Pengaruh keahlian audit dan indenfendensi auditor eksternal terhadap tingkat materialistas dalam audit laporan keuangan: studi empiris pada kantor akuntan publik yang terdapat di Jakarta

(1)

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI AUDITOR EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM AUDIT

LAPORAN KEUANGAN

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Yang Terdapat di Jakarta)

Oleh : Muhamad Rosul NIM: 205082000230

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INEPENDENSI AUDITOR EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM AUDIT LAPORAN

KEUANGAN

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Muhamad Rosul

205082000230

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof, Dr. Ahmad Rodoni Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 197609242006042002

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M i


(3)

Hari ini Rabu, Tanggal Dua Bulan Februari Tahun Dua Ribu Sepuluh, telah dilakukan ujian komprehensif atas nama Muhamad Rosul NIM: 205082000230 dengan judul skripsi “PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI AUDITOR EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2 Februari 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Hepi Prayudiawan, SE.,Ak.,M.Si Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli


(4)

Hari ini Senin Tanggal Enam September Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Muhamad Rosul NIM: 205082000230 dengan judul Skripsi “PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI AUDITOR EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 September 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Prof.Dr.Ahmad Rodoni Yessi Fitri,SE.,Ak.,M.S.i

Penguji I Penguji II

Dr.Yahya Hamja,MM Rahmawati,SE.,MM

Penguji Ahli I Penguji Ahli II


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. DATA PRIBADI

1. Nama : Muhamad Rosul

2. Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Nopember 1986

3. Alamat :Jl. Bungur Kemang No.38 RT 005/ RW 05 Kel: Bangka, Jakarta Selatan 12730

4. No. Telepon Rumah : (021) 71790605 5. No. Telepon Handphone : (021) 94555161

6. Agama : Islam

7. Kewarganegaraan : Indonesia

B. DATA PENDIDIKAN ™ FORMAL

1. Tahun : 1993 – 1999 MI AHDI Jakarta 2. Tahun : 1999 – 2002 MTsN 1 Jakarta 3. Tahun : 2002 – 2005 MAN 4 Model Jakarta

4. Tahun : 2005 – 2010 FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ™ NON FORMAL

1. Tahun 2008 Pelatihan Bisnis Tanpa Suap kerjasama antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan FEIS UIN Syarif Hidatullah Jakarta

2. Tahun 2010 Brevet Pajak A&B FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(6)

C. Praktik Kerja / Magang:

1. September – November 2008 PetroChina International Companies in Indonesia at our Audit Compliance Department

2. Mei 2010 Tim Pemantau Independen Ujian Nasional SMA/SMK/MA

D. LATAR BELAKANG KELUARGA 1.Ayah : H. Ishak

2.Pekerjaan : Dagang

3.Alamat : Jl.Bungur Kemang No.38 RT 005/RW 05 Kel: Bangka, Jakarta Selatan 12730

1.Ibu : H. Roslaini

2.Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3.Alamat : Jl.Bungur Kemang No.38 RT 005/RW 05 Kel: Bangka, Jakarta Selatan 12730


(7)

“INFLUENCE AUDIT EXPERTISE

AND INDEPENDENCY EXTERNAL AUDITOR TO LEVEL OF MATERIALITY IN COURSE OF FINANCIAL STATEMENT AUDIT”

(Empirical Study at Public Accountant Firm in Jakarta)

By: Muhamad Rosul NIM: 205082000230

ABTRACT

The objectives of this research to examine empirically the influence of audit expertise and independency external auidtor to level of materiality in course of financial statement audit. The research was carried out of auditor at public accountant offices in Jakarta. Samples were taken using convenience sampling technique and quetionnairres were spreading to auditor by criteria. The analyzed by multiple linear regression method. The result of research shown that audit expertise influence significant to level of materiality, but also independency external auditor are didn’t significantly influence to level of materiality.

Key words: audit expertise, independency external auditor and level of materiality


(8)

“PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI AUDITOR EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT MATERIALITAS DALAM AUDIT

LAPORAN KEUANGAN”

(Studi Empiris Kantor Akuntan Publik di Jakarta)

Oleh: Muhamad Rosul NIM: 205082000230

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris pengaruh keahlian audit dan independensi auditor eksternal terhadap tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan. Penelitian ini dilakukan pada auditor Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan teknik convenience sampling. Kuesioner telah disebarkan kepada auditor dengan kriteria responden. Uji yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keahlian audit berpengaruh sinifikan terhadap tingkat materialitas, sedangkan independensi auditor eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat materialitas.

Kata Kunci: keahlian audit, independensi auditor eksternal dan tingkat materialitas.


(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas nikmat, karunia serta hidayah-NYA. Sholawat serta salam tidak lupa tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang yang penuh dengan orang-orang cerdas dan bertakwa. Tiada kata yang pantas terucap selain syukur Alhamdulillahi Robbil’alamin akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Auditor Eksternal Terhadap Tingkat Materialitas dalam Audit Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta)”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai masalah dan sepenuhnya menyadari bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak dan Ibu ku yang selalu memberikan nasehat, memberikan dukungan, menjadi teman dikala susah maupun senang, dan selalu mendoakan saya

2. Kakak2 ku, adik ku, abang ipar ku, yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan membantu dalam penulisan skripsi ini, terima kasih atas semuanya

3. Bapak Prof.Dr. Abdul Hamid,MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

4. Bapak Prof.Dr.Ahmad Rodoni selaku pempimbing I sekaligus dosen penguji ujian komprehensif dan ujian skripsi yang senantiasa ikhlas untuk meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi

5. Ibu Yessi Fitri,SE.,Ak.,M.Si selaku pembimbing II sekaligus dosen penguji ujian komprehensif dan ujian skripsi yang dengan kesabaran hatinya memberikan penulis bimbingan dan semangat bahwa semua itu akan menjadi mudah jika terus berjuang dan berdoa


(10)

6. Bapak Dr.Yahya Hamja,MM selaku dosen penguji ahli I ujian skripsi atas saran dan arahan serta kesempurnaan penulisan skripsi

7. Ibu Rahmawati,SE.,MM selaku dosen penguji ahli II ujian skripsi atas saran dan arahan serta kesempurnaan skripsi

8. Bapak Hepi Prayudiawan SE.,Ak.,M.Si selaku dosen penguji ujian komprehensif 9. Ibu Reskino,SE.,Ak.,M.Si selaku dosen penguji seminar skripsi yang memberikan

bimbingan untuk memperbaiki skripsi

10.Pimpinan KAP dan para auditor yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan riset dan meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner untuk memperoleh data bagi penulis dalam penyusunan skripsi

11.Seluruh dosen serta karyawan yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas bagi penulis khususnya mpo’ dan mba ani

12.Anis fachriyah yang selalu berdoa untuk aku dan memberi dukungan selama menyelesaikan skripsi ini (mudah2an Allah selalu meridhoi kita.amien) aku akan selalu cinta dan sayang kamu

13.Teman2 Akuntansi A 2005 terutama (Abdurrahman M.M a.k.a B-dul, Ferdy Anka S a.k.a bang Bopax’s, Ega Suganda dan Rizki Hidayat cepat2 lah kalian nyusul insyaAllah tangan dan pikiran ini selalu terbuka untuk membantu kalian. Serta teman2 yang laen: Ajij,Rendy(terima kasih banget udah membantu menyelesaikan ngolah data dan yang laennya),Teguh,Ardy a.k.a Sanwanie,Abe,Achiel(thanks udah bantuin dari awal ampe akhir),arya a.k.a Bandots,Mas Iwan,Adityo,dan para wanita Akuntansi A Yuli, Icha, Sari, Asti, Itha biar cepet pada kelar dah buat nyusul wisuda…hee..serta Devi, Aini, Bedha, Maya, Ana, Lena dll. Buat semuanya jangan lupa silaturrahmi harus di jaga sampai kapan pun semoga kita selalu di berkahi oleh Allah SWT.amien

14.Teman2 Akuntansi B: Dodi, Bayu, Taka, Fahrevi, Odji, Aryanto, Asep dll. Semoga terus terjalin tali silaturrahmi diantara kita semua


(11)

x

15.Teman2 seperjuangan waktu seminar dan sidang Muthe, Anggi. Akhirnya kesampaian juga kita wisuda Oktober…haaa, marilah sambut masa depan dengan keyakinan dan kepercayaan yang tinggi. Semoga Allah selalu memberikan kemudahan dan keberkahan untuk kita.amien

16.Teman2 Remaja Majlis Talim Musholla Al-Barkah al ustadz Shoffil Mundzir S.Hi, Bang Jack, Fauzan, Maulana Albiansyah (terima kasih atas doa dan dukungannya) serta Zulfakor, Yulman (kemane kita touring lagi neh). Semoga Majlis ini selalu diberkahi, dirahmati dan diridhoi Allah SWT serta diberikan hati yang Istiqomah kepada remaja untuk selalu menegakkan Asma Allah fi dunia wal akhirat.

17.Teman2 MAN 4 yang masih eksis kumpul sampai sekarang: Ipunk, Madhon, Haikal a.k.a Pahe, Om Gin, Rifky, Istianah dll. Jalin terus tali silaturrahmi sampai kapan pun

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga besar harapan penulis bagi segenap pembaca agar dapat memberi masukan untuk perbaikan kedepan. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas semua kerjasamanya dan mohon maaf atas segala salah dan khilaf.

Jakarta, September 2010


(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iv

ABSRTACT... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Audit Secara Umum... 11

1. Definisi Audit... 11

2. Jenis-jenis Auditor dan Profesi Auditor... 12

3. Tujuan dan Manfaat Audit ... 17

B. Kompetensi/Keahlian Auditor ... 18

1. Kompetensi/Keahlian Auditor ... 18

C. Indenpendensi Auditor... 20

1. Indenpendensi Auditor Ekternal ... 20

2. Aspek Indenpendensi ... 22


(13)

xii

3. Faktor-faktor yang Mengganggu Indenpendensi Auditor

Eksternal ... 23

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indenpendensi Auditor Eksternal ... 27

5. Indikator Indenpendensi... 30

D. Materialitas ... 32

E. Kerangka Pemikiran... 36

F. Keterkaitan Antar Variabel... 37

G. Kerangka Pemikiran... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian... 41

B. Metode Penentuan Sampel... 42

C. Metode Pengumpulan Data... 42

1. Data Primer ... 42

2. Data Sekunder... 43

D. Metode Analisis ... 43

1. Statistik Deskriptif ... 43

2. Uji Kualitas Data... 44

3. Uji Asumsi Klasik... 45

a. Uji Normalitas... 45

b. Uji Multikolinearitas... 46

c. Uji Heteroskedasitas... 46


(14)

xiii

a. Koefesien Determinasi... 48

b. Uji T ... 49

c. Uji F ... 49

E. Operasional Variabel Penelitian ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN A. Gambaran Umum Responden ... 58

B. Karakteristik Reponden... 59

C. Hasil Uji Kualitas Data ... 62

1. Hasil Uji Reliabilitas... 62

2. Hasil Uji Validitas... 63

D. Hasil Uji Asumsi Klasik... 66

1. Hasil Uji Normalitas... 66

2. Hasil Uji Multikolinearitas... 68

3. Hasil Uji Heteroskedasitas... 69

E. Hasil Uji Hipotesis... 71

1. Hasil Uji Koefesien Determinasi ... 71

2. Hasil Uji F... 72

3. Hasil Uji T... 74

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 77

B. Impilikasi ... 77

C. Saran... 78


(15)

xiv DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

3.1 3.2 3.3 3.4

Operasional Variabel……… Pengukuran Terhadap Keahlian Audit……… Pengukuran Terhadap Independensi Auditor Eksternal…….. Pengukuran Terhadap Tingkat Materialitas……….

52 56 57 57

4.1 Total Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner……….. 58

4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian………... 59

4.3 Demografi Responden………. 60

4.4 Hasil Uji Reliabilitas……… 62

4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Keahlian Audit……….. 64

4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Independensi Auditor Eksernal.. 64

4.7 4.8 HasilUji Validitas Variabel Tingkat Materialitas……… Hasil Uji Multikolinearitas……….. 65 69 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi……….………… 71

4.9 Hasil Uji F………... 72

4.10 Hasil Uji t……… 74

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 4.1 4.2

Kerangka Berpikir………... Output Pengujian Normalitas Data………. Output Pengujian Heterokedastisitas………..

40 67 70


(16)

xv DAFTAR LAMPIRAN Nama Keterangan

Lampiran 1 Kuesioner Lampiran 2 Hasil Tabulasi


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang dalam jangka panjang bertujuan mempertahankan kelangsungan hidup usahanya melalui asumsi going concern. Sebuah perusahaan didirikan tentunya diharapkan agar bisa bertahan untuk jangka waktu yang lama dan panjang, tidak untuk jangka waktu yang pendek. Kelangsungan hidup usaha suatu entitas selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar terus dapat bertahan hidup. Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor tentu mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan (Chen dan Chruch, 1996). Oleh karena itu, evaluasi mengenai going concern perusahaan merupakan hal yang krusial bagi seorang auditor (Suartana, 2007).

Auditor adalah pihak yang diyakini berperan sebagai pengontrol dan penjaga kepentingan publik di bidang yang terkait dengan keuangan. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Sebagai seorang ahli, auditor harus memiliki kemampuan yang memadai tentang teknik-teknik audit dan memahami kriteria yang digunakan. Hal ini


(18)

2 dapat diperoleh melalui pendidikan baik secara formal maupun informal, serta pengalaman dalam melakukan audit.

Seorang auditor harus mampu menilai kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup melalui investigasi yang komperhensif tentang kejadian-kejadian dan kondisi-kondisi yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Auditor akan berhadapan dengan bukti-bukti yang kompleks dan bisa saja satu dengan yang lainnya saling berhubungan atau bahkan bertentangan. Bukti-bukti tersebut akan sangat menentukan opini audit atas laporan keuangan yang diperiksa. Auditor mempunyai peranan penting dalam menjembatani antara kepentingan investor dan kepentingan perusahaan sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan. Sebelum melakukan investasi, investor tentunya ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan terutama yang menyangkut kelangsungan hidup perusahaan tersebut melalui opini audit yang diberikan oleh auditor.

Audit atas laporan keuangan menjadi sesuatu yang tidak dapat terhindarkan. Opini yang diberikan oleh akuntan publik atas laporan keuangan sangat mempengaruhi proses manajemen yang akan dijalankan oleh manajemen. Demikian juga proses manajemen dapat mempengaruhi kualitas opini akuntan publik (Sinaga, 2005).

Opini auditor yang dikeluarkan atas laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu komponen penting yang harus dipertimbangkan oleh investor dalam pengambilan keputusan bisnis mereka. Auditor dituntut untuk dapat memberikan keyakinan yang memadai atas suatu


(19)

3 laporan keuangan perusahaan, bahwa laporan tersebut tidak mengandung salah saji material yang nantinya dapat menyesatkan penggunanya. Selain itu, dalam melakukan proses auditnya, auditor diharuskan mempertimbangkan kondisi going concern dari auditee. Going concern adalah asumsi dasar dalam melakukan penyusunan laporan keuangan, dimana suatu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan itu timbul, laporan keuangan mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus diungkapkan (IAI, 2009).

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) seksi 341 PSA No. 30 dinyatakan bahwa pertimbangan auditor atas perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya tergantung dari kesangsian dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemapuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan. Auditor harus mengungkapkan secara eksplisit apakah klien dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya atau tidak. Masalah timbul ketika banyak terjadi kesalahan opini (opini failures) yang dibuat auditor menyangkut going concern perusahaan (Mayangsari, 2003).

Kondisi tersebut dapat terjadi karena pemberian pendapat tentang sesuatu yang bersifat prediktif sangat kompleks dan bukan hal yang mudah. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi auditor dalam memberikan pendapat terhadap kelangsungan hidup sebuah perusahaan, diantaranya


(20)

4 keahlian dan independensi yang dimiliki auditor. Bueres dan Huan (1991) dalam Mayangsari (2003). Menurut Ashton (1991) faktor pengalaman dan pengetahuan merupakan faktor penting yang berkaitan dengan pemberian pendapat audit dan kemapuan prediksi auditor. Selain itu, integritas dan kompetensi merupakan faktor yang mendukung kemampuan auditor untuk mendeteksi kecurangan, Pincus (1990) dalam Mayangsari (2003).

Menurut Knapp (1985) dalam Mayangsari (2003) kemapuan auditor untuk tetap independen akan mempengaruhi pemberian pendapat audit, meskipun ada tekanan dan intervensi dari pihak manajemen. Faktor independesi ini merupakan salah satu faktor yang sangat sensitif terhadap profesi akuntan publik, karena banyak kasus manipulasi bisnis yang melibatkan profesi akuntan publik. Hal tersebut membuat kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik menjadi luntur. Beberapa faktor yang mempengaruhi independensi auditor, yaitu pemberian jasa konsultasi terhadap klien, persaingan antar kantor akuntan publik, ukuran kantor akuntan publik, dan lama hubungan audit Shockley (1981) dalam Wulandari (2008).

Berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa keahlian dan independensi yang dimiliki auditor sangat mempengaruhi kinerja auditor dalam memberikan pendapat audit dan kualitas audit secara keseluruhan. Dua faktor tersebut merupakan faktor utama yang harus dipenuhi seorang auditor dalam melakukan tugas audit berkaitan dengan kualifikasi dan mutu pekerjaan auditor sesuai dengan standar audit yang berlaku umum (Boynton, et, al., 2003).


(21)

5 Hal ini juga berdampak pada peningkatan akan audit atas laporan yang

dilakukan oleh auditor eksternal. Auditor eksternal sebagai auditor independen menjadi profesi yang semakin berkembang sejalan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat akan jasa pihak yang kompeten dan dapat dipercaya untuk menilai kewajaran suatu laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen, perlu diaudit oleh auditor eksternal yang merupakan pihak ketiga yang independen, karena dua alasan yaitu: Pertama, laporan keuangan ada kemungkinan mengandung kesalahan baik disengaja maupun tidak disengaja. Kedua, laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapat opini Unqualified (wajar tanpa pengecualian), diharapkan para pemakai laporan keuangan dapat yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji material (Wahyudi, 2006).

Seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata-mata bekerja untuk kepentingan klien, melainkan juga untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan auditan. Untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari pemakai laporan keuangan lainnya, akuntan publik dituntut untuk memiliki kompetensi atau keahlian yang memadai. Nilai laporan keuangan auditan terletak pada asumsi bahwa auditor bersikap independen terhadap kliennya. Sikap independen auditor tidak hanya dijalankan dalam fakta pekerjaan dilapangan saja, akan tetapi harus ditujukan pada pengguna laporan keuangan. Disinilah sikap independen seorang auditor eksternal sangat berperan dalam menilai kualitas dari laporan keuangan auditor.


(22)

6 Selain menjadi seorang profesional yang memiliki sikap profesionalisme, akuntan publik juga harus memiliki pengetahuan yang memadai dalam profesinya untuk mendukung pekerjaannya dalam melakukan setiap pemeriksaan. Setiap akuntan publik juga diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), agar situasi penuh persaingan tidak sehat dapat dihindarkan. Selain itu, dalam perencanaan audit, akuntan publik harus mempertimbangkan masalah penetapan tingkat resiko pengendalian yang direncanakan dan pertimbangan awal tingkat materialitas untuk pencapaian tujuan audit (Herawaty, 2008).

Dalam audit laporan keuangan seorang auditor eksternal harus mempunyai keahlian yang memadai dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan. Keahlian atau kompetensi auditor dapat ditentukan oleh tiga faktor yaitu: (1) pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi, (2) pelatihan praktik dan pengalaman dalam auditing, dan (3) mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karir professional auditor. Auditor eksternal harus mempunyai pengetahuan audit yang cukup. Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami relevansi dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan opini audit. Agar opini audit tidak biasa maka pihak auditor dituntut untuk bersikap bebas (independen) dari kepentingan manapun. Independensi adalah syarat utama agar laporan audit objektif. Kompetensi saja tidak cukup, karena auditor juga harus bebas dari pengaruh klien dalam melaksanakan audit serta dalam melaporkan temuan-temuannya (Boynton, 2003).


(23)

7 Kedua faktor tersebut yaitu keahlian dan independensi sangat dibutuhkan oleh seorang auditor dalam mengaudit, khususnya audit laporan keuangan. Karena untuk memudahkan auditor dalam menjalankan tugasnya dan untuk mencegah auditor agar tidak melakukan kecurangan dalam hal memberikan pendapat atau opini audit. Karena apabila seorang auditor tidak memiliki keahlian yang memadai, maka dalam menjalankan auditnya tidak akan maksimal, dan apabila seorang auditor tidak independen dalam hal memberikan opini audit maka akan sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan yang disajikan, karena tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

Variabel penelitian ini meliputi keahlian audit dan independensi auditor eksternal yang diadopsi dari penelitian sebelumnya. Penelitian ini mengevaluasi hubungan antara keahlian audit,independensi auditor eksternal, dan tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan.

Berdasarkan latar belakang penelitian, penulis tertatik mengkaji lebih dalam lagi tentang hal-hal yang mempengaruhi keahlian audit serta independensi auditor eksternal dalam memberikan keterangan mengenai salah saji informasi akuntansi. Oleh karena itu, penulis mengambil judul:

“Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Auditor Eksternal Terhadap Tingkat Materialitas dalam Audit Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik yang Terdapat di DKI Jakarta ).”

Penelitian ini merupakan replikasi gabungan dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian Wahyudi (2006) dan Megasari (2008), dimana


(24)

8 perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah: Pertama, tahun penelitian, dimana penelitian sebelumnya adalah di tahun 2006 dan 2008, sedangkan penelitian sekarang tahun 2010. Kedua pada penelitian sebelumnya objek penelitian adalah auditor dengan pengalaman kerja bervariasi dan bekerja di Kantor Akuntan Publik wilayah Jawa Timur dan Jabodetabek, sedangkan penelitian sekarang objek penelitian adalah auditor dengan pengalaman kerja 3 tahun dan bekerja di Kantor Akuntan Publik yang berada di Wilayah DKI Jakarta.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah keahlian audit dan independensi auditor eksternal secara bersama-sama dan parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan?

2. Berapa besar variabel keahlian audit dan independensi auditor eksternal mampu menjelaskan atau mengungkapkan variabel tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris yang menunjukan adanya:

1. Secara bersama-sama dan parsial pengaruh keahlian audit dan independensi auditor eksternal berpengaruh signifikan terhadap tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan.


(25)

9 2. Variabel keahlian audit dan independensi auditor eksternal mampu

menjelaskan atau mengungkapkan variabel tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan.

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Penulis

Untuk memenuhi sebagian dari persyaratan akademis dalam menyelesaikan studi program strata satu (S-1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bagi Auditor Eksternal

Auditor diharapkan dapat melakukan pengambilan keputusan yang etis berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan sebagai bahan masukan, bagaimana keahlian audit dan independensi auditor eksternal itu dapat dipengaruhi, dan untuk meningkatkan pemahaman auditor tentang audit laporan keuangan agar auditor dapat meningkatkan kualitas kerjanya.

3. Bagi Pemakai Jasa Akuntan

Agar klien auditor mengerti mengenai hal-hal yang berhubungan dengan keahlian audit dan independensi auditor eksternal yang mempengaruhi terhadap tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan. Hal ini penting karena klien merupakan pihak terkait yang menggunakan laporan yang dibuat oleh auditor.


(26)

10 4. Bagi Mahasiswa/Pembaca

Bagi mahasiswa/pembaca, penelitian ini nantinya diharapakan akan memberikan manfaat, yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi di masa yang akan dating sebagai penambah wawasan bagi mahasiswa/pembaca.

5. Bagi Masyarakat

Manfaat bagi masayarakat umum atau pihak yang tidak terkait langsung adalah adanya harapan dari hasil penelitian ini untuk dapat dijadikan referensi dan dapat digunakan sebagai dokumentasi ilmiah yang berguna untuk pengembangan ilmu dan teknologi.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Auditing Secara Umum 1. Definisi Auditing

Menurut Agoes (2009) auditing adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Pemeriksaan ini tidak dimaksudkan untuk mencari kesalahan atau menemukan kecurangan walaupun dalam pelaksanaannya sangat memungkinkan ditemukannya kesalahan atau kecurangan. Pemeriksaan atas alporan keuangan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Konrath (2002) dalam Agoes (2009) auditing adalah:

“Auditing is a systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the result to interested users.” Menurut Arens, et al (2009) dalam Agoes (2009) auditing adalah:

“Auditing is the accumulation and evaluation of avidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.”


(28)

12 2. Jenis-jenis Audit dan Profesi Auditor

Menurut Agoes (2009) jenis-jenis audit yaitu: a. Financial atau General Audit

Financial atau General Audit dilaksanakan untuk menentukan apakah seluruh laporan keuangan (informasi yang diuji) telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya kriteria tersebut adalah pernyataan standar akuntansi keuangan walaupun dimungkinkan untuk melaksanakan audit atas laporan keuangan yang dibuat dengan metode kas atau metode akuntansi lain yang cocok bagi organisasi tersebut. Laporan keuangan mencakup neraca, laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

b. Special Audit (Audit khusus)

Audit khusus adalah audit yang dilakukan atas lingkup audit yang bersifat khusus. Dengan demikian, audit khusus yang bertujuan menilai kasus tidak lancarnya pelaksaan pembangunan dapat digunakan istilah audit khusus atas ketidak lancaran pelaksanaan pembangunan. Berkaitan dengan audit khusus yang bertujuan mengungkap kecurangan, digunakan istilah audit khusus atas kecurangan.

c. Information Technology Audit

Audit teknologi informasi (information technology-IT) atau information systems (IS) audit adalah bentuk pengawasan dan


(29)

13 pengendalian dari infrastruktur teknologi informasi secara menyeluruh. Audit teknologi informasi ini dapat berjalan bersama-sama dengan audit financial dan audit internal atau dengan kegiatan pengawasan dan evaluasi lain yang sejenis. d. Government Audit (Audit Sektor Publik)

Menurut Boynton dan Kell (2006) dalam Agoes (2009), auditor pemerintah adalah auditor professional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan pada pemerintah. e. Compliance Audit

Agoes (2004) dalam Agoes (2009) mendefinisikan Compliance Audit sebagai pemeriksaan untuk mengetahui apakah prosedur dan aturan yang telah ditetapkan otoritas berwenang sudah ditaati oleh personel di organisasi tersebut. Compliance Audit biasanya ditugaskan oleh otoritas berwenang yang telah menetapkan prosedur/peraturan dalam perusahaan sehingga hasil audit jenis ini tidak untuk dipublikasikan, tetapi untuk intern manajemen.

f. Social (Environment) Audit

Definisi Audit Lingkungan menurut Kep. Men. LH 42/1994 dalam Agoes (2009) adalah suatu alat manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik, terdokumentasi, periodik, dan objektif tentang bagaimana suatu kinerja organisasi sistem manajemen dan peralatan dengan tujuan memfasilitasi control manajemen


(30)

14 terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian pemanfaatan kebijakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan lingkungan. g. Agree Upon Procedurs (Prosedur yang Disepakati)

Saat mengirimkan surat perikatan, akuntan harus memasukkan hal-hal berikut:

1) Sifat perikatan termasuk pernyataan bahwa audit dan review tidak dilakukan sehingga tidak ada assurance yang dinyatakan 2) Sifat informasi yang disediakan oleh klien

3) Sifat elemen, akun atau bagian dimana prosedur yang disepakati akan diterapkan

4) Prosedur tertentu yang dilakukan yang disepakati antara akuntan dan klien

5) Bentuk dan isi laporan atas penemuan fakta (factual findings) yang akan diterbitkan

6) Pernyataan bahwa laporan penentuan fakta (factual findings) hanya terbatas pada pihak yang membuat kesepakatan terhadap prosedur yang dilakukan

Menurut Agoes (2009) Profesi Auditor pada dunia akuntansi yaitu: a. Akuntan Publik (Public Accounting Firm)

Akuntan publik adalah seseorang yang berhak menyandang gelar atau sebutan akuntan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan memiliki izin dari Menteri Keuangan


(31)

15 atau pejabat berwenang lainnya untuk memberikan jasa profesional kepada masyarakat umum sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Jasa profesional tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan, sperti investor, kreditur dan calon investor, calon kreditur, dan instansi pemerintah.

b. Auditor Intern (Internal Auditor)

Auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan berbagai bagian organisasi. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari kegiatan usahanya, suatu perusahaan sangat memerlukan adanya internal audit departemen yang efektif terutama diperusahaan menengah dan besar termasuk BUMN.

c. Operational Audit (Management Auditor)

Menurut Agoes (2004) dalam Agoes (2009) management audit-disebut juga operational audit, functional audit, systems audit adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen untuk


(32)

16 mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.

d. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga tinggi Negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memilki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. e. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan pembangunan.

f. Inspektorat Jenderal (Itjen) di Departemen

Dalam Kementerian Negara Republik Indonesia, Inspektorat Jenderal (Itjen) adalah unsur pembantu yang ada di setiap Departemen/Kementerian yang bertugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di lingkungan Departemen/Kementeriannya. Inspektorat Jenderal dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal.

g. Badan Pengawas Daerah (Bawasda)

Badan Pengawas Daerah adalah sebuah badan/lembaga fungsional yang ada dalam Lingkungan Pemerintah Daerah di Indonesia baik pada tingkat profinsi maupun kabupaten/kota. Pelaksaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan dibidang


(33)

17 pengawasan dan bersifat mandiri. Badan Pengawas Daerah dibentuk untuk melakukan pengawasan penggunaan anggaran Pemerintah Daerah Provonsi dan Kabupaten/Kota dalam rangka mendukung peningkatan kinerja instansi Pemerintah Daerah. 3. Tujuan dan Manfaat Audit

Menurut Suharli (2008) audit dikembangkan dan dilaksanakan karena audit memberi banyak manfaat bagi dunia bisnis. Pelaksaanaan audit mempunyai tujuan yang berbeda, beberapa tujuan audit adalah : a. Penilaian Pengendalian ( Appraisal of Control )

Pemeriksaan operasional berhubungan dengan pengendalian administratif pada seluruh tahap operasi perusahaan yang bertujuan untuk menentukan apakah pengendalian yang ada telah memadai dan terbukti efektif serta mencapai tujuan perusahaan. b. Penilaian Kinerja ( Appraisal of Performance )

Penilaian, Pelaksanaan dan Operasional serta hasilnya. Penilaian diawali dengan mengumpulkan informasi-informasi kuantitatif lalu melakukan penilaian efektifitas, efisiensi dan ekonomisasi kinerja. Penilaian selanjutnya menjadi informasi bagi manajemen untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

c. Membantu Manajemen ( Assistance to Management )

Dalam pemeriksaan operasional dan ketaatan maka hasil audit lebih diarahkan bagi kepentingan manajemen untuk performansnya. Dan hasilnya merupakan


(34)

rekomendasi-18 rekomendasi atas perbaikan-perbaikan yang diperlukan pihak manajemen.

B. Keahlian Audit 1. Keahlian audit

Definisi keahlian audit menurut Arens (2000):

Keahlian audit atau kompetensi adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas.

Ahli menurut Trotter (1986) dalam artikel Chow dan Rice (1987) dikutip dari Mayangsari (2003):

Orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah, sepat, intuitik, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.

Keahlian menurut Hayes-Roth et al, (1983) dikutip dari Mayangsari (2003):

Keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu. Pemahaman terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut.

Hasil penelitian Murtanto (1998) menunjukkan bahwa komponen keahlian untuk auditor di Indonesia terdiri atas: (a) komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dalam pengalaman, pengalaman akan memberikan hasil dalam


(35)

19 menghimpun dan memberikan kemampuan bagi pengetahuan. (b) ciri-ciri psikologi, seperti berkomunikasi, kreativitas, kemampuan bekerja samana dengan orang lain. Selain itu kepercayaan, komunikasi dan kemampuan untuk bekerja sama adalah unsur penting bagi keahlian auditor.

Keahlian atau kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Dalam melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli dalam bidang auditing dan akuntansi. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dan bukti praktik audit. Selain itu, akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Asisten yunior untuk mencapai kompetensinya harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang lebih berpengalaman. Akuntan publik harus secara terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. Akuntan publik haru mempelajari, memahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar audit yang ditetapkan oleh organisasi profesi (Yulius, 2002).

Dalam audit laporan keuangan seorang auditor eksternal harus mempunyai keahlian yang memadai dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan. Keahlian atau kompetensi auditor dapat ditentukan oleh tiga faktor yaitu: (a) pendidikan universitas formal untuk memasuki


(36)

20 profesi (b) pelatihan praktik dan pengalaman dalam auditing, dan (c) mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karir professional auditor. Auditor eksternal harus mempunyai pengetahuan audit yang cukup. Pengetahuan (knowledge) itu penting untuk dapat memahami relevansi dan keandalan informasi yang diperoleh. Selanjutnya informasi tersebut menjadi bukti yang kompeten dalam penentuan opini audit.

C. Independensi Auditor

1. Independensi Auditor Eksternal

Menurut Arens, Elder dan Beasley (2009) dalam Auditing and Assurance Service An Integrated Approach Tenth Edision, independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Menurut Standar Audit Pemerintahan 1995, independensi merupakan suatu pendapat, kesimpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil audit yang dilaksanakan secara tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak ketiga yang memiliki pengetahuan mengenai hal itu. Dalam SPKN independensi ditekankan dalam paragraph 14 Pernyataan standar umum kedua: “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, eksternal, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”.


(37)

21 Dari beberapa definisi independesi tersebut diatas, dapat kita tarik simpulan bahwa independensi merupakan suatu tindakan baik sikap perbuatan atau mental auditor dalam sepanjang pelaksanaan audit dimana auditor dapat memposisiskan dirinya dengan auditee nya secara tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil auditnya.

Secara umum independensi terdiri dari dua yaitu Independensi dalam kenyataan dan dalam penampilan. Independensi dalam kenyataan merupakan sikap mental yang benar-benar ada dalam kenyataan ketika auditor dapat mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan audit.

Independensi ini terutama ditujukan ke pribadi auditor dalam melaksanakan auditnya. Sehingga independensi dalam kenyataan ini sulit untuk dinilai oleh orang atau pihak lain selain auditor sendiri. Independensi dalam penampilan adalah hasil interprestasi atau presepsi orang atau pihak lain mengenai independensi auditor. Walaupun auditor dapat mempertahankan independensi dalam kenyataan, namun apabila pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yakin bahwa auditor memihak kepada auditee maka opini dari hasil yang telah dibuat oleh auditor tidak akan credible lagi.

Independensi merupakan dasar dari struktur filosofi profesi. Bagaimana kompetennya seorang CPA dalam melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya, pendapatnya akan menjadi kurang bernilai bagi mereka


(38)

22 yang mengandalkan laporan auditor apabila CPA tersebut tidak independen. Dalam memberikan jasa-jasa tersebut para anggota harus bersikap independen dalam segala hal, artinya para anggota harus bertindak dengan integritas dan objektivitas (Boynton, 2003).

Dalam buku Professional Independence yang diterbitkan oleh The Institute of Chartered Accountants in Australia (1997) dijelaskan bahwa: ”Independence is a cornerstone of accountancy professional and one its most precious assets-nevertheless it is difficult to prove and easy to challenge”.

Dalam buku Standar Profesi Akuntan Publik 1999 seksi 220 PSA No.04 Alinea 2, dijelaskan bahwa:

”Independensi itu berarti tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan dalam hal berpraktik sebagai auditor internal). Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun, sebab bilamana tidak demikian halnya, bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru paling penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.”

2. Aspek Independensi

Menurut Taylor (1997), ada dua aspek independensi, yaitu:

a. Independensi sikap mental (independence of mind/independence of mental attitude), independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen.

b. Independensi penampilan (image projected to the public/appearance of independence), independensi penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan publik.


(39)

23 Pada lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-20/PM/2002 terdapat Peraturan nomor VIII.A.2 yang berisikan tentang independensi akuntan yang memberikan jasa audit di pasar modal. Peraturan tersebut diantaranya membatasi hubungan auditee dan auditor dalam jangka waktu tertentu, yaitu emiten harus mengganti kantor akuntan setiap lima tahun dan setiap tiga tahun untuk auditor. Selain itu, pemberian jasa non audit tertentu, seperti menjadi konsultan pajak, konsultan manajemen, disamping pemberian jasa audit pada seorang klien tidak diperkenankan karena dapat mengganggu independensi auditor.

Menurut Supriyono (1988) yang dikutip dalam penelitian Mayangsari (2003), ada enam faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, salah satunya adalah jasa-jasa lain selain audit yang dilakukan oleh auditor bagi klien. Seringkali manajemen klien meminta kantor akuntan publik untuk memberikan jasa lain selain jasa audit. Pemberian jasa lain selain jasa audit menimbulkan pertanyaan yang mendasar apakah akuntan publik tersebut dapat mempertahankan independensinya.

3. Faktor-faktor yang Menggangu Independensi Auditor Eksternal

Secara garis besar, standar-standar pemeriksaan seperti GAAS dan SPKN menyatakan ada tiga faktor gangguan yang dapat mempengaruhi independensi pemeriksa yaitu gangguan yang bersifat pribadi, gangguan yang bersifat eksternal dan gangguan yang bersifat organisatoris. Para auditor, termasuk konsultan yang dipekerjakan dan tenaga ahli serta


(40)

24 spesialis internal yang melaksanakan tugas audit, perlu mempunyai pertimbangan terhadap tiga macam gangguan ini terhadap independensi yaitu sebagai berikut:

a. Gangguan yang bersifat pribadi

Gangguan yang bersifat pribadi merupakan suatu keadaan dimana auditor secara individual tidak dapat untuk tidak memihak, atau dianggap tidak mungkin tidak memihak. Gangguan yang bersifat pribadi ini dapat berlaku bagi auditor secara individual dan juga dapat berlaku bagi organisasi. Gangguan independensi yang bersifat pribadi, antara lain sebagai berikut:

1) Hubungan dinas, profesi, pribadi, atau keuangan yang mungkin dapat menyebabkan seorang auditor membatasi pengungkapan temuan audit, memperlemah atau membuat temuan auditnya menjadi berat sebelah, dengan cara apapun

2) Prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan audit menjadi berat sebelah.

3) Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung jawab dalam pengambilan keputusan atau pengelolaan suatu entitas, yang berdampak pada pelaksanaan kegiatan atau program entitas yang sedang berjalan atau sedang diaudit.


(41)

25 4) Kecenderungan untuk memihak, karena keyakinan politik atau

sosial, sebagai akibat hubungan antar pegawai, kesetian kelompok, organisasi atau tingkat pemerintahan tertentu.

5) Pelaksanaan audit oleh seorang auditor yang sebelumnya pernah sebagai pejabat yang menyetujui faktur, daftar gaji, klaim, dan pembayaran yang diusulkan olehsuatu entitas atau progam yang diaudit.

6) Pelaksanaan audit oleh seorang auditor, yang sebelumnya pernah menyelenggarakan catatan akuntansi resmi atau lembaga/unit kerja atau program yang diaudit.

7) Kepentingan keuangan secara langsung atau kepentigan keuangan yang besar, meskipun tidak secara langsung pada entitas atau program yang diaudit.

b. Gangguan yang bersifat eksternal.

Gangguan yang bersifat eksternal bagi organisasi/lembaga audit dapat membatasi pelaksanaan audit atau mempengaruhi kemampuan auditor dalam menyatakan pendapat dan kesimpulan auditnya secara independen dan obyektif. Gangguan independensi yang bersifat eksternal, antara lain sebagai berikut:

1) Campur tangan atau pengaruh pihak eksternal yang membatasi atau mengubah secara tidak semestinya atau secara gegabah, terhadap lingkup audit.


(42)

26 2) Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan

prosedur audit, atau dalam pemilihan transaksi yang harus diperiksa.

3) Pembatasan waktu yang tidak masuk akal untuk penyelesaian suatu audit.

4) Campur tangan pihak luar terhadap organisasi/lembaga audit mengenai penugasan penunjukkan, dan promosi staff pelaksana audit.

5) Pembatasan terhadap sumber yang disediakan bagi organisasi/lembaga audit tersebut dalam melaksanakan tugasnya. 6) Wewenang untu menolak atau mempengaruhi peertimbangan

auditor terhadap isi semetinya dari suatu laporan audit.

7) Pengaruh yang membahayakan kelangsungan auditor sebagai pegawai, selain sebab-sebab yang berkaitan dengan kecakapan auditor atau dengan kebutuhan jasa audit.

c. Gangguan yang bersifat organisatoris.

Independensi para auditor pemerintah dapat dipengaruhi oleh kedudukannya dalam struktur organisasi pemerintahan, tempat auditor tersebut ditugaskan, dan juga dipengaruhi oleh audit yang dilaksanakannya, yaitu apakah mereka melakukan audit internal atau audit terhadap entitas lain.


(43)

27 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor Eksternal.

Setiap auditor eksternal harus menjaga dan mempertahankan independensinya dengan cara menghindari faktor-faktor yang dapat merusak independensi. Oleh karena itu auditor eksternal harus mengetahui faktor-faktor yang mungkin dapat merusak independensinya.

Ikatan akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi tunggal profesi akuntan publik sampai saat ini belum mengeluarkan secara resmi mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi independensi auditor eksternal. Untuk memberikan gambaran secara rinci mengenai factor-faktor yang mempengaruhi independensi auditor eksternal akan dijelaskan dibawah ini:

a. Komite Audit

Komite audit adalah sejumlah anggota terpilih dari dewan direksi sebuah perusahaan yang tanggung jawabnya membantu auditor untuk tetap independen dari manajemen. Kebanyakan komite audit dibuat dari tiga hingga lima atau terkadang paling banyak tujuh direktur yang bukan dari manajemen ( Arens. Et. Al, 2003).

Hasil riset yang dilakukan oleh Gul (1989) menunjukkan bahwa keberadaan komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi independensi auditor eksternal. Anggota komite audit terdiri dari non direktur eksekutif perusahaan dan bertanggung jawab untuk menunjuk auditor dan menetapkan Quasi judical body (seperti badan hukum) dalam masalah-masalah yang berhubungan


(44)

28 dengan keberadaan auditor independen yang respek terhadap beberapa jasa yang disediakan oleh manajemen (Mautz dan Neary, 1993).

b. Kondisi Keuangan Perusahaan Klien.

Temuan Gul (1989) menunjukan bahwa, menurut persepsi bankir kondisi keuangan perusahaan klien terhadap independensi auditor tidak berpengaruh secara signifikan. Akan tetapi, penelitian lain menunjukan bahwa kondisi keuangan perusahaan klien berpengaruh terhadap sebagian besar auditor untuk dapat menghindari maupun tidak dapat menghindari dari tekanan kliennya. Shuctz dan Gustavon (1987) menemukan bukti bahwa aktuaris merasa bahwa resiko kewajiban hokum kantor akuntan berhubungan terbalik dengan kondisi keuangan klien. Apabila kondisi keuangan klien buruk maka auditor tidak mungkin menyerah pada tekanan kliennya sehingga merasa khawatir atau takut dalam tuntutan hukum. Hasil riset yang dilakukan oleh Knapp (1985) menemukan bukti bahwa pada saat kondisi keuangan klien buruk, persepsi bankir tentang independensi auditor meningkat. Kejadian seperti ini membuat auditor tidak mungkin menyerah pada tekanan kliennya walaupun tuntutan hokum meningkat.

c. Jasa Konsultasi Manajemen

Menurut Boynton (2003), jenis utama jasa-jasa yang diberikan oleh kantor akuntan publik adalah:


(45)

29 1) jasa akuntansi dan kompilasi

2) jasa atestasi seperti jasa audit, pemeriksaan, jasa review, prosedur yang disepakati

3) jasa-jasa lain seperti jasa teknologi, konsultasi manajemen, perencanaan keuangan, serta jasa internasional.

Aktivitas kantor akuntan selain memberikan jasa audit, juga memberikan jasa-jasa lain, pemberian jasa konsultasi ini memungkinkan hilangnya independensi akuntan publik karena akuntan publik akan cenderung memihak pada kepentingan kliennya. Menurut Supriono (1988), hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa alasan misalnya: (a) kantor akuntan yang memberikan saran-saran kepada klien cenderung memihak kepada kepentingan kliennya sehingga auditor kehilangan independensinya dalam melaksanakan pekerjaan audit. (b) kantor akuntan merasa bahwa dengan pemberian jasa lain selain audit tersebut harga dirinya dipertaruhkan untuk keberhasilan kliennya, sehingga cenderung tidak independen di dalam melaksanakan audit. (c) pemberian jasa lain selain audit mungkin menghasurkan kantor akuntan publik membuat keputusan tertentu untuk kliennya, sehingga posisi akuntan public menjadi tidak independent dalam melaksanakan audit.

d. Tingkat Persaingan antar Kantor Akuntan Publik

Persaingan antar kantor akuntan dapat diidentifikasi sebagai perubahan penting yang terjadi pada lingkungan pelayanan jasa audit


(46)

30 yang ditandai dengan adanya kantor akuntan lain yang memasuki market audit untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan tidak dapat meniru siasat pemasaran agresif. Tajamnya persaingan antar kantor akuntan publik, kemungkinan mempunyai pengaruh besar terhadap independensi auditor eksternal, karena tiap kantor akuntan dihadapkan pada dua pilihan yakni kehilangan kliennya karena mencari kantor akuntan lain atau mengeluarkan opininya sesuai dengan keinginan klien.

e. Lamanya Hubungan antara Kantor Akuntan Publik dengan Klien

Lamanya hubungan antara kantor akuntan dengan kliennya adalah lamanya waktu yang digunakan oleh kantor akuntan dalam melayani kebutuhan audit yang disediakan untuk kliennya (Shockley, 1981). Tingkat lamanya hubungan antara KAP dengan kliennya diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu: lima tahun/kurang dan lebih dari lima tahun. Pembagian ini konsisten dengan ketentuan yang ditetapkan oleh AICPA bagian praktik SEC yang mensyaratkan bahwa seorang partner tidak boleh mengaudit kliennya lebih dari lima tahun secara berurutan karena hal ini akan melemahkan independensi auditor dalam melaksanakan audit (Shockley, 1981).

5. Indikator Independensi

Mautz dan Sharaf (1993) memberikan beberapa indikator independensi professional. Indikator-indikatornya adalah:


(47)

31 a. Independensi dalam program audit

1) Bebas dari intervensi manajerial atas program audit 2) Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit

3) Bebas dari segal persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit

b. Independensi dalam verifikasi

1) Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiva, dan karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan

2) Mendapatkan kerjasama yang aktif dari karyawan manajemen selama verifikasi audit

3) Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha membatasi aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan bukti 4) Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit c. Independensi dalam pelaporan

1) Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikasi dari fakta-fakta yang dilaporkan

2) Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan dalam laporan audit

3) Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini, dan rekomendasi dalam interpretasi auditor

4) Bebas dari segala usaha untuk meniadakan pertimbangan auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan audit.


(48)

32 D. Materialitas

Menurut Boynton (2003) materialitas adalah besarnya suatu pengabaian atau salah saji informasi akuntansi yang diluar keadaan disekitarnya memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang bergantung pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau salah saji tersebut.

Menurut Arens et al (2009) materialitas dalam kaitannya dengan akuntansi dan pelaporan audit adalah suatu salah saji dalam laporan keuangan dianggap material jika pengetahuan salah saji tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan yang rasional.

Menurut FASB No.2 materialitas adalah jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji informasi akuntansi yang kaitannya dengan kondisi yang bersangkutan, mungkin membuat pertimbangan pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji tersebut.

Tujuan dari penetapan materialitas adalah untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan barang bukti yang cukup. Jika auditor menetapkan bahwa tingkat materialitas rendah maka akan lebih banyak lagi bukti yang harus dikumpulkan dan begitupun jika tingkat materialitas tinggi maka hanya sedikit bahan bukti yang harus dikumpulkan.

Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan digunakan auditor


(49)

33 dihubungakan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pedoman kuantitatif maupun pertimbagan kualitatif.

Pedoman kuantitatif yang digunakan dalam praktek auditor dalam Boyton (2006), yaitu:

1. 5 % - 10 % dari laba bersih sebelum pajak 2. ½ % - 1 % dari total aktiva

3. 1% dari ekuitas

4. ½ %-1 % dari pendapatan kotor

5. Persentase didasarkan mana yang lebih besar antara total aktiva atau total pendapatan.

Pertimbangan kualitatif dapat terjadi misalnya ketika salah saji diakibatkan oleh suatu ketidakberesan atau melanggar hukum klien.

Dalam Pernyataan Standar Audit (PSA) No.25 dijelaskan bahwa terdapat pedoman dalam mempertimbangkan resiko dan materialitas dalam mengaudit laporan keuangan, yaitu:

1. Resiko audit dan materialitas, bersama dengan hal-hal ini perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur tersebut.

2. Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengadung salah saji yang dampaknya secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai sengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Salah saji dapat terjadi sebagai akibat penerapan yang keliru


(50)

34 dengan prinsip akuntansi tersebut, penyimpangan fakta, atau dihilangkannya informasi yang diperlukan.

3. Dalam mengambil kesimpulan mengenai dampak suatu salah saji, secara individual atau keseluruhan, auditor umumnya harus mempertimbangkan sifat dan jumlahnya dalam hubungan dengan sifat dan pos laporan keuangan yang sedang diaudit.

4. Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan yang memadai dan yang akan meletakan kepercayaan terhadap laporan keuangan. Penggabungan mengenai materialitas yang digunakan auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif.

Konsep materialitas diatas menunjukkan seberapa besar salah saji yang dapat diterima agar pemakai laporan keuangan terpengaruh oleh salah saji tersebut. Adapun konsep materialitas yang dapat digunakan dalam pertimbangan laporan keuangan sebagai berikut:

1. Jumlah yang tidak material

Jika terdapat salah saji tetapi cenderung tidak mempengaruhi keputusan pemakai keuangan.

2. Jumlah yang material tetapi tidak mengganggu laporan keuangan secara keseluruhan

Tingkat materialitas ini terjadi jika salah saji laporan keuangan dapat dipengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan, tetapi secara


(51)

35 keseluruhan laporan keuangan tersebut tersaji benar sehingga tetap berguna.

3. Jumlah yang sangat material sehingga pengaruhya sangat meluas dan kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan laporan keuangan diragukan.

Menurut Arens et al (2009) dalam menetapkan tingkat materialitas ada lima langkah yang dilakuakan yaitu:

1. Tentukan pertimbangan awal mengenai materialitas (set preliminary judgment about materiality).

2. Alokasi pertimbangan awal mengenai materialitas keadaan segmen (allocate preliminary judgment about materiality segment).

3. Estimasikan total salah saji dalam segmen (estimate total misstatement in segment).

4. Estimasikan salah saji gabungan (estimate combined misstatement).

5. Bandingkan estimasi gabungan denga pertimbangan awal mengenai materialitas (compare combained estimate preliminary about materiality).

Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus menilai materialitas pada dua tingkat berikut:

1. Tingkat laporan keuangan karena pendapat auditor mengenai kewajaran meluas sampai laporan keuangan secara keseluruhan.

2. Tingkat saldo akun karena auditor menguji saldo akun dalam memperoleh kesimpulan keseluruhan atas kewajaran laporan keuangan.


(52)

36 Standar yang tinggi dalam praktik akuntansi akan memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep materialitas. Pedoman materialitas beralasan, yang diyakini oleh sebagian besar anggota profesi akuntan adalah standar yang berkaitan dengan informasi laporan keuangan bagi para pemakai, akuntan harus menentukan berdasarkan pertimbangannya tentang besarnya suatu informasi yang dikatakan material.

Peran konsep materialitas itu adalah untuk mempengaruhi kualitas dan kuantitas yang diperlukan oleh auditor dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan bukti. Konsep materialitas menyatakan tidak semua informasi keuangan diperlukan atau tidak semua informasi seharusnya tidak dikomunikasikan. Dalam laporan akuntansi, hanya informasi yang material yang seharusnya disajikan. Informasi yang tidak material sebaiknya diabaikan atau dihilangkan. Materialitas seharusnya tidak hanya dikaitkan dengan keputusan investor, baik yang hanya berdasarkan tipe informasi tertentu maupun metode informasi yang disajikan. Beberapa peneliti tentang pertimbangan tingkat materialitas berfokus pada penemuan tentang jumlah konsisten yang ada diantara para profesional dalam membuat petimbangan tingkat materialitas.

E. Hasil Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan dari penelitian ini, maka peneliti akan menyebutkan beberapa penelitian terdahulu yang telah dilaksanakan sebelumnya. Penelitian ini didasarkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2006) bahwa


(53)

37 profesionalisme auditor berpengaruh terhadap tingkat materialits dalam audit laporan keuangan, sedangkan dalam penelitian Megasari (2008) menyatakan bahwa etika, keahhlian audit dan independensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap opini audit dan Alim dkk (2007) menyatakan bahwa kompetensi independensi, dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Adapun penelitian yang dilakukan Antari (2007) menyatakan bahwa fee audit dan lamanya penugasan audit tidak berpengaruh terhadap independensi penampilan auditor, dan bahwa ukuran kantor akuntan publik berpengaruh signifikan terhadap independensi penampilan auditor, sedangkan Herawaty (2008) menyatakan bahwa profesionalisme, pengetahuan auditor dalam mendeteksi kekeliruan, dan etika profesi secara positif berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas.

F. Keterkaitan Antar Variabel

1. Pengaruh Keahlian Audit terhadap Tingkat Materialitas dalam Audit Laporan Keuangan

Menurut Wahyudi (2006) dalam penelitiannya mengenai pengaruh profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan menyatakan bahwa profesinalisme berpengaruh terhadap tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan, dimana profesionalisme seorang auditor dalam mengaudit laporan keuangan harus bebas dari bias terutama dalam mengaudit laporan keuangan, sehingga laporan tersebut dapat disajikan sesuai dengan standar audit yang berlaku.


(54)

38 Dalam perencanaan audit, auditor eksternal antara lain mempertimbangkan masalah penetapan tingkat resiko pengendalian yang direncanakan dan pertimbangkan awal tingkat materialitas untuk tujuan audit. Auditor eksternal yang memiliki pandangan profesionlisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Untuk menjalankan perannya auditor eksternal dituntut mempunyai tanggung jawab yang besar dan mempunyai wawasan yang luas tentang kompleksitas organisasi modern, sehingga diduga keahlian audit berpengaruh terhadap tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan. Sehingga dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha1: Keahlian audit berpengaruh signifikan terhadap tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan.

2. Pengaruh Independensi Auditor Eksternal terhadap Tingkat Materialitas dalam audit Laporan Keuangan

Menurut Megasari (2008) dalam penelitiannya mengenai pengaruh etika, keahlian audit, dan independensi terhadap opini audit menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara etika, keahlian audit, dan independensi terhadap opini audit. Sikap independensi seorang auditor harus selalu konsisten, karena semakin ahli seorang auditor dalam mengaudit, serta semakin independen sikap seorang auditor maka opini yang diberikan akan sesuai dengan yang seharusnya atau tidak bias. Pemahaman seorang auditor untuk bersikap independen juga diperlukan etika seorang auditor agar hasil pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan auditor berupa


(55)

39 opini audit dapat diandalakan, sehingga diduga independensi auditor eksternal berpengaruh terhadap tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan. Sehingga dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha2: Independensi auditor eksternal berpengaruh signifikan terhadap tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan.

G. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian Wahyudi (2006) dalam pengaruh profesionalisme auditor terhdap tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan memperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh antara profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan. Sedangkan dari penelitian lainnya yaitu Megasari (2008) dalam pengaruh etika, keahlian audit, dan independensi terhadap opini audit memperoleh kesimpulan bahwa etika, keahlian audit, dan independensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap opini audit.

Dengan demikian variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini akan dikembangkan dalam sebuah kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:


(56)

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

Variabel Independen Variabel Dependen

40 Keahlian

Keterangan:

TM: Tingkat Materialitas dalam Audit Laporan Keuangan KA: Keahlian Audit atau Kompetensi

ID: Independensi Auditor Eksternal

Audit Tingkat Materialitas dalam Audit Laporan Keuangan Independensi


(57)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian empiris dimana peneliti terlibat langsung dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di kantor akuntan publik yang berada di Pulau Jawa, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di kantor akuntan publik yang berada di wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh keahlian audit dan independensi auditor eksternal terhadap tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan.

Objek penelitian ini adalah auditor yang bekerja di kantor akuntan publik yang berada di wilayah DKI Jakarta. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena daerah-daerah tersebut mudah dijangkau, memiliki kondisi ekonomi yang relatif sama, serta diharapakan dengan menggunakan daerah tersebut sebgai lokasi penelitian, penulis dapat memperoleh jumlah responden yang lebih banyak sehingga kekuatan keseluruhannya lebih tinggi. Pihak yang menjadi responden pada setiap kantor akuntan publik adalah auditor yang mempunyai pengalaman kerja dan jabatan yang bervariasi antara lain: auditor senior, supervisor, manajer, dan auditor junior.


(58)

42 B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2006). Sedangkan sebagian dari elemen-elemen populasi disebut sampel.

Tehnik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik convenience sampling. Metode ini memilih sampel dari elemen populasi (orang atau kejadian) yang datanya mudah diperoleh oleh peneliti. Elemen populasi yang dipilih sebagai subyek sampel adalah tidak terbatas sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan mudah (Indriantoro dan Supomo, 2006).

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan guna mendukung penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah:

1. Data primer

Yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli Indriantoro dan Supomo (2006). Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dengan memberikan pertanyaan kepada responden mengenai pendapat mereka tentang pengaruh keahlian audit dan independensi auditor eksternal terhadap tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan. Kuesioner disampaikan secara langsung oleh kepada kantor akuntan publik


(59)

43 yang berada di wilayah DKI Jakarta dan mengkonfirmasi langsung ke kantor akuntan publik untuk memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi atas kuesioner tersebut.

2. Data sekunder

Sumber data diperoleh dengan cara melakukan studi pustaka yaitu usaha yang dilakukan untuk memperoleh data-data sekunder yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, menelaah, dan menganalisis sumber kepustakaan yang relevan seperti buku, serta catatan kuliah yang berkaitan dengan bahasan penelitian sebagai dasar perbandingan antara teori yang relevan praktek yang terjadi di lapangan dan dari beberapa jurnal yang mempunyai keterkaitan variabel dengan judul peneliti.

D. Metode Analisis Data

Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan perangkat lunak SPSS, setelah semua data-data dalam penelitian ini terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data yang terdiri dari:

1.Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian dan demografi responden. Statistik deskriptif menjelaskan skala jawaban responden pada setiap variabel yang diukur dari minimum, rata-rata, dan standar deviasi. Disamping itu juga


(60)

44 untuk mengetahui demografi yang terdiri dari kategori, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sebagainnya (Ghozali, 2005).

a.Uji Kualitas Data

Pengujian kualitas data yang dilakukan dengan penyebaran kuesioner, maka kesediaan dan ketelitian dari responden untuk menjawab setiap pertanyaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penelitian ini. Keabsahan suatu jawaban sangat ditentukan oleh alat ukur yang telah ditentukan. Untuk itu, dalam melakukan uji kualitas data atas data primer ini peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas.

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan di ukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005). Pengujian ini memastikan bahwa masing-masing item pertanyaan dalam kuesioner akan terklasifikasi pada variabel-variabel yang telah ditentukan (construct validity).

Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Setelah itu tentukan hipotesis Ho: skor butir pertanyaan berkorelasi positif dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Setelah menentukan hipotesis Ho: dan Ha, kemudian uji dengan membandingkan r hitung


(61)

45 (tabel corrected item-total correlation) dengan r tabel (tabel Product Moment dengan signifikansi 0,05) untuk degree of freedom (df) = n-2. Suatu kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung > r tabel (Ghazali, 2005).

b. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk menguji konsistensi jawaban responden. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian ini menggunakan metode statistik Cronbanch Alpha dengan nilai sebesar 0,6. Apabila Cronbach Alpha dari suatu variabel ≥ 0,6 maka butir pertanyaan didalam instrumen penelitian tersebut adalah reliabel atau dapat diandalakan. Dan sebaliknya jika Croncbach Alpha ≤ 0,6 maka butir pertanyaan tidak reliabel (Ghozali, 2005).

4. Uji Asumsi Klasik a.Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk megetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau paling tidak mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar di sekitar


(62)

46 garis diagonal dan menngikuti arah garis diagonal, maka menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari garis diagonal, maka tidak menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005).

b.Uji Multikolinearitas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen, jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel-variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam model regresi adalah sebagai berikut apabila nilai tolerance kurang dari 0,10 atau sama dengan nilai Varance Inflation Factor (VIF) lebih dari 10, maka dapat menunjukan adanya multikolonieritas dan begitu pula sebaliknya (Ghozali,2005)

c.Uji Heteroskedasitas

Uji Heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat dilihat dari model t grafik scarterplot. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:


(63)

47 1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada

membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan sibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).

5.Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel terikat atau dependen, sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau independen.

Model persamaanya dapat dinyatakan sebagai berikut: Y= a + b1 X1 + b2 X2 + e

Dimana:

Y: Tingkat Materialitas a: Konstanta

X1: Keahlian Audit

X2: Independensi Auditor Eksternal bx: Koefesien Regresi e: Error


(64)

48 Dalam membuktikan kebenaran uji hipotesis yang diajukan, digunakan uji statistik terhadap output yang dihasilkan dari persamaan regresi, uji statistik ini meliputi:

a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh model variabel independen menjelaskan variansi variabel dependen. Dalam pengujian hipotesis pertama koefesien determinasi dilihat dari nilai R square (R2) untuk mengetahui seberapa jauh variabel independen yaitu keahlian audit dan independensi auditor eksternal mempengaruhi tingkat materialitas dalam audit laporan keuangan. Bila R2 mempunyai interval 0 samapi 1. Jika nilai R2 bernilai besar (mendekati 1) berarti variabel independen dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika R2 bernilai kecil maka berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas (Ghozali, 2005).

Dalam pengujian hipotesis kedua koefesien determinasi dilihat dari besarnya nilai Adjusted R square. Kelemahan mendasar penggunaan R2 adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabeltersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R square dapat naik atau turun apabila satu variabel


(65)

49 independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2005). Oleh karena itu, digunakanlah Adjusted R square pada saat model regresi linier berganda.

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Hasil uji t ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel Coefficientsa.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen, dilakukan dengan membandingkan p-value pada kolom Sig. Masing-masing variabel independen dengan tingkat signifikan yang digunakan 0,05. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima (Nugroho, 2005).

c. Uji Signifikansi Simultan (uji statistik f)

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen. Hasil uji F pada output SPSS dapat dilihat pada tabel ANOVA.

Untuk mengetahui variabel-variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel dependen, dilakukan dengan membandingkan


(66)

50 p-value pada kolom Sig. Dengan tingkat signifikasi yang digunakan sebesar 0,05. Jika p-value lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika p-value lebih besar dari 0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima (Nugroho, 2005).

E. Definisi Variabel Penelitian

Menurut Sugiono (2005) variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi, kemudian ditarik kesimpulannya. Operasional variabel penelitian adalah sebuah konsep yang mempunyai penjabaran dari variabel yang ditetapkan dalam suatu penelitian dan dimaksudkan untuk memastikan agar variabel yang diteliti secara jelas dapat ditetapkan indikatornya. Variabel penelitian tersebut dikemukakan sebagai berikut:

1.Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen diwakili oleh Tingkat Materialitas. Dimana tingkat materialitas ini peneliti lebih mengedepankan wawasan auditor. Pengukuran tingkat materialitas dilakukan dengan memberikan tujuh pertanyaan yang disajikan dalam kuesioner yang didapat dari Putri (2010). Pengukuran variabel dependen menggunakan skala Likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju).


(1)

d. Validitas Instrumen Keahlian Auditor Correlations

KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 TOTALKA

KA1 Pearson Correlation 1 .515** .454** .483** .608** 0.25 .825**

Sig. (2-tailed) 0 0.001 0 0 0.08 0

N 50 50 50 50 50 50 50

KA2 Pearson Correlation .515** 1 .572** .468** .382** .356* .742**

Sig. (2-tailed) 0 0 0.001 0.006 0.011 0

N 50 50 50 50 50 50 50

KA3 Pearson Correlation .454** .572** 1 0.068 .294* .393** .609**

Sig. (2-tailed) 0.001 0 0.638 0.038 0.005 0

N 50 50 50 50 50 50 50

KA4 Pearson Correlation .483** .468** 0.068 1 .719** 0.25 .725**

Sig. (2-tailed) 0 0.001 0.638 0 0.08 0

N 50 50 50 50 50 50 50

KA5 Pearson Correlation .608** .382** .294* .719** 1 .350* .806**

Sig. (2-tailed) 0 0.006 0.038 0 0.013 0

N 50 50 50 50 50 50 50

KA6 Pearson Correlation 0.25 .356* .393** 0.25 .350* 1 .549**

Sig. (2-tailed) 0.08 0.011 0.005 0.08 0.013 0

N 50 50 50 50 50 50 50

TOTALKA Pearson Correlation .825** .742** .609** .725** .806** .549** 1

Sig. (2-tailed) 0 0 0 0 0 0

N 50 50 50 50 50 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(2)

e. Validitas Instrumen Indenpedensi Auditor Eksternal

Correlations

IAE7 IAE8 IAE9 IAE10 IAE11 IAE12 IAE13 IAE14 IAE15 IAE16

IAE7

Pearson

Correlation 1 .610** .486** 0.011 .458** .400** 0.081 .432** .367** -0.065

Sig. (2-tailed) 0 0 0.937 0.001 0.004 0.574 0.002 0.009 0.655

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

IAE8

Pearson

Correlation .610** 1 .628** .356* .363** .583** .448** .338* .334* 0.241

Sig. (2-tailed) 0 0 0.011 0.01 0 0.001 0.016 0.018 0.092

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

IAE9

Pearson

Correlation .486** .628** 1 .546** .534** .366** .339* 0.263 .379** 0.168

Sig. (2-tailed) 0 0 0 0 0.009 0.016 0.065 0.007 0.243

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

IAE10

Pearson

Correlation 0.011 .356* .546** 1 .501** .443** .427** 0.219 .382** .471**

Sig. (2-tailed) 0.937 0.011 0 0 0.001 0.002 0.127 0.006 0.001

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

IAE11

Pearson

Correlation .458** .363** .534** .501** 1 .445** 0.249 .354* .440** 0.152

Sig. (2-tailed) 0.001 0.01 0 0 0.001 0.081 0.012 0.001 0.291

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

IAE12

Pearson

Correlation .400** .583** .366** .443** .445** 1 .314* 0.233 0.195 .398**

Sig. (2-tailed) 0.004 0 0.009 0.001 0.001 0.026 0.104 0.176 0.004


(3)

IAE13

Pearson

Correlation 0.081 .448** .339* .427** 0.249 .314* 1 0.251 .468** .707**

Sig. (2-tailed) 0.574 0.001 0.016 0.002 0.081 0.026 0.079 0.001 0

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

IAE14

Pearson Correlation

.432*

* .338* 0.263 0.219 .354* 0.233 0.251 1 .594** 0.272

Sig. (2-tailed) 0.002 0.016 0.065 0.127 0.012 0.104 0.079 0 0.056

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

IAE15

Pearson Correlation

.367*

* .334* .379** .382** .440** 0.195 .468** .594** 1 .613**

Sig. (2-tailed) 0.009 0.018 0.007 0.006 0.001 0.176 0.001 0 0

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

IAE16

Pearson

Correlation -0.065 0.241 0.168 .471** 0.152 .398** .707** 0.272 .613** 1

Sig. (2-tailed) 0.655 0.092 0.243 0.001 0.291 0.004 0 0.056 0

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

IAE17

Pearson Correlation

.365*

* .447** .298* 0.105 .494** .441** .281* 0.067 0.08 0.015

Sig. (2-tailed) 0.009 0.001 0.036 0.469 0 0.001 0.048 0.646 0.581 0.916

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

TOTAL IAE

Pearson Correlation

.599*

* .739** .701** .618** .704** .645** .638** .621** .719** .557**

Sig. (2-tailed) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

N 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(4)

f. Validitas Instrumen Tingkat Materialitas

Correlations

TM18 TM19 TM20 TM21 TM22 TM23 TM24 TOTALTM

TM18

Pearson

Correlation 1 0.247 .335* 0.268 0.217 0.27 .380** .516**

Sig. (2-tailed) 0.083 0.018 0.06 0.129 0.057 0.006 0

N 50 50 50 50 50 50 50 50

TM19

Pearson

Correlation 0.247 1 .453** .428** 0.094 .343* .454** .642**

Sig. (2-tailed) 0.083 0.001 0.002 0.516 0.015 0.001 0

N 50 50 50 50 50 50 50 50

TM20

Pearson

Correlation .335* .453** 1 .738** .365** .449** .689** .849**

Sig. (2-tailed) 0.018 0.001 0 0.009 0.001 0 0

N 50 50 50 50 50 50 50 50

TM21

Pearson

Correlation 0.268 .428** .738** 1 0.275 .509** .465** .769**

Sig. (2-tailed) 0.06 0.002 0 0.053 0 0.001 0

N 50 50 50 50 50 50 50 50

TM22

Pearson

Correlation 0.217 0.094 .365** 0.275 1 0.215 0.239 .443**

Sig. (2-tailed) 0.129 0.516 0.009 0.053 0.133 0.095 0.001

N 50 50 50 50 50 50 50 50

TM23

Pearson

Correlation 0.27 .343* .449** .509** 0.215 1 .616** .741**

Sig. (2-tailed) 0.057 0.015 0.001 0 0.133 0 0


(5)

TM24

Pearson

Correlation .380** .454** .689** .465** 0.239 .616** 1 .823**

Sig. (2-tailed) 0.006 0.001 0 0.001 0.095 0 0

N 50 50 50 50 50 50 50 50

TOTALTM

Pearson

Correlation .516** .642** .849** .769** .443** .741** .823** 1

Sig. (2-tailed) 0 0 0 0 0.001 0 0

N 50 50 50 50 50 50 50 50

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

g. Analisis Regresi Linear

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 TOTALIAE,

TOTALKAa . Enter

a. All requested variables

entered.

b. Dependent Variable:

TOTALTM

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of

the Estimate

1 .641a 0,411 0,386 2,29471

a. Predictors: (Constant),

TOTALIAE, TOTALKA


(6)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 173,013 2 86,506 16,428 .000a

Residual 247,487 47 5,266

Total 420,500 49

a. Predictors: (Constant), TOTALIAE, TOTALKA b. Dependent Variable: TOTALTM

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model

B Std. Error Beta

t Sig.

1 (Constant) 10,182 4,187 2,432 0,019

TOTALKA 0,743 0,144 0,660 5,165 0,000

TOTALIAE -0,030 0,097 -0,040 -0,310 0,758

a.

Dependent Variable:


Dokumen yang terkait

Pengaruh keterlibatan komite audit, kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit atas sistem informasi berbasis komputer : studi empiris auditor eksternal di kantor akuntan publik jakarta

1 35 132

Pengaruh etika, Indenpendensi, pengalaman, dan keahlian auditor terhadap opini audit : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

3 14 155

Pengaruh penerapan EDP AUDIT, Kompentensi dan idependensi auditor terhadap tingakt materialitas dalam audit laporan keuangan : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

1 12 123

Pengaruh Keahlian Auditor Eksternal Terhadap Audit E-Commerce Pada Lima kantor Akuntan Publik Di Bandung

0 4 1

Pengaruh Keahlian Audit terhadap Kompetensi Bukti Audit (Survey terhadap Kantor Akuntan Publik yang terdapat di Bandung).

0 0 20

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, KOMPETENSI, DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA.

0 2 110

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP PENDAPAT AUDIT PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP) DI SURABAYA.

0 2 80

““Pengaruh Keahlian Audit Dan Independensi Terhadap Pendapat Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)”.

0 5 169

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI, KOMPETENSI, DAN PENGETAHUAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya).

0 0 108

PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, INDEPENDENSI, KOMPETENSI, DAN PENGETAHUAN AUDITOR TERHADAP OPINI AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya)

0 0 17