INTERAKSI DESA KOTA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU REMAJA MELAKUKAN PERGAULAN BEBAS DI DESA PURWOSARI KECAMATAN BATANGHARI NUBAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(1)

ABSTRAK

INTERAKSI DESA KOTA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU REMAJA MELAKUKAN PERGAULAN BEBAS DI DESA

PURWOSARI KECAMATAN BATANGHARI NUBAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh Desy Arshinta

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang interaksi desa kota dan pengaruhnya terhadap perilaku remaja melakukan pergaulan bebas di Desa Purwosari. Titik tekan kajiannya pada pergaulan bebas usia remaja, informasi negatif dari media, lingkungan pergaulan remaja desa di kota, pudarnya kontrol sosial masyaraka desa.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian remaja putri yang mengalami kehamilan sebelum pernikahan, sebanyak 19 responden. Pengumpulan data dengan teknik observasi, kuesioner, dan wawancara. Analisis penelitian menggunakan analisis tabulasi frekuensi dan persentase sebagai dasar interpretasi dan deskripsi dalam membuat laporan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: alasan melakukan hubungan seks di usia remaja adalah suka sama suka sebesar 52,63%, ada pengaruh mudahnya informasi yang masuk ke desa melalui media massa terhadap pergaulan bebas, terdapat pengaruh antara lingkungan pergaulan remaja desa di kota dengan pergaulan bebas, dan melemahnya kontrol sosial masyarakat berpengaruh terhadap pergaulan bebas remaja putri di Desa Purwosari.


(2)

ABSTRACT

THE INTERACTION THE VILLAGE OF THE CITY AND ITS EFFECT ON THE BEHAVIOR OF TEEN PROMISCUITY DO FREE IN THE VILLAGE PURWOSARI BATANGHARINUBAN LAMPUNG EASTERN.

By: Desy Arshinta

The aim of this study was to assess about the interaction the village of the city and its effect on the behaviour of teen promiscuity do free in the village of Purwosari. The press point was on intercommunication free early adolescence, negative information from the media, the teen promiscuity village in the city, the weakness of social control in society.

The research method used is descriptive. The population research adolescent girls who experienced pregnancy before marriage, as many as 19 of respondents. Data collection techniques used are observation, the questionnaire, and an interview. An analysis of research using analysis the tabulation of the frequency and the percentage as the basis of interpretation and description in making research report. The results of research shows that: reason have sex in the age of a teenager was like the same love of 52,63 %, the information easily enter the village through the free mass media against promiscuity, there was the influence of the intercommunication between village teenagers in town with free promiscuity, and weakening the control of community social influences intercommunication free adolescent girls in the village of Purwosari.


(3)

INTERAKSI DESA KOTA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU REMAJA MELAKUKAN PERGAULAN BEBAS DI DESA PURWOSARI

KECAMATAN BATANGHARI NUBAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh Desy Arshinta

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

(5)

(6)

(7)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Raudatul Alfalah Purworejo pada tahun 1999, Pendidikan Dasar di SD Negeri 1 Purwosari, pada tahun 2005, Pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Kotagajah pada tahun 2008, dan Pendidikan Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kotagajah pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung, S1 Pendidikan Geografi melalui jalur Ujian Mandiri.

Pada Tahun 2014, penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di Pekon Tawan Sukamulya Kecamatan Lumbok Seminung dan SMPN Satu Atap 3 Lumbok Seminung Kabupaten Lampung Barat pada bulan Juli sampai September 2014.

Penulis bernama Desy Arshinta, dilahirkan di Desa Purwosari pada tanggal 11 Desember 1992, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Suryono, H.S dan Ibu Wuryanti Sutinah.


(8)

ix

Dengan Mengucapkan Alhamdulillah Hirobbilalamin

Ku persembahkan karya ku ini Kepada :

Raja dan Ratu ku, Ibu Wuryanti dan Bapak Suryono, malaikat dunia akhirat yang doanya tak pernah terputus untuk ku, pahlawan yang mengerahkan seluruh tenaga

dan pikiran di usia senjanya untuk selalu mendukung ku secara moril maupun materil.

Terimakasih untuk segala pengorbanan Ibu Bapak, sebanyak apapun harta yang ku miliki nantinya, tidak akan mampu menggantikan apa yang telah Ibu Bapak berikan pada ku. Yang selalu aku panjatkan kepada Sang Maha Pemilik segalanya, agar Ibu dan Bapak selalu disehatkan, dipanjangkan umurnya, setidaknya agar Ibu

dan Bapak dapat melihat putri kecil mu ini sukses.

Mas yang selalu aku banggakan, Mas Rudi Siswoyo, yang selalu membantu ku dalam segala hal. Terimakasih mas, semoga Allah senantiasa memberikan rezeki

berlimpah pada mu.

Mbak yang selalu aku rindukan, Alm. Mbak Niken Sulistiowati, aku yakin kau mendoakan ku dari tempat yang indah di sisiNya, mendukung ku dan selalu berada

di samping ku kemanapun kaki ini melangkah.

Teman-teman Pendidikan Geografi angkatan 2011 terimakasih atas waktu dan pembelajarannya selama ini.


(9)

viii Moto

“Tidak ada suatu rezeki yang Allah berikan kepada seorang hamba yang lebih luas baginya daripada sabar”

(HR. Al Hakim)

“Keajaiban adalah nama lain dari kerja keras” (Kang Tae Joon)

“Pasti ada jalan dari setiap persimpangan, pasti ada akhir dari segala permulaan” (Desy Arshinta)


(10)

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dalam penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Hj. Nani Suwarni, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II serta selaku Pembimbing Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Bapak Drs. Budiyono, M.S., selaku Dosen Pembimbing I, dan Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Dosen Pembahas yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Abdurahman, M.S., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Umum Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.


(11)

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Pd., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terimakasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan.

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. I Gede Sugiyanta, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Geografi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Seluruh kepala desa beserta stafnya, dan remaja putri Desa Purwosari

Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur yang telah memberikan bantuan serta kerjasamanya atas tersusunnya skripsi ini.

9. Bapakku dan Ibuku tercinta, Suryono.Hs dan Wuryanti Sutinah, Mas dan Mbakku, Rudi Siswoyo, Nur Kasih, Alm. Niken Sulistiowati yang tak henti menyayangiku, memberikan do’a, dukungan, semangat serta menantikan keberhasilanku.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2011 di Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Lampung atas kebersamaannya menuntut ilmu dan menggapai impian.

11. Teman-teman KKN-KT Pekon Tawan Sukamulya, Kecamatan Lumbok Seminung, Kabupaten Lampung Barat, Winarni, Dita, Firma, Fina, Indra,


(12)

12. Saudari Asrama Istiqomah, Tari, Isti, Mbak Rita, Wiwik, Mahya dan adik-adik kosan tersayang terimakasih untuk tawa serta semangat yang tiada henti untuk keberhasilanku.

13. Gembel-gembel sayang, Fitri, Indah, Syahda, Ayu, Neti, Hesti, Atun, Gita, Dody, Yuyut, Kiki, Azhar, Emil, terimakasih untuk canda, tawa, serta bantuan yang telah diberikan.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala oleh Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis,


(13)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Rumusan Masalah ... 7

1.4. Tujuan Penelitian ... 7

1.5. Kegunaan Penelitian... 8

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 2.1. Tinjauan Pustaka ... 10

2.1.1. Masyarakat ... 10

2.1.2. Desa ... 11

2.1.3. Kota ... 12

2.1.4. Interaksi Desa Kota ... 13

2.1.5. Kontrol Sosial ... 20

2.1.6. Remaja ... 22

2.1.7. Pergaulan Bebas ... 24


(14)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian... 27

3.2. Populasi ... 27

3.3. Variabel Penelitian ... 28

3.4. Definisi Operasional Variabel ... 28

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.6. Teknik Analisis Data ... 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Purwosari ... 35

4.1.1. Letak Astronomis ... 35

4.1.2. Letak dan Batas Desa ... 36

4.1.3. Topografi ... 37

4.1.4. Letak Ekonomis... 38

4.2. Luas Lahan dan Penggunaannya ... 39

4.2.1. Keadaan Penduduk Daerah Penelitian ... 40

4.2.2. Jumlah Penduduk ... 40

4.2.3. Kepadatan Penduduk ... 41

4.2.4. Komposisi Penduduk... 42

4.3. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 46

4.3.1. Usia Remaja Putri yang Mengalami Kehamilan Sebelum Pernikahan ... 46

4.3.2. Tingkat Pendidikan Remaja Putri yang Melakukan Pergaulan Bebas ... 49

4.3.3. Usia Pertama Pacaran Remaja Putri ... 52

4.3.4. Pendapat Orangtua Ketika Mengetahui Putrinya Berpacaran ... 53

4.3.5. Sumber Pertama Pengetahuan Remaja Putri tentang Seks ... 54

4.3.6. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seks ... 55

4.3.7. Tempat Pertama Melakukan Hubungan Seks Remaja Putri ... 56

4.3.8. Usia Kehamilan Remaja Putri Ketika Melakukan Pernikahan ... 58

4.3.9. Status Remaja Putri yang Melakukan Pergaulan Bebas ... 59

4.3.10.Pekerjaan Suami Remaja Putri yang Mengalami Kehamilan Sebelum Pernikahan ... 60

4.4. Interaksi Desa Kota dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Remaja Melakukan Pergaulan Bebas ... 62

4.4.1. Alasan Remaja Putri Melakukan Hubungan Seks di Usia Remaja ... ... 62


(15)

iii

4.4.2. Pengaruh Masukknya Informasi Negatif dari Media

Terhadap Pergaulan Bebas Pada Remaja ... 63 4.4.3. Pengaruh Lingkungan Pergaulan Remaja Putri di Kota

Terhadap Pergaulan Bebas ... 72 4.4.4. Pengaruh Pudarnya Kontrol Sosial Masyarakat

Terhadap Pergaulan Bebas ... 75 V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 79 5.2. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Remaja Putri yang Hamil Sebelum Pernikahan ... 6 2. Penggunaan Lahan di Desa Purwosari ... ... 40 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

di DesaPurwosari ... ... 43 4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

di Desa Purwosari ... ... 45 5. Usia Remaja Putri yang Mengalami Kehamilan Sebelum Pernikahan

di Desa Purwosari ... ... 47 6. Tingkat Pendidikan Remaja Putri yang Melakukan Pergaulan Bebas

di Desa Purwosari ... ... 49 7. Usia Pertama Pacaran Remaja Putri di Desa Purwosari ... ... 52 8. Pendapat Orangtua Ketika Mengetahui Putrinya Berpacaran

di Desa Purwosari ... 53 9. Usia Pertama Pacaran dan Pendapat Orangtua tentang Proses Pacaran ...

... 54 10. Sumber Pertama Pengetahuan Remaja tentang Seks

di Desa Purwosari ... ... 55 11. Usia Pertama Remaja Putri Melakukan Pergaulan Bebas


(17)

v

12. Tempat Pertama Melakukan Hubungan Seks Remaja Putri

di Desa Purwosari ... ... 57 13. Usia Kehamilan remaja Putri Ketika Melakukan Pernikahan

di Desa Purwosari ... ... 58 14. Status Remaja Putri yang Melakukan Pergaulan Bebas

di Desa Purwosari ... ... 59 15. Pekerjaan dan Pendapatan Suami Remaja Putri yang Mengalami

Kehamilan Sebelum Pernikahan ... ... 61 16. Alasan Remaja Putri Melakukan Hubungan Seks di Usia Remaja ... ... 62 17. Penggunaan Media elektronik dan media Cetak Terhadap

Pergaulan Bebas Pada Remaja di Desa Purwosari... ... 64 18. Lama Waktu Tinggal Remaja Putri di Kota... ... 72


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Peta Desa Purwosari Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten

Lampung Timur ... 82

2. Kuesioner Penelitian ... .. 83

3. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ... .. 88

4. Rencana Judul Skripsi ... ... 89

5. Surat Kesediaan Membimbing Skripsi ... ... 90

6. Surat Izin Penelitian ... .. 92


(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup dan memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan dari orang lain. Oleh karenanya, manusia selalu hidup dalam sebuah kelompok yang sering disebut dengan masyarakat. Seperti yang dinyatakan oleh Aristoteles bahwa manusia yang hidup bersama dalam masyarakat, terjadi suatu ikatan yang saling membantu dan bekerja sama, dalam upaya memenuhi kebutuhan dasarnya.

(http://ssbelajar.blogspot.com/2013/06/pengertian-masyarakat-menurut-para ahli.html)

Berdasarkan pendapat tersebut, ternyata kehidupan manusia di bumi dalam memenuhi kebutuhannya, saling membutuhkan bantuan dari orang lain guna menjaga keberlangsungan hidupnya. Kebutuhan jasmani dan rohani manusia akan terpenuhi dengan cara melakukan interaksi dan interelasi dengan manusia lain, baik hubungan pekerjaan, jenis kelamin, dan unsur sosial lainnya.

Interaksi antar manusia biasa disebut dengan interaksi sosial. Bonner dalam Ali (2004:56) menyatakan bahwa interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara


(20)

dua orang atau lebih individu, serta kelakuan individu mempengaruhi atau mengubah individu lain atau sebaliknya.

Berdasarkan pendapat di atas, interaksi yang terjadi tidak hanya antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok namun hal ini terjadi juga hubungan antar desa, antar kota, atau antara desa dengan kota.

Seperti yang disebutkan Bintarto (1989), dalam geografi yang menjadi ciri khas yaitu adanya hubungan antar ruang di muka bumi. Seperti hubungan wilayah antara desa dengan kota yang terjadi dalam suatu ruang.

Hal tersebut memberikan arti bahwa interaksi atau hubungan yang saling mempengaruhi terjadi dalam sebuah ruang yang ada di muka bumi dengan melibatkan beberapa unsur di dalamnya. Seperti interaksi antara desa dengan kota, unsur yang ada di dalam desa maupun kota, seperti masyarakat, lingkungan, kebudayaan dan perilaku akan saling terpengaruh dan mempengaruhi yang kemudian akan menyebabkan suatu dampak bagi unsur-unsur tersebut.

Dalam geografi terdapat sepuluh konsep dasar geografi, salah satunya adalah interaksi dan interdependensi wilayah. Seperti yang telah dikemukakan di atas, antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain tidak akan terlepas dari hubungan saling mempengaruhi dan melengkapi, baik di bidang pendidikan, kebutuhan pokok, serta kehidupan sosial dalam bermasyarakat. Sehingga pengaruh dari interaksi dan interdependensi antar wilayah ini sangat memiliki peran dalam merubah kehidupan sebuah masyarakat.

Soerjono Soekanto (2012:55) menyatakan bahwa interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari


(21)

3

pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita yang didengar atau melalui surat kabar, sebagai contoh terjadinya interaksi antara masyarakat kota dan masyarakat desa.

Kota yang masyarakatnya modern dan desa dengan masyarakatnya yang tradisional, merupakan dua wilayah yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya. Sebab masyarakat kota dan masyarakat desa saling membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam bidang sandang, pangan, tenaga kerja, pendidikan, teknologi informasi dan lainnya.

Kedua wilayah ini saling berinteraksi baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Hubungan secara langsung melalui mobilitas manusia dari desa ke kota guna melanjutkan pendidikan dan mendapatkan pekerjaan, sedangkan hubungan secara tidak langsung berupa pergerakan informasi atau gagasan, seperti: media massa, dan pergerakan benda atau materi.

Terjadinya interaksi antara desa dengan kota memiliki berbagai dampak positif maupun negatif. Dampak positif bagi desa dapat berupa perkembangan desa lebih meningkat, dikarenakan tingkat pengetahuan masyarakat desa lebih maju, teknologi tepat guna dalam bidang pertanian dan peternakan, akan meningkatkan produksi desa, aksesabilitas baik sehingga transportasi di desa lebih lancar, serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi bermanfaat bagi perkembangan masyarakat desa.

Sedangkan dampak negatif bagi desa yaitu penyalahgunaan teknologi informasi dan komunikasi, yang berakibat pada perubahan perilaku masyarakat desa. Seperti penggunaan Televisi, Handphone, DVD, Internet dan lain-lain yang tidak tepat.


(22)

Seperti halnya yang dikemukakan oleh Bintarto (1980, 52-54) segala jenjang teknologi yang akan diterapkan di Indonesia dapat dikembangkan asal saja kesemuanya itu dijaga jangan sampai merugikan kehidupan masyarakat Indonesia yang berjiwa Pancasila.

Berdasarkan pendapat tersebut, ternyata teknologi informasi dan komunikasi yang ada dan disenangi remaja desa sekarang ini, banyak disalahgunakan oleh kaum remaja di desa. Keberadaan remaja di pedesaan ini, seharusnya menjadi sumber daya manusia yang mampu memilah dan memilih informasi yang baik dan bermanfaat untuk masa depannya. Tetapi yang terjadi, bahkan banyak menimbulkan masalah sosial pada remaja di desa akibat adanya interaksi informasi negatif yang dipilih oleh remaja di desa.

Masalah sosial remaja tersebut, bahkan menimbulkan persoalan yang berkaitan dengan menurunnya tata etika pada remaja, berlawanan dengan tata etika masyarakat desa setempat. Salah satu contoh masalah sosial yang banyak terjadi pada remaja antara lain: perilaku menyimpang (deviasi sosial). Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang menentang norma-norma yang berlaku dalam masyarakat seperti norma agama, norma pergaulan yang saat ini sudah mengarah ke pergaulan bebas.

Pergaulan bebas remaja ditandai dengan banyaknya remaja yang sudah mengenal dan melakukan proses pacaran. Dahulunya pacaran merupakan sebuah proses perkenalan pasangan untuk selanjutnya dapat menuju jenjang pernikahan. Tapi seiring perkembangan zaman, pacaran sudah memiliki pergesaran fungsi.


(23)

5

Sehubungan dengan hal tersebut, tata cara pergaulan masyarakat desa juga sudah mengalami pergesaran, seperti berpegangan tangan, antar jemput sekolah, berkunjung ke rumah ketika tidak ada orang tua dirumah, serta pergi mengunjungi tempat yang tidak banyak orang di daerah tersebut, bukan lagi hal yang dianggap tabu oleh masyarakat desa. Seiring proses urbanisme dan perubahan tradisi remaja masyarakat desa, hal tersebut telah dianggap wajar dilakukan di desa.

Berdasarkan uraian tersebut, perilaku pacaran yang dilakukan remaja saat ini telah jauh menyimpang dari perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat seperti pacaran yang berujung pada pergaulan bebas dan terjadinya kehamilan sebelum pernikahan. Ini juga terjadi di Desa Purwosari, Kecamatan Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung Timur.

Data profil penduduk Desa Purwosari Tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Purwosari sebanyak 5.082 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.594 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 2.488 jiwa. Luas wilayah Desa Purwosari yaitu 790m2 dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.325KK. Dengan jumlah persentase masyarakat muda sebanyak 24,61%, masyarakat remaja sebanyak 15,32%, masyarakat dewasa sebanyak 44,11% dan masyarkat lansia sebanyak 15,93% dari keseluruhan jumlah penduduk.

Desa Purwosari dibagi ke dalam enam dusun, dan di setiap dusunnya terdapat remaja putri yang bersekolah maupun yang tidak sekolah yang mengalami kehamilan sebelum pernikahan. Berdasarkan wawancara kepala dusun di enam dusun di Desa Purwosari menunjukkan data sebagai berikut:


(24)

Tabel 1. Data Jumlah Remaja Putri yang Hamil Sebelum Pernikahan

No Dusun Jumlah

1 Dusun I 9

2 Dusun II 6

3 Dusun III 2

4 Dusun IV 1

5 Dusun V -

6 Dusun VI 1

Jumlah 19

Sumber: Wawancara Perangkat Desa

Hal ini menunjukkan bahwa pergaulan bebas (kehamilan di luar pernikahan) sudah dilakukan oleh remaja putri di Desa Purwosari. Remaja putri yang mengalami kehamilan di luar pernikahan ini ditandai dengan hitungan kelahiran bayinya dari tanggal pernikahan. Karena sebagian besar dari mereka baru menikah lima-tujuh bulan kemudian melahirkan. Hal-hal ini terjadi akibat gaya kehidupan remaja desa yang mengikuti kehidupan remaja kota.

Berdasarkan uraian di atas maka tertarik untuk melakukan penelitian tentang Interaksi Desa Kota dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Remaja Melakukan Pergaulan Bebas di Desa Purwosari Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Banyak terjadinya pergaulan bebas remaja di Desa Purwosari.

2. Kemudahan masuknya informasi negatif dari media pada remaja desa. 3. Lingkungan pergaulan remaja desa di kota yang sifatnya negatif.


(25)

7

4. Semakin pudarnya kontrol sosial di masyarakat desa.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengapa banyak terjadi pergaulan bebas di usia remaja di Desa Purwosari? 2. Apakah kemudahan masuknya informasi negatif dari media pada remaja

desa berpengaruh terhadap terjadinya pergaulan bebas di Desa Purwosari? 3. Apakah lingkungan pergaulan remaja desa di kota dapat mempengaruhi

terjadinya pergaulan bebas di Desa Purwosari?

4. Apakah semakin pudarnya kontrol sosial di masyarakat desa berpengaruh terhadap terjadinya pergaulan bebas di Desa Purwosari?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendapatkan informasi tentang banyaknya pergaulan bebas yang terjadi pada usia remaja di Desa Purwosari.

2. Untuk mendapatkan informasi tentang kemudahan masuknya informasi negatif dari media pada remaja desa berpengaruh terhadap terjadinya pergaulan bebas di Desa Purwosari.

3. Untuk mendapatkan informasi tentang lingkungan pergaulan remaja desa di kota yang sifatnya negatif dapat mempengaruhi terjadinya pergaulan bebas di Desa Purwosari.


(26)

4. Untuk mendapatkan informasi tentang pudarnya kontrol sosial di masyarakat desa berpengaruh terhadap terjadinya pergaulan bebas di Desa Purwosari.

1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini:

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Aplikasi ilmu geografi sosial yang telah didapatkan selama dalam kuliah dengan fenomena yang terjadi di lapangan, sehingga dapat memanfaatkan ilmu tersebut untuk menemukan pemecahan masalahnya.

3. Menambah referensi penelitian dalam mengetahui pengaruh interaksi desa kota terhadap perilaku remaja yang melakukan pergaulan bebas.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut:

1. Ruang Lingkup Objek : tentang pergaulan bebas di kalangan remaja Desa Purwosari

2. Ruang Lingkup Subjek : tentang remaja putri yang mengalami kehamilan sebelum pernikahan di Desa Purwosari

3. Ruang Lingkup Tempat dan Waktu : Desa Purwosari, Kecamatan Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung Timur, Tahun 2014.


(27)

9

4. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini : yaitu geografi sosial.

Bintarto (1968:17) menyatakan bahwa geografi sosial adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara manusia, penduduk dengan keadaan alam di muka bumi, serta aktifitas dan usaha dalam memanfaatkan keadaan alam demi kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya.

Dalam mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara manusia di muka bumi, antar wilayah dalam aktivitasnya dalam usaha adaptasi dengan lingkungan sekitar, ternyata tidak hanya terjadi dalam hal positif saja, tetapi di era globalisasi ini, banyak hal-hal yang negatif dalam hal kebebasan yang tidak sesuai dengan lingkungan sekitar yang ditiru dan dilakukan oleh manusia. Proses peniruan yang dilakukan manusia ini melanggar norma budaya masyarakat berakibat pada pergaulan bebas karena semakin pudarnya kontrol sosial masyarakat.

Atas dasar uraian tersebut, maka judul ini termasuk dalam geografi sosial yang dikaji dalam geografi.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Masyarakat

Menurut W.J.S. Poerwadarmnita (2003:3), masyarakat adalah pergaulan hidup manusia atau sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu. Kemudian Roucek dan Warren beranggapan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki rasa dan kesadaran bersama, di mana mereka berdiam (bertempat tinggal) dalam daerah yang sama yang sebagian besar atau seluruh warganya memperlihatkan adanya adat istiadat serta aktivitas yang sama pula.

Soerjono Soekanto (2012:134) mengemukakan bahwa ciri-ciri suatu masyarakat pada umumnya adalah sebagai berikut:

a. Manusia yang hidup bersama, sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang. b. Bercampur atau bergaul dalam waktu yang cukup lama. Berkumpulnya

manusia akan menimbulkan manusia manusia baru. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbul sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia.

c. Sadar bahwa mereka merupakan satu-kesatuan.

d. Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terikat satu dengan lainnya.

Ditambahkan lagi oleh Soerjono Soekanto (2012:55), bahwa lingkungan merupakan faktor terpenting dalam membentuk kepribadian seseorang. Apabila


(29)

11

seseorang tersebut tinggal dalam lingkungan dengan kehidupan sosial yang baik, maka kepribadian yang akan terbentuk pun kepribadian yang baik. Lain halnya dengan individu yang tinggal dalam lingkungan sosial yang buruk, maka akan berpengaruh buruk pula pada kepribadiannya.

Berdasarkan pendapat tersebut, masyarakat merupakan sekumpulan individu yang tinggal bersama dalam sebuah wilayah dan selalu terjadi hubungan dan komunikasi dengan kebiasaan dan tata cara tingkah laku serta aturan masing-masing.

2.1.2 Desa

Menurut Daldjoeni (1998:53), desa dalam arti umum adalah permukiman manusia yang letaknya di luar kota dan penduduknya berjiwa agraris. Lebih lanjut dinyatakan, bahwa desa merupakan suatu tempat atau daerah dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama dimana mereka dapat menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan dan mengembangkan kehidupannya.

Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.


(30)

Sedangkan Ciri-Ciri Masyarakat Desa adalah sebagai berikut: 1. Kehidupan tergantung pada alam

2. Toleransi sosialnnya kuat

3. Adat-istiadat dan norma agama kuat

4. Kontrol sosialnya didasarkan pada hukum informal

5. Hubungan kekerabatan didasarkan pada Gemeinssehaft (paguyuban) 6. Pola pikirnya irrasional

Selanjutnya menurut Bintarto (1977:19-20) potensi yang dimiliki desa dapat berupa potensi fisis dan potensi non fisis. Potensi fisis seperti tanah, air, iklim, ternak, manusia dan keadaan geografis. Keadaan geografis adalah keadaan berbagai bentuk nyata dari lingkungan alam berupa alam atau hasil adaptasi manusia terhadap alam (Daldjoeni, 1992 : 11). Sedangkan potensi non fisis yaitu:

1. Masyarakat desa yang hidup berdasarkan gotong royong dan merupakan suatu kekuatan berproduksi dan kekuatan membangun atas dasar kerjasama dan saling pengertian.

2. Lembaga-lembaga sosial, pendidikan dan organisasi-organisasi sosial desa dapat memberikan bantuan sosial serta bimbingan dalam arti positif. 3. Aparatur atau pamong desa yang kreatif dan berdisiplin sumber kelancaran

dan tertibnya pemerintahan desa.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, yang dimaksudkan bahwa desa merupakan sebuah wilayah di luar kota dengan corak kehidupan yang bergantung dengan alam, masyarakatnya tradisional, dan memiliki hubungan kekerabatan yang intim, dengan toleransi yang kuat, adat istiadat dan norma agama yang kuat.

2.1.3 Kota

Menurut Bintarto (1977:31), kota dari segi geografi dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya


(31)

13

yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan nonalami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.

Sedangkan berdasarkan UU No. 22 th. 1999 Tentang Otonomi Daerah, kota adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Ciri-ciri sosial masyarakat kota yang lain adalah: 1. Masyarakatnya heterogen.

2. Bersifat individualistis dan materialistis. 3. Norma-norma agama tidak begitu ketat. 4. Pandangan hidup lebih rasional.

Berdasarkan uraian tersebut, kota merupakan sebuah wilayah dengan ciri non-agraris, yang kehidupan masyarakatnya lebih kompleks, heterogen dan materialistis.

2.1.4 Interaksi Desa Kota

Menurut Joseph K. Roucek (1984:23) Interaksi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita yang di dengar atau melalui surat kabar, sebagai contoh interaksi antara kota dan desa.

Interaksi wilayah adalah pengaruh timbal balik yang saling mempengaruhi antara dua wilayah atau lebih, yang dapat melahirkan gejala, kenampakkan dan permasalahan baru, secara langsung maupun tidak langsung, sebagai contoh antara kota dan desa.


(32)

Sedangkan menurut Bintarto (1989:63-65) interaksi memiliki beberapa istilah seperti interelasi, interaksi dan integrasi keruangan. Ketiganya menjadi faktor-faktor utama bagi hakikat geografi. Geografi sebagai ilmu pengetahuan selalu melihat keseluruhan gejala dalam ruang dengan tidak mengabaikan tiap aspek yang menjadi komponen keseluruhannya. Oleh karena itu, hakikat geografi selalu melekat pada studi geografi dan studi geografi desa dan geografi kota.

Syarat terjadinya interaksi desa dan kota adalah pergerakan manusia (mobilitas), pergerakan informasi atau gagasan dan pergerakan benda atau materi dari desa ke kota ataupun sebaliknya.

Edward Ulman (Danang Endarto,2009) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi antara desa dan kota, antara lain:

 Adanya wilayah–wilayah yang saling melengkapi (regional complementarity) artinya, terdapat kebutuhan timbal balik antar wilayah sebagai akibat adanya perbedaan potensi yang dimiliki oleh tiap wilayah  Adanya kesempatan untuk berintervensi (intervening opportunity) artinya,

kedua wilayah memiliki kesempatan melakukan hubungan timbal balik serta tidak ada pihak ketiga yang membatasi kesempatan itu. Adanya campur tangan /intervensi pihak ketiga (wilayah ketiga) dapat menjadi penghambat atau melemahkan interaksi antara dua wilayah.

 Adanya kemudahan transfer/pemindahan dalam ruang (spacial transfer ability) artinya kemudahan transfer atau pemindahan dalam ruang baik manusia, informasi ataupun barang sangat bergantung dengan faktor jarak, biaya angkasa (transportasi) dan kelancaran prasarana transportasi. Jadi semakin mudah transferbilitas, maka akan semakin besar arus komoditas. Dalam interaksi desa – kota terdapat beberapa aspek penting yang timbul akibat interaksi tersebut. Aspek interaksi desa – kota adalah sebagai berikut:

1. Aspek Ekonomi, meliputi:

a. Melancarkan hubungan antara desa dengan kota

b. Meningkatkan volume perdagangan antara desa dengan kota c. Meningkatkan pendapatan penduduk


(33)

15

d. Menimbulkan kawasan perdagangan

e. Menimbulkan perubahan orientasi ekonomi penduduk desa 2. Aspek Sosial, meliputi :

a. Terjadinya mobilitas penduduk desa dan kota

b. Terjadinya saling ketergantungan antara desa dengan kota

c. Meningkatnya wawasan warga desa akibat terjalinnya pengaruh hubungan antara warga desa dengan warga kota

3. Aspek Budaya meliputi :

a. Meningkatnya pendidikan di desa yang ditandai dengan meningkatnya jumlah sekolah dan siswanya yang bersekolah

b. Terjadinya perubahan tingkah laku masyarakat desa yang mendapatkan pengaruh dari masyarakat kota

c. Potensi sumber budaya yang terdapat di desa hingga melahirkan arus wisatawan masuk desa.

Seperti konsep Soerjono Soekanto (2012:139) bahwa kehidupan masyarakat kota cenderung ke arah keduniawian (secular trend) sedangkan masyarakat desa cenderung ke arah agama (religious trend). Namun seiring perkembangan kehidupan, banyak masyarakat desa yang mengadopsi kehidupan masyarakat kota.

Bentuk interaksi antara masyarakat desa dengan masyarakat kota dapat berupa interaksi langsung dan interaksi tidak langsung. Interaksi langsung melalui mobilitas atau perpindahan penduduk. Mobilitas adalah perpindahan manusia dari satu dari ke daerah lain dengan tujuan tertentu. Perpindahan masyarakat dapat terjadi karena pendidikan dan pekerjaan.

Sedangkan interaksi tidak langsung melalui media massa. Media massa (mass media) singkatan dari media komunikasi massa dan merupakan channel of mass yaitu saluran, alat atau sarana yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa, karakteristik media massa itu meliputi :


(34)

1. Publisitas, disebarluaskan kepada khalayak. 2. Universalitas, kesannya bersifat umum. 3. Perioditas, tetap atau berkala.

4. Kontinuitas, berkesinambungan.

5. Aktualitas, berisi hal-hal baru (Romly, 2002:5-6).

Isi media massa secara garis besar terbagi atas tiga kategori : berita, opini, feature. Karena pengaruhnya terhadap massa (dapat membentuk opini publik), media

massa disebut “kekuatan keempat” (The Fourth Estate) setelah lembaga eksekutif,

legistatif, yudikatif. Bahkan karena idealisme dengan fungsi sosial kontrolnya media massa disebut-sebut “musuh alami” penguasa. (Romly, 2002 : 5).

Syaiful Rohim (2009:173) menyatakan bahwa media massa telah menghadirkan seperangkat citra (image), gagasan dan evaluasi dari mana audience dapat memilih dan menjadikan acuan bagi perilakunya. Misalnya dalam hal perilaku seksual, media massa memberikan suatu pandangan kumulatif mengenai apa yang di anggap normal dan apa yang disetujui atau tidak.

Media yang termasuk ke dalam kategori media massa adalah surat kabar, majalah, radio, TV, dan film. Kelima media tersebut dinamakan “The Big Five Of Mass Media” (lima besar media massa), media massa sendiri terbagi dua macam, media massa cetak (printed media), dan media massa elektronik (electronic media). Yang termasuk media massa elektronik adalah radio, TV, film (movie), termasuk CD/DVD.

1. Televisi

Menurut ensiklopedia Indonesia dalam Parwadi (2004: 28), televisi adalah sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui


(35)

17

tenaga listrik. Gambar tersebut ditangkap dengan kamera televisi, diubah menjadi sinyal listrik, dan dikirim langsung lewat kabel listrik kepada pesawat penerima.

Baksin (2006: 16) mendefinisikan bahwa: “Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu”.

Syaiful Rohim (2009:189) dalam suatu studi mengenai penggunaan televisi oleh anak, menemukan arti penting media televisi bersifat multifungsi dan memberikan kepuasan bagi kebanyakan anak pada umumnya, seperti mengajarkan tentang bagaimana orang lain menjalani hidupnya atau memberikan suatu bahan pembicaraan dengan temannya, misalnya tentang seks. Ditambahkan lagi oleh Syaiful Rohim (2009:192) bahwa umumnya mereka (audience) mereaksi apa saja yang dilihatnya dari televisi. Akibatnya individu-individu itu lebih senang meniru apa yang disajikan televisi.

2. Internet

Pengertian menurut Onno W. Purbo (2005:7). menjelaskan bahwa Internet dengan berbagai aplikasinya seperti Web, VoIP, E-mail pada dasarnya merupakan media yang digunakan untuk mengefesiensikan proses komunikasi.

Menurut Lani Sidharta (1996) : walaupun secara fisik internet adalah interkoneksi antar jaringan komputer namun secara umum internet harus dipandang sebagai sumber daya informasi. Isi Internet adalah informasi, dapat dibayangkan sebagai suatu database atau perpustakaan multimedia yang sangat besar dan lengkap.


(36)

Bahkan Internet dipandang sebagai dunia dalam bentuk lain (maya) karena hampir seluruh aspek kehidupan di dunia nyata ada diInternet seperti bisnis, hiburan, olah raga, politik dan lain sebagainya.

3. Majalah dan Novel

Menurut Romli dalam kamus jurnalistik (2008: 84), majalah adalah format penerbitan pers berukuran kertas kuarto, folio, atau setengah tabloid. Ada juga yang berukuran buku atau setengah kuarto (mini magazine). Umumnya mingguan, dwi mingguan, bulanan, atau terbit berkala(periodik), dengan segmen berita khusus sampai politik, ekonomi, hiburan, agama, ataupun umum.

Gerungan (1988:197) menyebutkan hasil penelitian Joetsch (1959) tentang pengaruh dari membaca buku novel dan buku komik yang menyatakan bahwa pemuda-pemudi yang membaca novel atau komik itu nyata lebih lalai dalam perilaku dan cara kerjanya.

4. Film

Gerungan (1988:196) menyebutkan teori yang dikemukakan oleh Flik (1954) bahwa pada sejumlah anak-anak yang menjadi kriminal terdapat frekuensi menonton film yang tinggi. Berdasarkan teori tersebut, terlihat bahwa intensitas melihat acara dalam sebuah sinetron atau film yang tinggi akan mempengaruhi tingkat kriminalitas yang tinggi pula pada seorang anak atau remaja. Hal lain yang berpengaruh adalah isi atau muatan dalam sinetron-sinetron yang ditayangkan di televisi, kebanyakan sinetron yang di putar adalah sinetron dengan cerita remaja yang menampilkan kehidupan remaja seperti persahabatan, pacaran, dan perkelahian.


(37)

19

Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (2001:223) menyatakan bahwa menonton kekerasan dan tindakan seksual dalam sinetron maupun film-film di televisi membuat anak-anak lebih agresif, dan dianggap sebagai sebab kenakalan remaja.

Secara garis besar media massa merupakan kekuatan keempat (The Fourth Estate) dalam menjalankan kontrol sosial terhadap masyarakat setelah lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Media massa terbagi dua, yakni: media cetak dan elektronik. Media cetak meliputi, surat kabar, majalah, tabloid, buku, newsletter, dan buletin, sedangkan media elektronik meliputi: radio, televisi, internet,dan film.

Syaiful Rohim (2009:192) menyatakan bahwa kultifasi berarti penguatan, pengembangan, perkembangan, penanaman atau pereratan. Maksudnya yaitu terpaan media (khususnya televisi) mampu memperkuat persepsi khalayak terhadap realitas sosial. Secara ringkas Gerbner dalam Syaiful memberikan proporsi tentang teori kultifasi sebagai berikut:

a. Televisi merupakan suatu media yang unik yang memerlukan pendekatan khusus untuk diteliti

b. Pesan-pesan televisi membentuk sebuah sistem yang koheren, mainstream dari budaya kita

c. Sistem-sistem isi pesan tersebut memberikan tanda-tanda untuk kultifasi d. Analisis kultifasi memfokuskan pada sumbangan televisi terhadap waktu

untuk berfikir dan bertindak dari golongan-golongan sosial yang besar dan heterogen.

e. Analisis kultifasi memfokuskan pada penstabilan yang meluas dan pengamanan akibat-akibat.

Menurut teori ini, televisi mampu menciptakan “sindrom dunia makna” artinya bagaimana seseorang memaknai dunia dipengaruhi oleh pemaknaan televisi. Teori


(38)

kultifasi atau sering disebut juga hipotesis kultifasi atau analisis kultifasi, merupakan sebuah pendekatan dalam rangka mempelajari bagaimana televisi dapat mempengaruhi pemikiran pemirsanya dalam rangka menerjemahkan fenomena-fenomena yang terjadi di dunia atau di sekelilingnya.

Syaiful Rohim (2009:195) menyebutkan tentang teori imperialisme budaya yang dikemukakan oleh Herb Schiller (1973) bahwa Negara Barat mendominasi media di seluruh dunia ini. Alasannya media barat mempunyai efek yang kuat untuk mempengaruhi media dunia ketiga. Media barat sangat mengesankan bagi dunia ketiga, sehingga mereka ingin meniru budaya yang muncul lewat media tersebut. Dalam perspektif teori ini, ketika terjadi proses peniruan media negara berkembang dari negara maju, saat itu terjadi penghancuran budaya asli negara ketiga.

2.1.5 Kontrol Sosial (Social Control)

Pengendalian sosial (sosial control) merupakan suatu sistem yang mendidik, mengajak bahkan memaksa warga masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan nilai dan norma - norma sosial agar kehidupan masyarakat dapat berjalan dengan tertib dan teratur. Berger dalam Kamanto (1993 : 65) mengartikan pengendalian sosial sebagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang.

Sementara, Roucek dalam Bagong (2010) mendefenisikan pengendalian sosial tidak hanya pada tindakan terhadap mereka yang membangkang, tetapi proses - proses yang dapat kita klasifikasikan sebagai proses sosialisasi. Berbeda dengan, Veeger dalam Kolip (2010 : 252) pengendalian sosial adalah titik kelanjutan dari


(39)

21

proses sosialisasi dan berhubungan dengan cara dan metode yang digunakan untuk mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak kelompok atau masyarakat yang jika dijalankan secara efektif, perilaku individu akan konsisten dengan tipe perilaku yang diharapkan.

Proses - proses pengandalian sosial yang dilakuakan secara terus - menerus maka sacara tidak langsung akan menyebabkan perilaku individu sesuai dengan nilai - nilai dan pola - pola atau aturan - aturan yang telah disepakati secara bersama oleh seluruh lapisan masyarakat tertentu. Menurut Reucek (1987 : 2) proses pengendalian sosial dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk, yaitu:

a) Pengendalian sosial antara individu dan individu lainnya, dimana individu yang satu mengawasi individu yang lainnya. Misalnya, seorang ayah yang mendidik anak-anaknya untuk menaati peraturan dalam keluarga. Hal ini merupakan contoh dari pengendalian sosial yang pada dasarnya pengendalian sangat lazim dalam kehidupan sehari - hari, meskipun kadang-kadang tidak disadari.

b) Pengendalian sosial antara individu dan kelompok terjadi ketika individu mengawasi suatu kelompok.

c) Pengendalian sosial antara kelompok dan kelompok lainnya, terjadi ketika suatu kelompok mengawasi kelompok lainnya.

Pengendalian sosial merupakan langkah yang dapat dilakukan individu dan masyarakat untuk menciptakan keserasian dalam kehidupannya, agar setiap anggota masyarakat tidak melanggar norma dan peraturan yang berlaku. Tidak hanya mencegah, namun pengendalian juga dapat memperbaiki keadaan individu


(40)

atau masyarakat yang tidak menaati peraturan yang berlaku. Terutama bagi kaum anak-anak dan remaja yang banyak mengalami penyimpangan karena emosi yang tidak stabil.

2.1.6 Remaja

Conger dalam Abin Syamsudin (2000:132), memberikan penafsiran sebagai ciri dari remaja sebagai suatu masa yang amat kritis yang mungkin dapat merupakan tipe of time and the worst of time. Kalau individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapinya secara integratif, ia akan menemukan identitasnya yang akan dibawa menjelang masa dewasanya. Sebaliknya, kalau gagal ia akan berada pada kritis identitas yang berkepanjangan.

Menurut Zakiah Daradjat (1992:28) yang dimaksud dengan masa remaja yaitu: Satu tingkat umur, di mana anak-anak tidak anak-anak lagi, akan tetapi belum bisa dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang belum dapat menjembatani antara anak-anak dan umur dewasa. Remaja adalah usia dimana seorang anak mengalami masa transisi atau masa peralihan dalam mencari identitas diri. Masa peralihan yang dimaksudkan disini adalah peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa atau merupakan perpanjangan dari masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Karenanya pada masa ini seakan-akan remaja berpijak antara dua kutub yaitu kutub yang lama (masa anak-anak) yang akan ditinggalkan dan kutub yang baru (masa dewasa) yang masih akan dimasuki. Dengan keadaan yang belum pasti inilah remaja sering menimbulkan masalah bagi dirinya dan pada masyarakat sekitarnya, sebab pribadinya belum stabil dan matang.


(41)

23

Usia remaja menurut Monk (Monk & Knoers, 2002:262) menyatakan bahwa perkembangan masa remaja secara global berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir.

Sedangkan pada umumnya masa pubertas terjadi antara 12-16 tahun pada anak laki-laki dan 11-15 tahun pada anak wanita (Monks & Knoers, 2002: 263; Hurlock, 1990: 185). Batas usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin. Sedangkan menurut BKKBN adalah 10-19 tahun (Widiastuti,dkk., 2009:11).

Perkembangan pada Masa Remaja:

Menurut Widiastuti (2009:11-12) berdasarkan sifat atau ciri-ciri perkembangan masa (rentang waktu) remaja ada tiga yaitu:

1) Masa Remaja Awal (10-14 tahun):

a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. b) Tampak dan merasa ingin bebas.

c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak).

2) Masa Remaja Tengah (15-17 tahun) :

a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

b) Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis. c) Timbul perasaan cinta yang mendalam.


(42)

e) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seks.

3) Masa Remaja Akhir (17-19 tahun) :

a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri. b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif.

c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya d) Dapat mewujudkan perasaan cinta.

e) Memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak.

2.1.7 Pergaulan Bebas

Seks bebas menurut S.W Sarwono (1988:8) didefinisikan sebagai perilaku hubungan seksual yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan tanpa ikatan apapun selain suka sama suka dan bebas dalam seks. Pendapat lain yang dikemukakan Sarwono (2002:137) bahwa yang dimaksud seks bebas adalah hubungan yang didorong oleh hasrat seksual, dengan lawan jenismaupun dengan sesama jenis yang di lakukan pada pasangan tanpaadanya ikatan pernikahan.

Menurut Kartini Kartono (2005:193-194), immoralitas seksual pada anak gadis pada umumnya bukanlah didorong oleh motif pemuasan nafsu seks, seperti pada anak laki-laki umumnya. Mereka biasanya lebih didorong oleh pemanjaan diri dan kompensasi terhadap labilitas kejiwaan yang disebabkan karena perasaan tidak senang dan tidak puas atas kondisi diri dan situasi lingkungannya. Tindak immoril yang dilakukan oleh remaja disebabkan oleh :

a. Kurang terkendalinya rem-rem psikis, b. Melemahnya sistem pengontrol diri,


(43)

25

c. Belum atau kurangnya pembentukan karakter pada usia pra-puber, usia puber dan, adolensens.

d. Immoralitas di rumah yang dilakukan oleh orang tua atau salah seorang anggota keluarga. Ibu itu mempromosikan tingkah laku seksual abnormal kepada anak remaja, yang akhirnya mengakibatkan timbulnya seksualitas yang terlalu dini; yaitu seksualitas yang terlalu cepat matang sebelum usia kemasakan psikis sebenarnya. Maka tindakan immorilnya berlangsung secara liar dan tidak terkendali.

Menurut Kartini Kartono (1989:226), mengatakan bahwa dorongan-dorongan seks pada saat sekarang lebih banyak bersifat artificial daripada alami, disebabkan semakin banyaknya stimulus seks dalam masyarakat modern sekarang dalam bentuk : blue film, gambar-foto, majalah porno, pertunjukkan seks, pameran keindahan tubuh wanita, dan lain-lain. Stimulus seks ini memang masih dapat dotolerir oleh masyarakat, akan tetapi sebagian sudah tidak bisa diterima oleh umum.

Berdasarkan uraian diatas, pergaulan bebas merupakan sebuah tindakan yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan sebelum menikah. Hal ini banyak terjadi pada remaja sebab remaja memiliki karakteristik yang berorientasi pada seks, emosional yang tidak stabil, dan rasa ingin tahu yang besar akan hal-hal baru. Pergaulan bebas tidak akan terjadi apabila remaja dapat mengendalikan emosi dan keinginan pada dirinya, serta kontrol sosial dari orang-orang disekitarnya yang baik, memberikan kasih sayang, bimbingan serta pengawasan.


(44)

2.2 Kerangka Pikir

Bahwa kehidupan umat manusia di bumi dengan segala aktifitas dan hubungan terhadap budaya dalam suatu wilayah kota dan desa menjadi kajian geografi sosial. Kehidupan manusia di dua wilayah yang berbeda budaya ini selalu terjadi interaksi dan interelasi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama bagi masyarakat desa dalam meningkatkan kehidupannya. Apalagi dengan munculnya teknologi informasi dan komunikasi modern melalui berbagai media, serta lancarnya mobilitas semakin mempermudah pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Teknologi informasi dan komunikasi baik yang bersifat positif dan negatif mudah di akses oleh remaja di desa. Selain itu, mobilitas remaja dari desa ke kota saat ini lebih mudah dilakukan, sehingga interaksi langsung antara remaja dari desa dengan remaja di kota memberikan berbagai macam pengaruh.

Suatu hal nyata, bahwa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta mudahnya mobilitas remaja berdampak pada perubahan perilaku remaja di desa. Kebiasaan remaja desa telah berubah seiring dengan perubahan zaman. Proses peniruan remaja kota yang dilakukan remaja desa yang tidak sesuai dengan kehidupan di desa seperti norma agama, sosial dan adat istiadat setempat semakin banyak dilakukan. Seperti contohnya pergaulan bebas yang dilakukan oleh remaja di desa.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka menarik untuk melakukan penelitian dengan judul Interaksi Desa Kota dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Remaja Melakukan Pergaulan Bebas di Desa Purwosari Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur.


(45)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang berlangsung. (Sukmadinata:2006).

Berdasarkan pendapat tersebut, metode deskriptif dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu fenomena, kondisi atau hubungan yang ada, dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual.

3.2 Populasi

Sugiyono (2008:115) menyatakan bahwa, populasi adalah wilayah generalisasi, terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu, ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.

Berdasarkan pendapat di atas, populasi penelitian ini remaja putri yang mengalami kehamilan sebelum pernikahan berjumlah 19 orang di Desa Purwosari,


(46)

Penelitian ini tidak menggunakan sampel, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah sebagai segala sesuatu yang menjadi objek penelitian, sering juga disebut sebagai variabel penelitian yang merupakan hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian, yang menunjukkan variasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Suharsimi Arikunto, 2006:10).

Variabel pada penelitian ini adalah interaksi antara masyarakat desa dengan masyarakat kota baik secara langsung maupun tidak langsung dengan perilaku remaja yang melakukan pergaulan bebas di Desa Purwosari Kecamatan Batanghari Nuban, Kabupaten Lampung Timur.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati (diobservasi) dari definisi operasional tersebut dapat ditentukan alat pengambilan data yang cocok dipergunakan.

3.4.1 Interaksi Langsung

Interaksi langsung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mobilitas atau perpindahan yang dilakukan remaja desa ke kota. Adapun penggolongan yang berkenaan dengan interaksi langsung dikategorikan sebagai berikut:

a. Perpindahan karena pendidikan

 Lingkungan kosan atau kontrakan  Teman sekolah


(47)

29

 Teman main

b. Perpindahan karena pekerjaan

 Lingkungan kosan atau kontrakan  Teman kerja

 Teman main

3.4.2 Interaksi Tidak Langsung

Interaksi tidak langsung merupakan interaksi yang tidak dilakukan dengan saling berhadapan atau bertatap muka melainkan melalui sebuah perantara seperti media cetak dan media elektronik. Jenis-jenis media cetak dan media elektronik adalah sebagai berikut:

1. Televisi 2. Internet 3. Majalah 4. Novel 5. Film

Terdapat berbagai macam program, acara, situs serta jenis tayangan yang terdapat di dalam media cetak dan media elektronik. Berdasarkan hal tersebut, maka setiap program, acara, situs serta jenis tayangan yang memiliki pengaruh terhadap perilaku remaja melakukan pergaulan bebas.

3.4.3 Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan seksual yang terjadi sebelum pernikahan. Pergaulan bebas yang telah banyak dilakukan dapat diidentifikasikan dengan banyaknya wanita yang mengalami kehamilan sebelum pernikahan. (S.W Sarwono, 1988:14)


(48)

No Variabel Sub Variabel Indikator Keterangan 1. Interaksi

Desa Kota Mobilitas Remaja Perpindahan ke kota karena pendidikan  Lingkungan kosan atau kontrakan  Waktu Pergaulan  Tempat Pergaulan Perpindahan ke kota karena pekerjaan  Lingkungan kosan atau kontrakan  Waktu

Pergaulan  Tempat Pergaulan  Berpengaruh  Tidak Berpengaruh  Berpengaruh  Tidak Berpengaruh Media Cetak dan Media Elektronik Program TV  Sinetron  Reality Show  Berita  Gosip  Acara Pendidikan Situs Internet  Berita  Facebook, Twitter  Youtube Jenis Majalah  Majalah Remaja  Majalah Otomotif  Majalah Bisnis  Majalah Kesehatan  Majalah Pendidikan  Berpengaruh  Tidak Berpengaruh  Berpengaruh  Tidak Berpengaruh  Berpengaruh  Tidak Berpengaruh


(49)

31

 Majalah Dewasa Jenis Novel

 Fiksi  Non Fiksi Jenis Film

 Film Komedi  Film Horor  Film Drama

romantis  Film Action  Film Dewasa

 Berpengaruh  Tidak Berpengaruh  Berpengaruh  Tidak Berpengaruh Kontrol Sosial Masyarakat  Pendapat Orangtua

 Lingkungan sekitar tempat tinggal remaja putri  Berpengaruh  Tidak Berpengaruh  Berpengaruh  Tidak Berpengaruh 2. Pergaulan

Bebas Hamil sebelum pernikahan  Tanggal Pernikahan  Tanggal Kelahiran Anak Pertama

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Moh. Pabundu Tika, (2005:23) secara garis besar teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penelitian geografi yaitu: observasi, wawancara, angket, pengumpulan data sekunder, dan pengumpulan data melalui penginderaan jauh. Berdasarkan pendapat di atas maka dalam penelitian ini menggunakan


(50)

teknik observasi, angket, kuisioner dan wawancara terstruktur yang masing-masing diuraikan sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah teknik untuk mendapatkan data secara langsung dan aktual melalui pengamatan dilapangan. Metode observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode observasi langsung. Menurut Pabundu Tika (2005:44):

Observasi langsung adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek ditempat kejadian atau tempat berlangsungnya peristiwa sehingga observer berada bersama objek yang diteliti.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam observasi akan dilakukan pengamatan langsung ke setiap remaja putri di Desa Purwosari Kecamatan Batanghari Nuban Kanupaten Lampung Timur. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang lingkungan tempat tinggal remaja putri, kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sekitar tempat tinggal remaja putri, serta hubungan yang terjalin antar manusia yang satu dengan manusia yang lain.

2. Kuesioner

Menurut Hadari Nawawi (2005:54), kuisioner adalah usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden.

Berdasarkan pendapat di atas, kuisioner dalam penelitian ini berisikan beberapa pertanyaan mengenai identitas responden yang sifatnya rahasia yaitu tentang proses remaja melakukan pergaulan bebas, penggunaan media elektronik dan media cetak, lingkungan tempat tinggal ketika di kota, usia pertama pacaran, tanggapan orangtua tentang proses pacaran, sumber pertama tentang seks, usia pertama melakukan


(51)

33

hubungan seks, tempat melakukan hubungan seks, serta usia kehamilan saat menikah, tanggal pernikahan dan kelahiran anak remaja putri di Desa Purwosari Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur.

3. Wawancara

Wawancara merupakan sejenis percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian (S. Nasution dalam Pabundu Tika, 2005:49).

Berdasarkan pendapat tersebut, wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas tentang pergaulan bebas yang dilakukan remaja putri di Desa Purwosari dari hasil observasi dan data kuisioner yang telah didapatkan dari responden. Wawancara pada penelitian ini merupakan wawancara yang tidak berstruktur, pertanyaan yang ditanyakan melanjutkan jawaban dari responden sebelumnya.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan tabulasi frekuensi dan persentase. Semua data yang telah terkumpul dan valid di masukkan dalam tabulasi frekuensi sesuai dengan pengelompokannya. Berdasarkan tabulasi frekuensi dan persentase tersebut, akan digunakan sebagai dasar interpretasi dan deskripsi data, untuk memberi arti data tersebut guna penulisan laporan penelitian. Adapun rumusannya, sebagai berikut:


(52)

Keterangan:

P: Persentase f: Frekuensi

N: Jumlah Responden 100%: Bilangan Tetap

Perhitungan deskrptif persentase ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengoreksi jawaban kuesioner dari responden

2. Menghitung frekuensi jawaban responden 3. Jumlah responden keseluruhan adalah 19 orang 4. Masukkan ke dalam rumus.

Hasil penelitian ini dinyatakan berpengaruh apabila 50% dan lebih dari responden menjawab hal yang sama, dan tidak berpengaruh apabila jawaban dari responden kurang dari 50%.


(53)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai interaksi desa kota dan pengaruhnya terhadap perilaku remaja melakukan pergaulan bebas di Desa Purwosari

Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur, dapat disimpulkan bahwa:

1. Alasan remaja putri melakukan hubungan seks sebelum pernikahan di usia remaja adalah suka sama suka dengan persentase jawaban mencapai 52,63% dari keseluruhan responden.

2. Mudahnya informasi negatif yang masuk melalui media elektronik dan media cetak mempengaruhi remaja putri di Desa Purwosari melakukan pergaulan bebas. Data hasil penelitian menunjukkan 100% responden menyatakan menggunakan media elektronik dan media massa dengan berbagai macam program, acara dan situs yang disediakan.

3. Lingkungan pergaulan remaja desa yang tinggal di kota berpengaruh terhadap terjadinya pergaulan bebas di Desa Purwosari. Seperti data yang telah diperoleh dari hasil penelitian sebanyak 84,21% responden yang pernah tinggal di kota (sekolah dan bekerja) melakukan pergaulan bebas.


(54)

4. Mulai pudarnya kontrol sosial masyarakat memberikan pengaruh terhadap perilaku remaja melakukan pergaulan bebas. Hal ini terbukti bahwa sebanyak 68,42% orangtua remaja putri memberikan tanggapan biasa saja dengan proses pacaran yang dijalani putrinya.

5.2 Saran

1. Diharapkan kepada seluruh remaja terutama remaja putri untuk dapat memilah dan memilih informasi yang baik dan buruk, memanfaatkan IPTEK sesuai dengan fungsinya, memilih teman yang baik dan tetap berpegang teguh pada agama yang diyakini. Karena tidak ada satupun agama yang menghalalkan hubungan seks sebelum pernikahan (pergaulan bebas).

2. Diharapkan kepada seluruh orangtua untuk lebih peduli lagi terhadap kehidupan putra-putrinya terutama kehidupan remaja. Pemenuhan kebutuhan finansial saja tidak cukup untuk membuat para remaja bahagia dan mencapai mimpi-mimpinya, sejak dini sedari kecil perlu adanya penanaman moral yang baik, pondasi agama yang kokoh serta perhatian yang tidak pernah terputus agar putra-putri para penerus bangsa ini terhindar dari penyimpangan seperti pergaulan bebas.

3. Diharapkan kepada seluruh anggota masyarakat agar lebih peduli terhadap keadaan remaja disekitarnya. Tanpa pengawasan yang baik dari seluruh anggota masyarakat, perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja akan semakin banyak dilakukan. Sejatinya desa merupakan daerah dengan


(55)

81

hubungan kekerabatan yang kuat, antara satu dengan yang lain saling membantu dan mengingatkan untuk kebaikan.

4. Diharapkan kepada pemerintah untuh berperan lebih aktif dalam mengawasi penggunaan media dalam kehidupan remaja. Harus ada kriteria usia dalam setiap tayangan yang ditampilkan di media elektronik maupun cetak. Hal ini agar muatan atau isinya sesuai dengan keadaan psikologis remaja.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Baksin, Askurifai. 2006. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Bintarto, R. 1989. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Berartha, I Nyoman. 1982. Desa, Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Chadwick, B.A., H.M. Bahr, dan S.L. Albrecht. 1991. Metode Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial. Terjemahan. IKIP Semarang – Press: Semarang. Daldjoeni, N. 1998. Geografi Kota dan Desa. P.T Alumni: Bandung.

El-Hakim, Luqman. 2014. Fenomena Pacaran Dunia Remaja. Zanafa: Riau. Gerungan, W.A. 1988. Psikologi Sosial. Refika Aditama: Bandung.

Hurlock, B.E. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Erlangga: Jakarta.

Kartono, Kartini. 2005. Patologi Sosial. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Kinnaird. 2003. Keluarga Makin Baik Hubungan Orangtua-Remaja Makin

Rendah Perilaku Seksual Pranikah.

http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=186024&actmenu=45. Diakses pada tanggal 03 Maret 2014

Monks F.J, Knoers A.M.P., Haditono S.R. 2002. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.


(57)

Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi. Rineka Cipta: Jakarta. Roucek, Joseph K. 1984. Pengantar Sosiologi. Bina Aksara: Jakarta.

Sarwono, Sarlito W. 1988. Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Setiadi Elly M & Kolip Usman. 2011. Pengantar Sosiologi. Kencana Prenada

Media Group: Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers: Jakarta. Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Rosdakarya : Bandung. Syani, Abdul. 2005. Masyarakat. Universitas Lampung: Bandar lampung. Tubbs, Stewart & Moss Sylvia. 2001. Human Communication. Remaja

Rusdakarya: Bandung.

Yuliati, Yayuk & Poernomo, Mangku. 2003. Sosiologi Pedesaan. Lappera Pustaka Utama: Yogyakarta.

Zakiah, Daradjat.1989. Pendekatan Psikologis dan Fungsi keluarga dalam

Menanggulangi Kenakalan Remaja. Semarang.

http://ssbelajar.blogspot.com/2013/06/pengertian-masyarakat-menurut-para ahli.html diakses pada 19 November 2014.

http://hedisasrawan.blogspot.com/2014/07/16-pengertian-desa-menurut-para-ahli.html diakses pada 19 November 2014.

http://hedisasrawan.blogspot.com/2014/07/20-pengertian-kota-menurut-para-ahli.html diakses pada 20 November 2014.

http://poespha714.blogspot.com/2013/06/tugas-interaksi-desa-kota.html diakses pada 20 November 2014.

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=191454 diakses pada 27 November 2014.


(1)

34

Keterangan:

P: Persentase f: Frekuensi

N: Jumlah Responden 100%: Bilangan Tetap

Perhitungan deskrptif persentase ini mempunyai langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengoreksi jawaban kuesioner dari responden

2. Menghitung frekuensi jawaban responden 3. Jumlah responden keseluruhan adalah 19 orang 4. Masukkan ke dalam rumus.

Hasil penelitian ini dinyatakan berpengaruh apabila 50% dan lebih dari responden menjawab hal yang sama, dan tidak berpengaruh apabila jawaban dari responden kurang dari 50%.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai interaksi desa kota dan pengaruhnya terhadap perilaku remaja melakukan pergaulan bebas di Desa Purwosari

Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur, dapat disimpulkan bahwa:

1. Alasan remaja putri melakukan hubungan seks sebelum pernikahan di usia remaja adalah suka sama suka dengan persentase jawaban mencapai 52,63% dari keseluruhan responden.

2. Mudahnya informasi negatif yang masuk melalui media elektronik dan media cetak mempengaruhi remaja putri di Desa Purwosari melakukan pergaulan bebas. Data hasil penelitian menunjukkan 100% responden menyatakan menggunakan media elektronik dan media massa dengan berbagai macam program, acara dan situs yang disediakan.

3. Lingkungan pergaulan remaja desa yang tinggal di kota berpengaruh terhadap terjadinya pergaulan bebas di Desa Purwosari. Seperti data yang telah diperoleh dari hasil penelitian sebanyak 84,21% responden yang pernah tinggal di kota (sekolah dan bekerja) melakukan pergaulan bebas.


(3)

80

4. Mulai pudarnya kontrol sosial masyarakat memberikan pengaruh terhadap perilaku remaja melakukan pergaulan bebas. Hal ini terbukti bahwa sebanyak 68,42% orangtua remaja putri memberikan tanggapan biasa saja dengan proses pacaran yang dijalani putrinya.

5.2 Saran

1. Diharapkan kepada seluruh remaja terutama remaja putri untuk dapat memilah dan memilih informasi yang baik dan buruk, memanfaatkan IPTEK sesuai dengan fungsinya, memilih teman yang baik dan tetap berpegang teguh pada agama yang diyakini. Karena tidak ada satupun agama yang menghalalkan hubungan seks sebelum pernikahan (pergaulan bebas).

2. Diharapkan kepada seluruh orangtua untuk lebih peduli lagi terhadap kehidupan putra-putrinya terutama kehidupan remaja. Pemenuhan kebutuhan finansial saja tidak cukup untuk membuat para remaja bahagia dan mencapai mimpi-mimpinya, sejak dini sedari kecil perlu adanya penanaman moral yang baik, pondasi agama yang kokoh serta perhatian yang tidak pernah terputus agar putra-putri para penerus bangsa ini terhindar dari penyimpangan seperti pergaulan bebas.

3. Diharapkan kepada seluruh anggota masyarakat agar lebih peduli terhadap keadaan remaja disekitarnya. Tanpa pengawasan yang baik dari seluruh anggota masyarakat, perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja akan semakin banyak dilakukan. Sejatinya desa merupakan daerah dengan


(4)

81

hubungan kekerabatan yang kuat, antara satu dengan yang lain saling membantu dan mengingatkan untuk kebaikan.

4. Diharapkan kepada pemerintah untuh berperan lebih aktif dalam mengawasi penggunaan media dalam kehidupan remaja. Harus ada kriteria usia dalam setiap tayangan yang ditampilkan di media elektronik maupun cetak. Hal ini agar muatan atau isinya sesuai dengan keadaan psikologis remaja.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Baksin, Askurifai. 2006. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Bintarto, R. 1989. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Berartha, I Nyoman. 1982. Desa, Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Chadwick, B.A., H.M. Bahr, dan S.L. Albrecht. 1991. Metode Penelitian Ilmu

Pengetahuan Sosial. Terjemahan. IKIP Semarang – Press: Semarang.

Daldjoeni, N. 1998. Geografi Kota dan Desa. P.T Alumni: Bandung.

El-Hakim, Luqman. 2014. Fenomena Pacaran Dunia Remaja. Zanafa: Riau. Gerungan, W.A. 1988. Psikologi Sosial. Refika Aditama: Bandung.

Hurlock, B.E. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Erlangga: Jakarta.

Kartono, Kartini. 2005. Patologi Sosial. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Kinnaird. 2003. Keluarga Makin Baik Hubungan Orangtua-Remaja Makin

Rendah Perilaku Seksual Pranikah.

http://www.kr.co.id/web/detail.php?sid=186024&actmenu=45. Diakses pada tanggal 03 Maret 2014

Monks F.J, Knoers A.M.P., Haditono S.R. 2002. Psikologi Perkembangan

Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Gadjah Mada University Press:

Yogyakarta.

Poerwadarminta, W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta.


(6)

Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi. Rineka Cipta: Jakarta. Roucek, Joseph K. 1984. Pengantar Sosiologi. Bina Aksara: Jakarta.

Sarwono, Sarlito W. 1988. Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Setiadi Elly M & Kolip Usman. 2011. Pengantar Sosiologi. Kencana Prenada

Media Group: Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers: Jakarta. Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Rosdakarya : Bandung. Syani, Abdul. 2005. Masyarakat. Universitas Lampung: Bandar lampung. Tubbs, Stewart & Moss Sylvia. 2001. Human Communication. Remaja

Rusdakarya: Bandung.

Yuliati, Yayuk & Poernomo, Mangku. 2003. Sosiologi Pedesaan. Lappera Pustaka Utama: Yogyakarta.

Zakiah, Daradjat.1989. Pendekatan Psikologis dan Fungsi keluarga dalam

Menanggulangi Kenakalan Remaja. Semarang.

http://ssbelajar.blogspot.com/2013/06/pengertian-masyarakat-menurut-para ahli.html diakses pada 19 November 2014.

http://hedisasrawan.blogspot.com/2014/07/16-pengertian-desa-menurut-para-ahli.html diakses pada 19 November 2014.

http://hedisasrawan.blogspot.com/2014/07/20-pengertian-kota-menurut-para-ahli.html diakses pada 20 November 2014.

http://poespha714.blogspot.com/2013/06/tugas-interaksi-desa-kota.html diakses pada 20 November 2014.

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=191454 diakses pada 27 November 2014.