PERBANDINGAN MODEL LATIHAN PEREGANGAN STATIS DAN MODEL LATIHAN PEREGANGAN DINAMIS TERHADAP FLEKSIBILITAS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 KOTABUMI TAHUN AJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN MODEL LATIHAN PEREGANGAN STATIS DAN MODEL LATIHAN PEREGANGAN DINAMIS TERHADAP

FLEKSIBILITAS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 KOTABUMI TAHUN

AJARAN 2012/2013

OLEH

ADITYA PERMANA PUTRA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar perbandingan model latihan peregangan statis dan model peregangan dinamis serta model latihan mana yang lebih efektif terhadap fleksibilitas siswa kelas VIII SMP Negeri 7 kotabumi tahun ajaran 2012 - 2013

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Sebagai populasi pada perbandingan model pereganagan statis dan model peregangan dinamis terhadap fleksibilitas siswa SMP Negeri 7 Kotabumi kelas VIII, dan diambil sampel sebanyak 30 siswa menggunakan teknik random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tes hasil fleksibilitas. Sedangkan teknik analisis data dari hasil tes awal dan tes akhir model latihan peregangan statis dan model latihan peregangan dinamis menggunakan teknik analisa varians tunggal ( analisis of variant / one aways anova ).

Hasil penelitian menunjukkan: bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara model latihan peregangan statis dan model latihan peregangan dinamis terhadap siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Kotabumi dengan analisis yang dilakukan terhadap tes awal dan tes akhir kelompok model latihan peregangan ststis, model latihan peregangan dinamis. Pada model latihan peregangan statis didapat thitung 8,765 yang lebih besar dari ttabel = 2,042 yang berarti tolak hipotesis nol ( H0 ) sehingga ada pengaruh model latihan peregangan statis terhadap fleksibilitas siswa. Pada model latihan peregangan dinamis didapat thitung 3,041 poin yang lebih besar dari ttabel = 2,042 maka tolak hipotesis nol ( H0 ) sehingga ada pengaruh model peregangan dimanis terhadap fleksibilitas siswa. Sedangkan pada analisis perbedaan tes akhir kelompok model latihan peregangan statis dan model latihan peregangan dinamis didapat thitung 3,041 yang lebih besar dari ttabel = 2,042 sehingga ada perbedaan yang signifikan antara kelompok model latihan


(2)

peregangan statis dan model latihan peregangan dinamis terhadap fleksibilitas siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 kotabumi.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di kotabumi, pada tanggal 28 september 1988, anak kedua dari empat bersaudara pasangan dari Bapak Mujiono dan Ibu roniah.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 5 Kotabumi Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara, melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 7 Kotabumi Lampung Utara yang selesai pada tahun 2004, Melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 3 Kotabumi dan selesai pada tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang ditempuh melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri ( SMPTN ).


(8)

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan berlandaskan haturan syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda bukti dan cinta kasihku kepada :

“Kedua orang tuaku Ayah dan Bunda tercinta yang selalu menjadi semangat dalam hidupku, kesabaran dan do’a dalam setiap sujudmu untuk menanti keberhasilanku serta harapan di setiap tetesan keringatmu demi

keberhasilanku”

“Terima kasih Ayah, terima kasih Bunda, semoga cinta kasih dan do’amu tak terhenti dan tak terlupakan sepanjang hidupku serta mengantarkanku ke pintu bahagia”

“Ayuk dan Adikku tersayang, Dian, Bram, Dinda yang dengan kasihnya selalu mendukung dan mendo’akanku”

““Rida septiana yang kelak akan mendampingiku mengarungi suka duka jalannya kehidupan” “Serta

“Almamaterku tercinta UniversitasLampung” ( Aditya Permana Putra )


(10)

MOTO

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah

Kesuksesan akan menghampiri orang orang yang

mau bekerja keras dan berusaha

bangkit dari keterpurukan.

Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan

Seseorang akan dapat melakukan apa

pun bila ia percaya dan

menginginkannya.

Tidak ada satu hal pun yang Mustahil

bila allah berkenan.


(11)

(12)

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur Alhamdulillah pada Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul Perbandingan Model Latihan Peregangan Statis dan Model Latihan peregangan Dinamis Terhadap Fleksibilitas Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 7 Kotabumi Tahun Ajaran 2012/2013 adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung

2. Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan (IP) FKIP Universitas Lampung.

3. Drs. Ade Jubaidi, M. Pd selaku ketua program studi penjaskes.

4. Drs. Sudirman Husin, M.Pd selaku Pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.

5. Drs. Suranto, M.Kes selaku Pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.

6. Dr. Marta Dinata, M.Pd., selaku Penguji Utama yang telah memberikan perbaikan dan pengarahan kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

8. Kepala SMPN 7 Kotabumi yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa kelas VIII.B tahun ajaran 2011/2012.

9. Semua teman-teman seperjuangan angkatan 2007 yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

10. Siswa-siswi kelas VIII. SMP Negeri 7 Kotabumi tahun pelajaran 2012/2013, terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.


(13)

11. Rida septiana yang telah menjadi motivator dan penyemangat selama ini, terima kasih atas doa dan dukungannya.

12. Sahabat terbaikku Rere, Badai, Acong, Putu, Tri, Redie, Candra, Lilis, arif, Taufik, Rio, Ade, Mbak Tri yang telah menjadi motivator, inspirator, dan penyemangat selama ini, terimakasih atas semua doa dan dukungannya.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wasalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 2014 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Latihan Jasmani ... 8

B. Fleksibilitas ... 12

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fleksibilitas ... 15

D. Peregangan Statis ... 16

E. Kajian Fisiologis Mengenai Model Latihan Peregangan Statis ... 19

F. Peregangan Dinamis ... 20

G. Kajian Fisiologis Mengenai Model Latihan peregangan Dinamis .. 22

H. Teori Latihan ... 24

I. Kerangaka Pikir ... 28

J. Hipotesis ... 29

III.METODOLOGI A. Metode Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel ... 31

C. Variabel Penelitian ... 31

D. Definisi Oprasional ... 32

E. Pelaksanaan Penelitian ... 33

F. Rancangan Penelitian ... 35

G. Tempat dan Pelaksanaan Penelitian ... 37

H. Instrumen Penelitian ... 37


(15)

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 43

B. Pembahasan... 52

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel Tes Duduk Jangkau ... 38

2. Distribusi Frekuensi Fleksibilitas Tes Awal ... 43

3. Distribusi frekuensi Fleksibilitas Tes Akhir ... 44

4. Deskripsi Data ... 45

5. Hasil Uji Normalitas ... 48

6. Hasil Uji Homogenitas ... 49


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar Halaman

1. Data Hasil Tes Fleksibilitas ... 59

2. Pembagian Kelompok penelitian ... 60

3. Uji Normalitas Data Kelompok Peregangan Statis ... 61

4. Uji Normalitas Data kelompok Peregangan Dinamis ... 62

5. Uji Normalitas Data Kelompok Kontrol ... 63

6. Uji Homogenitas Kelompok Peregangan Dinamis dan Peregangan Statis ... 64

7. Uji Homogenitas Kelompok Peregangan Statis dan Kontrol ... 65

8. Uji Homogenitas Kelompok Peregangan Dinamis dan Kontrol ... 66

9. Tabel Perhitungan Data Kelompok Peregangan Statis ... 67

10. Tabel Perhitungan Data Kelompok Peregangan Dinamis ... 68

11. Tabel perhitungan Data Kelompok Kontrol ... 69

2. Analisis Data Statistik ... 70

3. Perhitungan Analisis Data Varianas……… 71

4. Tabel Ringkasa Anava Satu Jalur ... 73

5. Pengujian Hipotesis 1 ... 74

6. Pengujian Hipotesis 2 ... 75

7. Pengujian Hipotesis 3 ... 76

8. Tabel Uji t ... 77

9. Tabel Homogenitas Distribusi F tabel α 0,05 ... 78

10. Program Latihan... 79


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peregangan Statis ... 19

2. Peregangan Dinamis ... 23

3. Cara Ordinal Pairing ... 36

4. Alat Ukur Fleksibilitas ... 38

5. Grafik Perbandingan Peningkatan Hasil Fleksibilitas ... 43

6. Grafik Perbedaan hasil Tes Kelompok Peregangan Statis ... 44

7. Grafik Perbedaan Hasil Tes kelompok Peregangan Dinamis ... 45

8. Grafik Perbedaan hasil Tes kelompok Kontrol ... 46

9. Grafik Perbedaan hasil Tes Antara Kelompok Kontrol ... 46

10.Grafik Uji Pengaruh Pada Kelompok Peregangan Statis ... 49

11.Grafik Uji Pengaruh Pada Kelompok Peregangan Dinamis ... 50

12.Grafik Uji Perbedaan Antara Peregangan Statis dan Peregangan Dinamis ... 51


(19)

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa.

Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga merupakan sebuah investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia Indonesia. Hasil yang diharapkan dalam pendidikan jasmani akan dicapai setelah waktu yang cukup lama. Karena itu, upaya pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan olahraga membutuhkan kesabaran dan peningkatan kualitas disetiap kegiatan pembinaannya.

Dalam pengembangan keterampilan pada cabang-cabang olahraga, baik cabang olahraga voli, basket, sepakbola, tenis, bulu tangkis dll, hampir setiap olahraga di atas mempunyai kekhususan unsur kondisi fisik yang dominan, yang merupakan peningkatan dari komponen-komponen fisik dasar seperti daya tahan, kekuatan dan kelentukan. Ini berarti kelentukan merupakan salah satu komponen dasar dalam melatih kondisi fisik agar performa dalam cabang-cabang olahraga juga akan meningkat.


(21)

2

Fleksibilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari sebuah sendi dan otot, serta tali sendi di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan. Manfaat yang diperoleh dari latihan fleksibilitas adalah membantu otot untuk rileks, meningkatkan kesehatan, menghilangkan otot kejang dan mengurangi potensi cedera. Suharjana (2004: 70).

Seseorang yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan sendi hingga mencapai ruang gerak maksimal, akan mudah untuk mempelajari keterampilan gerak. Fleksibilitas akan dibutuhkan orang dalam berbagai aktivitas, baik aktivitas sehari-hari maupun olahraga. Misalnya pada cabang bola voli kelentukan merupakan biomotor utama. Seorang yang memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi akan baik dalam melakukan smash dalam permainan voli. Begitu juga bagi seorang pemain sepakbola, kelentukan otot punggung, pinggang dan hamstring juga memberikan kontribusi dalam kemampuan menendang bola. Atlet senam, loncat indah dan berbagai dance membutuhkan fleksibilitas yang sangat baik agar ia dapat menekukkan tubuhnya, melakukan gerakan salto atau bergerak dengan lemah gemulai.

Pada saat peneliti melakukan proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMP Negeri 7 Kotabumi peneliti melihat hal-hal yang menyebabkan rendahnya kemampuan fleksibilitas siswa kelas VIII. Adapaun hal-hal yang menyebabkan rendahnya fleksibilitas siswa adalah sebagai berikut : kurangnya pemehaman guru tentang pentingnya peregangan dalam proses pembentukan fleksibilitas, model peregangan tidak dilakukan dengan benar dan cenderung dilakukan oleh siswa dengan main-main dan tidak serius.


(22)

3

Berdasarkan hasil pengamatan penulis di SMP Negeri 7 kotabumi 50% siswa mempunyai kriteria kurang hal ini dikarenakan saat guru memberikan materi latihan kebugaran jasmani dengan kegiatan latihan kelentukan otot punggung, pinggang, dan lainnya. Pelaksanaan pembelajaran tidak efektif dan efisien karena minimnya pemahaman guru pada bentuk latihan yang tepat dan sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan siswa SMP. Guru juga kurang kreatif dalam mengembangkan strategi mendayagunakan fasilitas dan menyiasati kekurangan.

Karena kurangnya pemahaman guru terhadap bentuk latihan yang tepat dengan kemampuan siswa terhadap fleksibilitas mengakibatkan kurangnya tingkat fleksibilitas siswa sehingga berpengaruh terhadap semua jenis pembelajaran gerak dasar materi pendidikan jasmani antara lain basket,voli,bulu tangkis,senam, dan lain lain. Karen kurangnya tingkat fleksibilitas mengakibatkan siswa agak kesulitan dalam melakukan berbagai gerak dasar dalam materi pendidikan jasmani yang di ajarkan.

Kesulitan yang di alami siswa harus segera di atasi dengan berbagai bentuk latihan untuk meningkatkan fleksibilitas, bentuk latihan juga harus disesuaikan dengan kondisi siswa sehingga tidak membebani kondisi fisik siswa. Bentuk latihan yang sesuai dengan kondisi siswa SMP adalah bentuk latihan peregangan dinamis dan bentuk latihan statis, kedua latihan ini dirasa paling sesuai karena tidak terlalu membebani tubuh siswa.

Atas latar belakang ini lah, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Model latihan Peregangan Statis dan Model latihan Peregangan Dinamis Terhadap Fleksibilitas Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 7 Kotabumi Tahun Ajaran 2011 - 2012. Dengan harapan siswa mengetahui cara meningkatkan fleksibilitas, dan manfaat yang diperoleh dari fleksibilitas yang berkembang.


(23)

4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Minimnya pemahaman guru mengenai bentuk peregangan yang sesuai dengan perkembangan fisik siswa SMP.

2. Minimnya strategi dalam mendayagunakan fasilitas dan menyiasati kekurangan

3. Guru belum melakukan latihan peregangan statis dan latihan dinamis untuk meningkatkan fleksibilitas siswa.

4. Kurangnya tingkat fleksibilitas pada siswa

5. Kurangnya kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar yang berhubungan dengan fleksibilitas.

6. Belum adanya satupun model peregangan yang teruji untuk meningkatkan fleksibilitas siwa SMP.

C. Batasan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian

Dari identifikasi masalah yang telah dikemukakan, agar tidak meluas maka ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada masalah :

1. Pengaruh model latihan peregangan statis dan model pergangan dinamis terhadap fleksibilitas siswa kelas VIII SMP Negeri 7 kotabumi.

2. Tempat penelitian dilaksanakan di lapangan SMP Negeri 7 kotabumi, objek penelitian yang diamati latihan peregangan ststis dan dinamis terhadap fleksibilitas, subjek yang diamati adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 7 kotabumi


(24)

5

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh yang signifkan model latihan peregangan statis terhadap fleksibilitas siswa kelas VIII B di SMP Negeri 7 Kotabumi Tahun Ajaran 2012 – 2013? 2. Apaka ada Pengaruh yang signifikan model latihan peregangan dinamis terhadap

fleksibilitas siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Kotabumi Tahun Ajaran 2012 – 2013? 3. Apakah model latihan peregangan statis lebih baik dari model latihan peregangan

dinamis terhadap fleksibilitas siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 kotabumi tahun ajaran 2012-2013?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh model latihan peregangan statis terhadap fleksibilitas siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Kotabumi Tahun Ajaran 2012 – 2013. 2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh model latihan peregangan dinamis terhadap

fleksibilitas siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 kotabumi tahun ajaran 2012 – 2013.

3. Untuk megetahui model latihan mana yang lebih baik terhadap fleksibilitas siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 kotabumi tahun ajaran 2012 – 2013.


(25)

6

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru

Sebagai bahan pemikiran guru Penjaskes dalam usaha penyempurnaan dan pengembangan fleksibilitas siswa.

2. Bagi siswa

Dapat mengembangkan fleksibilitas siswa ketingkatan yang lebih tinggi, sehingga dengan fleksibilitas yang baik memudahkan siswa untuk mempelajari keterampilan gerak.

3. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui pengaruh latihan peregangan statis terhadap fleksibilitas siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Kotabumi


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebugaran Jasmani

Para siswa seharusnya diajarkan dan dididik untuk memahami faktor yang mengandung resiko bagi kesehatannya. Dan mendapat pengetahuan mengenai ancaman terhadap kesehatan, akibat kurang gerak. Kepada mereka perlu ditanamkan pemahaman tentang manfaat yang dapat diperoleh dari pertisipasi aktif dalam aktivitas jasmani di sepanjang hayat.

Menurut Lutan, dkk (2002: 11) Latihan jasmani secara teratur mendatangkan manfaat : a) Terbangun kekuatan dan daya tahan otot, seperti juga kekuatan tulang dan

persendian, selain mendukung performa baik dalam olahraga maupun non olahraga b) Meningkatkan daya tahan aerobik

c) Meningkatkan fleksibilitas

d) Membakar kalori yang memungkinkan tubuh terhindar dari kegemukan e) Mengurangi stress

f) Meningkatkan rasa bahagia dan berguna

Secara singkat dapat dikatakan, seseorang yang aktif berolahraga atau rajin melakukan aktivitas jasmani akan memperolah banyak keuntungan karena selain mempertinggi daya kerja, kegiatan yang teratur ini bermanfaat juga untuk mencegah penyakit.


(27)

8

Semasa perkembangan fisik siswa SMP kelas VIII kemempuan fisik khusus fleksibilitas sangan kurang di latih. Latihan yang tepat dan sesuai untuk siswa SMP adalah jenis latihan peregangan karena jenis latihan tersebut langsung berpengaruh pada otot dan ligament sehingga dapat meningkatkan fleksibilitas denga tepat.

a. Pengertian Kebugaran jasmani

Kebugaran Jasmani adalah kemampuan tubuh dalam melakukan tugas/pekerjaan secara maksimal tanpa mengalami kelelahan dan mampu untuk melakukan kegiatan/aktivitas selanjutnya.

b. Unsur-unsur Kebugaran Jasmani

1. Kecepatan (speed) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan dalam waktu sesingkat-singkatnya

2. Kecepatan reaksi adalah waktu yang diperlukan untuk memberikan respon kinetik setelah menerima perintah atau rangsangan.

3. Daya ledak (power) adalah kemampuan tubuh yang memungkinkan otot atau sekelompok alat untuk bekerja secara maksimal.

4. Kekuatan otot adalah tenaga,gaya atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal.

5. Daya tahan otot adalah kapasitas sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang beruntun atau berulang ulang terhadap suatu beban sub maksimal dalam jangka waktu tertentu


(28)

9

6. Daya tahan (Endurance) Jantung Paru adalah kapasitas sistem jantung,paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal saat melakukan aktivitas sehari hari dalam waktu yang lama.

7. Fleksibilitas (kelenturan) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan melalui ruang gerak sendi secara maksimal.

8. Komposisi tubuh adalah berat badan tanpa lemak yang terdiri dari masa otot,tulang dan organ organ tubuh

9. Kelincahan (agility) adalah kemampuan tubuh tubuh untuk mengubah arah secara tepat tanpa adanya gangguan keseimbangan atau kehilangan keseimbangan.

10.Keseimbangan (balance) adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi atau sikap tubuh secara tepat pada saat melakukan gerakan.

11.Ketepatan (accuracy) adalah kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk mengarahkan sesuatu sesuai dengan sasaran yang dikehendaki.

12.Koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan secara tepat, cermat, dan efisien.

13.Power ( Daya / tenaga ) Adalah kemampuan mengeluarkan kekuatan / tenaga maksimal dalam waktu yang tercepat. Seseorang yang mempunyai tenaga yang besar.

Khusus kelentukan kebugaran jasmani yang di tekankan ialah pada ruang getak sendi dan otot-otot sekitar sendi, pengertian dari kelentukan itu sendiri ialah kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan melalui ruang gerak sendi secara maksimal. Adapun


(29)

10

untuk bias mendapatkan ruang gerak sendi semaksimal mungkin harus dilakukan latihan yang sesuai dengan ruang gerak sendi itu sendiri, latihan yang sesuai dengan kelentukan antara lain:

1. Peregangan Statis

Peregangan statis dilakukan dengan merenggangkan tubuh atau anggota tubuh, dan mempertahankan sikap tersebut tanpa bergerak untuk beberapa sesaat.

2. Peregangan dinamis

Perenggangan dinamis dilakukan dengan menggerakkan tubuh atau anggota tubuh secara berirama atau dengan memantul-mantulkannya, sehingga otot-otot terenggang dan mulur.

B. Fleksibilitas

Menurut Lutan dkk (2002: 80) Fleksibilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari sebuah sendi dan otot, serta tali sendi di sekitarnya untuk bergerak dengan leluasa dan nyaman dalam ruang gerak maksimal yang diharapkan. Fleksibilitas optimal memungkinkan sekelompok atau satu sendi untuk bergerak dengan efisien.

Suharjana (2004: 70) menerangkan bahwa fleksibilitas adalah kemampuan otot atau persendian untuk bergerak secara leluasa dalam ruang gerak yang maksimal. Apabila seseorang mempunyai fleksibilitas yang optimal, amak akan menambah efisiensi dalam melakukan gerak yang lain.


(30)

11

Fleksibilitas menurut Harsono (2000: 132) yaitu kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuh dan bagian-bagian tubuh dalam satu ruang gerak yang seluas mungkin, tanpa mengalami, menimbulkan cedera pada persendian dan otot disekitar persendian itu. Dalam olahraga, fleksibilitas atau kelentukan mengacu kepada ruang gerak sendi tubuh. Lentuk-tidaknya seseorang ditentukan oleh luas-sempitnya ruang gerak sendi-sendinya. Kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendon, dan ligament disekitar sendi tersebut. Dengan demikian orang yang fleksibel adalah orang yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan mempunyai otot-otot yang elastis. Oleh karena itu, pengukuran kelentukan berkenaan dengan gerakan refleksi dan ekstensi (Johnson dan Nelson, 1969) (Http://zackyubaid.blogspot.com).

Penelitian juga banyak mengungkapkan, bahwa kelentukan dapat ditingkatkan. Perkembangan kelentukan itu dimulai dari usia kanak-kanak hingga dewasa, dam kemudian berkurang setelah usia itu, seperti studi Hupprich, Philip (1955), Forbes (1950) dan Muller (1954). Harsono (2004: 77) juga menyebutkan pada usia pra sekolah latihan fleksibilitas bisa dilakukan tapi belum begitu ditekankan. Pada usia awal sekolah sampai 9 tahun latihan fleksibilitas bisa dilakukan. Pada usia 10 tahu anak harus dilatih fleksibilitas karena jika tidak pada usia ini fleksibilitas anak mulai menurun. (Http://zackyubaid.blogspot.com).

Membicarakan masalah fleksibilitas selalu mengacu pada kemampuan ruang

gerak sendi atau persendian tubuh. Banyak ahli memberikan penjelasan mengenaipengertian fleksibilitas yaitu antara lain :


(31)

12

Melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi.”

(Http://zackyubaid.blogspot.com).

2. Menurut Rushall & Pyke (1990:273), “Flexibility is an important

characteristic for human performance because it governs the range of movement that is used in atechnique and the length of the movement over which forces can be generated. It relates to the range of movement around a joint.” Maksud dari pernyataan tersebut adalah fleksibilitas merupakan suatu karakteristik yang penting bagi penampilan

atlet, karena fleksibilitas merupakan ruang gerak yang digunakan untuk suatu teknik olahraga dan memperluas gerakan di mana dengan gerakan itu kekuatan akan diciptakan. Fleksibilitas berhubungan dengan ruang gerak di sekitar sendi.( Http://zackyubaid.blogspot.com).

3. Menurut Bloomfield dkk (1994:209), “Flexibility can be defined as the

range of movement in a joint or several joints.” Maksud dari pernyataan tersebut adalah fleksibilitas dapat diartikan sebagai ruang gerak di sekitar sendi atau di beberapa sendi.(Http://norhananiahmad.blogspot.com).

4. Menurut AAHPERD (1999:112), “Flexibility is the ability of a joint and the

muscles and tendons surrounding it to move freely and comfortably through its intended full range of motion (ROM)." Maksud dari pernyataan tersebut bahwa fleksibilitas adalah kemampuan dari sendi, otot, dan tendon-tendon di sekitarnya 20

untuk dapat digerakkan dengan bebas dan nyaman, maksudnya adalah ruang gerak yang luas. (Http://norhananiahmad.blogspot.com).


(32)

13

disimpulkan bahwa fleksibilitas adalah kemampuan untuk melakukan gerak dalam ruang gerak sendi. Kemampuan yang dimaksudkan merupakan prasyarat untuk menampilkan suatu keterampilan yang memerlukan ruang gerak sendi yang luas dan memudahkan untuk melakukan gerakan-gerakan yang cepat dan lincah. Keberhasilan untuk menampilkan gerakan demikian itu sangat ditentukan oleh luasnya ruang gerak sendi. Fleksibilitas merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang mempunyai

peranan penting. Peranan tersebut bagi non olahragawan adalah untuk menunjang aktivitas kegiatan sehari-hari. Sedangkan bagi para olahragawan yang terlibat dalam cabang olahraga yang banyak menuntut keluwesan gerak seperti senam, judo, gulat, atletik, dan cabang-cabang olahraga permainan lainnya ternyata fleksibilitas juga sangat diperlukan.

Fleksibilitas yang dimiliki seseorang biasanya menggambarkan kelincahan seseorang dalam geraknya. Bahkan bagi para olahragawan yang terlibat dalam cabang olahraga yang dominan unsur fleksibilitasnya, apabila fleksibilitasnya tinggi akan menampakkan prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan olahragawan yang tingkat fleksibilitasnya rendah.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fleksibilitas.

Fleksibilitas seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Para ahli member penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut antara lain :

1. Bompa (1994:317) menyebutkan “Flexibility is affected by the form, type, and structure of a joint, ligaments and tendons, the muscles, age and sex, body temperature and muscle temperature.” Maksud dari pernyataan tersebut bahwa


(33)

14

fleksibilitas dipengaruhi oleh tipe dan struktur sendi, ligamen, tendon,otot, usia dan jenis kelamin, serta suhu tubuh dan suhu otot. (Http://aryawiguna10.blogspot.com). 2. Bloomfield, dkk (1994:212) menyebutkan, “Factors affecting flexibility is

age, gender, environmental conditions, psychological effect, limitations to the range of movement, physiological limitations.” Maksud dari pernyataan tersebut

faktorfaktor yang mempengaruhi fleksibilitas adalah usia, jenis kelamin, kondisi lingkungan, efek psikologis, keterbatasan ruang gerak, dan keterbatasan fisiologis. (Http://aryawiguna10.blogspot.com).

3. Moeloek (1984:23) menyebutkan, “Faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap fleksibilitas adalah a) tulang dan ligamen sendi, b) jaringan di sekitar sendi, dan c) ekstensibilitas otot-otot yang tendonnya melintasi

sendi.”(Http://aryawiguna10.blogspot.com).

D. Peregangan Statis

Ada beberapa metode mengembangkan fleksibilitas/kelentukan, yaitu latihan peregangan statis, peregangan dinamis, peregangan pasif dan peregangan kontraksi-relaksasi atau disebut teknik PNF. Tetapi dari keempat metode latihan tersebut yang paling mudah dan aman dilakukan untuk pengembangan fleksibilitas bagi para pemula atau non-atlet adalah dengan latihan menggunakan metode peregangan statis. Kelemahan peregangan dinamis yaitu kesulitan dalam memperkirakan rasa sakit. Sedangkan pada peregangan pasif dan PNF harus dilakukan dengan hati-hati, karena teman yang membantu meregangkan otot mungkin tidak tahu betul kemampuan regang otot yang sebenarnya dari pelaku.


(34)

15

Dalam Lutan dkk (2002, 84) Peregangan statis umumnya dipandang paling sesuai untuk diterapkan dalam situasi pendidikan jasmani. Keuntunganya meliputi keuntungan yang diperoleh untuk meningkatkan RGM (ruang gerak maksimal) dan mudah untuk dilaksanakan dan tidak banyak memakan waktu.

Menurut Suharjana (2004: 71) latihan peregangan statis adalah bentuk latihan yang dilakukan sendiri, dimana pelaku mengambil sikap sedemikian rupa sehingga meregangkan suatu kelompok otot tertentu.

Keuntungan latihan peregangan statis adalah: 1. memerlukan energi yang lebih sedikit,

2. memberikan waktu yang cukup untuk mengulang kembali kepekaan stretch reflex, 3. dapat menyebabkan relaksasi pada otot apabila peregangan tersebut dilakukan cukup

lama.

Dalam latihan peregangan statis, pelaku mengambil sikap sedemikian rupa sehingga meregangkan suatu kelompok otot tertentu. Misalnya : sikap berdiri dengan tungkai lurus, badan dibungkukkan, tangan mencoba menyentuh lantai. Sikap demikian dipertahankan secara statis selama beberapa detik, yaitu sekitar 20-30 detik. (Harsono, 1988)

Untuk kelancaran pelaksanaan peregangan statis menurut Harsono (1988) ada beberapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:


(35)

16

2. Saat terasa ada regangan pada otot, berhentilah sebentar kemudian lanjutkan segera sampai terasa agak sakit, berhenti lagi, lanjutkan lagi sampai sedikit melewati tititk atau limit rasa sakit tapi jangan sampai terasa sakit yang ekstrim

3. Pertahankan sikap trakhir ini secara statis untuk selama 20-30 detik 4. Seluruh anggota tubuh lainnya rileks

5. Bernafaslah terus, jangan menahan napas

6. Selesai mempertahankan sikap statis selama 20-30 detik, kembalilah ke sikap semula secara perlahan-lahan, tidak mengejutkan agar ototnya tidak berkontraksi, sebab kontraksi ini akan memberikan rangsangan kepada otot yang baru diregangkan untu memendek kembali.

Pada seminar Penerapan Iptek Olah Raga Untuk Meningkatkan Kebugaran Jasmani Non Atlet dan Prestasi Atlet yang diselenggarakan Ikatan Ahli Ilmu Keolah Ragaan di Universitas Negeri Medan dikatakan program latihan berupa erobik, latihan resistensi dan latihan kelentukan dapat memberikan manfaat untuk mencegah dari berbagai penyakit pada lanjut usia (lansia) yang disebabkan penurunan fungsi tubuh. Latihan kelentukan berguna untuk mempertahankan keseimbangan tubuh dan pola berjalan sehingga dapat terhindar dari cidera dan bentuk latihan kelantukan yang tepat adalah dengan menggunakan metode perenggangan statis. (http://www.formatnews.com/).


(36)

17

gambar 1. Gerakan Peregangan Statis

E. Kajian fisiologis mengenai model latihan peregangan statis.

Dalam metode peregangan statis, regangan otot dilakukan secara perlahanlahan sampai limit rasa sakit (rasa sakit pertama) dan bukan sampai terasa sakit yang ekstrim. Sikap ini dipertahankan selama 20 detik, setelah itu kembalilah secara perlahan-lahan ke sikap semula. Pada metode peregangan statis tidak ada renggutanrenggutan gerakan, sehingga tidak terjadi rangsangan-rangsangan yang sifatnya mendadak pada muscle spindle (artinya tidak ada refleks muscle spindle). Refleks muscle spindle baru terjadi setelah otot diregang sampai pada suatu kepanjangan tertentu yaitu setelah pelaku merasakan sakit (seperti dijelaskan di atas yaitu rasa sakit pertama). Apabila refleks muscle spindle terangsang, maka ia akan berkontraksi, sehingga pemanjangan otot sudah tidak dimungkinkan lagi (Dharma,1984/1993;Ganong,1995).

(Http://norhananiahmad.blogspot.com)

F. Peregangan Dinamis

Peregangan dinamis adalah gerakan peregangan yang dilakukan dengan melibatkan otot-otot dan persendian, gerakan peregangan ini dilakukan secara perlahan dan terkontrol dengan pangkal gerakannya adalah pangkal persendian. Kunci dan penekanan pada peregangan ini adalah pada cara garakannya yang dilakukan secara perlahan dan terkontrol tersebut. Adapun yang dimaksud dengan gerakan perlahan, yaitu dilakukan dengan cara yang halus dan tidak menghentak-hentak. Sedangkan gerakan yang terkontrol, artinya gerakan yang dilakukan hingga mencapai seluas ruang gerak dari persendian yang dikenai latihan.


(37)

18

Sasaran peregangan dinamis adalah untuk memelihara dan meningkatkan kelentukan persendian, tendon, ligament dan otot. Adapun perbedaan yang terjadi antara peregangan statis dan dinamis, terutama pada saat melakukan gerakanny dan sasaran yang dikenai dalam latihan. Gerakan pada peregangan statis setelah mencapai rasa nyeri (tidak nyaman) dipertahankan dalam beberapa waktu, sedangkan pada peregangan dinamis adalah sebaliknya. Yaitu diregang-regangkan sacara aktif seluas ruang gerak persendian yang dilatihkan.

Sasaran pada peregangan statis adalah kelenturan (elastisitas otot), sedangkan peregangan dinamis adalah kelentukan persendian

.

Metode peregangan dinamis sering disebut juga metode balistik. Metode ini dilakukan sendiri tanpa memerlukan bantuan dari pihak lain. Adapun mengenai

pelaksanaan gerakannya dijelaskan oleh Harsono (1988:164) sebagai berikut :

Peregangan dinamis biasanya dilakukan dengan menggerak-gerakkan tubuh atau anggota-anggota tubuh secara ritmis (berirama) dengan gerakan-gerakan memutar atau memantul-mantulkan anggota-anggota tubuh, sedemikian rupa sehingga otototot terasa teregangkan, dan yang maksudnya ialah untuk secara bertahap meningkatkan secara progresif ruang gerak sendi-sendi.

Contoh salah satu bentuk latihan peregangan dinamis yang tujuannya untuk meningkatkan fleksibilitas batang tubuh dan sendi panggul adalah sebagai berikut : Duduk dengan kedua tungkai lurus, lalu renggut-renggutkan badan dan usahakan jari jari tangan menyentuh jari-jari kaki.

Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan latihan peregangan dinamis :


(38)

19

1. Lakukanlah pemanasan (warm-up).

2. Lakukan gerakan dengan penuh konsentrasi dan hati-hati.

Metode peregangan dinamis merupakan salah satu bentuk latihan untuk meningkatkan fleksibilitas. Namun sejauh ini belum diketahui sejauh mana efektivitasnya dalam meningkatkan fleksibilitas. De Vries (1980) dalam Harsono (1988:165) menjelaskan :

Gerakan-gerakan peregangan yang cepat dan kuat akan menyebabkan terjadinya refleks-regang. Oleh karena gerakan yang dinamis, refleks ini yang berfungsi untuk melindungi otot dari cedera akibat peregangan yang berlebihan, akan menyebabkan otot yang teregang tadi untuk berkontraksi, jadi memendek kembali. Dan kontraksi ini justru akan menghalangi otot untuk bisa meregang secara maksimal.

Metode latihan peregangan dinamis atau sering disebut peregangan balistik merupakan salah satu bentuk latihan peregangan yang dilakukan sendiri dan dalam pelaksanaannya tanpa memerlukan bantuan orang lain. Metode ini sampai sekarang masih sering diterapkan oleh para pelatih dan guru olahraga untuk meningkatkan fleksibilitas.

G. Kajian fisiologis mengenai model latihan peregangan dinamis.

Apabila seseorang meregangkan suatu kelompok otot dengan metode peregangan dinamis, artinya dalam gerakannya ada renggutan-renggutan yang mendadak, maka setiap renggutan itu akan merangsang muscle spindle. Fungsi muscle spindle dimanifestasikan dalam bentuk refleks muscle spindle. Refleks muscle spindle berperan dalam kontraksi otot. Apabila refleks ini mulai muncul, maka otot yang hampir teregang secara berlebihan tiba-tiba berkontraksi, sehingga otot belum meregang secara maksimal, sudah terjadi kontraksi otot yang bersangkutan. Hal inilah yang menyebabkan pemanjangan otot sudah tidak dimungkinkan lagi. Jadi metode peregangan dinamis tidak memungkinkan otot untuk meregang secara maksimal, sehingga pengaruh pengembangan fleksibilitasnya


(39)

20

(kalau ada) sangat kecil. Selain itu peregangan dinamis kurang efektif apabila dipakai untuk melatih memperluas ruang gerak sendi dan untuk membuat otot elastis, karena peregangan ini tidak atau hampir tidak memberikan kesempatan pada seseorang untuk meregangkan otot sampai melewati titik sakit (tidak mengikuti prinsip overload). Kalaupun memberikan

kesempatan untuk itu, kesempatan itu hanya sekejap saja (Dharma, 1984/1993 ; Ganong, 1995).

Hal ini sejalan dengan pendapat Harsono (1988:165) yaitu, “Peregangan dinamis kurang efektif apabila dipakai untuk melatih memperluas ruang gerak sendi dan untuk membuat otot elastis. Akan tetapi dynamic stretch tetap akan efektif apabila dipergunakan untuk latihan pemanasan badan (warm-up).” Oleh karena itu dalam pemanasan, sebelum melakukan aktivitas atau latihan dianjurkan untuk tetap mempergunakan peregangan dinamis, karena lebih efektif dan cocok. Peregangan dinamis akan cepat membuat tubuh menjadi panas dan dapat menghilangkan kekakuan pada sendi.


(40)

21

H. Teori Latihan

Suatu latihan apapun bentuknya, jika dilakukan dengan benar akan memberikan suatu perubahan pada sistem tubuh, baik itu system aerobic, hormone maupun sistem otot. Menurut Nossek dalam Suharjana (2004: 13) Latihan adalah proses untuk pengembangan penampilan olahraga yang komplek dengan memakai isi latihan, metode latihan, tindakan organisasional yang sesuai dengan tujuan.

Latihan menurut Bompa dalam Suharjana (2004: 13) merupakan aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada cirri-ciri fungsi psikologis dan fisiologis manusia untuk mencapai sasaran yang ditentukan.

Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjannya. (Harsono, 1988 :101)

Jadi latihan ialah serangkaian kegiatan olahraga yang dilakukan dengan proses secara sistematik dan dilakukan secara benar dan berulang ulang dalam waktu yang lama, sehingga terdapat perubahan pada sistem tubuh, baik itu system aerobic, hormone maupun sistem otot.

Dalam latihan kondisi fisik seseorang harus memperhatikan prinsip-prinsip atau asas latihan sebagai berikut :

a. Prinsip overload (beban lebih)

Menurut Harsono (2004: 45) Prinsip ini mengatakan bahwa beban yang diberikan kepada anak harus lah secara periodik dan progresif ditingkatkan. Kalau beban latihan tidak pernah ditambah maka berapa lamapun dan berapa seringpun anak


(41)

22

berlatih, prestasi tak mungkin akan meningkat. Namun demikian, kalau beban latihan terus menerus bertambah tanpa ada peluang-peluang untuk istirahat performanya pun mungkin tidak akan meningkat secara progresif.

Pembebanan pada latihan membuat tubuh melakukan penyesuaian terhadap rangsangan dari beban latihan. Sehingga latihan beban lebih menyebabkan kelelahan, pemulihan dan penyesuaian memungkinkan tubuh untuk mengkompensasikan lebih atau mencapai tingkat kesegaran yang lebih tinggi.

Dijelaskan dalam lutan dkk (2002: 84)Penerapan prinsip overload dalam latihan peregangan statis dapat mencakup peregangan makin sering (frekuensi), dan menahan regangan dalam waktu yang lebih lama (waktu). Guru harus mengetahui derajat keluasan peregangan masing-masing siswa pada awalnya, dan tiap kali latihan mengupayakan agar tiap siswa mampu melebihi regangan sebelumnya.

b. Prinsip reversibility (kembali asal)

Harsono (2004: 46) Prinsip ini mengatakan bahwa kalau kita berhenti berlatih, tubuh kita akan kembali kekeadaan semula. Atau kondisinya tidak akan meningkat. Jika beban latihan yang sama terus menerus kepada anak maka terjadi penambahan awal dalam kesegaran kesuatu tingkat dan kemudian akan tetap pada tingkat itu. Sekali tubuh telah menyesuaikan terhadap beban latihan tertentu, proses penyesuaian ini terhenti. Sama halnya apabila beban latihan jauh terpisah maka


(42)

23

tingkat kesegaran si anak selalu cenderung kembali ketingkat semula. Hanya perbaikan sedikit atau tidak sama sekali.

c. Prinsip kekhususan

Menurut Suharjana (2004: 17) Prinsip kekhususan meliputi kekhususan terhadap kelompok otot yang akan dikembangkan. Latihan yang dipilih harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

d. Prinsip Individu

Menurut Suharjana (2004: 17) Pemberian latihan yang akan dilaksanakan hendaknya memperhatikan kekhususan individu. Sesuai dengan kemampuan masing-masing karena setiap orang mempunyai ciri yang berbeda baik secara mental maupun fisik.

Dalam Lutan dkk (2002: 83) prinsip kekhususan dalam peregangan statis adalah kekhususan otot yang dilatih. Misalnya peregangan otot tungkai ditujukan untuk memperoleh peningkatan fleksibilitas otot tungkai.

I. Komponen Sistem Latihan

Lutan dkk (2002: 40-42) Pada setiap kegiatan latihan yang akan dilakukan, maka langkah-langkah yang harus diperhatikan adalah:

a. Pemanasan (Warm-Up)

Pemanasan bertujuan untuk mempersiapkan fisik dan psikis dalam menghadapi latihan inti, dan juga menghindari cedera. Pelaksanaan pemanasan dapat dilakukan


(43)

24

dengan lari-lari kecil atau jogging keliling lapangan dan alternative lainnya agar menarik bagi anak.

b. Latihan Inti

Latihan inti berisikan serangkaian latihan yang sudah disiapkan sesuai dengan tujuan latihan. Latihan inti biasanya memakan waktu antara 20-60 menit, dengan intensitas latihan yang telah disesuaikan.

c. Pendinginan (Cooling-Down)

Tujuan pendinginan adalah untuk mengembalikan kondisi fisik dan psikis peserta latihan kekeadaan semula. Kegiatan ini bermanfaat untuk mencegah otot terasa pegal dan kaku.

J. Kerangka Pikir

1. Adanya pengaruh antara model latihan peregangan statis terhadap fleksibilitas hal ini disebabkan pada saat melaukan gerakan latihan peregangan statis otot dan sendi dipaksa untuk mendapatakan ruang gerak yang masksimal dengan mempertahankan gerakan latihan peregangan statis dalam beberapa detik.

2. Adanya pengaruh antara model latihan peregangan dinamis terhadap fleksibilitas hal ini disebabkan pada saat melakukan gerakan latihan peregangan dinamis otot di sekitar persindian dilatih dengan gerakan yang memantul – mantul atau di ulang – ulang dalam hitungan detik sehingga diharapkan fleksibilitas otot dapat meningkat.


(44)

25

3. Model latihan peregangan statis lebih baik dari model latihan peregangan dimanis hal ini karena pada model latihan peregangan statis faktor yang dilatih adalah otot dan persendian sedangkan pada model latihan peregangan dinamis hanya menekankan pada latihan otot saja sehingga latihan peregangan statis akan lebih baik dibandingkan latihan peregangan dinamis.

Diagram kerangka pikir

X

1

Y

X

2

X1 : Latihan peregangan statis X2 : Latihan Peregangan Dinamis Y : Fleksibilitas siswa

K. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap maslah penelitian yang kebenaranya masih harus di uji secara empiris (Sumadi S, 1983). ). Dari pendapat tersebut artinya hipotesis merupakan anggapan sementara yang kemungkinan benar, tetapi masih perlu dibuktikan kebenarnya melalui penelitian lapangan. pada peneltian ini digunakan dua jenis latihan yaitu latihan peregangan statis dan latihan peregangan dinamis terhadap fleksibilitas sisawa kelas VIII SMP Negri 7 kotabumi. berdasarkan uraian diatas hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(45)

26

siswa di SMP Negeri 7 Kotabumi Tahin Ajaran 2011 – 2012 H2 : Ada pengaruh antara model latihan peregangan dinamis terhadap

Fleksibilitas sisawa di SMP Negeri 7 kotabumi tahun ajaran 2012 – 2013 H3 : Model latihan peregangan statis lebih baik dari model latihan peregangan

dinamis terhadap fleksibilitas siswa di SMP Negeri 7 kotabumi tahun ajaran 2012-2013.


(46)

BAB III METODOLOGI A. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini ada suatu treatment (perlakuan) yaitu perlakuan dengan metode dinamis, statis yang diterapkan kepada dua kelompok dalam periode waktu tertentu, kemudian dilihat pengaruhnya. Kedua kelompok tersebut dibagi berdasarkan hasil tes awal, dan anggota dari masing-masing kelompok mempunyai karakteristik yang homogen mengenai usia, jenis kelamin, dan juga

kemampuan awal fleksibilitasnya. Frekuensi latihan yang diberikan sebanyak 3 kali dalam seminggu selama 2 bulan, kemudian dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap peningkatan fleksibilitas batang tubuh dan sendi panggul.

Oleh karena itu metode yang paling cocok dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa terdapat dua variabel bebas sebagai perlakuan yang akan diuji pengaruhnya terhadap peningkatan fleksibilitas batang tubuh dan sendi panggul. Jadi metode eksperimen merupakan cara mengadakan kegiatan percobaan yang bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel yang diselidiki. Selain itu suatu eksperimen mengandung upaya perbandingan mengenai akibat dari suatu perlakuan tertentu

Pola :

O1 X O2

Keterangan :

O1: Penilaian sebelum dilakukannya treatment (Pre-test) X : Pemberian treatment (latihan peregangan statis)


(47)

28

O2 : Penilaian setelah pemberian treatment

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki kelas VIII SMP Negeri 7 Kotabumi Tahun Ajaran 2012 – 2013 sebanyak 200 siswa.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini sebanyak 30 siswa diambil secara acak menggunakan metode random sampling.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Bebas

Variabel bebes dalam penelitian ini adalah:

1. Model latiahan peregangan statis ( Variabel X1 ). 2. Model latihan peregangan dinamis ( Variabel X2 ).

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Fleksibilitas siswa kelas VIII SMP Negeri 7 kotabumi ( Variabel Y ).


(48)

29

D. Definisi Oprasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Perbandingan

Yang dimaksud Perbandingan dalam penelitian ini adalah membandingkan dua model latihan yaitu latihan peregangan statis dan peregangan dinamis.

2. Latihan

Yang dimaksud latihan dalam penelitian ini ialah tretmen yang dilakukan oleh siswa dan treatmen atau latihan tersebut ialah latihan peregangn ststis dan latihan peregangan dinamis.

3. Peregangan Statis

Yang dimaksud peregengan statis dalam penelitian ini adalah jenis latihan yang berfungsi untuk melatih sendi dan otot agar dapat bergerak dengan leluasa dan

semaksimal mungkin, latihan yang di lakukan yaitu dengan melakukan gerakan cium lutut.

4. Peregangan Dinamis

Yang dimaksud peregangan dinamis dalam penelitian ini adalah gerakan peregangan secara terkontrol yang dimaksud terkontrol adalah gerakan dilakukan secara


(49)

30

4. Fleksibilitas

Yang dimaksud fleksibilitas dalam penelitian ini adalah kemempuan sendi, otot serta ligamen untuk melakukan gerakan dengan semaksimal mungkin dalam melakukan gerakan cium lutut dan di ukur tingkat fleksibilitas dari sebuah sendi dan otot serta ligamen.

E. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian berlangsung selama dua bulan atau 8 minggu dengan frekuensi sebanyak 2 kali seminggu adapun tahapan sebagai berikut :

a. Tahap persiapan

Seluruh sampel selanjutnya dites fleksibilitasnya, kegiatan tes ini merupakan tes awal. Hasil penilaian kemudian disusun berdasarkan hasil tes dari yang terbesar sampai yang terkecil, kemudian dikelompokan kedalam tiga kelompok menggunakan teknik ordinal pairing. Pada akhirnya terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok I sebagai kelompok eksperimen dengan latihan peregangan statis , kelompok II sebagai kelompok eksperimen dengan latihan peregangan dinamis, dan kelompok III sebagai kelompok kontrol.

b. Tahap Peleksanan

Tahap ini merupakan inti dari pelaksanaan penelitian secara keseluruhan, karena itu kedua kelompok eksperimen masing-masing diberi perlakuan yang beda dengan beban latihan sama, seperti berikut ini,


(50)

31

Frekuensi : 2 X seminggu

Set : 2 x 30 menit

c. Tahap Pengambilan Data

Setelah 5 minggu dari masing-masing kelompok perlakuan selanjutnya dilakukan tes kembali sebagai tes akhir yang dilaksanakan seperti pada tes awal.

F. Rancangan Penelitian

Adapun rancangan penelitian yang dig unakan dalam penelitian ini adalah pre-test post-test group design, yaitu rancangan penelitian yang berdasarkan pembagian kelompok, diawali dan diakhiri dengan melakukan tes pada masing-masing kelompok. Sedangkan rancangannya dapat dilihat pada bagan berikut :

K1 XI T2

T1 OP K2 X2 T2

K3 T2

Keterangan :

T1 = Tes Awal (Pre test)

OP = Ordinal Pairing

K1 = Kelompok denagan latihan peregangan statis


(51)

32

X1 = Perlakuan latihan peregangan sratis

X2 = Perlakuan latihan peregangan dinamis

K3 = Kelompok Control

T2 = Tes Akhir (Post test)

Pembagian kelompok berdasarkan hasil tes awal fleksibilitas, langkah awal adalah melakukan tes awal kemudian direngking, dibagi dan dimasukkan dalam kelompok 1) latihan peregangan statis 2)latihan peregangan dinamis. Dengan demikian kedua kelompok tersebut memiliki kemampuan yang hampir sama sebelum diberi perlakuan. Apabila pada post tes nanti terdapat perbedaan, maka hal ini disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan. Adapun pembagian kelompok dalam penelitian ini dengan cara ordinal pairing sebagai berikut :

1. 2

3 4

6 5

7 8

9 10

12 11

dst


(52)

33

G. Tempat dan Pelaksanaan Penelitian 1. Tempat penelitian

Nama sekolah : SMP Negeri 7 Kotabumi

Alamat : Jln. Stadion Barat no 45 kotabumi lampung utara. 2. Pelaksanaan penelitian

Lama penelitian adalah dua bulan dalam pelaksanaan 24 kali treatment.

H. Instrumen Penelitiang

Instrumen adalah alat yang dipakai untuk mengukur fleksibilitas siswa. Tes yang dipakai untuk mengukur fleksibilitas siswa adalah menggunkan tes duduk jangkau. Dengan validitas : face validity, dan reliabilitas : 0,94.

Fasilitas dan alat : 1) lantai padat dan rata, serta 2) fleksometer atau mistar.

Pelaksanaan : peserta tes duduk di lantai dengan kedua kaki dan lutut lurus ke depan selebar bahu. Di anatar kedua kaki terdapat fleksometer atau mistar dengan skala cm dan posisi 0 berada tepat pada ujung tumit. Selanjutnya, pelan-pelan peserta tes membungkukkan badan dengan posisi lengan lurus ke depan sejauh-jauhnya menempel mistar. Peserta tes diberi kesempatan tiga kali.

Penilaian : skor terjauh dari tiga kali percobaan dicatat sebagai skor dalam satuan cm. Kemudian dikonversikan ke dalam tabel norma tes duduk dan jangkau.


(53)

34

Gambar 4. Fleksmometer Alat ukur fleksibilitas

Tabel tes duduk jangkau

Klasifikasi Skor Fleksibilitas ( cm ) Sangat baik 5 > (19) Baik 4 (11,5) – (19) Cukup 3 (-1,5) – (11,5) Kurang 2 (-6,5) – (-1,5) Kurang sekali 1 < (-6,5)

Sumber : David C. Nieman, DHSc. MPH, Fitness and Sports Medicine An Introduction, Bull Publishing Company, 1990.

I. Teknik Analisis Data

Data yang dianalisis adalah data dari hasil tes awal dan akhir. Menghitung hasil tes awal dan akhir model latihan peregangan statis dan model latihan pereegangan dinamis menggunakan teknik analisa anava. Namun sebelum menggunakan teknis analisa anava, maka diperlukan


(54)

35

uji persyaratan seperti uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun penjelasan rumus uji persyaratan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk melihat apakah data penelitian yang diperoleh mempunyai distribusi atau sebaran normal atau tidak. Untuk pengujian normalitas ini adalah menggunakan uji liliefors. Langkah pengujiannya mengikuti produser Sudjana (2005 : 466) yaitu :

a. Pengamatan , dijadikan bilangan baku , dengan menggunakan rumus ̅ ( ̅ dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel)

b. Untuk bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F( ) = P (z ≤ )

c. Selanjutnya dihitung proporsi , yang lebih kecil atau sama dengan . Jika proporsi ini dinyatakan dengan S (Zi) maka

d. Hitung selisih F( ) – S( ) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga paling besar di antara harga mutlak selisih tersebut. Setelah harga terbesar(L0), nilai hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan taraf signifikan 0,05. Jika L0 < Ltabel : normal, dan jika Ltabel < L0: tidak normal.


(55)

36

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua kelompok sampel memiliki varians yang homogen atau tidak untuk pengujian homogenitas menggunakan uji F. Menurut Sudjana (2005 : 250) untuk pengujian homogenitas digunakan rumus sebagai berikut :

terkecil Varians

terbesar Varians

F

Varians dinyatakan homogen apabila hipotesis nol (Ho) diterima (Fhit  Ftabel), dan varians dinyatakan tidak homogen apabila hipotesis altenatif (Ha) diterima (Fhit > Ftabel) dimana distribusi F mempunyai dk pembilang = (n1– 1) dan dk penyebut = (n2– 1).

3. Uji Hipotesis

Data yang dianalisis adalah data dari hasil tes awal dan akhir. Menghitung hasil tes awal dan akhir model pembelajaran latihan peregangan statis dan model latihan peregangan dinamis menggunakan teknik analisa varians tunggal (analisis of variant/ one ways anova). Tahap-tahap analisisnya menurut Arikunto (2006: 323-325) adalah sebagai berikut :

1. Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JKT) dengan rumus : JKT = ∑X2T -

2. Menghitung Jumlah Kuadrat Kelompok (JKk), dengan rumus: JKk = ∑

-

3. Menghitung Jumlah Kuadrat Dalam (JKd), dengan rumus: JKd = JKT - JKk


(56)

37

4. Menghitung Jumlah Derajat Kebebasan Total (dbT), dengan rumus: dbT = N-1

5. Menghitung Jumlah Derajat Kebebasan Kelompok(dbK), dengan rumus: dbK = K -1

6. Menghitung Jumlah Derajat Kebebasan Dalam (dbd), dengan rumus: dbd = N – K

7. Menghitung Jumlah Mean Kuadrat Kelompok (MKk), dengan rumus: MKk = JKk : dbk

8. Menghitung Jumlah Mean Kuadrat Dalam (MKd), dengan rumus: MKd = JKd : dbd

9. Mencari Fhitung,dengan rumus : F0 =

dengan dbF = dbk lawan dbd

10.Mencari Ftabel masing-masing kelompok dengan menggunakan α = 0,05.

11.Menyusun Tabel Ringkasan Anava Satu Jalur untuk dasar penarikan kesimpulan analisis.

12. Membuktikan hipotesis (to) dengan menggunakan rumus :

to =

Pengujian taraf signifikan perbedaan antara kelompok eksperimen peregangan statis dan kelompok eksperimen peregangan dinamis adalah bila Fhitung<Ftabel berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen peregangan statis,


(57)

38

kelompok eksperimen peregangan dinamis dan kelompok kontrol. Sebaliknya bilaFhitung >Ftabel berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen peregangan stais statis, kelompok eksperimen peregangan dinamis dan kelompok kontrol.


(58)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh yang signifikan model latihan peregangan statis terhadap fleksibilitas siswa kelas VIII di SMPN 7 Kotabumi sebesar 1,98, hal ini dapat terlihat dari peningkatan rata rata tes peregangan yang meningkat dari 9,04 menjadi 11,02.

2. Ada pengaruh yang signifikan model latihan peregangan dinamis terhadap fleksibilitas siswa kelas VIII di SMPN 7 Kotabumi sebesar 1,3, hal ini dapat terlihahat dari peningkatan rata-rata tes peregangan yang meningkat dari 9,07 menjadi 10,37.

3. Ada perbedaan yang signifikan hasil tes akhir antara model latihan peregangan statis dan model latihan peregangan dinamis. Model latihan peregangan statis memiliki pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan model latihan peregangan dinamis dalam meningkatkan fleksibilitas siswa kelas VIII di SMPN 7, hai ini dapat terlihat dari tes akhir peregangan yang menunjukkan rata-rata peregangan statis sebesar 11,02 sedangkan pada peregangan dinamis sebesar 10,37.


(59)

52

B. Saran

Penulis menyarankan untuk dijadikan bahan masukan bagi :

1. Guru dapat menggunakan model latihan peregangan statis dalam upaya meningkatkan fleksibilitas siswa.

2. Bagi siswa agar dapat meningkatkan fleksibilitasnya agar memudahkan dalam mempelajari keterampilan gerak.

3. Peneliti lainnya, khususnya bagi mahasiswa Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP Unila dapat terus menerus memperbaiki penelitian dalam melakukan penelitian selanjutnya, dengan beberapa penyempurnaan misalnya: a) jumlah sampel penelitian yang lebih besar; b) waktu penelitian yang lebih lama; c) menambah variabel bebas sebagai pembanding.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994. Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Ichsan, M. 1988. Pendidikan Kesehatan dan Olahraga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Depdikbud Dirti PPLPTK. Jakarta.

Http://zackyubaid.blogspot.com. 2010. Pengertian Peregangan Statis dan Peregangan Dinamis. Http://aryawiguna10.blogspot.com. 2012. Peregangan Streching dan Tipenya.

Http://norhananiahmad.blogspot.com. 2012. Peregangan Dalam Olahraga. Http://www.formatnews.com/. 2011. Jenis jenis peregangan Dalam Olahraga.

Lutan, Rusli, dkk. 2002. Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan Di Sepanjang Hayat. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Dirjen OR. Jakarta

Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indenesia. Bandung.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. FIK UNY. Yogyakarta.

Thompson, Peter J. L. 1993. Pengenalan Kepada Teori Pelatihan. Terjemahan oleh PB. PASI. Jakarta.


(1)

36 Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh informasi apakah kedua kelompok sampel memiliki varians yang homogen atau tidak untuk pengujian homogenitas menggunakan uji F. Menurut Sudjana (2005 : 250) untuk pengujian homogenitas digunakan rumus sebagai berikut :

terkecil Varians

terbesar Varians

F

Varians dinyatakan homogen apabila hipotesis nol (Ho) diterima (Fhit  Ftabel), dan varians dinyatakan tidak homogen apabila hipotesis altenatif (Ha) diterima (Fhit > Ftabel) dimana distribusi F mempunyai dk pembilang = (n1– 1) dan dk penyebut = (n2– 1).

3. Uji Hipotesis

Data yang dianalisis adalah data dari hasil tes awal dan akhir. Menghitung hasil tes awal dan akhir model pembelajaran latihan peregangan statis dan model latihan peregangan dinamis menggunakan teknik analisa varians tunggal (analisis of variant/ one ways anova). Tahap-tahap analisisnya menurut Arikunto (2006: 323-325) adalah sebagai berikut :

1. Menghitung Jumlah Kuadrat Total (JKT) dengan rumus : JKT = ∑X2T -

2. Menghitung Jumlah Kuadrat Kelompok (JKk), dengan rumus: JKk = ∑ -

3. Menghitung Jumlah Kuadrat Dalam (JKd), dengan rumus: JKd = JKT - JKk


(2)

4. Menghitung Jumlah Derajat Kebebasan Total (dbT), dengan rumus: dbT = N-1

5. Menghitung Jumlah Derajat Kebebasan Kelompok(dbK), dengan rumus: dbK = K -1

6. Menghitung Jumlah Derajat Kebebasan Dalam (dbd), dengan rumus: dbd = N – K

7. Menghitung Jumlah Mean Kuadrat Kelompok (MKk), dengan rumus: MKk = JKk : dbk

8. Menghitung Jumlah Mean Kuadrat Dalam (MKd), dengan rumus: MKd = JKd : dbd

9. Mencari Fhitung,dengan rumus : F0 = dengan dbF = dbk lawan dbd

10.Mencari Ftabel masing-masing kelompok dengan menggunakan α = 0,05.

11.Menyusun Tabel Ringkasan Anava Satu Jalur untuk dasar penarikan kesimpulan analisis.

12. Membuktikan hipotesis (to) dengan menggunakan rumus :

to =

Pengujian taraf signifikan perbedaan antara kelompok eksperimen peregangan statis dan kelompok eksperimen peregangan dinamis adalah bila Fhitung<Ftabel berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen peregangan statis,


(3)

38 kelompok eksperimen peregangan dinamis dan kelompok kontrol. Sebaliknya bilaFhitung

>Ftabel berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen peregangan stais statis, kelompok eksperimen peregangan dinamis dan kelompok kontrol.


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh yang signifikan model latihan peregangan statis terhadap fleksibilitas siswa kelas VIII di SMPN 7 Kotabumi sebesar 1,98, hal ini dapat terlihat dari peningkatan rata rata tes peregangan yang meningkat dari 9,04 menjadi 11,02.

2. Ada pengaruh yang signifikan model latihan peregangan dinamis terhadap fleksibilitas siswa kelas VIII di SMPN 7 Kotabumi sebesar 1,3, hal ini dapat terlihahat dari peningkatan rata-rata tes peregangan yang meningkat dari 9,07 menjadi 10,37.

3. Ada perbedaan yang signifikan hasil tes akhir antara model latihan peregangan statis dan model latihan peregangan dinamis. Model latihan peregangan statis memiliki pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan model latihan peregangan dinamis dalam meningkatkan fleksibilitas siswa kelas VIII di SMPN 7, hai ini dapat terlihat dari tes akhir peregangan yang menunjukkan rata-rata peregangan statis sebesar 11,02 sedangkan pada peregangan dinamis sebesar 10,37.


(5)

52

B. Saran

Penulis menyarankan untuk dijadikan bahan masukan bagi :

1. Guru dapat menggunakan model latihan peregangan statis dalam upaya meningkatkan fleksibilitas siswa.

2. Bagi siswa agar dapat meningkatkan fleksibilitasnya agar memudahkan dalam mempelajari keterampilan gerak.

3. Peneliti lainnya, khususnya bagi mahasiswa Pendidikan Jasmani dan Kesehatan FKIP Unila dapat terus menerus memperbaiki penelitian dalam melakukan penelitian selanjutnya, dengan beberapa penyempurnaan misalnya: a) jumlah sampel penelitian yang lebih besar; b) waktu penelitian yang lebih lama; c) menambah variabel bebas sebagai pembanding.


(6)

Abdullah, Arma dan Manadji, Agus. 1994. Dasar- Dasar Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Ichsan, M. 1988. Pendidikan Kesehatan dan Olahraga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching. Depdikbud Dirti PPLPTK. Jakarta.

Http://zackyubaid.blogspot.com. 2010. Pengertian Peregangan Statis dan Peregangan Dinamis. Http://aryawiguna10.blogspot.com. 2012. Peregangan Streching dan Tipenya.

Http://norhananiahmad.blogspot.com. 2012. Peregangan Dalam Olahraga. Http://www.formatnews.com/. 2011. Jenis jenis peregangan Dalam Olahraga.

Lutan, Rusli, dkk. 2002. Pendidikan Kebugaran Jasmani: Orientasi Pembinaan Di Sepanjang Hayat. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Dirjen OR. Jakarta

Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indenesia. Bandung.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung. Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung Suharjana. 2004. Kebugaran Jasmani. FIK UNY. Yogyakarta.

Thompson, Peter J. L. 1993. Pengenalan Kepada Teori Pelatihan. Terjemahan oleh PB. PASI. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENGARUH LATIHAN KELENTUKAN STATIS DAN KELENTUKAN DINAMIS TERHADAP KEMAMPUAN GERAK DASAR ROLL KIP PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG

0 5 13

PENGARUH TINGKAT INTENSITAS PEMBERIAN LATIHAN SOAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PKn KELAS VII SMP NEGERI 21 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

4 52 64

KEMAMPUAN SISWA MENARI BEDANA MELALUI METODE LATIHAN DI SMP NEGERI 2 SEPUTIH MATARAM TAHUN PELAJARAN 2012/2013

7 110 90

PENGARUH LATIHAN KELENTUKAN KONTRAKSI-RELAKSASI (PNF) DAN KELENTUKAN STATIS TERHADAP KETERAMPILAN GERAK KAYANG PADA SISWA KELAS X.3 SMA NEGERI 1 GADING REJO TAHUN AJARAN 2012/2013

1 58 54

PENGARUH LATIHAN SQUAT JUMP DAN SKIPPING TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI PADA TENDANGAN PENALTI DALAM PERMAINAN SEPAK BOLA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PURBOLINGGO LAMPUNG TIMUR TAHUN 2012/2013

15 141 64

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMP TAMAN SISWA GEDONGTATAAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 51

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KETERAMPILAN LOMPAT HARIMAU PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 5 METRO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 8 48

PERBANDINGAN MODEL LATIHAN PEREGANGAN STATIS DAN MODEL LATIHAN PEREGANGAN DINAMIS TERHADAP FLEKSIBILITAS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 KOTABUMI TAHUN AJARAN 2012/2013

0 39 60

PENGARUH LATIHAN SENAM AYO BERSATU TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

6 38 69

KESANTUNAN BERTUTUR DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN ANTARA GURU DAN SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 BANDARLAMPUNG TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP

0 8 97