PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMP TRIMULYA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Pemanfaatan

Media Lingkungan Sekolah pada Siswa Kelas VIII SMP Trimulya

Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013

Oleh

SRI PUJI LESTARI

(Penelitian Tindakan Kelas)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2013


(2)

i ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA

KELAS VIII SMP TRIMULYA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh Sri Puji Lestari

Penelitian ini membahas masalah kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIII SMP Trimulya semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan proses dan hasil belajar yakni kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIII SMP Trimulya semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Sebagai sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Trimulya tahun pelajaran 2012/2013. Untuk memperoleh data kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII SMP Trimulya dilakukan tes kemampuan menulis puisi berdasarkan pengamatan terhadap objek atau benda di lingkungan sekolah. Sedangkan untuk memperoleh data aktivitas belajar guru dan siswa diperoleh


(3)

ii

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus 1 dilaksanakan pada 12 April 2013, sedangkan siklus 2 dilaksanakan pada 10 Mei 2013. Pada siklus 1 penulisan puisi dilakukan di dalam kelas setelah melakukan pengamatan terhadap objek di luar kelas, sedangkan pada siklus 2 penulisan puisi dilakukan di luar kelas yaitu pada saat siswa sedang mengamati objek.

Berdasarkan analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi mengalami peningkatan. Pada siklus 1 kemampuan menulis puisi mencapai rata-rata 62 dengan klasifikasi cukup atau meningkat sebesar 4%. Pada siklus 2 kemampuan menulis puisi mencapai rata-rata 74 dengan klasifikasi cukup atau meningkat sebesar 12%. Pada siklus 2 siswa yang memperoleh nilai ketuntasan mencapai 28 siswa atau 93,33%.


(4)

(5)

(6)

(7)

xv DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... iii

PERSETUJUAN ... iv

PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

MOTTO ... vii

RIWAYAT HIDUP ... viii

PERSEMBAHAN ... x

SANWACANA ... xii

DAFTAR ISI ... xv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan ... 7

2.2 Menulis ... 7

2.2.1 Pengertian Menulis ... 7

2.2.2 Tujuan Menulis ... 9

2.2.3 Manfaat Menulis ... 10

2.3 Puisi ... 11

2.3.1 Pengertian Puisi ... 11

2.3.2 Unsur-Unsur Puisi ... 12

2.3.2.1Stuktur Fisik Puisi ... 12

2.3.2.2Struktur Batin Puisi ... 15

2.3.3 Bentuk-Bentuk Puisi ... 16


(8)

xvi

Sekolah ... 17

2.3.4.1 Menulis Puisi dengan Menggunakan Diksi Berdasarkan Maknanya ... 18

2.3.4.2 Menulis Puisi dengan Pilihan Kata Berdasarkan Komposisi Bunyi dalam Rima ... 20

2.4 Media ... 21

2.4.1Pengertian Media ... 21

2.4.2Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan ... 22

2.4.3Pemilihan Media ... 24

2.5 Lingkungan ... 26

2.5.1 Pengertian Lingkungan ... 26

2.5.2 Lingkungan Sekolah ... 26

2.6 Aktivitas Belajar ... 28

2.61 Perlunya Aktivitas dalam Belajar ... 28

2.6.2 Jenis-Jenis Aktivitas dalam Belajar ... 28

2.6.3 Aktivitas Guru ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 32

3.2 Setting / Latar Penelitian ... 33

3.2.1 Tempat Penelitian ... 33

3.2.2 Waktu Penelitian ... 33

3.3 Subjek Penelitian ... 34

3.4 Indikator Kinerja ... 34

3.5 Data dan Sumber Data ... 34

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.7 Instrumen Penelitian ... 35

3.7.1Instrumen Kemampuan Menulis Puisi ... 35

3.7.2Instrumen Aktivitas Kegiatan Siswa ... 37

3.7.3Instrumen Aktivitas Kegiatan Guru ... 38

3.8 Teknik Analisis Data ... 40

3.9 Prosedur Penelitian ... 41

3.9.1 Perencanaan ... 42

3.9.2 Pelaksanaan ... 42

3.9.3 Observasi ... 44

3.9.4 Refleksi ... 45

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 46

4.2 Pembahasan ... 48

4.2.1 Siklus 1 ... 49


(9)

xvii

4.2.1.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Siklus 1 ... 55

4.2.1.3.2 Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 55

4.2.1.3.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 56

4.2.1.4 Hasil Pembelajaran Siklus 1 ... 57

4.2.1.5Kemampuan Menulis Puisi Melalui Pemanfaatan Media Lingkungan Sekolah Peraspek Siklus 1 ... 59

1)Kemampuan Menulis Puisi Aspek Judul Siklus 1 ... 59

2)Kemampuan Menulis Puisi Aspek Tema Siklus 1 ... 61

3)Kemampuan Menulis Puisi Aspek Amanat Siklus 1 ... 62

4)Kemampuan Menulis Puisi Aspek Diksi Siklus 1 ... 64

5)Kemampuan Menulis Puisi Aspek Rima Siklus 1 ... 66

4.2.1.6Observasi ... 69

4.2.1.7Refleksi ... ... 70

4.2.2 Siklus 2 ... 71

4.2.2.1Perencanaan ... 71

4.2.2.2Pelaksanaan ... 72

1) Pertemuan Pertama ... 72

2) Pertemuan Kedua ... 77

4.2.2.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus 2 ... 78

4.2.2.3.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 78

4.2.2.3.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 80

4.2.2.4Hasil Pembelajaran Siklus 2 ... 81

4.2.2.5Kemampuan Menulis Puisi Melalui Pemanfaatan Media Lingkungan Sekolah Peraspek Siklus 2 ... 82

1) Kemampuan Menulis Puisi Aspek Judul Siklus 2 ... 82

2) Kemampuan Menulis Puisi Aspek Tema Siklus 2 ... 84

3) Kemampuan Menulis Puisi Aspek Amanat Siklus 2 ... 86

4) Kemampuan Menulis Puisi Aspek Diksi Siklus 2 ... 88

5) Kemampuan Menulis Puisi Aspek Rima Siklus 2 ... 90

4.2.2.6Observasi ... 93

4.2.2.7Refleksi ... 94

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 96

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya ada empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki setiap siswa sebagai hasil belajar. Keempat jenis keterampilan tersebut yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek ini dalam penggunaannya sebagai alat komunikasi tidak pernah dapat berdiri sendiri, satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan (Dalman, 2012:1-2). Lebih lanjut Dalman mengemukakan bahwa kegiatan menulis merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami oleh siswa.

Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisan serta menuangkannya dalam ragam bahasa tulis (Dalman, 2012:2). Hal senada diungkapkan pula oleh Supriadi (dalam Dalman, 2012:5) yang menyatakan bahwa menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat). Dalam hal ini, menulis merupakan proses penyampaian informasi secara tertulis berupa hasil kreativitas penulisnya dengan menggunakan cara berpikir yang kreatif, tidak monoton, dan tidak terpusat pada satu pemecahan masalah saja. Dengan demikian, penulis dapat menghasilkan berbagai bentuk dan warna tulisan


(11)

secara kreatif sesuai dengan tujuan dan sasaran tulisannya. Keterampilan menulis termasuk ke dalam jenis keterampilan aktif, karena penulis aktif mengolah pesan (informasi) yang ingin disampaikan kepada pembaca. Keterampilan ini relatif sulit karena melibatkan olah pikir, pilihan kata, susunan bahasa, dan gaya penulisan sehingga tidak terjadi mis komunikasi antara penulis dan pembaca.

Keterampilan menulis, khususnya menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai, harus dikuasai oleh siswa tingkat SMP. Hal ini sesuai dengan standar kompetensi menulis yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP 2006, yaitu standar kompetensi 16. ‘Mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas’, dengan kompetensi

dasar 16.1 ‘Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai’.

Kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII SMP Trimulya pada prasiklus masih rendah. Rendahnya kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIII SMP Trimulya dapat diketahui dari nilai rata-rata uji kompetensi menulis puisi yang masih di bawah KKM yang telah ditentukan yakni 65. Uji kompetensi menulis puisi dilakukan pada saat pembelajaran menulis puisi dengan cara menyuruh siswa menulis puisi berdasarkan imajinasi siswa. Setelah dilakukan evaluasi, ternyata hasil tulisan siswa sangat jauh dari harapan. Hanya terdapat 6 siswa (20%) dari 30 jumlah keseluruhan siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM. Siswa tidak dapat menuangkan gagasannya sehingga siswa tidak dapat menghasilkan tulisan puisi. Setelah penulis melakukan refleksi, penulis menyimpulkan bahwa rendahnya kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIII


(12)

SMP Trimulya tahun pelajaran 2012/2013 disebabkan guru tidak memberikan stimulus pada saat siswa disuruh untuk menulis puisi sehingga siswa tidak dapat merespon apa yang akan ditulis dalam puisinya. Siswa kesulitan menuangkan gagasannya karena siswa tidak dapat menumbuhkan imajinasinya tanpa adanya sesuatu atau benda yang dapat merangsang imajinasi siswa tersebut.

Sanjaya (2009:37) mengemukakan bahwa variasi stimulus adalah keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak membosankan, sehingga siswa menunjukkan sikap antusias dan ketekunan, penuh gairah, dan berpartisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran. Menurut Sanjaya, ada tiga jenis variasi stimulus yang dapat dilakukan guru, salah satunya adalah variasi dalam menggunakan media atau alat bantu pembelajaran. Sanjaya juga berpendapat bahwa untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa. Salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi adalah dengan membangkitkan minat siswa dan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.

Dalam proses belajar mengajar, media merupakan bagian yang tak terpisahkan demi tercapainya tujuan pendidikan (Arsyad, 2011: 2). Media adalah segala sesuatu yang dapat diindera yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi atau proses belajar mengajar (Rohani, 1997:3). Arsyad juga mengemukakan bahwa salah satu fungsi utama media adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru (2011:15). Secara rinci, seorang ahli


(13)

mengemukakan bahwa pemakaian media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi belajar, menyediakan stimulus belajar, dan membangkitkan respon peserta didik (DerekRowntree dalam Rohani, 1997: 7-8).

Lingkungan sekolah merupakan salah satu media menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2011:3). Lingkungan sekolah merupakan media yang dapat digunakan untuk menstimulus siswa dalam pembelajaran menulis puisi karena di lingkungan sekolah terdapat berbagai macam objek yang dapat diamati oleh siswa. Lingkungan sekolah juga merupakan hal yang tidak asing bagi siswa karena hampir setiap hari siswa bertemu atau melihatnya. Dengan demikian, siswa akan dapat merespon apa yang akan ditulis dan daya imajinasi siswa akan tumbuh sehingga siswa dapat menuangkannya ke dalam tulisan puisi. Media ini relatif praktis bagi guru karena media ini tidak perlu dipersiapkan dari rumah. Guru hanya mengajak siswa keluar kelas dan mengamati objek secara langsung di lingkungan sekolah. Selain praktis, media ini juga relatif ekonomis dan menyenangkan karena dengan memanfaatkan media ini guru tidak perlu mengeluarkan biaya dan siswa akan merasa senang sehingga siswa lebih semangat mengikuti pembelajaran karena selama ini siswa hanya belajar di dalam ruangan saja.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan memanfatkan media lingkungan sekolah untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIII SMP Trimulya tahun pelajaran 2012/2013.


(14)

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang dapat penulis identifikasi adalah bahwa siswa kelas VIII SMP Trimulya merasa kesulitan untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk puisi. Hal ini disebabkan oleh faktor guru yang tidak memberikan stimulus pada siswa sehingga siswa tidak dapat merespon apa yang akan ditulis. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat memilih media pembelajaran yang dapat memberikan stimulus pada siswa sehingga daya imajinasi siswa akan tumbuh dan siswa dapat menuangkan imajinasinya tersebut ke dalam tulisan puisi.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang dapat penulis rumuskan adalah sebagai berikut. “Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis puisi melalui pemanfatan media lingkungan sekolah pada siswa kelas VIII SMP Trimulya semester genap tahun pelajaran 2012/2013 ?”

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran dan kemampuan menulis puisi di kelas VIII SMP Trimulya pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.


(15)

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut.

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan meneliti hal yang sama (pembelajaran menulis puisi).

b. Dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru di sekolah lain dalam mengajarkan materi menulis puisi yang lebih efektif dan efisien. 2. Manfaat Praktis

1) Bagi Siswa

Dengan digunakannya media lingkungan sekolah dalam pembelajaran menulis puisi, kemampuan menulis siswa khususnya menulis puisi menjadi lebih meningkat.

2) Bagi Guru

a) Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis khususnya menulis puisi pada siswa kelas VIII SMP Trimulya.

b) Meningkatkan kreativitas guru dalam pemilihan media yang tepat untuk pembelajaran menulis puisi.


(16)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kemampuan

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Depdiknas, 2007:707). Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia berarti ada indikasi bahwa manusia mampu menyimpan dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang pernah dialami (Ahmadi, 1998: 70).

Berdasarkan kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan yang dimiliki seorang siswa untuk mengingat, menyimpan, dan menimbulkan kembali dari sesuatu yang diamatinya. Melalui pengamatannya, siswa diharapkan mampu mengingat dan menuangkan kembali objek yang diamati ke dalam bentuk tulisan puisi.

2.2 Menulis

2.2.1 Pengertian Menulis

Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Dalman, 2012:3). Semi (1990:8) menyatakan bahwa menulis atau mengarang merupakan pemindahan pikiran atau perasaan dalam


(17)

bentuk lambang-lambang bahasa. Lambang-lambang bahasa ini berbentuk tulisan yang berisi pesan atau gagasan penulis agar bisa dipahami pembaca. Suparno dan Yunus (2008:1.3) mendefinisikan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Sedangkan Supriadi (dalam Dalman, 2012:5) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir

divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat). Dalam hal ini, menulis merupakan proses penyampaian informasi secara tertulis berupa hasil kreativitas penulisnya dengan menggunakan cara berpikir yang kreatif, tidak monoton, dan tidak terpusat pada satu pemecahan masalah saja. Dengan demikian, penulis dapat menghasilkan berbagai bentuk dan warna tulisan secara kreatif sesuai dengan tujuan dan sasaran tulisannya. Sementara itu, Tarigan (2005:21) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menghasilkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut dan dapat memahami bahasa dan lambang grafis tersebut.

Dari uraian di atas, penulis mengacu pada pendapat Supriadi yang mengatakan bahwa menulis adalah proses penyampaian informasi secara tertulis berupa hasil kreativitas penulisnya dengan menggunakan cara berpikir yang kreatif. Dengan penelitian ini diharapkan siswa mampu menyampaikan informasi secara tertulis berupa hasil kreativitasnya yaitu tulisan puisi berdasarkan hasil pengamatannya terhadap objek di lingkungan sekolah.


(18)

2.2.2 Tujuan Menulis

Dalman (2012:3), dalam bukunya yang berjudul Keterampilan Menulis

menyatakan bahwa menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis dalam tujuan, misalnya memberitahu, meyakinkan, atau menghibur. Dalman, (2012:13-14) juga mengemukakan bahwa ditinjau dari sudut kepentingan pengarang, menulis memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut.

1. Tujuan Penugasan

Pada umumnya, menulis sebuah karangan dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru atau sebuah lembaga. Bentuk tulisan ini biasanya berupa makalah, laporan, ataupun karangan bebas.

2. Tujuan Estetis

Pada umumnya, menulis dengan tujuan ini adalah untuk menciptakan sebuah keindahan dalam sebuah puisi, cerpen, maupun novel. Kemampuan penulis dalam memprmainkan kata sangat dibutuhkan dalam tulisan yang memiliki tujuan estetis.

3. Tujuan Penerangan

Tujuan utama penulis membuat tulisan dengan tujuan penerangan adalah untuk memberi informasi kepada pembaca.

4. Tujuan Pernyataan Diri

Menulis dengan tujuan pernyataan diri merupakan tulisan yang mempunyai tujuan penulis menyatakan diri. Bentuk tulisan ini misalnya surat perjanjian dan surat pernyataan.


(19)

Menulis sebenarnya selalu berhubungan dengan proses kreatif, terutama dalam menulis karya sastra. Anda harus menggunakan daya imajinasi secara maksimal ketika mengembangkan tulisan, mulai dalam mengembangkan penokohan, melukiskan setting, maupun yang lain.

Dengan penelitian ini diharapkan siswa dapat memberitahukan atau menginformasikan, meyakinkan, dan mengungkapkan perasaan dan emosinya tentang objek yang diamati dalam bentuk puisi.

2.2.3 Manfaat Menulis

Beberapa manfaat menulis seperti yang dikemukakan oleh Dalman (2012:6) adalah sebagai berikut.

1. Peningkatan kecerdasan.

2. Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas. 3. Penumbuhan keberanian.

4. Pendorongan kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Selain yang telah disebutkan di atas, Dalman juga mengemukakan tentang manfaat menulis yaitu

1. Dengan menulis kita dapat lebih menggali kemampuan dan potensi diri kita;


(20)

3. Dengan mengembangkan berbagai gagasan penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan serta membandingkan fakta-fakta yang mungkin tidak kita lakukan kalau kita tidak menulis;

4. Kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis;

5. Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkanya secara tersirat, melalui tulisan kita dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri secara objektif; dan

6. Dengan menulis di atas kertas kita akan lebih mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret (Dalman, 2012:vii).

2.3 Puisi

Berdasarkan bentuknya, sastra terbagi atas empat bagian (Kosasih, 2012:3). Salah satu bagian sastra tersebut adalah puisi.

2.3.1 Pengertian Puisi

Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna (Kosasih, 2012:97). Lebih lanjut, Kosasih mengungkapkan bahwa keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa. Sementara itu, Tim Abdi Guru (2008:98) mengemukakan bahwa puisi adalah salah satu bentuk karya


(21)

sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan penataan bunyi, irama, dan makna khusus.

Berdasarkan pendapat tentang puisi di atas, penulis mengacu pada pendapat Kosasih yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Berdasarkan pengamatan objek di lingkungan sekolah, diharapkan siswa dapat memilih diksi yang sesuai, menggunakan kata-kata bermajas, dan menciptakan rima sehingga puisi yang ditulis siswa menjadi puisi yang indah.

2.3.2 Unsur-Unsur Puisi

Secara garis besar, unsur-unsur puisi terbagi ke dalam dua macam, yakni struktur fisik dan stuktur batin (Kosasih, 2012:97).

2.3.2.1 Stuktur Fisik Puisi

Struktur fisik puisi disebut juga metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun struktur luar puisi. Unsur-unsur tersbut adalah sebagai berikut.

1. Diksi (Pemilihan Kata)

Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik itu makna, susunan bunyinya, maupun hubungan kata itu dengan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Kata-kata memiliki kedudukan yang sangat penting dalam puisi. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif dan ada pula kata-kata yang berlambang. Makna dari kata-kata itu mungkin lebih dari


(22)

satu. Kata-kata yang dipilih hendaknya bersifat puitis, yang mempunyai efek keindahan. Bunyinya harus indah dan memiliki keharmonisan dengan kata-kata lainnya (Kosasih, 2012:97).

Pemilihan kata sangat erat kaitannya dengan hakikat puisi yang penuh pemadatan. Oleh karena itu, penyair harus pandai memilih kata-kata. Penyair harus cermat agar komposisi bunyi rima dan irama memiliki kedudukan yang sesuai dan indah.

2. Citraan (Pengimajinasian)

Pengimajinasian adalah kata atau susunan yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Dengan kata-kata yang digunakan penyair, pembaca seolah-olah mendengar suara yang didengar penyair, melihat benda-benda yang dilihat penyair, dan meraba atau menyentuh benda-benda yang diraba atau disentuh penyair (Kosasih, 2012:100). Sementara itu, Tarigan (1986:30), mengemukakan bahwa dalam menciptakan karyanya, penyair berusaha sekuat daya agar para penikmat dapat melihat, merasakan, mendengar, menyentuh, bahkan kalau perlu mengalami segala sesuatu yang terdapat dalam puisinya, sebab hanya dengan jalan demikian sajalah dia dapat meyakinkan para penikmat terhadap realitas dari segala sesuatu yang sedang didendangkannya.

3. Kata-Kata Konkret

Untuk membangitkan imajinasi pembaca, kata-kata harus diperkonkret tepat, membayangkan dengan jitu apa yang hendak dikemukakan oleh


(23)

pengarang (Kosasih, 2012:103). Sementara itu, Tarigan (1986:31) mengungkapkan bahwa salah satu cara membangkitkan daya bayang atau imajianasi para penikmat puisi adalah dengan menggunakan kata-kata yang tepat, kata-kata yang konkret, yang dapat menyarankan suatu pengertian secara menyeluruh.

4. Bahasa Figuratif (Majas)

Majas ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau kata lain. Majas mengiaskan atau mempersamakan sesuatu dengan hal yang lain (Kosasih,2012:104). Untuk memperoleh kepuitisan, penyair menggunakan bahasa figuratif, yaitu bahasa kiasan atau majas.

5. Rima dan Ritma

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima atau pengulangan bunyi tersebut, puisi menjadi lebih indah. Makna yang ditimbulkannya pun lebih kuat (Kosasih, 2012:104). Hal ini senada dengan pendapat Tarigan (1986:34) yang mengatakan bahwa rima dan ritma besar sekali pengaruhnya untuk memperjelas makna puisi.

6. Tata Wajah (Tipografi)

Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf, melainkan membentuk bait. Dalam puisi-puisi kontemporer seperti karya Sutardji Calzoum Bachri, tipografi itu dipandang begitu penting sehingga menggeser kedudukan makna kata-kata (Kosasih, 2012:104).


(24)

2.3.2.2 Struktur Batin Puisi

Struktur batin puisi menjadi salah satu unsur pembentuk puisi. Struktur batin berperan untuk menjiwai sebuah puisi. Menurut Kosasih, terdapat empat struktur batin puisi (2012:105).

1. Tema

Tema merupakan gagasan pokok yang diungkapkan penyair dalam puisinya. Tema berfungsi sebagai landasan utama penyair dalam puisinya (Kosasih, 2012:105). Sementara itu, menurut Tarigan (1986:10) setiap puisi mengandung suatu subject matter untuk dikemukakan atau ditonjolkan. Makna yang terkandung dalam subject matter adalah sense atau tema dalam puisi tersebut.

2. Perasaan

Perasaan merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang terdapat dalam puisinya. Dalam hal ini pada umumnya setiap penyair tentunya akan memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu karya. Menurut Tarigan (1986:11) rasa/felling yaitu merupakan sikap sang penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam puisinya.

3. Nada dan Suasana

Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca: apakah dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada (Kosasih, 2012:109). Jadi, nada merupakan refleksi sikap penyair terhadap


(25)

pembacanya, baik suasana hati, dan pandangan moral, dan terkadang muncul pula karakter kepribadian pengarangnya tercemin dalam puisi. 4. Amanat

Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi. Tujuan atau amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan. Dalam hal ini penyair menciptakan puisinya dan amanat tersirat secara tidak langsung muncul di balik tema yang diungkapkan (Kosasih, 2012:109).

2.3.3 Bentuk-Bentuk Puisi

Bentuk-bentuk puisi menurut zamannya dapat dibedakan atas puisi lama, puisi baru, dan puisi modern (Badudu, 1986:5).

2.3.3.1 Puisi Lama

Puisi lama terikat oleh persajakan, irama, dan banyaknya baris setiap bait (Tim Abdi Guru, 2008:98). Badudu (1986:5) menyatakan bahwa puisi lama yang kita kenal di Indonesia adalah puisi peninggalan sastra Melayu. Menurut Badudu puisi lama sangat terikat baik bentuknya, maupun pada isinya. Sedangkan menurut Arsyad dkk. puisi lama sebagai hasil sastra lama menggunakan bahasa dalam pola-pola persajakan tertentu secara ketat (1986:1.11).


(26)

2.3.3.2 Puisi Baru

Puisi baru tidak lagi terikat oleh persajakan, irama, dan banyaknya baris dalam bait (Tim Abdi Guru, 2008:98). Puisi Indonesia baru lahir dalam tahun dua puluhan (Badudu,1986:21). Puisi baru sebagai hasil sastra baru menggunakan “bahasa terikat” tidak ketat. Artinya, bahasa yang digunakan tidak terikat dengan pola-pola persajakan tertentu. Namun, sebagai karya sastra, unsur keindahan masih mewarnai puisi baru (Arsyad, 1986:1.11).

2.3.3.3 Puisi Bebas atau Puisi Modern

Puisi bebas atau puisi modern adalah puisi yang lebih menonjolkan isi. Jadi, bukan hanya persajakan, irama, atau bentuknya. Bahkan bahasanya pun dapat dibuat sebebas-bebasnya tanpa harus mengikuti kaidah yang berlaku isi puisi (Tim Abdi Guru, 2008:98). Puisi Indonesia modern bermula sejak zaman pendudukan Jepang, dipelopori oleh Chairil Anwar (Badudu, 1986:28). Menurut Badudu, (1986: 5) kebebasan individu dalam kehidupan masyarakat modern terpantul kembali dalam ciptaan-ciptaan sastra. Pengarang modern tidak mau lagi terikat pada kebiasaan lama; mereka mau bebas, bebas dalam mencipta: menurut bentuk yang sesuai dengan keinginannya, sesuai dengan irama sukmanya, ingin bebas dalam bereksperimen dengan bahasa, karenanya bebas dalam memilih kata-kata. Mereka menghindari bahasa yang berbau klise.


(27)

2.3.4 Menulis Puisi Bebas dengan Memanfaatkan Media Lingkungan Sekolah

Menulis puisi dapat dimulai dari mana saja. Dengan mengamati suatu keadaan, peristiwa, atau hal-hal yang tampak secara fisik, seseorang dapat melahirkan sebuah gagasan seni, termasuk puisi (Nurhadi dkk, 2006:167). Sementara itu, Kosasih (2012:115) menyatakan bahwa karya sastra, baik itu prosa ataupun puisi, tidak dapat dilepaskan dari kondisi kehidupan sekitarnya, termasuk keadaan alam tempat penyairnya itu berpijak. Benda-benda dan suasana di sekelilingnya sering kali dipergunakan penyair untuk mengekspresikan perasaan ataupun pikiran-pikirannya.

Berdasarkan uraian di atas penulis melakukan penelitian dengan harapan agar siswa dapat menulis puisi dengan dimulai dari mengamati benda-benda dan suasana di lingkungan sekolah.

2.3.4.1 Menulis Puisi dengan Menggunakan Diksi Berdasarkan Maknanya Bagi penyair, kata merupakan ruh puisi. Melalui kata-kata, puisi menjadi hidup dan berjiwa. Oleh karena itu, penggunaan kata-kata dalam menulis puisi selalu dipertimbangkan secara matang. Kata harus dipilih dengan berbagai pertimbangan, baik segi maknanya, komposisi bunyi dalam rima, maupun kedudukan kata di tengah konteks kata lainnya (Wahono dan Rusmiyanto, 2007:119).

Setiap kata memiliki makna yang berbeda. Meskipun beberapa kata tersebut termasuk sinonim, nuansa makna yang dimiliki setiap kata tentu berbeda.


(28)

Perbedaan makna yang dimiliki oleh setiap kata dapat dimanfaatkan penyair untuk mengekspresikan perasaannya. Penyair memilih kata tertentu karena mempertimbangkan banyak hal, diantaranya ialah kedalaman makna dan kemampuan mewakili perasaannya. Perhatikan contoh puisi berikut.

Doa di Medan Laga

(karya Subagyo Sastrowardoyo)

Berilah kekuatan sekeras baja

besi

Untuk menghadapi dunia ini, untuk melayani zaman ini Berilah kesabaran seluas angkasa

langit

Untuk mengatasi siksaan ini, untuk melupakan derita ini Berilah perasaan selembut sutra

kain

Untuk menjaga peradaban ini, untuk mempertahankan kemanusiaan ini

Jika diperhatikan, kata-kata baja, besi; angkasa, langit; sutra, kain termasuk padanan kata. Namun, kedalaman yang dimiliki kata-kata tersebut jelas berbeda. Misalnya, pada larik pertama, penyair ingin membandingkan sesuatu yang sangat kuat sehingga hal yang menjadi pembandingnya dipilih kata baja, bukan besi. Pengarang lebih memilih kata baja karena kekuatan baja memang lebih handal daripada besi. Demikian halnya dengan kata angkasa dan langit. Oleh karena itu pada bagian sebelumnya penyair ingin menggambarkan kesabaran yang luas, kata yang dipilihnya angkasa bukan langit. Kata angkasa memiliki kecenderungan


(29)

memiliki makna berkaitan dengan objek yang luas, sedangkan langit lebih mengarah pada ketinggian. Penyair memilih kata sutra juga didasarkan oleh adanya kedalaman makna yang dimiliki oleh kata itu. Pada bagian sebelumnya, penyair ingin menyatakan perasaan yang lembut, dan kelembutan yang dianggap paling cocok ialah kelembutan sutra (Wahono dan Rusmiyanto, 2007:119-120).

2.3.4.2 Menulis Puisi dengan Pilihan Kata Berdasarkan Komposisi Bunyi dalam Rima

Wahono dan Rusmianto (2007:121) mengemukakan bahwa pemilihan kata dalam menulis puisi tidak hanya didasarkan pada kesesuaian makna, tetapi juga mempertimbangkan komposisi bunyi dalam rima. Mereka juga mengatakan bahwa puisi termasuk karya seni yang mengutamakan keindahan. Salah satu keindahan puisi ditentukan oleh persamaan bunyi. Namun, janganlah memaksakan untuk menggunakan kata tertentu hanya karena ingin memperoleh kesamaan bunyi. Perhatikan pemilihan kata dalam contoh puisi berikut.

Menyesal

(karya Ali Hasjmy)

Pagiku hilang sudah melayang

lenyap meninggi Hari mudaku sudah pergi,

Sekarang petang datang membayang

sore

Batang usiaku sudah tinggi

tua


(30)

lengah

Beta lengah di masa muda

lalai

Kini hidup meracun hati

sukma Miskin ilmu, miskin harta

Ah, apa guna kusesalkan Menyesal tua tiada berguna Hanya menambah luka sukma

Jika dicermati pilihan kata yang digunakan dalam puisi di atas, semua didasarkan atas persamaan bunyi, baik secara horizontal maupaun vertikal. Pada larik pertama, penyair memilih kata hilang dan kata melayang karena kedua kata tersebut memiliki persamaan bunyi sehingga terkesan indah. Demikian juga pada larik ketiga yang menggunakan kata petang dan membayang. Pada larik kelima dan keenam (lalai dan hari, serta lengah dan muda). Selain itu, pertimbangan lain yang yang digunakan penyair adalah karena larik pertama dan larik ketiga juga memiliki persamaan bunyi, yakni adanya kata melayang dan membayang.

2.4 Media

2.4.1 Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang berarti ‘tengah’, ‘perantara’,

atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2011: 3). Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2011) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis


(31)

besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

Heinich dan kawan-kawan, (dalam Arsyad, 2011:4) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Sejalan dengan batasan ini, Hamidjojo (dalam Arsyad, 2011:4) memberi batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.

Sementara itu, Rohani (1997:3) berpendapat bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat diindera yang berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi (proses belajar mengajar).

2.4.2 Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan

Arsyad (2011:15) mengemukakan bahwa dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media , antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Lebih lanjut Arsyad mengatakan bahwa salah satu fungsi utama media


(32)

pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.

Hamalik (dalam Arsyad, 2011:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Lebih lanjut Hamalik mengatakan bahwa selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Derek Rowntree (dalam Rohani, 1997:7-8) mengemukakan beberapa fungsi media pendidikan antara lain adalah membangkitkan motivasi belajar, mengulang apa yang telah dipelajari, menyediakan stimulus belajar, membangkitkan respon peserta didik, memberikan balikan dengan segera, dan menggalakkan latihan yang serasi. Sementara itu, McKown (dalam Rohani, 1997:8) mengemukakan 4 fungsi media adalah: a) mengubah titik berat pendidikan formal, yaitu dari pendidikan yang menekankan pada instruksional akademis menjadi pendidikan yang mementingkan kebutuhan kehidupan peserta didik, b) membangkitkan motivasi belajar pada peserta didik, c) memberikan kejelasan, dan d) memberikan rangsangan.

Selanjutnya, Ibrahim dalam Arsyad (2011:16) menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran karena media pembelajaran membawa dan membangkitkan


(33)

rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbarui semangat mereka... membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa menghidupkan pelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, penulis berharap penggunaan media lingkungan sekolah dapat membangkitkan motivasi belajar, menyediakan stimulus belajar, membangkitkan respon, dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi siswa sehingga dengan demikian siswa akan dapat belajar menulis puisi dan menghasilkan tulisan puisi dengan baik.

2.4.3 Pemilihan Media

Rohani (1997:27-30) menyatakan bahwa dalam menggunakan media instruksional edukatif sebagai alat komunikasi khususnya dalam hubungannya dengan masalah proses belajar mengajar, harus didasarkan pada pemilihan yang objektif. Oleh karena itu, dalam pemilihan serta prioritas pengadaan media intruksional edukatif harus dikaitkan dengan tujuan yang akan dicapai, kegiatan pembelajaran, dan sistem evaluasinya. Pemilihan dan pemanfaatan media perlu memperhatikan beberapa kriteria berikut.

1. Tujuan

Media hendaknya menunjang tujuan instruksional yang telah dirumuskan. 2. Ketepatgunaan

Tepat dan berguna bagi pemahaman bahan yang dipelajari. 3. Keadaan peserta didik


(34)

Kemampuan daya pikir dan daya tangkap peserta didik, dan besar kecilnya kelemahan peserta didik perlu pertimbangan.

4. Ketersediaan

Pemilihan media perlu memperhatikan ada tidaknya media di sekolah serta mudah sulitnya diperoleh.

5. Mutu teknis

Media harus memiliki kejelasan dan kualitas yang baik. 6. Biaya

Pemilihan media harus mempertimbangkan keseimbangan biaya dengan kesesuaian hasil yang dicapai.

Berkaitan dengan hal tersebut, beberapa ahli menyatakan bahwa untuk memilih atau memanfaatkan media harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Biaya yang lebih murah, pada saat pembelian maupun pemeliharaan. 2. Kesesuaiannya dengan metode instruksional.

3. Kesesuaiannya dengan karakteristik peserta didik. 4. Pertimbangan praktis.

5. Ketersediaan media berikut suku cadangnya dipasaran.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan atau memilih media lingkungan sekolah karena menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2011) lingkungan sekolah merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar, menyediakan stimulus belajar, dan membangkitkan respon peserta didik (Derek


(35)

Rowntree dalam Rohani, 1997:7-8). Pemanfaatan media dalam pembelajaran juga dapat membangkitkan rasa senang bagi murid-murid (Ibrahim dalam Arsyad, 2011:16). Lingkungan sekolah cukup efektif untuk pembelajaran menulis puisi karena di lingkungan sekolah terdapat berbagai macam objek yang dapat diamati oleh siswa sehingga siswa dapat menuangkan gagasannya berdasarkan hasil pengamatannya.

2.5 Lingkungan

2.5.1 Pengertian Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar diri kita, yang dalam arti yang lebih sempit, lingkungan merupakan hal-hal/sesuatu yang berpengaruh terhadap perkembangan manusia” (Tabrani dkk:1994).

Segala kondisi yang berada di dalam & diluar individu baik fisiologis, psikologis, maupun sosial kultural akan mempengaruhi tingkah individu kearah yang benar. Lingkungan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh yang langsung misalnya pergaulan dengan keluarga dan teman-teman, sedangkan pengaruh tidak langsung misalnya melalui televisi, membaca koran dan sebagainya

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di alam sekitar yang memiliki makna/pengaruh terhadap karakter/sifat seseorang secara langsung maupun tidak langsung.


(36)

2.5.2 Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah mencakup keadaan lingkungan sekolah, suasana sekolah, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib dan fasilitas-fasilitas sekolah. Sebagaimana dalam bukunya Dimyati & Mudjiono bahwa dalam prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian & peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pembelajaran lainnya.

Lingkungan sekolah memegang peranan penting bagi perkembangan belajar para siswanya. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik sekolah seperti lingkungan sekitar sekolah, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar dan media belajar dan sebagainya. Lingkungan sosial menyangkut hubungan siswa dengan kawan-kawannya, guru-guru serta staf sekolah lainnya. Lingkungan sekolah juga menyangkut lingkungan akademis, yaitu suasana dan pelaksanaan kegiatan belajar -mengajar, berbagai kegiatan kokulikuler dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah merupakan tempat bagi siswa untuk belajar bersama teman-temannya secara terarah guna menerima transfer pengetahuan dari guru yang didalamnya mencakup keadaan sekitar suasana sekolah, relasi siswa dengan dan teman-temannya, relasi siswa dengan guru dan dengan staf sekolah, kualitas guru dan metode mengajarnya, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitas-fasilitas sekolah, dan sarana prasarana sekolah.


(37)

2.6 Aktivitas Belajar

2.6.1 Perlunya Aktivitas dalam Belajar

Sardiman (2009:95-96) mengemukakan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Lebih lanjut Sardiman menegaskan bahwa dalam kegiatan belajar, siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.

2.6.2 Jenis-Jenis Aktivitas dalam Belajar

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat (Sardiman, 2009:101). Paul B. Diedrich, membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut.

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening activities,sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.


(38)

5. Drawingactivities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat kontruksi,

model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, misanya menaruh minat, merasa bosan, gembira bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

2.6.3 Aktivitas Guru

Sardiman (2009:163-175) mengemukakan bahwa guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan, di samping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar. Di dalam kegiatan mengelola interaksi belajar mengajar, guru paling tidak harus memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendesain program dan keterampilan mengomunikasikan program itu kepada anak didik. Dua modal ini telah terumuskan dalam sepuluh kompetensi guru. Kesepuluh kompetensi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Menguasai bahan

Menguasai bahan bagi seorang guru, akan mengandung dua lingkup penguasaan materi, yakni.

a. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah. b. Menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi. 2. Mengelola program belajar-mengajar


(39)

Guru harus mampu mengelola program belajar-mengajar dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut.

a. Merumuskan tujuan pembelajaran.

b. Melaksanakan program belajar-mengajar. Dalam hal ini, diantaranya guru menyampaikan materi dengan tepat dan jelas. 3. Mengelola kelas

Guru dituntut mampu mengelola kelas , yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Kegiatan mengelola kelas akan menyangkut “mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran” dan “menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi”.

4. Menggunakan media/sumber

Beberapa langkah yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media yaitu.

a. Mengenal, memilih, dan menggunakan sesuatu media. b. Membuat alat bantu yang sederhana.

c. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar.

d. Menggunakan buku pegangan/buku sumber.

e. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar. 5. Menguasai landasan-landasan kependidikan

6. Mengelola interaksi belajar mengajar

Agar guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar, guru harus menguasai bahan/materi, mampu mendesain program belajar mengajar,


(40)

mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih sumber serta memahami landasan-landasan pendidikan sebagai dasar bertindak.

7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

Guru harus mampu menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Dalam hal ini seara konkret guru mengambil langkah-langkah sebagai berikut.

a. Mengumpulkan data hasil belajar siswa. b. Menganalisis data hasil belajar siswa.


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Saryono, (dalam Yanti dan Munaris, 2012:11) PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran, dan mencobakan hal-hal baru di bidang pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. PTK mempunyai empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengobservasian, dan perefleksian (Yanti dan Munaris, 2012:23). Langkah-langkah PTK tersebut dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Gambar 1: Siklus PTK Yanti & Munaris

Kondisi Awal

Siklus Pertama

Siklus Kedua


(42)

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaborasi. Penulis meminta tolong kepada teman sejawat untuk mengamati proses pembelajaran, mencatat semua yang penulis kerjakan dan mengobservasi semua kegiatan yang penulis dan siswa lakukan. Penulis juga meminta teman sejawat untuk memberikan saran demi perbaikan pembelajaran selama penelitian berlangsung sehingga tercapai peningkatan hasil pembelajaran yang maksimal.

3.2 Setting / Latar Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII SMP Trimulya Kecamatan Tanjungbintang Kabupaten Lampung Selatan. Lokasi penelitian ini ditentukan dengan pertimbangan bahwa di kelas tersebut masih terdapat permasalahan pembelajaran menulis yang perlu diatasi, yakni masalah kesulitan siswa dalam menulis puisi.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran Bahasa Indonesia di kelas VIII dan berlangsung hingga mencapai indikator yang telah ditentukan yakni kemampuan menulis puisi mencapai rata-rata 65.


(43)

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Trimulya yang berjumlah 30 orang, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

3.4 Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah tercapainya kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIII SMP Trimulya dengan perolehan nilai mencapai kriteria ketuntasan minimal atau KKM yang telah ditentukan yaitu 65.

3.5 Data dan Sumber Data

Sumber data utama pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang menjadi subjek penelitian. Data yang digunakan berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil observasi, sedangkan data kuantitatif berupa hasil tes yang ditunjukkan dengan angka-angka.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara bagaimana peneliti memperoleh data (Arikunto, 2006:149). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Observasi, digunakan untuk mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran menulis puisi yang dilakukan oleh guru dan siswa. Pengamatan dilakukan sebelum, selama, dan sesudah siklus penelitian berlangsung.


(44)

2. Tes, dilakukan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan. Adapun tes yang diberikan kepada siswa, yakni tes hasil produk /unjuk kerja berupa puisi.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode (Arikunto, 2006:149). Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan menulis puisi, lembar aktivitas belajar siswa, dan lembar aktivitas guru.

3.7.1 Instrumen Kemampuan Menulis Puisi

Instrumen kemampuan menulis puisi adalah alat untuk mengukur kemampuan menulis puisi. Instrumen tersebut adalah seperti yang terdapat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Instrumen Kemampuan Menulis Puisi

No. Indikator Deskriptor Skor Skor

Maks.

1 Judul

Judul puisi singkat dan sesuai dengan isi puisi serta serasi dengan unsur yang lain. Judul puisi singkat dan sesuai dengan isi puisi tetapi kurang didukung oleh keserasian unsur yang lain.

Judul puisi singkat tetapi tidak sesuai dengan isi puisi dan tidak didukung oleh keserasian unsur yang lain.

3 2

1

3

2 Tema

Tema menunjukkan gagasan dengan jelas, mudah dipahami, dan didukung oleh keserasian unsur lain.

Tema menunjukkan gagasan dengan jelas,

3

2


(45)

mudah dipahami, tetapi kurang didukung oleh keserasian unsur lain.

Tema tidak menunjukkan gagasan dengan jelas, sulit dipahami dan kurang didukung oleh keserasian unsur yang lain.

1

3 Amanat

Amanat tersurat dengan jelas, mudah dipahami, dan didukung oleh keserasian unsur yang lain.

Amanat tidak tersurat dengan jelas tetapi dapat dipahami. Amanat didukung oleh keserasian tema dan unsur yang lain. Amanat tidak tersurat dengan jelas, sulit dipahami dan tidak didukung oleh keserasian tema dan unsur yang lain.

3

2

1

3

4 Diksi

Seluruh diksi sesuai dengan makna, dan serasi dengan kata-kata lain dalam baris maupun baitnya.

Salah satu diksi tidak sesuai dengan makna dan kurang serasi dengan kata-kata lain dalam baris maupun baitnya.

Beberapa diksi tidak sesuai dengan makna dan tidak sesuai dengan kata-kata lain dalam baris maupun baitnya.

3

2

1

3

5 Rima

Rima terdapat dalam bait dan baris

sehingga menimbulkan kesan sangat estetis ketika dibacakan.

Rima hanya terdapat dalam bait sehingga menimbulkan kesan cukup estetis ketika dibacakan.

Rima tidak terdapat dalam bait maupun baris sehingga menimbulkan kesan tidak estetis ketika dibacakan.

3

2

1


(46)

3.7.2 Instrumen Aktivitas Kegiatan Siswa

Instrumen aktivitas kegiatan siswa adalah alat untuk mengukur aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Instrumen aktivitas kegiatan siswa yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Paul B. Diedrich tentang jenis-jenis aktivitas belajar siswa (Sardiman, 2009:101). Instrumen penilaian aktivitas kegiatan siswa yang digunakan adalah instrumen seperti yang terdapat pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Instrumen Aktivitas Kegiatan Siswa

No.

Penilaian

Skor

Aspek Deskripsi

1 Aktivitas Visual

Semua siswa terlihat aktif mengamati objek pembelajaran

Ada 1-5 siswa yang terlihat tidak aktif mengamati objek pembelajaran (berbicara dengan temannya / sibuk sendiri)

Ada 6-10 siswa yang terlihat tidak aktif mengamati objek pembelajaran Ada 11-15 siswa yang terlihat tidak aktif mengamati objek pembelajaran Ada > 15 siswa yang terlihat tidak aktif mengamati objek pembelajaran

5 4 3 2 1 5

2 Aktivitas Lisan

Semua siswa bertanya dan ikut memberikan pendapat

Ada 1-5 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat

Ada 6-10 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat

5 4 3


(47)

Ada 11-15 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat

Ada > 15 siswa yang tidak bertanya dan mengeluarkan pendapat

2 1

3 Aktivitas Mendengarkan

Semua siswa terlihat fokus mendengarkan penjelasan guru Ada 1-5 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru Ada 6-10 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru Ada 11-15 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru Ada > 15 siswa yang tidak fokus mendengarkan penjelasan guru

5 4 3 2 1 5

4 Aktivitas Menulis

Semua siswa aktif menulis puisi Ada 1-5 siswa yang tidak aktif menulis puisi

Ada 6-10 siswa yang tidak aktif menulis puisi

Ada 11-15 siswa yang tidak aktif menulis puisi

Ada > 15 siswa yang tidak aktif menulis puisi 5 4 3 2 1 5

3.7.3 Instrumen Aktivitas Kegiatan Guru

Instrumen penilaian aktivitas guru adalah alat untuk mengukur aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Instrumen penilaian aktivitas guru yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Sardiman tentang kompetensi guru (2009:163-175). Instrumen tersebut adalah seperti yang terdapat pada tabel berikut.


(48)

Tabel 3.3 Instrumen Aktivitas Kegiatan Guru

No. Indikator/Aspek yang Diamati

Skor

1 2 3 4 5 I PRA PEMBELAJARAN

1. Mempersiapkan siswa untuk belajar 1 2 3 4 5

2. Melakukan kegiatan apersepsi 1 2 3 4 5

II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN A Penguasaan Materi Pelajaran

3. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 1 2 3 4 5 4. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang

relevan 1 2 3 4 5

5. Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai dengan

hierarki belajar dan karakteristik siswa 1 2 3 4 5 B Pendekatan/Strategi Pembelajaran

6.

Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa

1 2 3 4 5 7. Melaksanakan pembelajaran secara runtut 1 2 3 4 5

8. Menguasai kelas 1 2 3 4 5

9. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat

kontekstual 1 2 3 4 5

10. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan

tumbuhnya kebiasaan positif 1 2 3 4 5

11. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi

waktu yang direncanakan 1 2 3 4 5

C Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran

12. Menggunakan media secara efektif dan efisien 1 2 3 4 5 13. Menghasilkan pesan yang menarik 1 2 3 4 5 14. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media

1 2 3 4 5 D Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara

Keterlibatan Siswa

15. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam

pembelajaran 1 2 3 4 5

16. Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa

dalam belajar 1 2 3 4 5

E Penilaian Proses dan Hasil Belajar


(49)

18. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan

kompetensi (tujuan) 1 2 3 4 5

F Penggunaan Bahasa

19. Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas,

baik, dan benar 1 2 3 4 5

20. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai 1 2 3 4 5 III PENUTUP

21. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman

dengan melibatkan siswa 1 2 3 4 5

22.

Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bagian remedi/pengayaan

1 2 3 4 5 Skor Perolehan

Jumlah Skor Maksimal 110

Skor Rata-Rata = Skor Perolehan : 110

Keterangan : 85% - 100% = Baik Sekali 75% - 84% = Baik 60% - 74% = Cukup 40% - 59% = Kurang 0% - 49% = Gagal

Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut. Skor yang diperoleh

Nilai Akhir (NA) = X 100

Skor maksimal

3.8 Teknik Analisis Data

1. Data yang telah dikumpulkan berupa hasil tes kemampuan menulis puisi, aktivitas kegiatan siswa, dan aktivitas kegiatan guru kemudian dianalisis dengan cara menskor setiap aspek.

2. Menghitung nilai rata-rata kemampuan menulis puisi dengan rumus ×100


(50)

Keterangan:

X = skor rata-rata

∑ X = jumlah skor hasil kemampuan menulis puisi N = jumlah siswa

3. Menafsirkan hasil perhitungan berdasarkan tolok ukur Nurgiyantoro (2001:399).

Tabel 3.4 Tolok Ukur Kemampuan Menulis Puisi Interval Tingkat Kemampuan Keterangan

85% - 100% Baik Sekali

75% - 84% Baik

60% - 74% Cukup

40% - 59% Kurang

0 – 39% Gagal

3.9 Prosedur Penelitian

Kegiatan pertama penelitian adalah penulis melakukan pengobservasian terhadap pembelajaran menulis puisi sebelum PTK, untuk menemukan masalah dan mencari solusi berupa perencanaan perbaikan. Penulis juga menentukan teknik dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran menulis puisi. Kegiatan dilanjutkan dengan menyusun perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan disertai observasi kemudian melakukan perefleksian melalui diskusi antara peneliti dan kolaborator atau berdasarkan hasil catatan-catatan kolaborator, sehingga menghasilkan perbaikan untuk tindakan selanjutnya. Secara terperinci, kegiatan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut.


(51)

3.9.1 Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang penulis lakukan adalah sebagai berikut.

1. Melakukan observasi awal terhadap proses pembelajaran menulis puisi sebelumnya di kelas VIII SMP Trimulya dan melihat hasil belajar siswa. 2. Memilih teknik dan media yang efisien untuk pembelajaran menulis puisi. 3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4. Membuat instrumen kemampuan menulis puisi. 5. Membuat instrumen penilaian kegiatan siswa. 6. Membuat instrumen penilaian kegiatan guru. 7. Menyiapkan kolaborator.

3.9.2 Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini, kegiatan yang penulis lakukan adalah sebagai berikut. 1. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang sudah disiapkan. 2. Melaksanakan evaluasi pembelajaran.

3. Melaksanakan pengamatan terhadap aktivitas siswa oleh guru dan observer (teman sejawat).

4. Melaksanakan pengamatan terhadap aktivitas guru oleh observer (teman sejawat).

5. Mengumpulkan data berupa hasil tes menulis puisi dan hasil pengamatan observer.


(52)

6. Mendiskusikan temuan-temuan dalam proses pembelajaran bersama observer.

7. Proses pelaksanaan atau tindakan berlangsung di kelas pada jam pelajaran Bahasa Indonesia selama dua kali pertemuan (4 X 40 menit) dengan rincian sebagai berikut.

1) Pertemuan pertama 1. Kegiatan Awal

a) Mengondisikan kelas. b) Mendata kehadiran siswa. c) Memotivasi siswa.

d) Menginformasikan tujuan pembelajaran. e) Melakukan apersepsi

2. Kegiatan Inti

a) Guru menunjukkan contoh puisi berjudul ‘Menyesal’

b) Guru menjelaskan secara singkat tentang kebermaknaan puisi dan unsur-unsur puisi

c) Siswa keluar kelas untuk mencari objek yang akan dijadikan bahan penulisan puisi

d) Siswa mengamati objek secara cermat e) Siswa masuk kembali ke ruangan

f) Siswa membuat kalimat berdasarkan kata yang telah didata 3. Kegiatan Akhir


(53)

Bersama siswa, penulis sebagai guru dan peneliti melakukan refleksi terhadap pembelajaran menulis puisi.

2) Pertemuan Kedua 1. Kegiatan Awal

a) Mengondisikan kelas. b) Mendata kehadiran siswa.

c) Mengingatkan pelajaran yang lalu.

d) Siswa dan guru bertanya jawab tentang puisi siswa 2. Kegiatan Inti

a) Siswa meletakkan hasil menulis puisi di atas meja masing-masing b) Siswa dibimbing guru menyunting puisi dengan memilih diksi

yang tepat

c) Siswa menulis kembali puisinya yang telah disunting kemudian mengumpulkan hasil kerja (puisi)

d) Guru mengevaluasi hasil kerja siswa dan siswa mencatat materi 3. Kegiatan Akhir.

a) Refleksi b) Tindak lanjut.

3.9.3 Observasi

Pada tahap pengobservasian ini, penulis melakukan observasi terhadap hasil tes menulis puisi dan semua data hasil pengamatan observer dalam setiap proses pembelajaran, baik data aktivitas siswa, aktivitas guru, maupun catatan-catatan


(54)

peristiwa hasil catatan observer. Berdasarkan data tersebut penulis dapat mengetahui apakah dengan pemanfaatan media lingkungan sekolah, pembelajaran menulis puisi lebih efektif dan kemampuan menulis puisi siswa dapat meningkat ataukah tidak. Dengan demikian penulis dapat menentukan bagaimana rencana pembelajaran selanjutnya.

3.9.4 Refleksi

Pada tahap perefleksian ini, penulis melakukan refleksi terhadap hasil proses pembelajaran. Dari data hasil pengamatan observer, penulis merefleksi diri apakah kegiatan pembelajaran menulis puisi dengan memanfaatkan media lingkungan yang telah dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil analisis data tersebut digunakan sebagai acuan untuk merencanakan perbaikan pada siklus selanjutnya.


(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran menulis puisi melalui pemanfaatan media lingkungan sekolah pada siswa kelas VIII SMP Trimulya semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Hasil pembelajaran menulis puisi prasiklus adalah bahwa kemampuan menulis puisi siswa masih kurang. Hal ini disebabkan guru tidak memberikan stimulus pada siswa dalam pembelajaran menulis puisi. Rata-rata kemampuan menulis puisi siswa hanya mencapai 58 dengan klasifikasi kurang. Setelah penulis memanfaatkan media lingkungan sekolah untuk menstimulus siswa dalam pembelajaran menulis puisi, hasil pembelajaran menulis puisi siswa menjadi meningkat.

Pada siklus 1, tingkat kemampuan menulis puisi siswa mencapai rata-rata 62 dengan klasifikasi cukup. Pada siklus 1, hasil penelitian menunjukkan peningkatan sebesar 4% dari pembelajaran sebelumnya. Rata-rata kemampuan menulis puisi aspek judul pada siklus 1 mencapai 68, dan tidak mengalami peningkatan. Rata-rata kemampuan menulis puisi aspek tema mencapai 68, meningkat sebesar 5% dari prasiklus. Kemampuan menulis puisi aspek amanat mencapai rata-rata 45, meningkat sebesar 7% dari prasiklus. Aspek diksi


(56)

mencapai rata-rata 74, meningkat sebesar 12% dari prasiklus. Sedangkan aspek rima mencapai rata-rata 53, menurun sebesar 8% dari prasiklus.

Peningkatan kemampuan menulis puisi melalui pemanfaatan media lingkungan sekolah dari prasiklus ke siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Persentase Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP Trimulya dari Prasiklus ke Siklus 1

Aspek Tingkat Kemampuan Persentase

Peningkatan prasiklus Siklus 1

Judul 68 68 0%

Tema 63 68 5%

Amanat 38 45 7%

Diksi 62 74 12 %

Rima 61 53 -8%

Rata-rata 58 62 4%

Pada siklus 2, tingkat kemampuan menulis puisi siswa mencapai rata-rata 74 dengan klasifikasi cukup. Pada siklus 2, hasil penelitian menunjukkan peningkatan sebesar 12% dari pembelajaran siklus 1. Peningkatan kemampuan menulis puisi siswa peraspek terjadi pada selurh aspek, yakni penulisan puisi aspek judul, tema, amanat, diksi dan rima. Rata-rata kemampuan menulis puisi aspek judul pada siklus 2 mencapai 92 dengan klasifikasi sangat baik. Ini berarti terjadi peningkatan sebesar 24% dari siklus 1 yang hanya mencapai 68. Rata-rata kemampuan menulis puisi aspek tema pada siklus 2 mencapai 85 dan mengalami peningkatan sebesar 17% dari sebelumnya yang hanya mencapai 68. Rata-rata kemampuan menulis puisi aspek amanat pada siklus 2 mencapai 46 dan


(57)

mengalami peningkatan sebesar 1% dari sebelumnya yang hanya mencapai 45. Rata-rata kemampuan menulis puisi aspek diksi pada siklus 2 mencapai 85 dan mengalami peningkatan sebesar 11% dari sebelumnya yang hanya mencapai 74. Kemampuan menulis puisi aspek rima siklus 2 mencapai rata-rata 65, sedangkan pada siklus 1 hanya mencapai rata-rata 53. Ini berati pada siklus 2 kemampuan menulis puisi aspek rima mengalami peningkatan sebesar 12%.

Peningkatan kemampuan menulis puisi melalui pemanfaatan media lingkungan sekolah dari siklus 1 ke siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Persentase Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII SMP Trimulya dari Siklus 1 ke Siklus 2

Aspek Tingkat Kemampuan Persentase Peningkatan Siklus 1 Siklus 2

Judul 68% 92% 24%

Tema 68% 85% 17%

Amanat 45% 46% 1%

Diksi 74% 85% 11%

Rima 53% 65% 12%

4. 2 Pembahasan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap satu siklus terdiri atas dua kali pertemuan. Setiap satu kali pertemuan terdiri atas dua jam pelajaran (2 x 40 menit). Dan setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengobservasian, dan perefleksian.


(58)

4.2.1 Siklus 1

4.2.1.1 Perencanaan

Perencanaan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan pertama-tama memilih teknik pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran menulis puisi. Selanjutnya adalah menyusun RPP, menyusun instrumen kemampuan menulis puisi serta menyiapkan kolaborator. Penulis juga menyiapkan lembar aktivitas kegiatan siswa dan lembar aktivitas kegiatan guru yang akan diisi oleh pengamat atau observer.

4.2.1.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Penulis sebagai peneliti sekaligus pelaksana pembelajaran dibantu oleh seorang teman sejawat sebagai kolaborator yang akan membantu mengamati dan mencatat kejadian-kejadian atau temuan-temuan selama proses pembelajaran berlangsung.

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama siklus 1 dilaksanakan pada Jum’at 12 April 2013 jam ke-1 dan ke-2. Tujuan pembelajaran pada pertemuan ini adalah bahwa siswa diharapkan mampu menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai. Adapun sumber belajar yang penulis gunakan adalah buku paket, buku penunjang, dan lingkungan sekolah. Pada pertemuan pertama ini jumlah siswa yang hadir adalah 30 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.


(59)

Rangkaian kegiatan proses pembelajaran pada pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut. Pada kegiatan awal atau kegiatan pendahuluan, penulis mengucapkan salam dan menanyakan kabar siswa. Kemudian penulis mengajak siswa berdoa untuk mengawali kegiatan pembelajaran. Kegiatan doa dipimpin oleh ketua kelas. Selesai berdoa, kegiatan dilanjutkan dengan mengenalkan keberadaan kolaborator. Penulis menjelaskan kepada siswa mengapa dalam pembelajaran hari itu ada kamera dan guru lain yang masuk ke kelas. Penulis mengatakan bahwa hari ini penulis akan melakukan penelitian terhadap pembelajaran menulis puisi. Dan keberadaan guru lain adalah sebagai kolaborator yang akan membantu penulis untuk mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Selanjutnya penulis mendata kehadiran siswa, lalu penulis memberikan motivasi terhadap siswa dengan mengemukakan contoh penyair ternama yaitu Chairil Anwar. Penulis bertanya kepada siswa apakah siswa mengenal tokoh yang bernama Charil Anwar? Siswa serempak menjawab “Tahu..” Ketika penulis bertanya “Siapakah Chairil Anwar itu?” Siswa dengan malu-malu menjawab sehingga suaranya hampir tidak terdengar. Lalu penulis menegaskan bahwa Chairil Anwar itu adalah seorang penulis puisi atau penyair. Penulis kemudian menyampaikan kepada siswa bahwa apabila anak-anak dapat menulis puisi dengan baik, anak-anak pun bisa terkenal seperti Chairil Anwar. Kemudian penulis menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran tersebut. Penulis menyampaikan bahwa tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pembelajaran hari ini adalah siswa mampu menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai. Kemudian penulis menyampaikan apersepsi dengan menanyakan pelajaran tentang puisi yang pernah siswa pelajari


(60)

sebelumnya. Dalam kegiatan apersepsi penulis menanyakan kepada siswa tentang pengertian puisi dan unsur-unsur pembangun puisi. Salah satu siswa menjawab tentang unsur-unsur pembangun puisi meskipun jawaban siswa masih kurang lengkap. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum mengetahui tentang unsur-unsur pembangun puisi secara lengkap.

Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan inti. Pada kegiatan ini penulis mejelaskan tentang puisi dan unsur-unsur pembangun puisi. Penulis selanjutnya menuliskan contoh puisi berjudul Menyesal di papan tulis. Penulis menjelaskan tentang penggunaan diksi dalam puisi tersebut. Penulis menjelaskan bahwa penggunaan diksi dalam puisi tersebut melalui pertimbangan baik berdasarkan makna maupun rimanya. Penulis kemudian meminta pada siswa untuk mengidentifikasi tema dan amanat puisi tersebut.

Selanjutnya penulis mengajak siswa untuk keluar kelas. Siswa diminta untuk mengamati objek yang ada di lingkungan sekolah secara langsung. Siswa juga diminta untuk mendata objek sebanyak-banyaknya. Waktu yang penulis berikan untuk keluar ruangan dan mengamati objek secara langsung adalah 15 menit. Siswa terlihat sangat senang ketika penulis menyampaikan bahwa siswa dipersilakan keluar ruangan. Siswa berebut keluar. Sesampai di luar, sebagian siswa langsung mengamati tumbuh-tumbuhan yang berada tepat di depan kelas. Sebagian ada yang mengamati gedung sekolah. Akan tetapi tidak sedikit siswa yang terlihat kurang serius dalam mengamati lingkungan. Siswa-siswa yang kurang bersemangat tersebut terlihat hanya berjalan ke sana kemari dan


(61)

mengganggu temannya. Bahkan ada yang melihat kelas lain yang sedang berolahraga. Ketika penulis mendekati mereka, barulah mereka terlihat serius.

Siswa perempuan terlihat lebih aktif dan lebih bersemangat dibanding dengan siswa laki-laki. Banyak siswa perempuan yang bertanya jika siswa tidak mengetahui nama objek yang sedang diamati. Sekelompok siswa perempuan yang sedang mengamati objek bunga dan tumbuhan lain terlihat mengamati objek tersebut dengan cermat. Mereka membolak-balikkan daun tumbuhan tersebut seolah hendak mencari sesuatu. Selain mengamati bunga dan tumbuhan, siswa ada yang pergi ke lapangan. Sambil duduk di tanah, mereka mengamati rumput.

Lima belas menit waktu yang ditentukan telah berlalu. Penulis menanyakan pada siswa “Apakah yang kalian amati sudah didata semua?” Siswa menjawab “Sudah, Bu”. Selanjutnya siswa diminta untuk kembali ke ruang kelas. Siswa diminta untuk membuat kalimat berdasarkan hasil pengamatan terhadap objek di lingkungan sekolah yang sudah didata oleh siswa. Kemudian siswa diminta untuk menyusun kalimat tersebut ke dalam bentuk tulisan puisi pada lembar jawaban yang disediakan. Seluruh siswa terlihat menulis. Siswa mulai mengembangkan objek yang didata dalam bentuk kalimat-kalimat. Belum selesai siswa menyusun kalimat ke dalam bentuk puisi, waktu pelajaran sudah hampir selesai. Penulis menyampaikan pada siswa bahwa kegiatan akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.


(62)

Selanjutnya kegiatan akhir pada pertemuan pertama ini adalah penulis melakukan refleksi dengan menanyakan hasil pengalaman belajar siswa pada pembelajaran tersebut. Penulis bertanya pada siswa “Bagaimana pengalaman belajar kalian hari

ini?” Siswa menjawab “Dapat menulis puisi, Bu.” Penulis juga menanyakan

kepada siswa apakah siswa merasa senang dengan pembelajaran di luar ruangan. Hampir semua menjawab “Senang, Bu.” Jawaban siswa ini menunjukkan bahwa mereka merasa senang dengan pembelajaran di luar kelas. Dengan adanya rasa senang dalam kegiatan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua siklus 1 dilaksanakan pada 13 Maret 2013 jam ke-3 dan ke-4. Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan. Penulis mengucapkan salam “Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatu.” Siswa menjawab “Wa’alakum salam wr. wb.” Kemudian penulis menanyakan kabar siswa, lalu menanyakan apakah siswa sudah siap melanjutkan pelajaran. Selanjutnya penulis mendata kehadiran siswa dan melakukan apersepsi dengan mengingatkan pelajaran menulis puisi yang telah lalu. Dalam kegiatan apersepsi penulis meminta siswa menyebutkan kembali unsur-unsur pembangun puisi. Kemudian penulis menanyakan bagaimana penggunaan unsur-unsur dalam puisi siswa, apakah sudah memperhatikan keserasian antar unsur-unsurnya ataukah belum.

Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti. Pada kegiatan ini, penulis meminta siswa untuk meletakkan puisinya di atas meja masing-masing, kemudian penulis


(63)

berkeliling melihat pekerjaan siswa. Selanjutnya siswa diminta untuk menyunting puisinya dengan memperhatikan pilihan kata yang sesuai. Penulis mengatakan, “Sekarang coba kalian sunting puisi kalian agar menjadi puisi yang indah. Pilihlah kata yang tepat dan perhatikan komposisi bunyi atau rimanya.” Siswa pun kemudian menyunting tulisannya. Banyak coretan-coretan dalam puisinya menandakan bahwa siswa benar-benar berusaha memperbaiki tulisannya. Setelah disunting, siswa menulis kembali puisinya pada lembar yang disediakan. Lima menit kemudian penulis bertanya pada siswa, “Bagaimana anak-anak? Apakah sudah selesai?” Siswa menjawab semua, “ Sudah, Bu.” Kemudian penulis meminta siswa mengumpulkan hasil kerja siswa di meja guru. Selanjutnya penulis melakukan pengevaluasian terhadap kemampuan menulis puisi, sementara itu siswa mencatat materi tentang puisi.

Kegiatan akhir pada pertemuan kedua adalah kegiatan refleksi. Penulis melakukan refleksi dengan menanyakan hasil pembelajaran dan pengalaman belajar siswa pada pertemuan tersebut. Penulis juga meminta siswa untuk menyimpulkan hasil belajar pada waktu itu. Selanjutnya penulis memberikan tugas rumah pada siswa untuk menulis puisi dengan mengamati objek di lingkungan tempat tinggal siswa. Penulis kemudian menutup kegiatan pembelajaran dan mengizinkan siswa beristirahat.


(64)

4.2.1.3 Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa pada Siklus 1

4.2.1.3.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru

Pada siklus 1 guru telah melakukan perbaikan secara nyata pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran siklus 1. Pada prasiklus guru belum menggunakan media. Pada siklus 1 guru telah menggunakan media dalam pembelajaran dan telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan. Kelemahan guru pada proses pembelajaran siklus 1 yaitu guru tidak memberikan penegasan pada siswa sebelum siswa keluar kelas sehingga guru tidak dapat menguasai kelas pada saat siswa berada di luar kelas.

Aktivitas guru pada siklus 1 mengalami peningkatan dibandingkan dengan prasiklus meskipun peningkatan tersebut belum maksimal. Pada prasiklus aktivitas guru mencapai rata-rata 60 dengan klasifikasi cukup, sedangkan pada siklus 1 mencapai 72 dengan klasifikasi cukup. Hal ini berarti terjadi peningkatan sebesar 12%. Peningkatan aktivitas guru pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Peningkatan Aktivitas Guru pada Siklus 1

No. Aspek yang diamati Prasiklus Siklus 1

1. Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak

menimbulkan penafsiran ganda). 4 4

2. Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan

karakteristik peserta didik). 3 3

3. Pengorganisasian materi ajar (keruntutan,

sistematika materi,dan kesesuaian dengan alokasi waktu).


(1)

4.2.2.7 Refleksi

Kelebihan pembelajaran dengan memanfaatkan media lingkungan sekolah pada siklus 2 adalah sebagai berikut.

1. Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran sehingga siswa menjadi aktif belajar dan kreatif dalam menulis puisi.

2. Guru sudah maksimal dalam membimbing siswa. Sebelum siswa keluar kelas guru memberikan pengarahan terlebih dahulu pada siswa sehingga tidak ada lagi siswa yang bermain-main di luar kelas.

3. Siswa tetap berada di dekat objek yang diamati ketika menulis puisi sehingga siswa lebih mudah mengungkapkan gagasannya karena siswa lebih mudah menumbuhkan imajinasinya saat melihat secara langsung objek tersebut. 4. Hasil pembelajaran menulis puisi siswa meningkat baik dalam hal penguasaan

materi maupun kemampuan menulis puisi.

Pada siklus 2, hasil pembelajaran menulis puisi melalui pemanfaatan media lingkungan sekolah mengalami peningkatan yang sangat memuaskan. Hal ini disebabkan aktivitas siswa dan aktivitas guru pada pembelajaran siklus 2 sudah ditingkatkan. Pada siklus 2, siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran. Begitu pula dengan guru, guru telah melakukan perbaikan proses pembelajaran. Pada siklus 1 diperoleh data bahwa rata-rata tingkat kemampuan menulis puisi adalah 62% dengan klasifikasi cukup. Sedangkan pada siklus 2 rata-rata kemampuan menulis puisi mencapai tingkat 74% dengan klasifikasi cukup.


(2)

pada siklus 2 diperoleh data hampir seluruh siswa mendapatkan nilai di atas 65. Siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM sudah lebih dari 75% yaitu 93,33%. Dengan demikian penulis bersama kolaborator memutuskan untuk menghentikan tindakan sampai pada siklus 2 dan tidak melanjutkan pada tindakan siklus berikutnya. Terhadap siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan, penulis akan mengambil tindakan remedi.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data yang diperoleh pada penelitian siklus 1 dan siklus 2 sebagaimana diuraikan pada Bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Pembelajaran menulis puisi dengan memanfaatkan media lingkungan sekolah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, memberikan motivasi, dan menumbuhkan rasa gembira bagi siswa sehingga siswa lebih aktif dan merasa senang mengikuti pelajaran. Pada prasiklus aktivitas siswa mencapai rata-rata 55 dengan klasifikasi kurang. Pada siklus 1 mencapai rata-rata 65 dengan klasifikasi cukup, sedangkan pada siklus 2 mencapai rata-rata 75 dengan klasifikasi baik.

2. Pemanfaatan media lingkungan sekolah dalam pembelajaran menulis puisi dapat meningkatkan aktivitas guru. Guru lebih aktif dan kreatif dalam pemilihan media yang lebih tepat. Aktivitas guru pada prasiklus mencapai rata-rata 60 dengan klasifikasi cukup. Pada siklus 1 mencapai rata-rata 72 dengan klasifikasi cukup, sedangkan pada siklus 2 mencapai rata-rata 77 dengan klasifikasi baik.

3. Pemanfaatan media lingkungan sekolah dalam pembelajaran menulis puisi dapat meningkatkan hasil belajar siswa yakni kemampuan siswa dalam menulis puisi. Kemampuan siswa sebelum memanfaatkan media


(4)

pada siklus 2 meningkat hingga mencapai 74% dengan klasifikasi cukup.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, penulis menyampaikan saran kepada guru bahasa Indonesia khususnya di kelas VIII SMP Trimulya Kecamatan Tanjungbintang.

1. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran menulis puisi hendaknya guru memanfaatkan media lingkungan sekolah sehingga siswa dan guru lebih aktif dalam proses pembelajaran.

2. Untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menulis puisi, hendaknya guru meningkatkan kreativitas dalam pemilihan media secara efektif. Selain itu, penulisan puisi sebaiknya dilakukan pada saat siswa sedang mengamati objek secara langsung sehingga siswa tidak akan kehilanggan imajinasi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H. Abu. 1998. PsikologiUmum. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Arsyad, Ridwan, dan Chaer. 1986. Kesusastraan I. Jakarta: Universitas Terbuka.

Badudu, J.S. 1986. Sari Kesusastraan Indonesia 2. Bandung: CV Pustaka Prima.

Dalman, H. 2012. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Depdiknas. 2006. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs. Jakarta: BNSP

Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kosasih. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: CV Yrama Widya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE

Nurhadi, Dawud, dan Pratiwi. 2006. Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.


(6)

Sardiman, A. M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Semi, Atar. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.

Suparno dan Yunus. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tarigan, Henry Guntur. 2005. Menulis Sebagai Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

Tim Abdi Guru. 2008. Seribu Pena Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

Tim Universitas Lampung. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Wahono dan Rusmiyanto. 2007. Kreatif Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Ganeca Exact.

Yanti dan Munaris. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Tulungagung: Cahaya Abadi.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV-A SDN 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 96

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV-A SDN 1 RAJABASA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 7 71

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DONGENG MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 2 WAY LIMA PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 63

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 SUKARAME BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

2 12 61

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI SUMBER BELAJAR ALAM SEKITAR SISWA KELAS VII-A SMP PGRI PEJAMBON TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 18 55

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKOLAH PADASISWA SMP NEGERI 11 BANDARLAMPUNG KELAS VII SEMESTER GENAP TAHUN 2010/2011

2 17 101

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMANDU ACARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP 17.3 KATIBUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 41

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA LINGKUNGAN SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMP TRIMULYA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

2 7 108

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VII-B SMP TAMAN SISWA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 10 53

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VIII SMPN 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 7 60