Analisis Tataniaga Susu Kerbau di Kabupaten Humbang Hasundutan

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2014. Sumatera Utara dalam Angka. Publikasi BPS. Medan.

---. 2015. Kabupaten Humbang Hasundutan dalam Angka.

Publikasi BPS. Medan.

Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.

Dinas Pertanian. 2013. Konsumsi Susu Nasional dalam Angka. Dinas Pertanian Sumatera Utara.

Dinas Peternakan dan Perikanan. 2013. Produksi Susu Nasional dalam Angka.

Dinas Pertanian Sumatera Utara.

---. 2015. Produksi Susu Kerbau dalam Angka.

Dinas Pertanian Humbang Hasundutan.

Gultom, H.L.T. 1996. Tataniaga Pertanian. Fakultas Pertanian USU, Medan. Khomsan, A. 2004. Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Editor: Irwan

Suhanda.Penerbit Buku Kompas. p. 10. Jakarta

Kotler, P. 1992. ManajemenPemasaran Analisis Perencanaan dan Pengendalian. Erlangga, Jakarta.

Kotler, P. 2007.Manajemen Pemasaran. (Edisi VII Jilid I.). Jakarta. FE-UI Press. Lamb, C., Hair, J., Mc.Daniel, C. 2001. Pemasaran. Penerbit Salemba Empat:

Jakarta.

Mubyarto. 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta. Nasution,W.E. 1993. Metode Riset. Bumi Aksara, Jakarta.

Nio, 1992. Daftar Analisis Bahan Makanan. FKUI, Jakarta. Sediaoetama, 1989. Ilmu Gizi Jilid II. PT Dian Rakyat : Jakarta.

Sirait C.H, dan H Setyanto. 1995. Evaluasi Mutu Dadih Di Daerah Produsen. Prosidengs Seminar Nasional Sains dan Tekhnologi Peternakan. Pengolahan Hasil-Hasil Penelitian Balitnak. Ciawi Bogor, 25-26 Oktober 1994. Buku I: 284-280.


(2)

Sihombing, Luhut. 2010. Tataniaga Pertanian. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Soekartawi. 1993. Agribisnis: Teori dan Aplikasi. PT. Radja Grafindo, Jakarta. _________. 1999. Manajemen Tataniaga Dalam Bisnis Modern. Pustaka

Harapan. Jakarta.

_________. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Tataniaga Hasil-Hasil Pertanian Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sughita, I-M. 1998. Tekhnologi Pembuatan Dadih. (a review). Fapet, Unand., Padang.

Suhardjo, 1996. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara : Jakarta

Sulistiawati, E. dan Bustami, 2008. Pengembangan Ternak Kerbau di Provinsi Jambi. Bahan Pengkajian Tekhnologi Ternak, Jambi: 11-17.

Supriana, T. 2012. Modul Metode Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Medan: Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Universitas sumatera Utara.


(3)

BAB III

METODOLOGI PENILITIAN

3.1 Metodologi Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purpossive yakni ditetapkan secara sengaja dengan mempertimbangkan tujuan dari penelitian. Lokasi penelitian ditetapkan di Desa Nagasaribu IV, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan karena kabupaten ini merupakan salah satu penghasil susu kerbau terbesar di Sumatera Utara. Selain itu, karena susu kerbau merupakan produk lokal yang masih berkembang di daerah sentra produksinya saja. Berikut disajikan data populasi ternak kerbau di Sumatera Utara pada tahun 2013 :

Tabel 3.1.a Produksi Susu Kerbau Di Humbang Hasundutan Menurut Kelurahan/ Desa 2013-2014

Kelurahan/ Desa 2013 (liter) 2014 (liter)

Dolok Marduga 9.683 5.760 Hutasoit 125 23 Lobutua 9.247 5.346 Naga Saribu I 478 215 Naga Saribu II 845 418 Naga Saribu III 1.076 774

Naga Saribu IV 10.375 5.802

Pargaulan 86 63 Sibuntuon 2.812 1.709 Siharjulu 7.665 4.089 Siponjot 3.768 2.057

Lintong Nihuta 56.376 32.149


(4)

Tabel 3.1.b Produksi Susu Kerbau Di Humbang Hasundutan Menurut Kecamatan 2013-2014

Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Humbang Hasundutan,2015

Kecamatan 2013 (liter) 2014 (liter)

Pakkat Onan Ganjang Sijamapolang Doloksanggul Lintong Nihuta Paranginan Baktiraja Pollung Parlilitan Tarabintang 41.040 16.227 8.775 26.487 56.376 20.844 4.104 44.928 41.850 4.779 15.075 6.507 3.420 11.187 32.149 5.058 2.322 16.290 15.327 2.214


(5)

Tabel 3.1.c Jumlah Kerbau Menurut Kabupaten/Kota 2013

Sumatera Utara 93966

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2014

No Kabupaten Jumlah (ekor)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhanbatu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai Batu Bara

Padang Lawas Utara Padang Lawas Labuhanbatu Selatan Labuhanbatu Utara Nias Utara Nias Barat Sibolga Tanjungbalai Pematang Siantar Tebing Tinggi Medan Binjai Padang Sidempuan Gunung Sitoli 157 1516 513 8096 8591 10455 113 821 5453 2626 3538 2890 1715 70 9423 1510 24153 431 498 4700 5463 223 233 35 5 0 7 159 6 281 114 180 18


(6)

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peternak kerbau di daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara Simple Random Sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak. Pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak sederhana tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Adapun jumlah peternak kerbau di Desa Nagasaribu IV, Kecamatan Lintong Nihuta ada sebanyak 65 peternak. Dengan demikian, sampel yang akan diambil sebanyak 39 sampel, yang diperoleh dari Metode Slovin menurut (Supriana, 2012), yaitu sebagai berikut:

Dimana:

n : Ukuran Sampel N : Ukuran Populasi

e : Kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir

n = 39,39 39 sampel

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan observasi langsung kepada


(7)

peternak dengan bertanya langsung kepada peternak sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Humbang Hasundutan, Kantor Camat Lintong Nihuta, instansi dan literatur-literatur yang terkait dengan penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk indentifikasi masalah (1), digunakan pendekatan “Apa yang terjadi” (what happens scholl) dengan survei menelusuri komunitas mulai dari farm gate sampai ke konsumen akhir. Peneliti memperhatikan dan mencatat semua kegiatan tataniaga susu kerbau yang terjadi baik dari kegiatan yang dilakukan produsen sampai kegiatan yang dilakukan lembaga-lembaga tataniaganya (Crammer dan Jensen, 1979).

Untuk identifikasi masalah (2), yaitu menganalisis besarnya biaya tataniaga, price spread dan share margin. Untuk menganalisis biaya tataniaga menggunakan metode deskripsi dengan mencatat semua biaya yang dikeluarkan oleh petani dan lembaga-lembaga tataniaga susu kerbau.

Untuk menganalisis price spread tataniaga susu kerbau, menggunakan metode deskripsi dengan membuat tabel price spread yang mencakup harga beli, harga jual, biaya biaya tataniaga yang dikeluarkan petani dan lembaga tataniaga, serta margin keuntungan yang diperoleh.

Menurut Soekartawi (2002), menghitung share margin merupakan persentase

price spread terhadap harga beli konsumen, digunakan rumus sebagai berikut :


(8)

Dimana :

Sm : Share margin (%)

Pp : Harga yang diterima petani dan pedagang (Rp/Kg) Pk : Harga yang dibayar oleh konsumen akhir (Rp/Kg)

Untuk identifikasi masalah (3), yaitu menganalisis tingkat efisiensi tataniaga susu kerbau digunakan rumus :

Keterangan: E = Efisiensi

Jt = Keuntungan lembaga tata niaga Jp = Keuntungan Produsen

Ot = Ongkos tata niaga

Op = Ongkos produksi dan pemasaran yang dikeluarkan oleh petani produsen Dimana jika:

E>1 = maka pasar tersebut dikatakan efisien E<1 = maka pasar tersebut dikatakan tidak efisien.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam memahami penelitian ini, perlu dicantumkan definisi dan batasan operasional sebagai berikut:


(9)

3.5.1 Definisi

1. Peternak kerbau adalah orang yang melakukan usahaternak kerbau. 2. Susu kerbau adalah cairan berwarna putih kaya protein yang dihasilkan

oleh kelenjar susu kerbau atau biasa disebut dengan dadih, dali, danke yang mempunyai segudang manfaat .

3. Tataniaga adalah proses aliran barang dari produsen ke konsumen akhir yang disertai penambahan guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyampaian.

4. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli hasil produksi susu kerbau dari peternak dan pedagang yang berasal dari Desa Nagasribu IV.

5. Konsumen adalah pembeli susu kerbau yang merupakan konsumen akhir yang langsung membeli susu kerbau dari peternak ataupun pedagang pengecer.

6. Biaya tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga dalam menyalurkan susu kerbau dari produsen hingga konsumen akhir (Rp).

7. Share Margin adalah persentase price spread terhadap harga beli konsumen.

8. Efisiensi tataniaga adalah perbandingan antara biaya tataniaga dengan nilai produk yang dipasarkan yang dinyatakan dengan persen.

9. Price spread adalah kelompok harga beli dan jual, biaya-biaya tataniaga menurut fungsi tataniaga yang dilakukan dan margin keuntungan dari setiap lembaga tataniaga.


(10)

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Nagasaribu IV, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan.

2. Sampel penelitian adalah peternak yang mengusahakan ternak kerbau yang menghasilkan susu (dadih).


(11)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Desa Nagasaribu IV berada di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 1.647 Ha. Jumlah penduduk di Desa Nagasaribu IV sebesar 1.031 jiwa. Desa Nagasaribu IV berada pada ketinggian 1.000 – 1.500 meter di atas permukaan laut, terletak antara 2°13’- 2°20’LUdan 98°47’-98°57’BT. Desa Nagasaribu IV mempunyai curah hujan rata-rata 2.309 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 155 hari/tahun. Temperatur udara berkisar 17-29°C serta rata-rata kelembapan udara (RH) sebesar 85,04 %.

Desa Nagasaribu IV memiliki 6 dusun yaitu Dusun Dolok Marduga, Dusun Sibuntuon, Dusun Siharjulu, Dusun Pargaulan, Dusun Hutasoit, Dusun Siponjot. Jarak orbitasi Desa Nagasaribu IV sebesar 18 km dari Ibu kota Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu Dolok Sanggul serta 3 km dari Ibukota Kecamatan Lintong Nihuta. Adapun batas-batas Desa Nagasaribu IV adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Muara (Kabupaten Tapanuli

Utara)

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pagaran (Kabupaten Tapanuli Utara)

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Siborongborong (Kabupaten Tapanuli Utara)


(12)

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Paranginan (Kabupaten Humbahas)

4.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Nagasaribu IV berjumlah 1.031 jiwa meliputi 512 jiwa laki-laki dan 519 jiwa perempuan serta memiliki 216 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Nagasaribu IV 2015

No. Uraian Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1. 0-9 136,00 14,02

2. 15-60 783,00 74,44

3. >60 112,00 11,54

Total 1.031,00 100,00

Sumber: Data Pos Kesehatan Desa

Tabel 4.1 di atas memperlihatkan bahwa jumlah penduduk yang paling besar terdapat pada kelompok umur 15-60 tahun yaitu 783 jiwa (74,44%) dan jumlah penduduk terkecil berada pada kelompok umur di atas 60 tahun (11,54%). Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa kelompok usia produktif (15-60) tahun berjumlah 783 jiwa (74,44%) dan kelompok usia tidak produktif berjumlah 248 jiwa (29,06%).

Mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan penduduk di Desa Nagasaribu IV terdiri dari petani, PNS, buruh, pedagang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.


(13)

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Nagasaribu IV 2015.

No. Uraian Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1. Petani 298,00 76,21

2. PNS 45,00 11,50

3. Pedagang 22,00 5,11

4. Buruh 28,00 7,16

Total 393,00 100,00

Sumber: Data Pos Kesehatan Desa

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penduduk Desa Nagasaribu IV memiliki beragam pekerjaan. Sebahagian besar penduduk Desa Nagasaribu IV adalah petani sebanyak 298 jiwa (76,21%), yang terdiri dari petani padi, tanaman hortikultura dan ada juga yang menanam kopi. PNS sebanyak 45 jiwa (11,50%) , pedagang sebanyak 22 jiwa (5,11%) dan buruh sebanyak 28 jiwa (7,16%).

Tingkat pendidikan formal merupakan salah satu kunci utama dalam membangun dan mengembangkan masyarakat. Karena pendidikan merupakan fundamental dasar dalam pembentukan pola pikir dan pandangan masyarakat di tengah-tengah lingkungannya. Gambaran tingkat pendidikan di Desa Nagasaribu IV dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Nagasaribu IV 2015

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Persentase (%)

1. Belum Sekolah 123,00 12,68

2. Tidak Tamat SD 190,00 19,58

3. Tamat SD 150,00 15,46

4. Tamat SMP 346,00 30,41

5. Tamat SMA 167,00 17,21

6. Tamat Akademi (D1,D2, D3)

20,00 2,06

7. Sarjana 35,00 3,60

Total 1.031,00 100,00


(14)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal di Desa Nagasaribu IV termasuk sedang karena sebanyak 346 jiwa (30,41%) memperoleh pendidikan minimal tamat SMP dan sebanyak 167 jiwa (17,21%) tamat SMA, 20 jiwa (2,06%) tamat pendidikan akademi dan 35 jiwa (3,60%) menyelesaikan pendidikan sarjana.

4.3 Sarana dan Prasarana di Desa Nagasaribu IV

Sarana dan prasarana merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Sarana dan prasarana menunjang kegiatan ekonomi masyarakat agar terlaksana dengan baik. Perkembangan suatu daerah sangat membutuhkan suatu alat yang dapat mempercepat akses masuknya arus informasi bagi perkembangan daerah tersebut. Saran dan prasarana yang terdapat di Desa Nagasaribu IV dapat dilihat pada Tabel 4.4.


(15)

Tabel 4.4. Sarana dan Prasarana di Desa Nagasaribu IV 2015.

No. Fasilitas Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1. Pendidikan PAUD 1

SD 2

SMP 1

2. Kesehatan Puskesmas Pembantu 2

Poskesdes 2

Posyandu 2

Kader 10

3. Peribadatan Gereja 2

4. Transportasi Jalan Aspal ±10 km

Jalan Tanah ±2 km

5. Pertanian Kilang Padi 2

Peternakan 1

6. Sumber Air Bersih Sumur Bor 170

Sumur Biasa 19

7. WC Cemplung 60

Leher Angsa 90

Sembarangan 16

Sumber: Data Pos Kesehatan Desa

Pada Tabel 4.4 menunjukkan ketersediaan sarana dan prasarana di Desa Nagasaribu IV cukup baik dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di bidang pendidikan, perekonomian, kesehatan, sosial budaya. Namun pada bidang tertentu seperti keagamaan dan WC masih perlu dilakukan penambahan dan juga perbaikan utuk meningkatkan kesejahteraan.

4.4 Karakteristik Peternak Sampel

Karakteristik seseorang sangat berpengaruh terhadap tindakan, pola pikir, serta wawasan yang dimilikinya. Karakteristik petani sampel di daerah penelitian meliputi karakteristik sosial dan karakteristik ekonomi. Karakteristik sosial ekonomi petani sampel dalam penelitian ini terdiri atas umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, pengalaman beternak, jumlah kerbau yang di budidaya serta produksinya. Tabel 4.5. menjelaskan tentang karakteristik sosial ekonomi peternak kerbau di daerah penelitian.


(16)

Tabel 4.5. Karakteristik Sosial Ekonomi Peternak Sampel di Desa Nagasaribu IV.

No. Karakteristik Sosial Ekonomi

Rentang Rerata Total

1. Umur (tahun) 38,00 - 57,00 45,9 1.377

2. Tingkat

Pendidikan(Tahun)

6,00 - 12,00 2,50 73

3. Pengalaman Beternak (Tahun)

12,00 - 35,00 8,9 267

4. Jumlah Ternak Kerbau (Ekor)

1,00 - 5,00 20,3 609

5. Produksi Susu Kerbau (L/Ekor/Bln)

30,00 - 190,00 74,67 2.240

Sumber: Diolah Dari Data Primer (Lampiran 1 & 2)

4.5 Karakteristik Pedagang Sampel

Penentuan pedagang sampel dilakukan dengan cara menanyakan kepada peternak sampel kepada siapa mereka menjual produksi susu kerbau mereka. Adapun karakteristik pedagang sampel didaerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6. Karakteristik Pedagang Sampel di Desa Nagasaribu IV.

No. Karakteristik Pedagang

P. Pengumpul Pedagang Pengecer Rata-rata Range Rata-rata Range

1. Umur (Thn) 47,0 40-55 53,0 39-65

2. Pendidikan (Thn) 10,5 9-12 9 6-12

3. Pengalaman Berdagang (Thn)

14 5-17 17,57 8-28


(17)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Teknik Pengolahan Susu Kerbau

Proses pembuatan dali dimulai dari pemerahan susu induk kerbau pada pagi hari sekitar pukul 06.30 WIB. Pemerahan dilakukan pertama sekali dengan memancing air susu kerbau keluar dari kelenjar susunya. Adapaun cara memancingnya adalah dengan melepasakan anak kerbau dari kandangnya dan membiarkan anak kerbau menghisap susu induknya selama lima menit. Setelah itu peternak memisahkan anak kerbau dari induknya agar mulai pemerahan.

Kelenjar susu kerbau tersebut di lap menggunakan kain bersih. Setelah bersih, peternak mulai memerah susu kerbau dengan cara meremas kelenjar susu kerbau secara perlahan hingga air susu kerbau keluar. Produksi susu kerbau setiap harinya bisa mencapai lima sampai tujuh liter tergantung kepada kualitas kerbaunya.

Setalah susu sudah mulai berhenti menetes, maka proses pemerahan selesai dan dilanjutkan dengan memasak susu kerbau tersebut supaya mengental atau mengeras seperti tahu dan siap untuk dipasarkan. Sebelum dimasak susu kerbau diberikan bahan tambahan seperti garam, intisari tumbuhan alo-alo atapun intisari dari nenas. Intisari tumbuhan alo-alo tersebut diperoleh setelah mencincang daun alo-alo dan kemudian memerasnya kedalam panci atau wadah susu kerbau yang sudah disediakan sebelumnya. Begitu juga dengan nenas, jika ingin mengganti tumbuhan alo-alo dengan nenas cukup dengan mengirisnya dan memeras intisari dari nenas tersebut ke dalam wadah susu kerbau.


(18)

Ketika susu sudah dicampurkan dengan bahan-bahan tambahan tersebut, susu kerbau diaduk dan di pisahkan ke dalam masing-masing wadah ukuran 250 gram untuk kemudahan dalam proses pengentalan. Susu-susu kerbau yang sudah di pisah-pisahkan dimasak dengan cara meletakkan wadah-wadah susu di atas kompor dan membiarkannya hingga mendidih. Jika sudah mendidih, susu kerbau diangkat dan didinginkan, maka perubahan yang terjadi adalah susu kerbau mengalami perubahan yaitu menjadi kenyal seperti tahu.

Ketika dali atau susu kerbau sudah dingin, susu tersebut siap untuk menjalani proses tataniaga dimana dali akan melewati beberapa pedagang hingga pada akhirnya susu kerbau sampai kepada tangan konsumen. Untuk memperjelas teknik pengolahan susu kerbau, dapat dilihat pada gambar berikut.


(19)

Gambar 5.2. Peternak mengelap kelenjar susu kerbau.

Gambar 5.3. Peternak memerah susu kerbau.

Gambar 5.4. Peternak mencampurkan garam dan intisari tanaman alo-alo ke dalam wadah susu kerbau


(20)

Gambar 5.5 Peternak memisah-misahkan susu kedalam wadah ukuran 250 gram.

Gambar 5.6. Susu kerbau dimasak diatas kompor.


(21)

5.2 Saluran Pemasaran/ Tataniaga Susu Kerbau

Saluran pemasaransusu kerbau di Desa Nagasaribu IV melibatkan beberapa lembaga pemasaran yang menyalurkan susu kerbau dari peternak hingga ke tangan konsumen. Pada umunya didaerah penelitian, susu kerbau dipasarkan dalam bentuk susu kerbau cair ataupun susu kerbau yang sudah dibekukan dengan berbagai proses. Susu kerbau merupakan produk yang tidak tahan lama namun sebagian peternak ada yang sudah mengirim produknya ke luar kota seperti Papua dan kota lainnya dengan cara merebusnya terlebih dahulu lalu mengepaknya dalam bungkusan pisang dan memasukkanya ke dalam stoples yang dapat membuatnya tahan lama. Walaupun susu kerbau merupakan salah satu produk subsektor pertanian yang mudah basi dan tidak tahan terlalu lama, namun peminat dari susu ini tergolong banyak disebabkan fungsi yang dimiliki berbeda dengan susu lainnya. Keragaman fungsi tersebut menyebabkan susu kerbau harus di kirim ke luar kota dengan harga yang semakin mahal karena penambahan biaya pada saat pengepakan.

Di Desa Nagasaribu IV hanya terdapat satu saluran tataniaga untuk susu kerbau mulai dari peternak hingga kepada konsumen. Dimulai dari pemerahan susu kerbau oleh peternak, kemudian pedagang pengumpul mendatangi pemerah dan mengumpulkan susu dan dijual lagi kepada pedagang pengecer yang kemudian susu sampai kepada komsumen. Untuk lebih jelasnya, saluran tataniaga susu kerbau dapat digambarkan sebagai berikut:


(22)

Peternak susu kerbau

Gambar 5.8. Skema Saluran Pemasaran Susu Kerbau di Desa Nagasaribu IV Keterangan:

= Menyatakan alur tataniaga dari produsen hingga konsumen

Dari skema saluran pemasaran beserta data hasil penelitian pada lampiran dapat diketahui bahwa:

1. Volume penjualan peternak sampel ke pedagang pengumpul adalah sebesar 2.240 L atau 100% dari total produksi.

2. Volume pedangang pengumpul kepada pedagang pengecer adalah 2.240 L atau 100% dari pembeliannya dari peternak.

3. Volume penjualan kepada konsumen adalah 2.240 L atau 100% dari total pembeliannya dari pedagang pengumpul.

Proses penyampaian tataniaga dari peternak hingga kepada konsumen dimulai dari penjualan susu kerbau yang telah diperah dan di bekukan dengan proses pemasakan yang di bubuhkan campuran garam dan intisari dari tanaman alo alo ataupun nenas oleh peternak kepada pedagang pengumpul yang berada di sekitar

Pedagang pengumpul

Pedagang Pengecer


(23)

rumah peternak. Oleh pedagang pengumpul dilakukan sortasi kualitas berdasarwarna dan tingkat banyaknya air yang di kandung. Semakin sedikit jumlah air yang dikandung susu kerbau semakin baik pula kualitas susu kerbau. Disini tidak dilakukan fungsi penyimpanan karena susu kerbau yang diperah pada saat subuh oleh peternak langsung dibeli oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul langsung menjualnya kembali kepada pedagang pengecer kemudian pedagang pengecer menjual lagi kepada konsumen di pasar. Sampai saat ini susu kerbau masih hanya di olah dengan cara sederhana dan hasil olahannya juga masih tergolong sederhana yaitu susu kerbau yang sudah dibekukan melalui proses pemasakan.

Fungsi – Fungsi Pemasaran Yang Dilakukan Setiap Lembaga Pemasaran Fungsi-fungsi pemasaran merupakan unsur penting dalam proses tataniaga susu kerbau. Fungsi tataniaga dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga untuk memperlancar penyampaian hasil produksi susu kerbau dari pihak peternak kerbau hingga kepada konsumen.

Dalam proses tataniaga susu kebau, fungsi-fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh peternak dan lembaga pemasaran bervariasi. Setiap lembaga akan melakukan fungsi pemasaran mulai dari fungsi pembelian hingga ke fungsi penjualan. Konsekuensi dari pelaksanaan fungsi-fungsi ini adalah munculnya biaya- biaya setiap fungsi. Fungsi-fungsi tataniaga susu kerbau yang dilakukan masing-masing lembaga dapat dilihat pada table berikut.


(24)

Tabel 5.1.Fungsi-Fungsi Tataniaga yang Dilakukan Setiap Lembaga Pemasaran di Desa Nagasaribu IV.

No. Fungsi Tataniaga

Peternak Pedagang

Pengumpul

Pedagang Pengecer

Konsumen

1 Pembelian -   

2 Penjualan    -

3 Transportasi -   

4 Pembiayaan -   -

5 Pengolahan  - - 

6 Packing  -  -

7 Sortasi - - - -

Sumber :Diolah Dari Data Primer (Lampiran 1, 2, 3, 4,5 & 6) Keterangan:

- : Tidak melaksanakan fungsi tataniaga  : Melaksanakan fungsi tataniaga

Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa masing-masing lembaga tataniaga melakukan fungsi tataniaga sebagai berikut:

1. Peternak susu kerbau melakukan fungsi tataniaga penjualan, pengolahan, packing. Pengolahan yang dimaksud disini adalah proses pemerahan dang pemasakan susu kerbau dengan mencampurkan berbagai bahan misalnya garam dengan intisari dari tanaman alo-alo ataupun intisari dari buah nenas dan kemudian di dinginkan hingga susu kerbau membeku dengan sendirinya. Sedangkan fungsi packing yang dilakukan peternak berupa baskom atau mangkok tempat susu kerbau agar tetap memiliki bentuk susu yang rapi da menarik.

2. Pedagang pengumpul melakukan hamper seluruh fungsi tataniaga seperti pembelian, penjualan, transportasi, pembiayaan, marketing loss, kecuali


(25)

modal yang dikeluarkan dalam memasarkan susu kerbau oleh pedagang pengumpul baik bersumber dari diri sendir maupun pinjaman.

3. Pedagang pengecer juga melakukan hampir seluruh fungsi tataniaga kecuali storage dan sortasi. Bedanya dengan pedagang pengumpul, pedagang pengecer jumlahnya lebih banyak dibanding dengan pedagang pengumpul. Pedagang pengecer tidak melakukan pengolahan, sama seperti pedagang pengumpul, mereka hanya langsung menjual apa ygg sudah di olah peternak kerbau setelah pengolahan.

4. Konsumen sebagai lembaga tataniaga yang terakhir melakukan 3 fungsi tataniaga yaitu pembelian, transportasi dan pengolahan. Biasanya konsumen mengolah susu kerbau menjadi makanan tradisional Batak Toba yang sampai saat ini masih terkenal dan dilestarikan. Nama olahan tersebut adalah dali arsik. Makanan ini biasa di makan dalam upacara adat atau hanya sebagai lauk biasa namun ada juga yang menjadikan dali arsik

tersebut menjadi produk unggul dari rumah makan khas batak. 5.3 Analisis Biaya, Price Spread, Share Magin Tataniaga Susu Kerbau

Didalam analisis ini akan dilakukan perhitungan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh tiap tiap saluran tataniaga yang berperan dalam memasarkan susu kerbau dari pedangan pengumpul, pedagang pengecer sampai kepada konsumen, selain itu juga untuk mengetahui bagaimana price spread, share magin tataniaga susu kerbau di daerah penelitian.

Analisis biaya, price spread, share magin oleh masing-masing lembaga saluran tataniaga susu kerbau dapat dilihat dalam tabel 5.2.


(26)

Tabel 5.2 Analisis Biaya, Price Spread, Share Margin Tataniaga Susu Kerbau

No Uraian Biaya (Rp/L) Harga (Rp/L) Share Margin

1 Harga Jual Peternak Kerbau 32000,00 53,0

Biaya Tataniaga

a. tanaman alo-alo 100,00 0,16

b. biaya kompor 100,00 0,16

c. biaya minyak tanah 200,00 0,33

d. biaya baskom atau wadah

susu 200,00 0,33

Total biaya pemasaran 600,00 1,0

Margin Pemasaran 4000,00

Profit Pemasaran 3400,00 5,6

Harga Jual Peternak Kerbau 36000,00

2 Pedagang Pengumpul (PP)

Harga Beli P.Pengumpul 36000,00

Biaya Tataniaga

a. Sortasi 200,00 0,33

b. Pengepakan 200,00 0,33

Total biaya pemasaran 400,00 0,66

Margin Pemasaran 4000,00

Profit Pemasaran 3600,00 6,0

Harga Jual P.Pengumpul 40000,00

3 Pedagang Pengecer

Harga Beli P.Pengecer 40000,00

Biaya Tataniaga

a. Transportasi 6000,00 8,33

b. Pajak 2000,00 1,66

Total biaya pemasaran 8000,00 13,3

Margin Pemasaran 20000,00

Profit Pemasaran 12000,00 20,00

Harga jual P.Pengecer 60000,00

4 Konsumen

Harga Beli Konsumen 60000,00 100,00

Sumber : Diolah Dari Data Primer (Lampiran 3 ,4 ,5 ,6)

Dari Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa margin pemasaran yang diperoleh peternak adalah sebesar Rp.4.000/L, sedangkan untuk profit pemasaran yang diperoleh peternak adalah sebesar Rp.3.400/L, dengan nilai share profit peternakl adalah sebesar 5,6%.


(27)

Margin pemasaran yang diperoleh padagang pengumpul adalah sebesar Rp. 4.000/L sedangkan untuk profit pemasaran yang diperolah pedagang pengumpul adalah sebesar Rp. 3.600/L. .Adapun biaya pemasaran yang dikeluarkan adalah pembelian susu kerbau dari peternak yaitu sebesar Rp.36.000/L, untuk biaya sortasi yaitu sebesar Rp.200/L . Sedangkan untuk pengepakan yaitu pembelian plastik pembungkus susu kerbau yaitu sebesar Rp.200/L .

Sedangkan untuk biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer adalah biaya pembelian susu kerbau adalah Rp.40.000/L, untuk biaya tataniaga diperkirakan sebesar Rp.8000/L, untuk biaya transportasi adalah sebesar Rp.6000 dan biaya pajak sebesar Rp.2000. Margin pemasaran yang diterima dari sampel pedagang pengecer adalah Rp.20.000/L ,sedangkan profit pemasaran yang diperoleh adalah sebesar Rp.12.0000/L, adapun share profit pedagang pengecer adalah 20%.

Dari tabel 5.3 dapat dihitung price spread dan share margin saluran tataniaga susu kerbau di daerah penelitian pada tabel berikut ini:


(28)

Tabel 5.3 Price Spread dan Share Margin Saluran Tataniaga Susu Kerbau di Desa Nagasaribu IV

No Uraian Price Spread Share Margin (%)

Biaya (Rp/L) Harga (Rp/L)

1 Harga Jual Peternak Kerbau 36.000,00 60,00

2 Biaya Tataniaga

a. tanaman alo-alo 100,00 0,16

b. biaya kompor 100,00 0,16

c. biaya minyak tanah 200,00 0,33

d. biaya baskom atau wadah

susu 200,00 0,33

e. sortasi 200,00 0,33

f. Pengepakan 200,00 0,33

g. Transportasi 6.000,00 8,33

h. Pajak 2.000,00 1,66

Total Biaya Tataniaga 9.000,00 15,00

3 Profit Pemasaran Pedagang 15.600,00 26,00

4 Harga Beli Konsumen 60.000 100,00

Sumber: Diolah Dari Data Primer (Lampiran 3, 4, 5, 6)

Dari Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa jumlah keseluruhan biaya pedagang pengumpul dan pedagang pengecer adalah sebesar Rp.9.000/L dengan

share margin 15%. Harga beli konsumen Rp.60.000/L sehingga profit pedagang keseluruhan sebesar Rp.15.000 dengan share margin 26%.

5.4 Efisiensi Tatanaiaga

Untuk menghitung efisiensi tataniaga pada saluran pemasaran susu kerbau, maka digunakan rumus sebagai berikut :

E =

Keterangan : E = Efisiensi


(29)

Jp = Keuntungan Produsen Ot = Ongkos tata niaga

Op = Ongkos produksi dan pemasaran yang dikeluarkan oleh petani produsen Dimana jika:

E>1 = maka pasar tersebut dikatakan efisien E<1 = maka pasar tersebut dikatakan tidak efisien.

Adapun nilai efisiensi dari saluran tataniaga di daerah penelitian dapat dilihat pada perhitungan berikut :

E =

E = 1,73%

Dari hasil analisis diperoleh nilai efisiensi tataniaga adalah 1,73%. Efisiensi tataniaga susu kerbau tersebut lebih besar dari satu, maka tataniaga susu kerbau tersebut dinyatakan efisien. Untuk menentukan efisiensi tataniaga bukan hanya dilihat dari besarnya angka efisiensi tataniaga, namun ada faktor lain seperti saluran tataniaga. Semakin sedikit lembaga tataniaga yang terlibat dalam saluran tataniaga, maka saluran pemasaran tersebut akan semakain efisien.

Hal lain yang dapat menentukan adalah biaya tataniaga. Biaya tataniaga yang tinggi disebabkan oleh panjangnya saluran tataniaga dan banyaknya fungsi tataniaga yang terlibat di dalamnya.Jumlah volume penjualan juga mempengaruhi efisiensi sistem tataniaga tersebut, dimana volume yang banyak, harga murah, dan jaraknya yang tidak jauh maka dapat dikatakan efisien. Dan jika volume yang dijual sedikit dengan harga yang tinggi dan jarak yang ditempuh cukup jauh akan membuat sistem tataniaga tidak efisien.


(30)

5.5 Kelemahan Susu Kerbau

Adapun kelemahan dari susu kerbau dalam penelitian ini adalah susu tersebut belum memiliki standar halal sehingga sebagian besar pengonsumsi susu kerbau adalah umat non muslim. Namun petenak sesalu berusaha agar tidak mencampurkan zat- zat tidak halal ke dalam campuran susu tersebut supaya aman di konsumsi oleh semua pihak.


(31)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Hanya terdapat 1 saluran tataniaga susu kerbau di Desa Nagasaribu IV yaitu (peternak – pedagang pengumpul – pedagang pengecer – konsumen).

2. Untuk saluran tataniaga susu kerbau di daerah penelitian diperoleh share profit pedagang pengumpul adalah 6% dan share profit pedagang pengecer adalah sebesar 20%.

3. Nilai efisiensi yang terdapat pada saluran tataniaga susu kerbau di daerah penelitian adalah 1,73%. Efisiensi tataniaga tersebut lebih besar dari satu, maka saluran tataniaga tersebut dinyatakan efisien.

6.2 Saran

1. Kepada Peternak

- Peternak membentuk suatu organisasi atau koperasi yang benar benar menjalankan fungsinya secara total sebagai wadah yang menunjang tataniaga usaha ternak susu kerbau. Organisasi yang dimaksud adalah sejenis kelompok ternak yang membahas tentang pengembangan produk susu kerbau agar jadi produk yang dikenal dan disukai banyak orang.

2. Kepada Pedagang

- Pedagang diharapkan menjadikan peternak sebagai mitra kerja, dalam arti segala proses maupun keuntungan dalam tataniaga susu kerbau tidak hanya mengungtukan satu pihak, melainkan saling menguntungkan.


(32)

3. Kepada Pemerintah

- Membantu peternak dalam menjalankan usahaternak, ataupun memasarkan hasil produksi susu kerbau peternak, baik itu dalam menggalakkan penyuluhan, ataupun pemberian bantuan kepada peternak.

4. Kepada Peneliti Selanjutnya

- Peneliti selanjutnya agar melanjutkan penelitian mengenai tataniaga susu kerbau, yang dapat membantu peternak dalam mengetahui perkembangan harga jual susu kerbau di daerah peternak tinggal maupun di daerah lain.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Susu Kerbau

Susu kerbau (dadih) adalah susu yang dihasilkan dari kerbau domestikasi (Bubalus bubalis). Susu kerbau berbeda dengan susu ruminansia lainnya karena mengandung asam lemak dan protein yang lebih tinggi. Dilihat dari nilai yang dikandungnya, dadih mempunyai arti penting bagi kesehatan. Sughita (1998) melaporkan bahwa dadih mempunyai khasiat sebagai obat tradisional bagi penyakit exim-kulit, sakit kepala dan untuk meningkatkan nafsu makan Selanjutnya kandungan nutrisi dadih telah dilakukan analisa sebagaimana dilaporkan Sirait dan Setiyanto (1995) bahwa dadih yang baik biasanya bewarna putih dengan konsistensi seperti susu asam (yoghurt) serta mampunyai bau yang khas.

Dalam sistematika (taksonomi) hewan, ternak kerbau diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Artiodactyla Famili : Bovidae Genus : Bubalus


(34)

Dalam Daftar Analisis Bahan Makanan menurut Nio (1992), komposisi zat gizi dalam susu kerbau (g/100g) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi Susu Kerbau (g/100g)

Kandungan Jumlah

Protein 6,3 mg

Lemak 12 mg

Karbohidrat 7,1 mg

Vitamin A 24 SI

Thiamin 0,04mg

Ca 216 mg

Fe 0,2 mg

Kalori 162

Berdasarkan tabel di atas maka manfaat zat-zat gizi yang tekandung dalam susu adalah sebagai berikut :

1. Protein

Protein merupakan bagian dari semua sel-sel hidup. Protein mempunyai beberapa fungsi yaitu membentuk jaringan baru selama pertumbuhan dan perkembangan tubuh, memelihara jaringan tubuh, menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolism serta antibody yang diperlukan, mengatur keseimbangan air, mempertahankan kenetralan (asam-basa) tubuh (Khomsan, 2004).

2. Karbohidrat

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energy, bahan pembentuk berbagai senyawa tubuh, bahan pembentuk asam amino esensial, metabolism normal lemak, menghemat protein, meningkatkan pertumbuhan bakteri usus, mempertahankan gerak usus (terutama serat), meningkatkan konsumsi protein, mineral dan vitamin B (Khomsan, 2004).


(35)

3. Lemak

Sebagaimana halnya dengan karbohidrat, fungsi lemak sangat penting yaitu menyediakan energy untuk membantu memenuhi kebutuan tubuh. Menurut bobotnya, energi yang diperoleh dari lemak dua kali lebih banyak daripada karbohidrat atau protein. Lemak adalah pembawa vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak (Suhardjo, 1996).

4. Kalsium

Kalsium diperlukan untuk membantu mengentalkan darah, penyerapan vitamin B12 dan mengirimkan isyarat-isyarat ke seluruh tubuh. Kalsium juga memegang perananan dalam membantu otot berkontraksi dan relaksasi. Hal ini dapat menjaga keteraturan kerja jantung dan paru-paru (Suhardjo, 1996).

2.1.2 Tataniaga

Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan. Peranan agribisbis dalam suatu negara agraris seperti Indonesia adalah besar sekali.hal ini disebabkan oleh karena cakupan aspek agribisnis adalah meliputi kaitan mulai dari proses produksi, pengolahan sampai pemasaran termasuk didalamnya (Soekartawi,1999).

Pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu ini memerlukan biaya pemasaran. Pemasaran produk agraris, cenderung merupakan proses yang kompleks, sehingga saluran distribusi lebih panjang dan


(36)

mencakup lebih banyak perantara. Ada beberapa ciri produksi pertanian yang mempengaruhi hasil-hasil pertanian: pertama, produksi dilalukan secara kecil-kecilan. Kedua, produksi terpencar. Ketiga, produksi musiman, menyebabkan kesulitan dalam tataniaganya, dimana harus ada fasilitas-fasilitas penyimpanan yang sudah pasti menyebabkan bertambahnya biaya tataniaga. Biaya pemasaran ini diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dari produsen kepada konsumen akhir. Pengukuran kinerja pemasaran ini memerlukan ukuran efisiensi pemasaran (Soekartawi,2002).

Sistem pemasaran yang kurang efisien ini akan mengakibatkan biaya pemasaran yang relatif besar. Dengan demikian akan mengakibatkan harga jual produk hasil pertanian menjadi tinggi. Tingginya biaya pemasaran ini akan dibebankan kepada produsen dengan menekan tingkat harga dan menaikkan harga dikonsumen, sehingga produsen dan konsumen akan dirugikan (Ginting,2006).

Dalam tataniaga hasil-hasil pertanian umumnya ada tiga tahap proses penyampaian komoditas atau barang mulai dari produsen sampai kepada konsumen. Tahap-tahap tersebut adalah 1) Proses konsentrasi dimana pedagang perantara mengumpulkan barang-barang dari produsen dan pedagang besar mengumpulkan barang-barang dari pedagang pengumpul ; 2) Proses equalisasi dimana pedagang besar menahan barangnya untuk sementara sebelum dijual kepasar ; 3) Proses diversi yaitu proses penjualan barang dari pedagang besar sampai kepada konsumen (Ginting,2006).


(37)

Dalam rantai tataniaga posisi petani tergolong lemah karna penawarannya sedikit, kebanyakan produknya merupakan produk massa yang homogen, produknya sering kurang tahan lama, pengangkutannya sering sukar, petani sering kurang sekali dalam mendapatkan informasi tentang harga,dan pengaruh kebutuhan kredit terhadap posisi tataniaga, dalam hal ini kebutuhan petani akan uang tunai merupakan faktor yang penting dalam kebijaksanaan tataniaga petani (Kartasapoetra, 1992).

Sejalan dengan batasan tataniaga yang menghubungkan sektor produksi dengan sektor konsumen, maka diantara produsen dengan konsumen ada “jarak” yang ditempuh oleh komuditi sebelum sampai ke konsumen. Di sepanjang perjalanan komoditi tersebut terdapat pihak-pihak sebagai perantara yang terdiri dari pedagang dan yang lainnya. Jumlahnya tidak selalu sama, ada yang dua saja, ada yang tiga bahkan lebih. Mereka ini biasanya disebut sebagai lembaga tataniaga. Lembaga tataniaga merupakan pihak-pihak yang secara langsung menangani perjalanan suatu komoditi. Lembaga tataniaga dalam penyempurnaan dan perbaikan tataniaga ditujukan terutama pada kelancaran tataniaga, seperti dapat mengadakan tempat, jumlah barang, keadaan barang, dan sebagainya yang diminta konsumen dalam keadaan sempurna (Gultom,1996).

Biaya tataniaga terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga. Biaya tataniaga menjadi bagian tambahan harga pada barang-barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Komponen biaya tataniaga petani terdiri dari semua jenis pengeluaran yang dikorbankan oleh setiap perantara dan lembaga tataniaga yang berperan secara langsung dan tidak langsung dalam proses


(38)

perpindahan barang dan keuntungan yang diambil oleh perantara atas jasa modalnya (Gultom,1996)

Lembaga pemasaran adalah badan atau usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komuditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komuditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk keinginan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran (Sudiyono,2004).

2.2 Landasan Teori

Ditinjau dari sudut ekonomi, pemasaran merupakan kegiatan yang bersifat produktif karena dapat menambah nilai guna dari suatu barang yaitu kegunaan tempat, waktu, bentuk dan pemikiran.Dengan demikian pemasarandapat mempertinggi nilai guna dari suatu komoditi yang diinginkan konsumen.

Tata niaga adalah suatu kegiatan uasaha yang menggerakkan arus barang dan jasa dari pihak produsen ke pihak konsumen.Pemasaran adalah suatu proses sosial dengan mana individu dan kelompoknya mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya (Kotler, 1992 ).


(39)

Lembaga tataniaga yang berperan dalam proses penyampaian barang –barang dan jasa dari sektor produsen ke sektor konsumen akan melakukan fungsi –fungsi tataniaga yang berbeda –beda tiap tataniaga.

Ada beberapa pendapat tentang apa saja yang termasuk fungsi tataniaga, menurut Richard L. Khols memberikan sembilan fungsi tataniaga yang terdiri dari fungsi pertukaran (penjualan dan pembelian), fungsi fisik (penyimpanan, transportasi, pengolahan), fungsi pendukung standarisasi dan grading, penanggung resiko, informasi pasar, dan permodalan (Soekartawi, 2002).

Tata niaga adalah produktif, dimana kegiatan produktif selalu berkaitan dengan efisiensi ekonomi.Dalam rangka perbaikan tata niaga, tujuan yang ingin dicapai adalah keuntungan yang maksimum dan tingkat efisiensi yang tinggi. Penurunan ongkos tata niaga tidak selalu berarti peningkatan efisiensi tata niaga, oleh karena itu tinggi rendahnya ongkos tata niaga tidak selalu mempengaruhi efisiensi tata niaga, namun dalam banyak hal kasus penurunan ongkos tata niaga suatu komoditi serta menaikkan kuaalitas komoditi ( Nasution, 1993 ).

Dalam kegiatan tataniaga, besarnya pendapatan atau keuntungan yang dapat diperoleh dari usahatani selain dipengaruhi oleh faktor teknik budidaya, juga sangat ditentukan oleh cara pemasaran. Pemasaran dikatakan berhasil jika dapat memperoleh harga jual yang tinggi. Untuk mendapatkan harga jual yang tinggi, diperlukan adanya suatu penyusunan strategi pemasaran dengan memperhatikan lembaga pemasaran yang berperan di dalamnya dan standar harga dasar untuk menentukan harga jual (Lamb,dkk 2001).


(40)

Proses pemasaran meliputi pemahaman misi organisasi dan peran pemasaran dalam memenuhi isi tersebut, menyusun sasaran pemasaran, analisis lingkungan, pengembangan strategi pemasaran melalui pemilihan strategi target pasar, pengembangan dan implementasi bauran pemasaran, implementasi strategi, mendesain pengukuran kinerja dan evaluasi upaya pemasaran serta membuat perubahan jika diperlukan. Bauran pemasaran mengkombinasikan strategi produk, distribusi (tempat), promosi, dan harga dalam upaya menciptakan suatu pertukaran untuk mencapai sasaran individu dan organisasi (Lamb,dkk 2001).

Badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.Lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi–fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin.Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran. Lembaga pemasaran ini dapat digolongkan menurut penguasaannya terhadap komoditi yang dipasarkan dan bentuk usahanya (Soekartawi,1993).

Pemasaran terdiri dari berbagai macam saluran pemasaran (Marketing Channel)

dimana setiap saluran pemasaran melibatkan berbagai lembaga pemasaran seperti pedagang pengumpul, pedagang perantara (distributor, agen komisi, pedagang antar daerah, eksportir, importir) dan pedagang eceran. Banyaknya jumlah pedagang saluran pemasaran ini berpengaruh kepada biaya pemasaran dan efisiensi pemasaran (Lamb,dkk 2001).


(41)

Penanganan hasil ini bertujuan untuk mempertahankan mutu buah mulai ketika di panen sampai kepada konsumen dalam keadaan segar. Penanganan hasil ini, pada umumnya dilakukan dalam satu hari yang sama pada saat panen atau maksimal dua hari sampai di retailer untuk menjaga kualitas buah. Untuk memperlancar pengembangan kegiatan usaha perkebunan rambutan ini maka prasarana distribusi hasil panen, memegang peranan penting yaitu berupa lembaga pemasaran hasil-hasil perikanan.Biaya tataniaga terbentuk / terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi –fungsi tataniaga.Biaya tataniaga ini menjadi bagian tambahan harga pada barang –barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Oleh sebab itu biaya tataniaga yang tinggi akan membawa efek kepada harga beli konsumen. Disamping itu, biaya tataniaga yang tinggi juga akan membuat sistem tataniaga kurang / tidak efisien. ( Gultom, 1996 )

Fungsi pengangkutan begitu penting karena negara kita merupakan negara kepulauan. Itulah sebabnya mengapa pemasaran hasil peternakan berbeda untuk tiap propinsi dinegara kita .Bahkan fungsi ini dominan pada suatu sistem pemasaran yang masih tradisional. Namun, apapun fungsi ini memang berhubungan erat dengan biaya transportasi dan ketahan hasil peternakan.

Sistem pemasaran dianggap efisien bila memenuhi syaratyaitu:

1. Mampu menyampaikan hasil produsen ( petani ) kepada konsumen dengan biaya semurah murahnya.

2. Mampu mengadakan pembangian yang adil daripada keseluruhan harga yang di bayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan tataniaga barang itu.


(42)

Marketing margin memberikan ukuran secara terpisah menurut komponen biaya dari efesiensi penyelenggaraan fungsi-fungsi tata niaga. Pada umumnya suatu sistem tata niaga. Pada umumnya suatu sistem tata niaga untuk sebagian sistem tata niaga untuk sebagian produk pertanian dapat dikatakan sudah efisien bila persentase margin (share margin) petani diatas 50% (Gultom, 1996)

Margin pemasaran adalah selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. makin panjang pemasaran (semakin banyak lembaga tata niaga yang terlibat) maka semakin besar margin pemsarannya (Daniel, 2002).

Margin pemasaran adalah perbedaaan antar harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya untuk melakukam fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda sehingga share margin yang diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat akan berbeda pula (Sudiyono, 2004)

Menurut Soekartawi (2002) efisiensi pemasaran diukur dengan menggunakan biaya pemasaran dibagi dengan nilai produk yang dipasarkan. Pasar yang tidak efisien akan terjadi jika biaya pemasaran semakin besar. Sedangkan tingkat efisiensi pemasaran akan berbeda pula jika :

a. Apabila harga pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi

b. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalutinggi.


(43)

c. Adanya kompetisi pasar yang sehat

Menurut Kotler dalam Daniel (2002) ada lima faktor yang menyebabkan mengapa pemasaran atau tata niaga itu penting.

a. Jumlah produk yang dijual menurun b. Pertumbuhan perusahaan juga menurun c.Terjadi perubahan yang diinginkan konsumen d. Kompetisi yang semakin tajam

e. Terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan

Menurut Hadikoesworo (1986) Beberapa masalah pemasaran atau tata niaga komoditi pertanian yang banyak ditemukan di negara-negara sedang berkembangan pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, anatar lain sebagai berikut:

a. Tidak tersedianya komoditi pertanian dalam jumlah kontiniu

b. Harga komoditi yang sering berfluktuasi secara tajam yang bukan saja berpengaruh terhadap kestabilan pendapatan produsen dan tingkat konsumsi masyarakat, tetapi juga akan memperbesar resiko pemsaran

c. Tidak efisiensinya para pelaku pasar dalam melakukan kegiatan pemasaran d. Tidak memadai fasilitas misalnya sistem transfortasi, gudang, tempat komoditi pertanian dipasaran dan lain-lain

e. Lokasi produsen dan konsumen yang terpencar juga merupakan masalah karena menyulitkan dalam penyampaian barang dari produsen kepada konsumen

f. Kurang lengkapnya informasi pasar

g. Kurangnya pengetahuan terhadap pemasaran h.Kurangnya modal


(44)

i. Tidak memadai peraturan – peraturan yang ada.

Menurut Gultom (1996) upaya-upaya perbaikan dalam sistem tataniaga dilakukan oleh semua pihak yang terkait. Upaya-upaya itu antara lain:

1. Produsen harus dapat memenuhi dengan baik saluran tata niaga yang ditempuh, juga tentang informnasi pasar pada saat produsen mempunyai hasil untuk dijual. Produsen juga harus dapat merencanakan produksi dengan pedoman kemungkinan pasaran hansilnya.

2. Lembaga tata niaga dapat melakukan integarasi sehingga biaya total tata niaga barang dapat dikurangi dan keuntungan lembaga tata niaga yang meakukan integrasi yang lebih besar.

3. Konsumen, dalam hal ini melakukan usaha perbaikan dengan jalan pendidikan terhadap konsumen.

4. Pemerintah, hal-hal yang dapat dilakukan yakni pengadaan pengawasan seperti mengeluarkan peturan-peraturan, perbaikan fasilitas tata niaga, dan perbaikan alat-alat komunikasi.

Menurut Mubyarto (1985), yang di maksud adil dalam hal ini adalah pemberian balas jasa fungsi-fungsi tataniaga sesuai dengan masing-masing. Panjangnya saluran tataniaga membuat terdapatnya perbedaan antara margin tataniaga, share margin, dan price spread.

Dimana margin tataniaga adalah selisih anatar harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses tataniaga.


(45)

Daniel (2002), menyatakan bahwa makin panjang tataniaga maka makin besar margin tataniaga. Secara teoritis, dapat dikatan maka semakin pendek rantai tataniaga hasil pertanian, maka :

1.Biaya tataniaga semakin rendah 2.Margin tataniaga semakin rendah

3.Harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah 4.Harga yang diterima produsen semakin tinggi

Soerkartawi (2002), menyatakan bahwa share margin (Sm) adalah persentase

price spread terhadap harga beli konsumen.

Sm =

x

100%

Menurut Mubyarto (1994), sistem taaniaga dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat :

1.Mampu menyampaikan hasil – hasil petani produsen ke konsumen.

2.Mampu mengadakan dengan biaya semurah – muarahnya. Pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang di bayar konsumen terakhir kepada konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan tataniaga barang itu.

Menurut Sihombing (2010), penentuan efisiensi dapat juga dilihat dengan memperbandingkan antara besarnya keuntungan (profit) petani produsen dan seluruh middleman yang terlibat dengan seluruh ongkos tata niaga yang dikeluarkan oleh middleman dan biaya produksi serta ongkos pemasaran yang dikeluarkan oleh petani produsen. Metode ini didekati dengan model :


(46)

Keterangan: E = Efisiensi

Ji = Keuntungan lembaga tata niaga Jp = Keuntungan Produsen

Ot = Ongkos tata niaga

Op = Ongkos produksi dan pemasaran yang dikeluarkan oleh petani produsen Dimana jika:

E>1 = maka pasar tersebut dikatakan efisien E<1 = maka pasar tersebut dikatakan tidak efisien.

Efisiensi tidak terjadi jika biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Efisiensi tataniaga akan terjadi jika biaya pemasaran dapan ditekan sehingga keuntungan tata niaga dapat lebih tinggi, persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, tersedianya fasilitas fisikpemasaran dan adanya kompetisi pasar yang sehat (Soekartawi,2002).

2.3 Penelitian Terdahulu

Hirorimus Limbong (2013) meneliti tentang Analisis Saluran Tataniaga Sawi Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi saluran tataniaga di daerah penelitian, Untuk menganalisis besarnya biaya tataniaga, price spread dan share margin setiap saluran tataniaga sawi di daerah penelitian dan Untuk menganalisis tingkat efisiensi tataniaga sawi


(47)

di daerah penelitian. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: 1. Pada tingkatan petani, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 52,- dengan share marginnya sebesar 0,94%. Pada tingkatan pedagang pengumpul, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 225,- dengan share marginnya sebesar 4,09%. Sedangkan untuk pedagang pengecer, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 212,- dengan share marginnya sebesar 3,85%. 2. Biaya tata niaga, sebaran harga (price spread) dan persentasi margin (share margin) pedagang yang menyalurkan sayuran sawi, pedagang pengumpul memperoleh keuntungan yang paling besar di banding lembaga tata niaga yag lain yang terlibat dalam saluran pemasaran. Saluran tata niaga sayuran sawi yang ada di daerah penelitian efesien.

Meina Safitri Siregar (2016) meneliti tentang Analisis Tataniaga Rambutan di Kota Binjai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis rantai tata niaga rambutan, mengetahui volume rambutan yang dipasarkan masing-masing di daerah penelitian, mengetahui fungsi-fungsi tata niaga apa saja yang dilakukan oleh setiap lembaga tata niaga dalam proses tata niaga rambutan didaerah penelitian. Penelitian menggunakan metode Stratified Random Sampling. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif, analisis tabulasi sederhana dengan menghitung marketing margin (margin pemasaran), price spread (sebaran harga),share margin, share profit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Didaerah penelitian terdapat satu saluran pemasaran rambutan yaitu saluran I adalah saluran pemasaran yang melalui pedagang pengumpul sebesar 69,05 %. Rambutan hasil produksi petani seluruhnya dikonsumsi secara langsung; 2) Setiap lembaga pemasaran memerankan paling sedikit enam fungsi pemasaran pada


(48)

pedagang besar dan paling banyak sembilan fungsi pemasaran pada pedagang pengumpul; 3)Persentase penerimaan lembaga-lembaga pemasaran dan biaya pemasaran dari harga beli konsumen untuksaluranpemasaran adalahmargin petani adalah 50,85%, margin pedagang 41,29%, biaya tataniaga 7,86.

2.4 Kerangka Pemikiran

Tataniaga merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pembangunan pertanian, karena dalam tata niaga akan terjadi perpindahan barang atau komoditi dari produsen kepada konsumen, dimana konsumen akan membayarkan sejumlah harga atau uang sebagai balas jasa atas barang yang telah diperolehnya. Aliran barang atau komoditi ini terjadi karena adanya lembaga tata niaga atau saluran tata niaga yang akan melakukan fungsi tata niaga .

Dalam mekanisasi tata niaga atau pemasaran ini melibatkan beberapa pihak yang meliputi produsen, agen, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, konsumen. Dalam hal ini produsen adalah peternak kerbau dan konsumen adalah masyarakat yang mengkonsumsi susu kerbau.

Tiap lembaga tata niaga melakukan fungsi-fungsi tata niaga. Fungsi-fungsi tata niaga yang dilakukan antara lain fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan dan pembelian, fungsi fisis yaitu penyimpanan dan pengangkutan, fungsi pelancar yaitu standarisasi, pembiayaan, penanggung resiko dan informasi pasar. Setiap pedagang (middleman) melakukan fungsi-fungsi tata niaga tersebut maka akan dikeluarkan biaya yang disebut dengan biaya pemasaran. Disamping itu pedagang juga memperoleh balas jasa yang disebut dengan keuntungan.


(49)

Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melaksanakan kegiatan fungsi- fungsi tata niaga.biaya tersebut berbeda-beda pada masing lembbaga tata niaga. Maka biaya tersebut berbeda-beda pada masing-masing lembaga tata niaga. Atas jasa lembaga tata niaga dalam pemasaran beras organik ini, maka lembaga tata niaga mengambil keuntungan (profit). Harga jual susu kerbau berbeda-beda untuk setiap masing-masing lembaga tata niaga berbeda-beda. Dari harga penjualan dapat diketahui margin tata niaga yang merupakan selisih antara harga eceran dan harga tingkat produsen. Kemudian dapat diketahui sebaran harga (price spread) dengan mengelompokkan harga beli, harga jual, biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh lembaga tata niaga. Dari sebaran harga (price spread) dapat dihitung persentase margin (share margin) yaitu harga barang diterima oleh setiap lembaga tata niaga terhadap harga beli konsumen dalam bentuk persen (%).

Biaya tata niaga akan menetukan harga yang diterima oleh setiap lembaga. Biaya tata niaga diukur dengan sebaran harga (price spread) dan persentase margin (share margin ). Besarnya biaya tata niaga dibandingkan dengan nilai produk yang dipasarkan akan menunjukkan tingkat efesiensi tata niaga susu kerbau. Semakin panjang rantai tata niaga, biaya yang dikeluarkan jugaakan semakin lebih besar, mak sistem tata niaga akan semakin tidak efisien. Sebaliknya rantai tata niaga yang semakin pendek, tidak membutuhkan biaya tata niaga yang besar, dalam keadaan seperti ini sistem tata niaga akan lebih efisien

Dalam tataniaga susu kerbau, tentunya ada pelaku tataniaga yang terlibat, yaitu mulai dari produsen, pedagang sampai diterima oleh konsumen. Hasil produksi dari peternak disalurkan kepada konsumen melalui lembaga tataniaga seperti


(50)

pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Tiap lembaga tataniaga akan melakukan fungsi tataniaga yang berbeda satu sama lain yang dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan. Dengan adanya pelaksanaan fungsi tataniaga, maka akan terbentuk biaya tataniaga. Besarnya biaya tataniaga menentukan tingkat harga yang diterima peternak dan lembaga tataniaga. Atas jasa lembaga-lembaga tataniaga maka tiap lembaga akan mengambil keuntungan (profit). Dari biaya tataniaga dan harga jual akan didapatkan margin keuntungan yang merupakan pengukuran untuk efisiensi tataniaga. Berarti semakin banyak lembaga tataniaga yang berperan dalam tataniaga sawi, maka sistem tataniaga sawi semakin tidak efisien. Berikut skema kerangka pemikiran tataniaga susu kerbau di daerah penelitian :


(51)

Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

= Menyatakan Hubungan = Menyatakan Pengaruh Produsen

Susu Kerbau

Pedagang Perantara

Konsumen

Fungsi-fungsi Tataniaga

Harga Beli Konsumen

Efisiensi

Price Spread Share Margin Profit


(52)

2.5 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:


(53)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kerbau merupakan hewan ternak besar yang populasinya paling sedikit jika dibandingkan dengan sapi, kambing dan domba. Bahkan, dari tahun ke tahun populasi kerbau pun semakin menurun. Ada beberapa penyebab penurunan jumlah populasi ternak kerbau ini yaitu diantaranya tingkat reproduksi yang rendah dan tingkat pemotongan kerbau itu sendiri yang sangat tinggi setiap tahunnya, yaitu 1,3 % per tahun (Sulistiawati dan Bustami, 2008).

Susu adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar susu (mammae). Air susu ibu biasa dikenal dengan ASI sedangkan susu hewan atau susu tiruan sebagai pengganti air susu ibu atau PASI pada umumnya adalah dari berbagai ternak, misalnya sapi, kerbau, kambing dan ada pula yang mempergunakan susu unta dan kuda (Sediaoetama, 1989).

Dinas Pertanian (2013) menyatakan kebutuhan untuk konsumsi susu nasional sebesar 2.738.510 ton pada tahun 2012, dengan konsumsi per kapita 11,01 kg/kapita/tahun pada tahun 2012. Jika dibandingkan dengan ketersediaan produksi susu dalam negeri yang mencapai 959.732 ton selama tahun 2012, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kekurangan pemenuhan susu sebesar 1.778.778 ton pada tahun 2012. Adanya kekurangan pemenuhan susu nasional, menyebabkan perlu adanya alternatif baru ternak penghasil susu, sebagai tambahan sumber pemenuhan susu nasional.


(54)

Susu kerbau lebih mudah dikenal dengan sebutan dali dalam Bahasa Batak atau dadiah dalam Bahasa Padang. Suku batak biasanya menjadikan dali ini sebagai makanan tradisional dan sebagai masakan khas yang dikenal sebagai dali arsik. Namun ada juga konsumen yang langsung mengonsumsi susu kerbau tersebut sebelum di masak menjadi dali.

Sebagaimana ternak perah lainnya, maka kerbau perah mempunyai hasil utama susu. Bahan dasar susu meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Banyak hasil olahan yang dapat dikembangkan dari bahan dasar ini. Hasil olahan tersebut dibuat berdasarkan ciri dan sifat bahan dasar tersebut (Wisnu, 2002).

Manfaat susu kerbau juga merupakan sumber yang kaya zat besi, fosfor, vitamin A dan tentu saja protein. Susu kerbau juga mengandung kadar tinggi antioksidan alami tokoferol. Kekuatan peroxidate biasanya 2-4 kali lipat lebih besar dari susu sapi. Komposisi susu kerbau secara umum sama dengan susu sapi dan ruminansia

lainnya yakni adanya air, protein, lemak, laktosa, vitamin, dan mineral, tetapi dengan proporsi yang berbeda. Ciri khas susu kerbau yang berwarna lebih putih daripada susu sapi dikarenakan tidak adanya β karoten dalam susu kerbau, karena sudah diubah secara sempurna menjadi vitamin A dalam susu. Susu kerbau juga mempunyai kadar lemak dan kadar solid non fat (SNF) yang lebih tinggi dibandingkan susu sapi. Tingginya kadar nutrisi dalam susu kerbau, menyebabkan para pemerah susu kerbau mengupayakan untuk membuat produk pasca panen seperti dali/dadih di Sumatera Utara, dangke dan jadih di Sulawesi, serta susu goreng di NTT (Wisnu, 2002).


(55)

Tataniaga adalah suatu kegiatan usaha untuk menyampaikan barang dan jasa dari produsen kepada konsumen akhir. Dalam perekonomian dewasa ini, sebagian besar produsen tidak menjual langsung barang barang mereka pada konsumen akhir, begitu juga konsumen tidak akan langsung membeli barang kebutuhan langsung kepada produsen. Oleh karena itu sangat dibutuhkan adanya saluran pemasaran yang akan menyampaikan barang dari produsen kekonsumen dan akan melibatkan lembaga–lembaga tataniaga seperti agen, pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan sebagainya. Saluran pemasaran yang panjang dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tidak efisiensinya sistem pemasaran, sedangkan faktor lain yang dapat menyebabkan efisiensi atau tidaknya sistem pemasaran yaitu keuntungan pemasaran, harga yang diterima konsumen, tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan kompetisi pasar.

Kecamatan Lintong Nihuta merupakan salah satu sentral produksi susu kerbau di Sumatera Utara. Dimana peternak kerbau menjual susu kerbaunya ke pedagang pengumpul dengan ukuran 250 gram/baskom, dan peternak kerbau menghargai perbaskom seharga Rp 13.000. Dan mereka pun menjualnya kembali dengan ukuran yang sama seharga Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per ukuran yang sudah di tentukan oleh peternak. Namun pada hari-hari besar, harga susu kerbau naik harga menjadi dua kali lipat karena permintaan meningkat sementara produksi tetap.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tataniaga susu kerbau dimana produk ini merupakan produk lokal dari Kabupaten Humbang Hasundutan.


(56)

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka dibuat identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk saluran tataniaga susu kerbau di daerah penelitian? 2. Berapa biaya tataniaga, price spread dan share margin disetiap saluran

tataniaga susu kerbau di daerah penelitian?

3. Bagaimana tingkat efisiensi tataniaga susu kerbau di daerah penelitian? 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi bentuk saluran tataniaga susu kerbau di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis biaya tataniaga, price spread dan share margin

disetiap saluran tataniaga susu kerbau di daerah penelitian.

3. Untuk menganalisis tingkat efisiensi tataniaga susu kerbau di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitiaan

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

2. Sebagai referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.


(57)

ABSTRAK

STEPHANY SABRINA SITOMPUL (120304114) dengan judul skripsi

“Analisis Tataniaga Susu Kerbau di Kabupaten Humbang Hasundutan”. Studi kasus di Desa Nagasaribu IV, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta S., M.Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir.M. Jufri, M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 bertujuan untuk mengetahui jenis saluran tataniaga susu kerbau, biaya tataniaga, price spread dan share margin

disetiap saluran tataniaga susu kerbau dan tingkat efisiensi tataniaga susu kerbau di daerah penelitian.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purpossive (sengaja). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif.

Hasil penelitian ini adalah hanya terdapat 1 saluran tataniaga susu kerbau di Desa Nagasaribu IV yaitu (peternak – pedagang pengumpul – pedagang pengecer – konsumen). Setiap pedagang mengemban fungsi tataniaga paling sedikit 4 fungsi yaitu fungsi pembelian, fungsi penjualan, sortasi dan pengepakan begitu juga dengan pedagang pengecer mengemban fungsi tataniaga paling sedikit 4 fungsi yaitu fungsi pembelian, fungsi penjualan, pengangkutan, pajak. Untuk saluran tataniaga susu kerbau di daerah penelitian diperoleh share profit pedagang pengumpul adalah 5% dan share profit pedagang pengecer adalah sebesar 20%. Nilai efisiensi yang terdapat pada saluran tataniaga susu kerbau di daerah penelitian adalah 1,6%. Efisiensi tataniaga tersebut lebih besar dari satu, maka saluran tataniaga tersebut dinyatakan efisien.


(58)

ANALISIS TATANIAGA SUSU KERBAU

(Studi kasus: Desa Nagasaribu IV, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

SKRIPSI

STEPHANY SABRINA SITOMPUL

120304114

AGRIBISNIS / PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(59)

ANALISIS TATANIAGA SUSU KERBAU

(Studi kasus: Desa Nagasaribu IV, Kecamatan Lintongnihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan)

SKRIPSI

STEPHANY SABRINA SITOMPUL

120304114

AGRIBISNIS / PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Meraih Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(60)

(61)

(62)

ABSTRAK

STEPHANY SABRINA SITOMPUL (120304114) dengan judul skripsi

“Analisis Tataniaga Susu Kerbau di Kabupaten Humbang Hasundutan”. Studi kasus di Desa Nagasaribu IV, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta S., M.Si. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir.M. Jufri, M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016 bertujuan untuk mengetahui jenis saluran tataniaga susu kerbau, biaya tataniaga, price spread dan share margin

disetiap saluran tataniaga susu kerbau dan tingkat efisiensi tataniaga susu kerbau di daerah penelitian.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purpossive (sengaja). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif.

Hasil penelitian ini adalah hanya terdapat 1 saluran tataniaga susu kerbau di Desa Nagasaribu IV yaitu (peternak – pedagang pengumpul – pedagang pengecer – konsumen). Setiap pedagang mengemban fungsi tataniaga paling sedikit 4 fungsi yaitu fungsi pembelian, fungsi penjualan, sortasi dan pengepakan begitu juga dengan pedagang pengecer mengemban fungsi tataniaga paling sedikit 4 fungsi yaitu fungsi pembelian, fungsi penjualan, pengangkutan, pajak. Untuk saluran tataniaga susu kerbau di daerah penelitian diperoleh share profit pedagang pengumpul adalah 5% dan share profit pedagang pengecer adalah sebesar 20%. Nilai efisiensi yang terdapat pada saluran tataniaga susu kerbau di daerah penelitian adalah 1,6%. Efisiensi tataniaga tersebut lebih besar dari satu, maka saluran tataniaga tersebut dinyatakan efisien.


(63)

RIWAYAT HIDUP

Stephany Sabrina Sitompul, lahir di Siborongborong pada tanggal 20 September 1994, sebagai anak ke-5 dari Bapak Ramses Sitompul dan Ibu Ratna Siahaan.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1999 masuk Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Siborongborong lulus tahun 2000.

2. Tahun 2000 masuk SD Negeri 2 Siborongborong lulus tahun 2006. 3. Tahun 2006 masuk SMP Negeri 2 Siborongborong lulus tahun 2009. 4. Tahun 2009 masuk SMA Negeri 1 Balige lulus tahun 2012.

5. Tahun 2012 masuk di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB-Reguler.

Kegiatan yang pernah diikuti selama kuliah :

1. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Nagori Bah Hapal, Kecamatan Raya, Kabupaten SImalungun, Provinsi Sumatera Utara pada bulan Agustus tahun 2015.

2. Melaksanakan penelitian skripsi pada tahun 2016 di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara.


(64)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Tataniaga Susu Kerbau Desa Nagasaribu IV, Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan”. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Satia Negara Lubis., M. Sc selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting., M.Si selaku ketua komisi pembimbing, serta Bapak Ir. M. Jufri, M.Si., selaku anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Seluruh sampel, peternak kerbau, pedagang pengecer, pemgumpul yang telah berpartisipasi dalam pengisian kuesioner dan wawancara.

5. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Agribisnis yang telah banyak membantu seluruh proses administrasi.


(65)

6. Seluruh instansi yang terkait dalam penelitian ini yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Para sahabat yang memberikan penulis motivasi dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini Boris Silaban, Metha Tinambunan, Tohai, Mutiara, Martha Sinaga, Wella Sihite, Fitri Rizki, Novita Sari, Asriyani, Shella Purba, Rini Silvia, Indira, Elsa Serevina, Nadia, Gabriel, Elfrida, Melisa, Herty. Teman sesama dosen pembimbing, teman-teman PKL dan teman-teman sekelas Agribisnis 2, serta seluruh angkatan 2012 Program Studi Agribisnis ataupun teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. 8. Terkhusus kepada kedua orang tua, Bapak Ramses Sitompul dan Ibunda Ratna

Siahaan juga kepada saudara kandung Novelita Sitompul, Olivia Sitompul, Franklin Sitompul, Frans Sitompul yang selalu memberi dukungan, perhatian, serta materi dalam melakukan kegiatan apapun yang bersifat positif dari awal penulis masuk pendidikan formal sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dari skripsi ini, maka dari itu penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, Oktober 2016


(66)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 5

2.1.1. Susu Kerbau ... 5

2.1.2. Tataniaga ... 7

2.2. Landasan Teori... 10

2.3. Penelitian Terdahulu ... 18

2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian... 20

2.5. Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 25

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 27

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4. Metode Analisis Data ... 29

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 30

3.5.1 Definisi ... 30

3.5.2. Batasan Operasional ... 32

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 33

4.2. Keadaan Penduduk... 34

4.3. Sarana dan Prasarana di DesaNagasaribu IV ... 36


(67)

4.5. Krakteristik Pedagang Sampel ... 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Teknik Pengolahan Susu Kerbau ... ….39 5.2. Saluran Pemasaran/ Tataniaga Susu Kerbau ... 43 5.3. Analisis Biaya, Price Spread, Share Margin Tataniaga Susu Kerbau ... 47 5.4. Efisiensi Tataniaga ... 50 5.5. Kelemahan Susu Kerbau………...52 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 53 6.2. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(68)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal.

1. Kandungan Zat Gizi Susu Kerbau (g/100gr) ... 6 2. Produksi Susu Kerbau Di Humbang Hasundutan Menurut

Kelurahan/ Desa 2013-2014 ... 25 3. Produksi Susu Kerbau Di Humbang Hasundutan Menurut

Kecamatan 2013-2014 …………. ... 26 4. Jumlah Kerbau Menurut Kabupaten/ Kota 2013. ... 27 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa

Nagasaribu IV 2015 ... 34 6. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa

Nagasaribu IV 2015 ... 35 7. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa

Nagasaribu IV 2015 ... 35 8. Sarana Dan Prasarana di Desa Nagasaribu IV 2015 ... 37 9. Karakteristik Sosial Ekonomi Peternak Sampel di Desa Nagasaribu

IV ... 38 10. Karakteristik Pedagang Sampel di Desa Nagasaribu IV ... 38 11. Fungsi-Fungsi Tataniaga Yang Dilakukan Setiap Lembaga

Pemasaran di Desa Nagasaribu IV ... 46 12. Analisis Biaya, Price Spread, Share Margin, Tataniaga Susu

Kerbau ... 48 13. Price Spread dan Share Margin Saluran Tataniaga Susu Kerbau di


(69)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal.

1.Skema Kerangka Pemikiran ... 23 2. Anak kerbau menghisap kelenjar susu induk agar air susu keluar……40 3. Peternak mengelap kelenjar susu kerbau………...41 4. Peternak memerah susu kerbau……….41 5. Peternak mencampurkan garam dan intisari tanaman alo-alo ke dalam

wadah susu kerbau……….41 6. Peternak memisah-misahkan susu kedalam wadah ukuran 250 gram..42 7. Susu kerbau dimasak diatas kompor……….42 8. Susu yang sudah masak dan siap dipasarkan………42 9.Skema Saluran Pemasaran Susu Kerbau di Desa Nagasaribu IV ... 44


(70)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Peternak Susu Kerbau Di Desa Nagasaribu IV 2016

2. Produksi dan Volume Penjualan Susu Kerbau Di Desa Nagasaribu IV 2016

3. Karakteristik Sosial Ekonomi, Volume, Harga Beli/ Jual Susu Kerbau Pedagang Pengumpul 2016

4. Biaya Pemasaran Peternak 2016

5. Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul 2016

6. Karakteristik Sosial Ekonomi, Volume, Harga Beli/ Jual Susu Kerbau Pedagang Pengecer 2016

7. Biaya Tataniaga Pedagang Pengecer


(1)

6. Seluruh instansi yang terkait dalam penelitian ini yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Para sahabat yang memberikan penulis motivasi dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini Boris Silaban, Metha Tinambunan, Tohai, Mutiara, Martha Sinaga, Wella Sihite, Fitri Rizki, Novita Sari, Asriyani, Shella Purba, Rini Silvia, Indira, Elsa Serevina, Nadia, Gabriel, Elfrida, Melisa, Herty. Teman sesama dosen pembimbing, teman-teman PKL dan teman-teman sekelas Agribisnis 2, serta seluruh angkatan 2012 Program Studi Agribisnis ataupun teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. 8. Terkhusus kepada kedua orang tua, Bapak Ramses Sitompul dan Ibunda Ratna

Siahaan juga kepada saudara kandung Novelita Sitompul, Olivia Sitompul, Franklin Sitompul, Frans Sitompul yang selalu memberi dukungan, perhatian, serta materi dalam melakukan kegiatan apapun yang bersifat positif dari awal penulis masuk pendidikan formal sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dari skripsi ini, maka dari itu penulis menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, Oktober 2016


(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Kegunaan Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka ... 5

2.1.1. Susu Kerbau ... 5

2.1.2. Tataniaga ... 7

2.2. Landasan Teori... 10

2.3. Penelitian Terdahulu ... 18

2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian... 20

2.5. Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 25

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 27

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4. Metode Analisis Data ... 29

3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 30

3.5.1 Definisi ... 30

3.5.2. Batasan Operasional ... 32

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 33

4.2. Keadaan Penduduk... 34

4.3. Sarana dan Prasarana di DesaNagasaribu IV ... 36

4.4. Karakteristik Peternak Sampel ... 37


(3)

4.5. Krakteristik Pedagang Sampel ... 38 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Teknik Pengolahan Susu Kerbau ... ….39 5.2. Saluran Pemasaran/ Tataniaga Susu Kerbau ... 43 5.3. Analisis Biaya, Price Spread, Share Margin Tataniaga Susu Kerbau ... 47 5.4. Efisiensi Tataniaga ... 50 5.5. Kelemahan Susu Kerbau………...52 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 53 6.2. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(4)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal.

1. Kandungan Zat Gizi Susu Kerbau (g/100gr) ... 6 2. Produksi Susu Kerbau Di Humbang Hasundutan Menurut

Kelurahan/ Desa 2013-2014 ... 25 3. Produksi Susu Kerbau Di Humbang Hasundutan Menurut

Kecamatan 2013-2014 …………. ... 26 4. Jumlah Kerbau Menurut Kabupaten/ Kota 2013. ... 27 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa

Nagasaribu IV 2015 ... 34 6. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa

Nagasaribu IV 2015 ... 35 7. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa

Nagasaribu IV 2015 ... 35 8. Sarana Dan Prasarana di Desa Nagasaribu IV 2015 ... 37 9. Karakteristik Sosial Ekonomi Peternak Sampel di Desa Nagasaribu

IV ... 38 10. Karakteristik Pedagang Sampel di Desa Nagasaribu IV ... 38 11. Fungsi-Fungsi Tataniaga Yang Dilakukan Setiap Lembaga

Pemasaran di Desa Nagasaribu IV ... 46 12. Analisis Biaya, Price Spread, Share Margin, Tataniaga Susu

Kerbau ... 48 13. Price Spread dan Share Margin Saluran Tataniaga Susu Kerbau di

Desa Nagasaribu IV ... 50


(5)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal.

1.Skema Kerangka Pemikiran ... 23 2. Anak kerbau menghisap kelenjar susu induk agar air susu keluar……40 3. Peternak mengelap kelenjar susu kerbau………...41 4. Peternak memerah susu kerbau……….41 5. Peternak mencampurkan garam dan intisari tanaman alo-alo ke dalam

wadah susu kerbau……….41 6. Peternak memisah-misahkan susu kedalam wadah ukuran 250 gram..42 7. Susu kerbau dimasak diatas kompor……….42 8. Susu yang sudah masak dan siap dipasarkan………42 9.Skema Saluran Pemasaran Susu Kerbau di Desa Nagasaribu IV ... 44


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Sosial Ekonomi Peternak Susu Kerbau Di Desa Nagasaribu IV 2016

2. Produksi dan Volume Penjualan Susu Kerbau Di Desa Nagasaribu IV 2016

3. Karakteristik Sosial Ekonomi, Volume, Harga Beli/ Jual Susu Kerbau Pedagang Pengumpul 2016

4. Biaya Pemasaran Peternak 2016

5. Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul 2016

6. Karakteristik Sosial Ekonomi, Volume, Harga Beli/ Jual Susu Kerbau Pedagang Pengecer 2016

7. Biaya Tataniaga Pedagang Pengecer