PENGARUH LAMA PENDIDIKAN, JENIS PEKERJAAN, USIA KAWIN PERTAMA DAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA MERAK BATIN KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN 2014

(1)

PENGARUH LAMA PENDIDIKAN, JENIS PEKERJAAN,

USIA KAWIN PERTAMA DAN PENGGUNAAN ALAT KONRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PASANGAN

USIA SUBUR (PUS) DI DESA MERAK BATIN KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN 2014

(Skripsi)

Oleh LILY HANIFAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

ABSTRAK

PENGARUH LAMA PENDIDIKAN, JENIS PEKERJAAN,

USIA KAWIN PERTAMA DAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK YANG DILAHIRKAN WANITA PASANGAN

USIA SUBUR (PUS) DI DESA MERAK BATIN KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

TAHUN 2014 Oleh LILY HANIFAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pendidikan, jenis pekerjaan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014.

Penelitian menggunakan metode survei. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita PUS yang memiliki anak lahir hidup minimal satu, dengan jumlah 2.035 jiwa, dengan sampel penelitian sebesar 95 wanita PUS yang diperoleh menggunakan teknik proportional random sampling. Data dikumpulkan menggunakan wawancara terstruktur dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) lama pendidikan berpengaruh terhadap jumalah anak yang dilahirkan, besarnya sumbangan pengaruh (r2) yaitu 23,9 persen, (2) jenis pekerjaan berpengaruh terhadap jumlah anak yang dilahirkan, besarnya sumbangan pengaruh (r2) yaitu 20,8 persen, (3) usia kawin pertama berpengaruh terhadap jumlah anak yng dilahirkan, besarnya sumbangan pengaruh (r2) yaitu 31,6 persen,(4) penggunaan alat kontrasepsi berpengaruh terhadap jumalah anak yang dilahirkan, besarnya sumbangan pengaruh (r2) yaitu 51,1 persen, (5) lama pendidikan, jeis pekerjaan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi berpengaruh terhadap jumlah anak yang dilahirkan, besarnya sumbangan pengaruh (r2) yaitu 61,10 persen.

Kata kunci: Lama Pendidikan, Jenis Pekerjaan, Alat Kontrasepsi, Usia Kawin Pertama, Jumlah Anak.


(3)

ABSTRACT

THE EFFECT OF LONG EDUCATION, OCCUPATION, FIRST MARRIAGE AGE AND USE CONTRACEPTIVE DEVICE ON NUMBER OF CHILDREN BORN FEMALE AGE COUPLE LUSH

(EFA) IN MERAK BATIN VILLAGE NATAR DISTRICT SOUTH LAMPUNG REGENCY

YEAR 2014 By

LILY HANIFAH

This study aims to determine the effect of long education, occupation, first marriage age and use contraceptive device on number of children born female age couple lush (efa) in merak batin village natar district south lampung regency year 2014.

Research using survey method. The population in this study are all EFA woman who had at least one child born alive, the number of 2,035 inhabitants, with a sample of 95 women EFA obtained using proportional random sampling technique. Data were collected using structured interviews and documentation. The data analysis technique used is a simple linear regression analysis and multiple linear regression analysis.

The results showed that (1) the length of education affect the number of children born, the contribution of influence (r2) is 23,9 percent, (2) the type of work affect the number of children born, the contribution of influence (r2) is 20,8 percent, (3) age at first marriage affect the number of children born, the contribution of the effect (r2) is 31,6 per cent, (4) the use of contraceptives affect the number of children born, the contribution of influence (r2) is 51,1 percent, (5) the length of education, occupation, age at first marriage and the use of contraceptives affect the number of children born, the contribution of influence (r2) is 61,10 percent.

Keywords: Old Education, Occupation, Contraception, Married First Age, Number of Children.


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kelurahan Gunung Sulah yang berada di Kecamatan Way Halim, Ibu Kota Bandar Lampung Lampung pada 31 Agustus 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, pasangan Bapak Suwarno dan Ibu Muhimah.

Pendidikan yang pernah dilalui adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Surabaya diselesaikan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 12 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2010. Tahun ajaran 2010 terdaftar sebagai Mahasiswa Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Geografi melalui jalur SNMPTN.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan I di Bagelen, Pesawaran dan Pantai Duta Wisata, Pesawaran. Melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan II (terpadu) di Bandung, Jawa Tengah DI Jogja – Solo pada 25 Maret - 02 April 2012. Tanggal 02 Juli – 16 September penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Pagar Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat dan melaksanakan Program Pengalaman Lapangan di SMP Negeri 01 Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat.


(9)

MOTO

Kesabaran dan Usaha Keras akan sanggup Menghilangkan Kesulitan dan Melenyapkan Rintangan

(Penulis)

Kadang keberhasilan baru akan tiba setelah kesulitan dialami. Maka jangan menyerah dalam menggapai keberhasilan walau kesulitan

menghadang. (Mario Teguh)

“Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat serta keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan. Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak diikuti pelajaran. Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika

tidak disertai cinta” (Khalil Gibran)


(10)

PERSEMBAHAN

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan

salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW. Ya allah ...

Terima kasih atas nikmat dan rahmat-mu, hari ini hamba bahagia. Sebuah perjalanan panjang dan gelap, telah kau berikan secercah cahaya terang. Syukur

alhamdulillah. Kini aku tersenyum dalam iradat-mu. Kini baru kumengerti arti kesabaran dalam penantian, sungguh tak kusangka ya allah.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi.

Ibu dan Bapak tercinta, Mamasku Rahmat Hidayat, Mbakku Nurhasanah dan Mas Wahyu Dwi Setyawanyang selalu senatiasa memberikan semangat dan

motivasi demi keberhasilanku.

Para pendidik yang dengan tulus, ikhlas dan penuh kesabaran dalam mendidikku. Kepada teman-teman seperjuangan khususnya teman-teman pendidikan Geografi agkatan 2010 yang tak bisa tersebutkan namanya satu persatu terima kasih yang

tiada tara ku ucapakan. Terima kasih atas doa dan bantuan kalian selama ini, yang telah memberikan motivasi dan inspirasi, bersama kalian aku belajar

memaknai hidup.


(11)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya dapat terselesaikan skripsi yang berjudul “Lama Pendidikan, Jenis Pekerjaan, Usia Kawin Pertama dan Penggunaan Alat Kontrasepsi Terhadap Jumlah Anak yang Dilahirkan Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014”. Shalawat teriring salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan umat manusia.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Pembimbing I, Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Pembimbing II sekaligus Pembimbing Akademik dan Ibu Dr. Hj. Trisnaningsih, M. Si., selaku Pembahas yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, nasihat dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(12)

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerja Sama, Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung terima kasih atas saran yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh staff dan dosen Program Studi Pendidikan Geografi, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.

6. Bapak Agus, selaku Kepala Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan atas izin dan bantuan yang diberikan selama melakukan penelitian.

7. Bapak Suwandi, S.H., selaku Kepala PLKB Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan atas izin dan bantuan yang diberikan selama melakukan penelitian.

8. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendidik dan mendo’akan keberhasilanku dan senantiasa memberi dukungan dan kasih sayang. Mamas dan Mbakku (Rahmat Hidayat dan Nurhasanah), Mas Wahyu Dwi


(13)

atas doa dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku tercinta, Nanik, Aya, Mba Noey, Dwi, Erna, Tyas, Riana, Uly, Ilma, Indah, Lala, Citra, Fuspa, Melya, Milda, Mia, Reni, Eka, Dewi, Lya, Nope, Echa, Bagus, Jefri, Qeis, Aris, Catur, Josan, Azmi, Areta, David, Bagus, Asrul, Alm. Hegar Prahara, Marsel, Fatih, Agung, Angga, Welly, terima kasih atas persahabatan, kebersamaan dan semangatnya selama ini.

10. Teman-teman seperjuangan khususnya Geografi angkatan 2010 yang selalu menjadi semangat dalam pengerjaan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuanganku di Desa Pagar Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat, Noce, Imam, Selvita, Hikmah, Mbak Zima, Risma, Inayah, Mbak Mei, terima kasih atas semangat, kebersamaan dan do’anya selama ini.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis berharap kiranya Allah SWT senantiasa memberikan karunia dan hidayah-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini berguna bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, Maret 2015 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 10

C.Batasan Masalah ... 11

D.Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Kegunaan Penelitian ... 12

G.Ruang Lingkup Penelitian ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A.Tinjauan Pustaka ... 14

1. Aspek-Aspek Demografi ... 14

a. Demografi ... 14

b. Fertilitas ... 14

2. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Fertilitas... 15

a. Lama Pendidikan ... 17

b. Jenis Pekerjaan ... 19

c. Usia Kawin Pertama ... 21

d. Penggunaan Alat Kontrasepsi ... 22

e. Pasangan Usia Subur (PUS) ... 32

B.Penelitian yang Relevan ... 33

C.Kerangka Pikir ... 34


(15)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian ... 38

B.Populasi dan Sampel ... 38

1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 39

C.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 44

1. Variabel Penelitian ... 44

2. Definisi Operasional Variabel ... 44

D.Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Wawancara Terstruktur ... 47

2. Dokumentasi ... 47

E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 48

F. Hasil Uji Coba Angket ... 50

G.Teknik Analisis Data ... 54

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Daerah Penelitian ... 60

1. Letak dan Keterjangkauan ... 60

a. Letak Astronomis ... 60

b. Letak Administratif ... 62

c. Keterjangkauan ... 62

2. Keadaan Topografi ... 63

3. Penggunaan Lahan ... 63

4. Keadaan Sosial Ekonomi ... 64

B.Keadaan Penduduk ... 65

1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk ... 65

2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk ... 65

3. Komposisi Penduduk ... 67

a. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin .... 67

b. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 71

c. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 72

C.Deskripsi Data ... 73

1. Identitas Wanita PUS ... 73

a. Umur ... 73

b. Lama Pendidikan ... 75

c. Jenis Pekerjaan ... 77

d. Usia Kawin Pertama ... 80

e. Penggunaan Alat Kontrasepsi ... 83

f. Jumlah Anak yang Dilahirkan ... 85

D.Pengujian Hipotesis ... 86

1. Pengujian Hipotesis Pertama ... 86

2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 87

3. Pengujian Hipotesis Ketiga ... 89

4. Pengujian Hipotesis Keempat ... 90


(16)

iii

E. Pembahasan ... 95

V. SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 124

B.Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 127


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Anak Lahir Hidup yang Dilahirkan Wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013 ... 3

2. Lama Pendidikan Wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013 ... 5

3. Jenis Pekerjaan Wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013 ... 6

4. Usia Kawin Pertama Wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013 ... 7

5. Jenis Alat Kontrasepsi Wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013 ... 9

6. Penelitian yang Relevan ... 33

7. Perhitungan Proporsi Sampel Tiap Wilayah ... 41

8. Perhitungan Persebaran Sampel ... 42

9. Interpretasi Nilai “r” ... 49

10. Hasil Validitas Item Pertanyaan Kuesioner Tentang Variabel Lama Pendidikan ... 50

11. Hasil Validitas Item Pertanyaan Kuesioner Tentang Variabel Jenis Pekerjaan ... 51

12. Hasil Validitas Item Pertanyaan Kuesioner Tentang Variabel Usia Kawin Pertama ... 52

13. Hasil Validitas Item Pertanyaan Kuesioner Tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi ... 53


(18)

v

14. Hasil Uji Normalitas ... 55 15. Hasil Homogenitas ... 57

16. Penggunaan Lahan Desa Merak Batin Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013 ... 64 17. Persebaran Penduduk Per Dusun Di Desa Merak Batin

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013 ... 65 18. Pengelompokkan Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin

Di Desa Merak Batin Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013 ... 68 19. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

Tahun 2013 ... 71 20. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Di Desa Merak BatinKecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013 ... 72 21. Umur Wanita Pasangan Usia Subur di Desa Merak Batin

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 ... 73 22. Umur Wanita PUS Terhadap Jumlah Anak yang Dilahirkan

di Desa Merak Batin Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 ... 74 23. Lama Pendidikan Wanita Pasangan Usia Subur

di Desa Merak Batin Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 ... 75 24. Lama Pendidikan Wanita PUS Terhadap Jumlah Anak

yang Dilahirkan di Desa Merak Batin

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 ... 76 25. Jenis Pekerjaan Wanita PUS di Desa Merak Batin

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 ... 78 26. Jenis Pekerjaan Wanita PUS Terhadap Jumlah Anak Yang Dilahirkan

di Desa Merak Batin Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 ... 79 27. Usia Kawin Pertama Wanita PUS di Desa Merak Batin


(19)

28. Usia Kawin Pertama Wanita PUS Terhadap Jumlah Anak yang Dilahirkan di Desa Merak Batin

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 ... 81

29. Penggunaan Alat Kontrasepsi Wanita Pasangan Usia Subur di Desa Merak Batin Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 ... 83 30. Penggunaan Alat Kontrasepsi Wanita PUS Terhadap

Jumlah Anak yang Dilahirkan di Desa Merak Batin

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 ... 84 31. Jumlah Anak yang Dilahirkan Wanita Pasangan Usia Subur

di Desa Merak Batin Kecamatan Natar


(20)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Bagan Kerangka Pikir ... 36 2. Peta Peta Sebaran Responden Wanita PUS Desa Merak Batin

Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014an ... 43 3. Peta Desa Merak Batin Kecamatan Natar


(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Definisi Operasional Variabel ... 130

2. Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian ... 131

3. Kuesioner Penelitian ... 132

4. Data Identitas Wanita PUS Desa Merak Batin ... 140

5. Data Lama Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Wanita PUS Desa Merak Batin ... 144

6. Data Usia Kawin Pertama Wanita PUS Desa Merak Batin ... 148

7. Data Penggunaan Alat Kontrasepsi Wanita PUS Desa Merak Batin ... 152

8. Data Jumlah Anak yang Dilahirkan Wanita PUS Desa Merak Batin ... 156

9. Rekapitulasi Data Uji Coba ... 161

10. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 164

11. Uji Normalitas ... 170

12. Uji Homogenitas ... 172

13. Uji Hipotesis ... 173

14. Tabel t Statistik ... 179

15. Tabel F Statistik ... 180


(22)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat dunia, secara kuantitas penduduk Indonesia merupakan yang terbesar keempat setelah China, India, dan Amerika Serikat (BKKBN, 2007: 2). Pertumbuhan pendudukan yang tinggi menimbulkan masalah bagi pemerintah dalam usaha mengembangkan dan meningkatkan taraf hidup warga negaranya.

Di Provinsi Lampung, berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2000 jumlah penduduk Lampung 6.741.439 juta jiwa dan pada tahun 2010 mengalami kenaikan yaitu mencapai 7.608.405 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk ada kenaikan di Provinsi Lampung, hal ini terlihat dari tahun 1990 - 2000 yaitu sebesar 1,17% per tahun dan tahun 2000 - 2010 yaitu sebesar 1,24% per tahun (BPS, 2010: 10). Sementara itu, Total Fertility Rate (TFR) Provinsi Lampung, berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), sudah dapat diturunkan dari 2,7 pada tahun 2002/2003, menjadi 2,5 tahun 2007 (SDKI, 2007: 32), tetapi pada tahun 2012 TFR di Provinsi Lampung meningkat menjadi 2,7 (SDKI, 2012: 8). Hal ini tidak sesuai dengan sasaran atau target yang harus dicapai dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)


(23)

2010 - 2014 bahwa sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan Program KB adalah menurunnya TFR menjadi 2,36 pada tahun 2014 (SDKI, 2012: 9).

Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 909.989 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,47% per tahun (BPS, 2010: 7). Dari jumlah penduduk tersebut, persentase terbesar yaitu sekitar 19,16% berada di Kecamatan Natar. Kecamatan Natar merupakan kecamatan yang memiliki jumlah penduduk yang besar yaitu sebanyak 174.396 jiwa. Di Kecamatan Natar terdiri dari 26 desa yang salah satunya Desa Merak Batin, yaitu salah satu desa yang memiliki jumlah penduduk yang banyak yaitu 14.430 jiwa (Monografi Kecamatan, 2013).

Untuk mengendalikan jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, pemerintah mencanangkan suatu gerakan Keluarga Berencana (KB) dengan mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Program Keluarga Berencana (KB) adalah upaya untuk mewujudkan penduduk dan keluarga-keluarga yang berkualitas.

Idealnya, untuk mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) dan Penduduk Tanpa Pertumbuhan (PTP) dibutuhkan syarat: 1) TFR sekitar 2,1 anak per WUS . 2) NRR (Net Reproductive Ratio) = 1 anak, yaitu rata-rata anak perempuan 1 orang pada setiap keluarga. 3) Keikutsertaan ber-KB minimal 70%. Ketiga syarat tersebut harus dapat dipertahankan selama 40 tahun berturut-turut, tidak boleh


(24)

3

mengendor apalagi memburuk (BKKBN, 2007: 3). Kenyataannya masih dijumpai keluarga pasangan usia subur (PUS) yang memiliki anak lebih dari dua orang, seperti halnya yang terdapat pada keluarga pasangan usia subur di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2014.

Desa Merak Batin, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan berpenduduk 14.430 jiwa yang terdiri dari 3.310 Kepala Keluarga, dan dengan jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak 2.204 Kepala Keluarga dengan jumlah anak yang dilahirkan sebanyak 5.640 jiwa (Monografi Desa Merak Batin, Tahun 2013). Sebagai gambaran tentang jumlah anak yang dilahirkan pasangan usia subur (PUS) di desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Jumlah Anak Lahir Hidup Pada Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) di Setiap Dusun di Desa Merak Batin, Kecamatan Natar,

Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013.

No. Dusun Jumlah PUS

(orang)

Jumlah anak PUS

(orang)

Rata-rata

1 Merak Batin Induk 253 908 3,57

2 Srikaton 125 323 2,58

3 Pasar Lama 148 401 2,70

4 Citerep 316 766 2,42

5 Tanjung Seneng 310 778 2,50

6 Tanjung Waras 696 1627 2,33

7 Banjarjo 356 837 2,35

Jumlah 2204 5640 2,55

Sumber: PLKB Desa Merak Batin, 2013.

Dari Tabel 1, dapat dijelaskan bahwa rata-rata jumlah anak yang dilahirkan PUS di Desa Merak Batin Tahun 2013 masih tergolong tinggi, yaitu lebih dari 2 orang dengan rata-rata 2,55 anak yang kemungkinan masih dapat menambah anak lagi.


(25)

Hal ini tidak sesuai dengan kebijakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yaitu jumlah anggota keluarga yang ideal adalah 4 orang yang terdiri dari satu ayah, satu ibu, dan dua anak cukup. Keluarga yang memiliki anak ≤ 2 dikategorikan sebagai keluarga kecil atau sedikit dan yang memiliki anak > 2 dikategorikan sebagai keluarga besar atau memiliki anak banyak.

Keluarga pasangan usia subur (PUS) yang memiliki anak lebih dari dua orang masih dijumpai di Desa Merak Batin, tetapi tidak semua PUS di Desa Merak Batin sudah memiliki anak, hanya 2035 PUS yang sudah memiliki anak yang dilahirkan minimal satu, yang terdiri atas 775 PUS (38,08 persen) yang memiliki anak kurang dari atau sama dengan dua (≤ 2) anak dan 1260 PUS (61,92 persen) yang memiliki anak lebih dari dua atau (> 2) anak (Monografi Desa Merak Batin, 2013).

Banyaknya anak yang dimiliki oleh PUS di Desa Merak Batin ini tidak sesuai dengan visi BKKBN yaitu “Penduduk Tumbuh Seimbang 2015”. Dalam mencapai kondisi penduduk tumbuh seimbang merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional yaitu mewujudkan pertumbuhan penduduk yang stabil yang ditandai dengan menurunnya angka fertilitas (TFR) menjadi 2,1 per wanita atau Net Reproduction Rate (NRR) sama dengan 1 (BKKBN, 2011: 5).

Besar kecilnya jumlah anak yang dilahirkan dalam suatu penduduk, tergantung pada beberapa faktor misalnya, stuktur umur, tingkat pendidikan, umur pada waktu kawin pertama, banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepi dan pendapatan/kekayaan (Mantra, 2003: 147).


(26)

5

Tingkat pendidikan wanita PUS di Desa Merak Batin masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini:

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Wanita PUS di Desa Merak Batin Tahun 2013. No. Tingkat Pendidikan Jumlah Wanita

PUS

Persentase (%)

1. Tidak tamat SD 330 14,97

2. Tamat SD-SMP 1071 48,59

3. SMA 637 28,80

4. Perguruan Tinggi 150 6,80

Jumlah Total 2204 100,00

Sumber : PLKB Desa Merak Tahun 2013.

Berdasarkan Tabel 2, dapat dijelaskan bahwa persentase terbesar (48,59 persen) adalah wanita PUS yang memiliki tingkat pendidikan yang tergolong masih rendah. Hal ini dapat diketahui bahwa sebagian besar yaitu 48,59 persen hanya tamat SD - SMP dan wanita pasangan usia subur yang memiliki tingkat pendidikan tinggi hanya 6,80 persen Hal ini dapat diketahui bahwa menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003: 20), pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi atau Universitas. Sehingga masih banyak wanita pasangan usia subur di Desa Merak Batin memiliki pendidikan yang rendah yaitu dengan sebagian besar yaitu 48,59 persen wanita PUS hanya tamat SD - SMP.

Rendahnya tingkat pendidikan dapat berpengaruh pada jumlah anak yang dilahirkan yaitu semakin rendah tingkat pendidikan cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih banyak sebaliknya dengan tingkat pendidikan yang tinggi dapat berpengaruh atau berdampak pada pembatasan jumlah anak yang


(27)

dilahirkan, dimana hal ini dapat tejadi melalui meningkatnya usia kawin pertama, karena tingginya tingkat pendidikan dan penggunaan alat kontrasepsi. Tingkat pendidikan yang rendah yang dimiliki wanita PUS di Desa Merak Batin berpengaruh terhadap kemampuannya untuk mendapatkan pekerjaan yang memerlukan keahlian yang memadai dengan imbalan yang lebih baik. Hal ini yang menyebabkan wanita pasangan usia subur di Desa Merak Batin tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga dan hanya sebagian wanita yang bekerja. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 3 Berikut ini:

Tabel 3. Pekerjaan Wanita PUS di Desa Merak Batin Tahun 2013.

No. Pekerjaan Jumlah Wanita PUS Persentase (%)

1. Tidak Bekerja 1.473 66,84

2. Bekerja 731 33,16

Jumlah Total 2.204 100,00

Sumber : PLKB Desa Merak Batin Tahun2013.

Berdasarkan Tabel 3, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar 1.473 (66,84 persen wanita PUS) di Desa Merak Batin hanya sebagai ibu rumah tangga, sedangkan yang bekerja hanya 731 persen (33,16 wanita PUS). Hal ini dapat diketahui karena masih banyaknya wanita PUS yang memiliki pendidikan yang rendah dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang sehingga sulit untuk mencari pekerjaan.

Menurut Muchtar dan Purnomo (2009: 5) wanita yang bekerja di luar rumah cenderung mempunyai anak lebih sedikit, sedangkan wanita yang hanya mengurus rumah tangga mempunyai anak lebih banyak. Untuk mengatasi tingkat kelahiran bayi tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan perkawinan usia pertama. Usia kawin pertama dapat diduga berkaitan dengan banyaknya


(28)

7

jumlah anak yang dilahirkan, karena dengan usia kawin yang relatif muda maka masa melahirkan lebih lama, sehingga memperbesar kemungkinan bagi seorang ibu untuk melahirkan banyak anak.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, pasal 6 ayat 2 “Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua”. Seperti halnya yang terdapat di Desa Merak Batin, masih terjadi rendahnya usia kawin pertama wanita PUS, hal ini dapat terlihat dari data perkawinan yang terjadi selama lima tahun terakhir, tetapi berdasarkan data yang diperoleh dari KUA Kecamatan Natar, tidak semua perkawinan PUS tercatat di KUA, hal ini disebabkan karena tidak semua PUS menikah di KUA Kecamatan Natar, berikut ini merupakan perkawinan yang tercatat di KUA Kecamatan Natar selama lima tahun terakhir dari tahun 2009 sampai 2013 yaitu pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Usia Kawin Pertama wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013. No. Usia

Kawin

Tahun Total

2009 2010 2011 2012 2013

1. ≤ 20 50

(64,11) 60 (55,55) 74 (52,11) 64 (49,23) 131 (65,18) 379 (57,51) 2. >20 28

(35,89) 48 (44,45) 68 (47,89) 66 (50,77) 70 (34,82) 280 (42,48)

Jumlah 78

(100,00) 108 (100,00) 142 (100,00) 130 (100,00) 201 (100,00) 659 (100,00) Sumber: KUA Kecamatan Natar Tahun, 2013.

Dari Tabel 4, dapat dilihat bahwa usia kawin pertama selama 5 tahun terakhir dari tahun 2009 - 2013 di Desa Merak Batin, yaitu wanita PUS lebih banyak menikah pada usia kawin pertama kurang dari atau sama dengan 20 tahun (≤ 20) sebanyak


(29)

379 (57,51 persen), dibandingkan yang menikah pada usia dewasa yaitu usia kawin lebih dari 20 tahun (>20) sebanyak 280 (42,48 persen). Rata-rata usia kawin pertama di Desa Merak Batin dari tahun 2009 - 2013 ada peningkatan yaitu pada tahun 2009 rata-rata usia kawin pertama yaitu 17 tahun, kemudian pada tahun 2010 - 2012 rata-rata usia kawin pertama meningkat menjadi 18 tahun, kemudian pada tahun 2013 meningkat yaitu dengan rata-rata usia kawin pertama yaitu umur 19 tahun yang dimana masih tergolong rendah. Dimana rata-rata usia kawin di tingkat Provinsi Lampung dan Nasional yaitu 19,38 tahun dan rata-rata usia kawin pertama di tingkat Nasional yaitu 19,70 tahun (BPS, 2010: 5). Tren usia kawin pertama wanita PUS yang menikah pada usia kurang dari atau sama dengan 20 tahun (≤ 20) cenderung meningkat dari tahun 2009 - 2013. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran wanita PUS di Desa Merak Batin untuk menunda perkawinan masih rendah, karena masih terjadi usia kawin pertama yang tergolong rendah yaitu pada usia kurang dari atau sama dengan 20 tahun, dimana hal ini menunjukan bahwa pendewasaan usia pernikahan (PUP) diduga belum berjalan dengan maksimal di Desa Merak Batin.

Menurut BKKBN (2013: 37) yang menyatakan pendewasaan usia pernikahan (PUP) untuk meningkatkan usia kawin pertama yaitu mencapai usia minimal 21 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria, karena semakin rendah usia kawin pertama, maka masa perkawinannya menjadi lebih lama dan masa reproduksinya menjadi semakin panjang yang kemungkinan semakin besar memberi kesempatan untuk melahirkan. Usia kawin pertama yang meningkat seharusnya diiringi dengan penurunan fertilitas, sementara usia kawin pertama bukan merupakan


(30)

9

satu-satunya upaya penurunan fertilitas, upaya yang lain yaitu dengan penggunaan alat kontrasepsi yang digunakan oleh pasangan usia subur (PUS).

Secara umum, wanita PUS di Desa Merak Batin yang menggunakan alat kontrasepsi yaitu sebanyak 1.518 (68,0 persen) dan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi yaitu 686 (32,0 persen), PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi memiliki berbagai alasan untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi (PLKB Kecamatan Natar, 2013).

Dari jumlah PUS yang menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 1.518 (68,0 persen), jenis alat kontrasepsi (KB) yang dipakai PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan 2014, dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Jenis Alat Kontrasepsi Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2013.

No. Alat Kontrasepsi Akseptor KB Persentase (%)

Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP)

1106 72,86

1. SUNTIK 645 42,49

2. PIL 450 29,64

3. KONDOM 11 0,73

Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (MKJP) 412 27,14

5. IMPLANT/SUSUK KB 222 14,62

6. IUD (Intra Uterine Device) 144 9,48

7. MOP/Vasektomi 26 1,72

8. MOW/Tubektomi 20 1,32

Jumlah 1518 100,0

Sumber: PLKB Desa Merak Batin Tahun 2013.

Berdasarkan data pada Tabel 5, diketahui bahwa jenis alat kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB dibagi menjadi dua yaitu alat kontrasepsi Metode


(31)

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP). Jenis alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh PUS adalah suntik (42,49 persen) dan pil (29,64 persen) menempati urutan kedua. Kedua jenis alat kontrasepsi tersebut merupakan metode kontrasepsi Non MKJP, yaitu alat kontrasepsi jangka pendek yang tingkat kegagalannya relatif tinggi jika dibandingkan dengan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, MOW/Tubektomi, MOP/Vasektomi, Implant/Susuk.

Jadi, dapat diketahui bahwa wanita PUS yang menggunakan alat kontrasepsi banyak menggunakan jenis alat kontrasepsi Non MKJP dibanding dengan MKJP. Sedangkan alat kontrasepsi Non MKJP memiliki efektifitas yang rendah dan resiko kegagalan yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat kontrasepsi MKJP yang diduga berdampak pada jumlah anak yang dilahirkan seperti terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dan diharapkan.

Berdasarkan latar belakang masalah, maka ingin diteliti tentang pengaruh lama pendidikan, jenis pekerjaan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Banyaknya jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS. 2. Pendidikan wanita PUS yang rendah.


(32)

11

3. Banyaknya wanita PUS yang tidak bekerja. 4. Rendahnya usia kawin pertama wanita PUS.

5. Keikutsertaan PUS sebagai akseptor KB masih rendah.

6. Penggunaan alat kontrasepsi oleh wanita PUS yang tidak teratur.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Lama pendidikan wanita PUS. 2. Jenis pekerjaan wanita PUS. 3. Usia kawin pertama wanita PUS.

4. Penggunaan alat kontrasepsi oleh wanita PUS. 5. Banyaknya jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah tersebut, masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan lama pendidikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan jenis pekerjaan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan usia kawin pertama terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS?


(33)

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS?

5. Apakah ada pengaruh yang signifikan lama pendidikan, jenis pekerjaan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi dan dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh lama pendidikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS.

2. Untuk mengetahui pengaruh jenis pekerjaan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS.

3. Untuk mengetahui pengaruh usia kawin pertama terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS.

4. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS.

5. Untuk mengetahui pengaruh lama pendidikan, jenis pekerjaan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS.

F. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan geografi pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.


(34)

13

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi penelitian yang sejenis di lokasi lain.

3. Hasil penelitian ini, diharapkan berguna bagi pembaca dalam melakukan penelitian tentang banyaknya jumlah anak yang dilahirkan PUS.

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup objek penelitian ini adalah lama pendidikan, jenis pekerjaan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi wanita pasangan usia subur (PUS) di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014.

2. Ruang lingkup subjek penelitian adalah semua wanita pasangan usia subur (PUS) yang memiliki anak lahir hidup minimal satu di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan tahun 2014.

3. Ruang lingkup tempat dan waktu penelitian adalah Desa Merak Batin Tahun 2014.

4. Ruang lingkup ilmu adalah Demografi. Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi, distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial (Donald J. Bague dalam Pollard dan Yusuf, 1989: 12).


(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Aspek-Aspek Demografi a. Demografi

Menurut Donald J. Bague dalam Pollard dan Yusuf (1989: 12) demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi, distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan perubahan-perubahan penduduk yang berhubungan dengan komponen-komponen perubahan tersebut seperti: kelahiran, kematian, migrasi, sehingga menghasilkan suatu keadaan dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu.

b. Fertilitas

Menurut Fawcett, James T. dalam Singarimbun (1984: 10) fertilitas adalah jumlah kelahiran yang terjadi dalam penduduk tertentu dan dalam waktu tertentu. Dalam


(36)

15

studi fertilitas jumlah diberikan batas-batas yang teliti, misalnya: tingkat kelahiran kasar, tingkat kelahiran menurut umur tertentu, tingkat fertilitas umum dan tingkat reproduksi kotor.

Menurut Mantra (2003: 145) fertilitas adalah sama dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada tanda-tanda kehidupan, misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan sebagainya. Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan disebut dengan lahir mati (still birth) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran. Disamping istilah fertilitas ada juga istilah fekunditas (fecundity) sebagai petunjuk kepada kemampuan fisiologi dan biologis seorang perempuan untuk menghasilkan anak lahir hidup.

Menurut NKKBS dalam BKKBN (2007: 12) adalah satu keluarga terdiri dari 4 orang yang terdiri dari satu ayah, satu ibu dan dua anak cukup. Dimana suatu keluarga yang memiliki anak ≤ 2 dikategorikan sebagai keluarga kecil atau sedikit dan yang memiliki anak > 2 dikategorikan sebagai keluarga besar atau mempunyai banyak anak.

2. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Fertilitas

Faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dibedakan menjadi faktor yang langsung dapat mempengaruhi dan yang tidak langsung mempengaruhi. Menurut Mantra (2003: 147), faktor tidak langsung yang berpengaruh adalah unsur demografi, yaitu struktur umur, status perkawinan dan proporsi perkawinan, faktor yang kedua adalah unsur non


(37)

demografi antara lain keadaan penduduk, tingkat pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, perbaikan status wanita, urbanisasi, penggunaan alat kontrasepsi, serta tingkat pengetahuan KB.

Menurut Davis dan Blake dalam Singarimbun (1978: 2), ada sebelas variabel antara yang berpengaruh langsung terhadap fertilitas, yaitu:

I. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan untuk hubungan kelamin (intercourse variables).

A. Faktor –faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perceraian hubungan kelamin (sexual union) dalam masa reproduksi.

1. Umur memulai hubungan kelamin.

2. Selibat permanen; proporsi wanita yang tak pernah mengadakan hubungan kelamin.

3. Lamanya periode reproduksi yang hilang sesudah atau diantara masa hubungan kelamin:

a. Bila hidup sebagai suami istri itu berakhir karena perceraian, berpisah atau salah seorang melarikan diri.

b. Bila hidup sebagai suami istri itu berakhir karena suami meninggal. B. Faktro-faktor yang mempengaruhi kemungkinan untuk hubungan kelamin.

4. Abstinensi sukarela.

5. Abstinensi terpaksa (impotensi, sakit, berpisah sementara yang tak terhindari).

6. Frekuensi hubungan seks (tidak termasuk masa abstinensi).

II.Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan untuk hubungan kelamin (conception variables).

7. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh sebab-sebab di luar kemauan.

8. Menggunakan atau tak menggunakan metode-metode kontrasepsi: a. Menggunakan cara-cara mekanik dan bahan-bahan kimia. b. Menggunaka cara lain.

9. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh sebab-sebab yang disengaja sterilisasi, subinsisi, obat-obatan dan sebagainnya.

III.Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran dengan selamat (gestation variables).

10.Mortalitas janin karena sebab-sebab yang tidak disengaja. 11.Mortalitas janin karena sebab-sebab yang disengaja.

Menurut Singarimbun (1978: 8), umur memulai hubungan kelamin merupakan salah satu variabel yang memungkinkan diadakannya senggama dan menguntungkan fertilitas. Perkawinan yang diadakan pada umur muda


(38)

setidak-17

tidaknya menjamin orang-orang muda itu mempunyai keturunan sebelum mereka menutup usia.

Dalam situasi tertentu, keluarga berencana merupakan pendekatan tidak langsung, dan dapat dipandang sebagai suatu cara politis yang dapat diterima untuk memulai “pengendalian laju pertumbuhan penduduk” pada tingkat nasional dengan mempromosikan penekanan fertilitas dan pembentukan keluarga kecil di kalangan suami istri.

Langkah pertama untuk menanggulangi laju pertumbuhan penduduk yang demikian tinggi adalah memperkenalkan cara kontrasepsi, dan cara tersebut diharapkan akan dilaksanakan oleh masyarakat secara sukarela. Menurut Davis dan Blake dalam Singarimbun (1978: 3) Penurunan fertilitas diakibatkan oleh adanya faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konsepsi salah satunya adalah dengan pemakaian alat kontrasepsi.

a. Lama Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, 2003: 2)

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003: 3) tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat


(39)

perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (2003: 20), indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, terdiri dari:

1. Pendidikan dasar: Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. 2. Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.

3. Pendidikan tinggi: Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi atau Universitas.

Program pendidikan baik melalui sekolah maupun lewat media hampir pasti mempunyai pengaruh dalam jangka waktu yang panjang, walaupun secara teknis pengaruhnya yang pasti tidak dapat dihitung. Setiap usaha untuk menanamkan kesadaran tentang akibat jumlah penduduk yang tak terkendalikan baik untuk keluarga maupun untuk bangsa, akan membantu usaha untuk menurunkan tingkat fertilitas.

Menurut Ananta (1993: 198) yang mengatakan bahwa pendidikan yang tinggi sering kali mendorong kesadaran untuk tidak memiliki anak banyak dengan pendidikan yang tinggi orang cenderung memilih untuk mempunyai anak dalam jumlah kecil tapi bermutu di bandingkan dengan memiliki banyak anak tapi tidak bermutu.


(40)

19

Terence dan Valerie dalam Singarimbun (1978: 73) mengemukakan bahwa perbedaan fertilitas pada wanita yang pernah kawin dapat terlihat menurut tingkat pendidikannya.

Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan mempunyai kaitan dengan pengetahuan dan pandangan dalam pembatasan jumlah anak dengan lama pendidikan yang ditempuh atau diselesaikan oleh wanita PUS yang dinyatakan dalam lama mengikuti pendidikan diukur dalam tahun, pendidikan dapat mempengaruhi jumlah anak yang dilahirkan. Berikut ini merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur lama pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Lama menempuh pendidikan 6 tahun untuk SD. b. Lama menempuh pendidikan 9 tahun untuk SMP. c. Lama menempuh pendidikan 12 tahun untuk SMA.

d. Lama menempuh pendidikan > 12 tahun untuk Perguruan Tinggi (PT).

b. Jenis Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan ekonomi dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan paling sedikit satu jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu (BPS, 2010). Menurut Soekanto (2003: 24) pekerjaan adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa bagi diri sendiri atau orang lain, baik orang melakukan dengan dibayar atau tidak, selanjutnya menjelaskan mengenai pekerjaan sebagai berikut: Dengan bekerja orang akan memperoleh pendapatan. Pendapatan ini memberikan kepadanya dan keluarganya untuk mengkonsumsi barang dan jasa hasil pembangunan dengan demikian


(41)

menjadi lebih jelas, barang siapa yang mempunyai produktif, maka ia telah nyata berpartisipasi secara nyata dan aktif dalam pembangunan.

Status bekerja merupakan status wanita pasangan usia subur dalam pekerjaan. Semakin banyak jam kerja seseorang maka akan semakin besar produktivitasnya dan semakin banyak waktu yang digunakan untuk bekerja maka akan semakin kecil pula peluang untuk memperoleh anak.

Muchtar dan Purnomo (2009: 5) mengemukakan status bekerja wanita mempunyai pengaruh terhadap tingkat fertilitas. Wanita yang bekerja umumnya mempunyai tingkat fertilitas lebih rendah dari wanita yang tidak bekerja. Dalam analisa pekerjaan dibedakan antara wanita bekerja dan tidak bekerja. Berikut ini merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur pekerjaan adalah sebagai berikut:

a. Bekerja, bila responden memiliki pekerjaan selain ibu rumah tangga. Pekerjaan menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2010) dibedakan menjadi kategori yaitu:

- Berusaha sendiri.

- Berusaha dengan bantuan orang lain tetapi tidak tetap. - Berusaha sendiri dengan bantuan tetap.

- Buruh/Karyawan/Pegawai. - Pekerja keluarga.

b) Tidak bekerja; bila responden tidak memiliki pekerjaan selain ibu rumah tangga.


(42)

21

c. Usia Kawin Pertama

Menurut Undang-undang Perkawinan tahun 1974 Pasal 1, bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Usia kawin pertama adalah usia kawin pertama wanita PUS saat pertama kali melangsungkan perkawinan pertama yang dinyatakan dalam tahun.

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, pasal 6 ayat 2 “Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua”. Kemudian menurut Hartanto (2004, p.45), “Usia 20 - 35 tahun dikategorikan dalam Pasangan Usia Subur (PUS)”.

Perkawinan yang diadakan pada umur muda setidak-tidaknya menjamin orang-orang muda itu mempunyai keturunan sebelum mereka menutup usia. Kemudian, fertilitas akan dapat menurun karena penundaan usia kawin dan meningkatnya penggunaan kontrasepsi (Singarimbun, 1978: 74).Pendewasaan usia perkawinan merupakan bagian dari Program Keluarga Berencana Nasional Program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) memberikan dampak pada peningakatn umur kawin yang pada gilirannya akan menurunkan Total Fertility Rate (TFR) (BKKBN, 2013: 23).

Semakin muda usia kawin pertama yang dilakukan seseorang, maka akan semakin lama pula masa reproduksinya. Hal ini berpengaruh pada tingkat fertilitas wanita


(43)

dan penduduk secara umumnya. Semakin lama masa reproduksi wanita, maka kemungkinan wanita tersebut melahirkan banyak anak akan semakin besar (BKKBN, 2007: 6).

Menurut BKKBN (2007: 62), “Usia Ideal perkawinan untuk anak laki-laki adalah minimal 25 tahun dan minimal 21 tahun bagi perempuan. Usia 25 tahun bagi laki-laki sudah dianggap matang dari segi emosi, ekonomi, dan sosial. Begitu juga usia 21 tahun sudah dianggap matang bagi perempuan dari segi emosi, kepribadian, dan sosialnya”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka kriteria usia kawin pertama dapat dibedakan yaitu sebagai berikut:

1. Usia kawin pertama < 20 tahun. 2. Usia kawin pertama 20 - 24 tahun. 3. Usia kawin pertama > 24 tahun.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penundaan usia kawin dan peningkatan jumlah wanita dalam pasaran kerja biasanya dianggap dapat menurunkan tingkat fertilitas.

d. Penggunaan Alat Kontrasepsi

Menurut WHO (Expert Commite, 1970) dalam Sulistyawati (2010: 13) Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu/pasutri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan, dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual (Saifuddin, 2010: 47).


(44)

23

Pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu dari sekian banyak variabel yang secara langsung berpengaruh terhadap tingkat fertilitas. Sementara itu kontribusi pemakaian kontrasepsi terhadap penurunan angka kelahiran tidak saja ditentukan oleh banyaknya pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi tetapi juga dipengaruhi oleh kualitas pemakaiannya. Sebenarnya yang dibutuhkan adalah menggiatkan pelaksanaan yang sekarang telah dimulai. Masih lebih banyak yang dapat dilaksanakan dalam pemberian informasi, dalam usaha menyebarkan alat kontrasepsi melalui saluran komersil, dalam pemanfaatan tenaga mantri.

Menurut Davis dan Blake dalam Singarimbun (1978: 3) penurunan fertilitas diakibatkan oleh adanya faktor-faktor yang mempegaruhi terjadinya konsepsi salah satunya adalah dengan pemakaian alat kontrasepsi. Selain itu, menurut Bernard Bereslon dalam Singarimbun (1978: 76) langkah pertama untuk menanggulangi laju pertumbuhan panduduk yang demikian tinggi adalah memperkenalkan cara kontrasepsi dan cara tersebut diharapkan akan dilaksanakan oleh masyarakat secara sukarela.

Menurut Sumini, Tsalatsa, dan Kuntohadi (2009: xvii) alat kontrasepsi yang memiliki daya tahan terhadap kemungkinan kehamilan adalah sterilisasi perempuan, implant 3 tahun, dan implant 5 tahun. Metode ini juga tidak banyak memberi dampak kesehatan bagi pemakainya.

Menurut Rain Water menyatakan bahwa:

Efesiensi praktek kontrasepsi semakin meningkat pada pasangan-pasangan suami-istri yang hubungan peranan di antara mereka lebih terpisah dari pada yang kurang terpisah. Peningkatan itu meliputi: pemakaian metode-metode kontrasepsi, kemudian efektivitas penggunaannya, pemilihan metode-metode secara teknis lebih efektif, dan pemusatan tanggung jawab kontrasepsi pada


(45)

pihak istri yang secara khusus dan terus-menerus diberi motivasi untuk membatasi kehamilan (James T. Fawcett dalam Singarimbun, 1984: 44).

Menurut Hartanto (2004: 30) Pelayanan kontrasepsi mempunyai dua tujuan yaitu pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS, dan penurunan angka kelahiran yang bermakna. Guna mencapai tujuan tersebut maka ditempuh kebijaksanaan mengkatagorikan tiga fase untuk mencapai sasaran yaitu:

1. Fase menunda perkawinan/kesuburan. 2. Fase menjarangkan kehamilan.

3. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan.

Maksud kebijaksanaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat melahirkan pada usia tua.

1. Fase Menunda/Mencegah Kehamilan

Fase menunda kehamilan bagi PUS dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilan.

Alasan menunda/mencegah kehamilan:

1) Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan.

2) Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda. 3) Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda

masih tinggi frekuensi ber-senggamanya, sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.

4) Penggunaan IUD-Mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra-indikasi terhadap Pil oral.

2. Fase Menjarangkan Kehamilan

Periode usia istri antara 20 - 30/35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun. Ini dikenal dengan Catur warga.

Alasan menjarangkan kehamilan:

1) Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan

2) Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD sebagai pilihan utama


(46)

25

3) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun disini tidak/kurang berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia mengandung dan melahirkan yang baik.

4) Disini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program. 3. Fase Menghentikan/Mengakhiri Kehamilan/Kesuburan

Periode umur istri di atas 30 tahun, terutama di atas 30 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak.

Alasan mengakhiri kehamilan:

1) Ibu-ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil/tidak punya anak lagi, karena alasan medis dan alasan lainnya.

2) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.

3) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi (Hartanto, 2004: 30).

Menurut Hartanto (2004: 36) syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode kontrasepsi yang baik ialah:

1) Aman/tidak berbahaya. 2) Dapat diandalkan.

3) Sederhana, sedapat-dapatnya tidaknya usaha dikerjakan oleh seorang dokter. 4) Murah.

5) Dapat diterima oleh orang banyak. 6) Pemakaian jangka lama.

Dalam memilih alat kontrasepsi, sampai saat ini belumlah tersedia satu metode kontrasepsi yang benar-benar 100% ideal atau sempurna. Pengalaman menunjukan bahwa saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk cafeteria atau supermarket, hanya saja masih terdapat masalah dalam kurang pengetahuan dalam memilih metode kontrasepsi baik keuntungan, kerugian, serta efek samping yang akan terjadi dari penggunaan alat kontrasepsi tersebut sehingga dimana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang diinginkannya.

Menurut Hartanto (2004: 36), faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi: 1. Faktor pasangan motivasi dan rehabilitasi:


(47)

- Gaya hidup.

- Frekuensi senggama.

- Jumlah keluarga yang diinginkan.

- Pengalaman dengan kontrasepstivum yang lalu. - Sikap kewanitaan.

- Sikap kepriaan.

2. Faktor kesehatan-kontraindikasi absolut atau relatif: - Status kesehatan.

- Riwayat haid. - Riwayat keluarga. - Pemeriksaan fisik. - Pemeriksaan panggul.

3. Faktor metode kontrasepsi-penerimaan dan pemakaian berkesinambungan: - Efektivitas.

- Efek samping minor. - Kerugian.

- Komplikasi-komplikasi yang potensial. - Biaya.

Oleh sebab itu, dalam hal penggunaan dan pemakaian alat kontrasepsi hal-hal yang sangat penting yang harus diketahui oleh pasangan calon pengguna alat kontrasepsi antara lain, yaitu efektivitas dan keamanan dalam penggunaan alat kontrasepsi. Seperti halnya bahwa semua kontrasepsi mempunyai kegagalan, maka semua kontrasepsi juga menimbulkan risiko tertentu pada pemakaiannya, yaitu: resiko yang berhubungan dengan metode itu sendiri, misalnya kematian, hospitalisasi, histerektomi, infeksi dan lain-lain. Dan adanya resiko yang potensial dalam bentuk ketidaknyamanan (inconvenience), misalnya senggama menjadi kurang/tidak menyenangkan, biaya yang tinggi dan lain-lain (Hartanto, 2004: 38).

Dalam hal ini untuk menghindari risiko yang akan terjadi, maka pasangan calon pengguna alat kontrasepsi harus mengetahui terlebih dahulu berbagai macam alat atau metode kontrasepsi. Berdasarkan lama waktu pemakaian, metode kontrasepsi dibedakan menjadi dua, yaitu:


(48)

27

(1) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yaitu alat atau cara kontrasepsi untuk pemakaian dalam jangka waktu lama dan memiliki tingkat efektifitas dan reversibilitas tinggi, praktis, aman, dan ekonomis. Jenis-jenis alat kontrasepsinya meliputi:

a) Susuk KB atau implant

Alat kontrasepsi yang dimasukkan di bawah kulit pada lengan bagian atas, tidak terlihat dari luar tetapi dapat diraba. Tersediannya dua macam pilihan susuk KB atau implant yaitu 1 batang dan 2 batang. Memberikan perlindungan terhadap kehamilan selama 3 - 5 tahun.

- Kelebihan

1. Tidak mengurangi produksi ASI. 2. Praktis, efektif untuk masa 3 tahun.

3. Kesuburan cepat pulih setelah pengangkatan.

4. Dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok dengan hormon estrogen. 5. Aman digunakan pada masa menyusui.

6. Membantu mencegah anemia dan kehamilan di luar kandungan. 7. Perubahan pola haid masih dalam batas normal.

8. Pemasangan dan pencabutannya mudah dan cepat. - Kelemahan

1. Gangguan siklus haid.

2. Kelaur bercak-bercak darah atau menstruasi lebih banyak. 3. Pendarahan ringan diantara masa haid.

4. Flek-flek atau tidak haid. 5. Juga timbul sakit kepala ringan. b) IUD (Intra Uterine Device)

IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rahim. Ada dua jenis IUD yang beredar saat ini Lippes Loop yang berbentuk spiral atau huruf S ganda, terbuat dari plastik (polyethylene). Jenis kedua Copper T berbentuk huruf T dengan lilitan tembaga lebih banyak dan perak dari generasi sebelumnya.


(49)

- Kelebihan

1. Praktis dan ekonomis, efektif.

2. Kesuburan dapat segera kembali jika dibuka. 3. Tidak menggangu pemberian ASI.

4. Lippes loop mempunyai masa efektivitas selama diinginkan kecuali ada keluhan. Sedangkan Copper T selama 8-10 tahun.

- Kelemahan

1. Dapat keluar sendiri jika ukuran IUD tidak cocok dengan rahim pemakai.

2. Pendarahan lebih banyak dan lebih lama pada saat menstruasi. 3. Kram/nyeri selama menstruasi.

4. Keluar bercak merah setelah 1 atau 2 hari pemasangan. 5. Keputihan.

6. Pada saat senggama dengan posisi tertentu, kadang-kadang penis menyentuh alatnya (jika sisa tali IUD kurang pendek).

c) Tubektomi (metode operasi wanita MOW)

Merupakan salah satu cara kontrasepsi bagi perempuan melalui operasi pengikatan atau pemotongan saluran indung telur, sehingga menghambat pertemuan antara sperma dan sel telur. Kontrasepsi ini diperuntukan hanya untuk ibu yang tidak menginginkan anak lagi. Peserta kontrasepsi tubektomi harus menandatangani surat persetujuan yang ditandatangani suami.

- Kelebihan:

1. Permanen dan efektif.

2. Tidak ada efek samping jangka panjang. 3. Tidak mengganggu hubungan seksual. - Kelemahan:

1. Risiko dan efek samping pembedahan.

2. Kadang-kadang sedikit merasa nyeri pada saat operasi.

3. Infeksi mungkin saja terjadi, bila prosedur operasi tidak benar. d) Vasektomi (metode operasi pria-MOP)

Adalah cara kontrasepsi bagi pria (suami) dengan mengikat saluran sperma melalui sebuah operasi migrant (kecil), sehingga sperma tidak bertemu dengan sel telur atau tidak terjadi pembuahan. Vasektomi hanya diperuntukan bagi suami atau laki-laki yag tidak menginginkan anak lagi.


(50)

29

Pemakai harus menandatangani surat persetujuan yang ditandatangani istri.

- Kelebihan: 1. Sangat efektif.

2. Tidak ada efek samping jangka panjang. 3. Tidak mengganggu hubungan seksual.

4. Tidak perlu dirawat di rumah sakit, karena hanya berlangsung selama 10-15 menit.

- Kelemahan:

1. Harus ada tindakan pembedahan.

2. Tidak dilakukan pada suami yang masih ingin memiliki anak. 3. Kadang-kadang terasa nyeri, atau terjadi perdarahan setelah operasi. 4. Kadang-kadang timbul infeksi pada kulit skrotum, apabila

operasinya tidak sesuai dengan prosedur.

(2) Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) yaitu kontrasepsi yang digunakan dalam jangka waktu pendek dan harus diulang. Jenis-jenis alat kontrasepsinya yaitu:

a) Kondom

Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi pria/suami yang terbuat dari karet/latek berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan dilengkapi kantung penampung air mani/sperma. Saat ini sudah tersedia kondom dengan segala rasa seperti rasa vanila, cokelat, durian, dan strawberry, bahkan bentuknya ada yang bergerigi.

- Kelebihan:

1. Murah dan mudah diperoleh. 2. Praktis penggunaannya. 3. Tidak ada efek hormonal. 4. Mencegah kehamilan.

5. Mencegah penularan penyakit menular seksual termasuk HIV. - Kelemahan:

1. Alergi terhadap bahan karet.

2. Kondom kadarluarsa mudah robek/bocor. 3. Satu kali pakai.


(51)

b) Suntikan

Adalah cara kontrasepsi perempuan yang berisi hormone estrogen dan progrestin yang disuntikkan ke bokong/otot panggul tiap sebulan atau tiga bulan sekali.

- Kelebihan menggunakan KB suntik: 1. Praktis.

2. Efektif dan aman.

3. Cocok untuk ibu menyusui.

4. Dapat menurunkan kemungkinan anemia.

5. Dapat digunakan oleh Pasangan Usia Subur segala umur. - Kekurangan

1. Di bulan-bulan pertama pemakaian terjadi mual. 2. Pendarahan.

3. Bercak darah diantara masa haid. 4. Sakit kepala dan nyeri payudara. c) Pil KB

Adalah suatu cara kontrasepsi untuk perempuan berbentuk pil/tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan progrestin atau hanya hormone progrestron saja. Setiap strip pil KB berjumlah 21 dan 28 buah.

- Keuntungan Menggunakan Pil KB

1. Penggunaan pil KB muda yaitu hanya dengan meminumnya. 2. Mengurangi rasa sakit ketika haid dan mengurangi jerawat.

3. Dapat mencegah kehamilan di luar rahim, kanker rahim dan payudara.

4. Cocok untuk menunda kehamilan pertama bagi PUS muda.

5. Tidak mempengaruhi produksi ASI pada pil mengandung progesterone antara lain exluton atau mini pil.

- Kelemahan

1. Memerlukan disiplin yang tinggi karena pil KB harus diminum setiap hari tanpa putus.

2. Dapat mengurangi ASI (pil KB yang mengandung estrogen).

3. Dapat meningkatkan risiko infeksi klamedia, eksternal genital, kembalinya kesuburan agak lambat.

4. Tidak dianjurkan bagi perempuan berumur di atas 30 tahun, karena akan mempengaruhi keseimbangan metabolism tubuh.

5. Dapat meningkatkan infeksi jamur di sekitar kemaluan , pendarahan /spotting antara masa haid (BKKBN, 2007: 41).


(52)

31

Masing-masing metode dapat dilakukan tersendiri atau dalam kombinasi bahkan dalam kombinasi dengan metode kontrasepsi. Menurut Hartanto (2004: 44) penelitian-penelitian untuk menemukan metode baru kontrasepsi yang lebih efektif, aman dan sebagainya, masih terus berlanjut hingga saat ini, antara lain: 1. Pada Wanita:

a. Cincin vagina (vaginal ring) dengan hormon. b. Vaksin kontrasepsi/vaksin antifertilitas.

c. IUD berdaya-kerja panjang dengan hormone progestin. d. Kriosirurgi (Cryo-surgery) uterus (Transcervical). 2. Pada Pria:

a. Gossypol.

b. LHRH Analogues.

c. Hormon-hormon steroid berdaya-kerja panjang. d. Inhibin.

Menyadari betapa pentingnya alat kontrasepsi, maka perlu adanya Strategi Nasional Jaminan Ketersediaan Kontrasepsi (JKK). Apabila strategi ini dapat memberikan pelayanan kontrasepsi berkualitas, membantu pasokan alat dan obat kontrasepsi yang teratur serta penyaluran atau pendistribusian alat dan obat kontrasepsi sesuai keinginan masyarakat. Sebagai dampaknya jika JKK terpenuhi, maka angka kelahiran total (TFR) diperkirakan akan terus menurun.

Berdasarkan hal tersebut bahwa penggunaan alat kontrasepsi adalah perilaku yang secara sadar dilakukan oleh ibu untuk memilih dan menggunakan metode kontrasepsi. Hal ini meliputi keuntungan, kerugian,efek samping dan kontra indikasi dari penggunaan alat kontrasepsi tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka kriteria yang digunakan untuk penggunaan alat kontraepsi adalah sebagai berikut: a. Susuk

b. IUD atau spiral c. Mow


(53)

d. Pil e. Suntik.

e. Pasangan Usia Subur

Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15 sampai 49 tahun dan sang istri masih dalam masa reproduksi (Mantra, 2003: 151). Menurut Hartanto (2004, p.45), “Usia 20 - 35 tahun dikategorikan dalam Pasangan Usia Subur (PUS)”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15 sampai 49 tahun atau dimana istrinya masih mengalami menstruasi, yang kemungkinan dapat terjadi kehamilan.


(54)

33

B. Penelitian yang Relevan

Untuk memperkuat hasil penelitian yang akan dilakukan dan sebagai acuan dalam penyusunan skripsi ini dibutuhkan penelitian yang relevan, berikut ini merupakan penelitian relevan:

Tabel 6. Penelitian yang Relevan.

No. Penulis Judul Tujuan Metode dan Teknik

Analisis

Hasil 1. Nailatul

Khasanah Pengaruh Perilaku Mengenai Alat Kontrasepsi dan Umur Pernikahan Pertama Terhadap Fertilitas (Studi Pada Wanita Pasangan Usia Subur di Desa Kertijayan Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan Tahun 2004)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku mengenai alat kontrasepsi dan umur pernikahan pertama terhadap fertilitas

 Penelitian penjelasan (explanatory research) dengan metode Survei.  Analisis data dengan

uji statistik Korelasi Pearson Product Moment, Regresi Linier Sederhana, dan Analisis Multivariat menggunakan uji statistik Regresi Linier Ganda.

 Sampelnya adalah wanita pasangan sampel 64 orang dan dilakukan secara random sistematis.

a. Tidak ada pengaruh pengetahuan dan sikap mengenai alat kontrasepsi terhadap praktek

pemakaian kontrasepsi b. Ada pengaruh pemakaian

alat kontrasepsi terhadap fertilitas (pvalue = 0,0001) c. ada pengaruh umur

pernikahan pertama terhadap fertilitas (pvaluevalue = 0,0001) d. ada pengaruh umur

pernikahan pertama

terhadap fertilitas (pvalue = 0,015).

e. praktek pemakaian alat kontrasepsi dan umur pernikahan pertama secara bersama-sama

mempengaruhi fertilitas maka yang bermakna secara statistik adalah variabel praktek pemakaian alat kontrasepsi (pvalue = 0,0001).

2. Fu’aida

Hasanah Pengaruh Penggunaa n Berbagai Jenis Alat Kontrasepsi Terhadap Fertilitas di Kabupaten Temanggun g  Untuk mengetahui hubungan antara pengguna berbagai jenis alat kontrasepsi terhadap fertilitas

 Metode deskriptif,  Uji staistik yang

dipakai adalah uji Normalitas,uji regresi Linier Sederhana maupun Ganda  Sampel dalam

penelitian ini adalah wanita pasangan usia subur yang mempunyai anak yang dilahirkan

a. Hasil uji analisis regresi linier ganda diperoleh F hitung sebesar 3,702, dengan α = 5% akan diperoleh F tabel sebesar 2,92. Karena F hitung > F tabel maka Ho ditolak, yang berarti persamaan regresi ganda adalah signifikan. Dari analisis regresi ganda tersebut


(55)

hidup. diperoleh nilai korelasi ganda sebesar 0,794. Dengan diperoleh nilai korelasi 0,794 berarti terdapat hubungan yang kuat antara pengguna berbagai jenis alat kontrasepsi terhadap fertilitas di Kabupaten Temanggung.

3. Siti Hanifah Pengaruh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan tingkat harapan hidup,usia kawin pertama wanita, dan pemakaian alat

kontrasepsi pada wanita terhadap fertilitas di Jawa Timur. periode 2002-2009

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh yang diberikan oleh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat harapan hidup, usia kawin pertama wanita, pemakaian alat kontrasepsi pada wanita terhadap fertilitas.

 Penelitian ini menggunakan menggunakan analisis Regresi Linier Berganda menggunakan data panel, dengan metode analisis Fixed Effect Model (FEM). Daerah yang diteliti meliputi 29 kabupaten dan delapan kota di Provinsi Jawa Timur dengan periode penelitian mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2009.

a. Tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat harapan hidup, dan pemakaian alat kontrasepsi pada wanita signifikan secara parsial berpengaruh terhadap fertilitas di Jawa Timur periode 2002-2009, sedangkan usia kawin pertama wanita tidak signifikan secara parsial berpengaruh terhadap fertilitas di Jawa Timur periode 2002-2009. b. Tingkat pendapatan,

tingkat pendidikan, tingkat harapan hidup, usia kawin pertama wanita, dan pemakaian alat kontrasepsi pada wanita signifikan secara simultan berpengaruh terhadap fertilitas di Jawa Timur periode 2002-2009.

C. Kerangka Pikir

Meningkatnya pertumbuhan penduduk dalam suatu wilayah disebabkan karena banyaknya jumlah anak yang dilahirkan dalam suatu keluarga. Besar kecilnya jumlah anak yang dilahirkan dalam suatu penduduk, tergantung pada beberapa faktor misalnya, stuktur umur, tingkat pendidikan, umur pada waktu kawin


(56)

35

pertama, banyaknya perkawinan, status pekerjaan wanita, penggunaan alat kontrasepi dan pendapatan/kekayaan.

Lamanya pendidikan yang dimiliki pasangan akan berdampak pada pembatasan jumlah anak yang dilahirkan, yaitu dengan pendidikan dapat mempengaruhi usia kawin, dengan sekolah maka wanita akan menunda perkawinannya, yang kemudian berdampak pada penundaan untuk memiliki anak. Rendahnya pendidikan yang dimiliki wanita PUS di Desa Merak Batin berpengaruh terhadap kemampuannya untuk mendapatkan pekerjaan. Pekerjaan mempengaruhi fertilitas seseorang dari segi keinginannya untuk mempunyai anak karena cenderung untuk mengutamakan karier dibanding mengurus anak.

Usia kawin pertama wanita PUS juga dapat berpengaruh pada fertilitas karena dapat berkaitan dengan banyaknya jumlah anak yang dimiliki, karena dengan usia kawin yang relatif muda maka masa melahirkan lebih lama, sehingga memperbesar kemungkinan bagi seorang wanita untuk melahirkan banyak anak. Oleh sebab itu, peningkatan usia kawin pertama merupakan salah satu cara untuk menghambat kelahiran, sementara usia kawin pertama bukan merupakan satu-satunya upaya penurunan fertilitas, upaya yang lainnya yaitu dengan penggunaan alat kontrasepsi.

Penggunaan alat kontrasepsi wanita PUS dapat berpengaruh terhadap fertilitas, karena pemakaian alat kontrasepsi merupakan salah satu dari sekian banyak variabel langsung yang berpengaruh terhadap tingkat fertillitas. Berdasarkan uraian tersebut, agar lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Bagan kerangka pikir dibawah ini:


(57)

Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)

Gambar 1. Kerangka Pikir

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010: 110).

Berdasarkan pendapat tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam rencana penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada pengaruh yang signifikan lama pendidikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS. Semakin pendek lama pendidikan yang ditempuh wanita PUS maka semakin banyak anak yang dilahirkan dan semakin lama pendidikan yang ditempuh maka semakin sedikit anak yang dilahirkan.

2. Ada pengaruh yang signifikan jenis pekerjaan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS. Semakin banyak wanita pasangan usia subur (PUS) yang tidak bekerja maka semakin banyak anak yang dilahirkan dan semakin sedikit wanita PUS yang tidak bekerja maka semakin sedikit anak yang dilahirkan.

3. Ada pengaruh yang signifikan usia kawin pertama terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS. Semakin rendah usia kawin pertama wanita PUS maka 1. Lama Pendidikan

(X1)

2. Jenis Pekerjaan (X2)

Y Jumlah Anak yang Dilahirkan 3. Usia Kawin

Pertama (X3) 4. Penggunaan Alat


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan penulis

mengenai “Pengaruh Lama Pendidikan, Jenis Pekerjaan, Usia kawin Pertama dan

Penggunaan Alat Kontrasepsi Terhadap Jumlah Anak yang Dilahirkan Wanita Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014”, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Lama pendidikan berpengaruh signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Hal ini menunjukan bahwa semakin pendek lama pendidikan yang ditempuh wanita PUS cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih banyak (> 2) dengan rata-rata 3,20 anak dan semakin semakin lama pendidikan yang ditempuh wanita PUS maka jumlah anak yang dilahirkan lebih sedikit (≤ 2) dengan rata-rata 2 anak.

2. Jenis pekerjaan berpengaruh signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Hal ini menunjukan bahwa wanita PUS yang tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih banyak (> 2) dengan rata-rata 3,12 dan wanita PUS yang bekerja


(2)

cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih sedikit (≤ 2) dengan rata-rata 2,47 anak.

3. Usia kawin pertama berpengaruh signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah usia kawin pertama wanita PUS cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih banyak (> 2) dengan rata-rata 3,32 anak dan semakin tinggi usia kawin pertama wanita PUS cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih sedikit (≤ 2) dengan rata-rata 2 anak.

4. Penggunaan alat kontrasepsi berpengaruh signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa wanita PUS yang menggunakan alat kontrasepsi Non MKJP cenderung mempunyai jumlah anak lebih banyak (> 2) dengan rata-rata 3,24 anak dan wanita PUS yang menggunakan alat kontrasepsi MKJP cenderung mempunyai jumlah anak lebih sedikit (≤ 2) dengan rata-rata 1,62 anak.

5. Lama pendidikan, jenis pekerjaan, usia kawin pertama dan penggunaan alat kontrasepsi berpengaruh signifikan terhadap jumlah anak yang dilahirkan wanita PUS di Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Hal ini berarti bahwa pendeknya lama pendidikan yang ditempuh, wanita PUS yang tidak bekerja, rendahnya usia kawin pertama dan wanita PUS yang menggunakan alat kontrasepsi Non MKJP cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih banyak (>2) dan lamaanya pendidikan yang ditempuh, wanita PUS yang bekerja, tingginya usia kawin pertama dan wanita


(3)

126

PUS yang menggunakan alat kontrasepsi MKJP cenderung mempunyai jumlah anak yang dilahirkan lebih sedikit (≤ 2).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang penulis ajukan yaitu:

1. Bagi wanita untuk lebih memikirkan untuk tidak menikah pada usia nikah yang muda, karena dengan rendahnya usia kawin pertama wanita akan mempertinggi resiko melahirkan ibu dan anaknya.

2. Bagi wanita PUS yang memiliki keinginan memiliki jumlah anak yang banyak perlu diperhatikan, bahwa jumlah anak yang dilahirkan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan merawat anak, karena anak merupakan tanggung jawab orang tua.

3. Bagi wanita PUS yang tidak bekerja diharapkan lebih aktif dalam kegiatan sehari-hari selain mengurus rumah tangga, yaitu dapat dilakukan dengan membentuk suatu kegiatan untuk membuat kerajinan yang dihasilkan.

4. Diharapkan bagi wanita PUS untuk menggunakan alat kontrasepsi sebelum mempunyai anak yang banyak.

5. Bagi wanita pasangan usia subur diharapkan untuk menggunakan alat kontrasepsi metode jangka panjang (MKJP) yang dinilai memiliki efektifitas yang tinggi dibandingkan dengan metode jangka pendek (Non MKJP) untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Setia Endru. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas Di Desa Kandangtepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. Skripsi. Program Studi Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Jember. Jember.

Ananta, Aris. 1993. Ciri Demografi Kualitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi. Bina Aksara. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.

Badan Pusat Statistik 2007. Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007. Kerjasama BPS, BKKBN, Departemen Kesehatan. Measure DHS ICF International. Jakarta.

_______. 2010. Hasil Sensus Penduduk 2010 Data Agrerat per Kabupaten/Kota Provinsi Lampung. BPS. Lampung.

_______. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Laporan Pendahuluan. Kerjasama BPS, BKKBN, Kementerian Kesehatan. Measure DHS ICF International. Jakarta.

_______. 2013. Monografi Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Natar. Lampung Selatan.

Banowati, Eva. 2011. Geografi Sosial. Penerbit Ombak. Bandung.

Bernard, Berelson. 1978. Meningkatkan Jangkauan Keluarga Berencana dalam Singarimbun, Masri (editor). Liku-liku Penurunan Kelahiran. Aquarista Offset. Jakarta.

BKKBN. 2007. Materi KIE Keluarga Berencana. BKKBN. Jakarta.

_______. 2011. Pembangunan Berwawasan Kependudukan. BKKBN. Jakarta. _______. 2011. Penyerasian Kebijakan Pembangunan Kependudukan Dan


(5)

128

_______. 2013. Penyajian Tentang TFR Kabupaten dan Kota: Data SUSENAS 2010. BKKBN. Jakarta.

Davis, Kingsley dan Blake Judith. 1978. Struktur Sosial dan Fertilitas: Suatu Kerangka Analitis* dalam Singarimbun, Masri (editor). Liku-liku Penurunan Kelahiran. Aquarista Offset. Jakarta.

Fawcett, James. 1984. Faktor-faktor Psikologi dalam Studi Kependudukan: Suatu Tinjauan Terbatas dalam Singarimbun, Masri (editor). Psikologi dan Kependudukan. Radar Jaya Offset. Jakarta

Hartanto, Hanafi. 2004. Kelurga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Hastono, Sutanto Priyo. 2009. Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anak yang Diinginkan di Indonesia: Permodelan dengan Analisis Multilevel. BKKBN. Jakarta.

Juliansah, Noor. 2012. Metodologi Penelitian. Kencana. Jakarta.

Kecamatan Natar. 2013. Kumpulan Data Penggunaan Alat Kontrasepsi. Kecamatan Natar. Lampung Selatan.

Kelurahan. 2013. Monografi Desa Merak Batin Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Desa Merak Batin. Lampung Selatan.

Mantra, Ida Bagus. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Muchtar dan Purnomo. 2009. Proximate Determinant Fertilitas Di Indonesia. Penerbit KB dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Pemerintah Indonesia. 1974. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan, pasal 6 ayat 2. DPR, MPR. Jakarta.

Pemerintah Indonesia. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. DPR, MPR. Jakarta.

Pollard dan Yusuf, F. 1989. Teknik Demografi. Bina Aksara. Jakarta.

Priyatno, Dwi. 2010. Teknik Mudah Dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian SPSS. Gava Media. Yogyakarta.

Purwanti. 2003. Analisis fektor-faktor sosial ekonomi yang empengaruhi fertilitas di kecamatan polokarto kabupaten sukoharjo. Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Solo.


(6)

Riduwan. 2003. Metode dan Teknik penulisan Tesis . Alfabeta. Bandung.

Rusmawati, Dewi. 2003. Pengaruh Usia Kawin Pertama, Jumlah Anak yang Diinginkan, Lama Masa Perkawinan, dan Penggunaan Alat Kontrasepsi Terhadap Jumlah Anak yang Dimiliki PUS Etnis Banten di Kelurahan Gunung Terang Kecamatan Tanjungkarang Barat Kota Bandar Lampung Tahun 2003. Skripsi. Program Studi Pendidikan Geografi. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Lampung. Kota Bandar Lampung.

Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Bina Putaka Prawihardjo. Jakarta.

Singarimbun, Masri. 1978. Liku-liku Penurunan Kelahiran. Aquarista Offset. Jakarta.

_______. 1984. Psikologi dan Kependudukan. Radar Jaya Offset. Jakarta.

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. 2008. Metode Penelitian Survai. Pustaka LP3ES. Jakarta.

Soekanto, S. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta.

Sudarmi. 2005. Geografi Regional Indonesia (Buku Diktat). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Lampung. Lampung. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

________ 2011. Metode Penelitia Pendidikan. Alfabeta. Bandung. _______. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Sulistiawati, Ari. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Salemba Medika. Jakarta.

Sumini, Tsalatsa, Y., Kuntohadi, W. 2009. Kontribusi Pemakaian Alat Kontrasepsi Terhadap Fertilitas, Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Jakarta. Terence dan Valerie. 1978. Hubungan antara Status Ekonomi Dan Fertilitas:

Sebuah Analisa Data dari Indonesia* dalam Singarimbun, Masri (editor). Liku-liku Penurunan Kelahiran. Aquarista Offset. Jakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

1 68 145

Hubungan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Keluarga Berencana (KB) dengan Pelaksanaan KB di Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

1 62 79

Pengetahuan Wanita Usia Subur Terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toxoid 5 di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

2 76 45

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) dengan Upaya Mengurangi Premenstrual Syndrome di Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe Tahun 2013

1 92 159

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur Yang Belum Menikah Tentang Tradisi Badapu Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013

1 43 116

Pengaruh Pengetahuan Pria Pasangan Usia Subur tentang Alat Kontrasepsi Kondom dan Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Hutaimbaru Kota Padangsidimpuan

0 47 145

Faktor-faktor Ketidakikutsertaan Pasangan Usia Subur menjadi Akseptor KB di Desa Bandar Klippa Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

6 62 58

Analisa Pengaruh Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS), Akseptor Dan Pendapatan Per Kapita Terhadap Tingkat Kelahiran Di Sumatera Utara

3 38 63

Determinan Pemilihan Metode Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur Di Desa Pangombusan Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir Tahun 2014

1 22 96

Pengaruh Tingkat Pendidikan, Usia Kawin, dan Persepsi Nilai Anak Terhadap Fertilitas (Jumlah Anak) Pasangan Usia Subur (PUS) Desa Kendalsari Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang Tahun 2010.

0 0 2