KAJIAN PEMEKARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN PERTANIAN, PUSAT PELAYANAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN CALON KABUPATEN SEPUTIH BARAT DAN SEPUTIH TIMUR)

(1)

KAJIAN PEMEKARAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN PERTANIAN, PUSAT PELAYANAN

DAN STRATEGI PEMBANGUNAN CALON KABUPATEN SEPUTIH BARAT DAN SEPUTIH TIMUR)

Oleh

DESMON EKA CHANDRA

Wacana pemekaran daerah di provinsi kembali akan dilakukan di Kabupaten Lampung Tengah dimana Kabupaten Lampung Tengah akan dipecah menjadi 3 Kabupaten yakni Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Seputih Barat dan Kabupaten Seputih Timur. Salah satu potensi terbesar Kabupaten Lampung Tengah adalah sektor pertanian dimana kurang lebih 51% menyumbang nilai PDRB. Dalam upaya melakukan pemekaran daerah, maka perlu dilakukan perencanaan terkait dengan potensi dan keunggulan daerah baru serta aspek pelayanan publik yang tersedia sehingga daerah yang akan dibentuk dapat memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan data kuantitatif dengan metode analisisLQuntuk menentukan keunggulan sektor pertanian bagi calon daerah baru. Selain itu terkait aspek pelayanan publik akan dianalisis menggunakan analisis skalogram dan indeks sentralitas untuk melihat hierarki fungsi fasilitas layanan publik yang ada di calon daerah baru serta analisis SWOT untuk menyusun strategi pembangunan bagi calon daerah tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan dari sektor pertanian calon Kabupaten Seputih Barat dan Seputih Timur memiliki indeks LQ>1 di berbagai sektor pertanian seperti sektor tanaman pangan, sektor perkebunan, sektor perikanan dan peternakan dengan berbagai komoditas yang berbeda-beda. Selain itu dari sisi pelayanan publik,


(2)

Kabupaten baru. Strategi yang dapat dikembangkan pada kedua wilayah calon daerah otonom baru tersebut dengan memperhatikan faktor internal dan eksternal adalah mengembangkan sektor-sektor yang menjadi unggulan daerah untuk dapat meningkatkan perekonomian daerah nantinya, melaksanakan percepatan pembangunan bagi wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam hal sarana dan prasarana publik serta membangun fasilitas kesehatan dan pendidikan di calon daerah otonom baru nantinya.


(3)

THE STUDY OF THE EXTRACTION AREA OF CENTRAL LAMPUNG REGENCY (SUPERIOR AGRICULTURAL SECTOR IDENTIFICATION, SERVICE CENTERS AND THE DEVELOPMENT STRATEGY OF WEST

SEPUTIH AND EAST SEPUTIH)

By

DESMON EKA CHANDRA

The discourse of the expansion area in the province back would do in Central Lampung district where the Central Lampung Regency will be broken down into three Districts namely Central Lampung Regency, West Seputih and East Seputih. One of the biggest potential Central Lampung Regency is the agricultural sector where approximately 51% accounted for the value of GDP. In order to perform the extraction areas, then it needs to be done planning related to the potential and advantages of new areas and aspects of public services available so that the area will be set up to provide positive benefits to the society.

This research using descriptive analysis with quantitative data by method of LQ analysis to determine excellence agriculture on the candidate a new area. Besides related service aspects public will analyzed using analysis skalogram and the centrality index to see a hierarchy function facilities public services in prospective new regions and analysis training to draw up development strategy on the candidate government will formed.

The result showed of agriculture prospective district are western and east are having index LQ>1 in various the agricultural sector as a food plant, plantation sector fishery sector and livestock with various commodities of mythology. Besides from the public service, sub-district kalirejo occupy highest rank in prospective district are western


(4)

with regard to the internal factor and external is developing sectors seeded regional to improve regional economy later on, implementing development of for those which are still lagging in terms of public facilities and build a health and education in prospective autonomy new later.


(5)

BARAT DAN SEPUTIH TIMUR)

Oleh

DESMON EKA CHANDRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(6)

(7)

(8)

(9)

Penulis dilahirkan di Bandar Jaya 1 Desember 1992 merupakan putra dari pasangan Bapak Muchni Asyrof dan Ibu Sumarni. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yakni Muhammad Agung Rizki yang merupakan adik kedua penulis dan (Alm). Sinta Ayu Damayanti.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah TK Pertiwi Bandar Jaya yang ditamatkan pada tahun 1998. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di SD Muhammadiyah Bandar Jaya sampai kelas 2, kemudian dilanjutkan di SDN 3 Yukum Jaya hingga tamat di tahun 2004. Setelah menamatkan pendidikan SD, penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama yakni di SMP N 1 Terbanggi Besar dan lulus pada tahun 2007. Setelah itu, pada tahun 2007 penulis diterima bersekolah di SMA N 1 Terbanggi Besar dan lulus pada tahun 2010.


(10)

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung lewat jalur PMKA. Selain itu penulis juga tercatat sebagai mahasiswa yang memperoleh beasiswa bidik misi dari Pemerintah.

Selama perkuliahan penulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Tahun 2010 penulis menjadi anggota KOPMA Unila dan Garda Muda BEM Fisip. Pada tahun 2011 penulis tercatat menjadi anggota Kajian Pengembangan Keilmuan (KPK) HIMAGARA Unila dan pada tahun 2012 penulis dipercaya untuk mengemban amanah sebagai Kepala Bidang Kajian Pengembangan Keilmuan (KPK) HIMAGARA Unila periode 2012/2013. Selain itu, penulis juga tercatat aktif di kegiatan komunitas pelayanan publik di Kota Bandar Lampung. Pada tahun 2013 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Badak Kecamatan Limau Kabupaten Tanggamus.

Penulis adalah orang yang senantiasa belajar dan belajar. Oleh karena itu penulis berharap ke depan nya dapat menjadi orang yang dapat berguna bagi nusa dan bangsa.


(11)

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan segala kerendahan hati dan ucapan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan nikmat dan hidayah NYA

Kupersembahkan karya sederhana ku untuk semua orang yang ku sayangi dan

menyayangiku

AYAH DAN IBU

Terimakasih kepada ayah dan ibu yang senantiasa selalu berkorban untuk anakmu

ini. Terimakasih untuk segala doa, kasih sayang, nasihat, kesabaran dan perhatian

yang diberikan kepada ku dalam menyelesaikan studi. Semoga Allah senantiasa

membalas kebaikan mu dan memberikan kesehatan serta umur yang panjang.

ADIK ADIK KU TERKASIH

Terimakasih kepada adik ku Muhammad Agung Rizki atas segala kebahagian yang

diberikan. Semoga kita sukses. Kepada adikku Alm. Sinta Ayu Damayanti semoga

engkau tenang di sana, semoga Allah menempatkan tempat yang terbaik di sisi

NYA.

Kepada seluruh sahabat-sahabatku, teman-teman seperjuanganku di Jurusan

Administrasi Negara terimakasih atas segala persahabatan dan canda tawa yang

diberikan.

Kepada para pendidik, bapak/ibu dosen dan almamater tercinta Universitas

Lampung terimakasih atas ilmu dan pesan moral yang telah diberikan, semoga

menjadi bekal yang baik untuk melangkah ke depan.


(12)

✄☎✆ ✝☎ ✞ ✞✟ ✠☎ ✠☎✡☎✆ ☛☎✡☎☞✌ ✍☛✎ ✏✍✆ ✍ ☛ ✍✞☎✑✟✆☎ ✞☎✆✒✑☎✆✠

-

✒✑☎✆✠✓ ✍☛☎ ✞ ☞✟ ✆ ✝☎ ☛☎✑ ✍✔✟ ✓☎ ✏☎ ☛✟✞☎ ✓✆ ✝☎ ☞✟ ✑✟ ✞☎ ☛✟ ✆ ✠☎✆ ✞✟✔✟✑ ✌☎✕✍✡☎✆✕☎☎ ✓☞ ✟✑✟✞☎

☞ ✟✆ ✝✟ ✑☎ ✌

.

(Thomas Alva Edison)

✖✟✔☎✆ ✠ ✠☎☎✆✞ ✍✓☎ ✝☎✆✠✓✟✑✔✟✕☎✑ ☎ ☛☎✡☎✌✔✎✞☎✆ ✓✍☛☎ ✞✏✟✑✆☎ ✌ ✠☎ ✠☎ ✡

,

✓✟ ✓☎ ✏✍ ✔☎✆ ✠✞ ✍✓ ✞✟☞✔☎✡ ✍ ✕✟ ✓ ✍☎ ✏ ✞☎✡ ✍ ✞✍✓☎ ✗☎ ✓✎ ✌

.

(Confusius)

✘☎ ✝☎☎ ☛☎✡☎ ✌✏✟☞✔✟✡☎✗☎✑ ✝☎✆ ✠ ✓☎ ✞ ✓☎ ✌✎✞☎ ✏☎✆✔✟✑ ✌✟ ✆ ✓ ✍✔✟✡☎✗☎✑

(Desmon Eka Chandra)

✙✟☎✡ ✓ ✌ ✝✚ ✛✆ ✓✟✠✑ ✍✓✝✚ ✜✟✆ ✓☎✡ ✍✓✝✚ ✜✒✑☎✡ ✍✓ ✝✚ ✢✟✡ ✍✠✝

(Desmon Eka Chandra)


(13)

Bismillahirrahmanirrahim,

Dengan mengucap rasa syukur alhamdulilah, penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan serta nikmat-NYA sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Kajian Pemekaran Daerah Kabupaten Lampung Tengah (Identifikasi sektor unggulan pertanian, Pusat Pelayanan dan Strategi Pembangunan Calon Kabupaten Seputih Barat dan Seputih Timur) sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini memang banyak sekali tantangan dan hambatan yang dihadapi. Segala dorongan dan motivasi yang penulis dapatkan dari berbagai pihak telah mampu memberikan rasa semangat kepada diri penulis. Dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis ingin memberikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menjalani studi dan penyusunan skripsi yakni:


(14)

kupersembahkan untuk kalian.

2. Adik-adik ku Muhammad Agung Rizki dan Alm. Sinta Ayu Damayanti, terimakasih untuk segala yang telah diberikan.

3. Bapak Dr. Bambang Utoyo, M.Si., selaku dosen pembimbing utama penulis. Terimakasih atas masukan, nasihat, bimbingan dan kesabarannya selama penyusunan skripsi ini. Bagi penulis bapak adalah pengajar sekaligus pendidik yang baik bagi muridnya.

4. Bapak Simon Sumanjoyo Hutagalung S.A.N., M.PA., selaku sekretaris jurusan sekaligus dosen pembimbing pembantu penulis. Terimakasih atas segala motivasi dan arahan selama proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Ir. M. Irfan Affandi, M.Si., selaku dosen pembahas skripsi ini. Terimakasih atas segala kritikan, masukan dan koreksi nya dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas pengetahuan dan pemahaman yang telah diberikan yang membuat penulis ingin selalu berkembang.

6. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

7. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos., M.Si., selaku ketua jurusan ilmu administrasi negara. Terimakasih atas segala arahan yang telah diberikan.

8. Ibu Drs. Dian Kaagungan M.H., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan serta masukannya.


(15)

Intan, Bu dewi, Bu Devi, Bu Novita, Bu Ani). Terimakasih atas segala ilmu yang telah diberikan, semoga dapat bermanfaat bagi kehidupan penulis ke depannya. 10. Terimakasih kepada Bpk. Hajairin atas bantuan untuk memperoleh data Bappeda dan Bpk. Firdaus Ali anggota DPRD Kab. Lamteng atas data-data yang telah diberikan.

11. Terimakasih kepada rekan-rekan seperjuanganku angkatan 2010 ADUSELON.

Terimakasih Thio “lama” yang sekarang udh lumayan ligat semoga langgeng with

Erisa, Woro (jangan php-in perempuan row), Datas (sempet jd genji), Abdu (Ay nam), Abil (jangan woles terus geh bil), Al Imron (harus berani li), Ali samsu (temen seperjuangan dari SMP su), Hadi (asoy geboy), Topik (kuliah pik), Aden (Pak

ketum), Uyung (Pak Sekum), Kyai Rofi’i (saya aseli menggala), Pandu (thanks Ndu

info-info nya), Beg “kewek-kewek”, Ridho (Jangan minum air wc do), Ardi (radio galau), Erisa yang baik hati, Yulia kawan diskusi dulu, Rahma “ndut”, Rana (Semangat na jangan putus asa),Cahya “mbak cay”, Dita (makasih dit motivasi nya),

Ce’ Nurul, Maya, Putri, Sahara, Sari, Astria, Rizka, Bunga Janati, Bunga Mayang,

Enggi, Farizal, Indah “gaje”, Intan, Cita, Annisa, Gusti, Helsi, Lusy, Lica, Tasya,

Julyan (putra daerah), Wayan ,Gideon, Risky Arfianto, Satrinam, Loy (Langgeng ama Nona), Hepsa (Gitaris), Tian, Anjas, Fadri, Ade, Jodi, Aris, Firdaus, Gery, Chandra

“iyek”, Eeng, Maya Laras, Indah Pratiwi, Mona, Karina (Bu Bendum), Corie, Nona (Langgeng ama loy), Nuzul, Mery, Shela, Dora, Selli, Ani, Jenny, Shari, Hanny Mut,


(16)

12. Adik-adik 2011-2013 Vike, Kristi, Fredy, Toto, Oji, Ciko, Sigit, Wahyu, Rosyid, Nadiril, Ayu, Eko, Johan, Fajar, Novita, Erna, Sherly, Putri, Icay, Ima, Leo, Adi, Sidik, Julham dan semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

13. Teman-teman KKN Badak periode Januari 2013, Frilly “sang suara emas”

(terimakasih atas canda tawa, kebahagiaan yang diberikan), Jirry ‘”kordes”, iguh “musician”, Binsar “senior”, Rahmat (kumis nya mat),Inoey, Uul, Dian, Andar. 14.Teman-teman di kosan, danny, lihin, dan ilyasa. Semoga kita sukses

15. Teman-teman masa kecil ku dirumah Baday, Heru, Lendra, Rahmat, Nanda, Dika, Resa, Gunawan, Ari, Sepri, Sugeng, Ijal.

16. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas segala bantuan, motivasi, masukan dan saran kepada penulis. Semoga Allah yang akan membalas nya dengan pahala.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang ada dalam skripsi ini. Akhir kata semoga dengan karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Bandar Lampung, September 2014 Penulis


(17)

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR...iii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 14

C. Tujuan Penelitian... 15

D. Manfaat Penelitian... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA... 17

A. Tinjauan Tentang Desentralisasi... 17

B. Tinjauan Tentang Otonomi Daerah... 19

1. Pengertian Otonomi Daerah... 19

2. Prinsip Otonomi Daerah... 21

3. Pengertian Daerah Otonom... 23

4. Kewenangan Daerah Otonom... 25

C. Tinjauan Tentang Pemekaran Daerah... 29

1. Pengertian Pemekaran Daerah... 29

2. Faktor-Faktor Penyebab Pemekaran Daerah... 30

3. Dasar Hukum Pemekaran Daerah... 33

D. Tinjauan Tentang Perencanaan Pembangunan Wilayah... 34

1. Pengertian Perencanaan... 34

2. Pengertian Pembangunan... 37

3. PengertianWilayah... 39

4. Pengertian Perencanaan Pembangunan Wilayah... 41

5. Ruang Lingkup Perencanaan Pembangunan Wilayah... 44

E. Tinjauan Tentang Pusat Pertumbuhan dan Pelayanan... 46

F. Tinjauan Tentang Teori Basis Ekonomi... 48

G. Pentingnya Basis Ekonomi Dalam Pembentukan DOB... 50

H. Tinjauan Tentang Strategi... 55


(18)

B. Lokasi Penelitian... 62

C. Teknik Pengumpulan Data... 63

D. Sumber Data... 63

E. Teknik Analisis Data... 64

1. Metode AnalisisLocation Quotient (LQ)... 64

2. Metode Analisis Skalogram... 67

3. Metode AnalisisSWOT... 69

IV. GAMBARAN UMUM ... 73

A. Profil Kabupaten Lampung Tengah... 73

1. Sejarah Singkat Kabupaten Lampung Tengah... 73

2. Kondisi Geografi... 77

3. Administrasi Pemerintahan... 77

4. Kependudukan... 79

5. Kondisi Ekonomi... 80

B. Profil Calon Kabupaten Seputih Barat... 83

C. Profil Calon Kabupaten Seputih Timur... 90

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 95

A. Calon Kabupaten Seputih Barat... 97

1. Identifikasi Komoditas Unggulan Pertanian... 97

1.1. Sektor Tanaman Pangan... 98

1.2. Sektor Perkebunan... 104

1.3. Sektor Perikanan... 111

1.4. Sektor Peternakan... 115

2. Identifikasi Hierarki Pusat Pelayanan Calon Kabupaten Seputih Barat... 122

3. Strategi Pembangunan Calon Kabupaten Seputih Barat... 127

B. Calon Kabupaten Seputih Timur... 133

1. Identifikasi Komoditas Unggulan Pertanian... 133

1.1. Sektor Tanaman Pangan... 133

1.2. Sektor Perkebunan... 139

1.3. Sektor Perikanan... 145

1.4. Sektor Peternakan... 149

2. Identifikasi Hierarki Pusat Pelayanan Calon Kabupaten Seputih Timur... 155

3. Strategi Pembangunan Calon Kabupaten Seputih Timur... 159


(19)

B. Saran... 171 DAFTAR PUSTAKA


(20)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jenis dan Sumber Data ... 64 2. Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan

di Lampung Tengah... 78 3. Jumlah Penduduk per-Kecamatan... 79 4. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha

Di Kabupaten Lampung Tengah... 81 5. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Lampung

Tengah Tahun 2007-2012... 82 6. LQSektor Tanaman Pangan Calon Kabupaten Seputih Barat

Tahun 2010-2012... 98 7. Persebaran Komoditas Tanaman Pangan di Calon Kabupaten

Seputih Barat... 103 8. LQSektor Perkebunan Tahun Calon Kabupaten Seputih Barat

Tahun 2010-2012... 104 9. Persebaran Komoditas Perkebunan di Calon Kabupaten

Seputih Barat... 110 10.LQSektor Perikanan Tahun Calon Kabupaten Seputih Barat

Tahun 2010-2012... 111 11.LQSektor Peternakan Calon Kabupaten Seputih Barat

Tahun 2010-2012... 115 12.LQHewan Unggas Calon Kabupaten Seputih Barat

Tahun 2010-2012... 119 13. Hierarki Pusat Pelayanan Calon Kabupaten Seputih Barat... 123 14. Jumlah Jenis dan Jumlah Unit Fasilitas Calon Kabupaten

Seputih Barat... 124 15. Faktor Internal dan Eksternal Wilayah Calon Kabupaten Seputih

Barat... 127 16.LQTanaman Pangan Calon Kabupaten Seputih Timur

Tahun 2010-2012... 133 17. Persebaran Komoditas Tanaman Pangan di Calon Kabupaten

Seputih Timur... 138 18.LQSektor Perkebunan Calon Kabupaten Seputih Timur


(21)

19. Persebaran Komoditas Perkebunan di Calon Kabupaten Seputih

Timur... 144 20.LQSektor Perikanan Calon Kabupaten Seputih Timur

Tahun 2010-2012... 145 21.LQSektor Peternakan Calon Kabupaten Seputih Timur

Tahun 2010-2012... 149 22.LQHewan Unggas Calon Kabupaten Seputih Timur

Tahun 2010-2012 ... 152 23. Hierarki Pusat Pelayanan Calon Kabupaten Seputih Timur... 156 24. Jumlah Jenis dan Jumlah Unit Fasilitas Calon Kabupaten

Seputih Barat... 157 25. Faktor Internal dan Eksternal Wilayah Calon Kabupaten


(22)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir... 60 2. MatriksSWOT... 70 3. MatriksSWOTPerencanaan di Wilayah Calon Kabupaten

Seputih Barat... 129 4. MatriksSWOTPerencanaan di Wilayah Calon Kabupaten


(23)

A. Latar Belakang

Sejak jatuhnya rezim orde baru pada tahun 1998, Indonesia memulai penyelenggaraan pemerintahan yang lebih demokratis. Demokratisasi tersebut membawa perubahan dalam sistem pemerintahan yang semula sentralistis menjadi desentralistis. Implikasinya, terjadi pergeseran lokus kekuasaan dari pusat ke daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat 7 tentang pemerintahan daerah, desentralisasi memiliki pengertian yakni penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adanya semangat desentralisasi maka pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengurus sendiri urusan daerah dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Sistem desentralisasi yang diberlakukan pasca reformasi kemudian diperkuat dengan pemberian otonomi daerah pada tahun 2001. Otonomi daerah yang diberikan kepada daerah memberikan harapan baru bagi masyarakat di daerah-daerah dalam rangka mengembangkan potensi serta kearifan lokal yang dimilikinya. Selain itu, adanya


(24)

otonomi daerah memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah dalam menggunakan kewenangan yang dimiliki untuk berkreasi dan berinovasi mengelola sumber-sumber daya alam yang dimilikinya.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya. Artinya, daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam undang-undang. Menurut Kaloh (2007:73), dengan adanya otonomi, daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sejalan dengan prinsip tersebut, dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyata nya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi yaitu pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.


(25)

Sejak pemberian otonomi daerah, salah satu isu yang berkembang pesat adalah isu pemekaran daerah. Isu pemekaran daerah lebih dominan jika dibandingkan dengan isu penggabungan atau penghapusan daerah otonom. Semangat otonomi daerah itu sendiri pada akhirnya mengarah pada upaya keinginan daerah untuk dapat memekarkan diri. Menurut Mariana dan Paskarina (2008:179), di satu sisi kecenderungan pemekaran daerah tersebut dapat diterima dan dipahami sebagai wujud kedewasaan dan harapan untuk mengurus dan mengembangkan potensi daerah dan masyarakatnya. Di sisi lain, hal tersebut mengundang kekhawatiran terhadap kemampuan dan keberlanjutan daerah otonom baru untuk dapat bertahan mengurus rumah tangganya sendiri.

Pemekaran daerah merupakan salah satu langkah untuk mempercepat peningkatkan kesejahteraan masyarakat lewat pemisahan wilayah. Menurut Kaloh (2007:194), dalam konteks pemekaran wilayah yang lebih dikenal dengan pembentukan daerah otonom baru, bahwa daerah otonom tersebut diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang lebih besar dalam mengurus dirinya sendiri. Hal tersebut berkaitan dengan pengelolaan sumber-sumber pendapatan asli daerah, sumber daya alam, dan pengelolaan bantuan pemerintah pusat kepada daerah otonom dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat setempat yang lebih baik.

Pemekaran daerah pada dasarnya merupakan bagian dari pembentukan daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 4 ayat 3, pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau


(26)

bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Sesuai dengan PP Nomor 78 Tahun 2007 tentang tata cara pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah, pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan. Batas minimal usia penyelenggaraan pemerintahan untuk melaksanakan pemekaran adalah sepuluh tahun untuk Propinsi, tujuh tahun untuk Kabupaten dan lima tahun untuk Kecamatan. Selain itu, pembentukan daerah juga harus memenuhi syarat administratif, syarat teknis dan syarat kewilayahan.

Perkembangan wilayah di Indonesia pasca reformasi berkembang begitu cepat. Perkembangan wilayah lebih didominasi pada upaya pemekaran daerah. Sejak tahun 1999-2013, daerah otonom baru yang merupakan hasil dari pemekaran berjumlah 217 yang terdiri dari masing-masing 8 provinsi, 175 Kabupaten serta 34 Kota. Total jumlah daerah otonom di Indonesia hingga kini berjumlah 542 yang terdiri dari 34 Provinsi, 410 Kabupaten serta 98 Kota. (Sumber: http://www.otda.kemendagri.go.id diakses pada tanggal 15 September 2013).

Sejauh ini pelaksanaan pemekaran daerah belum menunjukkan hasil yang optimal. Pemekaran wilayah yang sudah dilakukan hingga kini belum memberikan hasil yang memuaskan bagi kesejahteraan rakyat. Hasil evaluasi yang dilakukan Pemerintah menunjukkan sekitar 70% daerah otonom baru gagal. Hasil evaluasi kinerja daerah otonomi baru yang dilakukan Kementerian Dalam Negeri menyebutkan hanya 58,71% berkinerja tinggi dan 34,19% berkinerja sedang, serta 4,16% berkinerja rendah. Selain itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri melansir 80% daerah


(27)

otonom baru gagal meningkatkan kesejahteraan. Sementara itu, hasil evaluasi dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal menunjukkan ada 34 daerah yang menjadi tertinggal atau miskin setelah dimekarkan.

(Sumber:http://nasional.kompas.com/read/2012/12/15/02301312/Mendagri:70-Persen Pemekaran-Daerah-Gagal diakses pada tanggal 15 September 2013).

Hasil studi evaluasi dampak pemekaran daerah yang pernah dilakukan oleh Bappenas dan UNDP tahun 2001-2007 menunjukkan bahwa daerah otonom baru memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah di banding daerah induk. Selain itu, dilihat dari tingkat PDRB per kapita daerah induk lebih baik daripada daerah otonom baru. Pada aspek kinerja keuangan, daerah otonom baru lebih rendah dibandingkan daerah induk. Selama lima tahun kinerja keuangan daerah otonom baru cenderung konstan, sementara kinerja keuangan daerah induk cenderung meningkat. Hal ini dikarenakan daerah otonom baru memiliki ketergantungan fiskal yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah induk, dengan kesenjangan yang semakin melebar. Pada aspek pelayanan publik, kinerja pelayanan publik di daerah otonom baru masih di bawah daerah induk, walaupun kesenjangannya relatif kecil. Permasalahannya terletak pada kualitas aparatur yang rendah dan aparatur daerah yang bekerja dalam kondisi underemployment, yakni bekerja di bawah standar waktu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Adanya pemekaran daerah juga berimbas pada pembengkakan APBN. Pada tahun 2003, pemerintah pusat harus menyediakan dana alokasi umum Rp 1,33 triliun bagi 22 daerah otonom baru hasil pemekaran yang dilakukan pada 2002. Jumlah tersebut


(28)

meningkat menjadi dua kali lipat pada tahun 2004, di mana pemerintah harus mentransfer Rp2,6 triliun dana alokasi umum bagi 40 daerah otonom baru. Pada tahun 2010, pemerintah harus mentransfer dana Rp 47,9 triliun sebagai dana alokasi umum untuk daerah otonom baru. Kondisi tersebut menunjukkan beban keuangan negara semakin bertambah sebagai akibat lemahnya daya dukung keuangan dari

sebagian besar daerah otonom baru. .

(Sumber:http://nasional.news.viva.co.id/news/read/444416/pemekaran-daerah-bebani-APBN-diakses pada tangal 16 September 2013).

Provinsi Lampung merupkan salah satu dari Provinsi yang melakukan pemekaran pasca era reformasi. Sejak tahun 1999-2013 tercatat Provinsi Lampung melakukan pemekaran daerah sebanyak delapan daerah yakni tujuh kabupaten dan satu kota. Daerah otonom baru tersebut diantaranya, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Pesisir Barat serta Kota Metro. Dari hasil pembentukan daerah baru tersebut, Provinsi Lampung kini memiliki jumlah

daerah yang terdiri dari 13 Kabupaten dan 2 Kota. .

(Sumber:http://www.otda.kemendagri.go.id diakses pada tanggal 16 September 2013).

Laju pemekaran daerah yang tinggi di Provinsi Lampung masih belum diimbangi dengan kinerja daerah otonom baru yang optimal. Pemekaran daerah yang dilakukan kurang berhasil memenuhi tujuan awalnya yakni mendekatkan pelayanan publik terhadap masyarakat, mendorong pembangunan ekonomi daerah setempat serta


(29)

meningkatkan partisipasi masyarakat. Sebagai contoh, Kabupaten Pringsewu daerah hasil pemekaran Kabupaten Tanggamus tahun 2008 ini pada tahun 2012 hanya memiliki pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp 27,9 Milyar. Sedangkan dana perimbangan yang didapat dari pemerintah pusat sebesar Rp 572,9 miliar. Pada 2010 lalu, pertumbuhan ekonomi Pringsewu sebesar 6,95 %. Angka ini naik pada tahun 2011 menjadi 7,10 % kemudian pada 2012 mengalami penurunan menjadi 6,88 %. Selain itu, Kementerian Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) menyebutkan bahwa daerah otonom baru di Lampung yakni Kabupaten Waykanan serta Kabupaten Pesawaran masuk kategori daerah tertinggal. Hal itu didasarkan pada indikator sumber daya manusia yang diukur dari indeks pembangunan manusia. Indeks pembangunan manusia ini dinilai dari aspek pendidikan, kesehatan dan daya beli serta indikator pengukur lainnya berupa sarana prasarana daerah, kemampuan keuangan daerah dan targetnya, aksesibilitas serta letak fisik daerah. .

(Sumber:http://lampung.tribunnews.com/lampung/bandar-lampung/Otonomi-Daerah-Lampung: Pemekaran-Masih-Perlukah diakses pada tanggal 16 September 2013).

Wacana mengenai pemekaran daerah di Provinsi Lampung kembali mencuat. Setelah pembentukan Kabupaten Pesisir Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2013 yang lalu, rencana pembentukan daerah otonom baru di Lampung akan kembali terjadi. Pembentukan daerah otonom baru ini akan direncanakan di Kabupaten Lampung Tengah. Rencananya Kabupaten Lampung Tengah akan dipecah menjadi 3 Kabupaten yakni Kabupaten Lampung Tengah


(30)

sendiri sebagai Kabupaten induk serta dua daerah otonom baru yakni Kabupaten Seputih Barat dan Kabupaten Seputih Timur.

Pembentukan Kabupaten Baru di Lampung Tengah ini telah mendapat dukungan dari pihak Pemerintah Provinsi. Hal ini didukung dari pernyataan wakil Gubernur Lampung Joko Umar Said yang mengatakan:

“Dilihat dari segi luas wilayah dan jumlah penduduk, Lampung Tengah sudah

sangat layak untuk dimekarkan. Sehingga pelayanan pembangunan bisa lebih maksimal. Soal pemekaran, Gubernur sudah respon. Kami (pemprov) sepakat dengan rencana itu. Karena pemekaran ini kan tujuannya untuk mempercepat pembangunan di daerah. Dengan Lampung Tengah dimekarkan akan memperpendek rentang kendali pemerintah daerah saat ini. Kalau besok ada yang baru (kabupaten), kan makin sempit dan rinci. Jadi pembinaan pemerintah semakin baik. Itu yang diharapkan pak Gubernur. Pembangunan di daerah jadi lebih cepat".

(Sumber:http://lampung.tribunnews.com/2013/06/26/Pemprov-Dukung-Pemekaran-DOB-Seputih Timur diakses pada tanggal 16 September 2013)

Berdasarkan data dari BPS, Kabupaten Lampung Tengah sendiri memiliki luas wilayah 4.789,82 kilometer persegi dengan jumlah penduduk mencapai 1.192.958 jiwa. Dari 28 Kecamatan yang ada, Kabupaten Lampung Tengah akan dibagi menjadi 3 Kabupaten. Rencananya, Kabupaten induk dibagi menjadi 11 Kecamatan antara lain, Kecamatan Gunung sugih, Terbanggi besar, Way pengubuan, Terusanunyai, Kota gajah, Punggur, Trimorejo, Seputih agung, Bumiratunuban, Seputih mataram, dan Seputih raman. Wilayah Kabupaten seputih barat yang berpotensi wilayah perkebunan, terdiri atas 9 Kecamatan yakni Bangun rejo, Kalirejo, Sendang agung, Pubian, Selagai linggai, Anakratu Aji, Anaktuha, Padangratu, dan Bekri dengan Kecamatan Padangratu yang diproyeksikan akan menjadi ibu kota. Sementara itu,


(31)

untuk Kabupaten Seputih Timur yang berpotensi tanaman pangan, perikanan dan wisata terdiri atas 8 Kecamatan yaitu Seputih banyak, Buminabung, Way seputih, Putra rumbia, Rumbia, Bandar mataram, Seputih surabaya, dan Bandar surabaya dengan Kecamatan Buminabung yang akan diproyeksikan menjadi ibu kota. .(Sumber: http://fajarsumatra.com/pemekaran-lamteng-siap diakses pada tanggal 16 September 2013)

Hasil kajian dari Pemerintah daerah Kabupaten Lampung Tengah yang bekerja sama dengan tim dari Universitas Lampung pada tahun 2012 menyimpulkan bahwa Kabupaten Lampung Tengah layak dimekarkan. Hal itu didasarkan pada peraturan pemerintah nomor 78 tahun 2007 tentang tata cara pembentukan daerah, penghapusan dan penggabungan daerah. Berdasarkan hasil pengukuran dan penilaian kemampuan daerah, maka pemekaran Kabupaten Lampung Tengah menjadi tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Seputih Timur, Kabupaten Seputih Barat dan Kabupaten Lampung

Tengah sudah sangat sesuai. .

(Sumber:http://fajarsumatra.com/2012/11/27/Seputih-timur-dan-barat-layak-jadi-kabupaten diakses pada tanggal 22 November 2013)

Wacana pemekaran daerah di Lampung tengah tidak terlepas dari adanya resistensi. Hal ini didukung dengan pernyataan anggota DPD RI asal Lampung Anang Prihantono yang menyataan:

“Ada konsekuensi yang tak terelakkan bagi terbentuknya daerah otonomi baru (DOB) yakni dapat menyelenggarakan pemerintahan secara mandiri dari berbagai aspek, terutama mengenai pembiayaan daerah. Kalau selama ini banyak DOB yang menggantungkan pada bantuan pembiayaan pusat. Bisa dikatakan, banyak dari DOB yang bangkrut karena tidak bisa mengurusi


(32)

pemerintahannya. Karena itu harapannya agar Lamteng tidak melakukan pemekaran wilayah sebelum penyelesaian perencanaan, juga pengkajian pemekaran yang matang. Selama ini usulan pemekaran wilayah belum memiliki standar yang jelas, terutama untuk mencapai tujuan peningkatan

kesejahteraan masyarakat”.

(Sumber:http://www.jpnn.com/read/2012/12/18/190378/DPD-sikapi-pemekaran-lamteng diakses pada tanggal 16 September 2013).

Salah satu potensi terbesar Kabupaten Lampung Tengah terletak pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi andalan bagi Kabupaten Lampung Tengah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data BPS tahun 2012, sektor pertanian memberikan sumbangan sebesar 51 persen terhadap PDRB Kabupaten Lampung Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa kebergantungan Kabupaten Lampung Tengah terhadap sektor pertanian masih sangat tinggi dimana sebagian besar mata pencaharian masyarakat masih bertumpu pada sektor ini.

Dampak adanya pemekaran wilayah di Kabupaten Lampung Tengah, akan menyebabkan terjadi pembagian potensi sumber daya pertanian daerah. Potensi sumber daya alam yang dimiliki harus dibagi dengan wilayah yang akan dimekarkan. Dalam hal ini analisis terhadap potensi pertanian bagi calon daerah baru menjadi smenarik untuk dikaji. Pemanfaatan potensi pertanian yang akan dimiliki lewat adanya pemekaran wilayah menjadi hal yang mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintahan daerah otonom baru. Menurut Adisasmita (2005:214), pembangunan di sektor pertanian akan memperkokoh struktur perekonomian suatu wilayah.


(33)

Salah satu aspek yang penting dalam pemekaran daerah adalah aspek ekonomi. Aspek ekonomi terkait dengan kesiapan daerah otonom baru mengembangkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan adanya pemekaran. Menurut Permatasari (2011:1) pembangunan ekonomi juga ditujukan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata. Pembangunan ekonomi daerah berkaitan erat dengan potensi ekonomi dan karakteristiknya daerah yang berbeda-beda. Adanya perbedaan potensi dan karakteristik daerah yang nantinya akan membedakan strategi serta kebijakan pembangunan yang akan dilaksanakan.

Selain itu, urgensi dalam pembentukan daerah baru adalah mendekatkan pelayanan publik. Secara umum, penentuan pemekaran daerah sepantasnya didasarkan pada persyaratan yang terukur dengan bebarapa langkah yang bersifat preventif. Menurut Sabarno (2007:194), syarat yang pertama yaitu, pemekaran daerah dimaksudkan untuk menguatkan etika profesionalisme dalam pelayanan publik pemerintah daerah kepada masyarakatnya yang akan menciptakan hubungan yang bersifat kesetaraan anatara birokrasi dan publik yang dilayani. Kemudian yang kedua adalah, pemekaran daerah ditujukan pada penerapan manajemen dan penguasaan teknologi dalam birokrasi pemerintah daerah untuk melayani publik, sehingga pelayanan yang diberikan cenderung bersifat cepat, tepat, mudah, padat teknologi, dan padat informasi. Selain itu yang ketiga bahwa pemekaran daerah harus dilandasi atas


(34)

profesionalisme, karena rentang kendali yang lebih sempit sehingga pengawasan penyelenggaraan pemerintahan dapat terjamin kualitasnya.

Dalam melakukan pemekaran daerah harus didahului dengan analisis serta penelitian mengenai potensi dan keunggulan daerah. Dalam hal ini, pembentukan daerah harus memperhatikan segenap potensi dan keunggulan yang mendukung terselenggaranya otonomi daerah. Menurut Pribadi dalam Indraprahasta (2009:16) pembangunan yang berbasis kepada keunggulan komparatif (sektoral) wilayah merupakan suatu upaya pembangunan yang tepat sebagai batu pijakan awal untuk mendorong perkembangan perekonomian wilayah. Selain melihat pada pendekatan sektor, aspek penting lainnya dalam perencanaan adalah pendekatan kewilayahan. Menurut Tarigan dalam Indraprahasta (2009:15), pendekatan wilayah dilakukan bertujuan melihat pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah sehingga terlihat perbedaan fungsi ruang yang satu dengan ruang yang lainnya. Perbedaan fungsi tersebut terjadi karena perbedaan lokasi, perbedaan potensi, dan perbedaan aktivitas utama pada masing-masing ruang yang harus diarahkan untuk bersinergi agar saling mendukung penciptaan pertumbuhan yang serasi dan seimbang.

Menurut Dusseldorp dalam Martani (2009:1), perencanaan pembangunan yang baik adalah perencanaan yang bersifat sektoral maupun regional karena mempunyai keterkaitan antar sektor maupun antar tingkat administrasi, yaitu antara perencanaan pusat, regional, dan lokal. Menurut Anwar dan Rustiadi dalam Indraprahasta (2009:2), setiap daerah mempunyai sektor-sektor unggulan yang memberikan dampak signifikan terhadap pengembangan ekonomi wilayah. Dampak yang diberikan oleh


(35)

sektor-sektor tersebut bisa bersifat langsung maupun tidak langsung. Dalam kaitannya dampak langsung maupun tidak langsung maka pengembangan terhadap sektor-sektor unggulan ini akan menyebabkan pengembangan sektor-sektor lainnya yang berkaitan dalam suatu wilayah tertentu. Dengan demikian, pengembangan wilayah perlu memperhatikan sektor-sektor unggulan yang ada dalam rangka penentuan prioritas sehingga menjadi lebih terfokus.

Selain identifikasi terhadap sektor-sektor unggulan, adanya pemekaran wilayah juga akan memunculkan ruang-ruang pelayanan publik yang baru bagi masyarakat. Pembentukan daerah otonom baru akan memunculkan adanya pusat wilayah yang ditentukan oleh jumlah penduduk dan fasilitas pelayanan yang tersedia. Menurut Budiharsono dalam Djuwendah dkk (2009:1), kota kecamatan sebagai pusat pertumbuhan dan pelayanan harus dapat menyediakan fasilitas-fasilitas pelayanan yang dapat disediakan oleh masyarakat setempat. Dalam hal ini agar fasilitas pelayanan tersebut efektif dan efisien, penyebarannya dapat dikonsentrasikan pada titik tertentu berdasarkan hierarki. Konsentrasi tersebut akan menguntungkan karena dapat menghemat dana pembangunan dan menghindari duplikasi pembangunan.

Perencanaan yang bespektif pembangunan wilayah dalam pembentukan daerah otonom baru menjadi sangat penting. Perencanaan yang matang diharapkan dapat menjadi landasan kebijakan pembangunan daerah di masa yang akan datang. Dari segi pengembangan wilayah, calon kabupaten yang baru yang akan dibentuk perlu memiliki basis sumber daya yang seimbang antara satu dengan yang lain. Hal ini perlu diupayakan agar tidak timbul kesenjangan pembangunan yang mencolok


(36)

dimasa yang akan datang baik antara daerah induk maupun daerah lainnya. Selain itu, adanya pemekaran juga akan memberikan ruang publik yang baru bagi masyarakat sehingga masyarakat merasa diuntungkan karena pelayanan lebih efektif.

Pada akhirnya pemekaran daerah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah serta mendekatkan pelayanan publik yang secara keseluruhan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dalam hal ini, perlu untuk mewujudkan pembangunan yang sinergis sesuai dengan karakteristik daerah dan keunggulan-keunggulan yang dimiliki, oleh karena itu pengembangan suatu daerah otonom baru diperlukan strategi yang terpadu. Kajian perencanaan pembangunan wilayah bagi calon kabupaten baru menjadi sangat penting agar daerah otonom yang baru tidak menjadi beban dan penghambat bagi kelangsungan pembangunan nasional. Melihat dari fenomena yang ada, penulis tertarik untuk mengkaji secara komprehensif dalam sebuah penelitian yang berjudul kajian pemekaran daerah Kabupaten Lampung Tengah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraikan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Sektor/komoditas unggulan pertanian apa saja yang dapat dikembangkan di calon Kabupaten Seputih Barat dan Seputih Timur?

2. Bagaimana hierarki pusat pelayanan yang ada di calon Kabupaten Seputih Barat dan Seputih Timur?


(37)

3. Bagaimana strategi pembangunan wilayah di calon Kabupaten Seputih Barat dan Seputih Timur?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi sektor/komoditas unggulan apa saja yang ada di calon Kabupaten Seputih Barat dan Seputih Timur;

2. Mengidentifikasi hierarki pusat pelayanan yang ada di calon Kabupaten Seputih Barat dan Seputih Timur.

3. Menyusun strategi pembangunan wilayah di calon Kabupaten Seputih Barat dan Seputih Timur.

D. Manfaat Penelitian

1. Dalam konteks pengembangan keilmuan, secara teoritis penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dan penambahan ilmu pengetahuan khazanah ilmu administrasi negara khususnya mengenai perencanaan pembangunan dalam pemekaran wilayah.

2. Dilihat dari sisi praktisnya, penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi dan pertimbangan bagi Pemerintah daerah otonom baru nantinya dalam rangka menyusun kebijakan-kebijakan pembangunan yang efektif.


(38)

3. Sebagai salah satu bahan acuan untuk referensi penelitian lebih lanjut bagi pengembangan ide para peneliti dalam melakukan penelitian dengan tema atau masalah serupa.


(39)

A. Tinjauan Tentang Desentralisasi

Menurut Mahfud dalam Simanjuntak (2013:66), desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari pemerintahan pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus daerah mulai dari kebijakan, perencanaan sampai implementasi dan pembiayaan dalam rangka demokrasi. Sementara itu, otonomi adalah wewenang yang dimiliki daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan dan dalam rangka desentralisasi.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Supriyatna dalam Simanjuntak (2013:67), mengutarakan bahwa desentralisasi selalu menyangkut persoalan kekuatan, dihubungkan dengan pendelegasian wewenang dari pemerintah pusat kepada pejabat di daerah atau lembaga-lembaga pemerintah di daerah untuk menjalankan urusan pemerintah. Diungkapkannya lebih lanjut bahwa bentuk-bentuk desentralisasi dalam praktiknya adalah 1) dekonsentrasi atau desentralisasi administrasi pemerintahan yang berbentuk pemindahan beberapa kekuasaan administratif ke kantor-kantor daerah dari departemen pemerintah pusat, 2) devolusi atau desentralisasi politik, yakni pemberian wewenang pembuatan keputusan dan kontrol tertentu terhadap sumber-sumber daya kepada pejabat regional atau lokal, 3) delegasi, yaitu pemindahan tanggungjawab manajerial


(40)

untuk tugas tugas tertentu kepada organisasi yang berada di luar struktur pemerintahan pusat, 4) privatisasi, yaitu pemindahan tugas-tugas ke organisasi-organisasi sukarela atau perusahaan swasta baik yang bersifat mencari keuntungan maupun yang nirlaba.

Menurut Pakar yang lain, Rondinelli dan Cheema dalam Simanjuntak (2013:68), mengemukakan bahwa desentralisasi dilihat dari sudut pandang kebijakan dan administratif adalah transfer perencanaan, pengambilan keputusan, atau otoritas administratif dari pemerintah pusat kepada organisasinya di lapangan, unit-unit administratif lokal, organisasi semi otonom, dan organisasi parastatal, pemerintahan lokal, atau organisasi non pemerintah (NGO/LSM). Dalam bahasa yang lain, Litvack dan Seddon dalam Simanjuntak (2013:68), menyatakan bahwa setidak-tidaknya ada liam kondisi yang penting untuk keberhasilan pelaksanaan desentralisasi, yaitu 1) kerangka kerja desentralisasi harus memperhatikan kaitan anatara pembiayaan lokal dan kewenangan fiskal dengan fungsi dan tanggungjawab pemberian pelayanan oleh pemerintah daerah, 2) masyarakat setempat harus diberi informasi mengenai kemungkinan biaya pelayanan dan penyampaian serta sumber-sumbernya, dengan harapan keputusan yang diambil oleh pemerintah daerah menjadi bermakna, 3) masyarakat memerlukan mekanisme untuk menyampaikan pandangannya yang dapat mengikat politikus, sebagai upaya mendorong masyarakat untuk berpartisipasi, 4) harus ada system akuntabilitas yang berbasis pada publik dan informasi yang transparan yang memungkinkan masyarakat memonitor efektivitas kinerja pemerintah daerah, yang mendorong politikus dan aparatur daerah menjadi responsif, 5) instrument desentralisasi, seperti kerangka kerja institusional yang sah, struktur tanggung


(41)

jawab pemberian pelayanan dan sistem fiskal antarpemerintah harus didesain untuk mendukung sasaran-sasaran politikus.

Menurut Bryan dan White dalam Simanjuntak (2013:68), pada kenyataannya ada dua desentralisasi, yaitu yang bersifat administratif dan yang bersifat politik. Desentralisasi administratif adalah delegasi wewenang pelaksanaan kepada pejabat tingkat lokal yang harus bekerja dalam batas rencana dan sumber anggaran, kekuasaan, dan tanggungjawab tertentu sesuai dengan sifat hakikat jasa dan pelayanan tingkat lokal tersebut. Desentralisasi politik atau devolusi berarti wewenang pembuatan keputusan dan kontrol tertentu terhadap sumber-sumber daya yang diberikan kepada pejabat setempat.

B. Tinjauan Tentang Otonomi Daerah

1. Pengertian Otonomi Daerah

Pada pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah hak, wewenang, kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dikutip dari Sarundajang (1999:33), otonomi atau autonomyberasal dari bahasa Yunani, auto yang berarti sendiri dannomous yang berarti hukum atau peraturan. Menurut Encyclopedia of Social Science bahwa otonomi dalam pengertian orisinal adalah the legal self sufficiency of social body and its actual independence. Jadi ada dua cirri hakikat otonomi yakni self legal


(42)

sufficiency dan actual independency. Dalam kaitannya dengan politik dan pemerintahan, otonomi berarti self government atau the condition of living under one’s own law. Jadi otonomi daerah adalah daerah yang memiliki legal self sufficiency yang bersifat self government yang diatur dan diurus oleh own law. Karena itu, otonomi lebih menitikberatkan aspirasi daripada kondisi. Menurut Koesoemahatmadja dalam Sarundajang (1999:33), menurut perkembangan sejarah di Indonesia, otonomi selain mengandung arti perundangan (regeling), juga

mengandung arti “pemerintahan”(besture).

Dalam literatur Belanda, otonomi berarti “pemerintahan sendiri” (zelfregering) yang oleh Van Vallenhoven dibagi atas zelfwetgeving (membuat undang-undang sendiri), zelfiutvoering (melaksanakan sendiri), zelfrechtspraak (mengadili sendiri), dan zelfpolitie (menindaki sendiri). Namun demikian walaupun otonomi itu sebagaiself government, self sufficiencydan danactual independency,menurut Berman dalam Sarundajang (1999:34), keotonomian tersebut tetap pada batas yang tidak melampaui wewenang pemerintah pusat menyerahkan urusan kepada daerah.

Menurut Widjaja (2011:76), pemerintah daerah dengan otonomi adalah proses peralihan dari sistem dekonsentrasi ke sistem desentralisasi. Otonomi adalah penyerahan urusan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistembirokrasi pemerintah. Tujuan otonomi adalah mencapai efisiensi dan efektifitas dalam pelayanan kepada masyarakat. Maksud yang hendak dicapai dalam penyerahan urusan ini adalah antara lain, menumbuhkembangkan daerah dalam berbagai bidang, meningkatkan pelayanan


(43)

masyarakat, menumbuhkan kemandirian daerah, dan meningkatkan daya saing daerah dalam proses pertumbuhan.

Tujuan dari adanya otonomi daerah menurut Sarundajang (1999:35) adalah untuk memenuhi kepentingan bangsa secara keseluruhan, yaitu upaya untuk mendekati tujuan-tujuan penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan cita-cita masyarakat yang lebih baik, suatu masyarakat yang lebih adil dan lebih makmur. Keberadaan pembangunan daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran aktif masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu dalam mengisi otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggungjawab, serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

Jadi yang dimaksud dengan otonomi daerah dapat disimpulkan itu adalah bagaimana hak, wewenang dan kewajiban pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya dengan baik untuk kesejahteraan masyarakat lewat pemanfaatan potensi-potensi daerah lewat pembangunan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Prinsip Otonomi Daerah

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tentang Pemerintahan Daerah, dinyatakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang. Daerah


(44)

memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan, peran serta prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Sejalan dengan prinsip tersebut, dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyata nya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Adapun yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yaitu pada dasarnya untuk memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian dari tujuan nasional.

Seiring dengan prinsip itu, penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Penyelenggaraan otonomi daerah harus menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya. Artinya, mampu membangun kerjasama antar daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah dengan pemerintah. Artinya, harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah Negara dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tegaknya Negara.


(45)

Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai, pemerintah wajib melakukan pembinaan yang berupa pemberian pedoman seperti penelitian, pengembangan, perencanaan dan pengawasan. Disamping itu diberikan pula standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian koordinasi, pemantauan,dan evaluasi. Bersamaan itu pemerintah wajib memberikan fasilitas yang berupa pemberian peluang kemudahan, bantuan dan dorongan kepada daerah agar dalam melaksanakan otonomi dapat dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Pengertian Daerah Otonom

Menurut pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang dimaksud dengan daerah otonom yang selanjutnya disebut dengan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat stempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Halim dalam Martani (2009:31), yang merupakan ciri utama suatu daerah mampu melaksanakan otonomi daerah adalah :

1. Kemampuan keuangan daerah, yang berarti daerah tersebut memiliki kemampuan serta kewenangan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangannya sendiri untuk menyelenggarakan kegiatan pemerintahan;


(46)

2. Minimalisasi ketergantungan terhadap bantuan pusat, oleh karena itu sumber keuangan terbesar harus bersumber dari PAD yang sangat didukung oleh perimbangan keuangan pusat dan daerah;

Selain itu, menurut Irayani dalam Martani (2009:31-32) terdapat beberapa kriteria agar pembangunan kewenangan yang dimiliki daerah otonom dapat terwujud secara proporsional seperti yang tercermin di dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kriteria eksternalitas adalah pendekatan dalam urusan pembagian pemerintahandengan mempertimbangkan dampak atau akibat yang ditimbulkan dalam penyelenggaran urusan pemerintahan tersebut;

2. Kriteria akuntabilitas adalah pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan bahwa tingkat pemerintahan yang menangani sesuatu bagian urusan adalah tingkat pemerintahan yang langsung/dekat dengan dampak/akibat dari urusan yang ditangani tersebut;

3. Kriteria efisiensi adalah pendekatan dalam pembagian urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan tersedianya sumber daya (personil, dana dan peralatan) untuk mendapatkan ketepatan, kepastian dan kecepatan hasil yang harus dicapai dalam penyelenggaraan urusan tersebut.


(47)

4. Kewenangan Daerah Otonom

Mengingat begitu luasnya otonomi yang dimiliki oleh suatu daerah dan begitu banyak urusan yang dapat diselenggarakan oleh pemerintah daerah, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah membagi semua urusan tersebut atas dua kelompok, yaitu urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan pemerintah wajib adalah urusan yang sangat mendasar berkaitan dengan hak dan pelayanan warga Negara, antara lain:

1. Perlindungan hak konstitusional;

2.Perlindungan kepentingan nasional, kesejahteraan masyarakat, ketentraman dan ketertiban umum dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

3.Pemenuhan komitmen nasional yang berhubungan dengan perjanjian internasional.

Urusan wajib dalam hal ini berkaitan dengan pelayanan dasar, seperti pendidikan dasar, kesehatan, perumahan, kebutuhan hidup minimal, prasarana lingkungan dasar. Sementara itu, urusan pilihan pemerintah adalah urusan yang terkait dengan potensi keunggulan dan kekhasan daerah. Dengan demikian, urusan pilihan adalah urusan yang secara nyata ada di daerah dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah.

Menurut ketentuan pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, urusan wajib yang menjadi urusan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota meliputi:


(48)

2. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang;

3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; 4. Penyediaan sarana dan prasarana umum;

5. Penanganan bidang kesehatan; 6. Penyelenggaraan bidang pendidikan; 7. Penanggulangan masalah sosial; 8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;

9. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; 10. Pengendalian lingkungan hidup;

11. Pelayanan pertanahan;

12. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil; 13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan; 14. Pelayanan administrasi penanaman modal; 15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan

16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Urusan pemerintahan propinsi dan kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan seperti pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan, dan pariwisata. Dalam menjalankan urusan pemerintahan, pemerintah daerah mempunyai hubungan dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah lainnya. Dengan luasnya kewenangan yang dimiliki olehsuatu daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan tertentu ada hubungan


(49)

antara pemerintah pusat dan daerah. Hubungan ini meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya. Menurut ketentuan pasal 15 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, hubungan di bidang keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah meliputi:

1. Pemberian sumber-sumber keuangan, untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah;

2. Pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintah;

3. Pemberian pinjaman dan/atau hibah kepada pemerintah daerah.

Sementara itu, hubungan dalam bidang keuangan antar pemerintah daerah meliputi:

1. Bagi hasil dan non pajak antara pemerintah daerah propinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota;

2. Pendanaan urusan pemerintahan yang menjadi tanggungan bersama; 3. Pembiayaan bersama atas kerja sama antardaerah;

4. Pinjaman dan/atau hibah antarpemerintah daerah.

Selanjutnya pada pasal 16 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, menjelaskan hubungan dalam bidang pelayanan umum antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang meliputi:

1. Kewenangan, tanggungjawab dan ketentuan standar pelayanan nasional; 2. Pengalokasian pendanaan pelayanan umum yang menjadi kewenangan daerah; 3.Fasilitas pelaksanaan kerja sama antar pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pelayanan umum.


(50)

Selanjutnya pada pasal 17 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, menjelaskan hubungan dalam bidang pemanfaatan sumberdaya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah meliputi:

1. Kewenangan, tanggung jawab, pemanfaatan, pemeliharaan, pengendalian dampak, budi daya, dan pelestarian;

2. Bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya; 3. Pengendalian lingkungan dan tata ruang, serta rehabilitasi lahan.

Kemudian, dijelaskan juga hubungan dalam bidang pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antarpemerintah daerah meliputi:

1. Pelaksanaan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya;

2. Kerja sama dan bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya, antarpemerintah daerah; dan

3. Pengelolaan perizinan bersama dalam pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya.

Kewenangan pemerintah daerah terhadap wilayah lautnya diatur dalam pasal 18 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Dalam pasal ini dijelaskan bahwa daerah berwenang mengelola sumber daya di wilayah lautnya. Daerah mendapatkan bagi hasil atas pengelolaan sumber daya alam di bawah dasar/atau di dasar laut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kewenangan daerah untuk mengelola sumber daya di wilayah lautnya meliputi:


(51)

2. Pengaturan administrasi antara lain perizinan, kelaikan dan keselamatan; 3. Pengaturan tata ruang;

4. Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh daerah, atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh pemerintah pusat;

5. Ikut serta dalam pemulihan;

6. Ikut serta dalam pertahanan kedaulatan Negara.

C. Tinjauan Tentang Pemekaran Daerah

1. Pengertian Pemekaran Daerah

Dalam pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, dikemukakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas tiga Kabupaten dan Kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah. Maksud pembentukan daerah pada dasarnya adalah untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, di samping sebagai sarana pendidikan politik di tingkat lokal. Menurut Riyadi dalam Supriyadi (2012:11) menyatakan bahwa pemekaran daerah adalah upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antarwilayah, dan menjaga suatu kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pandangan lain menurut Sjafrizal (2008:259), pemekaran wilayah adalah pemisahan suatu wilayah dari daerah administratif lama untuk membentuk daerah administratif baru. Menurut Kaloh (2007:189) pemekaran daerah menjadi propinsi, kabupaten dan atau Kota dapat dilihat dari tiga sisi logika:


(52)

1. Logika formal (legislasi), memahami bahwa terjadinya pemekaran wilayah disebabkan adanya dukungan formal undang, sekaligus dengan undang-undang ini memberikan peluang kepada setiap daerah untuk berapresiasi dengan kesempatan ini, sehingga yang terjadi adalah banyak daerah yang berlomba-lomba untuk menjadikan daerahnya masing-masing menjadi otonom.

2. Logika realitas, memandang bahwa pembentukan daerah (tidak memandang apakah menjadi otonom atau menjadi daerah kawasan khusus) merupakan sesuatu yang benar-benar urgen secara realitas. Bahwa untuk memecahkan berbagai macam persoalan yang ada di daerah, alternatif terbaiknya hanyalah pembentukan daerah atau pemekaran wilayah.

3. Logika politik, memandang bahwa adanya pergerakan-pergerakan sosial-politik kemasyarakatan di tingkat lokal dengan ide pemekaran daerah, dan pada saat bersamaan dengn membawa dan mengusung etnisitas daerah sebagai penguat menuju terjadinya pemekaran. Etnisitas menjadi motor penggerak masyarakat daerah.

2. Faktor-Faktor Penyebab Pemekaran Daerah

Menurut Syafrizal (2008) ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya pemekaran wilayah, antara lain :

1. Perbedaan agama .

Kenyataan yang terjadi dalam masyarakat menunjukkan bahwa perbedaan agama merupakan salah satu unsur yang dapat menyebabkan timbulnya keinginan


(53)

masyarakat untuk memisahkan diri dari suatu negara/ daerah yang telah ada untuk menjadi negara/ daerah baru.

2. Perbedaan etnis dan budaya

Sama halnya dengan perbedaan agama, perbedaan etnis dan budaya juga merupakan unsur penting lainnya yang dapat memicu terjadinya keinginan untuk melakukan pemekaran wilayah. Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat merasa kurang nyaman bila hidup dalam suatu masyarakat dengan etnis, adat istiadat, dan kebiasaan yang berbeda. Bila kesatuan budaya ini terganggu karena kehadiran warga masyarakat lain dengan budaya yang berbeda, maka seringkali terjadi ketegangan bahkan konflik sosial dalam masyarakat tersebut.

3. Ketimpangan pembangunan ekonomi antar daerah

Aspek berikutnya yang cenderung menjadi pemicu terjadinya pemekaran wilayah adalah ketimpangan pembangunan ekonomi antar daerah. Termasuk juga ke dalam aspek ini adalah ketimpangan dalam ketersediaan sumber daya alam bernilai tinggi, seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara yang selanjutnyaakan mendorong terjadinya ketimpangan kemakmuran antar daerah. Ketimpangan ini selanjutnya mendorong terjadinya kecemburuan sosial dan merasa dianaktirikan oleh pemerintah pusat sehinnga akhirnya muncul keinginan untuk melakukan pemekaran wilayah. Indikasi terjadinya ketimpangan pembangunan antardaerah dapat diketahuidengan menghitung data PDRB perkapita dan jumlah penduduk sebagai indikator utama melalui Indeks Wiliamson.


(54)

4. Luas daerah

Luas daerah dapat pula memicu timbulnya keinginan untuk melakukan pemekaran wilayah. Alasannya adalah karena wilayah yang besar akan cenderung menyebabkan pelayanan publik tidak dapat dilakukan secara efektif dan merata ke seluruh pelosok daerah. Sementara tugas pemerintah daerah adalah memberikan pelayanan publik kepada seluruh masyarakat di daerahnya. Dalam rangka memperbaiki pelayanan kepada masyarakat, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan pemekaran daerah.

Selain itu pendapat dari Kaloh (2007:195), terdapat beberapa urgensi dari adanya pembentukan dan pemekaran wilayah,yaitu:

1. Meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, sehingga kehidupan masyarakat akan cepat terangkat dan terbebas dari kemiskinan dan keterbelakangan seiring dengan meningkatnya kesejahteraan.

2. Memperpendekspan of control(rentang kendali) manajemen pemerintahan dan pembangunan, sehingga fungsi manajemen pemerintahan akan lebih efektif, efisien, dan terkendali.

3. Untuk proses pemberdayaan masyarakat dengan menumbuhkembangkan inisiatif, kreatifitas, dan inovasi masyarakat dalam pembangunan.

4. Menumbuhkan dan mengembangkan proses pembelajaran berdemokrasi masyarakat, dengan keterlibatan mereka dalam proses politik dan pembangunan.


(55)

3. Dasar Hukum Pemekaran Daerah

Pembentukan daerah otonom baru harus memenuhi tiga syarat yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 tahun 2007 Tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Syarat yang dimaksud antara lain syarat administratif, syarat teknis, dan syarat kewilayahan. Syarat administratif bagi propinsi yang wajib dipenuhi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/walikota yang akan menjadi cakupan wilayah propinsi bersangkutan, persetujuan DPRD propinsi induk dan gubernur, serta rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri. Sedangkan untuk kabupaten/kota, syarat administratif yang juga harus dipenuhi meliputi adanya persetujuan DPRD kabupaten/kota dan bupati/walikota bersangkutan, persetujuan DPRD provinsi dan gubernur, serta rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri.

Selanjutnya, syarat teknis dari pembentukan daerah baru harus meliputi faktor yang menjadi dasar pembentukan daerah yang mencakup faktor-faktor di bawah ini, antara lain :

1. Kemampuan ekonomi, merupakan cerminan hasil kegiatan usaha perekonomian yang berlangsung disuatu daerah propinsi, kabupaten/kota, yang dapat diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan penerimaan daerah sendiri. 2. Potensi daerah, merupakan cerminan tersedianya sumber daya yang dapat

dimanfaatkan dan kesejahteraan masyarakat yang dapat diukur dari lembaga keuangan, sarana ekonomi, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana transportasi dan komunikasi, sarana pariwisata dan ketenagakerjaan.


(56)

3. Sosial budaya, merupakan cerminan yang berkaitan dengan struktur sosial dan pola budaya masyarakat, kondisi sosial masyarakat yang dapat diukur dari tempat peribadatan, tempat kegiatan institusi sosial dan budaya, serta sarana olahraga.

4. Sosial politik, merupakan cerminan kondisi sosial politik masyarakat yang dapat diukur dari partisipasi masyarakat dalam politik dan organisasi kemasyarakatan.

5. Kependudukan, merupakan jumlah total penduduk suatu daerah. 6. Luas daerah, merupakan luas tertentu suatu daerah.

7. Pertahanan dan keamanan

8. Faktor-faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.

Selain syarat administratif dan syarat teknis terdapat syarat fisik. Syarat fisik yang dimaksud adalah pembentukan daerah otonom baru harus meliputi paling sedikit 5 kabupaten/kota untuk pembentukan provinsi, dan paling sedikit 5 kecamatan untuk pembentukan kabupaten, dan 4 kecamatan untuk pembentukan kota, lokasi calon ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan.

D. Tinjauan Tentang Perencanaan Pembangunan Wilayah

1. Pengertian Perencanaan

Menurut Moekijat dalam Tarigan (2004:4), perencanaan memiliki beberapa pengertian yakni:


(57)

1. Perencanaan adalah hal memilih dan menghubungkan fakta-fakta serta hal membuat dan menggunakan dugaan-dugaan mengani masa yang akan datang dalam hal menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan.

2. Perencanaan adalah suatu usaha untuk membuat suatu rencana tindakan , artinya menentukan apa yang dilakukan, siapa melakukan dan dimana hal itu dilakukan.

3. Perencanaan adalah penentuan suatu arah tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.

4. Perencanaan adalah suatu penentuan sebelumnya dari tujuan-tujuan yang diinginkan dan bagaimana tujuan tersebut harus di capai.

Sudut pandang lain yang berbeda di kemukakan oleh Friedman dalam Tarigan, (2004:4) yang mengatakan bahwa perencanaan adalah cara berpikir mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi, untuk menghasilkan sesuatu di masa depan. Sasaran yang dituju adalah keinginan kolektif dan mengusahakan keterpaduan dalam kebijaksanaan dan program. Friedman melihat perencanaan memerlukan pemikiran yang mendalam dan melibatkan banyak pihak sehingga hasil yang diperoleh dan cara memperoleh hasil itu dapat diterima oleh masyarakat. Hal itu berarti perencanaan sosial dan ekonomi harus memperhatikan aspirasi masyarakat dan melibatkan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, menurut Conyers dan Hills dalam Tarigan (2004:4), perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan mencakup keputusan-keputusan dan pilihan-pilihan alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.


(58)

Berdasarkan definisi tersebut Arsyad dalam Tarigan (2004:5) menjelaskan beberapa elemen dasar perencanaan yakni:

1. Merencanakan berarti memilih

2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya 3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan 4. Perencanaan berorientasi ke masa depan

Perencanaan yang dimaksudkan disini adalah perencanaan ekonomi ataupun perencanaan pembangunan dengan fokus perhatian bagaimana mengalokasikan sumber daya secara efektif dan efisien. Pandangan lain yang dikemukakan oleh ahli lain yakni Widjojo Nitisastro dalam Tarigan (2004:5) memberikan penekanan yang berbeda yakni bahwa perencanaan pada dasarnya berkisar pada dua hal, pertama ialah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan konkret yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Yang kedua adalah pilihan-pilihan diantara cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2003:3), perencanaan pada umumnya terkandung beberapa hal pokok yang dapat dikatakan sebagai unsur-unsur dalam perencanaan itu sendiri, yakni:

1. Adanya asumsi-asumsi yang didasarkan pada fakta-fakta. Ini berarti bahwa perencanaan hendaknya disusun dengan berdasarkan pada asumsi yang didukung dengan fakta-fakta atau bukti-bukti yang ada. Hal ini menjadi penting karena perencanaan merupakan dasar bagi pelaksanaan suatu kegiatan aktivitas. 2. Adanya alternatif-alternatif atau pilihan-pilihan sebagai dasar penentuan


(59)

memperhatikan berbagai alternatif/pilihan sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan.

3. Adanya tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini perencanaan merupakan suatu alat/sarana untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan kegiatan.

4. Bersifat memprediksi sebagai langkah untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan perencanaan.

5. Adanya kebijaksanaan sebagai hasil keputusan yang harus dilaksanakan.

2. Pengertian Pembangunan

Definisi pembangunan menurut Nugroho dan Dahuri (2004:8) diartikan sebagai upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga Negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi. Tema pertama adalah koordinasi, yaitu berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan. Tema kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan hukum yang terpecaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat. Dalam konteksnya yang lebih luas, pembangunan mempunyai beberapa pengertian yang didasarkan pada sudut pandang yang berbeda-beda pula. Beberapa pengertian pembangunan menurut Afiffuddin (2010:42) tersebut adalah:


(60)

1. Pembangunan adalah perubahan. Perubahan dalam arti mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang.

2. Pembangunan adalah pertumbuhan. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ialah kemampuan suatu Negara untuk terus berkembang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Cakupannya pun adalah seluruh segi kehidupan. 3. Pembangunan adalah rangkaian usaha secara sadar dilakukan. Keadaan yang

lebih baik, yang didambakan oleh suatu masyarakat, serta pertumbuhan yang diharapkan akan terus berlangsung,tidak akan terjadi dengan sendirinya, apalagi secara kebetulan.

4. Pembangunan adalah suatu rencana yang tersusun secara rapi. Perencanaan dalam pembangunan mutlak dilakukan oleh dan dalam setiap organisasi, apa pun tujuannya, apa pun kegiatannya tanpa melihat apakah organisasi bersangkutan besar atau kecil.

5. Pembangunan adalah cita-cita terakhir dari perjuangan Negara atau bangsa.

Menurut Siagian dalam Riyadi dan Bratakusumah (2003:6) menjelaskan pembangunan sebagai suatu perubahan, mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang, sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai


(61)

akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/pengluasan atau peningkatan dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.

3. Pengertian Wilayah

Wilayah dapat dilihat sebagai suatu ruang pada permukaan bumi. Pengertian permukaan bumi adalah menunjuk pada tempat atau lokasi yang dilihat secara horizontal dan vertikal yang di dalamnya termasuk apa yang ada pada permukaan bumi, yang ada di bawah permukaan bumi dan yang ada di atas permukaan bumi. Menurut Glasson dalam Tarigan (2004:99), ada dua cara pandang yang berbeda tentang wilayah, yaitu subjektif dan objektif. Cara pandang subjektif, wilayah adalah alat untuk mengidentifikasi suatu lokasi yang didasarkan atas kriteria tertentu atau tujuan tertentu. Dengan demikian, banyaknya wilayah tergantung pada kriteria yang digunakan. Wilayah hanyalah suatu model agar dapat membedakan lokasi yang satu dari lokasi lainnya. Hal ini diperlukan untuk membantu manusia mempelajari dunia ini secara sistematis. Pandangan objektif menyatakan wilayah itu benar-benar ada dan dapat dibedakan berdasarkan musim/temperature yang dimilikinya atau berdasarkan konfigurasi lahan, jenis tumbuh-tumbuhan, kepadatan penduduk, atau gabungan dari ciri-ciri diatas. Selain itu menurut pandangan lain, Hanafiah dalam Tarigan (2004:100) menyatakan bahwa wilayah dapat dibedakan atas konsep absolut dan relatif. Konsep absolut didasarkan pada keadaan fisik sedangkan konsep relatif selain memperhatikan faktor fisik juga sekaligus memperhatikan fungsi sosial ekonomi dari ruangan tersebut.


(62)

Dalam menganalisis wilayah secara umum, ada tiga tipe wilayah menurut Blair dalam Nugroho dan Dahuri (2004:10),pertama,wilayah fungsional yakni wilayah yang dicirikan oleh adanya derajat integrasi antara komponen-komponen di dalamnya yang berinteraksi ke dalam wilayah alih-alih berinteraksi ke wilayah luar. Terbentuknya wilayah fungsional ini akan tampak dalam keadaan pelaku-pelaku ekonomi lokal saling berinteraksi diantara mereka sendiri pada derajat atau tingkatan (kualitas dan kuantitas) lebih dari interaksi pelaku ekonomi lokal dengan pelaku dari luar wilayah.Kedua adalah wilayah homogeny yakni wilayah wilayah yang dicirikan memiliki adanya kemiripan relatif dalam wilayah. Kemiripan ciri tersebut dapat dilihat dari aspek sumber daya alam, sosial, dan ekonomi. Yang ketigaadalah wilayah administratif yakni wilayah yang dibentuk untuk kepentingan pengelolaan atau organisasi oleh pemerintah maupun oleh pihak-pihak lain.

Ahli lain, Glasson dalam Tarigan (2004:100), mengatakan bahwa wilayah dapat dibedakan berdasarkan kondisi dan fungsinya. Berdasarkan kondisi nya, wilayah dapat dikelompokkan atas keseragaman isinya (homogen) misalnya wilayah perkebunan, wilayah peternakan, wilayah industri dan lainnya. Berdasarkan fungsinya, wilayah dapat dibedakan misalnya kota dengan wilayah belakangnya, lokasi produksi dengan wilayah pemasarannya, susunan orde perkotaan, hirerarki jalur transportasi, dan lain-lain.

Berdasarkan tujuan dari pembentukan wilayah, menurut Tarigan (2004:103-104) suatu wilayah dibedakan menjadi:


(1)

171

B. Saran

1. Pemerintahan daerah otonom baru nantinya perlu membuat program-program yang berbasis pada sektor-sektor yang menjadi unggulan daerah untuk dapat meningkatkan perekonomian daerah, penyerapan tenaga kerja dan daya saing daerah nantinya.

2. Dalam rangka mendukung pengembangan wilayah di masa mendatang, calon Kabupaten Seputih Barat dan Seputih Timur perlu membangun infrastruktur jalan yang memadai untuk melayani kegiatan ekonomi masyarakat.

3. Calon Kabupaten Seputih Barat dan Seputih Timur perlu melaksanakan percepatan pembangunan dalam hal peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana fisik dasar seperti fasilitas pendidikan dan kesehatan serta kualitas pelayanan lewat kompetensi sumber daya manusia.

4. Pembangunan daerah di calon Kabupaten Seputih Barat dan Seputih Timur sebaiknya diintegrasikan antara aspek ruang dengan membangun pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan dengan perencanaan sektoral yang terkait dengan komoditas-komoditas unggulan wilayah.


(2)

DAFTAR PUSTKA

Buku

Adisasmita, Rahardjo. 2005.Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah.PT Graha Ilmu:Yogyakarta

Afiffudin. 2010.Pengantar Administrasi Pembangunan.Bandung: Alfabeta Abdullah, Rozali. 2011.Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan

Kepala Daerah Secara Langsung.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada BAPPENAS-UNDP. 2008.Studi Evaluasi Dampak Pemekaran Daerah

2001-2007. Jakarta:BRIDGE.

Djojodipuro, Marsudi. 1994.Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia.Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Heene, Aime., dkk. 2010.Manajemen Strategik Keorganisasian Publik.Bandung: PT Reifika Aditama

Kaloh. J. 2007.Mencari Bentuk Otonomi Daerah Suatu Solusi Dalam

Menjawab Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Kusdi. 2009.Teori Organisasi Dan Administrasi.Jakarta: Salemba Humanika

Mariana, Dede dan Paskarina, Caroline 2008.Demokrasi dan Politik Desentralisasi.Yogyakarta: Graha Ilmu

Moleong, Lexy. 2006.Metode Penelitian Kualitatif.Bandung:Remaja Rosdakarya

Nugroho, Iwan dan Dahuri, Rochim. 2004.Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi, Sosial, Dan Lingkungan.Jakarta:LP3S


(3)

Purwanto dan Sulistyastuti. 2011.Metode Penelitian Kuantitatif Untuk

Administrasi Publik Dan Masalah-Masalah Sosial. PT Gava Media: Yogyakarta.

Riyadi dan Bratakusumah, Deddy Supriyady. 2003.Perencanaan Pembangunan Daerah Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Sabarno, Hari. 2007.Untaian Pemikiran Otonomi Daerah: Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa.Jakarta: Sinar Grafika Salusu. 1996.Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik

dan Organisasi Nonprofit.Jakarta: PT Grasindo

Sarundajang,S.H. 1999.Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah.Jakarta: Pustaka Sinar

Simanjuntak, Bungaran Antonius.2013.Dampak Otonomi Daerah di

Indonesia:Merangkai Sejarah Politik dan Pemerintahan Indonesia. Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Sjafrizal. 2008.Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi.Padang: Baduose Medias

Sugiyono. 2011.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. PT Alfabeta: Bandung

Tarigan, Robinson.2004.Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi.Jakarta: PT. Bumi Aksara

2004.Perencanaan Pembangunan Wilayah.Jakarta: PT. Bumi Aksara

Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. 2009.Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Widjaja, H.A.W. 2011.Otonomi Daerah dan Daerah Otonom.Jakarta: Rajawali Press


(4)

Jurnal/Skripsi/Tesis

Abdullah, Muhammad Arafat. 2011.Kajian Dampak Pemekaran Wilayah

Terhadap Pembangunan Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi Barat).Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. IPB. Bogor

Baskoro, Budi. 2007.Analisis Perwilayahan, Hirarki, Komoditas Unggulan Dan Partisipasi Masyarakat Pada Kawasan Agropolitan (Studi Kasus di Bungakondang Kabupaten Purbalingga). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. IPB. Bogor

Burharuddin. 2007.Strategi Pengembangan Wilayah Kabupaten

Dharmasraya: Identifikasi Potensi Wilayah Dan Kota Sebagai Pusat Pertumbuhan Dan Pusat Pelayanan. Artikel. Program Pascasarjana. Universitas Andalas. Padang

Djuwendah, Endah dkk. 2009.Pengarahan Pusat Pertumbuhan Melalui Analisis Keunggulan Komparatif di Kabupaten Garut.Jurnal Agrikultural,20(3). Hal 153-158

Hendayana, Rachmat. 2003.Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional.Informatika Pertanian 12:1-21 Indraprahasta, Galuh Syahbana. 2009.Strategi Pengembangan Wilayah Di

Era Otonomi Daerah (Studi Kasus: Kabupaten Bandung Barat). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. IPB. Bogor

Marfiani.Teni. 2007.Analisis Potensi Ekonomi Dan Strategi Pembangunan Ekonomi Di Bogor Barat.Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. IPB. Bogor Martani, Restu. 2009.Analisis Potensi Ekonomi Dan Keuangan Wilayah

Sebagai Dasar Perencanaan Dalam Wacana Pembentukan Propinsi Kapuas Raya.Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi. IPB. Bogor

Mulyadi, Edi. 2007.Pengembangan Ekonomi Wilayah Bogor Barat Dalam Konteks Keterkaitan Desa-Kota.Tesis. Program Pasca Sarjana. Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota. UNDIP. Semarang

Nasoetion, Wagner Marchasan. 1982.Analisa Kerataan Fasilitas

Pelayanan Daerah Transmigrasi (Studi Kasus Way Abung I dan II, ProvinsiLampung).Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor

Nurlatifah. 2009.Analisis Pergeseran Perekonomian Kabupaten Ciamis

Pasca Pemekaran Kota Banjar.Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi. IPB. Bogor


(5)

Permatasari, Lyta. 2011.Strategi Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal

untuk Pembangunan Daerah. Jurnal Focus. Volume 1, Nomor 1, Januari -Juni 2011.

Supriyadi, Bambang. 2012. Pengembangan Wilayah Di Daerah Otonom

Baru (Studi Kasus Tiga Kabupaten Pemekaran Di Indonesia). Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. IPB. Bogor

Tyas, Rizki Rahajuning. 2006.Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten

Situbondo Provinsi Jawa Timur. Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian Dan Sumberdaya. IPB. Bogor

Website

http://www.otda.kemendagri.go.id diakses pada tanggal 15 September 2013

http://nasional.kompas.com/read/2012/12/15/02301312/Mendagri:70-Persen-Pemekaran-Daerah-Gagal di akses pada tanggal 15 September 2013

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/444416/pemekaran-daerah-bebani-APBN diakses pada tangal 16 September 2013

http://lampung.tribunnews.com/lampung/bandar-lampung/Otonomi-Daerah Lampung:Pemekaran-Masih-Perlukah diakses pada tanggal 16 September 2013

http://lampung.tribunnews.com/2013/06/26/Pemprov-Dukung-Pemekaran-DOB-Seputih-Timur diakses pada tanggal 16 September 2013

http://www.jpnn.com/read/2012/12/18/190378/DPD-sikapi-pemekaran-lamteng diakses pada tanggal 16 September 2013

http://fajarsumatra.com/2012/11/27/Seputih-timur-dan-barat-layak-jadi-kabupaten diakses pada tanggal 22 November 2013


(6)

Dokumen-Dokumen

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

Peraturan Pemerintah nomor 78 tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Tengah Tahun 20112031 Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor: 16/DPRD/LT/2013 Tentang Persetujuan Pembentukan Kabupaten Lampung Seputih Timur Kabupaten Seputih Barat

Lampung Tengah Dalam Angka 2011 Lampung Tengah Dalam Angka 2012 Lampung Tengah Dalam Angka 2013