PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VIII PGRI PEJAMBON NEGERI KATON PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

(2)

ABSTRAK

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

PADA SISWA KELAS VIII PGRI PEJAMBON NEGERI KATON PESAWARAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh MUHAFIDIN

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII SMP PGRI Pejambon Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran tahun pelajaran 2012/2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP PGRI Pejambon Negerikaton Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Sumber data pada penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran antara guru bidang studi bahasa Indonesia dan siswa kelas VIII A SMP PGRI Pejambon Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 32 siswa yang terdiri atas 14 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik observasi, wawacara dan dokumentasi mengenai foto, data dan vidio yang dapat memperkuat hasil penelitian. Teknik analisis data mengamati dengan sesakma aktivitas guru dan akivitas siswa dan mendeskripsikannya.

Hasil penelitian pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII SMP PGRI Pejambon Pesawaran difokuskan pada satu komponen yaitu Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi berupa aktivitas guru dan aktivitas siswa di dalam kelas. Pada proses pelaksanaan pembelajaran guru telah melaksanakan tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. pada kegiatan awal guru belum melakukan apersepsi, pada penggunaan media guru belum menggunakan media yang dapat menarik minat siswa tetapi pada kegiatan penutup guru sudah melakukannya dengan baik. Pada aktivitas siswa terdapat lima aktivitas dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi,yaitu aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivas emosi. Pada aktivitas menyimak dan mendengarkan siswa kurang begitu memperhatikan guru namun, pada aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosi siswa sudah melakukannya dengan baik.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

SANWACANA ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Ruang lingkup Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembelajaran... 7

2.2 Tujuan Pembelajaran ... 8

2.3 Strategi Pembelajaran ... 14

2.3.1 Media dalam Pembelajaran ... 18

2.3.1.1 Pengertian Media ... 18

2.3.1.2 Fungsi Media Pembelajaran ... 19

2.4 Aktivitas Belajar Siswa dan Peranan Guru ... 21

2.4.1 Aktivitas Siswa ... 22

2.4.2 Peranan dan Tugas Guru ... 23

2.5 Evaluasi Pembelajaran ... 25

2.6 Pengertian Menulis ... 27

2.6.1 Tujuan Menulis ... 29

2.7 Pengertian Puisi ... 30

2.8 Hakikat Puisi ... 31

2.9 Pembelajaran Apresiasi Sastra ... 34

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 36

3.2 Sumber Data ... 36


(7)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 44

4.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran ... 44

4.1.1.1 Hasil Aktivitas Guru ... 45

4.1.1.2 Hasil Aktivitas Siswa ... 68

4.2 Pembahasan ... 72

4.2.1 Pelaksanaan Pembelajaran ... 72

4.2.1.1 Aktivitas Guru ... 73

4.2.1.2 Aktivitas Siswa ... 81

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 84

5.2 Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan proses membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Sering dikatakan mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan, dan memberikan fasilitas belajar (directing and facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan kemahiran berbahasa siswa. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 disebutkan bahwa standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah menghargai manusia dan kemanusiaanya.

Di sekolah siswa diarahkan untuk dapat berkomunikasi seacara baik dan benar, baik secara lisan maupun secara tertulis. Keterampilan berbahasa lisan biasanya


(9)

berlangsung dalam bentuk berpidato, berpantun, berdiskusi, seminar, seni drama, bercerita, berpuisi, dan wawancara. Sedangkan keterampilan berbahasa secara tertulis banyak macamnya salah satunya yaitu keterampilan menulis puisi yang merupakan bentuk tulisan bersifat sastra.

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai peserta didik adalah menulis. Kegiatan menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan proses kegiatan belajar mengajar bidang studi bahasa dan sastra Indonesia. Dengan menulis, peserta didik diharapkan dapat menuangkan ide, pikiran, dan perasaannya ke dalam bahasa tulis, baik yang berkaitan dengan kebahasaan maupun kesastraan.

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk menyampaikan isi hati dan pedapat secara teratur dan menarik kepada pembaca. Menulis juga memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan menguasai keterampilan ini, seorang penulis dapat menuangkan gagasan lewat kegiatan menulis dan pembaca menampung gagasan itu dengan cara membaca. Dengan demikian, kemampuan menulis merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap orang.

Menulis puisi merupakan bagian dari pembelajaran menulis yang diajarkan di sekolah, baik pada tingkat pendidikan dasar maupun menengah. Yang menjadi permasalahan di lapangan, pembelajaran menulis puisi seringkali menjadi hal yang menakutkan bagi peserta didik. Dan bukan rahasia lagi bila masih banyak peserta didik kurang suka pada puisi, bahkan sudah apriori ketika mendengar kata


(10)

3

’puisi’. Peserta didik menganggap bahwa puisi merupakan sesuatu yang sulit dipelajari. Hal ini berdampak pula pada kegiatan menulis puisi yang dianggap sebagai kegiatan yang sulit, membosankan, serta menyita banyak waktu. Pada saat pembelajaran menulis puisi peserta didik merasa dihadapkan pada sebuah pekerjaan berat yang sering menimbulkan rasa was-was, bimbang, ragu karena merasa tidak berbakat. Peserta didik seringkali membutuhkan waktu lama ketika ditugasi untuk menulis sebuah puisi. Ini terjadi karena kemampuan peserta didik dalam menggali imajinasi masih sangat terbatas.

Kegiatan menulis yang dibelajarkan di SMP banyak sekali bentuknya. Salah satunya adalah keterampilan menulis puisi yang dibelajarkan pada kelas VIII. Dalam silabus hal tersebut tercantum dalam Kompetensi Dasar (KD) menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam dengan indikator : 1. Siswa mampu menulis larik-larik puisi yang berisi keindahan alam, 2. Mampu menulis puisi dengan pilihan kata yang tepat, gaya bahasa, dan rima yang menarik.

Untuk dapat menulis sebuah puisi diperlukan kreativitas siswa dalam mengolah ide dan merangkaikan kata-kata sehingga menjadi sebuah puisi yang indah dan menarik. Siswa diperlukan pengetahuan tentang materi menulis puisi serta bimbingan dan pengalaman dalam menulis puisi.

Dalam kegiatan menulis, siswa sering kali mengalami kesulitan selama pembelajaran. Diantaranya yaitu siswa belum mampu menulis puisi dengan baik disebabkan kurangnya rasa percaya diri siswa ketika ingin mengungkapkan perasaan dan pikirannya dalam bentuk tulis, hal tersebut dipengaruhi oleh


(11)

keraguan siswa dalam memilih kata (diksi), rima, gaya bahasa, dan kesesuaian antara tema atau topik.

Mengenai pembelajaran menulis puisi peneliti akan mengacu pada teori belajar, apa yang dibelajarkan ketika menulis puisi berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, strategi yang digunakan, metode yang dipilih, ketepatan media yang digunakan, kegiatan belajar mengajar yang berdasarkan dengan Rencaana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan evaluasi yang dilakukan oleh pengajar. Berdasarkan pengamatan penulis, masih terdapat masalah-masalah yang muncul tentang pembelajaran menulis puisi. Masalah-masalah yang ditemui diantaranya kurangnya kemampuan siswa dalam menulis puisi dan pada proses pembelajaran menulis puisi tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP PGRI Pejambon Negerikaton Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013. Yang difokuskan pada prose pelaksanaan pembelajaran yakni penulis ingin mengetahui sejauh mana proses pelaksanaan pembelajaran menulis puisi itu sendiri, mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang dilakukan oleh guru. Sedangkan kegiatan yang dilakukan oleh siswa yaitu aktivitas menyimak, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas mental dan aktivitas emosi.


(12)

5

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah yaitu bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII SMP PGRI Pejambon Negerikaton kabupaten Pesawaran tahun pelajaran 2012/2013?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VIII SMP PGRI Pejambon Negerikaton Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran tersebut yaitu pelaksanaan pembelajaran oleh guru dan aktivitas siswa.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna baik secara teoritis maupun praktis. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat secara Teotiris

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori yang berkaitan dengan keterampilan menulis khususnya menulis puisi. Contohnya menulis puisi dapat terasa lebih menarik dan merangsang minat siswa jika memanfaatkan media pembelajaarn yang sesuai.

1.4.2 Manfaat secara Praktis

a. Penulis, sebagai salah satu bahan acuan untuk memberikan materi pelajaran kepada siswa atau calon guru, khususnya tentang pembelajaran puisi


(13)

b. Guru mata pelajaran bahasa Indonesiaa di SMP PGRI Pejambon, memberi informasi atau gambaran tentang pembelajaran menulis puisi.

c. Pembaca, menambah pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran menulis puisi.

1.5Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup sebagai berikut :

a. Variabel dalam penelitian ini adalah pembelajaran menulis puisi.

b. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di SMP PGRI Pejambon tahun pelajaran 2012/2013.

c. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pembelajaran menulis puisi dengan memperhatikan aturan dan syarat-syarat penulisan puisi.

d. Lokasi penelitian dilakukan di SMP PGRI Pejambon yang berada di Desa Pejambon Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran


(14)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan dan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. Beradasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dan dikembangkan dan diapresiasi (Hamalik, 2005: 76).

UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran ialah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kemudian Dimyati dalam Mudjiono (2000: 297) menyatakan bahwa pembelajaran ialah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Uno Hamzah (2006:2) menyatakan bahwa pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.

Proses pembelajaran di sekolah juga merupakan proses pembudayaan yang formal dalam penyampaian suatu informasi baik dari guru kepada siswa ataupun siswa kepada guru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui


(15)

kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang sosial ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran ialah proses komunikasi dua arah, yang dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid, secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif serta mencapai tujuan yang diinginkan.

Hasil dari pembelajaran yaitu adanya ketercapaian kompetensi dasar atau kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pengalaman belajar. Hasil belajar ini berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan tingkah laku, pengetahuan maupun keterampilan siswa.

2.2 Tujuan Pembelajaran

Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa. Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi.


(16)

9

Adapun tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari taksonomi. Benyamin S. Bloom dan D. Krathwohl (1964) dalam (Uno: 2008) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan.

1. Kawasan Kognitif

Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini terdiri atas 6 (enam) tingkatan secara hierarkis berurut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi (evaluasi) dan dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Tingkat Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan disini diartikan kemampuan seseorang dalam menghafal atau mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya.

b. Tingkat Pemahaman

Pemahaman di sini diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.

c. Tingkat Penerapan (Application)

Penerapan di sini diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.


(17)

e. Tingkat Analisis (Analysis)

Analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan sesuatu ke dalam unsur-unsur atau bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu menjelaskan hubungan antarunsur atau antarbagian tersebut (Sanusi, 1996: 5)

f. Tingkat Sintesis (Synthesis)

Sintesis di sini diartikan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

g. Tingkat Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi di sini diartikan kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya.

Di samping kawasan kognitif sebagaimana disebutkan di atas, biasanya dalam suatu perencanaan pengajaran ada mata pelajaran tertentu memiliki tuntutan untuk kerja yang dinilai adalah kawasan afektif dan psikomotor. Kedua kawasan tersebut dijelaskan berikut ini.

h. Kawasan Afektif (Sikap dan Perilaku)

Kawasan afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, apresiasi (penghargaan), dan penyesuaian perasaan sosial.


(18)

11

Tingkatan afektif ini ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut.

a. Kemauan Menerima

Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu, seperti keinginan membaca buku, mendengar musik, atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras berbeda.

b. Kemauan Menanggapi

Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang menunjuk partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, seperti menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan, mengikuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas di laboratorium atau menolong orang lain

c. Berkeyakinan

Berkeyakinan berkenaan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu. Seperti menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi (penghargaan) terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan (komitmen) untuk melakukan suatu kehidupan sosial.

d. Penerapan Karya

Penerapan karya berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi. Seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, bertanggung jawab terhadap hal yang telah dilakukan,


(19)

memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri, atau menyadari peranan perencanaan dalam memecahkan suatu permasalahan. e. Ketekunan dan Ketelitian.

Ini adalah tingkatan afeksi yang tertinggi. Pada taraf ini individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya. Seperti bersikap objektif terhadap segala hal.

i. Kawasan Psikomotor

Domain psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual motorik. Sebagaimana kedua domain yang lain, domain ini juga mempunyai berbagai tingkatan. Urutan tingkatan dari yang paling sederhana sampai ke yang paling kompleks (tertinggi) adalah: a. Persepsi

Persepsi berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan. Seperti mengenal kerusakan mesin dari suaranya yang sumbang, atau menghubungkan suara musik dengan tarian tertentu. b. Kesiapan melakukan suatu kegiatan

Kesiapan berkenaan dengan kegiatan melakukan sesuatu kegiatan (set). Termasuk di dalamnya mental set (kesiapan mental), physical set (kesiapan fisik), atau emotional set (kesiapan emosi) untuk melakukan suatu tindakan.

c. Mekanisme

Mekanisme berkenaan dengan penampilan respons yang sudah dipelajari dan menjadi kebiasaan, sehingga gerakan yang ditampilkan


(20)

13

menunjukkan kepada suatu kemahiran. Seperti menulis halus, menari, atau menata laboratorium.

d. Respons Terbimbing

Respons terbimbing seperti meniru (imitasi) atau mengikuti, mengulagi perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh orang lain, melakukan kegiatan coba-coba (trial and error).

e. Kemahiran

Kemahiran adalah penampilan gerakan motorik dengan keterampilan penuh. Kemahiran yang dipertunjukkan biasanya cepat, dengan hasil yang baik, namun menggunakan sedikit tenaga. Seperti keterampilan menyetir kendaraan bermotor.

f. Adaptasi

Adaptasi berkenaan dengan keterampilan yang sudah berkembang pada diri individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi (membuat perubahan) pada pola gerakan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Hal ini terlihat seperti pada orang yang bermain terus, pola-pola gerakan disesuaikan dengan kebutuhan mematahkan permainan lawan.

g. Originasi

Originasi menunjukkan kepada pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi atau masalah tertentu. Biasanya hal ini dapat dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai keterampilan tinggi seperti


(21)

menciptakan mode pakaian, komposisi musik, atau menciptakan tarian.

Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar-mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Dari proses belajar mengajar itu akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal, proses belajar-mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik (Sadirman, 2008: 19).

2.3 Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran yang terkait dengan pengelolaan siswa, pengelolaan guru, pengelolaan kegitan pembelajaran, pengelolaan lingkungan belajar, pengelolaan sumber belajar dan penilaian (asesmen) agar dengan tujuan pembelajaran pada hakikatnya terkait dengan perencanaan atau kebijakan yang dirancang di dalam mengelola pembelajaran utuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Wiranata Putra dalam Mulyasa (2011: 6) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematika dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode


(22)

15

pembelajaran. Suliani (2011:13) menyatakan bahwa Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode untuk melaksanakan pembelajaran. Untuk mencapai hasil pembelajaran sesuai yang diinginkan oleh guru tentunya guru menggunakan metode sesuai materi pembelajaran.

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatannya agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Keberhasilan dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran sangat bergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran. Jenis-jenis metode di dalam Suliani (2011:13) memiliki empat belas jenis metode yang meliputi; a) metode ceramah, b) metode demonstrasi, c) metode diskusi, d) metode simulasi, e) metode tugas dan resitasi, d) metode tanya jawab, f) metode kerja kelompok, g) metode problem solving, h) sistem regu, i) metode karyawisata, j) ekspositori, k) metode inkuiri, dan l) metode kontenkstual. Dari empat belas jenis metode tersebut merupakan metode yang berguna untuk menunjang ketercapaian suatu pembelajaran bergantung dengan kesesuaian materi yang akan diterapakan.

Pada pembelajaran menulis puisi yang diteliti pada skripsi ini, metode yang digunakan pada saat pelaksanaan dan yang dicantumkan pada RPP meliputi; metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi dan metode penugasan atau dapat disebut pula metode tugas dan resitasi. Berikut penjelasan lebih rinci mengenai empat metode yang digunakan pada pembelajaran tersebut.


(23)

a) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senantiasa bagus bila penggunanya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung dengan alat dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunannya. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Walaupun metode ceramah merupakan metode yang tepat dan baik digunakan dalam pembelajaran di sekolah namun pasti ada saja kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh metode ceramah tersebut sebagai sebuah karakteristik dari metode ceramah itu sendiri. Kelebihan yang ada pada metode ceramah ialah ceramah merupakan metode yang murah danmudah dilakukan, ceramah menyajikan materi pelajaran yang luas, ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan, dan organisasi kelas dengan menggukan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana.

Sedangkan, yang merupakan kekurang dari penggunaan metode ceramah ialah materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah terbatas pada apa yang dikuasai guru, ceramah apabila tidak menggunaan peragaan akan terjadinya verbalisme, dan ceramah sangat sulit mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.

b) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah meungkinkan yang memungkinkan terjadinya komunikasi lasung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab. Dalam


(24)

17

komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru.

c) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, meambah dan memahami pengetahuan siswa, serta membuat suatu keputusan. Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menetukan kepetusan tertentu secara bersma-sama.

Metode diskusi ini pula memiliki kelebihan serta kelemahan, kelebihan dari metode diskusi ini ialah metode disikusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide, dapat melatih untuk mengimplementasikan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap masalah, dan dapat melatih siswa mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Adapun kekuranga dari penggunaan metode diskusi ini ialah sering terjadi pembicaraan yang dikuasai dua atau tiga orang siswa yang memilki keterampilan berbicara, kadang-kadang pembahasan dala diskusi meluas, memerlukan waktu yang cukup panjang, dan sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol.

d) Metode Tugas dan Resitasi

Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah tetapi lebih luas dari itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara


(25)

individu atau kelompok. tugas dan resitasi bisa dilaksanakan dirumah, disekolah atau ditempat lainnya

2.3.1 Media dalam Pembelajaran

Media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Guru perlu mengetahui, apakah suatu bahan ajar atau materi pelajaran membutuhkan atau tidak membutuhkan media untuk mempermudah dan memperlancar penyerapan dalam pembelajaran. Di samping itu, proses pembelajaran dinilai membutuhkan media tersebut agar penyampain materi lebih menarik.

2.3.1.1 Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin mediusyang secara harfiah berarti „tengah, „perantara atau „pengantar.pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Azhar, 2007:3).

Media pembelajaran merupakan media yang mengandung pesan-pesan atau informasi yang bertujuan insruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Media pembelajaran bertujuan untuk menyampaikan materi kepada siswa dengan maksud siswa dapat lebih mengerti atas materi yang diberikan melalui media.

Pemakaian media pmbelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa ( Hamalik dalam Azhar, 2007:15).


(26)

19

2.3.1.2 Fungsi Media Pembelajaran

Sebagai suatu alat bantu dalam proses pembelajaran, media mempunyai beberapa fungsi. Menurut Nana Sudjana dalam Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2010: 134) merumuskan fungsi media pengajaran menjadi enam kategori, sebagai berikut:

1. Pengunaan media dalam proses belajar mengajar bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi mempunyai fungsi sendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.

2. Penggunaan media pengajaran merupakan bagian yang integral dari keselurujan situasi mengajar.

3. Media pengajaran dalam pengjaran, pengunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.

4. Penggunaan media dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.

5. Penggunaan media dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan oleh guru.

6. Penggunaan media dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Levie & Lentz, menyatakan bahwa media pembelajaran memiliki empat fungsi, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengerahkan


(27)

perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkatan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Fungsi kognitif media visual terlihat fari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingatkan informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar untuk memahami dan mengingatkan informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

Fungsi kompensatoris membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal (Azhar, 2007: 17).

Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006: 124-126 ) macam-macam media pembelajaran yaitu:

a. Dilihat dari jenisnya, media dibagi kedalam: media auditif, media visual, media audiovisual.

b. Dilihat dari daya liputnya, media dibagi dalam : media dengan daya liput luas dan serentak, media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, media untuk pengajaran individual.

c. Dilihat dari bahan pembuatannya, media dibagi dalam: media sederhana dan media kompleks.


(28)

21

Iskandar Agung (2010: 62-63) menjelaskan sejumlah langkah atau tindakan yang dapat dilaksanakan oleh guru terkait dengan penggunaan media pembelajaran yaitu:

a. Mengkaji bentuk-bentuk media pembelajaran

b. Mengkaji segenap hal terkait dengan penggunaan media pembelajaran. c. Merancang dan membahas penggunaan media pembelajaran.

d. Mencari bantuan ahli. e. Menyusun rencana kerja.

2.4 Aktivitas Belajar Siswa dan Peranan Guru

Manusia pada hakikatnya memiliki aktivitas karena adanya tunjangan potensi pada diri. Tanpa adanya aktvitas maka seseorang akan merasa bosan dengan kehidupannya. Aktivitas yang padat terkadang tak memandang siapapun, baik orang yang pengangguran, orang yang bekerja, ataupun siswa. Siswa memiiki aktivitas yang padat di sekolah. Tanpa adanya aktivitas maka tidak ada kegiatan belajar di sekolah.

Seperti halnya yang disampaikan oleh Sardiman (2011: 96) tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Karena aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Berikut akan dijelaskan aktivitas dalam pembelajaran yang dilakukan oleh siswa/anak didik dan tugas dan peranan guru dalam proses belajar-mengajar.


(29)

2.4.1 Aktivitas Siswa

Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan-kegiatan pengajaran. Karena itu, inti prose pengajaran adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan. Jika tidak ada siswa atau peserta didik maka pengajaran tidak dapat berlangsung. Dalam pengajarannya siswa melakukan berbagai aktivitas yang dilakukannya. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oles siswa selama proses pembelajaran.

Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2011: 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut.

1. Visual Activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain;

2. Oral Activities, seperti; menyatakan, merumuskan, bbertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi;

3. Listening Activities, sebagai contoh, mendengarkan; uraian, percakapan diskusi, musik, pidato;

4. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin;

5. Drawing Activities, misalnya; menggambar, membuat grafik, peta, diagram;


(30)

23

6. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain; melakukan percobaan, melakukan konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak;

7. Mental Activities, sebagai contoh misalnya; menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan;

8. Emotional Activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

2.4.2 Peranan dan Tugas Guru

Sardiman (2008: 144-146) secara singkat menjelaskan peranan guru dalam kegiatan belajar-mengajar, yaitu (1) Informator, (2) Organisator, (3) Motivator, (4) Pengaruh/direktor, (5) Inisiator, (6) Transmitter, (7) Fasilitator, (8) Mediator, dan (9) Evaluator. Berikut adalah penjelasan mengenai peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar.

1) Informator

Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. Dalam pada itu berlaku teori komunikasi

a. teoristimulus-respon;

b. teoridissonance-reduction;dan c. teori pendekatan fungsional.


(31)

2) Organisator

Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran, daln lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.

3) Motivator

Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.

4) Pengaruh/direktor

Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. Guru harus juga“handayani”.

5) Inisiator

Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.

6) Transmitter

Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.


(32)

25

7) Fasilitator

Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar-mengajar akan berlangsung secara efektif. 8) Mediator

Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. Mediator juga diartikan penyedia media. Bagaimana cara memakai dan mengorganisasikan penggunaan media.

9) Evaluator

Ada kecenderungan bahwa peran sebagai evaluator guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

2.5 Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi dilalukan untuk meneliti hasil dan proses belajar siswa, utuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu. Evaluasi tidak mungkin dipisahkan dari belajar, maka harus diberikan secara wajar agar tidak merugikan. Usaha belajar yang efektif dan sukses, ditambah oleh evaluasi yang bermutu dan diskriminatif akan mengena pada semua aspek belajar. Evaluasi merupakan bagian mutlak dan pengajaran, dan sebagai unsur integral di dalam organisasi belajar yang wajar. Evaluasi sebagai alat suatu alat untuk mendapatkan cara-cara melaporkan hasil-hasil pelajaran yang dicapai, dan dapat


(33)

memberi laporan tentang siswa itu sendiri, serta orang tuanya. ( Slameto 2010: 51).

Munthe (2009), menyatakan bahwa melakukan evaluasi pembelajaran memiliki banyak fungsi. Di samping fungsi selektif dan penempatan, evaluasi berfungsi lain. Pertama, diagnostis dan remidial, yaitu hasil penilaian digunakan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa, kesulitan-kesulitan siswa, dan sebab musabab kelemahan dan kelebihan siswa, sehingga lebih mudah dicari jalan pemecahannya.

Sebelum dilakukan remidial, seharusnya dilakukan assessment diagnostik. Kedua, evaluasi berfungsi sebagai pengukur peningkatan keberhasilan, yaitu untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program yang telah dilaksanakan, dan sekaligus mencari dasar bagi perbaikan kurikulum dan program pendidikan. Ketiga, evaluasi berfungsi sebagai pendorong/motivator belajar siswa. Keempat, evaluasi berfungsi untuk menentukan tingkat penguasaan kecakapan, pengetahuan, dan sikap siswa, dan meranking siswa berkaitan dengan keseluruhan kelas. Kelima, evaluasi dapat digunakan untuk menilai kualitas pengajaran dan menilai efektivitas mata pelajaran.

Pengembangan alat evaluasi menurut Iskandar Agung (2010: 65) yaitu: 1. Mengidentifikasikan jenis atau bentuk tes sebagai alat evaluasi hasil

belajar siswa atau peserta didik serta kaidah-kaidah penulisan soal. 2. Menentukan waktu evaluasi berupa tes atau ulangan harian, mingguan,

bulanan, cawu dan semester.


(34)

27

ganda, menjodohkan dan benar salah).

4. Menetapkan jenis atau bentuk tes yang telah dipilih.

5. Mengidentifikasiakn permasalahan, hambatan, dan kebutuhan berkenaan dengan penggunaan jenis atau bentuk tes.

6. Menentukan alternatif pemecahan permasalahan, hambatan dam kebutuhan yang dihadapai.

7. Menyusun rencana kerja evaluasi.

2.6 Pengertian Menulis

Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan menulis. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang memiliki peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan keterampilan ini, seorang penulis dapat berkomunikasi secara tidak langsung kepada pembaca untuk menyampaikan pesan, gagasan, keinginan, dan perasaan yang disusun dalam bentuk lisan.

Wiyanto (2004: 1) menyatakan bahwa menulis adalh kegiatan mengugkapkan gaggasan secara tertulis. Orang yang melakukan kegiatan ini dinamakan penulis dan hasil kegiatannya berupa tulisan. Tulisan itu dibuat untuk dibaca orang lain agar gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca. Dengan kata lain, penulis menuangkan gagasan lewat kegiatan menulis dan pembaca menampung gagasan itu dengan cara membaca.

Menulis ialah suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan ini atau muatan


(35)

yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Dengan demikian dalam komunikasi paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat. Penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima. (Suparno, 2009: 1.3).

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 1994: 21). Dalam kegiatan menulis, seseorang dituntut untuk menguasai struktur bahasa dan kosakata. Dengan mengusai hal tersebut seseorang dapat menyusun tulisannya secara sistematis sehingga tulisan mudah dibaca dan dimengerti oleh pembaca.

Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat. Untuk dapat mengungkapkan gagasan secara tersurat, seorang penulis harus dapat menggambarkan bahasa dengan kata-kata padat makna yang dapat digunakan unuk menyampaikan pesan atau informasi kepada pembaca karena menulis bukan hanya melukiskan lambang-lambang grafis semata. Dengan demikian, pesan yang disampaikan penulis melalui tulisannya akan mudah dipahami oleh pembaca (Akhadiah dkk, 1988: 2).

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa


(36)

29

tulis sebagai alat atau medianya. Dalam kegiatan menulis ini terdapat tujuan yaitu menyampaikan suatu pesan atau informasi antara si pemberi informasi (penulis) kepada penerima informasi (pembaca). Pesan tersebut disampaikan melalui sebuah simbol atau lambang bahasa sebagai alat atau medianya. Melalui kegiatan menulis tersebut diharapkan pembaca mampu memahami maksud tulisannya dengan cara membaca deretan simbol atau lambang bahasa yang dituliskan.

2.6.1 Tujuan menulis

Menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan megkomunikasikan makna dalam tataran ganda bersifat interaktif dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu sistem tanda konvesional yang dapat dilihat/dibaca.

Beberapa tujuan menulis adalah Untuk memeberikan suatu informasi Untuk meyakinkan atau mendesak Untuk menghibur atau menyenangkan

Untuk mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat.

Hugo Hartig dalam Tarigan (1986: 24-25) merumuskan tujuan menulis:

a. Tujuan penugasan ,sebenarnya tidak memilki tujuan karena orang yang menulis melakukan nya karena tugas yang diberikan kepadanya

b. Tujuan altruistik,penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca,menghindarkan kedudukan pembaca,ingin menolong pembaca


(37)

memahami,menghargai perasaan dan penalaranya,ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu

c. Tujuan persuasif bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan

d. Tujuan informasional penulis bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca

e. Tujuan pernyataan diri penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan dirinya kepada pembaca

f. Tujuan kreatif penulis bertujuan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik,nilai-nilai kesenian

g. Tujuan pemecahan masalah penulis bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

2.7 Pengertian Puisi

Kata puisi dari bahasa Yunani “poiseis” yang berati penciptaan. Akan tetapi, pengertian ini semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi “hasil seni sastra”, yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat yang tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang kata-kata kiasan (Tarigan, 1984: 4).

Waluyo dalam ( Tiwi Sundari, 2010: 11) menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Puisi merupakan ekspresi pengalaman batin (jiwa) penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalaui media bahasa yang estetik yang secra terpadu dan utuh dipadatkan (Zulfahrun dalam Tiwi Sundari, 2010: 11).


(38)

31

Djojosuroto dalam (Tiwi Sundari, 2010: 11) menyatakan bahwa puisi merupakan gagasan yang dibentuk dengan susunan, penegasan, dan gambaran semua materi dan bagian-bagian yang menjadi komponenya dan merupakan suatu kesatuan yang indah.

Dari beberapa pebdapat di atas, penulis mengacu pada pendapat Zulfahnur yang mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi pengalaman batin (jiwa) penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan.

2.8 Hakikat Puisi

Penulisan puisi dikatakan baik jika di dalamnya terkandunf tujuan hakikat puisi (Wahono dalam Tiwi Sundari, 2010: 13) yaitu:

1. Fungsi Estetik

Estetik artinya indah, jadi puisi harus mengandung unsur keindahan. Tanpa adanya unsur keindahan puisi tidak bisa disebut karya seni. Keindahan tersebut meliputi pengunaan unsur-unsur rima, irama,diksi, dan gaya bahasa. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa khususnya untuk mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetikanya atau efek kepuitisannya. Rima salah satu unsur penting, penggunaan rima yang teratur dalam puisi akan menimbulkan kemerduan bunyi. Rima pada puisi terdapat di akhir baris.

Pengimajian atau pencitraan yaitu gambaran yang jelas melalui kata-kata agar dapat menimbulkan suasana khusus yaitu lebih hidup. Pencitraan dalam puisi dimaksudkan agar puisi yang diciptakan mampu menggambarkan susana batin penyair, pembaca maupun menangkap kesan secara jelas, dan puisi yang


(39)

dihasilkan mampu mencapai kepuitisan. Ide-ide yang masih abstrak diharapkan mampu ditangkap seolah-olah dapt dilihat, didengar, dicium, atau difikirkan. Pilihan kata-kata dapat diartikan kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan. Kata-kata dalam puisi merupakan kata-kata terpilih dan tepat untuk menyampaikan ide serta bunyi yang dibentuk. Kaat tersebut harus sesuai dengan situasi yang dihadapi. Bentuk puisi memang amat padat dibandingkan dengan karya sastra lainnya. Yang dimaksud padat yaitu puisi hanya mengungkapkan masalahnya saja. Mengungkapkan sesuatu dengan kata-kata yang tersusun merupakan kata-kata yang terpilih yang mampu mengungkapkan gagasan yang sebenarnya panjang. Dengan kata lain puisi mengandung sedikit kata tetapi mengandung banyak hal.

2. Ekspresi Tidak Langsung

Sebuah puisi berisi gagasan pengarang secara tidak langsung. Pengarang banyak mengunakan kata-kata kiasan untuk menyampaikan ucapan secara tidak langsung. Puisi merupakan ungkapan hati penagarng yang dituangkan megenai apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan ke dalam bahasa yang padat dan singkat. Ungkapan perasaan tersebut bisa berdasarkan pengalaman, peristiwa yang pernah dialami, tanggapan terhadap suatu objek, keindahan alam, dan sebagainya.

3. Jenis-Jenis Puisi

Husnan dalam (Tiwi Sundari, 2010: 10) menyatakan bahwa puisi dibedakan atas dua golongan, yaitu puisi lama dan puisi baru. Berikut ini adalah pemaparan mengenai puisi lama dan puisi baru.


(40)

33

a. Puisi lama : (a) bersifat statis dan terikat; (bentuk dan sajak tetap, terikat tidak berubah), (b) isinya bersifat didaktis dan religius, (c) kalimat -kalimatnya penuh dengan kata-kata piihan kata-kata lama atau kata-kata sukar, bahasa klise yang lebih diutamakan daripada isinya, dan (d) merupakan kepandaian/hasil bersama, mengutamakan kegotong-royongnan, bukan perseorangan ( karena itu“anonym”).

b. Puisi baru : (a) bersifat dinamis (bebas baik bentuk maupun isi), (b) isinya bersifat individualistis ekspresionistis (cetusan jiwa yang bebas, lepas), (c) kalimat-kalimatnya singkat, padat, isi lebih penting daripada bahasa, dan (d) nama pengarang disebutkan.

Ciri-ciri puisi baru yaitu:

a. Tidak terikat oleh jumla suku kata ( jumlah suku kaat pada tiap baris tidak tentu).

b. Tidak terikat olrh sajak ( ada yang bersajak sama, sajak silang, sajak peluk, sajak kembar, dan sebgainya, bahkan ada yang bersajak patah). c. Isinya berupa pengucapan pribadi.

Pada pembahasan ini, peneliti hanya mengacu pada sajak bebas. Sajak bebas ialah suatu bentuk sajak yang tidak dapat di beri nama dengan nama-nama yang sudah tertentu dalam bentuk-bentuk puisi lama, karena tidak terikat oleh: a. Bentuk (jumlah baris)

b. Jumlah suku kata dalam tiap baris c. Sajak.

Dalam sajak bebas yang terpenting adalah isi, sebagai ekspresi bebas dari jiwanya, dari pengungkapan rasa pribadinya, jiwa sastrawan/seniman yang


(41)

ingin bebas dalam mencurahkan perasaan, pikiran, kehendak, dan cita-citanya ( individualisme ) tidak mau dikekang oleh norma-norma lama, dan tidak ngin dibatasi oleh ketentuan yang mengikat.

2.9 Pembelajaran Apresiasi Sastra

Sardiman (2011: 21) menyatakan bahwa belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyang. Belajar sastra adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu mengenai sastra. Belajar sastra bukan hanya pandai memahami tentang hakikat sastra, melainkan mampu mengapresiasi karya sastra tersebut.

Suprapto (1993: 13) menyatakan bahwa apresiasi sastra berarti suatu kegiatan memahami, mengahayati, dan menikmati karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga timbul pengertian, penghargaan, dan kepekaan pikiran kritis terhadap karya sastra tersebut. Sehingga siswa perlu memperoleh pemahaman bagaimana mengapresiasi karya sastra. Pembelajaran apresiasi sastra pada dasarnya bertujuan agar siswa memiliki penilaian terhadap suatu karya sastra khususnya dongeng. Dengan mempelajari karya sastra khususnya dongeng siswa diharapkan memiliki penghargaan lebih terhadap karya tersebut.

Proses pengapresiasian karya sastra khususnya pada unsur intrinsik karya sastra, mampu memberikan pemahaman tentang bagaimana cara pengarang menyampaikan maksud, sikap, dan penilaian terhadap cerita. Karena itu, guru diharapkan mampu memilih metode dan media yang sesuai dan mendukung


(42)

35

dalam pembeelajarn menulis puisi sebagai proses pengapresiasian tersebut demi terciptanya tujuan pembelajaran sastra di sekolah.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskritif kualitatif. Penelitian deskritif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, atau hal hal lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Metode ini digunakan sesuai dengan tujuan yaitu untuk mendeskrifsikan pembelajaran menulis puisi siswa SMP kelas VIII.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII SMP PGRI Pejambon Kec. Negerikaton Kab. Pesawaran tahun Pelajaran 2012/2013. Pembelajaran yang dimaksudkan pada penelitian difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran (aktivitas guru dalam mengajar dan aktivitas siswa dalam belajar).


(44)

37

3.3 Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik dalam penelitian ini yaitu Melakukan pengamatan terhadap tampilan guru menganjar dan siswa belajar.

Table 3.1 Instrumen Proses Pembelajaran oleh Guru

No Indikator Sub Indikator Deskriptor

1. Kegiatan

Prapembelajaran

Mempersiapkan siswa untuk belajar

Kesiapan siswa, antara lain mencakup kehadiran, kerapian, ketertiban, dan perlengkapan pelajaran Melakukan

kegiatan apersepsi

Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman siswa atau pembelajaran sebelumnya (termasuk kemampuan prasyarat), mengajukan pertanyaan menantang, menyampaikan manfaat materi pembelajaran, dan mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan

pembelajaran 2 Kegiatan inti

pembelajaran a. Penguasaan

Materi pelajaran Menunjukan penguasaan materi

pembelajaran

Memperlihatkan tingkat kebenaran dan keakuratan subtansi (materi, isi) pembelajaran yang dibahas

Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relavan.

Menghubungkan materi yang disampaikan dengan bidang studi lain yang relevan. Misalnya, mengaitkan peristiwa bahasa dengan


(45)

teknologi komunikasi. Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa

Materi disajikan sesuai dengan alur piki siswa dan tahapan yang dapat

dimengerti.

Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan

Realitas kehidupan antara lain mencakup mata pencaharian pendidik, keadaan geografi, adat istiadat, dan sebagainya

b. Pendekatan/ strategi pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa

Pembelajaran sesuai dengan jenis kompetensi (tujuan). Misalnya, kegiatan untuk penguasaan keterampilan adalah berlatih, dan kegiatan unuk penguasaan sikap/nilai adalah penghayatan.

Melaksanakan pembelajaran secara runtut

Metode da meteri dipaparkan secara sistematis, sesuai dengan konteks,

memerhatikan prasyarat, dan kemampuan berpikir siswa Mengauasai kelas Guru dapat mengendalikan

pembelajaran, perhatian siswa terfokus pada

pelajaran, dan disiplin kelas terpelihara

Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual

Kontekstual merujuk pada tuntutan situasi dan

lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Guru

mengupayakan agar materi pelajaran dan kegiatan belajar yang dilakukan siswa


(46)

39

memiliki manfaat (nilai fungsional) dalam kehidupan sehari-hari Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (nurturant effect)

Kebiasaan positif antara lain dapat berbentuk kerja sama, tanggung jawab, disiplin, dan berpikir kritis Melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu yang direncanakan

Guru menilai dan mengakhiri tahap-tahap pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan.

c. Pemanfaatan sumber/media pembelajaran

Menggunakan media secara efektif dan efesien

Terampilan memanfaatkan lingkungan dan sumber belajar lainnya secara efektif dan efesien (mencapai target dan sesuai dengan alokasi waktu yang ditetapkan). Terampil

mengoperasikanmedia pembelajaran, misalnya mengoperasikan dengan benar dan lancer media OHP, tape recorder, chart, peta, atau LCD.

Menghasilkan pesan yang menarik

Media yang digunakan berhasil memusatkan perhatian siswa sehingga pesan dapat ditangkap dengan jelas

Melibatkan siswa dalam

pemanfaatan media

Siswa dilibatkan dalam kegiatan pembuatan dan/atau pemanfaatan sumber

belajar/media pembelajaran yang autentik, termasuk sumber belajar yang tersedia di perpustakaan, misalnya siswa membuat,


(47)

memodifikasi,

mendemonstrasikan. Dan menggunakan media d. Pembelajaran yang

memicu dan memelihara keterlibatan siswa Menumbuhkan partisipasi aktif dalam pembelajaran

Melakukan kegiatan yang memancung keaktifan siswa, baik secara mental,

emosianal, maupun fisik dengan guru, teman, atau sumber belajar. Misalnya, membuka kesempatan siswa untuk berdiskusi kelompok, meminta siswa lain untuk menanggapi pendapat teman, atau mengondisikan siswa memanipulasi sumber (objek) belajar secara langsung

Menunjukan sikap terbuka terhadap respons siswa

Menghargai pendapat siswa, mengakui kebenaran

pendapat siswa, dan

mengakui keterbatasan diri. Menumbuhkan

keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar

Siswa tampak senang dan bersemangat mengikuti pembelajaran.

e. Penilaian proses dan hasil selama poses Memantau kemajuan belajar siswa selama poses Mengajukan pertanyaan/tugas yang berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai selama proses pembelajaran. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan). Mengajukan pertanyaan/tugas yang berkaitan dengan komptensi yang akan dicapai pada akhir pembelajaran, termasuk asesmen autentik. f. Penggunaan bahasa Menggunakan

bahasa lisan dan tulis secara jelas,

Bahasa lisan yang mudah dipahami dan tidak


(48)

41

baik, dan benar a/ salah tafsir. Struktur kalimat, frasa, kosakata, dan ejaan dalam bahasa tulis yang terdapat di papan tulis, media, dan LKS bak dan benar.

Menyampaikan pesan gaya yang sesuai

Ekspresi wajah, intonasi suara, serta gerakan tubuh sesuai dengan pesan yang disampaikan dan menarik 3 Kegiatan Penutup Melakukan reflesi

atau membuat rangkuman dengan

melibatkan siswa

Mengajakan siswa untu mengungat kembali hal-hal penting yang terjadi dalam kegiatan yang sudah berlangsung, misalnya dengan mengajukan pertanyaan tentang proses, materi, dan kejadian lainnya. Memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, misalnya dengan mengajukan pertanyaan menutun agar siswa dapat merumuskan rangkuman yang benar.

Melaksanakan tindak lanjut memberikan arahan, kegiatan, atau tugas sebagai bagian

remidi/pengayaan .

Memberikan kegiatan/tugas khusus bagi siswa yang belum mencapai kompetensi, misalnya dalam bentuk latihan dan/atau bantuan belajar. Memberikan kegiatan/tugas khusus bagi siswa yang berkemampuan lebih, misalnya dalam bentuk latihan dan/atau bantuan belajar,


(49)

Table 3.2 Lembar Observasi Siswa

No. Indikator Deskripsi Penilaian

1. Aktivitas Lisan Siswa menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi. 2. Aktivitas

Mendengarkan

Siswa mendengarkan; uraian, percakapan diskusi, pidato dan music.

3. Aktivitas Menulis Siswa mwnulis cerita, karangan, laporan, angkert dan menyalin.

3 Aktivitas Mental Siswa menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

4 Aktivitas Emosi Siswa menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,bergairah, berani, tenang dan gugup.

3.4 Teknik Analisis Data

Tekhnik yang yang digunakan penulis dalam menganalisis data adalah sebagai berikut.

1. Mengamati dengan seksama seluruh aktivitas mengajar guru dan aktiviras belajar siswa di kelas,

2. Menganalisis proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa dengan menggunakan instrumen proses pelaksanaan pembelajaran oleh guru dan observasi siswa,


(50)

43

3. Mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dianalisis pada instrumen pelaksaan pembelajaran.


(51)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di SMP PGRI Pejambon Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VIII yakni pada pelaksanaan pembelajaran menulis puisi meliputi :

1. Aktivitas Guru dalam Mengajar

Aktivitas guru dalam mengajar dapat di lihat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia selama pembelajaran berlangsung. Guru sudah melakukan tahapan-tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran berdasarkan intrumen proses pembelajaran oleh guru yang terdapat pada indikator pelaksanaan pembelajaran yang terdiri atas kegiatal awal pembelajara, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup. Semua sudah guru laksanakan dengan baik. Namun, ada beberapa kegiatan yang tidak dilakukan guru secara maksimal. Misalnya, pada saat kegiatan kegiatan awal pembelajara guru sudah melakukan pembukaan dengan baik, akan tetapi guru di sini tidak melakukan kegiatan apresepsi. Setelah melakukan pembukan guru langsung ke materi puisi tanpa melakukan apresepsi. Pada kegiatan inti guru sudah melakukannya tetapi, pada penggunaan media guru kurang memanfaatkan media lain sehingga tidak semua siswa merasa tertarik dengan media yang digunakan oleh guru maka dari itu, hanya beberapa siswa yang mengerti dengan penjelasan guru. Pada kegiatan penutup guru sudah melakukannya dengan baik seperti melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa dan melakukan tindak lanjut dengan


(52)

85

memberikan arahan, kegiatan atau tugas yang bisa dilakukan di rumah untuk melatih siswa dalam menulis puisi.

2. Aktivitas Siswa dalam Belajar

Proses pelaksanaan pembelajaran oleh siswa yakni aktivitas siswa. Siswa dituntut untuk melakukan : aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosi. Berdasarkan hasil penelitian siswa sudah melakukan perannya sebagai peserta didik. Namun, dalam kegiatan menyimak dan mendengarkan siswa kurang begitu memperhatian apa yang telah guru jelaskan di depan kelas melainkan ada beberapa siswa yang sibuk dengan kegiatannya sendiri seprti bersenda gurau dengan teman sebangkunya sehingga siswa tersebut kurang mengerti apa yang sudah dijelaskan oleh guru saat guru bertanya kepada siswa tersebut. Untuk aktivitas yang lain seperti aktivitas menulis,aktivitas mental dan aktivitas emosi siswa sudah melakukan dengan baik.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti mengemukakan saran kepada guru bahasa Indonesia sebagai berikut.

1. Sebaiknya guru menggunakan media dalam pembelajaran agar tercapainya pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah tertera dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan menmarik minat siswa dalam belajar.

2. Sebaiknya guru menutup pembelajaran dengan membuat kesimpulan tentang materi yang sudah diajarkan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar.

3. Dan sebaiknya guru memberikan tugas kepada siswa agar siswa dapat belajar tentang materi yang telah diajarkan di sekolah.


(53)

Daftar Pustaka

Agung, Iskandar. 2010. Meningkatkan kreativitas Pembelajaran bagi Guru. Bestari Buana Murni. Jakarta Timur.

Akhadiah, Sabarti. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia . Jakarta: Erlangga.

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional. Sinar Grafika: Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyasa. 2012. Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung

Munthe, Bermawy. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Sardiman, A.M., 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Rineka Cipta. 2010.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekan Kuantataif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suliani. Ni Nyoman Wetty.2004. Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandar Lampung:


(54)

Suliani. Ni Nyoman Wetty.2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Suparno, dkk,. 2009. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan Indonesia.

Soejipto. Kosasi, Raflis. 2009. Profesi Keguruan. Rineka Cipta. Jakarta.

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandarlampung: Univeritas Lampung.

Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.


(1)

Table 3.2 Lembar Observasi Siswa

No. Indikator Deskripsi Penilaian

1. Aktivitas Lisan Siswa menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi. 2. Aktivitas

Mendengarkan

Siswa mendengarkan; uraian, percakapan diskusi, pidato dan music.

3. Aktivitas Menulis Siswa mwnulis cerita, karangan, laporan, angkert dan menyalin.

3 Aktivitas Mental Siswa menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

4 Aktivitas Emosi Siswa menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,bergairah, berani, tenang dan gugup.

3.4 Teknik Analisis Data

Tekhnik yang yang digunakan penulis dalam menganalisis data adalah sebagai berikut.

1. Mengamati dengan seksama seluruh aktivitas mengajar guru dan aktiviras belajar siswa di kelas,

2. Menganalisis proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa dengan menggunakan instrumen proses pelaksanaan pembelajaran oleh guru dan observasi siswa,


(2)

43

3. Mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dianalisis pada instrumen pelaksaan pembelajaran.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di SMP PGRI Pejambon Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis puisi pada siswa kelas VIII yakni pada pelaksanaan pembelajaran menulis puisi meliputi :

1. Aktivitas Guru dalam Mengajar

Aktivitas guru dalam mengajar dapat di lihat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia selama pembelajaran berlangsung. Guru sudah melakukan tahapan-tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran berdasarkan intrumen proses pembelajaran oleh guru yang terdapat pada indikator pelaksanaan pembelajaran yang terdiri atas kegiatal awal pembelajara, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup. Semua sudah guru laksanakan dengan baik. Namun, ada beberapa kegiatan yang tidak dilakukan guru secara maksimal. Misalnya, pada saat kegiatan kegiatan awal pembelajara guru sudah melakukan pembukaan dengan baik, akan tetapi guru di sini tidak melakukan kegiatan apresepsi. Setelah melakukan pembukan guru langsung ke materi puisi tanpa melakukan apresepsi. Pada kegiatan inti guru sudah melakukannya tetapi, pada penggunaan media guru kurang memanfaatkan media lain sehingga tidak semua siswa merasa tertarik dengan media yang digunakan oleh guru maka dari itu, hanya beberapa siswa yang mengerti dengan penjelasan guru. Pada kegiatan penutup guru sudah melakukannya dengan baik seperti melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa dan melakukan tindak lanjut dengan


(4)

85

memberikan arahan, kegiatan atau tugas yang bisa dilakukan di rumah untuk melatih siswa dalam menulis puisi.

2. Aktivitas Siswa dalam Belajar

Proses pelaksanaan pembelajaran oleh siswa yakni aktivitas siswa. Siswa dituntut untuk melakukan : aktivitas lisan, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosi. Berdasarkan hasil penelitian siswa sudah melakukan perannya sebagai peserta didik. Namun, dalam kegiatan menyimak dan mendengarkan siswa kurang begitu memperhatian apa yang telah guru jelaskan di depan kelas melainkan ada beberapa siswa yang sibuk dengan kegiatannya sendiri seprti bersenda gurau dengan teman sebangkunya sehingga siswa tersebut kurang mengerti apa yang sudah dijelaskan oleh guru saat guru bertanya kepada siswa tersebut. Untuk aktivitas yang lain seperti aktivitas menulis,aktivitas mental dan aktivitas emosi siswa sudah melakukan dengan baik.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti mengemukakan saran kepada guru bahasa Indonesia sebagai berikut.

1. Sebaiknya guru menggunakan media dalam pembelajaran agar tercapainya pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah tertera dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan menmarik minat siswa dalam belajar.

2. Sebaiknya guru menutup pembelajaran dengan membuat kesimpulan tentang materi yang sudah diajarkan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar.

3. Dan sebaiknya guru memberikan tugas kepada siswa agar siswa dapat belajar tentang materi yang telah diajarkan di sekolah.


(5)

Daftar Pustaka

Agung, Iskandar. 2010. Meningkatkan kreativitas Pembelajaran bagi Guru. Bestari Buana Murni. Jakarta Timur.

Akhadiah, Sabarti. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia . Jakarta: Erlangga.

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional. Sinar Grafika: Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyasa. 2012. Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung

Munthe, Bermawy. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Sardiman, A.M., 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Rineka Cipta. 2010.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekan Kuantataif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suliani. Ni Nyoman Wetty.2004. Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandar Lampung:


(6)

Suliani. Ni Nyoman Wetty.2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Suparno, dkk,. 2009. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka, Departemen Pendidikan Indonesia.

Soejipto. Kosasi, Raflis. 2009. Profesi Keguruan. Rineka Cipta. Jakarta.

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Universitas Lampung. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandarlampung: Univeritas Lampung.

Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.