28
4. Para anggotanya dalam memberikan jasa dalam masyarakat umum,
dapat bekerja sendiri sebagai akuntan publik atau sebagai pegawai pada suatu akuntan publik.
Pelaksanaan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang
akuntansi dan bidang auditing. Pencapain keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya yang diperluas melalui pengalaman – pengalaman
dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup maupun
pendidikan umum. IAI, SA 210 : 210.1 Auditor memberikan pendapatnya atas laporan keuangan
perusahaan karena melalui pendidikan, pelatihan dan pengalamannya, auditor menjadi orang yang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing serta
memiliki kemampuan untuk menilai secara objektif dan menggunakan pertimbangan tidak memihak terhadap informasi yang dicatat dalam
pembukuan perusahaan atau informasi lain yang berhasil diungkapkan melalui auditnya. ISI, SA 210 : 210.2.
2.3. Kerangka Pikir
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori dan penelitian sebelumnya, untuk memudahkan analisis, serta untuk pendukung hasil
penelitian, maka diajukan beberapa premis, sebagai berikut : Premis 1 :
Pengalaman dan pengetahuan masih merupakan karakteristik yang penting dalam keahlian auditor. Murtanto, 1999.
29
Premis 2 : Pendapat auditor yang ahli dan independen menunjukkan pendapat mereka lebih mengarah pada lemahnya kelangsungan
perusahaan, sedangkan pada kelompok yang memberikan pendapat bahwa perusahaan yang dianalisis memiliki kesulitan
dalam kelangsungan hidupnya. Padahal seperti yang sudah disebutkan semula kasus yang diberikan adalah benar – benar
laporan keuangan dari suatu perusahaan yang sudah dilikuidasi, atau dengan kata lain pendapat auditor yang ahli dan
independen cenderung benar dibandingkan ketika kelompok yang lain Mayangsari, 2003.
Premis 3 : Profesi akuntan, baik yang berprofesi akuntan publik maupun
yang berprofesi sebagai peneliti atau pendidik, sangat tanggap terhadap isu yang menyoroti profesi akuntan publik. Maria dan
Pinnarwan, 2003. Premis 4 :
Independensi merupakan anteseden penting bagi adanya komitmen dalam hubungan jangka panjang antara KAP dan
klien, dan juga menunjukkan bahwa perhatian KAP terhadap kebutuhan klien pada tingkat interaksi karyawan dan pelanggan
dapat meningkatkan situasi kerja antara klien dan auditor untuk mencapai tujuan bersama. Ratmono dan Prabowo, 2006.
Premis 5 : Sifat Machiavellian berhubungan negatif dengan independensi
dan perilaku etis auditor. Artinya auditor yang memiliki sifat Machiavellian tinggi akan cenderung berperilaku tidak etis atau
tidak independen. Purnamasari, SE, Msi, 2006.
30
Premis 6 : Biaya audit telah berubah dari waktu ke waktu, khususnya
kami mengamati penurunan pada koefisien untuk INREC. Variabel dan inventarisasi pada neraca. Penurunan ini
menunjukkan bahwa efisiensi produksi mendominasi upah audit dan audit harga efek dalam lingkup aset audit ini.
Munculnya auditor telah menjadi efisiensi dalam audit ini dari waktu ke waktu dan aset yang telah lulus pada biaya ke
pelanggan mereka. Menon dan Williams, 2001. Premis 7 :
Auditor lebih mementingkan hubungannya dengan klien, agar ada penugasan yang berkelanjutan dan tidak mengutamakan
independensinya. Dewi, 2008. Sesuai dengan landasan teori dan fakta-fakta pendukung yang telah
diuraikan sebelumnya maka dapat disusun sebuah diagram kerangka pikir seperti ini ditunjukkan pada gambar 2.2, sebagai berikut :
Gambar. 2.2 : Diagram Kerangka Pikir
Uji Statistik Korelasi Pearson
Hubungan Auditor dengan Klien X
1
Keahlian Auditor X
3
Independensi Auditor Y
Biaya Audit X
2
31
2.4. Hipotesis