ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PDB USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI INDONESIA TAHUN 1999-2012

(1)

Oleh

MUHAMMAD SANDI ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel unit usaha UMKM, investasi usaha mikro kecil, investasi usaha menengah, tenaga kerja usaha mikro kecil dan tenaga kerja usaha menengah terhadap produk domestik bruto usaha mikro kecil dan menengah. Alat analisis yang digunakan adalah model analisis regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square). Penelitian ini menggunakan datatime seriestahunan yang diperoleh dari Departemen Koperasi dan UKM. Berdasarkan hasil regresi Ordinary Least Square, dapat diketahui bahwa secara parsial variabel investasi usaha mikro kecil, investasi usaha menengah dan tenaga kerja usaha mikro kecil memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap produk domestik bruto usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia.

Sedangkan variabel unit usaha UMKM dan tenaga kerja usaha menengah

memberikan pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap produk domestik bruto usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia. Serta secara bersama-sama dan signifikan seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap nilai PDB usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia.

Kata Kunci: PDB UMKM, jumlah unit UMKM, investasi usaha mikro kecil, investasi usaha menengah, tenaga kerja usaha mikro kecil dan tenaga kerja usaha menengah,Ordinary Least Square.


(2)

By

MUHAMMAD SANDI ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the effect of variable the number of unit of MSME, micro small business investment, investment medium-sized enterprises, labour in units micro small, medium enterprises labor to gross domestic product of micro small and medium enterprises.The analytical tool that use in this study is multiple linear regression analysis model with the least squares method (Ordinary Least Square). This study uses annual time series data obtained from the Ministry of Cooperatives and SME. Based on the results of ordinary least square regression, it can be seen that in partial small micro business investment and micro businesses labor a significant positive impact on the gross domestic product of micro small and medium enterprises in Indonesia.

While the MSME business unit variable and medium enterprises labor have a positive impact and no significant effect on the gross domestic product of micro small and medium enterprises in Indonesia. As well as jointly and significant all variables used in this study affect the value of GDP micro small and medium enterprises in Indonesia.

Keywords: GDP MSME, the number of units MSME, micro small business investment, medium business investment, labour in units micro small and medium enterprises labor, Ordinary Least Square


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Penulis bernama Muhammad Sandi lahir pada tanggal 03 January 1992 di Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Penulis lahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Zilfinal Hasdi dan Dra. Aisyah.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Raudhatul Athfal Daya, Bandar Lampung pada tahun 1997 dan tamat pada tahun 1998. Selanjutnya penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 01 Labuhan Ratu, Bandar Lampung, yang diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 22 Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 9 Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2010.

Pada tahun 2010 penulis diterima di perguruan tinggi Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) pada jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi yang sekarang berganti nama menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Pada tahun 2014 penulis mengikuti kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Pagelaran Utara dan KKL (Kuliah Kunjung Lapangan) di Bank Indonesia.


(8)

Alhamdulillhirrabbil’alamin, segala puji hanya milik Allah SWT.

Ku persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasihku kepada :

1. Ayah dan Ibu yang tidak pernah lelah untuk mendoakan, memberikan semangat, motivasi, dan materi. Berusaha dengan segenap daya upaya serta kesabaran untuk terciptanya keberhasilan masa depanku, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada Ayah dan Ibu tercinta.

2. Serta adik-adikku tercinta, Muhammad Fajar dan Muhammad Rizky. Terimakasih atas perhatian, serta keceriaan yang selalu memotivasi kakak. Kelak tumbuh dan dewasalah seperti impian orang tua kita.

3. Almamater tercinta jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.


(9)

“Orang yang menuntu ilmu berarti menuntut rahmat : orang yang menuntut ilmu berarti menjalankan rukun islam dan pahala yang diberikan kepadanya sama

dengan para nabi” (H.R Dailani dari anas r.a)

“Saya bangga dengan apa yang saya raih disana, tapi kehidupan yang dibangun di atas kenangan tidak cukup untuk sebuah kehidupan”

(Eric Cantona)

“Mengingat masa lalu, tapi hidup untuk saat ini sambil menjaga mata menatap masa depan dan merubah nasib mulai dari hari ini, Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang jika bukan orang tersebut yang berusaha dan diiringi dengan Doa”


(10)

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PDB Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia Tahun 1999-2012” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan. Terima kasih untuk masukan dan saran-sarannya.

4. Bapak Dr. Syahfirin Abdullah, S.E., M.Si selaku Pembimbing Skripsi atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.


(11)

dan pelajaran yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

7. Seluruh pegawai jurusan Ekonomi Pembangunan. Mas Kuswara, Mas feri, Ibu Mardiana, Ibu Yati, Pakde Heriyanto, Pak Ikhman danMas Ma’rufserta para pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

8. Orang tuaku Tercinta, Ibu ku tersayang Dra. Aisyah dan Adik-Adikku Muhammad Fajar dan Muhammad Rizky beserta keluarga besarku terima kasih atas semua limpahan kasih sayang, dukungan doa, dan bantuan yang telah diberikan selama ini.

9. Untuk Onay terima kasih untuk motivasi yang tak pernah henti dan juga doa serta waktunya selama ini.

10. Sahabat-sahabat A108 yang telah berjuang bersama-sama. Yanu, Rendy, Bolang, Denis, Hasby, Ega, Abah Yogi, Alex, Wowok, Burja, Onal, Kevray, Hadi, Andhyka, Irfan, Ade, Brama Terima kasih untuk segalanya. Percayalah segala usaha yang telah kita lakukan selama ini kelak akan berbuah manis. 11. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan 2010. Febry, Dwi Adi,

Rangga, Dede, Dicky Wong, Dimas, Dhani, Fida, Eci, Nia, Virgie, Moza, Princes, Gege, Ata, Citra, Astri, Cpew, Angga, Darus, Fany dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu satu karena telah

memberikan banyak warna dikehidupan penulis.

12. Teman-teman satu Bimbingan. Yanu, Abah Yogi, Onal, Angga, Nia dan Gege. Terimakasih telah berjuang bersama-sama dalam proses penyelesaian skripsi.


(12)

Terima kasih untuk semua pengalaman dan pelajaran hidupnya.

14. Sahabat-sahabat klasik. Rio Jojo, Devris, Ryan, Acil, Robby. Terima kasih untuk dukungannya selama ini.

15. Beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,


(13)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I . PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 16

D. Manfaat Penelitian ... 16

E. Kerangka Pemikiran ... 17

F. Hipotesis ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 19

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 20

A. Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 20

1. Definisi UMKM ... 20

2. Karakteristik UMKM ... 26

3. Ciri-ciri UMKM ... 26

4. Peran dan Fungsi UMKM ... 27

5. Aspek Permodalan UMKM ... 28

6. Aspek Sumber Daya Manusia ... 29

7. Bentuk Pembinaan Bagi Usaha Kecil dan Menengah Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pendapatan ... 30

B. Teori Tenaga Kerja ... 31

1. Pengertian Tenaga Kerja ... 31

2. Permintaan Tenaga Kerja ... 34

3. Penyerapan Tenaga Kerja ... 35

C. Teori Produktivitas ... 36


(14)

ii

1. Penawaran Barang dan Fungsi Produksi ... 41

H. Peranan UMKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 43

I. Kinerja UMKM di Indonesia ... 46

J. Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan UMKM ... 47

K. Tinjauan Empirik ... 48

III. METODE PENELITIAN ... 52

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 52

B. Jenis dan Sumber Data ... 52

C. Definisi Operasional Variabel ... 53

D. Metode Analisis data ... 55

E. Pengujian Asumsi Klasik ... 56

1. Uji Asumsi Normalitas ... 57

2. Uji Asumsi Multikolinieritas ... 57

3. Uji Asumsi Autokorelasi ... 60

F. Uji Hipotesis ... 61

1. Uji F... 61

2. Uji t ... 62

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Hasil Estimasi Regresi OLS ... 68

B. Hasil dan Pembahasan Uji Asumsi Klasik ... 69

1. Hasil Uji Normalitas ... 69

2. Hasil Uji Multikolinieritas ... 71

3. Hasil Uji Autokorelasi... 72

C. Hasil Uji Hipotesis ... 72

1. Uji F ... 72

2. Uji t ... 74

D. Interpretasi Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 77

IV. SIMPULAN DAN SARAN ... 84

A. Simpulan ... 84

B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan Unit Usaha UMKM Pada Tahun 1999-2012

di Indonesia (Unit) ... 5

2. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja UMKM Pada Tahun 1999-2012 di Indonesia (Juta Jiwa) ... 7

3. Perkembangan Investasi UMKM Pada Tahun 1999-2012 di Indonesia (Triliun Rupiah) ... 10

4. Kontribusi UMKM Pada Ekspor Non Migas Pada Tahun 1999-2012 di Indonesia (Triliun Rupiah) ... 11

5. PDB dan Proporsi PDB UMKM dan Besar Tahun 2008-2012 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Triliun Rupiah) ... 12

6. Kriteria UMKM Menurut UU No. 22 Tahun 2008 ... 22

7. Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 48

8. Ringkasan Penelitian Terdahulu (Lanjutan) ... 49

9. Ringkasan Penelitian Terdahulu (Lanjutan) ... 50

10. Ringkasan Penelitian Terdahulu (Lanjutan) ... 50

11. Ringkasan Penelitian Terdahulu (Lanjutan) ... 51

12. Nama Variabel, Simbol, Periode Waktu, Satuan Pengukuran, dan Sumber Data ... 53

13. Hasil Estimasi Regresi Pada Persamaan Nilai PDB Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 68

14. Hasil Uji Normalitas Pada Persamaan Nilai PDB Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 70

15. Hasil Uji Multikolinieritas Pada Persamaan Nilai PDB Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 71

16. Hasil Uji Autokorelasi Pada Persamaan Nilai PDB Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 72

17. Hasil Uji F Pada Persamaan Nilai PDB Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 73


(16)

Mikro Kecil dan Menengah ... 77


(17)

i

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Data Produk Domestik Bruto UMKM, Unit Usaha UMKM, Investasi Usaha Mikro Kecil, Investasi Usaha Menengah,

Tenaga Kerja Usaha Mikro Kecil, Tenaga Kerja Usaha Menengah

Periode 1999-2012 di Indonesia ...L-1 2. Data Produk Domestik Bruto UMKM, Unit Usaha UMKM,

Investasi Usaha Mikro Kecil, Investasi Usaha Menengah,

Tenaga Kerja Usaha Mikro Kecil, Tenaga Kerja Usaha Menengah Periode 1999-2012 di Indonesia yang di masukkan ke dalam

Eviews 6...L-2 3. Hasil Regresi OLS Pada Persamaan Nilai PDB Usaha Mikro Kecil

dan Menengah ...L-3 4. Hasil Uji Normalitas ...L-4 5. Hasil Uji Multikolinearitas ...L-5 6. Hasil Uji Autokorelasi ... L-10


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Proporsi Sektor Ekonomi UMKM Berdasarkan Jumlah Unit

Usaha Tahun 2011 ... 6 2. Model Kerangka Pemikiran Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Produk Domestik Bruto Usaha Mikro Kecil dan

Menengah di Indonesia ... 17 3. Uji Normalitas Persamaan Nilai Produk Domestik Bruto Usaha


(19)

A. Latar Belakang

Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga umum, dan posisi neraca pembayaran suatu negara. Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Dalam pengembangan ekonomi nasional di Indonesia, yang menjadi prioritas yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). UMKM menjadi tulang punggung sistem ekonomi kerakyatan untuk mengurangi masalah kemiskinan dan pengembangannya mampu memperluas basis ekonomi dan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi nasional (Kurniawan, 2011).

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia menjadi salah satu sektor kegiatan ekonomi yang terbesar. Selain itu, peranan UMKM dalam

penyerapan angkatan kerja pun memiliki kontribusi yang sangat besar bagi negara Indonesia. Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang yang belakangan ini memandang pentingnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah


(20)

(Berry, 2001) alasan (1) adalah karena kinerja UMKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. (2) adalah sebagai bagian dinamikanya, UMKM sering mencapai peningkatan produktivitas melalui investasi dan perubahan teknologi. (3) adalah karena sering diyakini bahwa UMKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dibandingkan dengan usaha besar. Lebih lanjut, usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga (Kuncoro, 2000).

Perhatian pada pengembangan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) memberikan makna tersendiri pada usaha menekan angka kemiskinan suatu negara. Pertumbuhan dan pengembangan sektor UMKM sering diartikan sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan, khususnya bagi negara-negara yang memiliki income perkapita yang rendah (Primiana, 2009).

Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah mampu membuktikan eksistensinya dalam perekonomian di Indonesia. Ketika terjadi krisis moneter yang melanda Indonesia di tahun 1998, banyak investor dan pengusaha besar yang mengalihkan modalnya ke negara-negara lain, sehingga perekonomian Indonesia dikala itu semakin terpuruk. Usaha kecil dan sektor riil mampu bertahan dan menopang roda perekonomian bangsa Indonesia saat itu. Krisis ekonomi yang melanda

mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sektor ekonomi berubah.

Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah unit paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisis ekonomi.


(21)

Stabilitas ekonomi yang tidak merata menyebabkan sebagian dari penduduk yang keterbatasan ekonomi menjadi semakin miskin karena tingginya kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah basis ekonomi bangsa yang dapat menjadi alternatif pilihan guna mengangkat

perekonomian negara dari keterpurukan.

Saat ini, Kementrian Koperasi dan UKM berencana untuk menciptakan 20 juta Usaha Mikro Kecil dan Menengah baru tahun 2020. Tahun 2020 adalah masa yang menjanjikan begitu banyak peluang karena di tahun tersebut akan terwujud apa yang diimpikan para pemimpin ASEAN yang tertuang dalam Bali Concord II. Suatu komunitas ekonomi ASEAN, yang peredaran produk-produk barang dan jasanya tidak lagi dibatasi batas negara akan terwujud. Keadaan ini membawa dampak positif bagi UMKM untuk menjadi motivasi meningkatkan kualitas produknya menjadi komoditas ekspor yang bisa bersaing dengan negara lain.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai salah satu komponen dalam industri nasional, mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, penyerapan tenaga kerja, pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan dan penanggulangan kemiskinan. Oleh karena itu, pemerintah telah memiliki pilar-pilar kebijakan strategis yang diimplementasikan melalui berbagai

kebijakan/program dan kegiatan tahunan untuk mendukung pengembangan dan penguatan UMKM di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) umumnya memiliki keunggulan dalam bidang yang memanfaatkan sumberdaya alam dan padat karya, misalnya pertanian tanaman pangan, perkebunan,


(22)

Disisi lain, perekonomian Indonesia masih didominasi oleh sektor dengan produktivitas yang rendah, yaitu: sektor pertanian, perdagangan dan industri rumah tangga. Pada sektor dengan produktivitas yang rendah inilah jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terkonsentrasi (Munizu, 2010).

Berbagai permasalahan-permasalahan selalu terdapat pada kebanyakan UMKM di Indonesia. Hal tersebut dapat menghambat UMKM untuk dapat berkembang dengan baik, terutama dalam mengoptimalkan peluang yang ada. Kondisi tersebut memberikan isyarat bahwa UMKM sepantasnya diberikan bantuan dan

pengembangan sesuai dengan kebutuhannya (Sulaeman, 2004).

Menurut Hafsah (2004) pengembangan UMKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah kedepan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UMKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan UMKM di samping

mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil dan meningkatkan kualitas sumber daya


(23)

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Unit UMKM Pada Tahun 1999-2012 di Indonesia (Unit)

Tahun Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Jumlah Perkembangan (%)

1999 - 37.859.509 52.214 37.911.723 0

2000 - 39.705.204 78.832 39.784.036 4,94 2001 - 39.883.111 80.969 39.964.080 0,45 2002 - 41.859.444 85.050 41.944.494 4,96 2003 - 43.372.885 87.357 43.460.242 3,61 2004 - 44.684.351 93.036 44.777.387 3,03 2005 45.217.567 1.694.008 105.487 47.017.062 5,00 2006 48.512.438 472.602 36.763 49.021.803 4,26 2007 49.608.953 498.565 38.282 50.145.800 2,29 2008 50.847.771 522.124 39.717 51.409.612 2,52 2009 52.176.771 546.643 41.336 52.764.750 2,64 2010 53.504.416 568.397 42.008 54.114.821 2,56 2011 54.559.969 602.195 44.280 55.206.444 2,02 2012 55.856.176 629.418 48.997 56.534.591 2,41 Sumber : Departemen Koperasi dan UKM, 1999-2012

Pada tabel 1. Perkembangan jumlah unit UMKM periode 2011-2012 mengalami peningkatan sebesar 2,41 persen yaitu dari 55.206.444 unit pada tahun 2011 menjadi 56.534.592 unit pada tahun 2012. Keberadaan jumlah UMKM yang besar, dengan penyebaran hingga ke pelosok daerah, merupakan kekuatan ekonomi yang sesungguhnya dalam struktur pelaku ekonomi nasional.

Keberadaan UMKM yang besar ini diharapkan juga mampu menyerap tenaga kerja yang besar yang tidak mampu diserap oleh sektor formal dan menekan jumlah pengangguran di Indonesia.


(24)

Sumber : Departemen Koperasi dan UKM, 2011

Gambar 1. Proporsi Sektor Ekonomi UMKM Berdasarkan Jumlah Unit Usaha Tahun 2011

Jika ditinjau dari proporsi unit usaha pada sektor ekonomi UMKM yang memiliki proporsi unit usaha terbesar adalah sektor (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (3) Pengangkutan dan Komunikasi; (4) Industri Pengolahan; serta (5) Jasa-jasa, yang masing-masing tercatat sebesar 48,85 persen; 28,83 persen; 6,88 persen; 6,41 persen dan 4,52 persen. Sedangkan sektor ekonomi yang memiliki proporsi unit usaha terkecil secara berturut-turut adalah sektor (1) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; (2) Bangunan; (3) Pertambangan dan Penggalian; serta (4) Listrik, Gas dan Air Bersih, yang tercatat sebesar 2,37 persen; 1,57 persen; 0,53 persen dan 0,03 persen.


(25)

Tabel 2. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja UMKM Pada Tahun 1999-2012 di Indonesia (Juta Jiwa)

Tahun Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Jumlah Perkembangan (%)

1999 - 59.939.760 7.230.084 67.169.844 0

2000 - 68.791.152 3.913.264 72.704.416 8,24 2001 - 70.884.594 3.802.834 74.687.428 2,98 2002 - 73.905.002 3.902.895 77.807.897 4,18 2003 - 77.947.490 3.994.863 81.942.353 5,31 2004 - 76.415.980 4.030.620 80.446.600 1,83 2005 69.966.508 9.204.786 4.415.322 83.586.616 3,90 2006 82.071.144 3.139.711 2.698.743 87.909.598 5,17 2007 84.452.002 3.278.793 2.761.135 90.491.930 2,94 2008 87.810.366 3.519.843 2.694.069 94.024.278 3,90 2009 89.960.695 3.520.497 2.712.431 96.193.623 2,31 2010 91.729.384 3.768.885 2.740.644 98.238.913 2,13 2011 94.957.797 3.919.992 2.844.669 101.722.458 3,55 2012 99.859.517 4.535.970 3.262.023 107.657.510 5,83 Sumber : Departemen Koperasi dan UKM, 1999-2012

Ditinjau dari penyerapan tenaga kerja pada tahun 2012, UMKM mampu

menyerap sebanyak 107.657.51 orang tenaga kerja, apabila dibandingkan dengan tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 5,83 persen. Bahwa dengan tingkat penyerapan tenaga kerja yang relatif besar, sektor ini telah menjamin stabilitas pasar tenaga kerja, penekanan pengangguran dan menjadi wahana bangkitnya wirausaha baru, serta tumbuhnya wirausaha nasional yang tangguh dan mandiri dalam sektor UMKM di Indonesia.

Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian bangsa. Usaha yang dimaksud dalam bidang ini adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk dapat mengimbangi

pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja di Indonesia. Salah satu masalah pembangunan yang harus dipecahkan oleh pemerintah negara–negara berkembang adalah bagaimana menciptakan kesempatan kerja yang memadai bagi


(26)

rakyat mereka, khususnya yang hidup di daerah pedesaan yang merupakan mayoritas dari penduduk di Indonesia. Kesempatan kerja, kuantitas serta kualitas tenaga kerja menjadi indikator penting dalam pembangunan ekonomi karena mempunyai fungsi yang menentukan dalam pembangunan. Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UMKM selalu digambarkan sebagai sektor yang

mempunyai peran penting, karena sebagian besar jumlah penduduk di Indonesia masih ada yang berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern, serta mampu menyerap banyak tenaga kerja.

Banyaknya angkatan kerja yang diserap sektor informal merupakan refleksi ketidakmampuan sektor formal dalam membuka kesempatan kerja lebih luas terhadap sebagian besar penduduk usia kerja. Sektor formal selama ini memang diakui sebagai pemberi kontribusi pendapatan terbesar bagi perekonomian negara namun disatu sisi sektor ini mempunyai ketidakmampuan dalam menyerap banyak tenaga kerja. Disamping itu, meskipun penyediaan kesempatan kerja oleh sektor formal terbuka untuk semua orang, namun dalam kenyataannya

kesempatan kerja ini membutuhkan syarat-syarat keterampilan khusus yang tidak dimiliki oleh sebagian besar pencari kerja yang sebagian memiliki pendidikan rendah. Dengan kata lain kondisi keterampilan tenaga kerja ini sering tidak sesuai dengan kondisi keterampilan yang dituntut oleh sektor formal pada umumnya.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang tidak menuntut banyak persyaratan merupakan usaha yang menarik bagi mereka yang mengalami

kesulitan memasuki pasar tenaga kerja formal. Dalam situasi resesi, UMKM dapat menunjukkan ketahanan yang tinggi disamping karena daya tampung dan laju


(27)

pertumbuhan sektor formal yang kurang memadai, lebih kecil dari laju

pertumbuhan angkatan kerja. Berdasarkan prospek usaha, UMKM merupakan sektor yang potensial yang dapat menciptakan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya PDB UMKM di Indonesia. Akan tetapi, pada kenyataan menunjukan bahwa UMKM belum maksimal untuk dikembangkan, terbukti dengan banyaknya kekurangan yang menghambat UMKM untuk berkembang, ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh yaitu (1) kekurangan dana baik untuk modal kerja maupun investasi. Kesulitan modal bagi UMKM merupakan masalah paling banyak dijumpai. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan akses langsung terhadap informasi, layanan dan fasilitas keuangan yang disediakan oleh lembaga keuangan formal bank maupun non formal, misalnya BUMN dan LSM. Pada umumnya UMKM tidak mampu memanfaatkan kredit dari Bank karena pihak UMKM tidak mampu memenuhi agunan yang dipersyaratkan oleh Bank, disamping rumitnya birokrasi. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar dana modal kerja dan investasi berasal dari sumber informal, di mana sumber pembiayaan yang digunakan adalah sangat bervariasi, antara lain berasal dari tabungan pribadi, pinjaman dari sahabat atau kenalan. Menurut Primahendra (2001) sumber pembiayaan bagi industri rumah tangga dan industri kecil yang berasal dari pinjaman bank sebesar 18,79%, koperasi 7,09%, institusi lain 8,25% dan lain-lain 70,35%. Pinjaman dari sumber lain sebesar 70,35% ini diduga berasal dari rentenir dan perorangan lainnya yang memberikan bunga yang sangat tinggi.

(2) Permasalahan pada tenaga kerja, kebanyakan tenaga kerja yang bekerja disektor UMKM merupakan tenaga kerja yang tidak masuk kriteria bekerja


(28)

disektor formal karena masih banyak yang berpendidikan rendah dan masih menggunakan teknologi dan keahlian tradisional dalam menghasilkan barang dan jasa sehingga hasil produksi UMKM belum maksimal, tidak seperti usaha besar yang sudah memilik tenaga kerja yang terlatih dan banyak menggunakan alat-alat modern dalam menghasilkan output yang lebih baik.

(3) Teknologi yang digunakan masih rendah yang ditandai oleh peralatan produksi yang digunakan masih tradisional, tidak mampu melakukan penelitian dan

pengembangan, kurangnya informasi tentang teknologi serta kurangnya dukungan instansi teknis dan perguruan tinggi dalam pengembangan teknologi. Rendahnya teknologi yang digunakan berakibat pada kurangnya diversifikasi produk serta mutu produk kurang memuaskan. Keadaan demikian, akan berdampak pada kesulitan dalam pemasaran, lemahnya kemampuan bersaing baik pada tingkat regional maupun internasional.

Tabel 3. Perkembangan Investasi UMKM Pada Tahun 1999-2012 Menurut Harga Konstan di Indonesia (Triliun Rupiah)

Tahun Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Jumlah Perkembangan (%)

1999 - 13.776,4 18.320,8 32.097,2 0

2000 - 51.490,7 61.584,6 113.075,3 252,29

2001 - 59.134,3 66.690,8 125.825,1 11,28

2002 - 59.864 68.72 128.584,2 2,19

2003 - 60.039 69.419 129.457,4 0,68

2004 - 71.789 82.592 154.381,8 19,25

2005 - 83.643 94.627 178.269,5 15,47

2006 30.149 72.734 78.816 181.699,3 1,92

2007 32.486 80.023 86.581 199.090,0 9,57

2008 36.891 83.696 97.534 218.121,4 9,56

2009 37.145 85.715 101.149 224.008,7 2,70

2010 42.240 93.856 111.043 247.139,5 10,33

2011 42.351 94.779 123.804 260.934,8 5,58

2012 44.711 104.726 150.738 300.175,7 15,04 Sumber : Departemen Koperasi dan UKM, 1999-2012


(29)

Pada tahun 2011, Investasi UMKM mengalami peningkatan sebesar Rp. 13,8 triliun atau 5,58 persen dari tahun 2010 menjadi Rp. 260,9 triliun. Peran Usaha Mikro (UMi) tercatat sebesar Rp. 42,4 triliun atau 7,97 persen dan UK tercatat sebesar Rp. 94,8 triliun atau 17,84 persen, sementara UM sebesar Rp. 123,8 triliun atau 23,30 persen dan selebihnya adalah Usaha Besar.

Sementara, pada tahun 2012, peran UMKM mengalami peningkatan sebesar Rp. 39,2 triliun atau 15,04 persen dari tahun 2011 menjadi Rp. 300 triliun. Peran Usaha Mikro (UMi) tercatat sebesar Rp. 44,7 triliun atau 7,66 persen dan UK tercatat sebesar Rp. 104,7 triliun atau 17,95 persen, sementara UM sebesar Rp. 150,7 triliun atau 25,84 persen dan selebihnya adalah Usaha Besar.

Tabel 4. Kontribusi UMKM Pada Ekspor Non Migas Pada Tahun 1999–2012 di Indonesia (Triliun)

Tahun Total Ekspor Non Migas UMKM

1999 52.594,1

2000 75.448,6

2001 80.846,5

2002 87.290,0

2003 77.096,7

2004 95.548,2

2005 110.338,1

2006 123.767,9

2007 140.363,8

2008 178.008,3

2009 162.254,5

2010 175.894,9

2011 187.441,8

2012 166.626,5


(30)

Di sisi lain, Menurut Kementerian Koperasi dan UKM, kontribusi UMKM dalam ekspor non migas pada tahun 2011 mencapai sekitar Rp.187,44 triliun. Setidaknya UMKM telah menjadi penguat ekspor non migas hingga 16,44 persen dari total ekspor non migas sebesar Rp. 1.140 triliun. Peran UMKM dalam ekspor ini merupakan bukti kemampuan dan daya saing produk UMKM di pasar bebas, sekaligus merupakan potensi yang harus terus dipelihara dan dikembangkan untuk menjaga kesinambungan perdagangan internasional dan meraih devisa lebih besar.

Tabel 5. PDB dan Proporsi PDB Usaha Mikro Kecil Menengah dan Besar Tahun 2008-2012 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Triliun)

Tahun Mikro Kecil Menengah Besar Jumlah

2008 655.703,8 217.130,2 292.919,1 832.184,8 1.997.938,0 (32,82) (10,87) (14,66) (41,65) (100) 2009 682.259,8 224.311,0 306.028,5 876.459,2 2.089.058,5

(32,66) (10,74) (14,65) (41,95) (100) 2010 719.070,2 239.111,4 324.390,2 935.375,2 2.217.947,0

(32,42) (10,78) (14,63) (42,17) (100) 2011 761.228,8 261.315,8 346.781,4 1.007.784,0 2.377.110,0

(32,02) (10,99) (14,59) (42,40) (100) 2012 790.825,6 294.260,7 366.373,9 1.073.660,1 2.525.120,4

(31,32) (11,65) (14,51) (42,52) (100) Sumber : Departemen Koperasi dan UKM, 2008-2012

Keterangan : dalam kurung ( ) menyatakan persentase (%)

Pada tahun 2011 nilai PDB UMKM dan Usaha Besar atas dasar harga konstan 2000 tercatat sebesar 2.377.11 Triliun Rupiah. Peran UMKM yaitu sebesar 1.369.32 Triliun Rupiah atau 57,60 persen dari total PDB Nasional. Kontribusi usaha mikro tercatat sebesar 761.2 Triliun Rupiah atau 32,02 persen, usaha kecil sebesar 261.3 Triliun Rupiah atau 10,99 persen, usaha menengah sebesar 346.7


(31)

Triliun rupiah atau 14,59 persen dan usaha besar berkontribusi sebesar 1.007 Triliun Rupiah atau 42,40 persen dari keseluruhan PDB.

Sampai dengan tahun 2012 perkembangan PDB UMKM meningkat sejalan dengan membaiknya kinerja sektor riil secara umum. Pada Tabel 5. Terlihat PDB UMKM berdasarkan nilai tambah dan laju pertumbuhannya. Keberhasilan

pertumbuhan PDB UMKM, tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya investasi. Investasi yang ditanamkan pada sektor UMKM diharapkan mampu mendorong kenaikan output dan permintaan input sehingga berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja. Selanjutnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mempercepat pemulihan ekonomi.

Meskipun secara nominal nilai tambah UMKM semakin besar tiap tahunnya akan tetapi usaha besar tetap memberikan kontribusi terbesar baik itu berdasarkan proporsi dan kuantitas. Kedudukan Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam perekonomian nasional bukan saja karena jumlah unit UMKM yang banyak, melainkan juga dalam hal penyerapan tenaga kerja. Usaha Mikro Kecil dan Menengah juga memiliki potensi kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) jika benar-benar dikembangkan dengan baik. Kenyataannya masih banyak masalah yang menghadang dalam pengembangan Usaha Mikro Kecil dan

Menengah di Indonesia. Dalam hal ini, adalah tenaga kerja yang belum memiliki skill yang memadai karena kurang nya pelatihan pada tenaga kerja, kelemahan akses pada informasi dan perluasan pangsa pasar, kelemahan akses untuk mendapatkan bantuan modal dari Bank, kelemahan akses pada informasi dan


(32)

teknologi yang terbaru, kelemahan dalam manajemen organisasi, serta kelemahan dalam pembentukan jaringan usaha dan kemitraan.

Berdasarkan kondisi yang kurang menguntungkan tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan UMKM. Perhatian untuk mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah setidaknya dilandasi oleh beberapa alasan. Salah satunya yaitu, UMKM banyak menyerap tenaga kerja. Kecenderungan menyerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak UMKM juga intensif dalam

menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi karena lokasinya banyak di daerah, pertumbuhan UMKM akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi (Kuncoro, 1996).

Dari sisi kebijakan, UMKM jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan.

Untuk mewujudkan perekonomian nasional yang kokoh usaha mikor kecil perlu diberdayakan agar dapat menjadi usaha mikro kecil yang mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah. Disamping itu juga usaha menengah perlu ditingkatkan jumlahnya menjadi usaha yang tangguh, mandiri dan unggul.

Sehingga peranannya dalam penyerapan tenaga kerja, ekspor dan pembentukan PDB UMKM semakin meningkat.


(33)

B. Rumusan Masalah

Sektor UMKM merupakan jantung perekonomian Indonesia. Jumlah UMKM yang ada di Indonesia meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah UMKM pada setiap tahunnya juga membantu penyerapan tenaga kerja dan menanggulangi kemiskinan. Melihat tenaga kerja UMKM yang banyak UMKM merupakan sektor yang sangat potensial jika dikembangkan lebih baik yang mampu menciptakan nilai tambah pada PDB UMKM. Akan tetapi, pada kenyataan menunjukan bahwa UMKM di Indonesia masih ada yang belum berjalan dengan maksimal, terbukti dengan banyaknya kekurangan yang

menghambat UMKM untuk berkembang. Salah satunya faktor yang menghambat suatu UMKM berkembang yaitu dalam hal permodalan dan tenaga kerja yang masih memiliki keahlian yang minim. Hal tersebut menghambat UMKM untuk meningkatkan skala produksi, perluasan skala usaha dan menciptakan produksi yang lebih baik. Sehingga meskipun potensial dalam penciptaan lapangan kerja, akan tetapi dengan hambatan tersebut akan menghambat pula proses penyerapan tenaga kerja dan perluasan usaha.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana pengaruh Jumlah Unit UMKM, Investasi Usaha Mikro dan kecil, Investasi Usaha Menengah, Tenaga Kerja Usaha Mikro dan Kecil dan Tenaga Kerja Usaha Menengah baik secara parsial maupun secara bersama-sama terhadap PDB UMKM di Indonesia ?


(34)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan maka dapat diambil beberapa tujuan, diantara lain adalah :

1. Mengetahui pengaruh jumlah Unit UMKM terhadap PDB UMKM di Indonesia.

2. Mengetahui pengaruh Investasi Usaha Mikro dan Kecil terhadap PDB UMKM di Indonesia.

3. Mengetahui pengaruh Investasi Usaha Menengah terhadap PDB UMKM di Indonesia.

4. Mengetahui pengaruh Tenaga Kerja Usaha Mikro dan Kecil terhadap PDB UMKM di Indonesia.

5. Mengetahui pengaruh Tenaga Kerja Usaha Menengah terhadap PDB UMKM di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari penelitian skripsi ini antara lain :

1. Memberikan gambaran mengenai perkembangan UMKM di Indonesia tahun 1999-2012.

2. Memberikan gambaran mengenai kontribusi yang besar dari UMKM dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

3. Untuk memberikan informasi mengenai pentingnya UMKM bagi masyarakat dan menjadikan masyarakat ikut berperan dalam mengembangkan UMKM di Indonesia.


(35)

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Kondisi UMKM di Indonesia menurut data Badan Pusat Statistik dan

Kementerian Koperasi dan UKM, mulai menunjukan adanya pertumbuhan baik dari segi jumlah usaha, investasi, tenaga kerja maupun kontribusinya terhadap PDB. Keterpurukan perekonomian Indonesia pada masa krisis lalu menunjukan sektor UMKM mempunyai ketahanan yang tinggi. Hubungan keterkaitan antara

Tenaga Kerja Usaha Mikro dan

kecil Investasi Usaha Mikro dan Kecil

Investasi Usaha Menengah

Tenaga Kerja Usaha Menengah

PDB UMKM di Indonesia Unit UMKM


(36)

variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitian ini, dapat dijabarkan oleh teori-teori dan penelitian terdahulu.

Pengaruh terhadap PDB UMKM yang dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya dengan jumlah unit UMKM, tenaga kerja, investasi yang ditanamkan pada sektor UMKM yang umumnya digunakan untuk membeli barang modal, alat produksi yang lebih baik diharapkan akan meningkatkan skala produksi UMKM. Sehingga dengan peningkatan skala produksi tersebut maka kebutuhan tenaga kerja akan terus bertambah. Oleh karena itu dengan adanya pengembangan UMKM yang menambah investasi dan tenaga kerja yang diserap pada sektor UMKM akan memicu pertumbuhan ekonomi melalui pembentukan PDB UMKM.

F. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Diduga Jumlah Unit UMKM memberikan pengaruh positif dan signifikan

terhadap PDB UMKM di Indonesia.

2. Diduga Investasi Usaha Mikro dan Kecil memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap PDB UMKM di Indonesia.

3. Diduga Investasi Usaha Menengah memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap PDB UMKM di Indonesia.

4. Diduga Tenaga Kerja Usaha Mikro dan Kecil memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap PDB UMKM di Indonesia.

5. Diduga Tenaga Kerja Usaha Menengah memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap PDB UMKM di Indonesia.


(37)

G. Sistematika Penulisan

Bab I. Pendahuluan. Bagian ini terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis dan sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan Pustaka dan penelitian terdahulu. Berisikan teori-teori ekonomi

yang memiliki kaitan dengan penelitian ini serta penelitian terdahulu yang menjadi rujukan serta acuan dalam penelitian ini.

Bab III. Metode penelitian. Membahas tentang jenis dan sumber data, definisi operasional variabel, spesifikasi model, metode pengolahan data, dan prosedur analisis data.

Bab IV. Hasil Perhitungan dan pembahasan. Berisikan analisis hasil perhitungan secara kuantitatif dan kualitataif.

Bab V. Simpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(38)

A. Usaha Mikro Kecil dan Menengah

1. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

UMKM didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan tinjauan khusus

terhadap definisi-definisi tersebut agar dapat diperoleh pengertian yang sesuai tentang UMKM, yakni menganut ukuran kuantitatif yang sesuai dengan kemajuan ekonomi.

Di Indonesia, terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UMKM berdasarkan kepentingan lembaga yang memberi definisi, definisi tersebut diantaranya :

a. Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UU No. 9 Tahun 1995), yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI) adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- .

Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih antara Rp 200.000.000 s.d. Rp10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan.


(39)

b. Badan Pusat Statistik Nasional (BPS)

BPS memberikan definisi UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d. 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.

c. Bank Indonesia (BI)

UMKM adalah perusahaan atau industri dengan karakteristik berupa: 1. Modalnya kurang dari Rp. 20 juta.

2. Untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta. 3. Memiliki aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan. 4. Omzet tahunan≤ Rp 1 miliar.

d. Keppres No. 16/1994:

UKM adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 400 juta.

e. Departemen Perindustrian dan Perdagangan mendefinisikan dapat dikatakan UMKM jika memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Perusahaan memiliki aset maksimal Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan

2. Perusahaan memiliki modal kerja di bawah Rp 25 juta f. Departemen Keuangan:

UMKM adalah perusahaan yang memiliki omset maksimal Rp 600 juta per tahun dan atau aset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan.


(40)

g. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) :

Pengertian UMKM

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Tabel 6. Kriteria UMKM Menurut UU No 20 Tahun 2008 :

No. Uraian Kriteria

Asset Omzet

1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta 2 Usaha Kecil > 50 Juta - 500 Juta > 300 Juta - 2,5 Miliar 3 Usaha Menengah > 500 Juta - 10 Miliar > 2,5 Miliar - 50 Miliar


(41)

Dalam tingkat dunia atau di negara lain, terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UMKM yang sesuai menurut karakteristik masing-masing negara, definisi tersebut yakni pada prinsipnya definisi dan kriteria UMKM di negara-negara asing didasarkan pada aspek-aspek sebagai berikut :

1. Jumlah tenaga kerja. 2. Pendapatan.

3. Jumlah aset.

Paparan berikut adalah kriteria-kriteria UMKM di negara-negara atau lembaga asing.

1. World Bank, membagi UMKM ke dalam 3 jenis, yaitu : 1.1Medium Enterprise, dengan kriteria :

1. Jumlah karyawan maksimal 300 orang

2. Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta 3. Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta

1.2Small Enterprise, dengan kriteria :

1. Jumlah karyawan kurang dari 30 orang 2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta 3. Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta

1.3Micro Enterprise, dengan kriteria :

1. Jumlah karyawan kurang dari 10 orang 2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu


(42)

3. Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu

2. Singapura mendefinisikan UMKM sebagai usaha yang memiliki minimal 30% pemegang saham lokal serta aset produktif tetap di bawah SG$ 15 Juta

(sebanding dengan US$ 8,7 juta). Untuk perusahaan jasa, jumlah karyawannya minimal 200 orang.

3. Malaysia menetapkan definisi UMKM sebagai usaha yang memiliki jumlah karyawan yang bekerja penuh(full time workerkurang dari 75 orang atau modal pemegang sahamnya kurang dari M $ 2,5 juta. Definisi ini dibagi menjadi dua, yaitu :

3.1Small Industry(SI), dengan kriteria jumlah karyawan 5–50 orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah M $ 500 ribu

3.2Medium Industry(MI), dengan kriteria jumlah karyawan 50–75 orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah M $ 500 ribu–M $ 2,5 juta.

4. Jepang, membagi UMKM sebagai berikut :

4.1Mining and manufacturing, dengan kriteria jumah karyawan maksimal 300 orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah US$ 2,5 juta.

4.2Wholesale, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah modal saham sampai US$ 840 ribu

4.3Retail, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 54 orang atau jumlah modal saham sampai US$ 820 ribu


(43)

4.4Service, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah modal saham sampai US$ 420 ribu

5. Korea Selatan, mendefinisikan UMKM sebagai usaha yang jumlahnya di bawah 300 orang dan jumlah assetnya kurang dari US$ 60 juta.

6. European Commision, membagi UMKM ke dalam 3 jenis, yaitu :

6.1Medium-sized Enterprise, dengan kriteria :

1. Jumlah karyawan kurang dari 250 orang 2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 50 juta 3. Jumlah aset tidak melebihi $ 50 juta

6.2Small-sized Enterprise, dengan kriteria :

1. Jumlah karyawan kurang dari 50 orang 2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 10 juta 3. Jumlah aset tidak melebihi $ 13 juta

6.3Micro-sized Enterprise, dengan kriteria :

1. Jumlah karyawan kurang dari 10 orang 2. Pendapatan setahun tidak melebihi $ 2 juta 3. Jumlah aset tidak melebihi $ 2 juta


(44)

2. Karakteristik UMKM

Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah memiliki karakteristik tersendiri yang dapat membedakan antara UMKM dengan usaha berskala besar. Karakteristik yang membedakan UMKM ini dengan usaha berskala besar adalah dari segi permodalannya dan Sumber Daya Manusianya. Usaha Mikro Kecil dan Menengah umumnya memerlukan modal yang relatif kecil dibandingkan dengan usaha berskala besar. Oleh karena itu UMKM lebih banyak bergerak di sektor informal, karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki terutama masalah modal.

Dalam perspektif perkembangannya, UMKM dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu :

1. Livelihood Activities, merupakan UMKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.

2. Micro Enterprise, merupakan UMKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

3. Small Dynamic Enterprise, merupakan UMKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor. 4. Fast Moving Enterprise, merupakan UMKM yang telah memiliki jiwa

kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB). 3. Ciri-Ciri Usaha Mikro Kecil dan Menengah

1. Bahan baku mudah diperoleh.

2. Menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan. 3. Keterampilan dasar umumnya sudah dimiliki secara turun temurun.


(45)

4. Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak.

5. Peluang pasar cukup luas, sebagian besar produknya terserap di pasar lokal/ domestik dan tidak tertutup sebagian lainnya berpotensi untuk diekspor. 6. Beberapa komoditi tertentu memiliki ciri khas terkait dengan karya seni

budaya daerah setempat.

7. Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat secara ekonomis menguntungkan.

4. Peran dan Fungsi Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara terstruktur dengan arah produktivitas dan daya saing adalah tujuan dan peran UMKM dalam menumbuhkan wirausahawan yang tangguh. Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran :

1. Sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi. 2. Penyedia lapangan kerja.

3. Pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan pemberdayaan masyarakat.

4. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta kontrbusinya terhadap neraca pembayaran (Departemen Koperasi dan UKM, 2008).

Pada pasca krisis tahun 1997 di Indonesia, UMKM dapat membuktikan bahwa sektor ini dapat menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Hal ini

dikarenakan UMKM mampu bertahan dibandingkan dengan usaha besar yang cenderung mengalami keterpurukan. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah UMKM setiap tahunnya. Pada tahun 2005 jumlah unit


(46)

UMKM sebanyak 47,1 juta unit dengan proporsi 99,9 persen dari total unit usaha yang ada di Indonesia dan pada tahun 2006 jumlah UMKM meningkat menjadi sebanyak 48,9 juta unit. Seiring dengan peningkatan jumlah usaha UMKM, maka turut meningkatkan jumlah tenaga kerja yang diserap. Pada tahun 2005, jumlah tenaga kerja yang diserap UMKM sebanyak 83,2 juta jiwa kemudian meningkat pada tahun 2006 menjadi sebanyak 85,4 juta jiwa dan UMKM menyerap 96,18 persen dari seluruh tenaga kerja di Indonesia (BPS, 2007).

Posisi tersebut menunjukan bahwa UMKM berpotensi menjadi wadah pemberdayaan masyarakat dan penggerak dinamika perekonomian.

5. Aspek Permodalan pada UMKM

Salah satu hambatan bagi pengembangan UMKM adalah terbatasnya modal yang dimiliki produsen sektor ini. Modal adalah sumber-sumber ekonomi yang

diciptakan manusia dalam bentuk nilai uang atau barang. Modal dalam bentuk uang dapat digunakan oleh sektor produksi untuk membeli sektor produksi untuk membeli modal baru dalam bentuk barang baru lagi. Salah satu bentuk

permodalan bagi suatu usaha yaitu dalam bentuk kredit.

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (BI, 2005).

Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UMKM, oleh karena pada umumnya


(47)

usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang mengandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi. Persyaratan yang menjadi hambatan terbesar bagi UMKM adalah adanya ketentuan mengenai agunan karena tidak semua UMKM memiliki harta yang memadai dan cukup untuk dijadikan agunan.

6. Aspek Sumber Daya Manusia

Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dibedakan atas sektor informal dan formal. Sektor formal atau sektor modern mencakup perusahaan-perusahaan yang mempunyai status hukum, pengakuan dan izin resmi serta umumnya berskala besar. Sebaliknya, sektor informal merupakan sektor yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Kegiatan usaha umumnya sederhana. 2. Skala usaha relatif kecil.

3. Usaha sektor informal umumnya tidak memiliki izin usaha.

4. Untuk bekerja disektor informal biasanya lebih mudah daripada disektor formal.

5. Tingkat penghasilan umumnya rendah.

6. Keterkaitan antar sektor informal dengan usaha lain sangat kecil. 7. Masih menggunakan alat tradisional.

8. Usaha sektor informal sangat beraneka ragam. Dalam hal ini sektor informal merupakan indikasi dari UMKM.


(48)

Banyaknya Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang bergerak di sektor informal menyebabkan sulitnya sektor perbankan menyalurkan dana dalam bentuk kredit sebagai tambahan modal terhadap sektor UMKM, karena pihak perbankan menilai bahwa penyaluran kredit terhadap sektor UMKM memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi. Sehingga tidak mengherankan bila UMKM sering menghadapi kesulitan untuk mendapatkan kredit dalam mengembangkan usahanya. 7. Bentuk Pembinaan Bagi Usaha Kecil Dan Menengah Sebagai Upaya

Untuk Meningkatkan Pendapatan

Sebagai sarana bantuan serta bentuk nyata pembinaan usaha kecil yang tercatat selama ini diantaranya adalah :

1. Sistem kemitraan usaha.

2. Dana pembinaan BUMN 1-5 persen dari keuntungan bersih. 3. Pembentukan lembaga penjamin kredit usaha kecil.

4. Fasilitas kredit perbankan khususnya untuk pengusaha kecil. 5. Kredit tanpa agunan (kredit kelayakan usaha).

6. Pembentukan proyek pengembangan usaha kecil.

7. Pembentukan proyek pengembangan hubungan bank dengan kelompok swadaya masyarakat.

8. Pembentukan forum komunikasi perbankan untuk pengembangan usaha kecil.

Usaha kecil dianggap sebagai kegiatan ekonomi yang tepat dalam pembangunan di negara yang sedang berkembang, karena:

1. Usaha kecil mendorong munculnya kewirausahaan domestik dan sekaligus menghemat sumber daya negara.


(49)

2. Usaha kecil menggunakan teknologi padat karya, sehingga dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja di bandingkan yang disediakan oleh

perusahaan berskala besar.

3. Usaha kecil dapat didirikan, dioperasikan dan memberi hasil dengan cepat. 4. Pengembangan usaha kecil dapat mendorong proses desentralisasi

interregional dan intra-regional, karena usaha kecil dapat berlokasi di kota-kota kecil dan pedesaan.

✒. Usaha kecil memungkinkan tercapainya objektif ekonomi dan sosial politik. B. Teori Tenaga Kerja

1. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah penduduk yang telah memasuki usia kerja, baik yang sudah bekerja maupun aktif mencari kerja, yang masih mau dan mampu untuk

melakukan pekerjaan. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting bagi setiap negara di samping faktor alam dan faktor modal. Berikut adalah definisi tenaga kerja, antara lain adalah :

a. Menurut Badan Pusat Statistik

Tenaga Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan.

b. Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.


(50)

c. Menurut Eeng Ahman dan Epi Indriani, pengertian tenaga kerja adalah jumlah penduduk yang dianggap atau sanggup bekerja bila ada permintaan kerja. d. Menurut Payman, tenaga kerja adalah produk yang sedang bekerja. Sedang

mencari pekerjaan, atau sedang melaksanakan pekerjaan seperti bersekolah atau ibu rumah tangga.

Tenaga kerja ataumanpowerterdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang

menganggur dan mencari pekerjaan. Sedangkan kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain yang menerima pendapatan, misalnya orang yang memperoleh tunjangan pensiun, bunga atas pinjaman dan sewa milik dan mereka yang

hidupnya tergantung dari orang lain karena lanjut usia, cacat, dalam penjara atau sakit kronis. Ketiga golongan bukan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat

menawarkan jasanya untuk bekerja.

Sitanggang dan Nachrowi (2004) memberikan ciri-ciri tenaga kerja yang antara lain :

1. Tenaga kerja umumnya tersedia di pasar tenaga kerja dan biasanya siap untuk digunakan dalam suatu proses produksi barang dan jasa. Kemudian

perusahaan atau penerima tenaga kerja meminta tenaga kerja dari pasar tenaga kerja. Apabila tenaga kerja tersebut telah bekerja, maka mereka akan

menerima imbalan berupa upah atau gaji.

2. Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) yang sangat dibutuhkan pada setiap perusahaan untuk mencapai tujuan.


(51)

Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar di satu sisi merupakan

potensi SDM yang dapat diandalkan, tetapi disisi lain juga merupakan masalah besar yang berdampak pada berbagai sektor.

Ada beberapa hal-hal yang berkaitan dengan tenaga kerja, antara lain adalah : 1. Bekerja(employed)

Jumlah orang yang bekerja sering dipakai sebagai petunjuk tentang luasnya kesempatan kerja. Dalam pengkajian ketenagakerjaan kesempatan kerja sering dipicu sebagai permintaan tenaga kerja.

2. Pencari kerja(unemployed)

Penduduk yang menawarkan tenaga kerja tetapi belum berhasil memperoleh pekerjaan dianggap terus mencari pekerjaan. Secara konseptual mereka yang dikatakan pengangguran harus memenuhi persyaratan bahwa mereka juga aktif mencari pekerjaan.

3. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)

TPAK suatu kelompok penduduk tertentu adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama. TPAK dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang masih bersekolah dan mengurus rumah tangga, umur, tingkat upah, dan tingkat pendidikan.

4. Profil angkatan kerja

Profil angkatan kerja meliputi umur, kelamin, wilayah kota dan pedesaan dan pendidikan.


(52)

2. Permintaan Tenaga Kerja

Menurut Ananta (1993), bahwa permintaan tenaga kerja merupakan sebuah daftar berbagai altenatif kombinasi tenaga kerja dengan input lainnya yang tersedia yang berhubungan dengan tingkat gaji. Sedangkan menurut Arfida (2003), permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh

perusahaan atau instansi tertentu. Biasanya permintaan akan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi.

Sudarsono (1988), menyatakan bahwa permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau instansi tertentu, permintaan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain: naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang diminta adalah lebih ditujukan pada kuantitas dan banyaknya permintaan tenaga kerja pada tingkat upah tertentu.

Menurut pandangan mazhab klasik, perekonomian pada umumnya akan selalu mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, menurut ahli-ahli ekonomi klasik pengangguran tenaga kerja merupakan keadaan yang berlaku secara sementara saja. Pandangan ini didasarkan kepada dua keyakinan yaitu; (i) fleksibilitas suku bunga dan tingkat harga akan menyebabkan keseimbangan di antara penawaran dan permintaan agregat sehingga penggunaan tenaga kerja


(53)

penuh, (ii) fleksibilitas tingkat upah mewujudkan keadaan di mana permintaan dan penawaran tenaga kerja mencapai keseimbangan pada penggunaan tenaga kerja penuh (Sukirno, 2004).

Pandangan teori klasik tersebut dibantahkan oleh Keynes, Keynes berpendapat bahwa penggunaan tenaga kerja penuh adalah keadaan yang jarang terjadi, dan hal itu disebabkan karena kekurangan permintaan agregat yang menjadi wujud

perekonomian. Pandangan ini mengacu kepada dua hal berikut; (i) faktor-faktor yang menentukan tingkat tabungan, tingkat investasi dan suku bunga dalam perekonomian. (ii) sifat-sifat perkaitan di antara tingkat upah dengan penggunaan tenaga kerja oleh pengusaha (Sukirno, 2004).

Teori lain tentang permintaan tenaga kerja diturunkan dari fungsi produksi suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau masukan (faktor produksi) kedalam output atau keluaran. (Mankiw, 2003) mengasumsikan bahwa suatu proses produksi hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K), maka fungsi produksinya adalah :

= f (, ) (1)

3. Penyerapan Tenaga Kerja

Menurut Todaro (2003), penyerapan tenaga kerja adalah diterimanya para pelaku tenaga kerja untuk melakukan tugas sebagaimana mestinya atau adanya suatu keadaan yang menggambarkan tersedianya pekerja atau lapangan pekerjaan untuk diisi oleh pencari kerja.


(54)

Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan pekerjaan. Penyerapan tenaga kerja ini akan menampung semua tenaga kerja apabila unit usaha atau lapangan

pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada. Adapun lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha atau instansi di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja (BPS, 2003).

Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dibedakan atas sektor formal dan informal. Sektor formal mencakup perusahaan yang mempunyai status hukum, pengakuan dan izin resmi serta umumnya berskala besar. Sebaliknya sektor informal

merupakan sektor dengan kegiatan usaha umumnya sederhana, skala usaha relative kecil, umumnya sektor informal tidak berbadan hukum, usaha sektor informal sangat beragam. Dalam hal ini UMKM merupakan salah satu indikasi dari sektor informal.

C. Teori Produktivitas

Secara global atau umum produktivitas bisa dikatakan sebagai hasil dari kegiatan atau pekerjaan yang telah dilakukan dengan seluruh sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang ingin dicapai. Menurut (Kussriyanto,1986) produktivitas adalah sikap mental terhadap kemajuan dan kehidupan. Lalu juga dikatakan bahwa tenaga kerja dijadikan faktor pengukur suatu produktivitas. Hal ini disebabkan karena biaya untuk tenaga kerja merupakan biaya terbesar dalam pengadaan produk dan masukan dalam sumberdaya manusia lebih mudah dihitung daripada masukan pada faktor-faktor lainnya.


(55)

Menurut (Payman, 1985) produktivitas mengandung pengertian filosofis dan kuantitatif. Secara filosofis produktivitas mengandung arti pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari ini harus lebih baik daripada kemaren, dan mutu kehidupan besok harus lebih baik daripada hari ini. Secara kuantitatif, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang ingin dicapai (keluaran) dengan kesuluruhan sumber daya (masukan) yang digunakan per satuan waktu.

Suatu peningkatan produktivitas pegawai dapat diketahui apabila kemampuan kita dalam bekerja lebih baik dari kemarin, lebih bagus dari kemarin serta mampu bekerja lebih baik dari kemarin, lebih bagus dari kemarin serta mampu bekerja secara efisien dan efektif maka bisa dikatakan produktivitas kita dalam kerja meningkat. Selain itu efektivitas dan efisiensi merupakan faktor yang sangat menentukan produktivitas. Menurut Umar (2003), efektivitas merupakan ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dicapai atau menunjukkan apakah persoalan tertentu dapat diselesaikan dengan baik sedangkan efisiensi adalah suatu ukuran dalam membandingkan input yang direncanakan dengan input sebenarnya. Jadi, efektivitas berhubungan dengan hasil guna sedangkan efisiensi berhubungan dengan daya guna. Efisiensi dan efektivitas yang tinggi menghasikan produktivitas yang tinggi. Akan tetapi efektivitas yang tinggi dan efisiensi yang rendah mengakibatkan terjadinya pemborosan. Sedangkan efisiensi yang tinggi dan efektivitas yang rendah yang artinya tidak mencapai target yang ditentukan. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas, meskipun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu terjadi peningkatan efisiensi, begitu pula sebaliknya.


(56)

D. Teori Investasi

Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki biasanya berjangka panjang dengan harapan mendapat keuntungan dimasa yang akan datang sebagai kompensasi secara profesional atas penundaan konsumsi, dampak inflasi dan resiko yang ditanggung. Sedangkan menurut Sukirno (2004), investasi didefinisikan sebagai pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dimasa depan.

Investasi adalah suatau kegiatan penanaman modal pada berbagai kegiatan ekonomi (produksi) dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa-masa yang akan datang (Departemen Koperasi dan UKM 2011).

Di dalam setiap perekonomian, perusahaan-perusahaan memerlukan modal menjalankan dan memperbesar usahanya. Menurut Sukirno (2004), modal dapat diartikan sebagai pengeluaran perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan

memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Modal juga dapat diartikan pengeluaran sektor perusahaan untuk

membeli/memperoleh barang-barang modal yang baru yang lebih modern atau untuk menggantikan barang-barang modal lama yang sudah tidak digunakan lagi atau yang sudah usang.


(57)

Modal adalah sumber-sumber ekonomi di luar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia. Kadang-kadang modal dilihat dalam arti uang atau dalam arti keseluruhan nilai daripada sumber-sumber ekonomi non manusiawi termasuk tanah. Itulah sebabnya bila menunjuk pada modal dalam arti luas dan umum, akan dimasukkan semua sumber ekonomi di luar tenaga kerja. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-sama menjadi faktor produksi dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru.

E. Konsep Jumlah Unit Usaha

Adanya peningkatan investasi pada suatu industri, juga akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dikarenakan oleh dengan adanya peningkatan investasi maka akan meningkatkan jumlah perusahaan yang ada pada industri tersebut. Peningkatan jumlah perusahaan maka akan meningkatkan jumlah output yang akan dihasilkan sehingga lapangan pekerjaan meningkat dan akan

mengurangi pengangguran atau dengan kata lain akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

F. Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. Produk domestik bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Tujuan PDB adalah meringkas aktivitas ekonomi dalam suatu nilai uang tertentu selama periode waktu tertentu (Mankiw, 2007).


(58)

Menurut Departemen Koperasi dan UKM tahun 2011, Produk Domestik Bruto (PDB) adalah semua barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu (yang biasanya 1 tahun). Sedangkan menurut Sukirno (2004), Produk Domestik Bruto (PDB) adalah barang dan jasa diproduksi bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain dalam kata lain produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri.

Nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang yang merupakan hasil akhir proses produksi pada suatu unit usaha yang selanjutnya akan dijual atau sampai ke tangan konsumen. Apabila permintaan hasil produksi perusahaan atau industri meningkat, produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya. Perubahan yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain adalah naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi (Sudarsono, 1988).

Menurut Simanjuntak (1985) yang menyatakan bahwa pengusaha

memperkerjakan seseorang karena itu membantu memproduksi barang/jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha

terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksi.


(59)

G. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan neoklasik (solow growth model). Model petumbuhan Solow dirancang untuk menunjukan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan (Mankiw, 2007).

1. Penawaran Barang dan fungsi Produksi

Penawaran barang dalam model Solow didasarkan pada fungsi produksi yang sudah dikenal, yang menyatatakan bahwa output bergantung pada persediaan modal dan angkatan kerja :

Y = F(K, L) (2)

Model pertumbuhan Solow mengansumsikan bahwa fungsi produksi memiliki skala pengembalian konstan atau skala hasil konstan (constant return to scale).

zY = F(zK, zL) (3)

Dengan z bernilai positif. Jika mengalihkan modal dan tenaga kerja dengan z, kita juga mengalihkan jumlah output z.

Fungsi produksi dengan skala pengembalian konstan memungkinkan kita

menganalisis seluruh variabel dalam perekonomian dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja. Maka digunakan z = 1/L dalam persamaan di atas untuk

mendapatkan :

Y/L = F(K/L, 1) (4)

Persamaan ini menunjukan bahwa output per pekerja Y/L adalah fungsi dari jumlah modal per pekerja K/L (angka “1” adalah konstan dan bisa dihilangkan).


(60)

Asumsi pengembalian angka konstan menunjukkan bahwa besarnya perekonomian sebagaimana diukur oleh jumlah pekerja sehingga tidak mempengaruhi hubungan antara output per pekerja dan modal per pekerja. Kita nyatakan hal ini denagn huruf kecil, sehingga y = Y/L adalah output per pekerja, dan k = K/L adalah modal per pekerja.

Maka dapat ditulis fungsi produksi sebagai berikut :

y = f(k) (5)

Di mana kita definisikan f(k) = F(k,1). Kemiringan dari fungsi produksi ini

menunjukkan berapa banyaknya output tambahan yang dihasilkan seorang pekerja ketika mendapatkan satu unit modal tambahan. Angka yang diperoleh merupakan produk marginal modal MPK. Secara matematis ditulis :

MPK = f(k + 1)–f(k) (6)

Permintaan terhadap Barang dan Fungsi Konsumsi Permintaan terhadap barang dalam model Solow berasal dari konsumsi dan investasi. Dengan kata lain output per pekerja y merupakan konsumsi per pekerja c dan investasi per pekerja i :

y = c + I (7)

persamaan ini adalah versi per pekerja dari identitas perhitungan pendapatan nasional untuk suatu perekonomian.

Model Solow mengansumsikan bahwa setiap tahun orang menabung sebagian s dari pendapatan mereka dan mengkonsumsi sebagian (1-s). Maka dapat

dinyatakan dengan konsumsi sederhana :


(61)

di mana s, tingkat tabungan, adalah angka antara nol dan satu. Untuk melihat apakah fungsi ini berpengaruh pada investasi, substitusikan (1–s)y untuk c dalam identitas perhitungan pendapatan nasional :

y = (1–s)y + I (9)

di ubah menjadi I = sy. Persamaan ini menunjukan bahwa investasi sama dengan tabungan.

H. Peranan UMKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, UMKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik itu disektor tradisional maupun modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan yang dikelola oleh dua departemen, yaitu (1) Departemen Perindustrian dan Perdagangan;

(2) Departemen Koperasi dan UKM. Namun demikian, usaha pengembangan yang telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya, karena pada

kenyataanya kemajuan UMKM sangat kecil dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar.

Dalam analisis makroekonomi pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai tingkat pertambahan dari pendapatan per kapita. Pertumbuhan ekonomi ini digunakan untuk menggambarkan bahwa suatu perekonomian telah mengalami

perkembangan dan mencapai taraf kemakmuran yang lebih tinggi. Pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDB. Laju


(62)

produksi suatu barang dan jasa. Fungsi produksi menurut Mankiw (2003)

merupakan hubungan antara tingkat output (Y) dengan tingkat input (capital and labour). Turunan pertama fungsi produksi dirumuskan sebagai berikut :

Y = f(K,L) (10)

Berdasarkan hal tersebut, maka nilai PDB secara langsung dipengaruhi oleh tingkat investasi yang merupakan Δ K (Δ capital) dan angkatan kerja yang merupakanLabour(L) dalam fungsi produksi. Investasi UMKM setiap tahunnya terus meningkat hal ini dapat mempertinggi efisiensi ekonomi dalam bentuk barang-barang modal yang sangat penting artinya dalam pertumbuhan ekonomi.

Peran usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor; (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar; (3) pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan

pemberdayaan masyarakat; (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi; serta (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Peran koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sangat strategis dalam perekonomian nasional, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi nasional pada masa mendatang (Kuncoro, 2002). Pemberdayaan UMKM secara terstruktur dan berkelanjutan diharapkan akan mampu menyelaraskan struktur perekonomian nasional, mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional di atas 6 persen per tahun. Selain itu juga dapat mengurangi tingkat pengangguran terbuka, menurunkan tingkat kemiskinan, mendinamisasi sektor riil, dan memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat.


(63)

Pemberdayaan UMKM diarahkan pada upaya meningkatkan produktivitas dan daya saingnya, serta secara sistimatis diarahkan pada upaya menumbuhkan wirausaha baru di sektor-sektor yang memiliki produktivitas tinggi yang berbasis pengetahuan, teknologi dan sumberdaya lokal (Gie Kian, 2003).

Pertumbuhan ekonomi memerlukan dukungan investasi yang memadai. Pada kondisi ekonomi Indonesia saat ini, relatif sulit menarik investasi dalam jumlah yang besar. Untuk itu, keterbatasan investasi perlu diarahkan pada upaya mengembangkan wirausaha mikro kecil dan menengah. Pemberdayaan UMKM diharapkan lebih mampu menstimulan pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi dalam jangka waktu yang relatif pendek dan mampu memberikan lapangan kerja yang lebih luas dan lebih banyak, sehingga mampu mengurangi tingkat

pengangguran terbuka dan tingkat kemiskinan di Indonesia (Departemen Koperasi dan UKM, 2004).

Pemberdayaan UMKM dapat meningkatkan stabilitas ekonomi makro, karena menggunakan bahan baku lokal dan memiliki potensi ekspor, sehingga akan membantu menstabilkan kurs rupiah dan tingkat inflasi. Pemberdayaan UMKM akan menggerakkan sektor riil, karena UMKM umumnya memiliki keterkaitan industri yang cukup tinggi. Dengan kata lain pemberdayaan UMKM akan

memberikan perluasan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan sehingga dapat mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi (Departemen


(64)

I. Kinerja UMKM di Indonesia

UMKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata antara daerah perkotaan dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan UMKM diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah-masalah tersebut di atas.

UMKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4 (empat) hal, yaitu :

1. Sebagian UMKM menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods), khususnya yang tidak tahan lama.

2. Mayoritas UMKM lebih mengandalkan padanon-banking financingdalam aspek pendanaan usaha.

3. Pada umumnya UMKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam arti hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja, dan

4. Terbentuknya UMKM baru sebagai akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di sektor formal.

UMKM di Indonesia mempunyai peranan yang penting sebagai penopang perekonomian. Penggerak utama perekonomian di Indonesia selama ini pada dasarnya adalah sektor UMKM.


(65)

Kinerja UMKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu : 1. PDB UMKM

2. Unit Usaha UMKM 3. Tenaga Kerja UMKM 4. Investasi UMKM 5. Ekspor UMKM

J. Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan UMKM

Kebijakan pemerintah dalam pengembangan UMKM dalam jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UMKM dalam proses pembangunan nasional. Khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Sasaran dan pembinaan usaha kecil adalah

meningkatnya jumlah pengusaha menengah dan terwujudnya usaha yang semakin tangguh dan mandiri. Sehingga pelaku ekonomi tersebut dapat berperan dalam perekonomian nasional.

Adapun kebijakan pemerintah terkait dengan pengembangan UMKM, diantaranya adalah :

1. Pembinaan kewirausahaan. UU RI No. 9 Tahun 1995 menyatakan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan dalam sumber daya manusia. Didalam pola pengembangan tersebut dilakukan dengan pendekatan interaksi antara kemauan, kemampuan dan kesempatan. Kegiatan tersebut meliputi pendidikan dan pelatihan, magang dan studi banding serta pemberian bantuan untuk mandiri.


(66)

2. Kemitraan usaha. Kemitraan usaha menjamin kemandirian pihak-pihak yang bermitra, karena kemitraan bukan proses merger atau akusisi. Kemitraan usaha berlandaskan tanggung jawab moral dan etika bisnis sesuai dengan demokrasi ekonomi berdasarkan pasal 33 UUD 1945. Proses ini menciptakan keterkaitan antara usaha yang kukuh tanpa harus melakukan integrasi vertikal atau

konglomerasi.

3. Bantuan permodalan. Pada umumnya permodalan UMKM masih lemah, hal ini turut mementukan keberhasilan strategi pembinaan dan pengembangan di bidang permodalan, termasuk bagaimana pemerintah dan masyarakat

melaksanakan konsep permodalan untuk membantu UMKM. Dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, kegiatan yang dilakukan oleh BI dalam membantu pengembangan usaha kecil salah satunya yaitu Kredit Usaha Kecil (KUK).

K. Tinjauan Empirik

Sebelum melakukan penelitian ini penulis melakukan kajian dan mempelajari lebih dalam terhadap penelitan-penelitian terdahulu yang relevan dengan topik yang diangkat oleh penulis. Berikut ini adalah ringkasan penelitian-penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalan penelitian ini :

Tabel 7. Ringkasan Penelitian “Peranan Sektor Usaha Kecil dan

Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”

Judul Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Penulis/Tanggal Maharani Tejasari, 2008


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel investasi usaha mikro kecil, investasi usaha menengah dan tenaga kerja usaha mikro kecil memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap produk domestik bruto usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia.

2. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa secara parsial variabel unit usaha UMKM dan tenaga kerja usaha menengah memberikan pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap produk domestik bruto usaha mikro kecil dan menengah di Indonesia.

3. Berdasarkan hasil estimasi pada penelitian ini dapat diketahui bahwa secara bersama-sama dan signifikan variabel jumlah unit usaha UMKM, investasi usaha mikro kecil, investasi usaha menengah, tenaga kerja usaha mikro kecil, tenaga kerja usaha menengah berpengaruh terhadap produk domestik bruto UMKM di Indonesia.


(2)

85

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dijelaskan sebelumnya maka penulis memberikan saran. Saran yang memungkinkan untuk kemajuan dari UMKM di Indonesia sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa Investasi UMKM pada Usaha Mikro Kecil dan Usaha Menengah masing-masing menjadi faktor yang sangat mendukung dan berpengaruh positif secara signifikan terhadap

peningkatan PDB UMKM di Indonesia yang diharapkan dengan adanya investasi pada UMKM mampu mengembangkan UMKM di Indonesia menjadi lebih baik lagi kedepannya. Pemerintah diharapkan lebih

memberikan dukungan dengan meningkatkan investasi pada usaha mikro dan kecil agar lebih membantu UMKM menjadi lebih baik dalam

menghasilkan output yang berpengaruh terhadap peningkatan PDB UMKM di Indonesia. Langkah tersebut dapat berupa perbaikan iklim usaha dan mempermudah akses langsung terhadap informasi, layanan dan fasilitas keuangan yang disediakan oleh lembaga keuangan formal bank maupun non formal. Pemerintah harus meningkatkan lagi hal-hal kecil yang mendukung UMKM di Indonesia, seperti dalam hal kemudahan pembiayaan kredit langsung baik secara birokrasi dan tingkat bunga yang diberikan, agar

investasi pemerintah yang cenderung lebih kepada padat modal dapat diserap oleh UMKM dengan baik guna meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan dapat meningkatkan PDB UMKM itu sendiri.


(3)

86

2. Pemerintah sebaiknya lebih peduli dan membantu usaha-usaha yang memiliki nilai tambah yang tinggi pada sektor UMKM bisa berupa tambahan modal kepada setiap usaha yang memiliki nilai tambah yang tinggi pada output yang dihasilkannya agar usaha-usaha tersebut dapat lebih meningkatkan usahanya dan mampu menghasilkan output yang lebih baik lagi dari sisi kualitas dan kuantitasnya yang dapat bersaing dipasar global dan mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap PDB UMKM di Indonesia.

3. Kebijakan pemerintah dalam menggerakkan sektor ekonomi haruslah ditunjang dengan adanya perhatian yang cukup kepada tenaga kerja. Tidak dapat dipungkiri, bahwa produktivitas tenaga kerja menjadi objektif utama perusahaan dalam menggerakkan usahanya. maka pemerintah melalui lembaga ketenagakerjaan dapat membuka balai-balai latihan kerja disetiap daerah agar warga usia produktif dapat membekali diri mereka dengan pengetahuan dan skill yang memadai. Pengembangan SDM melalui

pendidikan dan pelatihan baik teknis maupun manajerial. Pelatihan tersebut terutama ditujukan agar proporsi pengusaha dan tenaga kerja UMKM yang trampil dan berkualitas makin tinggi, sehingga produktifitas meningkat yang menjadikan output UMKM yang dihasilkan mampu bersaing di pasar global.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 2000.Analisis Regresi: Teori, Kasus dan Solusi. Edisi kedua. BPFE. Yogyakarta.

Ananta, Aris. 1993.Ciri demografis kualitas penduduk dan pembangunan

ekonomi. Lembaga Demografi dan Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Arfida. 2003.Ekonomi Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia. Jakarta. Bellante, Don & Jackson Mark. 1990.“Ekonomi Ketenagakerjaan”. Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Berry, A, E. Rodriquez, & H. Sandeem. 2001.“Small and Medium Enterprises Dynamics in Indonesia”. Bulletin of Indonesian Economic Studies 37. Badan Pusat Statistik. 1999-2012.Statistik Indonesia. BPS. Jakarta.

Departemen Koperasi dan UKM Republik Indonesia, 1999-2012.Investasi, Tenaga Kerja, PDB, Unit UMKM di Indonesia.Depkop. Jakarta.

Departemen Koperasi dan UKM Republik Indonesia, 2011.Berita Resmi Statistik. Departemen Koperasi dan UKM Republik Indonesia, 2012.Berita Resmi Statistik. Departemen Komunikasi & Informatika, Badan Informasi Publik, Pusat Informasi

Perekonomian.2008.Kredit Usaha Rakyat (KUR). Jakarta.

Eeng, Ahman dan & Epi Indriani. 2007.Membina Kompetensi Ekonomi.Grafindo Media Pratama. Jakarta.

Endang, Sri Nuryani. 2004.“Peran Pemerintah Dalam Pengembangan UKM Menghadapi Pasar Global.”Makalah disampaikan pada Seminar UKM Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah Dalam Rangka


(5)

Gie Kian, K. 2003.Perekonomian Indonesia Tahun 2004, Prospek dan Kebijakan. Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Gujarati, Damodar. 1995.Ekonometrika Dasar.Terjemahan. Erlangga. Jakarta. Gujarati, Damodar. 1997.Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa: Sumarno Zein.

Penerbit Erlangga. Jakarta.

Gujarati, Damodar. 2006.Dasar-Dasar Ekonometrika. Penerbit Erlangga. Jakarta. Haeruman, H. 2000.Peningkatan Daya Saing UMKM Untuk Mendukung

Program PEL. Makalah Seminar Peningkatan Daya Saing. Graha Sucofindo. Jakarta.

Hafsah, Mohammad Jafar. 2004. Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).Infokop 25, 40-44.

Hakim, Abdul. 2002.Satistik induktif untuk ekonomi dan niaga.CV Adipura.Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 1996.Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan. UMP KMP YPPM. Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2000.Usaha Kecil di Indonesia: Profil, Masalah dan Strategi Pemberdayaan. BFEE.Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2002.Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi.BPFE. Yogyakarta.

Kurniawan, Ahmad F. 2011. Interpretasi Pajak Dan Persepsinya Menurut

Perspektif Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Sebuah Studi Interpretif). Simposium Nasional Akutansi XIV Aceh.

Kussriyanto, Bambang. 1986.Meningkatkan Produktivitas Karyawan. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta

Mankiw, N. Gregory. 2003.Teori Makro Ekonomi Terjemahan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Mankiw, N. Gregory. 2007.Makroekonomi. Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta. Munizu, Musran. 2010.Pengaruh Faktor-Faktor Eksternal dan Internal

Terhadap Kinerja Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Sulawesi Selatan, Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, Vol.12, No. 1, Maret 2010: 33-41.


(6)

Payman, Simanjuntak. 1985.Produktivitas Dan Tenaga Kerja Indonesia. FEUI. Jakarta.

Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 7/39/PBI/2005 tentang Pemberian Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Pramiyanti, Alila. 2008.Studi Kelayakan Bisnis Untuk UKM. Media Pressindo. Jakarta.

Primiana, Ina.2009.Menggerakan Sektor Ril UKM dan Industri. Alfabeta. Bandung.

Primahendra, Riza. 2001.Startegi dan Program Pengembangan Kapasitas/Kelembagaan LKM.Makalah Lokakarya Nasional

Pengembangan dan Perkuatan Lembaga Keuagan Mikro, diselenggarakan di Jakarta, Juli 2001.

Sitanggang, D. Nachrowi. 2004.Pengaruh Struktur Ekonomi pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Indonesia:Analisis Model Demometrik. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, Vol.5 (1), hal 103-133, Juli 2004. Sudarsono.1988.Ekonomi Sumber Daya Manusia. Karunia Squire, Lyn. Jakarta. Sukirno, Sadono. 2004.Makro Ekonomi Teori Pengantar. PT Raja Grafindo

Perkasa. Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2006.Ekonomi Pembangunan. PT Raja Grafindo Perkasa. Jakarta.

Sulaeman, Suhendar. 2004. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah dalam Menghadapi Pasar Regional dan Global, Infokop 25, 113-120.

Tambunan, Tulus T.H. 2002.Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, Beberapa Isu Penting. Salemba Empat. Jakarta.

Todaro, M.P,& Smith. 2003.Pembangunan Ekonomi di Dunia ketiga jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Umar, Husein. 2003.Metode Riset Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Widarjono, Agus. 2007.Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan

Bisnis. Edisi kedua. EKONISIA. Yogyakarta.

Winarno, Wing Wahyu. 2007.Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.UPP STIM YKPN. Yogyakarta.