ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR INDONESIA PERIODE 2006:01-2013:12

(1)

PERMINTAAN EKSPOR INDONESIA PERIODE 2006:01-2013:12

Oleh

ANDIKA MAHARDIKA

Penelitian ini memaparkan mengenai pengaruh instrumen moneter suku bunga kredit modal kerja dalam rangka mempengaruhi permintaan ekspor dan juga memaparkan faktor makroekonomi yang diduga mempengaruhi laju permintaan ekspor yaitu tingkat inflasi dan PDB Riil, serta variabel yang terkait dengan interaksi keuangan internasional yaitu nilai tukar atau kurs. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) pada tingkatfirst-differencedengan periode penelitian Januari 2006-Desember 2013. Berdasarkan hasil regresi Ordinary Least Square pada tingkatfirst-difference, dapat diketahui bahwa secara parsial variabel Suku Bunga Kredit Modal Kerja (SBK) dan Inflasi (IHK) memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan ekspor Indonesia. Kurs dan Pendapatan

Domestik Bruto (PDB) Riil memberikan pengaruh positif terhadap permintaan ekspor Indonesia. Kurs berpengaruh signifikan dan PDB tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor Indonesia. Berdasarkan hasil estimasi pada penelitian ini dapat diketahui bahwa secara bersama-sama dan signifikan variabel Suku Bunga Kredit Modal Kerja (SBK), Inflasi (IHK), Kurs dan PDB Riil

berpengaruh terhadap Permintaan Ekspor di Indonesia.

Kata Kunci: Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Inflasi, nilai Kurs, PDB Riil, Ordinary Least Squarepada tingkatfirst-difference.


(2)

ANALYSIS OF AFFECTING FACTORS DEMAND FOR EXPORT INDONESIA PERIOD 2006:1-2013:12

By

ANDIKA MAHARDIKA

This study describes the working capital loan interest rates as a monetary instrument in order to affect the demand for exports and also presented

macroeconomic factors suspected to affect the rate of export demand that the rate of inflation and Real GDP, as well as the variables associated with the interaction of international finance, namely the kurs or the exchange rate. The analysis used in this study using ordinary least squares (Ordinary Least Square) at the level of first-difference the study period January 2006-December 2013. Based on the results of Ordinary Least Squares regression on the level of first-difference, it is known that partially working capital loan interest rate (SBK) and inflation (CPI) variables had a negative influence and significant on the demand for Indonesian exports. The exchange rate and the Gross Domestic Product (GDP) had a positive influence on the demand for Indonesian exports. Exchange rate and GDP have a significant effect and no significant effect on demand for Indonesian exports. Based on the estimation results of this study can be seen that simultaneously and significantly variable Working Capital Interest Rate (SBK), Inflation (CPI), exchange rate and Real GDP effect on export demand in Indonesia.

Keywords: Working Capital Interest Rate, Inflation, exchange rate, GDP, Ordinary Least Square at first-difference level.


(3)

Oleh :

ANDIKA MAHARDIKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISINIS

UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis bernama Andika Mahardika lahir pada tanggal 23 November 1992 di Bandarlampung, Provinsi Lampung. Penulis lahir sebagai anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Maman Sanjaya dan Rohani.

Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Xaverius Panjang ,Bandarlampung yang diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 23 Bandarlampung dan tamat pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA YP Unila Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima di perguruan tinggi Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi yang sekarang berganti nama menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Padatahun 2013 penulis mengikuti kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Srigading, Labuhan Maringgai di Lampung Timur dan KKL (Kuliah Kunjung Lapangan) di Bank Indonesia.


(8)

Alhamdulillhirrabbil’alamin, segala puji hanya milik Allah SWT. Ku persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasihku

kepada :

Ayahku, Maman Sanjaya dan ibuku,Rohaniyang tidak pernah lelah untuk mendoakan, memberikan semangat, motivasi, dan materi. Berusaha dengan

segenap daya upaya serta kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada Ayah

dan Ibu tercinta.

Serta kakak-kakakku tercinta, Indra Susanto,Rudi Aprianto, Aditya Permana, dan adikku Mega Ayu Putri. Terimakasih atas perhatian, serta keceriaan yang

selalu memotivasiku.

Almamater tercinta jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.


(9)

Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)

(H.R. Muslim)

"Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah, dan kesuksesan tidak akan terjadi pada orang yang mudah menyerah.

(Lessing)

Hidup itu terkadang tidak selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan, terus jalani dengan dua prinsip yaitu selalu berusaha dan

terus berdoa (Andika Mahardika)


(10)

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh BIRate, Inflasi, Kurs dan PDB terhadap

Permintaan Ekspor pada Periode 2006:1–2013:12” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. Terima kasih untuk masukan dan saran-sarannya. 4. Ibu Nurbetty Herlina S, S.E., M.Si selaku

Pembimbing Skripsi atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.


(11)

7. Seluruh pegawai jurusan Ekonomi Pembangunan. Mas Kuswara, Mas feri, Ibu Mardiana, Ibu Yati, Pakde Heriyanto, Pak Ikhman dan Mas Ma’rufserta para pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

8. Orang tuaku Tercinta, Papa ku tersayang Maman Sanjaya, Mama ku

tersayang Rohani, dan Kakak-kakakku Indra Susanto, Rudi Aprianto, Aditya Permana, dan adikku Mega Ayu Putri beserta keluarga besarku terima kasih atas semua limpahan kasih sayang, dukungan doa, dan bantuan yang telah diberikan selama ini.

9. Sahabat-sahabat A108 yang telah berjuang bersama-sama.Sandi, Yanu, Rendy, Bolang, Denis, Hasby, Ega, Abah Yogi, Alex, Aby, Onal, Kevray, Hadi, Andhyka, Irfan, Ade, Brama Terima kasih untuk segalanya. Percayalah segala usaha yang telah kita lakukan selama ini kelak akan berbuah manis. 10. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan 2010 Princes,

Cpew,Ata,Gege,Angga, Arizal, Febry, Dwi Adi, Rangga, Sasi, Dede, Dicky Wong, Dimas, Dhani, Fida, Eci, Nia, Virgie, Moza, Citra, Astri, Darus, Fany dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatusatu karena telah memberikan banyak warna dikehidupan penulis.

11. Teman-teman satu Bimbingan. Alex Abidien, Aby Burja, Dhani Darmawan, Dimas. Terimakasih telah berjuang bersama-sama dalam proses penyelesaian skripsi.

12. Sahabat-sahabat lama yang setia bersama-sama Ical, Osum, Opi, Kopet, Sur, Duy, Itus, Puput, Qodi, Budi, Udin, Riko, Aldo, Devris, Debby . Terima kasih untuk dukungannya selama ini.


(12)

Irma, Fitri, Bulek.

14. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 24 Juni 2015 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah... ... 11

C. Tujuan Penelitian... . 11

D. Kerangka Pemikiran ... 12

E. Hipotesis Penelitian ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 14

1. Ekspor ... 14

a. Pengertian Ekspor... 14

b. Konsep Ekspor... ... 14

c. Manfaat dari Kegiatan Ekspor ... 15

d. Jenis Ekspor... ... 16

e. Teori Keunggulan Komparatif dan Konpetitif ... 16

2. Suku Bunga Kredit... 19

a. Pengertian Suku Bunga Kredit... . 19

b. Penetapan Suku Bunga Kredit ... 19

c. Komponen-komponen dalam menentukan SBK ... 20

3. Inflasi... 21

a. Pengertian Inflasi ... ... 21

b. Penyebab Inflasi ... 22

c. Teori PPP ... 22

4. Kurs ... ... 23

a. Pengertian Kurs ... 23

b. Konsep Kurs ... 24

c. Macam-macam Kurs ... 24

d. Sistem Kurs ... 25

e. Pendekatan dalam Teori Nilai Tukar (Kurs) ... 26

5. Produk Domestik Bruto ... 29

a. Pengertian PDB ... ... 29

b. Konsep PDB ... 29


(14)

c. Kurs dengan Ekspor ... 31

d. PDB dengan Ekspor ... 32

B. Penelitian Terdahulu ... ... 34

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 37

B. Definisi Variabel Operasional ... 37

C. Metode Pengolahan Data ... 39

D. Prosedur Pengolahan Data ... 40

1. Uji Stasioneritas ... 40

2. Uji Kointegrasi ... 42

E. Model Penelitian ... 42

F. Uji Asumsi Klasik ... 43

1. Uji Asumsi Normalitas ... 43

2. Uji Asumsi Autokorelasi ... 44

3. Uji Asumsi Multikolinieritas... 45

4. Uji AsumsiHeteroskedastisitas ... 46

G. Uji Hipotesis ... 46

1. Uji f ... 46

2. Uji t ... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

1. Uji Stasioneritas ... 48

2. Uji Kointegrasi ... 50

3. Pengujian OLS ... 51

4. Pengujian Asumsi Klasik ... 53

a. Multikolinieritas ... 53

b. Heterokskedastisitas ... 54

c. Normalitas ... 55

d. Autokorelasi ... 56

5. Hasil Uji Hipotesis ... 57

a. Uji t ... 57

b. Uji f ... 59

B. Pembahasan ... 61

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 66 VI. DAFTAR PUSTAKA


(15)

Tabel Halaman

1. Data Beberapa Komoditas Permintaan Ekspor Indonesia ... 2

2. Ringkasan penelitian David Dickinson dan Jia Liu (2005) ... 34

3. Ringkasan Penelitian Ermon Muh.Nur, SE, M.E (2012)... 35

4. Ringkasan Penelitian Hendarsyah Eka Putra (2009) ... 35

5. Ringkasan Penelitian Sugirhot (2008) ... 36

6. Deskripsi Data (2013)... ... 37

7. Hasil Uji Stasioneritas Dickey-Fuller pada OrdoLevel... 49

8. Hasil Uji Stasioneritas Dickey-Fuller pada Ordofirst-difference... 50

9. Hasil Uji Kointegrasi pada data residual dari estimasi ... 51

10. Hasil EstimasiOrdinary Least SquarePermintaan Ekspor Indonesia periode 2006:01–2013 ... 52

11. Hasil Uji Multikolinieritas ... 54

12. Hasil Uji White-Heteroskedasticity ... 54

13. Hasil Uji Breuch-Godfrey Serial Correlation LM ... 56

14. Uji t Statistik ... 57


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Ekspor, BIRate, Inflasi(IHK), Kurs(USD/Rp), dan PDB Periode

2006:1-2013:12 di Indonesia) ... L-1 2. Data Ekspor, BIRate, Inflasi(IHK), Kurs(USD/Rp), dan PDB di ubah

kedalam bentuk logaritma natural) ... L-2 3. Uji Stasioner (Unit root test) ... L-3 4. Uji Kointegrasi ... L-4 5. Hasil Regresi OLS Pada Permintaan Ekspor di Indonesia Menggunakan

Eviews 8... L-5 6. Uji Asumsi Klasik ... L-6 7. Uji Hipotesis... L-7


(17)

Gambar Halaman

1. Permintaan Ekspor (2006:1-2013:12)... 3

2. Hubungan Suku Bunga Kredit Modal Kerja dengan Ekspor (2013) ... 5

3. Hubungan Inflasi dengan Ekspor di Indonesia (2013) ... 7

4. Hubungan Kurs dengan Ekspor di Indonesia (2013)... 9

5. Hubungan PDB dengan Ekspor di Indonesia (2013)... 10

6. Kerangka Penelitian (2013)... ... 12

7. Gambar Kurva AD... 31

8. Hasil Estimasi Uji Normalitas ... 55


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negara-negara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar negara atau yang lebih dikenal dengan istilah perdagangan internasional atau perdagangan yang dilakukan oleh penduduk disuatu negara (antar perorangan, antar individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan negara lain) dengan penduduk di negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Adanya keterbatasan dan

kelangkaan sumber daya menjadi pendorong dilakukannya aktivitas

perdagangan internasional yang melewati batas-batas wilayah tertentu yang dikenal dengan kegiatan ekspor dan impor. Pada saat negara tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan, maka negara tersebut akan mengimpor dari negara lain. Sedangkan negara yang memasok komoditas tertentu atas negara lain yang membutuhkan cenderung melakukan kegiatan ekspor. Perdagangan Internasional juga dikenal dengan sebutan perdagangan dunia. Perdagangan Internasional terbagi menjadi dua bagian yaitu impor dan ekspor, yang biasanya disebut sebagai perdagangan ekspor impor.

Barang-barang ekspor yang diminta terdiri dari bermacam-macam jenis hasil bumi seperti karet, kopi, lada, rotan, kayu, tapioka di samping hasil-hasil


(19)

tambang dan hasil-hasil laut seperti minyak mentah, timah, udang, ikan, agar-agar laut, kulit kerang dan lain-lainnya (Kemendag,2014). Sepuluh komoditi permintaan ekspor utama Indonesia adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), produk hasil hutan, elektronik, karet dan produk karet, sawit dan produk sawit, otomotif, alas kaki, udang, kakao dan kopi. Komoditas lainnya, yaitu

makanan olahan, perhiasan, ikan dan produk ikan, kerajinan dan rempah-rempah, kulit dan produk kulit, peralatan medis, minyak atsiri, peralatan kantor dan tanaman obat (Kemenperin,2013).

Tabel 1. Data Beberapa Komoditas Permintaan Ekspor Indonesia

NO Uraian 2010 2011 2012 2013

1.

LEMAK & MINYAK

HEWAN/NABATI 16.312,20 21.655,30 21.299,80 19.224,90 2. BAHAN BAKAR MINERAL 18.725,70 27.444,10 26.407,80 24.780,30 3. MESIN/PERLATAN LISTRIK 10.373,20 11.145,40 10.764,80 10.438,40 4.

KARET DAN BARANG DARI

KARET 9.373,30 14.352,20 10.475,20 9.394,20

5.

MESIN-MESIN/PESAWAT

MEKANIK 4.986,70 5.749,50 6.103,10 5.968,50

6.

KENDARAAN DAN

BAGIANNYA 2.899,90 3.328,60 4.856,90 4.567,20 7. PERHIAASAN/PERMATA 1.456,50 2.593,50 3.234,30 2.751,30 8. BERBAGAI PRODUK KIMIA 1.874,50 3.665,30 3.846,40 3.816,10 9. ALAS KAKI 2.501,80 3.301,90 3.524,60 3.860,40 10.

KAYU, BARANG DARI

KAYU 2.936,00 3.374,90 3.448,50 3.634,90

11.

PAKAIAN JADI BUKAN

RAJUTAN 3.611,00 4.149,70 3.749,20 3.906,20

12. KERTAS/KARTON 4.186,20 4.169,40 3.937,20 3.756,60 13.

BARANG-BARANG

RAJUTAN 2.889,90 3.541,10 3.439,80 3.481,40

14. BAHAN KIMIA ORGANIK 2.690,10 3.815,90 2.811,50 2.760,20 15. IKAN DAN UDANG 2.015,60 2.439,50 2.751,40 2.854,70 16.

PLASTIK DAN BARANG

DARI PLASTIK 2.150,10 2.513,70 2.487,30 2.602,80 17. SERAT STAFEL BUATAN 2.075,20 2.545,90 2.260,90 2.327,80 18.

BENDA-BENDA DARI BESI

DAN BAJA 1.468,00 1.905,80 2.042,40 2.152,00

19. TEMBAGA 3.305,80 3.810,70 1.886,20 1.737,60

20.

BIJIH, KERAK DAN ABU

LOGAM 8.148,00 7.342,60 5.082,60 6.544,10


(20)

Berdasarkan Tabel 1, permintaan komoditas ekspor di Indonesia yang terbesar adalah bahan bakar mineral. Peningkatan permintaan ekspor Indonesia dari tahun 2010 sampai 2013 yang terbesar adalah perhiasan/permata dengan trend sebesar 24,57 %, kemudian disusul dengan berbagai produk kimia sebesar 16,12 % dan alas kaki sebesar 13,02 %. Sedangkan penurunan permintaan ekspor di Indonesia adalah biji logam sebesar 25,8 %, tembaga sebesar -16,5% serta karet dan bahan karet sebesar -9,58%.

Sumber : Data Statistik BPS

Gambar 1. Laju Ekspor (2006:1-2013:12)

Pada gambar 1, laju permintaan ekspor di Indonesia cenderung meningkat. Pada tahun 2007 sampai tahun 2008 triwulan 3 permintaan ekspor di Indonesia meningkat drastis dari 9.844 USD sampai ke 12.645 USD atau mengalami peningkatan sebesar 31,41%, yang disumbang oleh naiknya ekspor migas sebesar 79,40 persen dan ekspor nonmigas sebesar 20,68 persen.

Sementara itu, harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia naik dari US$ 109,31 per barel di April 2008 menjadi US$ 124,67 per barel di Mei 2008.


(21)

Peningkatan permintaan ekspor migas pada tahun 2008 lebih disebabkan oleh meningkatnya permintaan ekspor minyak mentah, dan hasil minyak masing-masing sebesar 18,63 persen, dan 18,31 (Kemendag,2014). Namun, pada triwulan 4 tahun 2008 sampai triwulan 1 tahun 2009 laju ekspor justru menurun drastis hingga angka 9.856, penurunan ekspor ini disebabkan oleh krisis ekonomi di Amerika sebagai salah negara maju yang menyebabkan banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Krisis di Amerika ini kemudian menyebabkan Indonesia sebagai negara berkembang turut mengalami

goncangan ekonomi. Akibatnya, permintaan ekspor Indonesia kemudian mengalami penurunan drastis (Kemendag,2014). Namun, pergerakan ekspor kembali berjalan stabil dan meningkat di periode-periode berikutnya, hanya saja pada tahun 2011 sampai 2012 ekspor kembali mengalami penurunan yang disebabkan oleh krisis di Eropa dan berkembangnya kegiatan ekspor di China secara pesat sehingga produk dalam negeri kurang diminati. Kemudian di akhir periode ekspor mengalami peningkatan sampai titik 16.547 juta USD. Pada gambar 2, laju ekspor bergerak dari 7.365 juta USD dan berakhir pada titik 16.968 juta USD di akhir tahun 2013.

Suku bunga kredit dibedakan menjadi 3 yaitu suku bunga kredit investasi, suku bunga kredit konsumsi, dan suku bunga kredit modal kerja

(Sukirno,2010). Stabilitas modal memastikan stabilitas produktivitas

perusahaan dalam memproduksi barang. Khusus pada pengambilan modal di bank, besar kecilnya tergantung pada tingkat bunga kredit. Tingkat bunga kredit yang semakin tinggi menyebabkan pengusaha atau eksportir akan


(22)

mengurangi jumlah pinjamannya, sehingga berdampak pada jumlah penawaran yang mampu diciptakan eksportir (Haq,2011).

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan–Bank Indonesia dan Data Statistik BPS Gambar 2. Hubungan Suku Bunga Kredit Modal Kerja dengan Ekspor

di Indonesia(2013)

Pada Gambar 2 di tengah periode suku bunga kredit meningkat cukup drastis dari 13,75% ke 15,86 % sedangkan permintaan ekspor menurun dari angka 7.153 juta USD menjadi 6.885 juta USD. Pada awal kebijakan pergerakan suku bunga kredit belum untuk modal kerja belum cukup stabil karena Bank Indonesia masih beradaptasi terhadap kebijakan moneter yang baru yaitu Inflation Targeting Frameworksebagai sasaran operasional pengendalian inflasi setelah sebelumnya menggunakan kebijakan moneterMonetary Base Targeting Frameworkyang menggunakan jumlah uang beredar sebagai sasaran operasional.Selanjutnya di awal tahun 2008 suku bunga kredit dan ekspor berada di titik yang sama yaitu 13,62 % pada pergerakan suku bunga kredit dan 10.191 juta USD pada ekspor. Kemudian pada bulan selanjutnya suku bunga kredit meningkat di angka 14,42 % dan permintaan ekspor turut


(23)

meningkat pada angka 11.491 juta USD. Selanjutnya pada bulan Juni 2009 suku bunga kredit modal kerja menurun drastis di titik 12,5 %, namun ekspor berada pada 36.166. Dari tahun 2009, suku bunga kredit modal kerja mulai bergerak stabil dan terkendali. Sampai tahun 2013 suku bunga kredit bergerak di kisaran 13% sampai 14% . Sedangkan permintaan ekspor bergerak di kisaran 12.000 sampai 16.000 juta USD.

Inflasi di Indonesia saat ini berkisar antara 4-7 persen (Bank Indonesia,2014). Sadono Sukirno (2010) menjelaskan bahwa apabila harga naik (inflasi

berlaku), maka nilai ekspor akan berkurang (oleh karena harga barang ekspor menjadi lebih mahal) dan impor akan meningkat (oleh karena harga impor menjadi lebih murah). Artinya ketika terjadinya peningkatan inflasi maka akan menyebabkan nilai ekspor akan menjadi turun. Pada keadaan Inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor makin mahal. Masi dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin kecil (Mankiw,2006).


(24)

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan–Bank Indonesia dan Data Statistik BPS Gambar 3. Hubungan Inflasi dengan Ekspor di Indonesia(2013) Pada Gambar 3, pergerakan inflasi cenderung bergerak positif dengan laju permintaan ekspor di Indonesia pada awal periode. Pada awal periode, pengendalian inflasi masih belum terlihat stabil. Di awal periode, inflasi berada pada titik 7,84% dan ekspor berada pada angka 7.153 juta USD. Kemudian inflasi meningkat tajam pada bulan Oktober dan November tahun 2005 berkisar di angka 17,89% dan 18,38%. Angka ini menjadi yang tertinggi di Indonesia. Pada periode yang sama, ekspor mengalami penurunan dari 7.951 juta USD menjadi 6.885 juta USD. Kemudian pada awal tahun 2007 inflasi justru menurun drastis pada titik 7%, sedangkan permintaan ekspor meningkat di angka 12.277 juta USD. Pada periode ini pengendalian inflasi mulai bergerak stabil dan terkendali. Namun pada tahun 2008 sampai tahun 2009 inflasi dan permintaan ekspor bergerak tidak stabil. Inflasi meningkat hingga ke titik tertinggi pada 12,14% pada bulan September 2008 dan turun sampai pada titik 2,65% pada periode yang sama, ekspor pun bergerak meningkat tajam pada angka 12.910 juta USD di bulan September 2008 dan


(25)

langsung menurun pada angka 9.842 di bulan September 2009.

Ketidakstabilan laju inflasi dan permintaan ekspor ini disebabkan karena terjadinya krisis tahun 2008 di Amerika Serikat sehingga berdampak pada perekonomian negara-negara berkembang seperti Indonesia. Di periode selanjutnya inflasi mulai bergerak signifikan terhadap ekspor di Indonesia. Inflasi bergerak stabil di titik 3% sampai 7% dan ekspor mulai bergerak meningkat. Hanya saja di akhir tahun 2012 dan tahun 2013 inflasi kembali meningkat hingga angka 8,61%. Hal ini dikarenakan karena krisis di Eropa khususnya Yunani sehingga menyebabkan mata uang euro mengalami goncangan dan menyebabkan ketidakstabilan perekonomian dunia.

Nilai tukar mata uang suatu negara dibedakan atas nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif mata uang dua negara. (Mankiw, 2003:127). Meningkatnya nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing disebut dengan apresiasi, artinya harga-harga dalam negeri dianggap lebih mahal dari harga barang diluar negeri atau harga barang diluar negeri lebih murah dari harga barang dalam negeri. Kurs(USD/Rp) adalah harga 1 dollar Amerika(USD) terhadap rupiah Indonesia(Rp). Penurunan kurs nominal atau terapresiasinya kurs akan mengurangi ekspor. Sebaliknya jika kurs nominal meningkat atau terdepresiasi atau secara

nominal rupiah terhadap dollar naik, maka ini akan menyebabkan laju ekspor meningkat dan impor akan menurun (Sadono Sukirno,2010).


(26)

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan–Bank Indonesia dan Data Statistik BPS Gambar 4. Hubungan Kurs dengan Ekspor di Indonesia(2013) Pada gambar 5, kurs nominal(USD/Rp) bergerak di kisaran 9.000 hingga 12.000. Di awal periode, kurs(USD/Rp) berada di titik 9810 dan ekspor berada di titik 7.152 juta USD. Di awal periode kurs bergerak positif terhadap ekspor di Indonesia. Namun, pada tahun 2008 sampai tahun 2009 justru nilai kurs bergerak tidak stabil. Ketika kurs nominal meningkat maka justru nilai ekspor menurun drastis. Hal ini juga terjadi pada tahun 2011 pada triwulan 1, ketika nilai nominal kurs(USD/Rp) mengalami penurunan atau terapresiasi dari 10.217 ke angka 9136, justru meningkatkan ekspor dari 33.090 juta USD ke 36.650 juta USD. Hal ini dikarenakan ekspor migas Indonesia mengalami peningkatan sebesar 18,63% (BPS/Data Republika, 2008). Kemudian kurs mulai terdepresiasi dan berjalan signifikan terhadap peningkatan ekspor di Indonesia. Pada bulan Agustus 2011, kurs bergerak pada 8,994 dan ekspor 18.648. Sampai akhir tahun 2011, kurs nominal meningkat di angka 10.858


(27)

dan ekspor meningkat di angka 17.077. Pergerakan kurs dinilai signifikan dalam memperngaruhi ekspor di Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia bergerak di kisaran 3% sampai 6%. PDB merupakan salah satu alat untuk menghitung pertumbuhan ekonomi. PDB dapat dihitung menjumlahkan konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran

pemerintah (G) dan Net Ekspor (Nx). Ketika PDB meningkat, apabila C,I dan G tetap,maka net ekspor juga akan meningkat. Net ekspor adalah nilai ekspor dikurangi impor. Ketika impor tetap, maka peningkatan net ekspor akan meningkatkan ekspor. Kemudian selanjutnya ketika PDB meningkat maka ekspor juga akan meningkat(McEachern 2000:147).

cEachern (2000:147).

Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan–Bank Indonesia dan Data Statistik BPS Gambar 5. Hubungan PDB Riil dengan Ekspor di Indonesia(2013) Pada Gambar 5, PDB Riil di Indonesia bergerak cukup stabil dan cenderung meningkat. Pada awal periode, PDB berada pada angka 448.597 miliar rupiah, kemudian bergerak naik 457.636 pada akhir tahun 2006 yang


(28)

Pergerakan PDB hingga triwulan ketiga tahun 2008 berada di titik 538.641 milyar rupiah dan diikuti tren positif ekspor sebesar 37.272 juta USD. Di tahun 2008 dan 2009, terjadinya krisis di Amerika tetap meningkatkan PDB di Indonesia di kisaran 505.471 miliar rupiah sampai 561.637 miliar rupiah. Pergerakan PDB di Indonesia berjalan positif diikuti tren positif oleh ekspor di Indonesia.

Berdasarkan latar belakang, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Inflasi(IHK), Kurs Nominal (USD/Rp) dan PDB Riil terhadap permintaan ekspor di Indonesia (2006:1-2013:12).

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah pengaruh suku bunga kredit modal kerja terhadap permintaan ekspor di Indonesia?

2. Apakah pengaruh inflasi (IHK) terhadap permintaan ekspor di Indonesia? 3. Apakah pengaruh kurs nominal (USD/Rp) terhadap permintaan ekspor di

Indonesia?

4. Apakah pengaruh PDB riil terhadap permintaan ekspor di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga kredit modal kerja terhadap permintaaan ekspor di Indonesia.

b. Untuk mengetahui pengaruh inflasi (IHK) terhadap permintaan ekspor di Indonesia.


(29)

c. Untuk mengetahui pengaruh kurs nominal (USD/Rp) terhadap permintaan ekspor di Indonesia.

d. Untuk mengetahui pengaruh PDB riil terhadap permintaan ekspor di Indonesia.

D. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas yaitu suku bunga kredit modal kerja, inflasi(IHK), kurs(USD/Rp) dan PDB terhadap variabel terikat yaitu permintaan ekspor di Indonesia. Secara skematis, kerangka pemikiran yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dipaparkan dalam Gambar 5 berikut ini :

Gambar 6. Keragka Pemikiran

Pada penelitian ini, variabel yang digunakan adalah Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Inflasi, Kurs dan PDB yang diduga berpengaruh terhadap laju ekspor di Indonesia. Dalam penelitian Herdiansyah Eka Putra (2009) yang berjudul "Variabel-variabel yang Mempengaruhi Ekspor di Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis" menjelaskan bahwa secara keseluruhan PMDN, Kurs, dan PDB berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor di Indonesia sebelum dan sesudah krisis. Dalam penelitian David Dinkinson dan Jia Liu (2005)

yang berjudul “The Real Effects of Monetary Policy in China”menjelaskan SBK

Ekspor


(30)

bahwa kurs berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan inflasi berpengaruh negatif signifikan pada kegiatan ekspor di china. Kebijakan moneter yang beroperasi melalui suku bunga kredit memberikan dampak negatif terhadap kegiatan ekspor di china

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang diuraikan sebelumnya, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Diduga suku bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan ekspor di Indonesia.

b. Diduga inflasi(IHK) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan ekspor di Indonesia.

c. Diduga kurs nominal (USD/Rp) berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan ekspor di Indonesia.

d. Diduga PDB riil berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan ekspor di Indonesia.


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Ekspor

a. Pengertian Ekspor

Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem pembayaran, kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan importir. Permintaan ekspor adalah jumlah barang/jasa yang diminta untuk diekspor dari suatu negara ke negara lain(Sukirno,2010). Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain.

b. Konsep Ekspor

1. Menurut Punan (1992:2) “Ekspor adalah mengeluarkan barang dari dalam keluar daerah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan berlaku.

2. Menurut Curry (2001:145) “Ekspor adalah barang dan jasa yang dijual kepada negara asing untuk ditukarkan dengan barang lain(Produk, uang).

3. Menurut Winardi (1992:203) pengertian ekspor adalah”barang-barang (termasuk jasa-jasa) yang dijual kepada penduduk Negara lain,


(32)

Negara tersebut berupa pengangkutan permodalan dan hal-hal lain yang membantu ekspor tersebut.

4. Ekspor adalah berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri lalu dijual di luar negeri (Mankiw, 206)

c. Manfaat dari Kegiatan Ekspor

Menurut Sadono Sukirno(2010),manfaat dari kegiatan ekspor adalah : 1. Memperluas Pasar bagi Produk Indonesia

Kegiatan ekspor merupakan salah satu cara untuk memasarkanproduk Indonesia ke luar negeri. Misalnya, pakaian batik merupakan salah satu produk Indonesia yang mulai dikenal oleh masyarakat dunia. Apabila permintaan terhadap pakaian batik buatan Indonesia semakin meningkat, pendapatan para produsen batik semakin besar. Dengan demikian, kegiatan produksi batik di Indonesia akan semakin berkembang.

2. Menambah Devisa Negara

Perdagangan antarnegara memungkinkan eksportir Indonesia untuk menjual barang kepada masyarakat luar negeri. Transaksi ini dapat menambah penerimaan devisa negara. Dengan demikian, kekayaan negara bertambah karena devisa merupakan salah satu sumber penerimaan negara.

3. Memperluas Lapangan Kerja

Kegiatan ekspor akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan semakin luasnya pasar bagi produk Indonesia, kegiatan produksi di dalam negeri akan meningkat. Semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga lapangan kerja semakin luas.


(33)

d. Jenis Ekspor

Dalam Mankiw(2010) menjelaskan kegiatan ekspor terbagi menjadi 2, yaitu

1. Ekspor langsung

Ekspor langsung adalah cara menjual barang atau jasa melalui perantara/ eksportir yang bertempat di negara lain atau negara tujuan ekspor. Penjualan dilakukan melalui distributor dan perwakilan penjualan perusahaan. Keuntungannya, produksi terpusat di negara asal dan kontrol terhadap distribusi lebih baik. Kelemahannya, biaya transportasi lebih tinggi untuk produk dalam skala besar dan adanya hambatan perdagangan serta proteksionisme

2. Ekspor tidak langsung

Ekspor tidak langsung adalah teknik dimana barang dijual melalui perantara/eksportir negara asal kemudian dijual oleh perantara

tersebut. Melalui, perusahaan manajemen ekspor (export management companies) dan perusahaan pengekspor (export trading companies). Kelebihannya, sumber daya produksi terkonsentrasi dan tidak perlu menangani ekspor secara langsung. Kelemahannya, kontrol terhadap distribusi kurang dan pengetahuan terhadap operasi di negara lain kurang.

e. Teori Keunggulan Komparatif dan Teori Keunggulan Kompetitif 1) Teori Keunggulan Komparatif

Teori keunggulan komparatif (theory of comparative advantage) merupakan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo.


(34)

keunggulan komparatif antarnegara. Ia berpendapat bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu

memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara lainnya. Sebagai

contoh, Indonesia dan Malaysia sama-sama

memproduksi kopi dan timah. Indonesia mampu memproduksi kopi secara efisien dan dengan biaya yang murah, tetapi tidak mampu memproduksi timah secara efisien dan murah. Sebaliknya, Malaysia mampu dalam memproduksi timah secara efisien dan dengan biaya yang murah, tetapi tidak mampu memproduksi kopi secara efisien dan murah. Dengan demikian, Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi kopi dan Malaysia memiliki keunggulan

komparatif dalam memproduksi timah. Perdagangan akan saling menguntungkan jika kedua negara bersedia bertukar kopi dan timah. Dalam teori keunggulan komparatif dapat meningkatkan

standar kehidupan dan pendapatannya jika negara tersebut melakukan spesialisasi produksi barang atau jasa yang memiliki produktivitas dan efisiensi tinggi.

2) Teori Keunggulan Kompetitif

Konsep ini dikembangkan oleh Michael E. Porter (1990) dalam

bukunya berjudul “The Competitive Advantage of Nations”. Menurutnya terdapat empat atribut utama yang bisa membentuk lingkungan dimana perusahaan-perusahaan local berkompetisi sedemikian rupa, sehingga mendorong terciptanya keunggulan kompetitif. Keempat atribut tersebut meliputi:


(35)

a. Kondisi faktor produksi (faktor conditions), yaitu posisi suatu Negara dalam faktor produksi (misalnya tenaga kerja terampil, infrastruktur, dan teknologi) yang dibutuhkan untuk bersaing dalam industry tertentu.

b. Kondisi permintaan (demand conditions), yakni sifat permintaan domestik atas produk atau jasa industry tertentu.

c. Industry terkait dan industry pendukung(related and supporting industries), yaitu keberadaan atau ketiadaan industry pemasok dan “industry terkait” yang komoetitif secara internasional di Negara tersebut.

d. Strategi, struktur dan persaingan perusahaan, yakni kondisi dalam negeri yang menentukan bagaiman perusahaan-perusahaan dibentuk, diorganisasikan, dan dikelola serta sifat persaingan domestik.

Faktor-faktor ini, baik secara individu maupun sebagai satu sistem, menciptakan konteks dimana perusahaan-perusahaan dalam sebuah

Negara dibentuk dan bersaing. Ketersediaan sumber daya dan ketrampilan yang diperlukan untuk mewujudkan keunggulan kompetitif dalam suatu Industri informasi yang membentuk peluang apa saja yang dirasakan dan arahan kemana sumber dan daya dan ketrampilan dialokasikan,tujuan pemilik, manajer, dan karyawan yang terlibat dalam atau yang melakukan kompetisi, dan yang jauh lebih penting, tekanan terhadap perusahaan untuk berinvestasidan berinovasi.


(36)

2. Suku Bunga Kredit

a. Pengertian Suku Bunga Kredit

Menurut Samuelson (1996), “tingkat bunga kredit adalah bunga atau sewa yang dibayarkan per unit waktu”. Dengan kata lain masyarakat harus membayar peluang untuk meminjam uang. Pada bagian lain kaum klasik mendefenisikan “Tingkat Suku Bunga Kredit sebagai harga dari

penggunaan dan yang tersedia untuk dipinjamkan. Suku bunga merupakan persentase pendapatan yang diterima oleh para penabung dari tabungan uang yang disisakannya. Ia merupakan pula persentasi pendapatan yang harus dibayar oleh para peminjam dana (Sukirno, 2004). Suku bunga merupakan harga yang disepakati dari penggunaan uang tersebut dalam jangka waktu yang telah ditentukan bersama. Harga ini biasanya

dinyatakan dalam % per satuan tahun (misalnya perbulan atau per tahun, sesuai dengan ketentuan yang berlaku) dan dinamakan tingkat biaya. Maka pengertian tingkat bunga adalah ”harga” atas penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu (Boediono, 1992).

Suku bunga kredit dibagi menjadi 3 bagian yaitu suku bunga kredit

konsumsi, suku bunga kredit investasi, dan suku bunga kredit modal kerja. Penelitian ini menggunakan suku bunga kredit modal kerja sebagai

variabel yang dinilai berpengaruh terhadap permintaan ekspor di Indonesia.

b. Penetapan suku bunga kredit

Penetapan suku bunga kredit dilakukan berdasarkan risk based pricing (RBP). Penetapan bunga kredit atas dasar RBP mempertimbangkan berbagai unsur, diantaranya unsur biaya dana masyarakat, biaya premi


(37)

resiko, biaya regulasi Giro Wajib Minimum (GWM), dan biaya over head baik untuk penghimpunan dana dan proses kredit, biaya modal dan margin keuntungan bank.

c. Komponen-komponen dalam Menentukan Suku Bunga Kredit Menurut Sukirno(2010), komponen dalam menentukan suku bunga kredit yaitu:

1. Total Biaya Dana (Cost of Fund)

Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun deposito.Total biaya dana tergantung dari seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana yang diinginkan. Total biaya dana ini harus dikurangi dengan cadangan wajib atau Reserve Requrement (RR) yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

2. Biaya Operasi

Dalam melakukan kegiatan setiap bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana baik berupa manusia maupun alat. Penggunaan sarana dan prasarana ini memerlukan sejumlah biaya yang harus ditanggung bank sebagai biaya operasi.

3. Cadangan Risiko Kredit

Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu risiko tidak terbayar.

4. Laba yang diinginkan

Setiap kali melakukan transaksi bank selalu ingin memperoleh laba yang maksimal. Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan


(38)

penting, mengingat penentuan besarnya laba sangat memengaruhi besarnya bunga kredit.

5. Pajak

Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikaan fasilitas kredit kepada nasabahnya.

. 3. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti peningkatan konsumsi masyarakat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, termasuk akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang (Mankiw,2000). Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalahCPI(IHK)danGDP Deflator. Penelitian ini menggunakan variabel IHK untuk menghitung tingkat inflasi.


(39)

b. Penyebab Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan inflasi desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi) (Sukirno,2010). Untuk sebab pertama lebih

dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah

(Government) seperti fiskal (perpajakan / pungutan / insentif / disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.

1. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh

membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga.

2. Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi meskipun permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. .

c. Teori PPP (Purchasing Power Parity)

Berdasarkan dalampurchasing power parity theory(PPP Theori) atau teori paritas daya beli yang diperkenalkan oleh Gustav Cassel(1920) dapat diketahui bahwa kurs mata uang akan berubah untuk mempertahankan daya belinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurs mata uang


(40)

asing mencerminkan perbandingan antara nilai mata uang satu negara dengan negara lainnya.

Keterangan :

• USD/Rp(F) = kurs mata uang asing di masa yang akan datang • USD/Rp(S) = kurs mata uang asing saat ini

• 1 + id = tingkat inflasi domestik • 1 + if = tingkat inflasi negara asing

Jika tingkat inflasi domestik lebih tinggi dari tingkat inflasi negara asing, maka nilai mata uang domestik mengalami apresiasi karena harga barang impor lebih murah daripada barang ekspor sehingga menyebabkan ekspor akan berkurang.

4. Kurs

a. Pengertian Kurs

Nilai tukar atau dikenal pula sebagaikursdalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap

pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah. Dalam sistem pertukaran dinyatakan oleh yang pernyataan besaran jumlah unit yaitu "mata uang" (atau "harga mata uang) yang dapat dibeli dari 1 penggalan "unit mata uang" (disebut pula sebagai "dasar mata uang"). sebagai contoh, dalam penggalan disebutkan bahwa kurs EUR-USD adalah 1,4320 (1,4320 USD per EUR) yang berarti bahwa penggalan mata uang adalah dalam USD dengan penggunaan penggalan nilai dasar tukar mata uang adalah EUR. Nilai kurs dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kurs riil dan kurs nominal. Nilai kurs


(41)

nominal adalah nilai mata uang dalam bentuk nominal dari mata uang dua negara. Sedangkan kurs riil adalah nilai mata uang dua negara yang dihitung berdasarkan harga barang di masing- masing negara atau nilai kurs nominal dikali dengan harga dalam negeri dibagi dengan harga barang di luar negeri (Nopirin,1996) .

b. Konsep Kurs

Nilai tukar mata uang yang lainnya disebut kurs, Menurut Paul R Krugman dan Maurice (1994 : 73) kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Menurut Nopirin (1996 : 163) kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan mendapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut. Menurut Salvator (1997 : 10) Kurs atau Nilai Tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya

(Mankiw,2000).

c. Macam-macam Kurs

Berikut ini adalah macam-macam kurs:

1. Kurs beli, yaitu kurs yang digunakan apabila bank atau money changermembeli valuta asing atau apabila kita akan menukarkan valuta asing yang kita miliki dengan rupiah.

2. Kurs jual, yaitu kurs yang digunakan apabila bank atau money changermenjual valuta asing atau apabila kita akan menukarkan rupiah dengan valuta asing yang kita butuhkan.


(42)

3. Kurs tengah, yaitu kurs antara kurs jual dan kurs beli (penjumlahan kurs beli dan kurs jual yang dibagi dua).

d. Sistem Kurs

Menurut Triyono (2008) terdapat lima jenis sistem kurs utama yang berlaku, yaitu: sistem kurs mengambang (floating exchang rate), kurs tertambat (pegged exchange rate), kurs tertambat merangkak (crawling pegs),sekeranjang mata uang (basket of currencies), kurs tetap (fixed exchange rate).

1. Sistem kurs mengambang

Kurs ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa adanya campur tangan pemerintah dalam upaya stabilisasi melalui kebijakan moneter apabila terdapat campur tangan pemerintah maka sistem ini termasuk mengambang terkendali (managed floating exchange rate).

2. Sistem kurs tertambat

Suatu negara menambatkan nilai mata uangnya dengan sesuatu atau sekelompok mata uang negara lainnya yang merupakan negara mitra dagang utama dari negara yang bersangkutan, ini berarti mata uang negara tersebut bergerak mengikuti mata uang dari negara yang menjadi tambatannya.

3. Sistem kurs tertambat merangkak

Di mana negara melakukan sedikit perubahan terhadap mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak ke arah suatu nilai tertentu dalam rentang waktu tertentu. Keuntungan utama dari sistem


(43)

ini adalah negara dapat mengukur penyelesaian kursnya dalam periode yang lebih lama jika dibanding dengan sistem kurs terambat.

4. Sistem sekeranjang mata uang

Keuntungannya adalah sistem ini menawarkan stabilisasi mata uang suatu negara karena pergerakan mata uangnya disebar dalam

sekeranjang mata uang. Mata uang yang dimasukan dalam keranjang biasanya ditentukan oleh besarnya peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu.

5. Sistem kurs tetap

Dimana negara menetapkan dan mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata uangnya dan menjaga kurs dengan cara membeli atau menjual valas dalam jumlah yang tidak terbatas dalam kurs tersebut. Bagi negara yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap sektor luar negeri maupun gangguan seperti sering mengalami gangguan alam, menetapkan kurs tetap merupakan suatu kebijakan yang beresiko tinggi.

e. Pendekatan dalam Teori Nilai Tukar ( Kurs )

Dalam pembahasan teori-teori kurs dibagi menjadi 2 pendekatan yaitu: 1. Pendekatan Teori Kurs Tradisional

Didasarkan pada arus perdagangan dan paritas daya beli untuk

mengetahui pergerakan nilai tukar dalam jangka panjang. Pendekatan ini disebut juga pendekatan elastisitas dalam pembentukan kurs Pendekatan ini mendasarkan pertukaran barang dan jasa antar negara,


(44)

artinya nilai perdagangan menentukan kurs sehingga disebut pendekatan perdagangan (trade approach)/pendekatan elastisitas terhadap pembentukan kurs.

a. Kondisi PerekonomianFull employment:Neraca perdagangan mengalami defisit kebijakan depresiasi penggunaan SDA untuk memproduksi barang-barang ekspor atau substitusi impor.

b. Kondisi Perekonomian jauh dariFull employment: Neraca perdagangan mengalami defisit kebijakan domestik untuk mengurangi belanja domestik dan SDA untuk barang-barang ekspor atau substitusi impor. Pendekatan perdagangan ini menekankan pada pentingnya peran perdagangan atau arus pertukaran barang dan jasa dalam pembentukan kurs, dan tidak semua fenomena perubahan kurs yang terjadi dapat dijelaskan dengan pendekatan teori ini. Tetapi paling tidak sudah bisa memberikan gambaran mengenai faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi kurs.

2. Pendekatan Teori Kurs Modern

Menjelaskan perubahan nilai kurs pada pasar modal dan arus modal internasional serta menganalisis perubahan nilai kurs dalam jangka pendek yang sifatnya tak terduga untuk mencapai keseimbangan jangka panjang. Pendekatan moneter ini berasumsi tidak mengenal kekakuan pasar yang menghambat kecepatan penyesuaian kurs dan harga lainnya, untuk mencapai keseimbangan jangka panjang


(45)

(mempertahankanfull employment). Formulasinya dibentuk mula-mula dari:

Dimana:

Eab = kurs antara mata uang negara A dan mata uang negara B Pa = tingkat harga umum yang berlaku di negara A

Pb = tingkat harga umum yang berlaku di negara B

Permintaan & penawaran uang di negara A

Permintaan & penawaran uang di negara B

Msa = Penawaran uang negara A Msb = Penawaran uang negara B

L (R, Y) = Permintaan uang riil agregate suatu negara yang merupakan fungsi menurun terhadap tingkat bunga (R) dan meningkat terhadap output riil (Y).

Ketiga persamaan di atas digabung menjadi:


(46)

Persamaan ini menyatakan bahwa harga relatif mata uang A dan B dalam jangka panjang sepenuhnya tergantung pada penawaran-penawaran relatif kedua mata uang serta permintaan-permintaan riil relatifnya.

5. Produk Domestik Bruto

a. Pengertian Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) atau dalam bahasa Inggris disebutGross Domestik Product adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksi oleh faktor- faktor produksi milik warga negara, negara tersebut dan warga negara asing yang tinggal di negara tersebut dalam periode waktu tertentu (biasanya satu tahun).

b. Konsep Produk Domestik Bruto

1. Sukirno (2010), mendefinisikan PDB sebagai nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan warga negara asing.

2. Menurut McEachern(2000:146) Produk domestik bruto / GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat.

3. Dalam N. Gregory Mankiw (2000:7) PDB adalah nilai pasar dari semua barang ja di dan jasa yang diproduksi disuatu Negara selama kurun waktu tertentu.


(47)

c. Peranan PDB bagi Perekonomian

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah indikator ekonomi yang paling penting karena perannya dalam analisis keadaan ekonomi suatu bangsa. Pemerintah dan berbagai bisnis tergantung pada publikasi PDB sebagai bantuan untuk mengukur keadaan ekonomi, sehingga dapat

menggabungkan informasi dalam pengembangan strategi pemerintah dan bisnis yang efektif. Peran dari PDB sebagai indikator ekonomi termasuk kemampuannya untuk mempengaruhi pasar keuangan. PDB terdiri dari faktor-faktor seperti ekspor bersih, konsumsi konsumen total, konsumsi pemerintah total dan perubahan persediaan. Ini juga mencakup penilaian terhadap investasi tetap.

6. Keterkaitan Antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat a. Suku Bunga Kredit Modal Kerja dengan Ekspor

Kenaikan bunga kredit menyebabkan modal kerja menjadi lebih sedikit, karena adanya penambahan biaya pengembalian hutang, sehingga eksportir enggan untuk mendapatkan dana lebih besar, Ini menyebabkan produksi, yaitu modal berkurang yang selanjutnya berdampak pada nilai pengeluaran ekspor yang semakin berkurang pula, sehingga antara tingkat suku bunga kredit dengan ekspor terdapat hubungan negatif

(Sukirno,2010).

b. Inflasi dengan Ekspor

Inflasi adalah peningkatan harga yang terus-menerus. Menurut Mankiw(2000), peningkatan harga dalam negeri cenderung akan

mengurangi produksi. Apabila inflasi dalam negeri lebih besar dari inflasi luar negeri, maka akan meningkatkan impor karena harga dalam negeri


(48)

lebih mahal dari harga di luar negeri. Sebaliknya, kegiatan ekspor justru akan menurun. Artinya, inflasi berhubungan negatif terhadap kegiatan ekspor. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul (2011) bahwa kenaikan inflasi yang cenderung mendorong turunnya investasi sehingga

mendorong turunnya produktivitas untuk menghasilkan output, yang selanjutnya dapat menurunkan kinerja ekspor. Teori lainnya dikemukakan oleh Sadono Sukirno(2010) dalam bukunya yang berjudul “Teori

Pengantar Makroekonomi” bahwa tingkat permintaan agregat ditentukan oleh tingkat harga (P) dan output (Y).

Sumber : Buku Teori Makroekonomi Mankiw(2006:128) Gambar 7. Kurva Permintaan Agregat (AD)

Berdasarkan kurva, permintaan agregat dipengaruhi oleh tingkat harga dan output. Ketika harga di tingkat P1 maka tingkat output di titik Y1. Ketika harga meningkat dari P1 ke P2 maka tingkat output akan menurun dari titik Y1 ke Y2. Artinya ketika harga meningkat atau terjadinya inflasi, maka tingkat output yang dihasilkan akan menurun sehingga kegiatan ekspor dalam negeri akan menurun.

c. Kurs dengan Ekspor

Sadono Sukirno(2010) menjelaskan bahwa transaksi ekspor, impor, dan jasa dan aliran dana modal dari suatu negara ke negara lain memerlukan

AD Y 1

P 1

Y 2 P 2


(49)

pasaran valuta asing, yaitu pasaran yang melakukan pertukaran (atau jual beli) diantara sesuatu mata uange dengan berbagai mata uang lainnya. Untuk melakukan pertukaran atau jual beli tersebut dibutuhkan kurs valuta asing. Ketika kurs terapresiasi, maka akan meningkatkan kegiatan impor dan akan menurunkan kegiatan ekspor, karena harga-harga diluar negeri dianggap lebih murah dari harga barang di dalam negeri. Ketika kurs terdepresiasi, maka akan meningkatkan kegiatan ekspor dan akan

menurunkan kegiatan impor karena harga barang di dalam negeri dianggap lebih murah daripada harga barang di luar negeri. Perubahan nilai tukar dapat mengubah harga relatif suatu produk menjadi lebih mahal atau lebih murah, sehingga nilai tukar terkadang digunakan sebagai alat untuk meningkatkan daya saing (mendorong ekspor) (Goeltom,1998).

d. PDB dengan Ekspor

Menurut McEachern (2000:147) ada dua macam pendekatan yang digunakan dalam perhitungan GDP, yaitu:

a. Pendekatan pengeluaran, menjumlahkan seluruh pengeluaran agregat pada seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi selama satu tahun. b. Pendekatan pendapatan, menjumlahkan sel

c. uruh pendapatan agregat yang diterima selama satu tahun oleh mereka yang memproduksi output tersebut.

Menurut McEachern (2000:147) PDB dengan pendekatan pengeluaran terbentuk dari empat faktor yang secara positif mempengaruhinya, keempat faktor tersebut adalah konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G) dan ekspor neto (NX).


(50)

atau

Apabila PDB mengalami kenaikan sedangkan konsumsi, investasi, dan investasi tetap, kondisi ini disebut denganceteris paribus,maka net ekspor juga akan meningkat.

Net Ekspor adalah selisih dari ekspor dikurangi impor.

Ketika impor dalam kondisi yang tetap, maka ketika PDB meningkat maka ekspor juga akan meningkat. Artinya PDB berpengaruh posistif dengan ekspor.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Herdiansyah Eka Putra(2009), semakin meningkatnya pendapatan suatu negara maka kecenderungan memproduksi barang dan jasa akan semakin meningkat sehingga mendorong peningkatan jumlah permintaan ekspor negara tersebut.


(51)

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian David Dickinson dan Jia Liu (2005) yang berjudulThe Real Effects of Monetary Policy in Chinameneliti tentang apakah dampak dari kebijakan ekonomi dan moneter berpengaruh pada kegiatan sektor riil di China. Bukti empiris mengemukakan bahwa perubahan kebijakan moneter telah berdampak pada kondisi perekonomian danoutput sektor BUMN, Swasta maupun

private.

Tabel 2. Ringkasan Penelitian “The Real Effects of Monetary Policy in China

Judul The Real Effects of Monetary Policy in China Penulis David Dickinson dan Jia Liu (2005)

Jenis Data Time Series Model dan

Alat Analisis

Sistem 1 (ysoe, cpi, cblr, m2) Sistem 2 (ycle, cpi, cblr, m2) Sistem 3 (ypi, cpi, cblr, m2) Sistem 4 (ysoe, cpi, tnl, m2) Sistem 5 (ycle, cpi, tnl, m2)

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector AutoregressionAlat analisis yang digunakan adalah regresi.

Kesimpulan Dampak kurs berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan inflasi berpengaruh negatif signifikan pada kegiatan ekspor dan output di china. Kebijakan moneter yang beroperasi melalui suku bunga kredit meberikan dampak negatif terhadap kegiatan ekspor di china

Penelitian yang dilakukan oleh Ermon Muh. Nur, SE, M. E bertujuan untuk menganalisis dampak perubahan inflasi dan net ekspor terhadap perekonomian Indonesia. Ia menganalisis pada peranan konsumsi dan inflasi terhadap

kinerja perekonomian yang ditunujan oleh variabel-variabel makro ekonomi, dan mengkaji faktor-faktor yang terkait dengan variabel tersebut diantaranya tingkat pendapatan disposabel, suku bunga, nilai tukar, dan jumlah uang beredar.


(52)

Tabel 3. Ringkasan Penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Net Ekspor di Indonesia”

Judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Net Ekspor dan Inflasi di Indonesia

Penulis Ermon Muh.Nur, SE, M.E (2006) Jenis Data Time Series

Model dan Alat Analisis

pendapatan disposabel, suku bunga, nilai tukar, dan jumlah uang beredar, konsumsi dan inflasi. Alat analisis yang digunakan adalah regresi.

Kesimpulan Inflasi, pendapatan disposibel, suku bunga dan konsumsi periode sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap ekspor. Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor. Pendapatan disposibel berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor di Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Hendarsyah Eka Putra adalah menganalisis beberapa variabel yang diduga berpengaruh positif terhadap ekspor sebelum dan sesudah krisis di Indonesia.

Tabel 4. Ringkasan Penelitian “Variabel-variabel yang Mempengarugi Ekspor Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis”

Judul Variabel-variabel yang Mempengaruhi Ekspor Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis

Penulis Herdiansyah Eka Putra (2009) Jenis Data Time Series

Model dan Alat Analisis

PDB, Kurs,Inflasi,PMA, dan PMDN. Alat analisis yang digunakan adalah regresi.

Kesimpulan Secara keseluruhan, PMDN, Kurs, dan PDB berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor di Indonesia sebelum dan sesudah krisis. Kurs berpengaruh positif terhadap laju ekspor di Indonesia sebelum krisis. PDB, Inflasi, PMA dan PMDN tidak berpengaruh signifikan terhadap laju ekspor sebelum krisis. PDB dan PMDN, dan kurs berpengaruh signifikan terhadap ekspor sesudah krisis di Indonesia. Inflasi dan PMA tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor setelah krisis.

Penelitian Sugirhot(2008) adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor non migas Indonesia tahun 1970 sampai 2004.


(53)

Variabel bebas yang digunakan adalah kurs, investasi domestik, dan PDB dan variabel terikatnya adalah ekspor non migas.

Tabel 5. Ringkasan Penelitian “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Non Migas Indonesia tahun 1970 Sampai 2004” Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor non migas

Indonesia tahun 1970 sampai 2004 Penulis Sugirhot (2008)

Jenis Data Time Series Model dan

Alat Analisis

PDB, Kurs, dan Ivestasi Domestik. Alat analisis yang digunakan adalah regresi.

Kesimpulan Secara keseluruhan, PDB, Kurs, dan Investasi Domestik di Indonesia berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor non migas pada tahun 1970 sampai tahun 2004.


(54)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari www.bps.go.id dan www.bi.go.id. Data yang digunakan merupakan jenis data time series yang dimulai dari bulan Januari tahun 2006 sampai bulan Desember tahun 2013.

Tabel 6. Deskripsi Data

Nama Data Sim

bol Perio de Wak tu Satuan Penguku ran Sumb er Data

Ekspor X Bulanan juta USD BPS

Suku Bunga Kredit SBK Bulanan Persentase BI Kurs(USD/Rp) KURS Bulanan Ribu Rupiah BI Inflasi(IHK) IHK Bulanan Persentase BI

PDB PDB Bulanan Miliar

Rupiah

BPS

B. Definisi Variabel Operasional

Menurut Sukirno (2002) variabel adalah faktor-faktor yang dimiliki peran dalam suatu penelitian, yaitu segala sesuatu obyek pengamatan penelitiaan yang berupa faktor yang memiliki nilai. Agar variabel bisa dioperasikan dalam sebuah penelitian, maka pengukurannya harus jelas. Variabel yang diamati dalam penelitian ini, diantaranya:


(55)

1. Ekspor

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ekspor. Data ekspor diambil dari Statistik Ekonomi dan Perdagangan Badan Pusat Statistik(BPS). Data ekspor yang didapat berupa data bulanan dalam bentuk juta USD.

2. Suku Bunga Kredit Modal Kerja

Suku Bunga Kredit adalah harga dari penggunaan dan yang tersedia untuk dipinjamkan. Suku bunga merupakan persentase pendapatan yang

diterima oleh para penabung dari tabungan uang yang disisakannya. Ia merupakan pula persentasi pendapatan yang harus dibayar oleh para peminjam dana. Suku bunga kredit dalam penelitian ini menggunakan data suku bunga kredit untuk modal kerja. Data diperoleh dari data Badan Pusat Statistik (BPS) dengan periode waktu bulanan dalam bentuk

presentase.

3. Nilai Tukar (kurs)

Kurs yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurs nominal. Nilai nominal kurs diduga berpengaruh positif terhadap ekspor di Indonesia. Kurs yang digunakan adalah kurs USD atau dollar Amerika terhadap Rp atau rupiah Indonesia. Data kurs(USD/Rp) diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia (SEKI). Data kurs yang diolah adalah kurs tengah artinya rata-rata dari kurs jual dan kurs beli. Data yang diperoleh berupa data bulanan.


(56)

4. Inflasi (IHK)

Inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah inflasi indeks harga konsumen atau inflasi(IHK). IHK mengukur harga sekumpulan barang tertentu (seperti bahan makanan pokok, sandang, perumahan dan aneka barang dan jasa) yang dibeli konsumen. Data inflasi(IHK) diperoleh dari data Statistik Eknomi dan Keuangan Bank Indonesia(SEKI). Data inflasi berupa persentase dan data berupa bulanan.

5. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) atau dalam bahasa inggris disebut Gross Domestic Product(GDP) diduga berhubungan positif terhadap ekspor. PDB yang digunakan adalah PDB Riil. Data PDB diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Badan Pusat Statistik(BPS). Data yang didapat berupa milyar rupiah. Data berupa data triwulanan dan akan diinterpolasi menjadi data bulanan agar menyamakan periode data penelitian supaya dapat diolah menggunakan Eviews 8.

C. Metode Pengolahan Data

Analisis data merupakan penyederhanaan data yang telah diperoleh ke dalam bentuk yang lebih mudah di baca. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan OLS ( Ordinary Least Square). Analisis OLS menjelaskan bagaimana , mencapai hasil estimasi yang dekat dengan kebenaran kenyataanya pada Suku Bunga Kredit Modal Kerja, inflasi, kurs, dan PDB sebagai variabel independent(variabel terikat) dengan Ekspor yang merupakan variabel dependent atau variabel terikat. Untuk menghitung


(57)

persamaan regresi sederhana melalui metode OLS maka data harus memenuhi 4 asumsi dasar, yaitu : uji Normalitas, uji Heterokedastisitas, uji Autokorelasi dan uji Multikolinearitas.Adapun software yang digunakan dalam

menganalisis data tersebut yaitu memasukan data kedalam Microsoft Ecxel 2007 dan kemudian diolah menggunakan E-Views 8.

1. Interpolasi

Metode interpolasi data adalah suatu metode yang digunakan untuk menaksir nilai data time series yang mempunyai rentan waktu lebih besar ke data yang memiliki rentan waktu lebih kecil (tahun ke triwulan, triwulan ke bulan). Sebelum melakukan interpolasi data terlebih dahulu perlu diperhatikan karakteristik data, yaitu data yang dipakai berbetuk rata-rata atau akumulasi. Metode interpolasi data dalam penelitian ini adalah menaksir nilai bulanan dari suatu data triwulan, alat yang dipakai adalah Convertion Option - Eviews 8. Data yang akan diinterpolasi pada penelitian ini adalah data PDB yang akan diubah dari data triwulanan menjadi data bulanan.

D. Prosedur Pengolahan Data 1. Uji Stasioneritas (Unit Root Test )

Uji stasioneritas akar unit (unit root test) merupakan uji yang pertama harus dilakukan sebelum melakukan analisis regresi dari data yang dipakai. Tujuan uji stasioneritas adalah untuk melihat apakah rata-rata varians data konstan sepanjang waktu dan kovarian antara dua atau lebih data runtun waktu hanya tergantung pada kelambanan antara dua atau lebih periode waktu tersebut. Pada umumnya, data time-series sering kali tidak stasioner. Jika hal ini


(58)

terjadi, maka kondisi stasioner dapat tercapai dengan melakukan diferensiasi satu kali atau lebih. Metode pengujian unit root yang digunakan dalam penelitian ini adalah Augmented Dickey-Fuller Test. Prosedur pengujian unit root adalah:

1. Dalam uji unit root yang pertama dilakukan adalah menguji

masing-masing variabel yang kita gunakan untuk penelitian dari setiap level series. 2. Jika semua variabel adalah stasioner pada tingkat level, maka estimasi

terhadap model yang digunakan adalah regresi Ordinary Least Square (OLS).

3. Dan jika seluruh data dinyatakan tidak stasioner, maka langkah selanjutnya adalah menentukan first difference dari masing-masing variabel tersebut dengan melakukan uji unit root kembali terhadap first difference.

4. Jika pada tingkat first difference dinyatakan telah stasioner, maka estimasi terhadap model tersebut dapat menggunakan metode kointegrasi.

5. Jika, hasil uji kointegrasi menolak hipotesis yang menyatakan tidak stasioner, maka estimasi yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Namun, jika hasil uji kointegrasi menyatakan stasioner, maka estimasi yang digunakan adalah metode Erorr Correction Model (ECM). Jika nilai Dickey-Fuller test statistik lebih besar dari nilai kritis maka data sudah stasioner dan sebaliknya, jika nilai Dickey-Fullertest statistic lebih kecil dari nilai kritis maka data mengandung unit root atau data tidak stasioner.


(59)

2. Uji Kointegrasi

Dalam penelitian ini, uji kointegrasi menggunakan uji Engle-Granger dengan diawali melakukan regresi persamaan dan kemudian mendapatkan

residualnya. Dari residual ini, kemudian kita uji dengan uji stasionary

Dickey-Fuller. Kemudian, dari hasil uji stasioner nilai statistik Dickey-Fuller dibandingkan dengan nilai kritisnya. Jika, nilai statistik lebih besar dari nilai kritisnya maka variabel-variabel yang diamati saling berkointegrasi atau mempunyai hubungan jangka panjangdan jika sebaliknya, maka variabel yang diamati tidak berkointegrasi (Widarjono, 2007).

Uji ini dilakukan setelah uji stasioneritas dan telah berintegrasi pada derajat yang sama. Uji kointegrasi dilakukan dengan cara menguji stasioneritas dari residual, jika ternyata residual tidak mengandung akar unit atau data stasioner I(0) maka variabel-variabel didalam model terkointegrasi dan sebaliknya. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya keseimbangan jangka panjang antar variabel-variabel yang diamati.

E. Model Penelitian

Setelah dilakukan pengujian unit root dan uji kointegrasi, maka metode yang dilakukan dalam penelitian menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) pada tingkat first-difference. Menurut Gujarati dan Porter (2009) Ordinary Least Square (OLS) merupakan metode yang digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi dan fungsi regresi sampel. Dengan analisis ini dapat diketahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam penelitian ini. Model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(60)

Keterangan:

LnX = Ekspor di Indonesia

LnSBK = Suku Bunga Kredit Modal Kerja

LnKurs = Nilai Tukar USD terhadap Rupiah(USD/Rp) LnIHK = Inflasi (IHK)

LnPDB = Produk Domestik Bruto di Indonesia

�0 = Konstanta

�1, �2, �3, �4 = Koefisien regresi

εt = error term

F. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Asumsi Normalitas

Uji normal diperlukan untuk mengetahui kenormalan galat (error term) dan variabel-variabel baik variabel bebas ataupun terikat. Uji normalitas dapat dilakukan melalui Jarque-Bera. Metode ini dilakukan berdasarkan pada sampel yang bersifat Asymptotic. Formula uji statistic Jarque-Bera atau J-B yaitu:

Dimana :

S = koefisien skewness K = koefisien kurtosis

Jika suatu variabel didistribusikan secara normal maka koefisien S=0 dan K=3. Oleh karenanya jika residual terdistribusi secara normal maka diharapkan nilai statistic JB akan sama dengan no;. nilai statistic JB ini didasarkan pada distribusi chi squares dengan derajat kebebasan (df) 2. Jika


(61)

nilai probabilitasnya p dari statistic JB besar atau dengan kata lain jika nilai statistic dari JB ini tidak signifikan maja resisual memiliki distribusi normal karena nilai statistic JB mendekati nol. Sebaliknya jika nilai probabilitas p dari statistic JB kecil atau signifikan maka menolah hipotesis, dan

mengartikan bahwa residual memiliki distribusi normal karena nilai statistic JB tidak sama dengan nol.

Ho: data tersebar normal Ha: data tidak tersebar normal Kriterianya adalah:

1. Ho ditolak dan Ha diterima, jika Pvalue < α 5%

2. Ho diterima dan Ha ditolak, jika P value > α 5%.

2. Uji Asumsi Autokorelasi

Autokorelasi biasanya terjadi pada data deret waktu, namun dapat juga terjadi pada data lintas ruang. Masalah yang ditimbulkan oleh kasus autokorelasi dan masalah yang ditimbulkan oleh heterokedastisitas adalah sama. Pada autokorelasi permasalahan ditemukan pada setiap data time series.

Penanggulangan masalah ini secara tidak langsung akan mampu menghindari pelanggaran asumsi lainnya. Maka sebab itu, dalam data time series masalah mengenai autokorelasi menjadi fokus utama.

Menurut Winarno (2007:5. 24) untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu dapat dilakukan dengan uji Breusch-Godfrey atau BG atau LM test. Langkah-langkahnya yaitu:


(62)

a. Estimasi persamaan regresi dengan metode OLS dan mendapatkan residualnya

b. Melakukan regresi residual et dengan variabel bebas Xt

c. Jika sampel besar, maka model dalam persamaan akan mengikuti distribusi chi squares dengan df sebanyak p. nilai hitung chi squares dapat dihitung dengan:

p Dimana:

n = jumlah observasi p = Obs*R²

R² = Koefisien Determinasi

χ² = Chi Square

jika (n-p) R² yang merupakan chi square χ² hitung lebih besar dari nilai kritis chi squares χ² pada derajat kepercayaan tertentu α, ditolah hipotesis Ho. Hal ini menunjukan adanya masalah otokorelasi dalam model. Sebaliknya jika chi squares hitung lebih kecil dari nilai kritisnya maka diterima hipotesis nol. Artinya model tidak mengandung otokorelasi.

3. Uji Asumsi Multikolinieritas

Uji asumsi multikolinearitas adalah untuk menguji pada model regresi ditemukan adanya kolerasi antar peubah bebas. Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan problem multikolineritas. Dimana deteksi adanya multikolineritas dalam penelitian ini adalah dengan melihat kolerasi parsial antar variabel bebas. Sebagai aturan main kasar ( rore of thumb ), jika koefisien korelasi


(63)

cukup tinggi katakanlah diatas 0, 85 maka diduga ada multikolineritas dalam model dan sebaliknya bila dibawah itu nilai koefisien relasi maka tidak ada multikolineritas.

4. Uji Asumsi Heterokedastisitas

Heterokedastistitas merupakan salah satu penyimpangan terhadap asumsi kesamaaan varians (homoskedastisitas). Untuk uji asumsi heterokedastisitas dapat dilihat melalui uji White. White mengembangkan sebuah metode yang tidak memerlukan asumsi tentang adanya normalitas pada variabel gangguan. Untuk uji White hipotesisnya adalah sebagai berikut:

a. Ho ditolak dan Ha diterima, jika nilai (n x R²) < nilai Chi-kuadrat b. Ho diterima dan Ha ditolak, jika nilai (n x R²) > nilai Chi-kuadrat

Ho: tidak terdapat heterokedatisitas dan Ha: terdapat heterokedastisitas. Jika Ho ditolak, berarti terdapat heterokedastisitas. Jika Ho diterima berarti tidak terdapat heterokedastisitas.

G. Uji Hipotesis 1. Uji f

Pengujian hipotesis secara keseluruhan dengan menggunakan uji statistic F-hitung dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen dengan derajat kebebasan df 1 = (k-1) dan df 2 = (n-k). hipotesis yang dirumusukan: Ho : bi == 0, peubah bebas tidak berpengaruh nyata terhadap peubah terikat Ha : bi

≠ 0, ada pengaruh nyata antara peubah bebas dengan peubah terikat

Kriteria pengujiannya:

1. Ho ditolah dan Ha diterima, jika F hitung > F-tabel 2. Ho diterima dan Ha ditolak, jika F hitung < F-tabel


(64)

Jika Ho ditolak, berarti variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Jika Ho diterima berarti variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

2. Uji t

Pengujian hipotesis koefisien regresi dengan menggunakan uji t pada tingkat kepercayaan 95 pesen dengan derajat kebebasan df = (n-k) -1. Uji t dibagi menjadi pengujian pada nilai yang bernilai negative dan yang bernilai positif. Kriteria pengujiannya yaitu:

1. Ho ditolak dan Ha diterima, jika t-hitung > t-tabel ; t hitung < t-tabel 2. Ho diterima dan Ha ditolah, jika t-hitung < t-tabel ; t-hitung > t-tabel

Jika Ho ditolak, artimya variabel bebas yang diuji memiliki pengaruh nyata terhadap variabel terikat. Jika Ho diterima berarti variabel bebas yang diuji tidak memiliki pengaruh nyata terhadap variabel terikat.


(65)

A. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel suku bunga kredit modal kerja memberikan pengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan ekspor di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi pada tabel 10. Nilai koefisien dari SBK adalah 0.191035 dan bertanda negatif. Nilai tersebut menunjukkan bahwa peningkatan suku bunga kredit modal kerja sebesar 1 persen akan menurunkan permintaan ekspor sebesar 0.19 % dengan asumsi variabel lain tetap atauciteris paribus. Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa tingkat suku bunga kredit modal kerja tidak signifikan pada

5%, dengan t-hitung > t-tabel (-2.704713 > -1.986). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya, suku bunga kredit modal kerja merupakan variabel penjelas yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor di Indonesia.

2. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial inflasi (IHK) memberikan pengaruh negatif dan tsignifikan terhadap permintaan ekspor di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi pada tabel 10. Nilai koefisien dari IHK adalah 0.087635 dan bertanda negatif. Nilai


(66)

tersebut menunjukkan bahwa peningkatan Inflasi(IHK) sebesar 1 persen akan menurunkan Ekspor sebesar 0.087635% dengan asumsi variabel lain tetap atauciteris paribus. Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa tingkat Inflasi (IHK) signifikan pada 5%, dengan t-hitung > t-tabel (-2.289 > -1.986). Dengan demikian, Ha diterima. Artinya, inflasi (IHK) merupakan variabel penjelas yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor di Indonesia.

3. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial kurs memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan ekspor di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi pada tabel 10. Variabel kurs memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 95% terhadap Ekspor. Nilai koefisien dari Kurs adalah 0.549949 dan bertanda positif. Nilai tersebut menunjukkan bahwa peningkatan Kurs sebesar 1 persen akan meningkatkan permintaan ekspor sebesar 0.54 % dengan asumsi variabel lain tetap atauceteris paribus. Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa Kurs signifikan pada 5%, dengan t-hitung > t-tabel (6.158 > 1.986). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya, Kurs merupakan variabel penjelas yang berpengaruh signifikan terhadap permintaan ekspor di Indonesia.

4. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial PDB Riil memberikan pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap permintaan ekspor di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi pada tabel 10. Nilai koefisien dari PDB Riil adalah 0.079742 dan bertanda positif. Nilai tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kurs sebesar 1 persen akan


(67)

meningkatkan Ekspor sebesar 0.079 % dengan asumsi variabel lain tetap atauciteris paribus. Dari hasil probabilitas dapat diketahui bahwa PDB signifikan pada 5%, dengan t-hitung < t-tabel (0.265 < 1.986). Dengan demikian, Ho ditolak. Artinya, PDB Riil merupakan variabel penjelas yang tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor di Indonesia.

5. Berdasarkan hasil estimasi pada penelitian ini dapat diketahui bahwa secara bersama-sama variabel Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Inflasi (IHK), Kurs dan PDB Riil berpengaruh signifikan terhadap Ekspor di Indonesia. Dari hasil uji f, nilai f-statistik sebesar 48.82887lebih besar dibandingkan nilai f-tabel pada signifikasi 5% yang sebesar 2.70 sehingga H0ditolak dan Haditerima. Hal ini menunjukan bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas yang terdiri dari BIRate, Inflasi (IHK), Kurs dan Produk Domestik Bruto di Indonesia.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dijelaskan sebelumnya maka penulis memberikan saran. Saran yang memungkinkan untuk meningkatkan dari Ekspor di Indonesia sebagai berikut :

1. Kebijakan moneter diharapkan dapat mengendalikan nilai suku bunga agar tetap rendah dan stabil guna meningkatkan kegiatan ekspor di Indonesia. Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia yang mengendalikan suku bunga harus menjaga agar nilai rupiah dan inflasi stabil sehingga nilai suku bunga kredit akan tetap rendah dan stabil sehingga akan meningkatkan kegiatan ekspor. Kebijakan moneter juga harus lebih memperhatikan perekonomian di dalam negeri untuk menjaga nilai mata


(68)

uang dalam negeri sehingga kegiatan produksi dalam negeri akan terus meningkat melalui kegiatan ekspor. Kebijakan moneter dapat

menggunakan instrumen seperti Operasi Pasar Terbuka (OPT) atau

Fasilitas Diskonto untuk mengendalikan nilai mata uang dan inflasi dalam negeri. Di samping itu, pemerintah juga harus membatasi barang-barang impor yang akan masuk ke Indonesia dan memperhatikan produk-produk dalam negeri, sehingga masyarakat dalam negeri lebih cenderung membeli barang hasil produksi dalam negeri daripada barang di luar negeri.

Pemerintah juga diharapkan dapat memfasilitasi promosi ekspor yang lebih luas dan efektif yang dapat menjangkau pasar-pasar di negara potensial tujuan ekspor, juga dapat merangkul industri-industri di daerah-daerah agar dapat memperluas pasar dan meningkatkan produktifitas komoditas ekspor mereka. Pemerintah juga diharapkan dapat memberikan pendanaan dan fasilitas berupa kemudahan operasional pelaksanaan kegiatan perdagangan secara prosedural, pemberian fasilitas kemudahan dan bantuan keuangan dalam bentuk insentif dan pendanaan berbunga ringan kepada industri ekspor impor. Tentunya hal ini akan meningkatkan PDB di Indonesia. Dengan meningkatnya PDB dan kualitas barang dalam negeri yang lebih baik dan lebih murah, maka akan meningkatkan kegiatan ekspor Indonesia menjadi lebih baik dan akan meningkat.

2. Pada penelitian ini, alat analisis yang digunakan adalah menggunakan Ordinary Least Square(OLS). Sebagai perbandingan untuk peneliti selanjutnya disarankan dapat menggunakan alat analisis lainnya seperti Vector Auto Regression(VAR) atauVector Error Correction Model (VECM) untuk mengetahui hubungan dua arah antar variabel dengan


(69)

menggunakan runtun waktu (time lag) . Pada penelitian selanjutnya, diharapkan agar menambah variabel-variabel lain seperti PMA dan PMDN dengan tahun pengamatan yang berbeda dan jumlah runtut waktu (series) yang lebih banyak.


(70)

(71)

Abel, Andrew B, and Ben S. Bernanke, "Macroeconomics", Addi Son Wesley, Publishing Company, 1995.

Badan Pusat Statistik(BPS) Indonesia (2002-2013)

Bank Indonesia (2010), dalam Kebijakan MoneterInflation Targeting Framework, Suatu Landasan Teori.

Bernanke, Ben S.; Laubach, Thomas; Mishkin, Frederic S. and Posen, Adam S. Inflation Targeting: Lessons from the International Experience.Princeton, NJ: Princeton University Press, 1999

Cassel, Gustav dalam artikel Tract of Monetary Reform Curry(2001:145). The Logic of Collective Action.

David Dickinson dan Jia Liu (2005),The Real Effects of Monetary Policy in China Debelle, "Inflation Targeting in Practice",Working Paper, IMIF, March 1997. Dornbusch Rudiger, "ExchangeRates and Inflation", The MIT Press, USA, 1995 Eka Putra, Herdiansyah(2009) dalam Variabe-variabel yang Mempengaruhi

Ekspor Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis

Ekananda, M. 2004. Analisis Pengaruh Volatulitas Nilai Tukar pada Ekspor Komoditi Manufaktur di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 7 (4): 197-235.

Ermon Muh. Nur, SE, M. E (2012) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Net Ekspor dan Inflasi di Indonesia

Fischer, Stanley, Central Banking: the Challenges Ahead Maintaining Price Stability, Finance and Development. 1994

Haryanto, FR. (2007), Dampak Instrumen Kebijakan Moneter terhadap Perekonomian: Suatu Analisis Jalur Mekanisme Transmisi Moneter.


(1)

67

uang dalam negeri sehingga kegiatan produksi dalam negeri akan terus meningkat melalui kegiatan ekspor. Kebijakan moneter dapat

menggunakan instrumen seperti Operasi Pasar Terbuka (OPT) atau

Fasilitas Diskonto untuk mengendalikan nilai mata uang dan inflasi dalam negeri. Di samping itu, pemerintah juga harus membatasi barang-barang impor yang akan masuk ke Indonesia dan memperhatikan produk-produk dalam negeri, sehingga masyarakat dalam negeri lebih cenderung membeli barang hasil produksi dalam negeri daripada barang di luar negeri.

Pemerintah juga diharapkan dapat memfasilitasi promosi ekspor yang lebih luas dan efektif yang dapat menjangkau pasar-pasar di negara potensial tujuan ekspor, juga dapat merangkul industri-industri di daerah-daerah agar dapat memperluas pasar dan meningkatkan produktifitas komoditas ekspor mereka. Pemerintah juga diharapkan dapat memberikan pendanaan dan fasilitas berupa kemudahan operasional pelaksanaan kegiatan perdagangan secara prosedural, pemberian fasilitas kemudahan dan bantuan keuangan dalam bentuk insentif dan pendanaan berbunga ringan kepada industri ekspor impor. Tentunya hal ini akan meningkatkan PDB di Indonesia. Dengan meningkatnya PDB dan kualitas barang dalam negeri yang lebih baik dan lebih murah, maka akan meningkatkan kegiatan ekspor Indonesia menjadi lebih baik dan akan meningkat.

2. Pada penelitian ini, alat analisis yang digunakan adalah menggunakan Ordinary Least Square(OLS). Sebagai perbandingan untuk peneliti selanjutnya disarankan dapat menggunakan alat analisis lainnya seperti Vector Auto Regression(VAR) atauVector Error Correction Model (VECM) untuk mengetahui hubungan dua arah antar variabel dengan


(2)

68

menggunakan runtun waktu (time lag) . Pada penelitian selanjutnya, diharapkan agar menambah variabel-variabel lain seperti PMA dan PMDN dengan tahun pengamatan yang berbeda dan jumlah runtut waktu (series) yang lebih banyak.


(3)

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abel, Andrew B, and Ben S. Bernanke, "Macroeconomics", Addi Son Wesley, Publishing Company, 1995.

Badan Pusat Statistik(BPS) Indonesia (2002-2013)

Bank Indonesia (2010), dalam Kebijakan MoneterInflation Targeting Framework, Suatu Landasan Teori.

Bernanke, Ben S.; Laubach, Thomas; Mishkin, Frederic S. and Posen, Adam S. Inflation Targeting: Lessons from the International Experience.Princeton, NJ: Princeton University Press, 1999

Cassel, Gustav dalam artikel Tract of Monetary Reform Curry(2001:145). The Logic of Collective Action.

David Dickinson dan Jia Liu (2005),The Real Effects of Monetary Policy in China Debelle, "Inflation Targeting in Practice",Working Paper, IMIF, March 1997. Dornbusch Rudiger, "ExchangeRates and Inflation", The MIT Press, USA, 1995 Eka Putra, Herdiansyah(2009) dalam Variabe-variabel yang Mempengaruhi

Ekspor Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis

Ekananda, M. 2004. Analisis Pengaruh Volatulitas Nilai Tukar pada Ekspor Komoditi Manufaktur di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 7 (4): 197-235.

Ermon Muh. Nur, SE, M. E (2012) Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Net Ekspor dan Inflasi di Indonesia

Fischer, Stanley, Central Banking: the Challenges Ahead Maintaining Price Stability, Finance and Development. 1994

Haryanto, FR. (2007), Dampak Instrumen Kebijakan Moneter terhadap Perekonomian: Suatu Analisis Jalur Mekanisme Transmisi Moneter. Harris, L., “Monetary Theory”, McGraw-Hill Book Company, 1981.


(5)

Hartadi A. Sarwono, dan Perry Warjiyo, Mencari Paradigma Baru Manajemen Moneter Dalam Sistem Nilai Tukar Fleksibel:Suatu Pemikiran untuk Penerapannya di Indonesia.Jakarta, Buletin EkonomiMoneter dan Perbankan, vol 1, Bank Indonesia,1998

Julaihah, Umi dan Insukrindo. 2004. Analisis Dampak Kebijakan Moneter terhadap Variabel Makreoekonomi di Indonesia Tahun 1983.1–2003.2. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 7 (2): 323-341.

Kementrian Industri(Kemenperin), dalam Data Statistika Industri Indonesia (2013)

Kementrian Perdagangan(Kemendag), dalam Data Perdagangan Internasional (2013)

Lira Mai Lena (2007), Dampak Kebijakan Moneter Terhadap Kinerja Sektor Riil Di Indonesia dan Inflasi di Indonesia.

McEachearn, William (2000). ECON for Microeconomics

Muh,Ermon(2006) dalam Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Net Ekspor dan Inflasi di Indonesia.

Mankiw, N. Gregory. Teori Makro Ekonomi. Edisi Keempat. Terjemahan. Jakarta : Penerbit Erlangga.2000

Nuryati, Y. 2004. Pelaksanaan Kebijakan Moneter Pentargetan Inflasi di

Indonesia. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nopirin (1996) dalam buku Ekonomi Internasional.

Paul R Krugman dan Maurice(1994:173) dalam Ekonomi Internasional (Teori dan Kebijakan).

Salvatore,Dominic(1997) dalam Ekonomi Manajerial.

Sugirhot(2008) dalam Faktor-faktor yang Mepengaruhi Ekspor Indonesia Tahun 1970 sampai 2004

Sukirno, Sadono. Teori PengantarMakroekonomi Edisi Ketiga (2010)

Suhendra. 2003. Pengaruh Faktor Fundamental, Faktor Resiko, dan Ekspektasi Nilai Tukar terhadap Nilai Tukar Rupiah Pasca Penerapan Sistem Kurs Mengambang Bebas. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 6 (1): 34-55.


(6)

Warjiyo,P. dan Solikin. 2002. Kebijakan Moneter di Indonesia. Direktorat Penelitian Ekonomi dan Kebijakan Moneter. Bank Indonesia, Jakarta. Winardi(1992:203). Capita Selecta Pengantar Teori Ekonomi

Wijoyo Santoso dan Iskandar , Pengendalian Moneter Dalam Sistem Nilai Tukar Yang Fleksibel (Konsiderasi kemungkinan penerapan inflation targeting di Indonesia). Jakarta, Buletin EkonomiMoneter dan Perbankan, September 1999.

Woodford, Michael, Interest and Prices: Foundations of A Theory of Monetary Policy, Princenton University Press, NJ. 2003 Zulverdy, Doddy,

Manajemen Moneter dalam Masa Krisis, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 1. No. 2, Bank Indonesia, 1998