ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSEPSI MAHASISWA FARMASI UMY TERHADAP METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh
MUHAMMAD FACHRIANNOR 20120350012
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(2)
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh
MUHAMMAD FACHRIANNOR 20120350012
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(3)
i
PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Disusun oleh:
Muhammad Fachriannor 20120350012
Telah disetujui dan diseminarkan pada 9 September 2016 Dosen Pembimbing,
Dra. Salmah Orbayinah, M.Kes.,Apt. NIK :19680229199409173008 Dosen Penguji 1
Nurul Maziyyah., M.Sc., Apt NIK:19881018201410173231
Dosen Penguji 2
Ingenida Hadning., M.Sc., Apt, NIK:19850304201004173122
Mengetahui
Kepala Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Sabtanti Harimurti, Ph.D., Apt NIK : 19730223201310173127
(4)
ii NIM : 20120350012 Program Studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta,09 September 2016 Yang membuat pernyataan
Muhammad Fachriannor NIM : 20120350012
(5)
iii
“
Failure occurs only when we give up
”
(6)
iv
moril dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Untuk kakak-kakak ku yang selalu memberikan nasehat, dukungan dan motivasi yaitu Hj. Rusjainah, Masridah, Rina Hayati, M. Yoerdani, serta adik ku Siti Hardyanti serta semua keluarga di Sekumpul dan Kota Baru yang ku sayangi yang selalu memberikan doa dan motivasi untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Untuk dosen pembimbing yaitu Dra. Salmah Orbayinah, M.Kes.,Apt yang telah memberikan arahan dan bimbingan sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Untuk Bapak/Ibu Dosen farmasi UMY yang saya hormati, terimakasih atas didikan dan ilmu yang sangat bermanfaatnya selama ini.
5. Untuk teman-teman satu bimbingan karya tulis ilmiah ini yaitu Dwi Wahyuni, Uswatun Niswah, Seftina Wulandari, Chakra Haadi Saputro, Rifa Atria Muda dan Rima Fathu Nimah yang telah bersama-sama berjuang dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Untuk sahabat ku di Yogyakarta yaitu Mochammad Anugrah Firzatullah, Aditya Rizqi Abdi Setyo, M. Tamam Wahyudi, Berry Helandi Bapenta, M. Rizqi Maulana, Apriadis, Hengky Wijaya Supta, Asep Setyawan, Aditya Dwi Pamungkas, Nur Ahmad prihandoko, Tri Handrianto, Syahrizal, Elkana laga, Siti khodijah, Nadira Alvi Syahrina, Sari Nafila, Annisa Rizki Setyani, Ratna Sitaresmi, Irna Nurrohmah, Farida Elyani dan Neng Rini Asih, yang saling memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan Karya tulis ilmiah.
7. Untuk keluarga besar Farmasi 2012 sebagai teman dan juga keluarga selama menempuh ilmu S1 di Farmasi UMY.
8. Untuk seluruh mahasiswa Farmasi UMY dari angkatan 2010-sekarang yang ku sayangi.
(7)
v
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Analisis Tingkat Pengetahuan dan Persepsi Mahasiswa Farmasi Umy Terhadap Metode Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)”.
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan oleh berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Allah SWT atas limpahan berkat, rahmat dan hidayah-Nya.
2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberi izin dalam pelaksanaan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Sabtanti Harimurti, Ph.D., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 4. Dra. Salmah Orbayinah M,Kes., Apt selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Nurul Maziyyah., M.Sc., Apt selaku Dosen Penguji 1 dan Ingenida Hadning, M.Sc., Apt selaku Dosen Penguji 2 yang telah memberikan kritik dan saran dalam perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar program studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan guna mendapatkan hasil karya tulis ilmiah yang lebih baik. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Yogyakarta, 09 september 2016
(8)
vi
MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
INTISARI ... xi
ABSTRACT ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan masalah ... 3
C. Tujuan penelitian ... 4
D. Keaslian penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Problem Based Learning (PBL) ... 6
1. Definisi Problem Based Learning (PBL) ... 6
2. Metode Pembelajaran Dalam PBL ... 7
3. Kelebihan Metode PBL ... 12
4. Kekurangan Metode PBL ... 13
B. Pengetahuan terhadap PBL ... 14
1. Definisi Pengetahuan ... 14
2. Tingkat Pengetahuan ... 15
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 17
4. Kriteria Tingkat Pengetahuan ... 19
C. Persepsi ... 19
1. Definisi Persepsi ... 19
2. Syarat-syarat terjadinya persepsi ... 20
3. Faktor yang mempengaruhi persepsi ... 21
4. Proses persepsi ... 22
5. Tingkatan Persepsi ... 23
D. Pembelajaran ... 24
1. Definisi Pembelajaran ... 24
2. Tujuan Pembelajaran ... 25
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 26
4. Evaluasi Pembelajaran ... 27
E. Kerangka Konsep ... 29
F. Hipotesis ... 29
BAB III METODE PENELITIAN... 30
(9)
vii
2. Definisi Operasional ... 32
F. Instrumen Penelitian... 33
G. Cara Kerja ... 34
H. Langkah Kerja Penelitian ... 37
I. Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Hasil Penelitian ... 39
1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39
2. Karakteristik Responden ... 41
3. Tingkat Pengetahuan dan Persepsi Responden Terhadap PBL ... 41
B. Pembahasan ... 47
1. Analisis Tingkat Pengetahuan ... 47
2. Analisis Tingkat Persepsi ... 55
C. Keterbatasan penelitian ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... xii
(10)
viii
PBL... 43 Gambar 4. Distribusi jawaban responden tentang persepsi terhadap PBL ... 46
(11)
ix
Tabel 3. Distribusi angkatan ... 41 Tabel 4. Tingkat pengetahuan responden terhadap metode PBL berdasarkan
kategori ... 42 Tabel 5. Frekuensi nilai berdasarkan angkatan ... 43 Tabel 6. Persepsi seluruh responden terhadap metode PBL berdasarkan kategori
persepsi ... 45 Tabel 7. Persepsi responden berdasarkan angkatan ... 45
(12)
(13)
xi
dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. Sejak awal berdiri pada tahun 2010 Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam pelaksanaan program pendidikan sarjananya menggunakan metode pembelajaran PBL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan dan persepsi mahasiswa Farmasi UMY terhadap metode pembelajaran PBL.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling. Sebanyak 105 responden dari empat angkatan 2011-2014 diberikan kuesioner yang berisi total 25 item pernyataan yang meliputi tingkat pengetahuan 12 item pernyataan dan persepsi 13 item pernyataan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan persepsi mahasiswa Farmasi UMY terhadap metode pembelajaran PBL. Pengukuran skor jawaban responden menggunakan skala Likert dengan kategori pengetahuan dan persepsi sebagai berikut: Baik 76% -100%, Cukup 56% -75%, Kurang Baik 40% - 55%, dan Tidak Baik <40%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa Farmasi UMY terhadap metode pembelajaran PBL berada pada kategori baik (98,41%), sedangkan persepsi mahasiswa berada pada kategori baik (83,88%). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan persepsi mahasiswa Farmasi terhadap PBL adalah baik.
Kata kunci : Problem Based Learning, Metode pembelajaran, Tingkat Pengetahuan, Persepsi.
(14)
xii
become one of learning approach that apply the problems in a context for students to practice how to think critically and integrated all of their knowledge. Since its established in 2010, undergraduate education program Pharmacy Department Muhammadiyah University of Yogyakarta using PBL learning method. The importance of measuring the level of knowledge and students perceptions of PBL method to determine what aspects need to be developed and evaluated so as to provide a picture of how the knowledge and perception of Pharmacy students UMY for PBL learning method.
This study is descriptive analytic by cross sectional approach, using quota sampling as sampling method. A total of 105 respondents from first year Pharmacy UMY student (2014 class) until fourth year Pharmacy UMY student (2011 class) using 25 items questionnaire include 12 items to measure of knowledge and 13 items to measure the level of knowledge and perceptions of Pharmacy students UMY against PBL learning method. Measurements score of respondents using a Likert scale with the categories of knowledge and perception as follows: Good 76% -100%, enough 56% -75%, Less Good 40% - 55%, and No Good <40%.
The results showed that the level of knowledge of Pharmacy students UMY for PBL learning methods that are in good category (98.41%), while the perception of the students were in either category (83.88%). The conclusion of this study is the level of knowledge and perceptions of Pharmacy students on the PBL is good.
(15)
(16)
xi
dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. Sejak awal berdiri pada tahun 2010 Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam pelaksanaan program pendidikan sarjananya menggunakan metode pembelajaran PBL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan dan persepsi mahasiswa Farmasi UMY terhadap metode pembelajaran PBL.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling. Sebanyak 105 responden dari empat angkatan 2011-2014 diberikan kuesioner yang berisi total 25 item pernyataan yang meliputi tingkat pengetahuan 12 item pernyataan dan persepsi 13 item pernyataan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan persepsi mahasiswa Farmasi UMY terhadap metode pembelajaran PBL. Pengukuran skor jawaban responden menggunakan skala Likert dengan kategori pengetahuan dan persepsi sebagai berikut: Baik 76% -100%, Cukup 56% -75%, Kurang Baik 40% - 55%, dan Tidak Baik <40%.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa Farmasi UMY terhadap metode pembelajaran PBL berada pada kategori baik (98,41%), sedangkan persepsi mahasiswa berada pada kategori baik (83,88%). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan persepsi mahasiswa Farmasi terhadap PBL adalah baik.
Kata kunci : Problem Based Learning, Metode pembelajaran, Tingkat Pengetahuan, Persepsi.
(17)
xii
become one of learning approach that apply the problems in a context for students to practice how to think critically and integrated all of their knowledge. Since its established in 2010, undergraduate education program Pharmacy Department Muhammadiyah University of Yogyakarta using PBL learning method. The importance of measuring the level of knowledge and students perceptions of PBL method to determine what aspects need to be developed and evaluated so as to provide a picture of how the knowledge and perception of Pharmacy students UMY for PBL learning method.
This study is descriptive analytic by cross sectional approach, using quota sampling as sampling method. A total of 105 respondents from first year Pharmacy UMY student (2014 class) until fourth year Pharmacy UMY student (2011 class) using 25 items questionnaire include 12 items to measure of knowledge and 13 items to measure the level of knowledge and perceptions of Pharmacy students UMY against PBL learning method. Measurements score of respondents using a Likert scale with the categories of knowledge and perception as follows: Good 76% -100%, enough 56% -75%, Less Good 40% - 55%, and No Good <40%.
The results showed that the level of knowledge of Pharmacy students UMY for PBL learning methods that are in good category (98.41%), while the perception of the students were in either category (83.88%). The conclusion of this study is the level of knowledge and perceptions of Pharmacy students on the PBL is good.
(18)
1 A. Latar Belakang Penelitian
Melihat perkembangan zaman yang semakin pesat dan didukung dengan kemajuan teknologi membuat dunia pendidikan harus dapat beradaptasi sesuai dengan tuntutan zaman. Tamsyani (2013), menyatakan bahwa metode pembelajaran merupakan salah satu metodologi yang diciptakan dunia pendidikan dalam rangka menuju tercapainya suatu perubahan.
Pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik mengembangkan potensi dirinya secara aktif untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pendekatan yang dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan melalui pendekatan sistem pembelajaran (Sudarman, 2007). Rasululloh Bersabda :
ِةَنجْلاِِقرطِِْنمِاًقيرطِِهبَِِِِّلَهسِاًمْلعِِهيفِِبلْطيِاًقيرطِِكلسِِْنم
“Barangsiapa yang menapaki suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga. [ H.R. Ibnu Majah & Abu Dawud ].
(19)
Menurut Rusman (2010), metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena pada metode ini kemampuan berpikir mahasiswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga mahasiswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Implementasi PBL dapat membantu mahasiswa dalam mengembangkan kebiasaan berpikir, bersikap, dan berperilaku yang dibutuhkan sebagai tenaga kesehatan yang kompeten. Jika dilakukan dengar benar, PBL dapat memberikan sumbangan penting bagi perbaikan pelayanan kesehatan di suatu negara yang diberikan oleh para tenaga kesehatan professional (Gwee, 2009).
Metode Problem based learning (PBL) sudah diterapkan pada beberapa universitas di Indonesia salah satunya Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Program Studi Farmasi UMY sejak pertama kali berdiri pada tahun 2010 sudah menerapkan metode full PBL melalui perkuliahan on campus, rumah sakit, apotek, industri obat, dan praktek di lapangan, juga dilengkapi dengan kegiatan praktikum, e-lab dan clinical skills juga ditunjang dengan kegiatan lain seperti Early Pharmaceutical Exposure (EPhE) dan Interprofessional Education (IPE).
Pengukuran pengetahuan dan persepsi mahasiswa akan berdampak langsung kepada universitas dimana mahasiswa berada. Penelitian tersebut akan memunculkan indikator apa saja yang perlu ditingkatkan dan
(20)
dikembangkan lagi untuk memberikan pelayanan pendidikan yang lebih bermutu dan berkualitas.
Pada penelitian sebelumnya mengenai pengukuran pengetahuan maupun persepsi mahasiswa terhadap PBL, hasilnya cukup bervariasi. Akbar (2014) menyimpulkan bahwa hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap PBL dengan kemampuan SDL (Self-Directed Learning) memiliki hubungan yang sangat lemah. Ditambahkan juga oleh Katsir (2009) bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM angkatan 2006 sebanyak 64,0%, 2007 sebanyak 64,9% dan 2008 sebanyak 68,0% menyatakan setuju dengan kegiatan PBL.
Berdasarkan dari deskripsi di atas, penulis sangat tertarik untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan persepsi mahasiswa Farmasi UMY terhadap metode pembelajaran PBL.
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka diajukan rumusan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimanakah tingkat pengetahuan mahasiswa Farmasi UMY terhadap metode pembelajaran PBL?
2. Bagaimanakah persepsi mahasiswa Farmasi UMY terhadap metode pembelajaran PBL?
(21)
C. Tujuan penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan dan persepsi mahasiswa Farmasi UMY terhadap metode pembelajaran PBL.
D. Keaslian penelitian
Beberapa penelitian tentang pengetahuan dan persepsi terhadap PBL pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, salah satunya yaitu Surya Akbar pada tahun 2014 dengan judul “Hubungan persepsi mahasiswa terhadap PBL, dan motivasi intrinsik, dengan Self-Directed Learning (SDL) di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada”, hasil pada penelitian ini yaitu Hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap PBL dengan kemampuan SDL memiliki hubungan yang sangat lemah. Asal daerah SMA dan pengalaman belajar mandiri/aktif di SMA dapat meningkatkan hubungan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode rancangan penelitian belah lintang dengan subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) dari ketiga prodi. Penelitian lainnya yaitu dengan judul
“Gambaran Persepsi Mahasiswa Tentang Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi Dengan Metode Problem Based Learning Pada Fakultas Kedokteran "X" Di Bandung Tahun 2009”. Penelitian tersebut dilakukan oleh Ibnu Katsir pada tahun 2009 dengan metode penelitian observasi deskriptif dan dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian seluruh mahasiswa angkatan 2006-2008 Fakultas Kedokteran “X” di Bandung.
(22)
Perbedaan 2 penelitian diatas dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu penelitian sebelumnya lebih mengarah kepada bagaimana hubungan persepsi mahasiswa terhadap PBL dengan kemampuan mahasiswanya, sedangkan penelitian ini ingin menganalisis bagaiamana tingkat pengetahuan dan persepsi mahasiswa terhadap PBL. Perbedaan lainnya yaitu pada waktu, objek dan tempat penelitiannya.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Bagi peneliti
Sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian di bidang pendidikan khususnya metode PBL. Serta memperoleh gambaran tingkat pengetahuan dan persepsi mahasiswa Farmasi UMY terhadap metode PBL.
2. Bagi Prodi Farmasi UMY
a. Sebagai salah satu acuan untuk mengevaluasi kegiatan pembelajaran PBL yang sudah dilaksanakan oleh Prodi Farmasi UMY.
b. Menggali lebih dalam aspek mana yang perlu ditingkatkan agar minat dan keluhan mahasiswa dapat diatasi.
3. Bagi institusi pendidikan lain
a. Sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi institusi untuk terus mengembangkan metode pembelajaran PBL.
b. Menjadi sumber inspirasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam bidang pendidikan.
(23)
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Problem Based Learning (PBL)
1. Definisi Problem Based Learning (PBL)
Menurut Alexander et al, (2007) PBL dikembangkan oleh Harold Barrow di Mc Master University Medical School dalam menanggapi ketidakpuasan mahasiswa dengan format pembelajaran kuliah dan lulusan yang tidak dapat menerapkan konten yang dipelajari di kelas ke dalam praktek klinik. Harsono (2009) juga menambahkan bahwa PBL menekankan Active Student Center Learning (AASCL) yang mana para mahasiswa ditantang untuk menguji, mencari, menyelidiki, merefleksikan, memahami makna, dan memahami ilmu dalam konteks yang relevan dengan profesi mereka di masa mendatang.
PBL memadukan sejumlah teori dan prinsip pendidikan yang saling melengkapi ke dalam suatu sistem pembelajaran. PBL mengandalkan strategi belajar yang berpusat kepada pelajar itu sendiri (student-centered), kolaboratif, kontekstual, terpadu dan reflektif. Desain dan pelaksanaan pembelajaran meliputi belajar dalam kelompok–kelompok kecil dan peer teaching. Mahasiswa bekerja sama dalam kelompok–kelompok kecil untuk membangun pengetahuan dengan menggunakan kasus masalah yang realistis untuk memicu proses belajar (Gwee, 2009). Menurut Richrad I dalam (Arends, 2008). Pembelajaran berbasis masalah merupakan metode pembelajaran aktif yang digunakan untuk masalah terstruktur yang
(24)
merupakan tanggapan dari hasil pembelajaran. Pada model pengajaran ini, digunakan untuk menyelesaikan masalah yang mempunyai struktur yang kompleks dan tidak cukup bila dikerjakan hanya dengan algoritma yang sederhana. Pada Pembelajaran Berbasis Masalah ini, mahasiswa diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya sendiri dalam menelaah sebuah masalah.
Metode PBL bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari oleh mahasiswa. Dengan metode PBL diharapkan mahasiswa mendapatkan lebih banyak kecakapan dari pada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecakapan memecahkan masalah, kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan pengolahan informasi. Pembelajaran berbasis masalah relevan dengan profesi kesehatan karena mempromosikan berpikir reflektif dan kritis serta menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek (Rogal & Snider, 2008).
2. Metode Pembelajaran Dalam PBL
Berdasrkan buku panduan akademik Farmasi UMY, Metode PBL dengan kriteria SPICES (student centered, Problem based, integrated, Community oriented, Elective dan Systematic) bertujuan menyiapkan mahasiswa sebagai life long learner atau pembelajar sepanjang hayat sehingga di masa mendatang sudah terlatih untuk menghadapi permasalahan dan bagaimana cara pemecahannya.
(25)
Adapun dalam metode PBL kegiatan belajar mengajar meliputi: a. Tutorial
Tutorial adalah diskusi kelompok kecil dimana setiap kelompok beranggotakan sekitar 10-15 mahasiswa dan dibantu oleh satu tutor yang bertugas sebagai fasilitator. Dalam sekenario modul terdapat tujuan belajar dalam bentuk tujuan instruksional yang harus dicapai oleh mahasiswa selama proses tutorial. Agar lebih memahami alasan klinis dalam memecahkan masalah, dalam berdiskusi mahasiswa menggunakan metode langkah seven jump yang dikombinasi dengan CBL (Case Based Learning) yang terdiri dari:
1) Mengklarifikasi istilah atau konsep 2) Menetapkan masalah
3) Menganalisis masalah
4) Menarik kesimpulan dari langkah 3 5) Menentukan tujuan belajar
6) Melakukan belajar mandiri sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditetapkan
7) Melakukan sintesis dari hasil belajar mandiri
Langkah 1 sampai 5 dilaksanakan pada pertemuan pertama sedangkan langkah 6 dan 7 pada pertemuan kedua. Tutorial merupakan komponen pokok dalam pembelajaran PBL, dimana semua aktivitas dalam tutorial tersebut akan dievaluasi. Tutor dalam diskusi tutorial bertugas mengarahkan mahasiswa untuk untuk mencapai
(26)
proses dan tujuan belajar yang telah ditentukan, akan lebih baik bila tutor selalu memotivasi mahasiswa agar berani mengemukakan pendapat atau analisanya.
b. Kuliah
Kuliah dalam metode PBL bertujuan mendukung modul skenario dan memberikan hal-hal yang bersifat konseptual, mutakhir dan menambah pengayaan pengetahuan bagi mahasiswa, sehingga alokasi waktu kuliah dapat juga memberi kesempatan mahasiswa untuk aktif. Kegiatan kuliah disini tidak mendominasi proses pembelajaran, melainkan disesuaikan dengan kebutuhan blok. Pada sesi kuliah ini diharapkan lebih interaktif dengan melibatkan partisipasi aktif baik berupa diskusi atau ada kesempatan bagi mahasiswa untuk mempersentasikan hasil diskusi.
c. Praktikum Ilmu Farmasi
Praktikum bertujuan selain meningkatkan pemahaman pengetahuan yang sudah didapat juga untuk menambah keterampilan mahasiswa bekerja di labolatorium. kegiatan praktikum disetiap blok ini mendukung modul dan skenario.
d. Praktikum Keterampilan Farmasi
Keterampilan farmasi bertujuan untuk melatih keterampilan farmasi mahasiswa dengan menggunakan model-model pembelajaran yang ada. Kegiatan ini dilaksanakan secara dini, berkelanjutan serta terintegrasi dalam setiap bloknya. Perlu diperhatikan bahwa
(27)
keterampilan farmasi yang di pelajari dan dilatih di labolatorium merupakan salah satu kompetensi inti pendidikan farmasi, sehingga mahasiswa perlu berlatih terus menerus untuk menguasai suatu kompetensi yang ditentukan pada setiap tahapan belajar baik selama jam kegiatan yang sudah terjadwal maupun di luar jadwal, dengan atau tanpa bantuan instruktur.
e. Early Pharmaceutical Exposure (EPhE)
Early Pharmaceutical Exposure bertujuan memberikan pengalaman belajar secara nyata dan lebih awal baik di masyarakat maupun rumah sakit sehingga mereka dapat melihat dan membandingkan antara kondisi di kampus dengan kondisi lapangan. f. Konsultasi Pakar
Konsultasi pakar dilaksanakan bila ada masalah atau kesulitan dalam diskusi tutorial, waktu konsultasi bisa pada saat perkuliahan atau di luar perkuliahan sesuai kesepakatan antara mahasiswa dengan pakar. Penanggungjawab blok akan menginformasikan pakar yang ditunjuk untuk konsultasi pakar.
g. Belajar Mandiri
Belajar mandiri atau self directed learning merupakan salah satu kriteria pokok keberhasilan pembelajaran PBL untuk menyiapkan mahasiswa sebagai lifelong learner. Belajar mandiri dilaksanakan dalam rangka mencari informasi dari tujuan belajar yang sudah ditetapkan bersama pada pertemuan pertama tutorial. Belajar mandiri
(28)
dilakukan pada waktu luang di luar kegiatan kuliah, tutorial maupun praktikum dengan cara belajar ke perpustakaan atau internet, membaca juornal atau text book, konsultasi pakar atau menggunakan sumber belajar lain di skill lab. Sesuai prinsip PBL, maka belajar mandiri ini dapat memacu active learning mahasiswa dan lebih difokuskan pada deep learning sehingga dalam belajar mahasiswa harus mengutamakan pemahaman suatu topik, kontens atau materi tertentu jadi tidak sekedar hapalan. Mahasiswa dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar sesuai yang diminati dan dibutuhkan untuk menunjang belajar mandiri tersebut.
h. Plenary Discussion
Kegiatan belajar ini berupa diskusi pleno klasikal dengan mengambil topik salah satu problem dalam skenario yang dinilai paling menarik dan uptodate dilaksanakan satu kali setiap semester. Dengan diperbaikinya kegiatan pembelajaran dan adanya pengurangan frekuensi kuliah, maka memungkinkan untuk ditingkatkan pelaksanaan kegiatan plenary discussion ini. Dalam plenary discussion menggunakan bahasa pengantar yaitu bahasa inggris. Diskusi ini diikuti oleh semua mahasiswa dalam satu angkatan, 1 atau 2 kelompok sebagai persentator dan menghadirkan pakar-pakar dari bagian yang terlibat serta dosen tetap serta bagian yang lain yang terkait. Plenary discussion bermanfaat sebagai media untuk melatih keberanian mahasiswa berdiskusi dalam skala besar, menyampaikan
(29)
argumntasi, bertanya, kemampuan bahasa inggris dan melatih critical thinking.
i. English Hours
English hours adalah kegiatan kemahasiswaan di bawah bimbingan dan dan koordinasi dosen yang dirangkai sedemikian rupa dalam rangka peningkatan kemampuan mahasiswa dalam berbahasa inggris. Kegiatan English Hours, diselenggarakan setiap hari jumat pukul 13.00-14.00, wajib diikuti oleh mahasiswa tetapi tidak mempunyai beban SKS.
3. Kelebihan Metode PBL
Menurut Sanjaya (2007) keunggulan dari model Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut:
a. Merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran. b. Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan
untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. c. Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d. Dapat membantu siswa untuk bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e. Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. f. Dapat mengetahui cara berpikir siswa dalam menerima pelajaran
dengan menggunakan model Problem Based Learning.
(30)
h. Dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
i. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j. Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekaligus belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
4. Kekurangan Metode PBL
a. Model pembelajaran Problem Based Learning biasa dilakukan secara berkelompok membuat mahasiswa yang malas semakin malas.
b. Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru untuk menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir peserta didik.
c. Pembelajaran berdasarkan masalah memerlukan berbagai sumber untuk memecahkan masalah, merupakan kesulitan tersendiri bagi mahasiswa.
d. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan merasa kesulitan.
e. Pengetahuan yang didapat melalui PBL cenderung tidak teratur mahasiswa dapat mempelajari apa saja yang mereka anggap perlu bagi diri mereka, sehingga tidak ada batasan cakupan pengetahuan. Hal ini dapat diminimalisasi dengan memberikan panduan belajar (study
(31)
guide) pada mahasiswa guna menginformasikan pengetahuan minimal yang harus dikuasai mahasiswa.
f. Biaya yang dibutuhkan cukup besar dengan membagi mahasiswa menjadi kelompok-kelompok kecil, mempersiapkan ruangan yang banyak bagi seluruh kelompok dengan fasilitas yang diperlukan selama pelaksanaan PBL, menyediakan fasilitator terlatih untuk masing-masing kelompok, memperbanyak skenario sejumlah mahasiswa, dan sebagainya, sangat jelas akan menguras dana fakultas dan universitas.
B. Pengetahuan terhadap PBL 1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan ialah kesan yang ditangkap oleh pikiran seseorang terhadap sesuatu yang ia pelajari atau yang ia terima dalam lingkungannya, pengetahuan juga bisa diartikan sebagai hasil penginderaan seseorang terhadap suatu objek baik itu dengan penginderaan (mata, hidung dan sebagainya) sehingga memperoleh pengetahuan dari proses yang terjadi. Notoatmodjo (2007) menambahkan hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Suriasumantri (2003) menjabarkan ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang memiliki ciri khusus. Ilmu bersifat rasional, empiris dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Fungsi dari ilmu sendiri adalah untuk membantu manusia menuntaskan permasahalan-permasalahan yang hadir dalam kehidupannya melalui mekanisme meramalkan dan mengontrol. Agar dapat
(32)
dipertanggunjawabkan maka ilmu didapatkan melalui cara-cara ilmiah pula. Soerjono (2006) menambahkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan dimana selalu dapat diperiksa dan ditelah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang mengetahuinya.
Sedangkan pengetahuan terhadap PBL sendiri adalah mahasiswa dapat memahami mereka adalah pusat dari pembelajaran itu sendri, mahasiswa dapat mengetahui secara jelas bagaiamana proses pembelajarana PBL berjalan. Ciri khususnya sendiri adalah mahasiswa mempunyai kelompok untuk berdiskusi kemudian pengajar (guru) sebagai fasilitator atau pembimbing (Barrows, 1996).
2. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan adalah sebuah tolak ukur bagi institusi pendidikan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswanya telah memahami materi-materi perkuliahan yang sudah diberikan. Lebih jauh Notoatmodjo (2005) menjabarkan pengetahuan atau kognitif yang merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dengan dorongan sikap perilaku setiap orang sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang.
Menurut Notoatmodjo (2005), tingkat pengetahuan terdiri dari 6 (enam) tingkatan, yakni:
(33)
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
(34)
d. Analisa (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kreteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Dewi & Wawan (2010) yaitu :
a. Faktor Internal 1) Pendidikan
(35)
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB Mantra dalam Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Menurut Thomas dalam Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
3) Umur
Menurut Elisabeth BH dalam Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam dalam berfikir dan bekerja.
b. Faktor Eksternal 1) Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner dalam Nursalam (2003) lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
(36)
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
4. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
a. Baik : hasil presentase 76%-100%. b. Cukup : hasil presentase 56% - 75%. c. Kurang baik : hasil presentase 40%-55%. d. Tidak baik : hasil persentase kurang dari 40%.
C. Persepsi
1. Definisi Persepsi
Persepsi adalah tanggapan seseorang melalui indera yang dimilikinya setelah menerima sesuatu yang ia dapatkan dalam lingkungannya. Lebih dalam Robbins (2003) mendeskripsikan bahwa persepsi merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di analisa (diorganisir), diintepretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna. Slameto (2010) menambahkan persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini
(37)
dilakukan lewat inderanya, yaitu indera pengelihatan, pendengar, peraba, perasa dan pencium.
Sedangkan persepsi menurut Sugihartono dkk (2007), adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata. Perbedaan persepsi yang terjadi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Karena itu faktor-faktor tersebut mempengaruhi persepsi yang dimiliki seseorang dalam menilai sebuah keadaan.
Jalaludin Rakhmat (2011) menyatakan persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dari pemaparan beberapa ahli di atas dapat dikemukan bahwa persepsi adalah proses yang dialami seseorang untuk menilai suatu keadaan melalui indera yang dimilikinya sehinnga terbentuk tanggapan maupun sudut pandang yang bersifat positif maupun negatif.
2. Syarat-syarat terjadinya persepsi
Menurut Sunaryo (2010), syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut:
(38)
a. Adanya objek yang dipersepsi.
b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi.
c. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.
3. Faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Bimo Walgito (2004), faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:
a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskanstimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otaksebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.
(39)
c. Perhatian
Memberikan persepsi diperlukan adanya perhatian, ini merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.
Faktor-faktor diatas menjadikan persepsi seseorang berbeda-beda meskipun apa yang mereka dapat dari sebuah proses persepsi sama dengan individu lain. Perbedaan persepsi dari individu tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan keperibadian, perbedaan dalam sikap maupun perbedaan dalam motivasi. Proses terbentuknya persepsi dalam diri seseorang juga dipengaruhi oleh proses belajar, pengetahuan dan pengalamannya.
4. Proses persepsi
Menurut Jalaludin Rakhmat (2011), proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa tahapan, yaitu:
a. Stimulus atau rangsangan
Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada Suatu stimulus atau rangsangan yang hadir dari lingkungannya. b. Registrasi
Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah Mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya.
(40)
c. Interpretasi
Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang Sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang.
5. Tingkatan Persepsi
Mulla Sadra dalam Kuswanjono. A, (2009), terdapat empat tingkatan persepsi harus dibedakan berdasarkan derajat keterlepasan yang dicapai oleh objek-objek persepsi (perceptibles), yaitu :
a. Tingkatan pertama, yakni persepsi indra, dapat dipahami di dalam tiga kondisi yang ditentukan oleh sifat-sifatnya: pertama, materi harus hadir pada instrumen persepsi, yakni bahwa jiwa memahami sesuatu secara eksternal di dalam wujud materialnya. Kedua, bentuk sesuatu tertutupi oleh kualitas-kualitas dan sifat-sifatnya yang bisa dipahami. Ketiga, sesuatu yang dipersepsi secara indrawi adalah sesuatu yang partikular, bukan universal.
b. Pada tingkatan kedua, yakni imajinasi, objek-objek persepsi terlepas dari syarat pertama dari tiga syarat pada persepsi indra, yakni objek tersebut terlepas dari wujud material karena kehadiran eksternal sesuatu dalam persepsi imajinasi tidak dipersyaratkan.
c. Pada tingkatan ketiga, objek-objek intuisi indra terlepas dari wujud material maupun kualitas-kualitas dan sifat-sifat khususnya.
(41)
d. Pada tingkatan terakhir, objek-objek pahaman akal terlepas dari ketiga syarat di atas, karena akal hanya memahami objek-objek universal. 6)
e. Mulla Sadra menyimpulkan penjelasannya tentang tingkatan-tingkatan
persepsi dengan mengatakan bahwa keempat tingkatan tersebut dapat direduksi menjadi tiga saja, karena baik imajinasi maupun intuisi indra, keduanya merupakan penghubung antara akal dan indra.
D. Pembelajaran
1. Definisi Pembelajaran
Darsono (2002) menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku mahasiswa berubah kearah yang lebih baik. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Oemar Hamalik (2008) juga menambahkan bahwa pembelajaran merupakan kombinasi yang tertata meliputi segala unsur manusiawi, perlengkapan, fasilitas, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan dari pembelajaran. Beliau mengemukakan tiga rumusan yang dianggap penting tentang pembelajaran, yaitu:
a. Pembelajaran merupakan upaya dalam mengorganisasikan lingkungan pendidikan untuk menciptakan situasi dan kondisi belajar bagi siswa. b. Pembelajaran merupakan upaya penting dalam mempersiapkan siswa
(42)
c. Pembelajaran merupakan proses dalam membantu siswa untuk menghadapi kehidupan atau terjun di lingkungan masyarakat.
Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, efektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Salah satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi ialah Perubahan tingkah laku biasanya berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang baru dipelajarinya, atau penguasaan terhadap keterampilan dan perubahan yang berupa sikap sehingga belajar memberikan dampak positive untuk kehidupan secara individual maupun untuk individu lain (Aunurrahman,2010).
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah sebuah perubahan yang dicapai oleh seseorang pembelajar kearah yang lebih baik melalui proses-proses yang sudah terskematis oleh pemberi jasa pendidikan. Menurut Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran.
Merujuk pada tulisan Hamzah B. Uno (2008) berikut ini beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981)
(43)
menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.
Adapun manfaat tujuan pembelajaran dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang standar proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan aktivitas kompleks yang terjadi pada seseorang, sehingga banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut Sardiman A.M. (2004) dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor intern (berasal dari dalam diri siswa) dan faktor ekstern (berasal dari luar diri siswa).
Faktor intern menyangkut faktor-faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis merupakan faktor yang berkaitan dengan kondisi jasmaniah siswa. Menurut Slameto (2003) faktor fisiologis terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis merupakan faktor yang berkaitan dengan kondisi psikis dari siswa. Banyak klasifikasi yang dilakukan oleh para ahli berkaitan dengan faktor psikologis dalam belajar. Menurut Thomas F. Staton dalam Sardiman A.M (2004) faktor psikologis yang mempengaruhi belajar dapat diklasifikasikan menjadi enam faktor
(44)
yaitu: motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi dan pemahaman. Slameto (2003) menyebutkan bahwa faktor psikologis yang mempengaruhi belajar antara lain: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
Faktor ekstern yang mempengaruhi belajar berkaitan dengan factor-faktor yang berasal dari luar diri siswa. Menurut Slameto (2003), factor-faktor ekstern yang mempengaruhi belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Faktor keluarga meliputi cara mendidik orang tua, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa dapat berupa metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sedangkan faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar antara lain kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
4. Evaluasi Pembelajaran
Kegiatan belajar mengajar merupakan bagian utama dalam sebuah sistem pendidikan. Pendidikan yang berkualitas sangat tergantung bagaiman pembelajaran tersebut dilaksanakan dengan baik. Djemari Mardapi dalam (Eko Putro Widiyoko, 2009) memaparkan hal serupa, bahwa usaha peningkatan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui
(45)
peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaian. Keduanya saling terkait, sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik. Selanjutnya sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik. Mengevaluasi kegiatan belajar mengajar akan berdampak langsung terhadap kualitas pendidikan sebuah perguruan tinggi, evaluasi pembelajaran tidak hanya dilihat dari penilaian hasil belajar, namun bisa juga terlihat dari proses pembelajaran itu sendiri. Optimalisasi sistem evaluasi menurut Djemari Mardapi dalam (Eko Putro Widiyoko, 2009) memiliki dua makna, pertama adalah sistem evaluasi yang memberikan informasi yang optimal. Kedua adalah manfaat yang dicapai dari evaluasi. Manfaat yang utama dari evaluasi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran dan selanjutnya akan terjadi peningkatan kualitas pendidikan.
(46)
29 Metode PBL
Tingkat Pengetahuan Persepsi
Kegiatan 1. Tutorial
2. Kuliah
3. Praktikum ilmu farmasi
4. Praktikum keterampilan farmasi
5. Early Pharmaceutical Exposure (EphE)
6. Interprofessional Education (IPE)
7. Plenary discussion
Hasil 1. Baik
2. Cukup 3. Kurang Baik 4. Tidak Baik E. Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka konsep
F. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat pengetahuan mahasiswa Farmasi UMY terhadap metode pembelajaran PBL adalah baik.
(47)
30 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, artinya pengukuran variabel hanya dilakukan satu kali pada satu saat.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Prodi Farmasi FKIK UMY pada bulan November-Desember 2015. Peneliti memilih Prodi Farmasi FKIK UMY sebagai tempat penelitian dengan alasan Program Studi Farmasi FKIK UMY telah menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) sejak awal didirikan pada tahun 2010 hinga sekarang.
C. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Farmasi FKIK UMY angkatan 2011, 2012, 2013 dan 2014 yang berjumlah 334 mahasiswa. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling dan termasuk dalam jenis non-probability sampling, yaitu pengambilan sampel secara quota dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah, teknik ini tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Notoatmodjo, 2005). Menurut Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran (2006) acuan umum untuk
(48)
menentukan ukuran sampel yaitu jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat. Masih dalam Uma Sekaran (2006) yang mengutip pernyataan Roscoe (1975) ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian.
Dengan demikian pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah 135 responden yang terdiri dari 4 angkatan, masing-masing angkatan terdiri dari 30 responden kecuali angkatan 2011 yang hanya terdiri dari 15 responden hal ini karena pada saat penelitian sebagian besar mahasiswa angkatan 2011 sudah menyelesaikan program studi strata satunya (S1) di Farmasi UMY.
D. Kriteria inklusi dan eksklusi 1. Kriteria Inklusi
a. Mahasiswa Farmasi UMY angkatan 2011-2014.
b. Mahasiswa Farmasi UMY yang bersedia menjadi responden penelitian.
c. Mahasiswa Farmasi UMY yang sedang berada di Yogyakarta. 2. Kriteria Eksklusi
Mahasiswa yang pada saat penelitian sedang cuti atau tidak berada dalam lingkungan kampus.
(49)
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel tergantung, sebagai berikut:
a. Variabel bebas: Problem Based Learning (PBL)
b. Variabel tergantung: Tingkat pengetahuan dan persepsi Mahasiswa Farmasi UMY.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi metode pembelajaran PBL Prodi Farmasi FKIK UMY, Pengetahuan dan persepsi mahasiswa terhadap metode PBL. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Problem Based Learning (PBL)
PBL Merupakan metode pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa dan memiliki prinsip penyelesaian masalah dengan diskusi kelompk kecil. Dengan PBL mahasiswa diharapkan memiliki keterampilan dan pemahaman yang lebih baik terhadap sebuah ilmu, sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat dikehidupan nyata dengan sebaik-baiknya.
b. Pengetahuan Mahasiswa
Pemahaman mahasiswa terhadap proses kegiatan-kegiatan pembelajaran yang ada dalam metode PBL.
(50)
c. Persepsi Mahasiswa
Pandangan responden terhadap metode pembelajaran PBL berdasarkan pengetahuan yang sudah ia miliki serta pengalaman mahasiswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran PBL.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu 2 kuesioner yang masing-masing digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan persepsi mahasiswa Farmasi UMY terhadap metode pembelajaran PBL. Kuesioner tersebut telah diuji validasi dan uji reliabilitas. Hasil uji validitas dan reliabilitas total ada 25 item kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan dan persepsi mahasiswa. Kuesioner dinyatakan valid jika nilai lebih besar dari 0,349 sedangkan uji reliabilitasnya dinyatakan reliable, jika nilai Cronbach alpha lebih besar dari nilai alpha pembanding sebesar 0,600 maka kuesioner dapat dikatakan reliabel. Berikut ini adalah penjelasan dari kuesioner-kuesioner tersebut.
1. Kuesioner tingkat pengetahuan
Kuesioner yang digunakan untuk mengukur pengetahuan mahasiswa terhadap metode PBL berisi 12 daftar pernyataan yang diadopsi dari student report dan buku panduan akademik Farmasi UMY. Alat untuk mengukur jawaban dari responden menggunakan skala Guttman dengan kategori dan skor pada tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Kategori dan skor kuesioner tingkat pengetahuan
No. Kategori Skor
1. Benar 1
(51)
2. Kuesioner tingkat persepsi
Kuesioner yang digunakan untuk mengukur persepsi mahasiswa terhadap metode PBL berisi 13 daftar pernyataan yang diadopsi dari student report dan buku panduan akademik farmasi. Alat untuk mengukur jawaban dari responden menggunakan skala Likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian (Sugiono, 2009). Berikut adalah kategori dan skor untuk kuesioner ini.
Tabel 2. Kategori dan skor kuesioner tingkat persepsi
G. Cara Kerja 1. Persiapan
Tahap persiapan yaitu tahap penyiapan proposal penelitian, survei pendahuluan untuk memperoleh data yang diperlukan.
2. Pelaksanaan penelitian
Peneliti melakukan pengambilan data dengan membagikan kuesioner kepada responden. Responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu responden untuk uji validitas dan uji reliabilitas serta responden untuk
No. Kategori Skor
1. Sangat Setuju 4
2. Setuju 3
3. Tidak Setuju 2
(52)
menentukan hasil penelitian. Peneliti terlebih dahulu membagikan kuesioner kepada responden yang ditetapkan sebagai responden dalam kelompok responden untuk uji validitas dan uji reliabilitas. Jumlah responden yang digunakan dalam uji validitas dan uji realiabilitas adalah 10% dari total populasi penelitian yaitu berjumlah 30 responden, hal ini sesuai dengan pendapat dari Gay dan Diehl (1992) bahwa untuk penelitian yang bersifat deskriptif, maka sampel minimumnya adalah 10% dari populasi. Setelah pengambilan data untuk uji validitas dan uji reliabilitas, hasil jawaban dari responden tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya, yaitu sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti (Cooper dan Schindler, dalam Zulganef, 2006). Instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Rumus yang digunakan untuk uji validasi yaitu Product Moment, dengan persamaan sebagai berikut :
(53)
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat konsistensi. Uji reliabilitas yang akan digunakan yaitu Alpha Cronbach, dengan persamaan sebagai berikut :
Rumus Alpha Cronbach:
Vtest Vi n
n
1 1
Keterangan
n : jumlah pertanyaan
Vi : varian skor tiap pertanyaan
Vtest : varian total semua skor (bukan %’s) pada seluruh tes Kuesioner yang sudah di uji validasi dan uji reliabilitas akan diberikan kepada responden yang masuk dalam kelompok responden untuk menentukan hasil penelitian.
3. Analisis
Data yang didapat akan diolah terlebih dahulu agar dapat dianalisis. a. Penyusunan laporan dan penyajian hasil penelitian
Setelah kegiatan pelaksanaan penelitian selesai dilakukan, kemudian disusun laporan penelitian yang harus dipertanggungjawabkan melalui pemaparan hasil penelitian dalam sebuah sidang atau dalam sebuah ujian hasil penelitian.
(54)
Persiapan
Analisis Data Pengambilan data di
Farmasi UMY
1.Mencari jurnal, Refrensi, Teori 2. Menyusun Kuesioner 4. Pembuatan Proposal 5. presentase proposal
Presentasi penelitian penelitenelitian
Revisi
Publikasi Penelitian H. Langkah Kerja Penelitian
Gambar 2. Langkah kerja penelitian I. Analisis Data
Setelah kuesioner dibagikan kepada responden dikumpulkan kembali oleh peneliti, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan analisis data. Adapun langkah – langkah nya di antaranya:
1. Teknik Pengolahan Data
a. Editing adalah kegiatan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian dan kelengkapan jawaban kuesioner dan responden. Hal ini dilakukan ditempat pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan segera akan dapat dilengkapi.
b. Coding merupakan kegiatan pemberian kode angka terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori.
(55)
c. Entry data adalah kegiatan memasukkan data ke dalam database komputer.
2. Analisis Data
Langkah analisis data dimulai dengan merapikan dan menggolongkan data sehingga lebih mudah untuk diteliti lebih lanjut. Hal ini untuk mendeskripsikan variabel dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi dan persentase (%) terhadap tingkat pengetahuan dan persepsi. Cara ini dipilih karena skala data dalam bentuk ordinal yaitu data yang diperoleh dengan cara kategorisasi. Data tersebut dihitung menggunakan rumus:
Menurut Arikunto (1998), kategori persentase skor adalah sebagai berikut: Baik 76 % - 100 %
Cukup 56 % - 75 % Kurang Baik 40 % - 55 % Tidak Baik Kurang dari 40 %
(56)
39 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik, sehingga mengahasilkan data yang sesuai dengan apa yang diukur, dilakukan pengujian data melalui uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu.
a. Pengujian Validitas
Penetapan suatu data valid adalah dengan membandingkan corrected item-total correlation yang lebih besar dari 0,349 angka kritik r pada tabel nilai-nilai r product momen. Hasil pengolahan uji validitas diperoleh corrected item–total correlation tiap pernyataan lebih besar dari 0,349 dapat dilihat di lampiran 2 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua pernyataan tersebut valid kecuali pernyataan nomor 6 dan 13 pada kuesioner persepsi dapat dilihat pada lampiran 1.
Pernyataan yang tidak valid dan reliable dihilangkan dari daftar pernyataan pada kuesioner penelitian ini, dari total 27 kuesioner pada penelitian ini dihilangkan 2 pernyataan yang tidak valid sehingga hanya tersisa 25 item pernyataan, dapat dilihat pada lampiran 3.
(57)
b. Pengujian Reliabilitas
Penetapan suatu instrument data yang reliable adalah dengan membandingkan item nilai hasil pengolahan output SPSS yaitu nilai alpha dengan nilai alpha item delete tiap attribute dimana nilai alpha untuk tiap variable harus lebih besar dari nilai alpha pembanding yaitu sebesar 0,600.
-Nilai alpha Uji Reliabilitas kuesioner tingkat pengetahuan
-Nilai alpha Uji Reliabilitas kuesioner persepsi
Berdasarkan hasil pengolahan uji reliabilitas tersebut menunjukan bahwa nilai Alpha tiap pertanyaan pada analisis tingkat pengetahuan dan persepsi lebih besar dari nilai Alpha pembanding 0,600 sehingga semua kuesioner tingkat pengetahuan dan persepsi dinyatakan reliable, kecuali pernyataan nomer 6 dan 13 pada kuesioner persepsi hasil olah data dapat dilihat dilampiran 2 dan untuk kuesioner yang tidak valid dapat dilihat dilampiran 1.
Nilai Alpha N of items
0,788 12
Nilai Alpha N of items
(58)
2. Karakteristik Responden
Berdasarkan data yang diambil di Farmasi UMY periode November– Desember 2015 didapatkan 105 responden mewakili masing-masing ke empat angkatan program studi Farmasi UMY yaitu angkatan 2011-2014. Distribusi angkatan responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Distribusi angkatan
Berdasarkan tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa terdapat 105 responden yang mengikuti penelitian ini, terdiri dari mahasiswa farmasi angkatan 2011 sebanyak 15 orang (14,28%), farmasi angkatan 2012 sebanyak 30 orang (28,57%), farmasi angkatan 2013 sebanyak 30 orang (28,57%), dan farmasi angkatan 2014 sebanyak 30 orang (28,57%). Mahasiswa yang menjadi responden merupakan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan strata satu (S1) dan yang telah menyelesaikan studi strata satu (S1) nya di Farmasi UMY.
3. Tingkat Pengetahuan dan Persepsi Responden Terhadap PBL a. Tingkat Pengetahuan responden terhadap PBL
1) Tingkat pengetahuan responden terhadap PBL
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner, yaitu kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengadopsi buku
Angkatan Frekuensi Persentase (%)
Farmasi 2011 15 14,28 %
Farmasi 2012 30 28,57 %
Farmasi 2013 30 28,57 %
Farmasi 2014 30 28,57 %
(59)
student report dan buku panduan akademik untuk mengukur pengetahuan responden terhadap metode pembelajaran PBL. Hasil perhitungan rata-rata tingkat pengetahuan dari 105 responden yaitu 98,41%.
2) Tingkat Pengetahuan responden terhadap PBL berdasarkan kategori Pengetahuan terhadap metode pembelajaran PBL dikategorikan dalam kategori baik, cukup, kurang baik dan tidak baik. Hasil pengukuran tingkat pengetahuan terhadap PBL berdasarkan kategori pada mahasiswa Farmasi UMY dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Tingkat pengetahuan responden terhadap metode PBL berdasarkan kategori
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Baik 103 98,09%
2 Cukup 2 1,91%
3 Kurang Baik 0 0
4 Tidak Baik 0 0
Keterangan : F = Frekuensi responden
Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat diketahui bahwa dari 105 mahasiswa Farmasi UMY yang terdiri dari empat angkatan Farmasi UMY yaitu 98,09% responden memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap PBL dan 1,91% responden memiliki nilai pengetahuan cukup terhadap PBL.
3) Tingkat Pengetahuan responden terhadap PBL berdasarkan angkatan Distribusi total jawaban responden terhadap metode (PBL) di Farmasi UMY dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:
(60)
43 Tabel 5. Frekuensi nilai berdasarkan angkatan
No 1
Kategori Baik
2011 2012 2013 2014 F (%) F (%) F (%) F (%) 15 100 30 100 30 100 28 93,33 2 Cukup 0 0 0 0 0 0 2 6,66 3 Kurang Baik 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Tidak Baik 0 0 0 0 0 0 0 0 Keterangan : F = Frekuensi responden
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa dari angkatan 2011, 2012 dan 2013 memiliki nilai dalam ketegori baik terhadap PBL dengan persentase 100%, kemudian dapat dilihat juga bahwa dari angkatan 2014 memiliki nilai pengetahuan dalam kategori baik terhadap PBL dengan persentase 93% dan sisanya masuk dalam kategori cukup dengan persentase 7%.
4) Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan item pernyataan aspek pengetahuan responden
Gambar 3. Distribusi jawaban responden tentang pengetahuan terhadap metode PBL
100 100 99 98 96 99 100
94 95 99 100 100
1 2 4 1 6 5 1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12
P er sent a se Respo nd en (%)
Keterangan : P= Pernyataan
Distribusi Jawaban Kuesioner Pengetahuan
Benar Salah
(61)
Dari gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa distribusi jawaban benar tentang pengetahuan dari 105 responden terhadap metode pembelajaran PBL berdasarkan 12 item pernyataan tidak memiliki perbedaan yang signifikan yaitu antara 94-100%. Urutan persentase jawaban benar responden untuk setiap pernyataan dari yang tertinggi yaitu, pernyataan nomer 1, 2, 7, 11 dan 12 memiliki persentase jawaban 100%, pernyataan nomer 3, 6, dan 10 memiliki persentase 99%, pernyataan nomer 4 memiliki persentase 98%, pernyataan nomer 5 memiliki persentase 96%, pernyataan nomer 9 memiliki persentase 95% dan yang terendah adalah pernyataan nomer 8 yaitu 94%.
b. Persepsi responden terhadap PBL 1) Persepsi responden terhadap PBL
Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yaitu kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengadopsi buku student report dan buku panduan akademik untuk mengukur persepsi responden terhadap metode pembelajaran PBL. Hasil perhitungan rata-rata persepsi dari 105 responden yaitu 83,88%.
2) Persepsi responden terhadap PBL berdasarkan kategori persepsi Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yaitu kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan mengadopsi buku student report dan buku panduan akademik untuk mengukur persepsi responden terhadap metode pembelajaran PBL. Persepsi terhadap
(62)
metode pembelajaran PBL dikategorikan menjadi kategori baik, cukup, kurang baik dan tidak baik. Hasil pengukuran tingkat pengetahuan terhadap metode pembelajaran PBL pada mahasiswa Farmasi UMY dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini.
Tabel 6. Persepsi seluruh responden terhadap metode PBL berdasarkan kategori persepsi
No Kategori Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Baik 97 92,38
2 Cukup 8 7,62
3 Kurang Baik 0 0 4 Tidak Baik 0 0
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa 105 responden yang terdiri dari empat angkatan Farmasi UMY 92,38% responden memiliki nilai persepsi baik terhadap PBL dan 7,62% responden memiliki persepsi cukup terhadap PBL.
3) Persepsi responden terhadap PBL berdasarkan angkatan Tabel 7. Persepsi responden berdasarkan angkatan
No 1
Kategori Baik
2011 2012 2013 2014 F (%) F (%) F (%) F (%) 13 86,66 29 96,66 27 90 28 93,33 2 Cukup 2 13,33 1 3,33 3 10 2 6,66 3 Kurang Baik 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Tidak Baik 0 0 0 0 0 0 0 0 Keterangan : F = Frekuensi responden
Berdasarkan tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa 13 responden dari angkatan 2011 memiliki persepsi baik yaitu dengan persentase 86,66% dan 13,33% memiliki persepsi cukup terhadap PBL. Pada angkatan 2012 96,66% responden memiliki persepsi baik
(63)
terhadap PBL dan ada 3% yang memiliki persepsi cukup terhadap PBL. Selanjutnya dapat dilihat juga pada angkatan 2013 ada 90% responden memiliki persepsi baik terhadap PBL dan ada 10% responden memiliki persepsi cukup terhadap PBL. Berikutnya pada angkatan 2014 ada 93% responden memiliki persepsi baik terhadap PBL dan 7% responden memiliki persepsi cukup terhadap PBL. 4) Distribusi responden terhadap PBL berdasarkan item pernyataan
persepsi.
Gambar 4.Distribusi jawaban responden tentang persepsi terhadap PBL
Dilihat dari gambar 4 dapat diketahui bahwa distribusi jawaban dari 105 responden terhadap metode pembelajaran PBL berdasarkan 13 item pernyataan memiliki hasil persentase yang berbeda-beda. Pilihan jawaban sangat setuju diurutkan dari yang tertinggi yaitu pada nomer 9, 11, 7, 2, 5, 3, 4, 6, 1, 8, 12 dan 13
34.29 44.76 37.14 37.14 44.76 35.24 45.71 34.29 61,90 35.24 60.95 15.24 3.81 65.71 55.24 62.86 62.86 55.24 64.76 53.33 64.76 38,10 63.81 34.29 75.24 88.57
0.95 0.95 0.95 4.76
9.52 7.62 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13
P er sent a se Respo nd en (%)
Keterangan : P= Pernyataan
SS=Sangat setuju , S= Setuju, KS=Kurang setuju, STS=Sangat tidak setuju Distribusi Jawaban Kuesioner Persepsi
SS S KS STS
(64)
dengan persentase antara 3,81-61,90%. Selanjutnya untuk pilihan jawaban setuju diurutkan dari yang tertinggi yaitu nomer 13, 12, 1, 6, 8, 3, 4, 10, 2, 5, 7, 9, dan 11 dengan persentase jawaban antara 34,29-88,57%. Dan untuk pilihan jawaban kurang setuju diurutkan dari yang tertinggi yaitu nomer 12, 13, 11, 10, 7 dan 8 dengan persentase jawaban antara 0,95-9,52%.
B. Pembahasan
1. Analisis Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil pengetahuan seseorang terhadap sebuah objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan sebuah pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pengalaman dan pendidikan formal. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005).
Tingkat pengetahuan merupakan tolak ukur bagi sebuah institusi pendidikan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa telah memahami materi-materi perkuliahan yang sudah diberikan. Notoatmodjo (2005) menerangkan bahwa memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Tingginya persentase pengetahuan mahasiswa terhadap kegiatan dalam metode pembelajaran PBL ini bisa dikarenakan Farmasi UMY
(1)
M u h a m m a d F a c h r i a n n o r [ F a r m a s i F K I K U M Y ] 5 Karakteristik Responden
Berdasarkan data yang diambil di
Farmasi UMY periode November–
Desember 2015 didapatkan 105 responden mewakili masing-masing ke empat angkatan program studi Farmasi UMY yaitu angkatan 2011-2014.
Tabel 1.Distribusi angkatan
Tingkat Pengetahuan responden
terhadap PBL
Hasil perhitungan rata-rata tingkat pengetahuan dari 105 responden yaitu 98,41%. Tingkat Pengetahuan responden terhadap PBL berdasarkan kategori 105 mahasiswa Farmasi UMY yang terdiri dari empat angkatan Farmasi UMY yaitu 98,09% responden memiliki tingkat pengetahuan baik terhadap PBL dan 1,91% responden memiliki nilai pengetahuan cukup terhadap PBL.
Tingkat Pengetahuan responden
terhadap PBL berdasarkan angkatan.
Angkatan 2011, 2012 dan 2013 memiliki nilai dalam ketegori baik
terhadap PBL dengan persentase 100%, kemudian dari angkatan 2014 memiliki nilai pengetahuan dalam kategori baik terhadap PBL dengan persentase 93% dan sisanya masuk dalam kategori cukup
dengan persentase 7%.
Distribusi tingkat pengetahuan
responden berdasarkan item
pernyataan aspek pengetahuan
responden
Gambar 1. Distribusi jawaban aspek pengetahuan
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa distribusi jawaban benar tentang pengetahuan dari 105 responden terhadap metode pembelajaran PBL berdasarkan 12 item pernyataan tidak memiliki perbedaan yang signifikan yaitu antara 94-100%.
100 100 99 98 96 99 100
94 95 99 100 100
1 2 4 1 6 5 1
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11
P1 2 P er sent a se Respo nd en (%)
Keterangan : P= Pernyataan
Distribusi Jawaban Kuesioner Pengetahuan
Benar Salah
Angkatan Frekuensi Persentase
(%)
Farmasi 2011 15 14,28 %
Farmasi 2012 30 28,57 %
Farmasi 2013 30 28,57 %
Farmasi 2014 30 28,57 %
(2)
M u h a m m a d F a c h r i a n n o r [ F a r m a s i F K I K U M Y ] 6 Urutan persentase jawaban benar
responden untuk setiap pernyataan dari yang tertinggi yaitu, pernyataan nomer 1, 2, 7, 11 dan 12 memiliki persentase jawaban 100%, pernyataan nomer 3, 6, dan 10 memiliki persentase 99%, pernyataan nomer 4 memiliki persentase 98%, pernyataan nomer 5 memiliki persentase 96%, pernyataan nomer 9 memiliki persentase 95% dan yang terendah adalah pernyataan nomer 8 yaitu 94%.
Persepsi responden terhadap PBL
Hasil perhitungan rata-rata persepsi dari 105 responden yaitu 83,88%.
Persepsi responden terhadap PBL berdasarkan kategori persepsi
Hasil pengukuran tingkat persepsi terhadap metode pembelajaran PBL pada mahasiswa Farmasi UMY dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Persepsi seluruh responden terhadap metode PBL berdasarkan kategori persepsi
Persepsi responden terhadap PBL berdasarkan angkatan
Responden dari angkatan 2011 memiliki persepsi baik yaitu dengan persentase 86,66% dan 13,33% memiliki persepsi cukup terhadap PBL. Pada angkatan 2012 96,66% responden memiliki persepsi baik terhadap PBL dan ada 3% yang memiliki persepsi cukup terhadap PBL. Selanjutnya dapat dilihat juga pada angkatan 2013 ada 90% responden memiliki persepsi baik terhadap PBL dan ada 10% responden memiliki persepsi cukup terhadap PBL. Berikutnya pada angkatan 2014 ada 93% responden memiliki persepsi baik terhadap PBL dan 7% responden memiliki persepsi cukup terhadap PBL.
Distribusi responden terhadap PBL berdasarkan item pernyataan persepsi.
Distribusi jawaban dari 105 responden terhadap metode pembelajaran PBL berdasarkan 13 item pernyataan memiliki hasil persentase yang berbeda-beda. Pilihan jawaban sangat setuju
No Kategori Frekuensi
(F) Persentase (%)
1 Baik 97 92,38
2 Cukup 8 7,62
3 Kurang Baik 0 0
(3)
M u h a m m a d F a c h r i a n n o r [ F a r m a s i F K I K U M Y ] 7 diurutkan dari yang tertinggi yaitu pada
nomer 9, 11, 7, 2, 5, 3, 4, 6, 1, 8, 12 dan 13 dengan persentase antara 3,81-61,90%. Selanjutnya untuk pilihan jawaban setuju diurutkan dari yang tertinggi yaitu nomer 13, 12, 1, 6, 8, 3, 4, 10, 2, 5, 7, 9, dan 11 dengan persentase jawaban antara 34,29-88,57%. Dan untuk pilihan jawaban kurang setuju diurutkan dari yang tertinggi yaitu nomer 12, 13, 11, 10, 7 dan 8 dengan persentase jawaban antara 0,95-9,52%.
PEMBAHASAN
1. Analisis Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil pengetahuan seseorang terhadap sebuah objek melalui indera yang dimilikinya. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata)5.
Tingkat pengetahuan merupakan tolak ukur bagi sebuah institusi pendidikan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa telah memahami materi-materi perkuliahan yang sudah diberikan.
Tingginya persentase pengetahuan mahasiswa terhadap kegiatan dalam metode pembelajaran PBL ini bisa dikarenakan Farmasi UMY memiliki pendekatan yang baik terhadap mahasiswa ini bisa terlihat pada masa ta’aruf. Mahasiswa sudah diberikan pembekalan apa yang akan mereka tempuh pada saat mengikuti kegiatan perkuliahan di Farmasi
UMY sehingga mahasiswa bisa
menyesuaikan dengan kegiatan-kegiatan yang akan mereka ikuti.
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam pemecahan permasalahan yang dihadapi pada masa–masa yang lalu6. Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu7. Pengetahuan mahasiswa terhadap
(4)
M u h a m m a d F a c h r i a n n o r [ F a r m a s i F K I K U M Y ] 8 metode pembelajaran PBL secara
keseluruhan yaitu 98,41%. Dilihat berdasarkan kategorinya, 98,09% responden memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori baik, sedangkan persentase untuk setiap pernyataan tingkat pengetahuan memiliki persentase baik juga yaitu antara 94-100%.
2. Analisis Tingkat Persepsi
Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang terhadap objek tertentu, pemahaman tentang persepsi serta hasil pengukurannya akan memberikan gambaran nyata tentang
persepsi mahasiwaa terhadap
universitasnya. Persepsi sebagai suatu proses yang ditempuh individu-individu
untuk mengorganisasikan dan
menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Sehingga kita dapat mengukur sejauh mana proses persepsi tersebut sudah berjalan8.
Tingginya persentase kategori baik terhadap persepsi dapat dikarenakan
mahasiswa secara jelas dapat menafsirkan secara baik materi dan kegiatan pembelajaran dalam metode PBL di Farmasi UMY.
Pengukuran persepsi mahasiswa terhadap metode pembelajaran PBL akan
memberikan gambaran langsung
bagaimana persepsi mahasiswa yang terhadap metode pembelajaran PBL. Dari hasil penelitian ini persepsi seluruh responden yaitu 83,88%. Diihat berdasarkan kategorinya, 92,38% responden memiliki persepsi dalam kategori baik, sedangkan persentase untuk setiap pernyataan yaitu persentase dalam kategori sangat setuju antara 3,81-61,90%, kategori setuju antara 34,29-88,57% dan kategori kurang setuju antara 0,95-9,52%.
(5)
M u h a m m a d F a c h r i a n n o r [ F a r m a s i F K I K U M Y ] 9 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan penelitian yaitu:
1. Tingkat pengetahuan mahasiswa Farmasi UMY terhadap metode pembelajaran PBL baik (98,41%). 2. Persepsi mahasiswa Farmasi UMY
terhadap metode pembelajaran PBL baik (83,88%).
Saran
1. Farmasi UMY tetap menerapkan metode PBL dalam kurikulumnya dan diharapkan dapat menjadi acuan bagi institusi lain untuk menerapkan metode ini dalam perkuliahannya.
2. Pada item kuesioner persepsi tentang penilaian tutor terhadap mahasiswa memiliki distribusi jawaban kurang setuju dengan persentase 9,52% tertinggi diantara item kuesioner lain. Diharapkan
Prodi Farmasi bisa mengevaluasi
bagaimana penilaian
dosen/fasilitator terhadap anggota tutornya.
3. Tingginya persentase jawaban benar pada item kuesioner pengetahuan diharapkan dapat dipertahankan dengan tetap memberikan pendekatan yang baik kepada mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
(1)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional., 2003, Jakarta: Depdiknas Utama.
(2)
Rusman, M.Pd. 2010., Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
(3)
Suriasumantri., 2003. Filsafat Ilmu. Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
(4)
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
(5)
Notoatmodjo, S.,2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
(6)
Notoatmodjo, S., 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
(7)
Mubarak, Wahit Iqbal, dkk., 2007.
Promosi Kesehatan Sebuah
(6)
M u h a m m a d F a c h r i a n n o r [ F a r m a s i F K I K U M Y ] 10 dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Graha Ilmu. (8)
Robbins, Stephen P., 2003, Perilaku Organisasi, Jilid 2, PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.