Di Amerika, 50 hingga 80 persen gejala menopause wanita meliputi hot flashes ("flushes"), night sweat (berkeringat malam hari), vagina kering, insomnia, mood swing, dan depresi. Ada bukti yang kuat, dari data randomized clinical trials, terapi estrogen sangat efektif untuk mengontrol gejala vasomotor dan genitourinary tersebut.2

Dari berbagai penelitian memperlihatkan bahwa saat terjadinya menopause umumnya pada usia sekitar 45 sampai 55 tahun pada 60–70% wanita. Usia rata-rata pada populasi barat adalah sekitar umur 50 tahun dan terjadi lebih awal pada wanita di negara-negara berkembang dibandingkan dengan populasi barat. Menopause terjadi oleh karena keadaan hipo-estrogenik akibat penurunan fungsi dari ovarium.3

Labu kuning (Cucurbita moschata), atau biasa disebut waluh (Jawa), pumpkin (Inggris)merupakan buah yang kandungan gizinya cukup lengkap dan harganya relatif murah.4 Jenis labu kuning yang mampu

tumbuh bagus di Indonesia adalah varietas C. moschatadan jenis C. pepo, dan kandungan nutrisi buah labu kuning ini lebih bagus tumbuh di daratan tropis, termasuk Indonesia.5 Saat ini di Indonesia banyak sekali yang memproduksi tepung labu kuning akan tetapi bijinya belum dimanfaatkan, oleh karena itu, pada proposal penelitian ini akan meneliti apakah biji labu kuning tersebut bisa dimanfaatkan atau tidak, dan bagaimana efeknya terhadap ketebalan endometrium pada tikus ovariektomi. Terdapat senyawa glikosida fenolik baru dari biji C. moschata.Dan diketahui bahwa senyawa glikosida termasuk dalam golongan isoflavon.6

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental pada hewan uji dengan desain posttest only control group design. Penelitian ini mencoba untuk melihat gambaran mengenai Pengaruh Ekstrak Biji Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Terhadap Gambaran Histologi Kelenjar Endometrium.

Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah tikus betina Spraque-Dawley, umur 8 minggu, berat badan 230-280 gram, diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Percobaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pakan tikus berupa pakan standar BR I. Jumlah kelompok subyek pada penelitian ini disesuaikan dengan perlakuan yang akan diberikan, yaitu 6 kelompok


(64)

5 Hasil dan Pembahasan

A. Hasil

1. Perlakuan

Subjek penelitian sebanyak 30 ekor tikus dengan perlakuan sebagai berikut :

Tabel 4.1Kelompok Perlakuan No Kode Kelompok Jumlah

1 K Kontrol

Normal

5 2 K- Kontrol

Negatif Ovariekto mi

5

3 P1 Ovariekto

mi +

Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB

5

4 P2 Ovariekto

mi +

Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB

5

5 P3 Ovariekto

mi +

Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB

5

6 K+ Kontrol Positif = Ovariekto

mi +

Estradiol 2 µg/kgBB

5

Total 30

2. Rata-rata Jumlah Kelenjar Setelah seluruh kelompok diberi perlakuan, berikut data rata –

rata hasil penghitungan jumlah kelenjar :

Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Kelenjar Kelompok

perlakuan

Rata-rata Jumlah Kelenjar (mean ± SD) P

Value = 0,000

K 4,70± 2,21 *

K- 1,35± 1,36 **

P1 6,2± 1,20 *

P2 5,65± 1,73 *

P3 9,75± 2,28 *** K+ 13,04± 4,51 ***

Keterangan: K : Kontrol Normal

K- :Kontrol Negatif Ovariektomi P1 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB

P2 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB

P3 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB

K+ :Kontrol Positif = Ovariektomi + Estradiol 2 µg/kgBB


(65)

6 Dari tabel di atas, Nilai terendah sebesar 1,35 pada kelompok kontrol negatif / tikus dengan ovariektomi saja (K-). Sedangkan nilai tertinggi sebesar 13,04 pada kelompok kontrol positif / pemberian estradiol (K+). Kelompok pemberian ekstrak biji labu kuning dengan dosis sedang 200mg/kgBB (P2) memberikan hasil jumlah kelenjar yang lebih rendah sebesar 5,65 dibandingkan dosis 100mg/kgBB (P1) sebesar 6,2 dan dosis 400mg/kgBB (P3) sebesar 9,75. Kelompok kontrol normal (K) sebesar 4,70.

3. Rata-rata Ketebalan Kelenjar Setelah seluruh kelompok diberi perlakuan, berikut data rata – rata hasil penghitungan ketebalan kelenjar :

Tabel 4.3 Rata-rata Ketebalan Kelenjar

Kelompok perlakuan

Rata-rataKetebalan Kelenjar (µm) (mean ± SD) P value =

0,023

K 43,27± 7,40 *

K- 28,82± 8,05 **

P1 41,66± 5,85 *

P2 43,00± 5,09 *

P3 46,06± 1,84 *

K+ 46,27± 11,98 *

Keterangan: K : Kontrol Normal

K- :Kontrol Negatif Ovariektomi P1 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB

P2 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB

P3 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB

K+ :Kontrol Positif = Ovariektomi + Estradiol 2 µg/kgBB

Dari tabel di atas, Nilai terendah pada kelompok kontrol negatif / tikus dengan ovariektomi saja (K-) sebesar 28,82 µm. Sedangkan nilai tertinggi sebesar 46,27 µm pada kelompok kontrol positif / pemberian estradiol (K+). Kelompok pemberian ekstrak biji labu kuning dengan dosis sedang 100mg/kgBB (P1) memberikan hasil ketebalan endometrium yang lebih rendah sebesar 41,66 µm dibandingkan dosis 200mg/kgBB (P2) sebesar 43,00 µm dan dosis 400mg/kgBB (P3) sebesar 46,06 µm. Kelompok kontrol normal (K) sebesar 43,27 µm.

4. Rata-rata Ketebalan Epitel Setelah seluruh kelompok diberi perlakuan, berikut data rata – rata hasil penghitungan ketebalan epitel :


(66)

7 Tabel 4.4 Rata - Rata Ketebalan Epitel

Kelompok perlakuan

Rata-rataKetebalan Epitel (µm) (mean ± SD) P Value

= 0,202

K 13,90± 1,58

K- 11,45± 3,36

P1 14,42± 1,91

P2 14,85± 1,49

P3 14,77± 1,71

K+ 14,03± 0,67

Keterangan:

K : Kontrol Normal

K- :Kontrol Negatif Ovariektomi P1 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB

P2 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB

P3 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB

K+ :Kontrol Positif = Ovariektomi + Estradiol 2 µg/kgBB

Dari tabel di atas, Nilai terendah pada kelompok kontrol negatif / tikus dengan ovariektomi

saja (K-) sebesar 11,45 µm. Sedangkan nilai tertinggi sebesar 14,03 µm pada kelompok kontrol positif / pemberian estradiol (K+). Kelompok pemberian ekstrak biji labu kuning dengan dosis sedang 100mg/kgBB (P1) memberikan hasil ketebalan endometrium yang lebih rendah sebesar 14,42 µm dibandingkan dosis 200mg/kgBB (P2) sebesar 14,85 µm dan dosis 400mg/kgBB (P3) sebesar 14,77 µm. Kelompok kontrol normal (K) sebesar 13,90 µm.

Pembahasan

Dari hasil penelitian pada ketiga parameter jumlah kelenjar, lebar kelenjar dan tebal epitel kelompok kontrol positif (K+) menunjukkan hasil paling tinggi secara teori, kelompok kontrol positif menunjukkan hasil yang lebih tinggi. Tetapi pada ketebalan epitel menunjukkan nilai P value yang tidak signifikan hal ini mungkin disebabkan karena efek dari hormon estrogenik mempunyai target organ yang spesifik.

Keadaan ini dapat diperbaiki dengan pemberian senyawa fitoestrogen. Kandungan isoflavon sebagaimana hasil penelitian oleh Wijono (2003) diketahui dapat memberikan efek estrogenik dan mampu memperbaiki tebal endometrium. Proses ini melalui mekanisme seperti yang dijelaskan oleh Cooke, et al (1998) yakni dengan cara fitoestrogen akan berikatan dengan reseptor hormon pada sel target sehingga mampu mengubah konformasi reseptor hormon. Perubahan konformasi ini menyebabkan komplek


(67)

fitoestrogen-8 reseptor menjadi aktif sehingga mampu berikatan dengan tempat pengikatan (site binding) pada rantai DNA, khususnya pada sisi akseptor. Interaksi antara komplek fitoestrogen-reseptor dengan sisi akseptor DNA menyebabkan ekspresi gen menjadi meningkat. Ekspresi gen ini dikatalisis oleh enzim RNA polymerase yang menyebabkan peningkatan mRNA. Pada sisi lain sintesis tRNA juga akan meningkat sehingga pada akhirnya sintesis materi sel menjadi meningkat yang mendukung aktivitas proliferasi sel.7

Sehingga dapat diartikan bahwa pemberian pemberian ekstrak biji labu kuning (P1, P2, P3) menunjukkan efek yang hampir sama dengan kelompok kontrol positif (K+) pada parameter jumlah kelenjar dan diameter kelenjar hal ini menunjukkan bahwa efek dari estrogen mempunyai target yang spesifik.

A. Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan bermakna gambaran histologi dari keenam kelompok pada jumlah kelenjar (uji One Way ANOVA p < 0,05).

2. Terdapat perbedaan bermakna gambaran histologi dari keenam kelompok pada diameter kelenjar (uji One Way ANOVA p < 0,05). 3. Tidak terdapat perbedaan

bermakna gambaran histologi dari keenam kelompok pada ketebalan epitel (uji One Way ANOVA p > 0,05).

4. Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu

kuning (Cucurbita moschata) terhadap peningkatan jumlah kelenjar.

5. Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning (Cucurbita moschata) terhadap peningkatan diameter kelenjar.

6. Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak etanol terhadap ketebalan epitel. B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis efektif yang mampu meningkatkan jumlah kelenjar,diameter kelenjar dan lebar epitel tikus secara signifikan.

2. Perlu penghitungan jumlah leukosit PMN pada histologi endometrium masing-masing kelompok hewan uji, untuk memastikan bahwa penebalan endometrium disebabkan karena inflamasi atau faktor lain.

3. Perlu dilakukan pembuktian keberhasilan ovariektomipada prosedur yang dilakukan. Daftar Pustaka

1. Pratiwi, L., & Raksanagara, A. (2014). Pengaruh Gejala Menopause terhadap Kualitas Hidup Wanita Menopause. 2. Manson, J. E., & Martin, K.

(2001). Postmenopausal Hormone-Replacement

Therapy. The New England

Journal of Medicine , 35. 3. Sawitri, E. I., Fauzi, N., &


(68)

9

Mneopause dan

Penatalaksanaan. 55.

4. Hendrasty, H. K. (2003).

Tepung Labu Kuning.

Yogyakarta: Kanisius.

5. Sushanty, D. (2013, November 15). Retrieved from http://shanty.staff.ub.ac.id/201 3/11/15/sekilas-si-labu-kuning/comment-page-1/ 6. Li, F., Xu, J., Dou, D., Chi, X.,

Kang, T., & Kuang, H. (2009). Structure of new phenolic glycoside from the seeds of Cucurbita moschata. PubMed . 7. Koike, K., Li, W., Liu, L.,

Hata, E., & Nikaido, T. (2005). New phenolic glucosides from the seeds of Cucurbita


(69)

(1)

5 Hasil dan Pembahasan

A. Hasil

1. Perlakuan

Subjek penelitian sebanyak 30 ekor tikus dengan perlakuan sebagai berikut :

Tabel 4.1Kelompok Perlakuan No Kode Kelompok Jumlah

1 K Kontrol Normal

5 2 K- Kontrol

Negatif Ovariekto mi

5

3 P1 Ovariekto

mi +

Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB

5

4 P2 Ovariekto

mi +

Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB

5

5 P3 Ovariekto

mi +

Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB

5

6 K+ Kontrol Positif = Ovariekto

mi +

Estradiol 2 µg/kgBB

5

Total 30

2. Rata-rata Jumlah Kelenjar Setelah seluruh kelompok diberi perlakuan, berikut data rata –

rata hasil penghitungan jumlah kelenjar :

Tabel 4.2 Rata-rata Jumlah Kelenjar Kelompok

perlakuan

Rata-rata Jumlah Kelenjar (mean ± SD) P

Value = 0,000 K 4,70± 2,21 * K- 1,35± 1,36 ** P1 6,2± 1,20 * P2 5,65± 1,73 * P3 9,75± 2,28 *** K+ 13,04± 4,51 ***

Keterangan: K : Kontrol Normal

K- :Kontrol Negatif Ovariektomi P1 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB

P2 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB

P3 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB

K+ :Kontrol Positif = Ovariektomi + Estradiol 2 µg/kgBB


(2)

6 Dari tabel di atas, Nilai terendah sebesar 1,35 pada kelompok kontrol negatif / tikus dengan ovariektomi saja (K-). Sedangkan nilai tertinggi sebesar 13,04 pada kelompok kontrol positif / pemberian estradiol (K+). Kelompok pemberian ekstrak biji labu kuning dengan dosis sedang 200mg/kgBB (P2) memberikan hasil jumlah kelenjar yang lebih rendah sebesar 5,65 dibandingkan dosis 100mg/kgBB (P1) sebesar 6,2 dan dosis 400mg/kgBB (P3) sebesar 9,75. Kelompok kontrol normal (K) sebesar 4,70.

3. Rata-rata Ketebalan Kelenjar Setelah seluruh kelompok diberi perlakuan, berikut data rata – rata hasil penghitungan ketebalan kelenjar :

Tabel 4.3 Rata-rata Ketebalan Kelenjar

Kelompok perlakuan

Rata-rataKetebalan Kelenjar (µm) (mean ± SD) P value =

0,023 K 43,27± 7,40 * K- 28,82± 8,05 ** P1 41,66± 5,85 * P2 43,00± 5,09 * P3 46,06± 1,84 * K+ 46,27± 11,98 *

Keterangan: K : Kontrol Normal

K- :Kontrol Negatif Ovariektomi P1 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB

P2 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB

P3 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB

K+ :Kontrol Positif = Ovariektomi + Estradiol 2 µg/kgBB

Dari tabel di atas, Nilai terendah pada kelompok kontrol negatif / tikus dengan ovariektomi saja (K-) sebesar 28,82 µm. Sedangkan nilai tertinggi sebesar 46,27 µm pada kelompok kontrol positif / pemberian estradiol (K+). Kelompok pemberian ekstrak biji labu kuning dengan dosis sedang 100mg/kgBB (P1) memberikan hasil ketebalan endometrium yang lebih rendah sebesar 41,66 µm dibandingkan dosis 200mg/kgBB (P2) sebesar 43,00 µm dan dosis 400mg/kgBB (P3) sebesar 46,06 µm. Kelompok kontrol normal (K) sebesar 43,27 µm.

4. Rata-rata Ketebalan Epitel Setelah seluruh kelompok diberi perlakuan, berikut data rata – rata hasil penghitungan ketebalan epitel :


(3)

7 Tabel 4.4 Rata - Rata Ketebalan Epitel

Kelompok perlakuan

Rata-rataKetebalan Epitel (µm) (mean ± SD) P Value

= 0,202 K 13,90± 1,58 K- 11,45± 3,36 P1 14,42± 1,91 P2 14,85± 1,49 P3 14,77± 1,71 K+ 14,03± 0,67

Keterangan:

K : Kontrol Normal

K- :Kontrol Negatif Ovariektomi P1 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 100 mg/kgBB

P2 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 200 mg/kgBB

P3 :Ovariektomi + Ekstrak C. moschata 400 mg/kgBB

K+ :Kontrol Positif = Ovariektomi + Estradiol 2 µg/kgBB

Dari tabel di atas, Nilai terendah pada kelompok kontrol negatif / tikus dengan ovariektomi

saja (K-) sebesar 11,45 µm. Sedangkan nilai tertinggi sebesar 14,03 µm pada kelompok kontrol positif / pemberian estradiol (K+). Kelompok pemberian ekstrak biji labu kuning dengan dosis sedang 100mg/kgBB (P1) memberikan hasil ketebalan endometrium yang lebih rendah sebesar 14,42 µm dibandingkan dosis 200mg/kgBB (P2) sebesar 14,85 µm dan dosis 400mg/kgBB (P3) sebesar 14,77 µm. Kelompok kontrol normal (K) sebesar 13,90 µm.

Pembahasan

Dari hasil penelitian pada ketiga parameter jumlah kelenjar, lebar kelenjar dan tebal epitel kelompok kontrol positif (K+) menunjukkan hasil paling tinggi secara teori, kelompok kontrol positif menunjukkan hasil yang lebih tinggi. Tetapi pada ketebalan epitel menunjukkan nilai P value yang tidak signifikan hal ini mungkin disebabkan karena efek dari hormon estrogenik mempunyai target organ yang spesifik.

Keadaan ini dapat diperbaiki dengan pemberian senyawa fitoestrogen. Kandungan isoflavon sebagaimana hasil penelitian oleh Wijono (2003) diketahui dapat memberikan efek estrogenik dan mampu memperbaiki tebal endometrium. Proses ini melalui mekanisme seperti yang dijelaskan oleh Cooke, et al (1998) yakni dengan cara fitoestrogen akan berikatan dengan reseptor hormon pada sel target sehingga mampu mengubah konformasi reseptor hormon. Perubahan konformasi ini menyebabkan komplek


(4)

fitoestrogen-8 reseptor menjadi aktif sehingga mampu berikatan dengan tempat pengikatan (site binding) pada rantai DNA, khususnya pada sisi akseptor. Interaksi antara komplek fitoestrogen-reseptor dengan sisi akseptor DNA menyebabkan ekspresi gen menjadi meningkat. Ekspresi gen ini dikatalisis oleh enzim RNA polymerase yang menyebabkan peningkatan mRNA. Pada sisi lain sintesis tRNA juga akan meningkat sehingga pada akhirnya sintesis materi sel menjadi meningkat yang mendukung aktivitas proliferasi sel.7

Sehingga dapat diartikan bahwa pemberian pemberian ekstrak biji labu kuning (P1, P2, P3) menunjukkan efek yang hampir sama dengan kelompok kontrol positif (K+) pada parameter jumlah kelenjar dan diameter kelenjar hal ini menunjukkan bahwa efek dari estrogen mempunyai target yang spesifik.

A. Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan bermakna gambaran histologi dari keenam kelompok pada jumlah kelenjar (uji One Way ANOVA p < 0,05).

2. Terdapat perbedaan bermakna gambaran histologi dari keenam kelompok pada diameter kelenjar (uji One Way ANOVA p < 0,05). 3. Tidak terdapat perbedaan

bermakna gambaran histologi dari keenam kelompok pada ketebalan epitel (uji One Way ANOVA p > 0,05).

4. Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu

kuning (Cucurbita moschata) terhadap peningkatan jumlah kelenjar.

5. Ada pengaruh pemberian ekstrak etanol biji labu kuning (Cucurbita moschata) terhadap peningkatan diameter kelenjar.

6. Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak etanol terhadap ketebalan epitel. B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis efektif yang mampu meningkatkan jumlah kelenjar,diameter kelenjar dan lebar epitel tikus secara signifikan.

2. Perlu penghitungan jumlah leukosit PMN pada histologi endometrium masing-masing kelompok hewan uji, untuk memastikan bahwa penebalan endometrium disebabkan karena inflamasi atau faktor lain.

3. Perlu dilakukan pembuktian keberhasilan ovariektomipada prosedur yang dilakukan. Daftar Pustaka

1. Pratiwi, L., & Raksanagara, A. (2014). Pengaruh Gejala Menopause terhadap Kualitas Hidup Wanita Menopause. 2. Manson, J. E., & Martin, K.

(2001). Postmenopausal Hormone-Replacement

Therapy. The New England Journal of Medicine , 35. 3. Sawitri, E. I., Fauzi, N., &


(5)

9

Mneopause dan

Penatalaksanaan. 55.

4. Hendrasty, H. K. (2003).

Tepung Labu Kuning.

Yogyakarta: Kanisius.

5. Sushanty, D. (2013, November 15). Retrieved from http://shanty.staff.ub.ac.id/201 3/11/15/sekilas-si-labu-kuning/comment-page-1/ 6. Li, F., Xu, J., Dou, D., Chi, X.,

Kang, T., & Kuang, H. (2009). Structure of new phenolic glycoside from the seeds of Cucurbita moschata. PubMed . 7. Koike, K., Li, W., Liu, L.,

Hata, E., & Nikaido, T. (2005). New phenolic glucosides from the seeds of Cucurbita moschata. PubMed .


(6)