UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) SEBAGAI INSEKTISIDA ORGANIK HAMA KUTU BERAS (Sitophilus oryzae L.)

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Rofi

ah Sahara

20120210020

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

SKRIPSI

Oleh :

Rofi’ah Sahara

20120210020

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

1. Skrispi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun diperguruan tinggi lainnya

2. Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Skripsi ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya setelah mendapatkan arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karena itu, saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh Tim Pembimbing,

4. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.

5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang peroleh karna karya tulis ini, serta sanksi lainnya dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini

Yogyakarta, 20 Februari 2016 Yang membuat pernyataan,

Rofi’ah Sahara 20120210020


(4)

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik

untuk hari tua.”

(Aristoteles)

“Kesopanan adalah pengaman yang baik bagi keburukan lainnya.”

(Cherterfield)

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit

kembali setiap kali kita jatuh.”

(Confusius)

“Sesali masa lalu

karena ada kekecewaan dan kesalahan-kesalahan, tetapi jadikan

penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi kesalahan lagi.”

“Bekerjalah bagaikan tak butuh uang.Mencintailah bagaikan tak pernah

disakiti.Menarilah bagaikan tak seorangp

un sedang menonton.”


(5)

(Mahatma Gandhi)

“Seorang pesimis melihat kesulitan dalam setiap kesempatan, sedangkan seorang

optimis melihat

kesempatan dalam setiap kesulitan.”

(Sir Winston Churchill)

“Orang yang menginginkan impiannya menjadi kenyataan, harus menjaga diri agar

tidak tertidur.”

(Richard Wheeler)

“Saya lebih suka lamunan untuk masa akan datang daripada sejarah masa lalu.”

(Thomas Jefferson 1742-1826)

“Tanah yang digadaikan bisa kembali dalam keadaan lebih berharga, tetapi

kejujuran yang pernah digadaikan tidak pernah bisa ditebus kembali.”


(6)

(by : me )

“Yakinlah ada sesuatu yang menemanimu selepas banyak kesabaran (yang kau

jalani), yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa

sakit.”


(7)

kepada...

Allah SWT

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta dan silaturahmi. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terseleseikan.

Kedua Orang Tua ku

Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga ku persembahkan karya mungil ini kepada Alm. Bapak Sunarto dan Ibu Ngadilah, Ayah Darwin dan Mama Hidayati yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tidak mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Bapak dan Ibu bahagia karna kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Bapak dan Ibu yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, mendoakanku, memanjakanku, dan selalu menasihatiku menjadi lebih baik, terima kasih Bapak...terima kasih Ibu...

Kakak dan Adik-Adikku tersayang

Untuk adikku Laila Kholifatul Khoiri, Amiva Vindho Ratu Reso, Atika Mar’atus Sholihah tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama kalian, walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan, terima kasih atas doa dan bantuan kalian selama ini dan maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya , tapi kakak akan selalu menjadi yang terbaik buat kalian semua...


(8)

kakak yang lainnya. ”

Terima kasih atas perhatian, doa dan motivasi yang telah kalian berikan, selama ini adikmu selalu merepotkanmu dan maaf hanya bisa mempersembahkan karya mungil ini untuk kalian, dan maaf tidak dapat menyebutkan satu per satu.

Jodoh ku “Belum Di Ketahui”

Tuhan, pertemukan aku dengan orang yang sudah engkau tulis di Lauhul Mahdfuz. Persatukanlah aku dengannya dalam satu ikatan pernikahan. Jadikan kami pasangan suami-istri yang halal, sakinah, mawaddah, dan warahmah, serta hidup bersama untuk di dunia maupun di akhirat kelak. Tuntun aku selalu ke jalan Mu Rabb. Beri aku selalu petunjuk Mu sehingga aku tak salah dalam melangkah.

Sahabatku

Buat sahabatku semuanya, Niken Sekar Alam, Tantia Pranadita Ningrum, Putri Monalisa, Mei Sita Sari, Vicky Widyanti, Nurma’atus Sholihah, Ovi Diana Ayu Andini, Nurul Hida, Yoanda Fransisca Natasha Olivia, Mar’atus Sholihah, Amalia Choirunnisa, Epi Mayasari, Temen-temen Agro A, Temen-temen KKN Kel 36, terimakasih atas bantuan, doa dan nasihatnya. Maaf tidak bisa menyebutkan satu per satu.

Almamater

Yang telah membekali dan membesarkan dengan berbagai ilmu serta memberikan pengalaman-pengalamannya.


(9)

Bapak Ir. Achmad Supriyadi, M.M, selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 saya, dan Bapak Ir. Agus Nugraha Setiawan, M.P., selaku Dosen Pembimbing 2 saya terimakasih banyak pak...., saya sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah diajari, saya tidak akan lupa atas kesabaran dan bantuan bapak. Terima Kasih Banya pak....

Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Pertanian

Terima kasih banyak atas semua ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat berarti yang telah kalian berikan kepada saya.


(10)

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 9 DAFTAR TABEL ... 11 DAFTAR LAMPIRAN ... 12 INTISARI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. I. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.

B. Perumusan Masalah... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined. II. TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A. Hama Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae L.)Error! Bookmark not defined.

B. Insektisida Organik ... Error! Bookmark not defined.

C. Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L. ) .. Error! Bookmark not defined.

D. Hipotesis ... Error! Bookmark not defined. III. TATA CARA PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Bahan dan Alat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Cara Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Parameter Pengamatan ... Error! Bookmark not defined.

F. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASANError! Bookmark not defined.

A. Uji Penolakan ... Error! Bookmark not defined.

B. Mortalitas, Efikasi, dan Kecepatan KematianError! Bookmark not defined.

C. Keutuhan Beras ... Error! Bookmark not defined.

D. Warna, Aroma, dan Rasa ... Error! Bookmark not defined. V. KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.


(11)

(12)

Tabel 3. Rerata keutuhan beras ... 28 Tabel 4. Rerata hasil organoleptik warna, aroma, dan rasa ... 30


(13)

Lampiran 2.Analisis Sidik Ragam ... 38 Lampiran 3.Data Harian ... 39 Lampiran 4.Persentase Keutuhan Beras Dan Uji Organoleptik Para Panelist . 43 Lampiran 5.Dokumentasi Penelitian ... 45


(14)

(15)

kencur extract on the quality of rice. A research was carried out from March through April 2016 in the Pharmaceutical Laboratory, Department of Pharmacy, Faculty of Medicine and Health Sciences, and Plant Protection Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

The research was designed by Completely Randomized Design (CRD) with a single factor. The treatment was dosage of kencur extracts consisted as seven treatments and 3 replications, i.e.2 g, 3 g, 4 g, 5 g, 6 g, added two treatments, synthetic pesticide, and no pesticides as a control. Each treatment was applied on 50 g rice with 10 individuals of S. oryzae L. The parameters of this research were mortality of S. oryzae L., and the quality of rice.

The results of a research showed that 2-6 g of kencur extract was not effective in repelling and controlling S. oryzae L. and kencur extract also decreased the quality of rice such as color, flavor, and taste.


(16)

1

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Beras adalah bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang dijadikan sebagai sumber utama untuk kebutuhan kalori. Didalam pembangunan nasional, komoditi ini mempunyai peranan strategis, karena mempunyai peran yang sangat besar dalam mewujudkan stabilitas nasional. Oleh karena itu, beras akan selalu menjadi perhatian dalam ketersediaan. Untuk meningkatkan produksi beras, faktor gudang sebagai tempat penyimpanan beras penting sekali. Produksi beras yang melimpah akan menimbulkan problem cara dan tempat penyimpanannya sehingga pemerintah membangun Bulog untuk menyediakan stok beras dalam negeri (Amrullah, 2003; Bulog, 2000 dan Hanny, 2002).

Beras yang disimpan di dalam gudang sering mendapat gangguan dari serangan hama. Gangguan tersebut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dan kehilangan berat bahan. Gudang bisa menjadi tempat perkembangan hama jika tidak ada program manajemen untuk pengendalian hama (Bonanto, 2008). Faktor kelembaban juga berpengaruh terhadap potensi serangan hama gudang (Toekidjo, 1996). Pada penyimpanan, beras mengalami penyusutan baik kualitas maupun kuantitas yang disebabkan faktor biologi dan fisik. Faktor biologi adalah gangguan hama beras di tempat penyimpanan sedangkan faktor fisik antara lain adalah derajat sosoh (Sunjaya dkk, 1970 dalam Kusmayadi, 1997). Pada umumnya hama pascapanen yang ada pada bahan simpan berasal dari golongan


(17)

Coleoptera, salah satunya yaitu Sitophilus oryzae L. (Anggara, 2007 dan Pranata 1982).

Menurut Hussein dan Ibrahim (1986) kerusakan akibat Sitophilus oryzae L. mencapai 10-20% pada saat penyimpanan beras di gudang, sehingga pada saat dipasarkan menurunkan nilai jualnya. Di Indonesia Sitophilus oryzae L. dilaporkan memiliki peranan penting dalam penurunan nilai ekonomis dalam penyimpanan khususnya beras. Kerusakan beras dapat ditandai dengan adanya lubang yang ada pada setiap butir beras. Kutu akan menggunakan rahangnya untuk membuat lubang dan dijadikan sebagai tempat tinggal telur selama 18 hari.

Menurut Natawigena (1985) pengendalian hama Sitophilus oryzae L. sampai sekarang ini masih menggunakan pestisida yang berbahan dasar kimia dengan teknik fumigasi yaitu menggunakan gas, uap, bau dan asap. Bahan yang digunakan dalam fumigasi di gudang-gudang Bulog saat ini antara lain Phosphine dan Metyl bromide (Bulog, 1996a). Penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama saat ini banyak menimbulkan dampak negatif, terutama masalah pencemaran lingkungan. Selain itu penggunaan pestisida kimia di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72% agen pengendali hayati. Oleh karena itu diperlukan pengganti pestisida yang ramah lingkungan, salah satu alternatifnya adalah penggunaan pestisida alami atau biopestisida. Pestisida alami atau biopestisida adalah salah satu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan (Anugeraheni dan Brotodjojo, 2002). Tumbuhan kaya akan bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Bahan pestisida yang berasal dari tumbuhan dijamin aman bagi lingkungan karena cepat


(18)

terurai di tanah dan tidak berbahaya terhadap hewan, manusia atau serangga non sasaran (Istianto, 2009).

Sebagai negara tropis yang masih banyak memiliki sumber daya alami, Indonesia masih mempunyai banyak peluang untuk menemukan adanya sebuah senyawa yang memiliki sifat-sifat insektisida dari berbagai jenis tumbuhan. Tumbuhan yang saat ini sedang dikembangkan sebagai insektisida nabati yaitu tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri. Minyak atsiri memiliki pengaruh sebagai penarik, atau sebagai insektisida pada serangga (Rodriguez & Levin,1975). Pada saat ini diperkirakan jumlah tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri meliputi sekitar 200 spesies, 40 spesies diantaranya terdapat di Indonesia (Ketaren,1985). Jenis minyak atsiri yang diproduksi dan beredar dipasar dunia saat ini telah mencapai 70-80 macam, 15 diantaranya berasal dari Indonesia (NAFED, 1993).

Salah satu tanaman yang memiliki bahan aktif berupa minyak atsiri yaitu tanaman Kencur yang berasal dari family Zingiberaceae (temu-temuan) Gholib (2009) mengemukakan bahwa ekstrak tanaman kencur (Kaempferia galanga L.) mengandung komponen zat aktif yaitu minyak atsiri 2.4 - 3.9%, cinnamal, aldehide, asam motil p-cumarik, asam annamat, etil asetat, flavonoid, saponin, methyl-p-methoxycinnamate 4,3%, methyl-cinnamate, carvone, eucalyptol, dan pentadecane yang berperan sebagai biofungisidial bagi pertumbuhan jamur Trichophyton mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans dan bersifat repellent yaitu sebagai penolak serangga. Minyak atsiri pada kencur juga dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama melalui kontak dan system pencernaan yang


(19)

dapat mengakibatkan kematian pada hama (Anonim 2007b). Dalam praktek yang sudah dilakukan oleh Taufik, dkk (2013) ekstrak tanaman kencur dapat diaplikasikan dengan bentuk formulasi, cair maupun serbuk.

Keberhasilan aplikasi dalam pengendalian hama ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya berupa dosis. Pemberian dosis yang terlalu banyak ataupun sedikit akan menimbulkan berbagai dampak, baik itu dampak negatif ataupun dampak positif. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mendapatkan dosis yang efektif dalam mengendalikan hama kutu beras.

B.Perumusan Masalah

1. Berapa dosis ekstrak rimpang kencur yang efektif untuk pengendalian hama kutu beras ?

2. Bagaimana pengaruh rimpang kencur terhadap kualitas nasi ? C.Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan dosis ekstrak rimpang kencur yang efektif sebagai pengendalian hama kutu beras.


(20)

5

I. TINJAUAN PUSTAKA

A.Hama Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae L.)

Sithopilus oryzae L. merupakan salah satu hama gudang yang sangat merugikan dan sulit. Klasifikasi kumbang beras (Sitophilus oryzae L.) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus oryzae). Sitophilus oryzae L. ukuran dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan (Kalshoven,1981).

Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir. Ciri-ciri telur berbentuk oval, berwarna kuning, lunak dan licin, bentuk ujungnya agak bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu menggunakan rostumnya. Lubang gerekan biasanya dibuat sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut lalu ditutupi dengan suatu zat warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya. Gelatin ini berfungsi melindungi telur dari kerusakan. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Panjang pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Natawinga, 1975)


(21)

Larva hidup dalam butiran, tidak berkaki, berwarna putih dengan kepala kekuning-kuningan atau kecoklatan dan mengalami 4 instar. Pada instar terakhir panjang larva lebih kurang 3 mm. Pada umumnya bentuk badan disesuaikan susut bobot beras sekitar 25%, terdiri dari 8% waktu panen, 5% waktu pengangkutan, 2% waktu pengeringan, 5% waktu penggilingan dan 5% waktu penyimpanan (Soekarna, 1982). Pembentukan pupa terjadi dalam biji dengan cara membentuk ruang pupa dengan mengekskresikan cairan pada dinding liang gerek. Stadium pupa berkisar antara 5-8 hari. Imago yang terbentuk tetap berada dalam biji selama sekitar 2-5 hari, sebelum membuat lubang keluar yang relative besar dengan moncongnya (Tandiabang, dkk, 2009).

Beberapa hari kemudian telur menetas dan larva segera merusak butiran atau bahan di sekitarnya. Panjang larva dewasa kira-kira dua kali panjang kumbangnya. Apabila akan menjadi kepompong, larva tersebut menempatkan diri pada lekuk-lekuk atau celah-celah bahan, dengan sedikit ikatan benang sutera pada bagian ujung abdomennya. Sering larva membuat semacam kokon yang tidak sempurna di sudut-sudut tempat simpanan atau bahan yang diserang. Selanjutnya, butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan menjadi rusak sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Pracaya, 1991).

Kerusakan yang diakibatkan oleh Sithophylus oryzae L. dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijian hancur dan berdebu, dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur, sehingga produksi beras rusak total, bau apek yang tidak


(22)

enak dan tidak dapat dikonsumsi (Kalshoven, 1981). Serangan kumbang bubuk terkadang juga diikuti oleh serangan ulat Corcyra cephalonica Stt. sehingga beras menjadi tambah hancur karena serangan hama bubuk dan kelembaban tinggi akan meninggikan temperature maka cendawan pun ikut menyerang hingga beras tambah rusak dan berbau busuk (Pracaya, 1991).

B.Insektisida Organik

Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh organisme hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak, dan sebagainya yang dibudidayakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Bentuk pestisida bermacam-macam bila dilihat dari segi bahan yang digunakan yaitu pestisida kimia yang diartikan sebagai pestisida yang berasal dari bahan-bahan kimia dan pestisida nabati (Agrogreenland, 2013).

Pada umumnya, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Menurut FAO (1988) dan US EPA (2002), pestisida nabati dimasukkan ke dalam kelompok pestisida biokimia karena mengandung biotoksin. Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami dapat mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik. Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif, walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada


(23)

tumbuhan dapat melampaui 400.000. Grainge et al., 1984 dalam Sastrosiswojo (2002), melaporkan ada 1800 jenis tanaman yang mengandung pestisida nabati yang dapat digunakan untuk pengendalian hama. Di Indonesia, sebenarnya sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati, dan diperkirakan ada sekitar 2400 jenis tanaman yang termasuk ke dalam 235 famili (Kardinan, 1999). Menurut Morallo-Rijesus (1986) dalam Sastrosiswojo (2002), jenis tanaman dari famili Asteraceae, Fabaceae dan Euphorbiaceae, dilaporkan paling banyak mengandung bahan insektisida nabati.

Nenek moyang kita telah mengembangkan pestisida nabati yang ada di lingkungan pemukimannya untuk melindungi tanaman dari serangan pengganggunya secara alamiah. Mereka memakai pestisida nabati atas dasar kebutuhan praktis dan disiapkan secara tradisional. Tradisi ini akhirnya hilang karena desakan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Kearifan nenek moyang kita bermula dari kebiasaan menggunakan bahan jamu (empon-empon = Jawa) tumbuhan bahan racun (gadung, ubi kayu hijau, pucung, jenu = Jawa), tumbuhan berkemampuan spesifik (mengandung rasa gatal, pahit, bau spesifik, tidak disukai hewan/serangga, seperti awarawar, rawe, senthe), atau tumbuhan lain berkemampuan khusus terhadap hama/penyakit (biji srikaya, biji sirsak, biji mindi, daun mimba, lerak, dll) (Kardinan, 1999).

Beberapa keuntungan/kelebihan penggunaan pestisida nabati secara khusus dibandingkan dengan pestisida konvensional (Gerrits dan Van Latum, 1988) dalam Sastrosiswojo, 2002) adalah sebagai berikut :


(24)

1. Mempunyai sifat cara kerja (mode of action) yang unik, yaitu tidak meracuni (non toksik).

2. Mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta relatif aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena residunya mudah hilang. 3. Penggunaannya dalam jumlah (dosis) yang kecil atau rendah.

4. Mudah diperoleh di alam, contohnya di Indonesia sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati.

5. Cara pembuatannya relatif mudah dan secara sosial-ekonomi penggunaannya menguntungkan bagi petani kecil di negara-negara berkembang.

Pestisida nabati dapat digolongkan berdasarkan organisme sasaran misalnya insektisida, rodentisida, fungisida, nematisida, bakterisida, dll. Insektisida adalah salah satu jenis pestisida yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan hama serangga. Insektisida mencakup bahan-bahan beracun sehingga perlu hati-hati dalam penggunaannya. Insektisida dalam bentuk ternis perlu diformulasikan terlebih dahulu sebelum diaplikasikan pada lahan pertanian. Insektisida dapat dikelompokkan kembali berdasarkan bahan aktif, sumber bahan, formulasi, pengaruh dan cara kerjanya (Wudianto, 2010).

C.Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L. )

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh diberbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara. Tanaman ini banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai


(25)

bumbu dalam masakan sehingga para petani banyak yang membudidayakan tanaman kencur sebagai hasil pertanian yang diperdagangkan dalam jumlah yang besar. Bagian dari tanaman kencur yang diperdagangkan adalah buah akar yang tinggal didalam tanah yang disebut dengan rimpang kencur atau rizoma (Soeprapto, 1986).

Daun kencur berbentuk bulat lebar, tumbuh mendatar diatas permukaan tanah dengan jumlah daun tiga sampai empat helai. Permukaan daun sebelah atas berwarna hijau sedangkan sebelah bawah berwarna hijau pucat. Panjang daun berukuran 10-12 cm dengan lebar 8–10 cm mempunyai sirip daun yang tipis dari pangkal daun tanpa tulang tulang induk daun yang nyata (Backer, 1986).

Rimpang kencur terdapat didalam tanah bergerombol dan bercabang cabang dengan induk rimpang ditengah. Kulit ari berwarna coklat dan bagian dalam putih berair dengan aroma yang tajam. Rimpang yang masih muda berwarna putih kekuningan dengan kandungan air yang lebih banyak dan rimpang yang lebih tua ditumbuhi akar pada ruas-ruas rimpang berwarna putih kekuningan (Backer, 1986).

Bunga kencur berwarna putih berbau harum terdiri dari empat helai daun mahkota. Tangkai bunga berdaun kecil sepanjang 2 – 3 cm, tidak bercabang, dapat tumbuh lebih dari satu tangkai, panjang tangkai 5 – 7 cm berbentuk bulat dan beruas ruas. Putik menonjol keatas berukuran 1 – 1,5 cm, tangkai sari berbentuk corong pendek (Backer, 1986).

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan satu di antara tanaman yang telah dikaji dan dimanfaatkan sebagai fungisida alami. Penelitian terdahulu


(26)

melaporkan bahwa ekstrak tanaman kencur (Kaempferia galanga L.) mengandung komponen zat aktif yaitu minyak atsiri 2.4 – 3.9 %, cinnamal, aldehide, asam motil p-cumarik, asam annamat, etil asetat flavonoid, saponin, methyl-p-methoxycinnamate, methyl-cinnamate, carvone, eucalyptol, dan pentadecane yang berperan sebagai biofungisidial bagi pertumbuhan jamur Trichophyton mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans, (Gholib, 2009). Minyak atsiri / minyak eteris adalah istilah yang digunakan untuk minyak mudah menguap. Umumnya tidak berwarna akan tetapi bila dibiarkan lebih lama warnanya berubah menjadi kecoklatan karena terjadi oksidasi/mencegahnya disimpan di tempat yang sejuk dan kering di dalam wadah tertutup rapat dan berwarna gelap. Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Sebagian besar minyak atsiri terdiri dari persenyawaan hidrokarbon asiklik dan hidrokarbon isosiklik serta hidrokarbon yang mengikat oksigen seperti alkohol, fenol dan eter (Claus dkk,1970).

Kandungan minyak atsiri yang ada pada kencur inilah yang dianggap sebagai senyawa antifungi. Karena berdasarkan penelitian (Wasilah, dkk.,2010) mengemukakan bahwa senyawa antifungi yang terkandung dalam minyak atsiri mengandung senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan seskuiterpenoid. Seskuiterpenoid terdapat sebagai komponen minyak atsiri yang berperan penting dalam memberi aroma pada buah dan bunga. Banyak jenis seskuiterpenoid yang diketahui mempunyai efek fisiologi yang nyata terhadap tumbuhan dan hewan, seperti bekerja sebagai penolak serangga dan insektisida,


(27)

merangsang pertumbuhan tumbuhan, dan bekerja sebagai fungisida (Robinson, 1995).

Cara kerja (metode of action) insektisida nabati dalam membunuh atau mengganggu pertumbuhan hama sasaran adalah: (1) Mengganggu/mencegah perkembangan telur, larva dan pupa, (2) Mengganggu/mencegah aktifitas pergantian kulit dari larva (3) Mengganggu proses komunikasi seksual dan kawin pada serangga (4). Meracun larva dan serangga dewasa imago, (5). Mengganggu / mencegah makan serangga, (6) Menghambat proses metamorfosis pada berbagai tahap, (7) Menolak serangga larva dan dewasa, dan (8) Menghambat pertumbuhan penyakit. (Anonymous dalam Saraswati (2004). Dan minyak atsiri yang terdapat pada rimpang kencur ini mempunyai sifat sebagai penolak serangga dan bisa dijadikan sebagai insektisida.

D.Hipotesis

Pemberian ekstrak rimpang kencur dengan dosis 4 gram / 50 gram / 10 ekor kutu mampu mengendalikan hama kutu beras dan tidak mempengaruhi kualitas nasi.


(28)

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada bulan Maret 2016 hingga bulan April 2016.

B.Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah hama kutu beras stadia dewasa dengan ukuran badan seragam sebanyak 210 ekor yang diperoleh dari Laboratorium Entomologi Dasar Fakultas Hama dan Penyakit Tanaman Universitas Gadjah Mada dan beras dengan varietas Cianjur sebanyak 1050 gram, air, rimpang kencur sebanyak 2,5 kg yang dibeli dari pasar terdekat, pestisida sintetik dengan bahan aktif Alluminium Phosphide sebanyak 7,5 mg , aquadest, siflock, kertas HVS, erlenmeyer, tepung beras sebanyak 75 gram dan plastik sebanyak 21 buah, dan air.

Alat-alat yang digunakan adalah alat penggorengan, rotary evaporator (Buchi R-250), kompor, oven, cepuk, kipas angin, tampah, cawan porselin, gunting, pisau, talenan, sendok, blender, timbangan analitik, kulkas, kuas, saringan, gelas plastik, nampan, gelas ukur, kaca pembesar, alat tulis, toples ukuran kecil dan toples ukuran besar yang digunakan untuk aplikasi nantinya, panci yang berukuran besar sebanyak 2 buah. Alat-alat bisa didapatkan dengan cara meminjam di Laboratorium Farmasetika Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


(29)

Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen, menggunakan rancangan perlakuan dengan 1 faktor yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diujikan berupa dosis ekstrak rimpang kencur yang terdiri atas 5 aras yaitu 2 gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram, 6 gram, ditambah 2 perlakuan yaitu perlakuan pestisida sintetik Alluminium Phosphide sebanyak 0,00025 miligram dan tanpa perlakuan pestisida sebagai pembanding dalam 50 gram beras / 10 ekor Sithopilus oryzae L.. Setiap perlakuan dicampur dengan 50 gram beras dan 10 ekor kutu beras. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehinggga total ada 21 unit.

D.Cara Penelitian

Penelitian dilakukan meliputi proses pembuatan ekstraksi melalui proses infundasi dengan pelarut Aquades, pengaplikasian, dan uji kualitas beras.

1. Proses pembuatan ekstrak

a. Proses pembuatan ekstraksi dilakukan di laboratorium Proteksi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tahap pertama yang akan dilakukan yaitu dengan mencuci rimpang kencur hingga bersih setelah itu mengeringkan dengan menggunakan suhu ruang tanpa terkena sinar matahari secara langsung selama 24 jam. Rimpang kencur dipotong kecil-kecil dengan cara diiris dengan menggunakan pisau hingga ukurannya menjadi kecil selanjutnya proses pengeringan menggunakan bantuan sinar matahari dengan tujuan untuk mencegah terjadinya pembentukan jamur


(30)

sehingga didapat hasil serbuk simplisia halus. Proses selanjutnya ialah proses infundasi.

b. Proses infundasi ini dilakukan di laboratorium Farmasetika Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Proses infundasi ini menggunakan pelarut aquades. Proses infundasi dilakukan dengan cara menimbang serbuk simplisia sebanyak 200 gram setelah itu memasukkan air ke dalam panci A secukupnya. Simplisia halus yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam panci B. Panci B diletakkan diatas panci A setelah itu dimasukkan aquades sebanyak 2 liter selanjutnya dipanaskan hingga suhu mencapai 900C dengan sesekali sambil diaduk ditambah dengan perpanjangan waktu selama 15 menit. Kemudian infuse diserkai dengan menggunakan kain flannel, sehingga didapat filtrate cairan infuse. Setelah itu mengukur volume filtrate cairan infuse yang didapat. Selanjutnya cairan infuse dipekatkan dengan menggunakan Rotary Evaporator dan hasil pekat simplisia dikentalkan dengan menggunakan alat penggorengan selama 3 jam dengan suhu 900C dengan sesekali diaduk. Hasil yang didapat berupa ekstrak kental rimpang kencur. Menimbang ekstrak kental kencur sesuai dengan perlakuan. Tahapan selanjutnya ekstrak kental rimpang kencur dengan dosis yang telah ditentukan dicampurkan dengan tepung terigu hingga tekstur


(31)

Aplikasi dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, tahap awal serbuk ekstrak kental dikemas menggunakan kain kasa dan diikat dengan seuntai benang. Untuk perlakuan kontrol tanpa menggunakan dosis, dan untuk perlakuan sebagai pembanding menggunakan pestisida sintetik dengan takaran 2.5 mg yang didapat dengan cara menumbuk dan menimbang serbuk dari tablet. Tahap selanjutnya yaitu beras disortir antara beras yang bentuknya utuh dan beras yang bentuknya tidak utuh, lalu beras ditimbang dengan berat 50 gram untuk semua perlakuan, kemudian beras dimasukkan kedalam siflock. Lalu meletakkan serbuk ekstrak kental yang sudah dikemas sesuai dengan dosis perlakuan ke dalam toples yang sudah berisi beras kemudian hama kutu beras dimasukkan ke dalam siflock sebanyak 10 ekor yang terdiri dari 2 ekor jantan dan 8 ekor betina diletakkan pada setiap siflock lalu dibiarkan dalam keadaan tertutup dan siflock diberi sedikit udara supaya menggelembung dan diberi lubang kecil-kecil. Aplikasi dilakukan pada sore hari jam 18.00 WIB. Penetapan aplikasi pada jam 18.00 WIB merupakan tanda-tanda hama akan keluar dari tempat persembunyiannya dan hama akan mati setelah mencium aroma dari ekstrak rimpang kencur.

3. Pengamatan Penelitian

Pengamatan penelitian dilakukan setiap hari dan di jam yang sama, diulang setiap 12 jam sekali hingga 14 hari setelah itu dilanjutkan uji penilaian terhadap


(32)

Plastik diberi tanda sesuai dengan perlakuan menggunakan label kertas. Beras dimasukkan kedalam plastik sesuai dengan perlakuan dan dimasak dengan cara direbus dalam waktu yang bersamaan. Lontong yang sudah matang kemudian dipotong dadu lalu dibagikan kepada para panelist untuk menilai kualitas nasi. Penilaian kualitas nasi digunakan untuk menilai aroma, warna dan rasa dari nasi sesuai dengan perlakuan yang sudah ditentukan.

E.Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati untuk mengetahui pengaruh ekstrak kental rimpang kencur sebagai insektisida nabati hama kutu beras yaitu

1. Tingkat Penolakan

Tingkat penolakan dihitung dari banyaknya hama kutu beras yang berpindah tempat dari sudut ke sudut ruangan toples. Jumlah penolakan bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan setiap harinya. Jumlah penolakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

2. Jumlah hama yang mati

Pengamatan hama yang mati dilakukan setiap 12 jam sekali mulai dari 12 jam setelah aplikasi sampai 14 hari dengan cara menghitung jumlah hama yang mati yang


(33)

a. Mortalitas Imago

Mortalitas imago menunjukkan kemampuan atau daya bunuh esktrak rimpang kencur dalam membunuh kutu beras. Tingkat mortalitas imago didasarkan pada jumlah imago yang mati setiap harinya dengan menggunakan rumus :

P =

Dimana :

P : Persentase kematian imago (%) A : Jumlah imago yang mati B : Jumlah imago yang hidup

b. Efikasi

Efikasi adalah efektifitas pestisida terhadap organisme sasaran yang didaftarkan berdasarkan pada hasil percobaan lapangan atau laboratorium. Parameter Efikasi dapat dilakukan sebelum aplikasi dan setelah aplikasi yang dihitung menggunakan :

rumus :

Efikasi = [

]

Ket :


(34)

Ca = Jumlah kutu beras yang hidup dalam toples kontrol sesudah aplikasi di hari terakhir.

c. Kecepatan kematian

Kecepatan kematian menunjukkan seberapa cepat pengaruh ekstrak rimpang kencur pada kematian kutu beras dilihat dari jumlah kematian per jam nya. Kecepatan kematian dihitung menggunakan rumus :

V = Ket : V = Kecepatan kematian (ekor/jam)

T = Waktu pengamatan (pengamatan jam ke-12 dan jam ke 24) N = Jumlah serangga yang mati (ekor)

N = Jumlah serangga yang diujikan (ekor) 3. Kualitas Beras

Parameter yang diamati untuk menentukan kualitas beras antara lain sebagai berikut :

a. Keutuhan Beras

Keutuhan fisik beras ditentukan dari bentuk fisik beras mengalami perubahan atau tidak. Perubahan fisik dapat ditandai dengan panjang beras yang mempunyai bentuk tidak utuh. Keutuhan beras ditentukan diawal pengamatan dan


(35)

4. Kualitas Nasi

Penentuan kualitas nasi dilakukan diakhir pengamatan. Penilaian kualitas nasi dilakukan oleh 3 orang panelist. Penilaian kualitas nasi ditentukan dari segi aroma, rasa dan warna. Hasil uji organoleptik dihitung menggunakan rumus :

a. Warna

Pemeriksaan warna nasi dilakukan dengan membandingkan antara nasi yang diberi dosis perlakuan dengan nasi tanpa perlakuan dan pemeriksaan dilakukan diakhir percobaan dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 3 yaitu skala 1 menyatakan beras berwarna putih jernih, skala 2 menyatakan beras berwarna putih keruh, dan skala 3 menyatakan beras berwarna kecoklatan.

b. Aroma

Kualitas aroma ditentukan dengan cara membandingkan antara nasi yang diberi perlakuan dengan nasi tanpa diberi perlakuan yang ditandai adanya bau aroma yang bersumber dari ekstrak rimpang kencur tersebut. Penilaian akan penciuman dapat dinyatakan kedalam indeks skala 1 sampai 3 dengan keterangan skala 1


(36)

Penilaian terhadap kualitas rasa ditentukan dengan cara membandingkan antara nasi yang diberi perlakuan dengan nasi tanpa perlakuan yang ditandai dengan pencampuran yang bersumber dari beras dan rimpang kencur. Penilaian akan kualitas rasa nasi dapat dinyatakan dengan indikator penilaian dalam bentuk indeks skala 1 sampai 3 dengan keterangan skala 1 menyatakan enak dan skala 2 menyatakan tidak enak dan skala 3 menyatakan enak sekali. Penilaian ini menunjukkan bahwa nasi yang diberi perlakuan ekstrak rimpang kencur setelah diaplikasikan apakah masih tetap sama akan rasanya dengan nasi tanpa diberi perlakuan.

F. Analisis Data

Hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam atau analysis of variance (ANOVA). Apabila ada perbedaan nyata antar perlakuan yang diujikan maka dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan's Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.


(37)

pengaruh nyata terhadap penolakan hama kutu beras. Namun perlakuan serbuk ekstrak rimpang kencur dengan dosis 2g sampai dosis 6g / 50g beras / 10 ekor kutu beras menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dan menghasilkan tingkat penolakan yang lebih rendah dari perlakuan pestisida sintetik. Semakin tinggi dosis serbuk ekstrak rimpang kencur maka semakin tinggi tingkat penolakan hama kutu beras (Tabel 1 dan Lampiran 2a).

Tabel 1. Rerata tingkat penolakan hama kutu beras. Perlakuan

(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu beras) Tingkat Penolakan (%) Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 3,33 bc

Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 3,33 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 13,33 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 26,67 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 33,33 b

Pestisida sintetik dosis 0,00025g 100,00 a*

Tanpa pestisida 0,00 c

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5%. *: 10 ekor hama kutu beras mati.

Pengamatan pada semua imago kutu beras menunjukkan setelah diberi serbuk ekstrak rimpang kencur mengalami gejala awal yang sama yaitu semua serangga bergerak naik ke atas menuju pembatas perekat plastik. Hal ini membuktikan bahwa bau menyengat yang berasal dari bahan aktif pada serbuk ekstrak rimpang kencur mengganggu pernapasan serangga, sehingga serangga bergerak untuk mencari udara


(38)

(Kaempferia galangal L.) mengandung komponen zat aktif yaitu saponin, flavonoida, polifenol, cinnamal, aldehide, asam motil p-cumarik, asam annamat, etil asetat flavonoid, saponin, methyl-p-methoxycinnamate, methyl-cinnamate, carvone, eucalyptol, pentadecane dan minyak atsiri 2.4 – 3.9 % yang mengandung sineol dan kamferin.

Kandungan minyak atsiri yang ada pada kencur mengandung senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan seskuiterpenoid. Seskuiterpenoid terdapat sebagai komponen minyak atsiri yang berperan penting dalam memberi aroma pada buah dan bunga. Banyak jenis seskuiterpenoid yang diketahui mempunyai efek fisiologi yang nyata terhadap tumbuhan dan hewan, seperti bekerja sebagai penolak serangga dan insektisida (Repellent), merangsang pertumbuhan tumbuhan, dan bekerja sebagai fungisida (Robinson, 1995). Bahan aktif yang terdapat dalam rimpang kencur masuk kedalam tubuh serangga melalui system pernapasan (inhibitor metabolisme respirasi).

Prijono (1988) menyatakan semakin banyak atau pekat konsentrasi insektisida nabati yang diberikan maka semakin besar pengaruhnya terhadap penolakan organisme sasaran karena akumulasi racun yang ditimbulkan oleh insektisida tersebut. Serbuk ekstrak rimpang kencur yang konsentrasinya rendah yang telah dicampurkan kedalam makanan kutu beras hanya dapat mengurangi nafsu makan,


(39)

Hasil penelitian menunjukan dosis ekstrak rimpang kencur memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas, efikasi dan kecepatan kematian pada hama kutu beras (Lampiran 2.b, 2.c, 2.d). Serbuk ekstrak rimpang kencur dengan dosis 2g sampai dosis 6g / 50g beras / 10 ekor kutu beras tidak menimbulkan kematian sehingga lebih rendah dibandingkan dengan pestisida sintetik, dan menghasilkan mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian yang tidak beda nyata. Pertambahan dosis yang semakin tinggi tidak berpengaruh terhadap mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian (Tabel 2).

Tabel 2. Rerata tingkat mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian Perlakuan

(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu)

Mortalitas (%) Efikasi (%) Kecepatan Kematian (ekor/jam) Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Pestisida sintetik dosis 0,00025g 100,0 a 100,0 a 100,0 a

Tanpa pestisida 0,0 b 0,0 b 0,0 b

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5%.

Mortalitas imago menunjukkan kemampuan atau daya bunuh ekstrak rimpang kencur dalam membunuh kutu beras. Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa dosis 2 sampai dosis 6g / 50g beras / 10 ekor kutu beras, serbuk ekstrak rimpang kencur tidak dapat


(40)

dinding sel dalam saluran pencernaan menurun. Hal ini akan mengakibatkan transfor nutrisi terganggu sehingga pertumbuhan terhambat dan akhirnya akan mati, akan tetapi pada kenyataannya kandungan yang terdapat pada rimpang kencur tidak dapat mengakibatkan kematian serangga sehinggga molekul yang terdapat pada kandungan rimpang kencur belum mencapai sasaran pada tubuh serangga Sithophylus Oryzae L. Pestisida rimpang kencur mengandung bahan aktif minyak atsiri minyak atsiri 2.4 – 3.9 % yang mengandung sineol dan kamferin dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis serangga tanaman (Anonim, 2007b). Minyak atsiri dari rimpang kencur bersifat repellent yaitu sebagai penolak serangga tetapi bila rimpang kencur diblender dan aroma terhirup ke dalam tubuh serangga melalui spirakel dapat mengakibatkan kematian serangga kutu beras.

Beberapa metode ekstraksi untuk mendapat kandungan aktif dalam sebuah tanaman dapat dilakukan bermacam-macam, bisa dilakukan dengan menggunakan metode perebusan, salah satunya yakni metode dengan menggunakan Infundasi (Satria, 2016) dan evaporasi. Ekstraksi dengan metode infundasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Sari yang dihasilkan cepat menguap dan mudah tercemar oleh bakteri dan kapang merupakan salah satu kekurangan dari proses ekstraksi dengan metode infundasi. Kekurangan inilah yang menyebabkan serangga kutu beras tidak


(41)

terjadi karena perlakuan pemanasan pada saat pengeringan rimpang dan pemekatan ekstrak dengan menggunakan rotary evaporator, seperti yang telah dipaparkan oleh Koirewoa dkk (2012) dan Rompas dkk (2012) kandungan kimia yang terdapat pada rimpang kencur akan cepat mudah teroksidasi pada suhu tinggi.

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa hasil efikasi yang didapat lebih rendah dibanding dengan pestisida sintetik. Hal ini disebabkan keefektifan pestisida nabati yang semakin menurun, turunnya keefektifan pestisida nabati diduga residu pestisida yang semakin rendah dan karena sifat pestisida nabati tersebut yang mudah terdegradasi oleh faktor alam seperti suhu dan kelembaban. Pestisida kimiawi mempunyai rerata nilai efikasi tertinggi, hal ini disebabkan daya kerja pestisida kimiawi dapat mengendalikan hama lebih cepat karena pestisida yang digunakan berbahan aktif Alluminium Phospide. Yang bersifat insektisida racun kontak terhadap Sithopylus oryzae L., sehingga kutu beras yang terkena insektisida akan mati dibandingkan dengan pestisida nabati yang berperan sebagai penolak serangga dan anti feedant akan menghambat makan dengan cara sebagai racun perut dan racun kontak. Tetapi reaksinya sangat lambat dibanding kimia (Kardiman,1999).

Menurut Sudarmadji (1993) umumnya senyawa aktif yang terkandung dalam bahan akan mudah larut apabila menggunakan pelarut organik. Tetapi senyawa aktif tersebut juga dapat larut dalam air walaupun kelarutannya tidak sebesar seperti


(42)

sintetik, pada pengamatan 12 jam sekali memperlihatkan bahwa pemberian pestisida serbuk ekstrak rimpang rimpang kencur pada siang ataupun malam hari tidak memberikan pengaruh terhadap serangga Sitophylus oryzae L.. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang telah dipaparkan oleh Bulog (2016) bahwa pestisida akan mempengaruhi serangga Sitophylus oryzae L. pada siang hari setelah 1 jam dari pemberian pestisida sehingga waktu dormansi untuk serangga terganggu.

C.Keutuhan Beras

Mutu beras dapat diukur atau ditentukan berdasarkan karakteristik secara subyektif dan obyektif. Keutuhan beras merupakan salah satu karakteristik secara subyektif. Selama penyimpanan beras mengalami penyusutan baik kualitas maupun kuantitas yang disebabkan antara lain faktor biologi dan fisik. Faktor biologi adalah gangguan hama beras ditempat penyimpanan sedangkan keutuhan fisik beras merupakan salah satu bagian dari faktor fisik.

Hubungan serangga dan inang merupakan hubungan yang khusus. Dipilih atau tidaknya suatu jenis tanaman oleh serangga ditentukan oleh kemampuan serangga menginfestasinya dan kondisi tanaman atau bahan tanaman apakah cocok atau tidak untuk dijadikan makanan, tempat meletakkan telur ataupun sebagai tempat berlindung. Kondisi tanaman atau bahan tanaman meliputi keadaan fisik dan fisiologi yang dapat menyebabkan serangga tertarik atau menjauhinya.


(43)

terbukti dari suksesnya serangga menyelesaikan seluruh siklus hidupnya pada inang tersebut mulai dari peletakan telur, telur menetas menjadi larva atau nimfa, pupa sampai menjadi dewasa (imago). Tanaman atau bahan tanaman dikatakan cocok sebagai inang dari serangga tersebut jika serangga tersebut dapat tumbuh dan berkembang biak pada tanaman/bahan tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan dosis ekstrak rimpang kencur memberikan pengaruh nyata terhadap keutuhan beras yang telah diberi ekstrak rimpang kencur. (Lampiran 2.e). Serbuk ekstrak rimpang kencur pada dosis 2g sampai dosis 6g / 50g beras / 10 ekor kutu beras menghasilkan keutuhan beras yang tidak beda nyata dan menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan tanpa pestisida.

Tabel 3. Rerata keutuhan beras Perlakuan

(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu beras) Keutuhan beras Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 90,13 c Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 88,89 c Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 91,20 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 92,91 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 88,65 c

Pestisida sintetik dosis 000025g 100,00 a

Tanpa pestisida 94,52 b

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan tidak beda nyata berdasarkan hasil DMRT pada Taraf 5%.


(44)

Menurut Bursell (1970) bahwa suatu organisme akan tumbuh dan berkembang biak dengan baik jika nutrisi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsinya ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan serangga. Tidak hanya itu, kandungan gizi yang terdapat pada bahan yang dikonsumsi memperngaruhi tingkat kesukaan dan ketertarikan hama terhadap bahan makanan, sehingga kandungan gizi dari beras berpengaruh pada hama sehingga menimbulkan kerusakan fisik beras. Hal ini akan sama dengan yang sudah dipaparkan oleh Sastroamidjojo (2004) bahwa beras yang disimpan dalam gudang dapat mencapai kerusakan antara 10-20% didalam waktu yang relative pendek akibat serangan hama dengan hasil yang telah tersaji menunjukkan kerusakan mencapai 10-20%. Kecilnya angka kerusakan pada keutuhan beras terbantu karena adanya bau khas yang berasal dari esktrak tanaman kencur sehingga aroma yang berasal dari ekstrak kencur menyebabkan ketertarikan dan kesukaan hama terhadap bahan makanan mengalami penurunan.

D.Warna, Aroma, dan Rasa

Analisa sifat organoleptik sangat penting bagi setiap produk karena berkaitan erat dengan penerimaan konsumen. Parameter kualitas nasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerimaan panelis terhadap beras yang sudah diaplikasikan menggunakan serbuk ekstrak rimpang kencur sebagai pencegah Sitophilus oryzae L. selama penyimpanan.


(45)

Tabel 4. Skor warna, aroma dan rasa nasi dari 3 orang panelis Perlakuan

(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu beras)

Hari Pengamatan

Sifat Organoleptik (Panelist) Warna Aroma Rasa

Rata-rata Skor Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 14 Hari 2,00 2,00 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 14 Hari 2,00 2,33 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 14 Hari 2,00 2,66 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 14 Hari 2,33 2,44 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 14 Hari 2,33 2,77 2,00

Tanpa Pestisida 14 Hari 1,00 1,00 1,22

1. Warna

Warna merupakan suatu sifat bahan yang berasal dari spectrum sinar, begitu juga dengan kilap dari bahan yang dipengaruhi oleh sinar pantul. Warna bukan merupakan suatu zat, melainkan sensasi sensoris karena adanya rangsangan dari seberkas energy radiasi yang jatuh ke indra penglihatan (Bambang Kartika, 1988). Indikator uji organoleptik warna nasi menggunakan skala 1 sampai 3, dengan skala 1 menunjukkan yang menyatakan nasi berwarna putih jernih, sedangkan skala 3 menunjukkan nasi berwarna kecoklatan. Semakin tinggi skor, warna yang dihasilkan semakin tidak bagus sehingga menyebabkan kualitas warna menjadi turun.

Berdasarkan tabel 4 serbuk ekstrak rimpang kencur pada dosis 5g dan dosis 6g / 50g beras / 10 kutu beras menghasilkan kualitas warna nasi putih keruh dibandingkan dengan serbuk ekstrak rimpang kencur pada dosis 2g sampai dengan


(46)

serbuk ekstrak rimpang kencur terkena dengan embun yang berasal dari dinding-dinding plastik. Warna yang timbul memberikan warna yang tidak sedap dipandang atau memberikan kesan menyimpang dari warna nasi yang beredar dipasaran atau warna nasi yang semestinya layak untuk dikonsumsi. Suatu bahan yang dinilai bergizi, enak, dan teksturnya sangat baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna yang tidak sedap dipandang. Penerimaan warna suatu bahan berbeda-beda tergantung faktor alam, geografis, dan aspek sosial masyarakat penerima.

2. Aroma

Dalam industri pangan pengujian aroma atau bau dianggap penting karena cepat dapat memberikan hasil penilaian terhadap produk terkait diterima atau tidaknya suatu produk. Timbulnya aroma atau bau ini karena zat bau tersebut bersifat volatile (mudah menguap), sedikit larut air dan lemak. Hal ini disebabkan karena serbuk ekstrak rimpang kencur memiliki aroma yang khas sehingga memberikan pengaruh terhadap kualitas aroma pada nasi.

Indikator uji organoleptik aroma nasi menggunakan skala 1 sampai 3, dengan skala 1 menunjukkan aroma nasi tidak bau, sedangkan skala 3 menunjukkan aroma nasi menjadi sangat bau. Semakin tinggi skor, aroma yang dihasilkan semakin sangat bau sehingga menyebabkan kualitas aroma nasi menjadi turun.


(47)

10 ekor kutu beras. Seperti yang telah disebutkan oleh (Juliano, 1994 dalam Haryadi 2006) aroma bau yang timbul pada nasi disebabkan karena terjadi pengikatan antara senyawa khas minyak atsiri yang berada pada rimpang kencur dengan senyawa yang berada pada beras. Faktor lain dapat disebabkan karena penyimpanan yang membutuhkan waktu dua minggu.

3. Rasa

Makanan merupakan gabungan dari berbagai macam rasa bahan-bahan yang digunakan dalam makanan. Rasa diartikan sebagai rangsangan yang ditimbulkan oleh bahan yang dimakan, yang dirasakan oleh indra pengecap atau pembau, serta rangsangan lainnya seperti perabaan dan derajat panas oleh mulut.

Indikator uji organoleptik rasa nasi menggunakan skala 1 sampai 3, dengan skala 1 menunjukkan rasa nasi enak, sedangkan skala 3 menunjukkan rasa nasi enak sekali. Berdasarkan table 4 responden menyatakan serbuk ekstrak rimpang kencur pada dosis 2g sampai 6g / 50g beras / 10 ekor kutu beras menghasilkan nilai lebih tinggi dibandingkan tanpa pestisida dan menghasilkan kualitas rasa nasi yang tidak enak dibandingkan nasi tanpa pestisida. Hal ini seperti yang telah disebutkan oleh Ketare, 1985 dan Agusta 2000 menyebutkan bahwa kencur memiliki rasa getir atau bau sangir yang dapat menimbulkan rasa tidak enak terhadap kualitas cita rasa nasi.


(48)

10 ekor kutu kurang efektif untuk membunuh hama kutu beras.

2. Serbuk ekstrak rimpang kencur menyebabkan penurunan kualitas warna, aroma dan rasa nasi.

B.Saran

Perlu dikaji ulang cara pembuatan ekstrak rimpang kencur dengan menggunakan teknik pembuatan yang lain.


(49)

Agusta. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung : Penerbit ITB . Hal 29-34

Amanupunyo, H.R.D. (2002). Pengaruh Bubuk Cengkih Dalam Menekan PertumbuhanJamur Sclerotium Rolfsii penyebab Penyakit Layu Sclerotium Pada Kedelai.(Tesis Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Tidak Dipublikasikan).

Anonim. 2015.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21650/Chap ter%20I.pdf;jsessionid=8

BD8B3E4479FEECF6FC97E724987ACA7?sequence=5

Anonim. 2015. Jurnal

kencur.http://journal.fmipa.itb.ac.id/jms/article/viewFile/339/402

Anonim. 2015.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25449/Chap ter%20II.pdf?sequence=4

Anonim. 2012.http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/8/jhptump-a-maymikachi-369-2-

babii.pdfhttp://ddzahra.blogspot.com/2012/04/hama-gudang-ekstrak-kencur.html

Bulog. 2016. Tekhnical Meetting All About Rice Lice Pest. Yogyakarta. Unpublish Bursell, E. 1970. An Introduction to Insect Physiology. Academic Press Inc.(London)

LTD. London and New York

Gholib, D. 2009. Daya Hambat Ekstrak Kencur (Kaempferia galanga) Terhadap Trichophyton mentagrophytes Dan Cryptococcus neoformans Jamur Penyebab Penyakit Kurap Pada Kulit dan Penyakit Paru. Balai Besar Penelitian Veteriner Bul. Littro. Vol. 20 No. 1, 59-67

Hussein, M. Y. dan A.G. Ibrahim. 1986. Biological control in theTropics. Pertanian Malaysia. Serdang, Malaysia


(50)

52.

Manueke Jusuf, dan Jantie Pelealu. 2015. Ketertarikan Hama Sitophilus oryzae Pada Beras, Jagung Pipilan Kacang Tanah, Kacang Kedelai, dan Kopra. Fakultas Pertanian Unsrat Manado.

Metcalf, R.L. & W.H. Luckman. 1975.Introduction to Insect pest Management,pp. 235 – 273.In R.L Metcalf , J.N. Pitts & W. Stumn (eds), Environmental Science and technology. John Willey & Sons, New York.

Muhlisah. 1999. Temu-temuan dan Empon-empon. Cetakan Kelima. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Hal 29-33.

NAFED. 1993. Buyer’s Guide to Indinesia Essential Oils. Departemen ofCorner, RI. Natawigena, H., 1985. Pestisida dan Kegunaannya. Annico. Bandung. 72 H

Novizan.(2002). Membuat dan memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Jakarta.Agromedia Pustaka.

Pattikawa. (2007). Potensi Beberapa Tanaman Dalam Menekan Pertumbuhan BakteriRalstonia solanacearum Penyebab Penyakit Layu Pada Pisang Secara In Vitro.Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon.

Patton, R. L. 1963. Introductory Insect Physiology. W.B. Saunders Compaqny, Philadelphia and London, Toppan Company Limited,Tokyo, Japan.

Prijono.1988. Pengujian Insektisida (Penuntunan Praktikum) Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan IPB. Bogor.

Rahman, dkk. 2007. Ethanolic Extract Of Melgota (Nacaranga Postulata) For Repelent Insectisidal Activity Against Rice Weevil (Sitophilus Oryzae). Arf J. Biotechnology, Vol 6(4), pp.379-383.

Rickman, J.F,.dan M. Gummert.2012. Karakterisasi Dan Standardisasi Mutu Gabah-Beras. IRRI, Los Banos, Philippines: Penelitian Tanaman Padi.


(51)

Rompas, R.A., Hosea, J. E., dan Adithya, Y. 2012. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Dalam Daun Lamun (Syringodium isoetifolium).J. Pharmacon 1 (2): 59-63. Saraswati.2004.Pengaruh Konsentrasi Filtrat Biji Bengkuang (Pachyrrhizus erosus

L) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti L. Skripsi.UMM.Malang. Sastrohamidjojo, Prof. Dr. Hardjono, 2004. “Kimia Minyak Atsiri”. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Satria.2016. Volume dan Metode Ekstraksi. Laboratorium Farmasetika UMY. Yogyakarta. Unpublish

Sohilait, H. J. 2006. Kimia Minyak Atsiri dan Peranannya dalam Pembangunan di Maluku ke Depan.Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Universitas Pattimura Ambon.

Wasilah, F., Ammi S., dan Yanti H. 2010. Pengaruh Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Pertumbuhan Jamur Fusarium oxysporum Schlect Secara In Vitro. Bandung: Seminar Nasional BIOUPI.

Wudianto


(52)

Keterangan :

K2.1 , K2.2 , K2.3 = 2 gram serbuk ekstrak rimpang kencur / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras

K3.1 , K3.2 , K3.3 = 3 gram serbuk ekstrak rimpang kencur / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras

K4.1 , K4.2 , K4.3 = 4 gram serbuk ekstrak rimpang kencur / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras

K5.1 , K5.2 , K5.3 = 5 gram serbuk ekstrak rimpang kencur / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras

K6.1 , K6.2 , K6.3 = 6 gram serbuk ekstrak rimpang kencur / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras

K1 , K2 , K3 = control (tanpa perlakuan) / 50 gram beras / 10 ekor kutu beras

P1 , P2 , P3 = 0,00025 miligram Pestisida Sintetik / 50 gram beras/ 10 ekor kutu beras

K4.3 K2

K4.2 K3.2 K6.1 K4.1 K3.3 K3.1 K6.3


(53)

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 22180.95238 3696.82540 13.16 <.0001

Error 14 3933.33333 280.95238

Corrected Total 20 26114.28571

b. Tingkat mortalitas terhadap serbuk ekstrak rimpang kencur

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 25714.28571 4285.71429 Infty <.0001 Error 14 0.00000 0.00000

Corrected Total 20 25714.28571

c. Tingkat efikasi terhadap serbuk ekstrak rimpang kencur

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 25714.28571 4285.71429 Infty <.0001 Error 14 0.00000 0.00000

Corrected Total 20 25714.28571

d. Tingkat kecepatan kematian terhadap serbuk ekstrak rimpang kencur Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 6 25714.28571 4285.71429 Infty <.0001 Error 14 0.00000 0.00000

Corrected Total 20 25714.28571

e. Hasil keutuhan beras terhadap serbuk ekstrak rimpang kencur

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 8 286.4970667 35.8121333 7.32 0.0013 Error 12 58.7441905 4.8953492


(54)

1. Pencucian rimpang kencur

2. Penirisan rimpang kencur

3. Penjemuran rimpang kencur

4. Rimpang kencur kering 5. Proses penghalusan rimpang kencur

6. Serbuk rimpang kencur

7. Proses infundasi 8. Ekstrak rimpang kencur

9. Proses pemekatan ekstrak rimpang kencur


(55)

13. Penimbangan beras

14. Beras tidak utuh 15. Beras utuh


(56)

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK RIMPANG KENCUR

(Kaempferia galanga L.) SEBAGAI INSEKTISIDA ORGANIK

HAMA KUTU BERAS (Sitophilus oryzae L.)

SKRIPSI

Oleh :

Rofi

ah Sahara

20120210020

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(57)

ABSTRACT

A research was conducted to determine the effective dose of galanga rhizomes extracts for controlling Sitophilus oryzae L. and to understand the influences of kencur extract on the quality of rice. A research was carried out from March through April 2016 in the Pharmaceutical Laboratory, Department of Pharmacy, Faculty of Medicine and Health Sciences, and Plant Protection Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

The research was designed by Completely Randomized Design (CRD) with a single factor. The treatment was dosage of kencur extracts consisted as seven treatments and 3 replications, i.e.2 g, 3 g, 4 g, 5 g, 6 g, added two treatments, synthetic pesticide, and no pesticides as a control. Each treatment was applied on 50 g rice with 10 individuals of S. oryzae L. The parameters of this research were mortality of S. oryzae L., and the quality of rice.

The results of a research showed that 2-6 g of kencur extract was not effective in repelling and controlling S. oryzae L. and kencur extract also decreased the quality of rice such as color, flavor, and taste.


(58)

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Beras adalah bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang dijadikan sebagai sumber utama untuk kebutuhan kalori. Untuk memenuhi kebutuhan beras, pemerintah menyediakan gudang untuk dijadikan sebagai penyimpanan produksi beras. Setiap produk pasca panen yang disimpan di dalam gudang tidak bisa menjamin terhadap kualitas produknya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan produk mengalami penurunan, salah satunya hama.

Pada umumnya hama yang menyerang beras adalah kutu beras (Sitophilus oryzae, L.). Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama kutu beras ditandai dengan perubahan bulir beras yang awalnya utuh menjadi tidak utuh.

Untuk mengatasi penggunaan pestisida yang dijadikan sebagai alternatif namun dapat merusak lingkungan dapat dialihkan dengan menggantinya menjadi pestisida alami yang diperoleh dari tanaman-tanaman yang tersedia di Negara Indonesia dan tentunya dengan metode serta ukuran yang telah disesuaikan.

B.Perumusan Masalah

1. Berapa dosis ekstrak rimpang kencur yang efektif untuk pengendalian hama kutu beras ?

2. Bagaimana pengaruh rimpang kencur terhadap kualitas nasi ? C.Tujuan Penelitian

1. Mendapatkan dosis ekstrak rimpang kencur yang efektif sebagai pengendalian hama kutu beras.


(59)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Hama Kumbang Beras ( Sitophilus oryzae L.)

Sithopilus oryzae L. merupakan salah satu hama gudang yang sangat merugikan dan sulit. Kerusakan yang diakibatkan oleh Sithophylus oryzae L. dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijian hancur dan berdebu, dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur, sehingga produksi beras rusak total, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikonsumsi (Kalshoven, 1981). Serangan kumbang bubuk terkadang juga diikuti oleh serangan ulat Corcyra cephalonica Stt. sehingga beras menjadi tambah hancur karena serangan hama bubuk dan kelembaban tinggi akan meninggikan temperature maka cendawan pun ikut menyerang hingga beras tambah rusak dan berbau busuk (Pracaya, 1991).

B.Insektisida Organik

Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh organisme hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak, dan sebagainya yang dibudidayakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Bentuk pestisida bermacam-macam bila dilihat dari segi bahan yang digunakan yaitu pestisida kimia yang diartikan sebagai pestisida yang berasal dari bahan-bahan kimia dan pestisida nabati (Agrogreenland, 2013).

Beberapa keuntungan/kelebihan penggunaan pestisida nabati secara khusus dibandingkan dengan pestisida konvensional (Gerrits dan Van Latum, 1988) dalam Sastrosiswojo, 2002) adalah sebagai berikut (1) Mempunyai sifat cara kerja (mode of action) yang unik, yaitu tidak meracuni (non toksik). (2) Mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta relatif aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena residunya mudah hilang.(3) Penggunaannya dalam jumlah (dosis) yang kecil atau rendah. (4) Mudah diperoleh di alam, contohnya di Indonesia sangat banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati. (5) Cara pembuatannya relatif mudah dan secara sosial-ekonomi penggunaannya menguntungkan bagi petani kecil di negara-negara berkembang.

C.Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L. )

Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan tanaman tropis yang banyak tumbuh diberbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara. Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan satu di antara tanaman yang telah dikaji dan dimanfaatkan sebagai fungisida alami. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa ekstrak tanaman kencur (Kaempferia galanga L.) mengandung komponen zat aktif yaitu minyak atsiri 2.4 – 3.9 %, cinnamal, aldehide, asam motil p-cumarik, asam annamat, etil asetat flavonoid, saponin, methyl-p-methoxycinnamate, methyl-cinnamate, carvone, eucalyptol, dan


(60)

pentadecane yang berperan sebagai biofungisidial bagi pertumbuhan jamur Trichophyton mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans, (Gholib, 2009). Minyak atsiri / minyak eteris adalah istilah yang digunakan untuk minyak mudah menguap. Berdasarkan penelitian (Wasilah, dkk.,2010) mengemukakan bahwa senyawa antifungi yang terkandung dalam minyak atsiri mengandung senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan seskuiterpenoid yang diketahui mempunyai efek fisiologi yang nyata terhadap tumbuhan dan hewan, seperti bekerja sebagai penolak serangga dan insektisida, merangsang pertumbuhan tumbuhan, dan bekerja sebagai fungisida (Robinson, 1995).

D.Hipotesis

Pemberian ekstrak rimpang kencur dengan dosis 4 gram / 50 gram / 10 ekor kutu mampu mengendalikan hama kutu beras dan tidak mempengaruhi kualitas nasi.


(61)

III. TATA DAN CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada bulan Maret 2016 hingga bulan April 2016.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan hama kutu beras dan beras sebanyak 1050 gram, air, rimpang kencur sebanyak 2,5 kg pestisida sintetik sebanyak 7,5 mg , aquadest, siflock, kertas HVS, erlenmeyer, tepung beras sebanyak 75 gram dan plastik sebanyak 21 buah, dan air. Alat-alat yang digunakan adalah alat penggorengan, rotary evaporator (Buchi R-250), kompor, oven, cepuk, kipas angin, tampah, cawan porselin, gunting, pisau, talenan, sendok, blender, timbangan analitik, kulkas, kuas, saringan, gelas plastik, nampan, gelas ukur, kaca pembesar, alat tulis, toples ukuran kecil dan toples ukuran besar, panci yang berukuran besar sebanyak 2 buah.

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen, menggunakan rancangan perlakuan dengan 1 faktor yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diujikan berupa dosis ekstrak rimpang kencur yang terdiri atas 5 aras yaitu 2 gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram, 6 gram, ditambah 2 perlakuan yaitu perlakuan pestisida sintetik Alluminium Phosphide sebanyak 0,00025 miligram dan tanpa perlakuan pestisida sebagai pembanding dalam 50 gram beras / 10 ekor Sithopilus oryzae L.. Setiap perlakuan dicampur dengan 50 gram beras dan 10 ekor kutu beras. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehinggga total ada 21 unit.

D. Cara Penelitian

Penelitian dilakukan meliputi proses pembuatan ekstraksi melalui proses infundasi dengan pelarut Aquades, pengaplikasian, dan uji kualitas beras.

E. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati untuk mengetahui pengaruh ekstrak kental rimpang kencur sebagai insektisida nabati hama kutu beras yaitu uji penolakan, jumlah hama yang mati, keutuhan beras, dan uji kualitas nasi yang meliputi warna, aroma, dan rasa.

F. Analisis Data

Hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam atau analysis of variance (ANOVA). Apabila ada perbedaan nyata antar perlakuan yang diujikan


(62)

maka dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan's Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.


(63)

IV. Hasil Analisis dan Pembahasan A. Uji Penolakan

Hasil penelitian menunjukan dosis ekstrak rimpang kencur memberikan pengaruh nyata terhadap penolakan hama kutu beras. Namun perlakuan serbuk ekstrak rimpang kencur dengan dosis 2g sampai dosis 6g / 50g beras / 10 ekor kutu beras menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dan menghasilkan tingkat penolakan yang lebih rendah dari perlakuan pestisida sintetik. Semakin tinggi dosis serbuk ekstrak rimpang kencur maka semakin tinggi tingkat penolakan hama kutu beras.

Tabel 1. Rerata tingkat penolakan hama kutu beras Perlakuan

(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu beras) Tingkat Penolakan (%) Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 3,33 bc

Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 3,33 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 13,33 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 26,67 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 33,33 b

Pestisida sintetik dosis 0,00025g 100,00 a*

Tanpa pestisida 0,00 c

B. Mortalitas, Efikasi, dan Kecepatan Kematian

Hasil penelitian menunjukan dosis ekstrak rimpang kencur memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas, efikasi dan kecepatan kematian pada hama kutu beras. Serbuk ekstrak rimpang kencur dengan dosis 2g sampai dosis 6g / 50g beras / 10 ekor kutu beras tidak menimbulkan kematian sehingga lebih rendah dibandingkan dengan pestisida sintetik, dan menghasilkan mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian yang tidak beda nyata. Pertambahan dosis yang semakin tinggi tidak berpengaruh terhadap mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian (Tabel 2).

Tabel 2. Rerata tingkat mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian Perlakuan

(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu)

Mortalitas (%) Efikasi (%) Kecepatan Kematian (ekor/jam) Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 0,0 b 0,0 b 0,0 b


(64)

Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Pestisida sintetik dosis 0,00025g 100,0 a 100,0 a 100,0 a

Tanpa pestisida 0,0 b 0,0 b 0,0 b

C. Keutuhan Beras

Hasil penelitian menunjukkan dosis ekstrak rimpang kencur memberikan pengaruh nyata terhadap keutuhan beras yang telah diberi ekstrak rimpang kencur. (Lampiran 2.e). Serbuk ekstrak rimpang kencur pada dosis 2g sampai dosis 6g / 50g beras / 10 ekor kutu beras menghasilkan keutuhan beras yang tidak beda nyata dan menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan tanpa pestisida.

Tabel 3. Rerata keutuhan beras Perlakuan

(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu beras) Keutuhan beras Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 90,13 c Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 88,89 c Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 91,20 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 92,91 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 88,65 c

Pestisida sintetik dosis 000025g 100,00 a

Tanpa pestisida 94,52 b

D. Warna, Aroma, dan Rasa

Hasil penelitian menunjukkan dosis ekstrak rimpang kencur menurunkan kualitas warna, aroma, dan rasa nasi. Pertambahan dosis ekstrak rimpang kencur menurunkan kualitas warna, aroma, dan rasa pada nasi.

Tabel 4. Rerata warna, aroma dan rasa nasi. Perlakuan

(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu beras)

Warna Aroma Rasa Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 2,00 2,00 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 2,00 2,33 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 2,00 2,66 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 2,33 2,44 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 2,33 2,77 2,00


(65)

V. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan

1. Serbuk ekstrak rimpang kencur dengan dosis 2g sampai 6g / 50 gram beras / 10 ekor kutu kurang efektif untuk membunuh hama kutu beras. 2. Serbuk ekstrak rimpang kencur menyebabkan penurunan kualitas

warna, aroma dan rasa nasi.

B. Saran

1. Perlu dikaji ulang cara pembuatan ekstrak rimpang kencur dengan menggunakan teknik pembuatan yang lain.

2. Disarankan insektisida berbahan dasar serbuk ekstrak rimpang kencur hanya digunakan dalam skala kecil.


(1)

pentadecane yang berperan sebagai biofungisidial bagi pertumbuhan jamur Trichophyton mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans, (Gholib, 2009). Minyak atsiri / minyak eteris adalah istilah yang digunakan untuk minyak mudah menguap. Berdasarkan penelitian (Wasilah, dkk.,2010) mengemukakan bahwa senyawa antifungi yang terkandung dalam minyak atsiri mengandung senyawa metabolit sekunder yang termasuk ke dalam golongan seskuiterpenoid yang diketahui mempunyai efek fisiologi yang nyata terhadap tumbuhan dan hewan, seperti bekerja sebagai penolak serangga dan insektisida, merangsang pertumbuhan tumbuhan, dan bekerja sebagai fungisida (Robinson, 1995).

D.Hipotesis

Pemberian ekstrak rimpang kencur dengan dosis 4 gram / 50 gram / 10 ekor kutu mampu mengendalikan hama kutu beras dan tidak mempengaruhi kualitas nasi.


(2)

III. TATA DAN CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada bulan Maret 2016 hingga bulan April 2016.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan hama kutu beras dan beras sebanyak 1050 gram, air, rimpang kencur sebanyak 2,5 kg pestisida sintetik sebanyak 7,5 mg , aquadest, siflock, kertas HVS, erlenmeyer, tepung beras sebanyak 75 gram dan plastik sebanyak 21 buah, dan air. Alat-alat yang digunakan adalah alat penggorengan, rotary evaporator (Buchi R-250), kompor, oven, cepuk, kipas angin, tampah, cawan porselin, gunting, pisau, talenan, sendok, blender, timbangan analitik, kulkas, kuas, saringan, gelas plastik, nampan, gelas ukur, kaca pembesar, alat tulis, toples ukuran kecil dan toples ukuran besar, panci yang berukuran besar sebanyak 2 buah.

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimen, menggunakan rancangan perlakuan dengan 1 faktor yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diujikan berupa dosis ekstrak rimpang kencur yang terdiri atas 5 aras yaitu 2 gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram, 6 gram, ditambah 2 perlakuan yaitu perlakuan pestisida sintetik Alluminium Phosphide sebanyak 0,00025 miligram dan tanpa perlakuan pestisida sebagai pembanding dalam 50 gram beras / 10 ekor Sithopilus oryzae L.. Setiap perlakuan dicampur dengan 50 gram beras dan 10 ekor kutu beras. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehinggga total ada 21 unit.

D. Cara Penelitian

Penelitian dilakukan meliputi proses pembuatan ekstraksi melalui proses infundasi dengan pelarut Aquades, pengaplikasian, dan uji kualitas beras.

E. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati untuk mengetahui pengaruh ekstrak kental rimpang kencur sebagai insektisida nabati hama kutu beras yaitu uji penolakan, jumlah hama yang mati, keutuhan beras, dan uji kualitas nasi yang meliputi warna, aroma, dan rasa.

F. Analisis Data

Hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam atau analysis of variance (ANOVA). Apabila ada perbedaan nyata antar perlakuan yang diujikan


(3)

maka dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan's Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.


(4)

IV. Hasil Analisis dan Pembahasan A. Uji Penolakan

Hasil penelitian menunjukan dosis ekstrak rimpang kencur memberikan pengaruh nyata terhadap penolakan hama kutu beras. Namun perlakuan serbuk ekstrak rimpang kencur dengan dosis 2g sampai dosis 6g / 50g beras / 10 ekor kutu beras menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dan menghasilkan tingkat penolakan yang lebih rendah dari perlakuan pestisida sintetik. Semakin tinggi dosis serbuk ekstrak rimpang kencur maka semakin tinggi tingkat penolakan hama kutu beras.

Tabel 1. Rerata tingkat penolakan hama kutu beras Perlakuan

(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu beras) Tingkat Penolakan (%) Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 3,33 bc

Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 3,33 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 13,33 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 26,67 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 33,33 b Pestisida sintetik dosis 0,00025g 100,00 a*

Tanpa pestisida 0,00 c

B. Mortalitas, Efikasi, dan Kecepatan Kematian

Hasil penelitian menunjukan dosis ekstrak rimpang kencur memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas, efikasi dan kecepatan kematian pada hama kutu beras. Serbuk ekstrak rimpang kencur dengan dosis 2g sampai dosis 6g / 50g beras / 10 ekor kutu beras tidak menimbulkan kematian sehingga lebih rendah dibandingkan dengan pestisida sintetik, dan menghasilkan mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian yang tidak beda nyata. Pertambahan dosis yang semakin tinggi tidak berpengaruh terhadap mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian (Tabel 2).

Tabel 2. Rerata tingkat mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian Perlakuan

(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu)

Mortalitas (%) Efikasi (%) Kecepatan Kematian (ekor/jam) Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 0,0 b 0,0 b 0,0 b


(5)

Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 0,0 b 0,0 b 0,0 b Pestisida sintetik dosis 0,00025g 100,0 a 100,0 a 100,0 a

Tanpa pestisida 0,0 b 0,0 b 0,0 b

C. Keutuhan Beras

Hasil penelitian menunjukkan dosis ekstrak rimpang kencur memberikan pengaruh nyata terhadap keutuhan beras yang telah diberi ekstrak rimpang kencur. (Lampiran 2.e). Serbuk ekstrak rimpang kencur pada dosis 2g sampai dosis 6g / 50g beras / 10 ekor kutu beras menghasilkan keutuhan beras yang tidak beda nyata dan menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan tanpa pestisida.

Tabel 3. Rerata keutuhan beras Perlakuan

(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu beras) Keutuhan beras Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 90,13 c Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 88,89 c Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 91,20 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 92,91 bc Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 88,65 c

Pestisida sintetik dosis 000025g 100,00 a

Tanpa pestisida 94,52 b

D. Warna, Aroma, dan Rasa

Hasil penelitian menunjukkan dosis ekstrak rimpang kencur menurunkan kualitas warna, aroma, dan rasa nasi. Pertambahan dosis ekstrak rimpang kencur menurunkan kualitas warna, aroma, dan rasa pada nasi.

Tabel 4. Rerata warna, aroma dan rasa nasi. Perlakuan

(dalam 50 gram beras/10 ekor kutu beras)

Warna Aroma Rasa Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 2g 2,00 2,00 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 3g 2,00 2,33 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 4g 2,00 2,66 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 5g 2,33 2,44 2,00 Serbuk ekstrak rimpang kencur dosis 6g 2,33 2,77 2,00


(6)

V. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan

1. Serbuk ekstrak rimpang kencur dengan dosis 2g sampai 6g / 50 gram beras / 10 ekor kutu kurang efektif untuk membunuh hama kutu beras. 2. Serbuk ekstrak rimpang kencur menyebabkan penurunan kualitas

warna, aroma dan rasa nasi.

B. Saran

1. Perlu dikaji ulang cara pembuatan ekstrak rimpang kencur dengan menggunakan teknik pembuatan yang lain.

2. Disarankan insektisida berbahan dasar serbuk ekstrak rimpang kencur hanya digunakan dalam skala kecil.