Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 terhadap Insulin di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

(1)

Lampiran 1

CURRICULUM VITAE

Nama : Finda Redhiza

NIM : 120100022

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 29 Januari 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Mawar Raya no. 204 Helvetia Medan Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Email : findaredhiza@gmail.com Riwayat Pendidikan :

1. TK IKAL 1999 – 2000

2. SD IKAL 2000 – 2006

3. SMP PANCA BUDI 2006 – 2009

4. SMA SUTOMO 1 2009 – 2012

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2012 – sekarang

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa PEMA FK USU 2012 – 2014

2. Anggota Divisi Hubungan Masyarakat PHBI FK USU 2013-2014 3. Ketua Divisi Pendidikan dan Pelatihan SCOPH PEMA FK USU 2014

-2015


(2)

Riwayat Pelatihan :

1. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU 2012 2. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU 2012

3. Peserta LKMM (Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa) Lokal 2012

4. Peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa SCORE PEMA FK USU 2012 5. Peserta Pekan Taaruf PHBI FK USU 2012

6. Peserta Seminar dan Workshop Basic Surgical Skills TBM FK USU 2013 7. Peserta Basic Life Support dan Traumatology TBM FK USU 2013


(3)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN

Assalamu’alaikum wr wb.

Saya adalah mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian berjudul Gambaran Pengetahuan,

Sikap dan Perilaku Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Terhadap Insulin .

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pasien DM tipe 2 terhadap insulin.

Oleh karena itu, saya meminta kesediaan Bapak/Ibu untuk ikut serta menjadi subyek penelitian ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara. Adapun data individu dalam penelitian ini tidak akan dipublikasikan.

Apabila di kemudian hari terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sehubungan dengan keikutsertaan Bapak/Ibu dalam penelitian ini maka Bapak/Ibu dapat menghubungi saya, Finda Redhiza (nomor telepon: 081370999008).

Hormat Saya,


(4)

(5)

Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN

Identitas Responden

Kode (diisi peneliti) : Tanggal Mengisi Formulir :

Nama :

Jenis Kelamin* : Laki-Laki / Perempuan

Umur : Tahun

Pendidikan Terakhir* : a. SD

b. SMP c. SMA d. Diploma e. S1 f. ...

Pekerjaan :

Lama Menderita Diabetes :

Sudah pernah menjadi subjek penelitian sebelumnya* : Ya / Tidak Menggunakan insulin : Ya / Tidak

Jika ya sudah berapa lama :


(6)

Berilah tanda cek list (v) pada jawaban yang benar dari setiap pertanyaan dibawah ini dan mohon diisi dengan jujur.

Pengetahuan

1. Diabetes Melitus terjadi karena tubuh kekurangan hormon insulin

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

2. Insulin adalah hormon alami yang terdapat didalam tubuh

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

3. Insulin dihasilkan oleh organ pankreas

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

4. Manfaat insulin bagi penderita Diabetes adalah menurunkan kadar gula darah

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

5. Terapi insulin membutuhkan biaya yang relatif mahal

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

6. Insulin dapat menyebabkan kegemukan

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

7. Insulin dapat mencegah komplikasi diabetes

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

Sikap

8. Terapi insulin hanya dipakai bila penyakit diabetes saya sudah parah / buruk

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

9. Saya khawatir akan bergantung pada insulin

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

10.Penggunaan insulin dapat menimbulkan efek samping

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

11.Menggunakan insulin dapat menghabiskan banyak tenaga dan waktu


(7)

12.Hidup saya akan terkekang / tidak bebas bila menggunakan insulin

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

13.Memberikan suntikan insulin adalah hal yang menyakitkan

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

14.Lokasi yang paling aman untuk penyuntikan insulin adalah paha

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

Perilaku

15.Insulin dapat disuntikkan sebelum atau sesudah makan

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

16.Olahraga secara teratur akan meningkatkan kebutuhan insulin

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

17.Saya harus kerumah sakit untuk mengetahui kemajuan penggunaan insulin

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

18.Tidak akan terjadi apa-apa bila saya lupa sarapan tapi telah menyuntikkan insulin

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

19.Sebaiknya saya tidur bila setelah menyuntikkan insulin tiba-tiba saya merasa pusing dan lemas

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

20.Saya merasa susah untuk menentukan tempat penyuntikan insulin

□ Ya □ Tidak □ Tidak Tahu

21.Pemakaian insulin akan meningkatkan resiko penurunan kadar gula darah


(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

Lampiran 7

Inisial Jenis

Kelamin Usia

Pendidikan Lama

Pernah

Menjadi Pengguna

Pengetahuan Sikap Perilaku Total Terakhir

Menderita DM

Subjek

Penelitian Insulin

A Laki-Laki 55 SD 1 Tidak Ya 6 5 6 17

IS Laki-Laki 63 S1 13 Ya Tidak 5 5 7 17

B Perempuan 59 SMA 7 Ya Tidak 5 5 4 14

MBL Perempuan 51 SD 8 Tidak Ya 6 5 6 17

E Perempuan 51 S1 7 Ya Tidak 7 4 4 16

RG Laki-Laki 59 S1 7 Tidak Tidak 6 3 4 13

HB Laki-Laki 59 Diploma 10 Tidak Tidak 7 2 3 12

MS Perempuan 63 S1 6 Tidak Ya 7 5 6 19

S Laki-Laki 56 SMA 10 Tidak Ya 5 3 3 11

MBB Perempuan 65 SMA 10 Ya Tidak 6 2 2 10

TP Laki-Laki 60 SMP 10 Tidak Ya 6 5 3 14

EG Laki-Laki 44 SMA 1 Ya Ya 7 7 4 18

IL Laki-Laki 58 S2 6 Tidak Tidak 7 5 2 14

ABW Laki-Laki 55 SMA 5 Tidak Ya 6 4 4 14

M Perempuan 54 SD 2 Tidak Ya 6 6 3 15

DG Laki-Laki 55 S1 1 Tidak Tidak 3 2 4 9

S Laki-Laki 78 S1 18 Ya Tidak 6 1 1 8

TP Laki-Laki 50 S1 5 Tidak Ya 4 1 6 11

H Perempuan 70 S1 15 Ya Ya 5 6 6 17

EG Perempuan 64 S1 2 Ya Tidak 5 5 5 15

B Laki-Laki 51 SMA 1 Tidak Tidak 4 2 3 9

TP Laki-Laki 67 S1 14 Tidak Ya 7 6 5 19

L Laki-Laki 50 SMA 1 Tidak Ya 3 6 3 12

A Laki-Laki 63 SMA 1 Tidak Tidak 6 6 4 16

BS Laki-Laki 67 SMA 18 Tidak Ya 4 7 4 15

M Laki-Laki 55 SMA 8 Tidak Tidak 4 1 2 7

PBT Laki-Laki 49 SMA 20 Tidak Ya 3 4 6 13

S Laki-Laki 58 SMA 1 Tidak Tidak 5 6 2 13

MPN Laki-Laki 60 S1 3 Tidak Tidak 7 7 6 20

MZ Laki-Laki 70 SMA 12 Ya Ya 6 4 6 16

AH Perempuan 45 SMA 7 Tidak Ya 3 6 5 14

S Perempuan 52

Tidak

Sekolah 5 Ya Ya 3 5 2 10

MN Perempuan 58 SMA 15 Tidak Ya 5 7 5 17

MS Perempuan 67 S1 15 Ya Tidak 5 1 1 7


(13)

RPS Laki-Laki 65 S1 28 Tidak Ya 4 5 5 14

N Perempuan 66 SMP 8 Tidak Ya 7 3 3 13

W Perempuan 80 SD 15 Tidak Tidak 4 2 3 9

IH Laki-Laki 46 S1 3 Tidak Ya 4 5 5 14

RS Laki-Laki 46 SMA 2 Tidak Ya 2 6 6 14

LS Laki-Laki 61 SMA 21 Ya Ya 3 3 7 13

STS Perempuan 67 S2 7 Tidak Tidak 4 1 1 6

HS Perempuan 58 S1 3 Tidak Tidak 7 2 3 13

DS Perempuan 64 SMA 10 Ya Tidak 7 3 3 13

AP Laki-Laki 76 SMA 40 Tidak Tidak 2 2 1 5

SMBS Perempuan 59 SMP 3 Tidak Ya 7 5 1 13

SMB Laki-Laki 80 Diploma 41 Tidak Tidak 1 1 1 3

S Laki-Laki 46 SMA 7 Ya Ya 5 6 4 15

BP Laki-Laki 54 S1 10 Tidak Ya 2 5 5 12

IBP Perempuan 73 SD 1 Ya Ya 3 6 4 13

EI Laki-Laki 40 SMA 3 Ya Ya 6 5 3 14

A Perempuan 46 SMA 1 Tidak Ya 3 5 4 12

DBP Perempuan 61 SMA 2 Tidak Tidak 6 4 6 16

ANS Perempuan 59 Diploma 1 Tidak Ya 6 7 6 19

OF Perempuan 70 SMA 10 Ya Tidak 5 4 4 13

LN Laki-Laki 45 S2 3 Ya Ya 7 7 7 21

RN Perempuan 37 SMA 2 Tidak Tidak 4 5 3 12

SN Laki-Laki 56 SMA 10 Tidak Ya 6 5 5 16

AA Perempuan 37 S1 2 Tidak Tidak 3 5 6 14


(14)

Lampiran 8

UJI VALIDASI DAN RELIABILITAS

Correlations

Notes

Output Created 14-DEC-2015 09:19:16

Comments

Input

Data E:\Akademik\Bismillah-KTI\VALID.sav

Active Dataset DataSet1 Filter <none> Weight <none> Split File <none> N of Rows in

Working Data File

20

Missing Value Handling

Definition of Missing

User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics for each pair of variables are based on all the cases with valid data for that pair.

Syntax

CORRELATIONS

/VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 Total

/PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.

Resources

Processor Time 00:00:00.13


(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

Reliability

Notes

Output Created 25-NOV-2015 11:32:55

Comments

Input

Data E:\Akademik\Bismillah-KTI\data valid.sav Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none> N of Rows in Working

Data File

20

Matrix Input

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data for all variables in the procedure.

Syntax

RELIABILITY

/VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL

/MODEL=ALPHA.

Resources Processor Time 00:00:00.02

Elapsed Time 00:00:00.02

Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


(20)

Lampiran 9

OUTPUT DATA

Frequencies

Notes

Output Created 06-DEC-2015 10:53:22

Comments

Input

Data E:\Akademik\Bismillah-KTI\HASIL -

Copy.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 60

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid data.

Syntax

FREQUENCIES VARIABLES=JK Pendidikan Subjek Insulin Kat_usia Kat_Lama Kat_peng Kat_sikap Kat_per /ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.03

Elapsed Time 00:00:00.05

[DataSet1] E:\Akademik\Bismillah-KTI\HASIL - Copy.sav

Statistics Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir Pernah Menjadi Subjek Memakai Insulin Kategori usia Kategori lama menderita DM Kategori Pengetah uan Kategori sikap Kategori perilaku N

Valid 60 60 60 60 60 60 60 60 60


(21)

Frequency Table

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Laki-Laki 33 55.0 55.0 55.0

Perempuan 27 45.0 45.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Sekolah 1 1.7 1.7 1.7

SD 5 8.3 8.3 10.0

SMP 3 5.0 5.0 15.0

SMA 27 45.0 45.0 60.0

Diploma 3 5.0 5.0 65.0

S1 17 28.3 28.3 93.3

S2 4 6.7 6.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Pernah Menjadi Subjek

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 19 31.7 31.7 31.7

Tidak 41 68.3 68.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Memakai Insulin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 34 56.7 56.7 56.7

Tidak 26 43.3 43.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Kategori usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

31-40 3 5.0 5.0 5.0

41-50 11 18.3 18.3 23.3


(22)

61-70 18 30.0 30.0 91.7

71-80 5 8.3 8.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Kategori lama menderita DM

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

1-10 46 76.7 76.7 76.7

11-20 10 16.7 16.7 93.3

21-30 2 3.3 3.3 96.7

31-40 1 1.7 1.7 98.3

>40 1 1.7 1.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Kategori Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kurang 4 6.7 6.7 6.7

Sedang 29 48.3 48.3 55.0

Baik 27 45.0 45.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Kategori sikap

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kurang 13 21.7 21.7 21.7

Sedang 29 48.3 48.3 70.0

Baik 18 30.0 30.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Kategori perilaku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kurang 11 18.3 18.3 18.3

Sedang 33 55.0 55.0 73.3

Baik 16 26.7 26.7 100.0


(23)

Crosstabs

Notes

Output Created 06-DEC-2015 12:22:59

Comments

Input

Data E:\Akademik\Bismillah-KTI\HASIL -

Copy.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File

60

Missing Value Handling

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

Cases Used

Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.

Syntax

CROSSTABS

/TABLES=Kat_usia Kat_Lama JK Pendidikan Subjek Insulin BY Kat_peng Kat_sikap Kat_per /FORMAT=AVALUE TABLES /CELLS=COUNT ROW /COUNT ROUND CELL.

Resources

Processor Time 00:00:00.11

Elapsed Time 00:00:01.50

Dimensions Requested 2

Cells Available 174734

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Perce

nt

Kategori usia * Kategori Pengetahuan 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0


(24)

Kategori usia * Kategori sikap 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0 %

Kategori usia * Kategori perilaku 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0

% Kategori lama menderita DM * Kategori

Pengetahuan

60 100.0% 0 0.0% 60 100.0

%

Kategori lama menderita DM * Kategori sikap 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0 %

Kategori lama menderita DM * Kategori perilaku 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0 %

Jenis Kelamin * Kategori Pengetahuan 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0

%

Jenis Kelamin * Kategori sikap 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0

%

Jenis Kelamin * Kategori perilaku 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0

%

Pendidikan Terakhir * Kategori Pengetahuan 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0 %

Pendidikan Terakhir * Kategori sikap 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0

%

Pendidikan Terakhir * Kategori perilaku 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0

%

Pernah Menjadi Subjek * Kategori Pengetahuan 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0 %

Pernah Menjadi Subjek * Kategori sikap 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0

%

Pernah Menjadi Subjek * Kategori perilaku 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0 %

Memakai Insulin * Kategori Pengetahuan 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0

%

Memakai Insulin * Kategori sikap 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0

%

Memakai Insulin * Kategori perilaku 60 100.0% 0 0.0% 60 100.0


(25)

Kategori usia * Kategori Pengetahuan Crosstabulation

Kategori Pengetahuan Total

Kurang Sedang Baik

Kategori usia

31-40

Count 0 2 1 3

% within Kategori usia 0.0% 66.7% 33.3% 100.0%

41-50

Count 1 7 3 11

% within Kategori usia 9.1% 63.6% 27.3% 100.0%

51-60

Count 1 8 14 23

% within Kategori usia 4.3% 34.8% 60.9% 100.0%

61-70

Count 1 9 8 18

% within Kategori usia 5.6% 50.0% 44.4% 100.0%

71-80

Count 1 3 1 5

% within Kategori usia 20.0% 60.0% 20.0% 100.0%

Total

Count 4 29 27 60

% within Kategori usia 6.7% 48.3% 45.0% 100.0%

Kategori usia * Kategori sikap Crosstabulation

Kategori sikap Total

Kurang Sedang Baik

Kategori usia

31-40

Count 0 3 0 3

% within Kategori usia 0.0% 100.0% 0.0% 100.0%

41-50

Count 1 3 7 11

% within Kategori usia 9.1% 27.3% 63.6% 100.0%

51-60

Count 5 13 5 23

% within Kategori usia 21.7% 56.5% 21.7% 100.0%

61-70

Count 4 10 4 18

% within Kategori usia 22.2% 55.6% 22.2% 100.0%

71-80

Count 3 0 2 5

% within Kategori usia 60.0% 0.0% 40.0% 100.0%

Total

Count 13 29 18 60

% within Kategori usia 21.7% 48.3% 30.0% 100.0%

Kategori usia * Kategori perilaku Crosstabulation


(26)

Kurang Sedang Baik

Kategori usia

31-40

Count 0 2 1 3

% within Kategori usia 0.0% 66.7% 33.3% 100.0%

41-50

Count 0 6 5 11

% within Kategori usia 0.0% 54.5% 45.5% 100.0%

51-60

Count 5 14 4 23

% within Kategori usia 21.7% 60.9% 17.4% 100.0%

61-70

Count 4 8 6 18

% within Kategori usia 22.2% 44.4% 33.3% 100.0%

71-80

Count 2 3 0 5

% within Kategori usia 40.0% 60.0% 0.0% 100.0%

Total

Count 11 33 16 60

% within Kategori usia 18.3% 55.0% 26.7% 100.0%

Kategori lama menderita DM * Kategori Pengetahuan Crosstabulation

Kategori Pengetahuan Total Kurang Sedang Baik

Kategori lama menderita DM

1-10

Count 2 20 24 46

% within Kategori lama menderita DM 4.3% 43.5% 52.2% 100.0%

11-20

Count 0 7 3 10

% within Kategori lama menderita DM 0.0% 70.0% 30.0% 100.0%

21-30

Count 0 2 0 2

% within Kategori lama menderita DM 0.0% 100.0% 0.0% 100.0%

31-40

Count 1 0 0 1

% within Kategori lama menderita DM 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%

>40

Count 1 0 0 1

% within Kategori lama menderita DM 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%

Total

Count 4 29 27 60

% within Kategori lama menderita DM 6.7% 48.3% 45.0% 100.0%

Kategori lama menderita DM * Kategori sikap Crosstabulation

Kategori sikap Total

Kurang Sedang Baik Kategori lama

menderita DM 1-10

Count 8 24 14 46


(27)

11-20

Count 3 3 4 10

% within Kategori lama menderita DM 30.0% 30.0% 40.0% 100.0%

21-30

Count 0 2 0 2

% within Kategori lama menderita DM 0.0% 100.0% 0.0% 100.0%

31-40

Count 1 0 0 1

% within Kategori lama menderita DM 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%

>40

Count 1 0 0 1

% within Kategori lama menderita DM 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%

Total

Count 13 29 18 60

% within Kategori lama menderita DM 21.7% 48.3% 30.0% 100.0%

Kategori lama menderita DM * Kategori perilaku Crosstabulation

Kategori perilaku Total Kurang Sedang Baik

Kategori lama menderita DM

1-10

Count 7 28 11 46

% within Kategori lama menderita DM 15.2% 60.9% 23.9% 100.0%

11-20

Count 2 4 4 10

% within Kategori lama menderita DM 20.0% 40.0% 40.0% 100.0%

21-30

Count 0 1 1 2

% within Kategori lama menderita DM 0.0% 50.0% 50.0% 100.0%

31-40

Count 1 0 0 1

% within Kategori lama menderita DM 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%

>40

Count 1 0 0 1

% within Kategori lama menderita DM 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%

Total

Count 11 33 16 60

% within Kategori lama menderita DM 18.3% 55.0% 26.7% 100.0%

Jenis Kelamin * Kategori Pengetahuan Crosstabulation

Kategori Pengetahuan Total

Kurang Sedang Baik

Jenis Kelamin

Laki-Laki

Count 4 14 15 33

% within Jenis Kelamin 12.1% 42.4% 45.5% 100.0%

Perempuan

Count 0 15 12 27

% within Jenis Kelamin 0.0% 55.6% 44.4% 100.0%

Total

Count 4 29 27 60


(28)

Jenis Kelamin * Kategori sikap Crosstabulation

Kategori sikap Total

Kurang Sedang Baik

Jenis Kelamin

Laki-Laki

Count 8 15 10 33

% within Jenis Kelamin 24.2% 45.5% 30.3% 100.0%

Perempuan

Count 5 14 8 27

% within Jenis Kelamin 18.5% 51.9% 29.6% 100.0%

Total

Count 13 29 18 60

% within Jenis Kelamin 21.7% 48.3% 30.0% 100.0%

Jenis Kelamin * Kategori perilaku Crosstabulation

Kategori perilaku Total

Kurang Sedang Baik

Jenis Kelamin

Laki-Laki

Count 6 18 9 33

% within Jenis Kelamin 18.2% 54.5% 27.3% 100.0%

Perempuan

Count 5 15 7 27

% within Jenis Kelamin 18.5% 55.6% 25.9% 100.0%

Total

Count 11 33 16 60

% within Jenis Kelamin 18.3% 55.0% 26.7% 100.0%

Pendidikan Terakhir * Kategori Pengetahuan Crosstabulation

Kategori Pengetahuan Total

Kurang Sedang Baik

Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah

Count 0 1 0 1

% within Pendidikan Terakhir 0.0% 100.0% 0.0% 100.0%

SD

Count 0 2 3 5

% within Pendidikan Terakhir 0.0% 40.0% 60.0% 100.0%

SMP

Count 0 0 3 3

% within Pendidikan Terakhir 0.0% 0.0% 100.0% 100.0%

SMA

Count 2 16 9 27

% within Pendidikan Terakhir 7.4% 59.3% 33.3% 100.0%

Diploma

Count 1 0 2 3

% within Pendidikan Terakhir 33.3% 0.0% 66.7% 100.0%

S1

Count 1 9 7 17

% within Pendidikan Terakhir 5.9% 52.9% 41.2% 100.0%


(29)

% within Pendidikan Terakhir 0.0% 25.0% 75.0% 100.0%

Total

Count 4 29 27 60

% within Pendidikan Terakhir 6.7% 48.3% 45.0% 100.0%

Pendidikan Terakhir * Kategori sikap Crosstabulation

Kategori sikap Total

Kurang Sedang Baik

Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah

Count 0 1 0 1

% within Pendidikan Terakhir 0.0% 100.0% 0.0% 100.0%

SD

Count 1 2 2 5

% within Pendidikan Terakhir 20.0% 40.0% 40.0% 100.0%

SMP

Count 0 3 0 3

% within Pendidikan Terakhir 0.0% 100.0% 0.0% 100.0%

SMA

Count 4 13 10 27

% within Pendidikan Terakhir 14.8% 48.1% 37.0% 100.0%

Diploma

Count 2 0 1 3

% within Pendidikan Terakhir 66.7% 0.0% 33.3% 100.0%

S1

Count 5 9 3 17

% within Pendidikan Terakhir 29.4% 52.9% 17.6% 100.0%

S2

Count 1 1 2 4

% within Pendidikan Terakhir 25.0% 25.0% 50.0% 100.0%

Total

Count 13 29 18 60

% within Pendidikan Terakhir 21.7% 48.3% 30.0% 100.0%

Pendidikan Terakhir * Kategori perilaku Crosstabulation

Kategori perilaku Total

Kurang Sedang Baik

Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah

Count 1 0 0 1

% within Pendidikan Terakhir 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%

SD

Count 0 3 2 5

% within Pendidikan Terakhir 0.0% 60.0% 40.0% 100.0%

SMP

Count 1 2 0 3

% within Pendidikan Terakhir 33.3% 66.7% 0.0% 100.0%

SMA

Count 4 18 5 27


(30)

Diploma

Count 1 1 1 3

% within Pendidikan Terakhir 33.3% 33.3% 33.3% 100.0%

S1

Count 2 9 6 17

% within Pendidikan Terakhir 11.8% 52.9% 35.3% 100.0%

S2

Count 2 0 2 4

% within Pendidikan Terakhir 50.0% 0.0% 50.0% 100.0%

Total

Count 11 33 16 60

% within Pendidikan Terakhir 18.3% 55.0% 26.7% 100.0%

Pernah Menjadi Subjek * Kategori Pengetahuan Crosstabulation

Kategori Pengetahuan Total

Kurang Sedang Baik

Pernah Menjadi Subjek

Ya

Count 0 10 9 19

% within Pernah Menjadi Subjek 0.0% 52.6% 47.4% 100.0%

Tidak

Count 4 19 18 41

% within Pernah Menjadi Subjek 9.8% 46.3% 43.9% 100.0%

Total

Count 4 29 27 60

% within Pernah Menjadi Subjek 6.7% 48.3% 45.0% 100.0%

Pernah Menjadi Subjek * Kategori sikap Crosstabulation

Kategori sikap Total

Kurang Sedang Baik

Pernah Menjadi Subjek

Ya

Count 3 10 6 19

% within Pernah Menjadi Subjek 15.8% 52.6% 31.6% 100.0%

Tidak

Count 10 19 12 41

% within Pernah Menjadi Subjek 24.4% 46.3% 29.3% 100.0%

Total

Count 13 29 18 60

% within Pernah Menjadi Subjek 21.7% 48.3% 30.0% 100.0%

Pernah Menjadi Subjek * Kategori perilaku Crosstabulation

Kategori perilaku Total

Kurang Sedang Baik

Pernah Menjadi Subjek

Ya

Count 4 9 6 19

% within Pernah Menjadi Subjek 21.1% 47.4% 31.6% 100.0%


(31)

% within Pernah Menjadi Subjek 17.1% 58.5% 24.4% 100.0%

Total

Count 11 33 16 60

% within Pernah Menjadi Subjek 18.3% 55.0% 26.7% 100.0%

Memakai Insulin * Kategori Pengetahuan Crosstabulation

Kategori Pengetahuan Total

Kurang Sedang Baik

Memakai Insulin

Ya

Count 2 16 16 34

% within Memakai Insulin 5.9% 47.1% 47.1% 100.0%

Tidak

Count 2 13 11 26

% within Memakai Insulin 7.7% 50.0% 42.3% 100.0%

Total

Count 4 29 27 60

% within Memakai Insulin 6.7% 48.3% 45.0% 100.0%

Memakai Insulin * Kategori sikap Crosstabulation

Kategori sikap Total

Kurang Sedang Baik

Memakai Insulin

Ya

Count 1 18 15 34

% within Memakai Insulin 2.9% 52.9% 44.1% 100.0%

Tidak

Count 12 11 3 26

% within Memakai Insulin 46.2% 42.3% 11.5% 100.0%

Total

Count 13 29 18 60

% within Memakai Insulin 21.7% 48.3% 30.0% 100.0%

Memakai Insulin * Kategori perilaku Crosstabulation

Kategori perilaku Total

Kurang Sedang Baik

Memakai Insulin

Ya

Count 2 20 12 34

% within Memakai Insulin 5.9% 58.8% 35.3% 100.0%

Tidak

Count 9 13 4 26

% within Memakai Insulin 34.6% 50.0% 15.4% 100.0%

Total

Count 11 33 16 60


(32)

(33)

(34)

58

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. 2011. Diagnosis and Classification of Diabetes

Mellitus. Available from :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3006051/ [Accessed 8 April 2015].

American Diabetes Association. 2012. Standards of Medical Care in Diabetes-2012. Diabetes Care: 35(1); S16-S23.

American Diabetes Association. 2015. Standards of Medical Care in Diabetes-2015. Diabetes Care: 38(1); S8-S16.

Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Boediarso, A., Musa, D. A., Alatas, H., Oesman I. S., Idris, N. S., Karyomanggolo, W. T. 2014. Desain Penelitian. Dalam : Ismael, S., Sastroasmoro, S. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 5. Jakarta: Sagung Seto, 105-112.

Budhiarta, A. A. G., Saraswati, M. R., Kresnasari, N. L. P. 2013. Hambatan Awal Terapi Insulin pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUP Sanglah Denpasar. E-Jurnal Medika Udayana: 2(5); 1-12.

Goldfine, I. D., Kroon L., Tanyolac, S. 2010. Insulin - Pharmacology, Types of

Regimens and Adjustments. Available from :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK278938/#insulin-pharmacology.toc-pharmacology [Accessed 27 april 2015].

Gurmu, A. E., Teni F. S. 2014. Knowledge, Attitude and Practice among Diabetic Patients on Insulin Therapy towards the Disease and Their Medication at a University Hospital in Northwestern Ethiopia : a Cross Sectional Study. International Journal of Pharma Sciences an Research: 5(10); 685-692.


(35)

59

Hazra A., Das S. K., Choudhury S. D. 2014. Survey of Knowledge-Attitude-Practice Concerning Insulin Use in Adult Diabetic Patients in Eastern India. Indian Journal of Pharmacology: 46(4); 425-429.

Hirsch, I. B. 2005. Insulin Analogue. Seattle. Available from : http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra040832 [Accessed 27 April 2015].

Kemenkes RI (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia). 2014. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. Available from : http://www.depkes.go.id/article/view/414/tahun-2030-

prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html[Accessed 31 Maret 2015].

Lestari, D. T. 2013. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Inisiasi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus. Available from : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20334199-T32570-Diana%20Tri%20Lestari.pdf [Accessed 23 Mei 2015]

Manaf, A. 2009. Insulin : Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam : Sudoyo, A. W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1896-1899.

Matthews, D. R., Snoek, F. J., Kleinebreil, L., Peyrot, M., Rubin, R. R., Landgraf, R.et al. 2005. Resistance to Insulin Therapy among Patients and Providers. Diabetes Care: 28(11); 2673 – 2679.

Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.


(36)

60

PB-PAPDI (Pengurus Besar Perkumpulan Ahli Penyakit Dalam Indonesia). 2013. Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien Diabetes Melitus. Available

from :

http://www.pbpapdi.org/images/file_guidelines/13_Petunjuk%20Praktis%20 Terapi%20Insulin%20pada%20Pasien%20Diabetes%20Melitus.PDF

PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Available from : http://www.scribd.com/doc/73323977/Konsensus-DM-Tipe-2-Indonesia-2011#scribd [Accessed 3 April 2015].

Powers, A. C. 2008. Diabetes Mellitus, Harrison Internal Medicine 17th Edition. 2280 – 2282.

Pyiki, E. B., Opara, M. C., Akinrolie, O., Jasper, U. S. 2014. Knowledge of Insulin Use and Its Determinants among Nigerian Insulin Requiring Diabetes Patients. Journal of Diabetes and Metabolic Disorders: 13(10).

Sabei, L. T., Sammud, M. H. 2015. Attitude towards Insulin Therapy among Patients with Type 2 Diabetes in Tripoli, Libya. Ibnosina Journal of Medicine and Biomedical Sciences: 7(4); 127 – 135.

Salih, A. A., Sadiq, M. A., Lafta, R. K. 2011. Knowledge and Attitude towards Insulin Therapy among Type 2 Diabetics. Iraqi Journal of Community Medicine: 24(3); 196 – 199.

Soebardi, S., dan Yunir, E. 2009. Terapi Non Farmakologis pada Diabetes Melitus. Dalam : Sudoyo, A. W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1891-1895. Soegondo, S. 2009. Farmakoterapi pada Pengendalian Glikemia Diabetes Melitus

Tipe 2. Dalam : Sudoyo, A. W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1884-1890.


(37)

61

Tarigan, T. J. E. 2013. Rumor Seputar Penggunaan Insulin. Available from : http://www.pbpapdi.org/papdi.php?pb=detil_berita&kd_berita=90 [Accessed 19 Mei 2015].

Wahyuni, A. S. 2008. Statistika Kedokteran (disertai aplikasi dengan SPSS). Jakarta : Bamboedoea Communication, 110 – 117.

Whiting, D. R., Hambleton, I., Beagley, J., Shaw, J. E., Guariguata, L., Linnenkamp, U. 2014. Global Estimates of Diabetes Prevalence For 2013 and Projections for 2035. Diabetes Research and Clinical Practice, 103(2):137-149.


(38)

36

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Skema Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

1. Pengetahuan

a. Definisi Operasional : Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai insulin

b. Cara Ukur : Wawancara

c. Alat Ukur : Kuesioner, dengan pertanyaan yang diajukan sebanyak 7 buah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sistem penilaian menurut Arikunto (2007) sebagai berikut :

1. Jawaban yang benar diberi nilai 1 2. Jawaban yang salah diberi nilai 0 3. Jawaban tidak tahu diberi nilai 0 d. Hasil Ukur :

1. Pengetahuan baik ( >75 %) : nilai >5 2. Pengetahuan sedang ( 50-75 %) : nilai 3-5 3. Pengetahuan kurang ( <50 %) : nilai <3 Pengetahuan

Sikap Perilaku

Pasien DM tipe 2 di RSUP HAM


(39)

37

e. Skala Pengukuran : Ordinal

2. Sikap

a. Definisi Operasional : Sikap adalah tanggapan atau reaksi responden terhadap insulin

b. Cara Ukur : Wawancara

c. Alat Ukur : Kuesioner, dengan pertanyaan yang diajukan sebanyak 7 buah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sistem penilaian menurut Arikunto (2007) sebagai berikut :

1. Jawaban yang benar diberi nilai 1 2. Jawaban yang salah diberi nilai 0 3. Jawaban tidak tahu diberi nilai 0 d. Hasil Ukur :

1. Pengetahuan baik ( >75 %) : nilai >5 2. Pengetahuan sedang ( 50-75 %) : nilai 3-5 3. Pengetahuan kurang ( <50 %) : nilai <3 e. Skala Pengukuran : Ordinal

3. Perilaku

a. Definisi Operasional : Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan responden terhadap penggunaan insulin

b. Cara Ukur : Wawancara

c. Alat Ukur : Kuesioner, dengan pertanyaan yang diajukan sebanyak 7 buah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sistem penilaian menurut Arikunto (2007) sebagai berikut :

1. Jawaban yang benar diberi nilai 1 2. Jawaban yang salah diberi nilai 0 3. Jawaban tidak tahu diberi nilai 0 d. Hasil Ukur :

1. Pengetahuan baik ( >75 %) : nilai >5 2. Pengetahuan sedang ( 50-75 %) : nilai 3-5


(40)

38

3. Pengetahuan kurang ( <50 %) : nilai <3 e. Skala Pengukuran : Ordinal

4. Diabetes melitus tipe 2 di RSUP HAM

Diabetes melitus tipe 2 adalah pasien rawat jalan di poli endokrinologi departemen penyakit dalam RSUP HAM Medan.

5. Insulin

Insulin adalah terapi yang diberikan pada pasien DM tipe 2 dengan cara disuntikkan.

6. Pernah menjadi subjek penelitian

Pasien atau sampel yang pernah menjadi subjek penelitian sebelumnya tentang DM.


(41)

39

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional yaitu dilakukan observasi pengumpulan data yang bersamaan dengan pembagian kuesioner (Boediarso, et al, 2014).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Poli Endokrinologi Departemen Penyakit Dalam RSUP HAM Medan pada bulan Maret - Desember 2015.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien DM tipe 2 di Poli Endokrinologi Departemen Penyakit Dalam RSUP HAM Medan.

Sampel penelitian adalah subjek yang diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1. Pasien DM tipe 2 rawat jalan 2. Usia >30 tahun

3. Bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan


(42)

40

b. Kriteria Eksklusi 1. Pasien DM tipe 1 2. Pasien DM Gestasional

3. Pasien DM tipe spesifik lainnya

Menurut Wahyuni (2008), besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus perhitungan data sampel untuk penelitian estimasi data proporsi dengan populasi finit yaitu:

n

=

�.� 2 α

2.p. −p

�− .�2+�2 α

2.p. −p

n = . ,9

2. , . − ,

− . , 2+ ,9 2. , . − ,

n = 59,7 n = 60

Dimana :

n = besar sampel minimum

Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu P = harga proporsi di populasi

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir N = jumlah di populasi saat survey awal


(43)

41

Maka didapatkan besar sampel minimum adalah 60 orang. Sampel didapat dengan teknik non-probability sampling dengan jenis consecutive sampling, yaitu semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek penelitian yang dibutuhkan terpenuhi.

4.4. Metode Pengumpulan Data

4.4.1. Jenis Data

Data dalam penelitian ini adalah data primer. Data diperoleh dengan meminta kesediaan responden terlebih dahulu dengan lembar persetujuan (informed consent). Setelah mereka setuju, peneliti melakukan wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner penelitian yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan perilaku pasien dm tipe 2 di RSUP HAM Medan terhadap insulin.

4.4.2. Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner

Uji validitas dan reabilitas akan dilakukan terhadap kuesioner yang akan digunakan kepada 20 orang responden dengan karakter yang hampir sama dengan sampel penelitian seperti yang ditentukan peneliti di Poli Endokrinologi Departemen Penyakit Dalam Rumah Sakit Lain.

4.5. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini, akan diolah melalui beberapa tahapan dengan menggunakan proses pengolahan komputer, yaitu:

1. Editing

Dilakukan pengecekan pada hasil pengamatan untuk melihat kelengkapan data identitas responden, dan konsistensi jawaban responden apakah sesuai dengan petunjuk atau tidak.


(44)

42

2. Coding

Mengubah data dari bentuk kalimat menjadi angka untuk mempermudah proses memasukkan data.

3. Entry

Memasukan data yang sudah dilakukan editing dan coding ke dalam program komputer.

4. Cleaning

Melihat kembali data yang sudah dimasukkan unuk mengetahui apakah terdapat kesalahan dalam pemberian kode maupun ketidaklengkapan data.

Proses pengolahan data penelitian dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistic Package for Sosial Science). Data hasil pengukuran dipresentasikan dalam bentuk tabel. Pengujian menggunakan metode komputerisasi.

4.6. Metode Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistika deskriptif, yaitu analisis univariat. Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, kemudian dibahas dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.


(45)

43

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Endokrinologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara. RSUP HAM merupakan rumah sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VIII/1990 dan merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991, RSUP HAM ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, telah diambil data kepada 60 responden yang menderita DM tipe 2 di poli endokrinologi departemen penyakit dalam RSUP HAM baik yang menggunakan insulin ataupun tidak menggunakan insulin dengan menggunakan kuesioner. Gambaran karakteristik yang diamati oleh peneliti yaitu pengguna insulin, usia, lama menderita DM, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan pernah menjadi subjek penelitian DM. Data lengkap mengenai karakteristik responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(46)

44

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-Laki 33 55.0

Perempuan 27 45.0

Usia (Tahun)

31-40 3 5.0

41-50 11 18.3

51-60 23 38.3

61-70 18 30.0

71-80 5 8.3

Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah 1 1.7

SD 5 8.3

SMP 3 5.0

SMA 27 45.0

Diploma 3 5.0

S1 17 28.3

S2 4 6.7

Lama menderita DM (Tahun)

1-10 46 76.7

11-20 10 16.7

21-30 2 3.3

31-40 1 1.7

>40 1 1.7

Pengguna Insulin

Ya 34 56.7

Tidak 26 43.3

Pernah menjadi subjek penelitian tentang DM

Ya 19 31.7


(47)

45

Berdasarkan tabel 5.1, dapat diamati dari jenis kelamin, laki-laki sedikit lebih banyak yaitu 33 orang (55.0%) dibandingkan perempuan 27 orang (45.0%).

Dari total sampel, usia terbanyak yang menderita DM berasal dari kelompok usia 51-60 tahun yaitu 23 orang (38.3%) dan yang paling sedikit kelompok usia 31-40 tahun hanya 3 orang (5.0%). Dari tingkat pendidikan terakhir, sebanyak 27 orang (45.0%) atau hampir setengah dari total responden memiliki pendidikan terakhir SMA dan hanya 1 (1.7%) orang yang tidak bersekolah.

Menurut kelompok lama menderita DM, mayoritas responden berada pada kelompok 1-10 tahun dengan persentase 76.7 atau 46 orang dan kelompok minoritas 31-40 tahun dan >40 tahun masing-masing hanya 1 orang (1.7%).

Dapat diamati bahwa 56.7 % (34 orang) atau setengah lebih responden menggunakan insulin sebagai terapi mereka sementara sisanya 43.3% (26 orang) tidak menggunakan insulin. Hanya 19 orang atau 31.7 % yang pernah menjadi subjek penelitian tentang DM, sementara sebagian besar sisanya sebanyak 41 orang (68.3%) belum pernah menjadi subjek penelitian tentang DM.


(48)

46

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik terhadap pengetahuan

Karakteristik

Kategori Pengetahuan

Total

Kurang Sedang Baik

N % n % n % n %

Jenis Kelamin

Laki-Laki 4 12.1 14 42.4 15 45.5 33 100.0 Perempuan 0 0.0 15 55.6 12 44.4 27 100.0 Usia (Tahun)

31-40 0 0.0 2 66.7 1 33.3 3 100.0

41-50 1 9.1 7 63.6 3 27.3 11 100.0 51-60 1 4.3 8 34.8 14 60.9 23 100.0 61-70 1 5.6 9 50.0 8 44.4 18 100.0 71-80 1 20.0 3 60.0 1 20.0 5 100.0 Pendidikan

Terakhir

Tidak Sekolah 0 0.0 1 100.0 0 0.0 1 100.0

SD 0 0.0 2 40.0 3 60.0 5 100.0

SMP 0 0.0 0 0.0 3 100.0 3 100.0

SMA 2 7.4 16 59.3 9 33.3 27 100.0

Diploma 1 33.3 0 0.0 2 66.7 3 100.0

S1 1 5.9 9 52.9 7 41.2 17 100.0

S2 0 0.0 1 25.0 3 75.0 4 100.0

Lama menderita DM (Tahun)

1-10 2 4.3 20 43.5 24 52.2 46 100.0 11-20 0 0.0 7 70.0 3 30.0 10 100.0

21-30 0 0.0 2 100.0 0 0.0 2 100.0

31-40 1 100.0 0 0.0 0 0.0 1 100.0

>40 1 100.0 0 0.0 0 0.0 1 100.0 Pengguna Insulin

Ya 2 5.9 16 47.1 16 47.1 34 100.0

Tidak 2 7.7 13 50.0 11 42.3 26 100.0 Pernah menjadi

subjek penelitian tentang DM

Ya 0 0.0 10 52.6 9 47.4 19 100.0


(49)

47

Berdasarkan tabel 5.2, bila ditinjau dari jenis kelamin, mayoritas laki-laki memiliki pengetahuan yang baik terhadap insulin yaitu sebesar 45.5% (15 orang) dan perempuan mayoritas memiliki pengetahuan yang sedang terhadap insulin yaitu sebesar 55.6% (15 orang).

Menurut kelompok usia, kelompok 51-60 tahun mayoritas memiliki pengetahuan yang baik dengan persentase 60.9% atau 14 orang. Sementara kelompok yang lain mayoritas memiliki pengetahuan yang sedang terhadap insulin, yaitu 31-40 tahun (66.7%, 2 orang), 41-50 tahun (63.6%, 7 orang), 61-70 tahun (50.0%, 9 orang) dan 71-80 tahun (60.0%, 3 orang). Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, mayoritas memiliki pengetahuan baik, yaitu SD (60.0%, 3 orang), SMP (100.0%, 3 orang), Diploma (66.7%, 2 orang) dan S2 (75.0%, 3orang). Kelompok lain mayoritas memiliki pengetahuan yang sedang yaitu tidak sekolah (100.0%, 1 orang), SMA (59.3%, 16 orang) dan S1 (52.9%, 9 orang).

Pada kelompok lama menderita DM, rentang waktu 1-10 tahun mayoritas memiliki pengetahuan yang baik (52.2%, 24 orang), 11-20 tahun dan 21-30 tahun mayoritas memiliki pengetahuan yang sedang, yaitu 70.0% (7 orang) dan 100.0% (2 orang), dan 31-40 tahun dan >40 tahun memiliki pengetahuan yang kurang, masing-masing 1 orang (100%).

Pengguna insulin memiliki kategori pengetahuan yang sama antara sedang dan baik masing – masing berjumlah 16 orang (47.1%) dan 50% (13 orang) dan responden yang bukan pengguna insulin memiliki pengetahuan yang sedang terhadap insulin (50.0%, 13 orang). Sedangkan bila dilihat dari pernah menjadi subjek penelitian DM, mayoritas memiliki pengetahuan yang sedang terhadap insulin, yaitu responden yang sudah pernah sebesar 52.6% (10 orang) dan yang belum 46.3% (19 orang).


(50)

48

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik terhadap sikap

Karakteristik

Kategori Sikap

Total

Kurang Sedang Baik

N % n % n % n %

Jenis Kelamin

Laki-Laki 8 24.2 15 45.5 10 30.3 33 100.0 Perempuan 5 18.5 14 51.9 8 29.6 27 100.0 Usia (Tahun)

31-40 0 0.0 3 100.0 0 0.0 3 100.0

41-50 1 9.1 3 27.3 7 63.6 11 100.0 51-60 5 21.7 13 56.5 5 21.7 23 100.0 61-70 4 22.2 10 55.6 4 22.2 18 100.0

71-80 3 60.0 0 0.0 2 40.0 5 100.0

Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah 0 0.0 1 100.0 0 0.0 1 100.0

SD 1 20.0 2 40.0 2 40.0 5 100.0

SMP 0 0.0 3 100.0 0 0.0 3 100.0

SMA 4 14.8 13 48.1 10 37.0 27 100.0

Diploma 2 66.7 0 0.0 1 33.3 3 100.0

S1 5 29.4 9 52.9 3 17.6 17 100.0

S2 1 25.0 1 25.0 2 50.0 4 100.0

Lama menderita DM (Tahun)

1-10 8 17.4 24 52.2 14 30.4 46 100.0 11-20 3 30.0 3 30.0 4 40.0 10 100.0

21-30 0 0.0 2 100.0 0 0.0 2 100.0

31-40 1 100.0 0 0.0 0 0.0 1 100.0

>40 1 100.0 0 0.0 0 0.0 1 100.0 Pengguna Insulin

Ya 1 2.9 18 52.9 15 44.1 34 100.0

Tidak 12 46.2 11 42.3 3 11.5 26 100.0 Pernah menjadi

subjek penelitian tentang DM

Ya 3 15.8 10 52.6 6 31.6 19 100.0


(51)

49

Berdasarkan tabel 5.3, bila ditinjau dari jenis kelamin, mayoritas laki-laki memiliki sikap yang sedang terhadap insulin yaitu sebesar 45.5% (15 orang) dan perempuan mayoritas memiliki sikap yang sedang terhadap insulin yaitu sebesar 51.9% (14 orang).

Menurut kelompok usia, kelompok 41-50 tahun mayoritas memiliki sikap yang baik dengan persentase 63.6% atau 7 orang. Sementara kelompok yang lain mayoritas memiliki sikap yang sedang terhadap insulin, yaitu 31-40 tahun (100.0%, 3 orang), 51-60 tahun (56.5%, 13 orang), 61-70 tahun (55.6%, 10 orang) dan 71-80 tahun memiliki sikap yang kurang terhadap insulin (60.0%, 3 orang). Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, mayoritas memiliki sikap baik, yaitu S2 sebesar 50.0% (2 orang), mayoritas memiliki sikap sedang, yaitu tidak sekolah (100.0%, 1 orang), SD (40.0%, 2 orang), SMP (100.0%, 3 orang), SMA (48.1%, 13 orang), dan S1 (52.9%, 9 orang), dan diploma mayoritas memiliki sikap yang kurang terhadap insulin (66.7%, 2 orang).

Pada kelompok lama menderita DM, rentang waktu 11-20 tahun mayoritas memiliki sikap yang baik (40.0%, 4 orang), 1-10 tahun dan 21-30 tahun mayoritas memiliki sikap yang sedang, yaitu 52.2% (24 orang) dan 100.0% (2 orang), dan 31-40 tahun dan >40 tahun memiliki sikap yang kurang, masing-masing 1 orang (100%).

Bila dipilah berdasarkan penggunaan insulin, mayoritas memiliki sikap yang sedang terhadap insulin yaitu 52.9% (18 orang) pada pengguna insulin dan 42.3% (11 orang) pada bukan pengguna insulin. Sedangkan bila dilihat dari pernah menjadi subjek penelitian DM, mayoritas memiliki sikap yang sedang terhadap insulin, yaitu responden yang sudah pernah sebesar 52.6% (10 orang) dan yang belum 46.3% (19 orang).


(52)

50

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik terhadap perilaku

Karakteristik

Kategori Perilaku

Total

Kurang Sedang Baik

N % n % n % n %

Jenis Kelamin

Laki-Laki 6 18.2 18 54.5 9 27.3 33 100.0 Perempuan 5 18.5 15 55.6 7 25.9 27 100.0 Usia (Tahun)

31-40 0 0.0 2 66.7 1 33.3 3 100.0

41-50 0 0.0 6 54.5 5 45.5 11 100.0 51-60 5 21.7 14 60.9 4 17.4 23 100.0 61-70 4 22.2 8 44.4 6 33.3 18 100.0

71-80 2 40.0 3 60.0 0 0.0 5 100.0

Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah 1 100.0 0 0.0 0 0.0 1 100.0

SD 0 0.0 3 60.0 2 40.0 5 100.0

SMP 1 33.3 2 66.7 0 0.0 3 100.0

SMA 4 14.8 18 66.7 5 18.5 27 100.0 Diploma 1 33.3 1 33.3 1 33.3 3 100.0

S1 2 11.8 9 52.9 6 35.3 17 100.0

S2 2 50.0 0 0.0 2 50.0 4 100.0

Lama menderita DM (Tahun)

1-10 7 15.2 28 60.9 11 23.9 46 100.0 11-20 2 20.0 4 40.0 4 40.0 10 100.0

21-30 0 0.0 1 50.0 1 50.0 2 100.0

31-40 1 100.0 0 0.0 0 0.0 1 100.0

>40 1 100.0 0 0.0 0 0.0 1 100.0 Pengguna Insulin

Ya 2 5.9 20 58.8 12 35.3 34 100.0

Tidak 9 34.6 13 50.0 4 15.4 26 100.0 Pernah menjadi

subjek penelitian tentang DM

Ya 4 21.1 9 47.4 6 31.6 19 100.0


(53)

51

Berdasarkan tabel 5.4, bila ditinjau dari jenis kelamin, mayoritas laki-laki memiliki perilakuu yang sedang terhadap insulin yaitu sebesar 54.5% (18 orang) dan perempuan mayoritas memiliki perilaku yang sedang terhadap insulin yaitu sebesar 55.6% (15 orang).

Menurut kelompok usia, mayoritas semua memiliki perilaku yang sedang terhadap insulin yaitu 31-40 tahun (66.7%, orang), 41-50 tahun (54.4%, 6 orang), 51-60 tahun (60.9%, 14 orang), 61-70 tahun (44.4%, 8 orang), dan 71-80 tahun (60.0%, 3 orang). Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, mayoritas memiliki perilaku baik, yaitu S2 sebesar 50.0% (2 orang), mayoritas memiliki sikap sedang, yaitu, SD (60.0%, 3 orang), SMP (66.7%, 2 orang), SMA (66.7%, 18 orang), diploma (33.3%, 1 orang) dan S1 (52.9%, 9 orang), dan tidak sekolah (100.0%, 1 orang) memiliki perilaku yang kurang terhadap insulin.

Pada kelompok lama menderita DM, rentang waktu 11-20 tahun dan 21-30 tahun mayoritas memiliki perilaku yang baik (40.0%, 4 orang) dan (50.0%, 1 orang), 1-10 tahun mayoritas memiliki perilaku yang sedang, yaitu 60.9% (28 orang), dan 31-40 tahun dan >40 tahun memiliki perilaku yang kurang, masing-masing 1 orang (100%).

Bila dipilah berdasarkan penggunaan insulin, mayoritas memiliki perilaku yang sedang terhadap insulin yaitu 58.8% (20 orang) pada pengguna insulin dan 50.0% (13 orang) pada bukan pengguna insulin. Sedangkan bila dilihat dari pernah menjadi subjek penelitian DM, mayoritas memiliki perilaku yang sedang terhadap insulin, yaitu responden yang sudah pernah sebesar 47.4% (9 orang) dan yang belum 58.5% (24 orang).


(54)

52

5.1.3. Hasil Analisa Data

5.1.3.1. Pengetahuan

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan terhadap insulin

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)

Kurang 4 6.7

Sedang 29 48.3

Baik 27 45.0

Total 60 100.0

Berdasarkan tabel 5.5, dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang sedang terhadap insulin, yaitu sebanyak 29 orang (48.3%). Sedangkan untuk nilai terendah berada pada tingkat pengetahuan yang kurang yaitu sebanyak 4 orang (6.7%).

5.1.3.2. Sikap

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan sikap terhadap insulin

Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)

Kurang 13 21.7

Sedang 29 48.3

Baik 18 30.0

Total 60 100.0

Berdasarkan tabel 5.6, dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki tingkat sikap yang sedang terhadap insulin, yaitu sebanyak 29 orang (48.3%). Sedangkan untuk nilai terendah berada pada tingkat sikap yang kurang yaitu sebanyak 13 orang (21.7%).


(55)

53

5.1.3.3. Perilaku

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku terhadap insulin

Perilaku Frekuensi (n) Persentase (%)

Kurang 11 18.3

Sedang 33 55.0

Baik 16 26.7

Total 60 100.0

Berdasarkan tabel 5.7, dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki tingkat perilaku yang sedang terhadap insulin, yaitu sebanyak 33 orang (55.0%). Sedangkan untuk nilai terendah berada pada tingkat sikap yang kurang yaitu sebanyak 11 orang (18.3%).

5.2. Pembahasan

Dari 60 total responden, yaitu pasien DM tipe 2 di RSUP HAM, didapati setengah lebih responden menggunakan insulin. Hal ini berkebalikan dengan penelitian Hazra,et al tahun 2014 di India. Dari 385 pasien DM tipe 1 dan tipe 2, hanya 150 orang yang menggunakan insulin atau 38.96%.

Pada karakteristik berdasarkan jenis kelamin, hasil yang didapati laki-laki lebih banyak menjadi responden dibandingkan perempuan walau perbedaan persentasenya hanya 10 %. Hasil yang didapati mirip dengan penelitian Hazra, et al dengan hasil 55.06% sampel adalah laki-laki. Namun hasil yang didapati berkebalikan dengan penelitian Matthews, et al tahun 2005 di 13 negara di Asia, Australia, Eropa dan Amerika Utara. Dengan 2.061 sampel pasien DM tipe 2 yang tidak menggunakan insulin, 52.7% sampel adalah wanita dan 47.0% laki-laki.


(56)

54

Berdasarkan usia, responden terbanyak berada pada usia 51-60 tahun, dan terendah 31-40 tahun. Hal ini mirip dengan penelitian Pyiki,et al tahun 2014 di Nigeria dengan jumlah sampel terbanyak berada pada usia 51-60 tahun sebanyak 18 orang (33.3%) dengan total sampel 54 orang dan jumlah paling sedikit berada pada usia 21-30 tahun sebanyak 3 orang (5.6%).

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku DM tipe 2 terhadap insulin cukup memuaskan, yaitu berada pada tingkat yang sedang dan baik. Pada tingkat pengetahuan yang kurang hanya 4 orang, yaitu 3 orang tidak menggunakan insulin dan 1 orang pengguna insulin, tingkat sikap yang kurang sebanyak 13 orang, yaitu 12 tidak menggunakan insulin dan 1 orang pengguna insulin, dan tingkat perilaku yang kurang sebanyak 11 orang, yaitu 9 orang tidak menggunakan insulin dan 2 orang pengguna insulin.

Hasil tersebut mirip dengan penelitian Salih, et al tahun 2011 di Baghdad. Pada penelitian tersebut, sampel yang diambil yaitu pasien DM tipe 2 yang datang ke Iraqi National Diabetic’s Center Baghdad dengan kriteria inklusi pasien telah mengganti obat diabetik oral dengan insulin minimal satu tahun. Dari 133 pasien, didapati hasil 74 orang (55.6%) berpengetahuan baik, 57 orang (42.8%) berpengetahuan sedang dan 2 orang (1.5%) berpengetahuan kurang.

Selain itu, beberapa penelitian yang mirip yaitu Hazra, et altahun 2014 dengan 385 sampel pasien diabetes melitus tipe 1 dan 2 yang mengunjungi 3 rumah sakit rujukan di India. Hasil yang didapati berdasarkan penelitian yaitu pasien memiliki pengetahuan dan sikap yang memuaskan, namun masih memiliki perilaku yang kurang terhadap insulin. Sedangkan menurut penelitian Gurmu, et al tahun 2014, dengan 150 sampel pasien diabetes melitus yang mendatangi University of Gondar Hospital, barat laut Ethiopia, didapati hasil pengetahuan dan sikap yang sedang terhadap, sedangkan untuk perilaku masih kurang terhadap insulin.


(57)

55

Hasil dari penelitian ini berkebalikan dengan beberapa penelitian. Menurut penelitian Pyiki, et al tahun 2014 dengan 54 sampel pasien diabetes yang menghadiri acara perayaan hari diabetes sedunia di Plateau State, Nigeria, tingkat pengetahuan mereka terhadap insulin masih kurang. Sementara menurut penelitian Sabei, et al tahun 2015 dengan 1703 sampel pasien rawat jalan DM tipe 2 di 2 rumah sakit dan 5 puskesmas di Tripoli, Libya selama 6 bulan, hasil yang didapati sikap pasien DM tipe 2 terhadap insulin masih kurang.


(58)

56

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa :

1. Persentase tingkat pengetahuan terbesar yaitu 48.3% (29 orang) memiliki tingkat pengetahuan yang sedang, persentase tingkat sikap terbesar yaitu 48.3% (29 orang) memiliki tingkat sikap yang sedang terhadap insulin dan persentase tingkat perilaku terbesar yaitu 55.0% (33 orang) memiliki tingkat perilaku yang sedang terhadap insulin.

2. Berdasarkan jenis kelamin, persentase terbesar pada laki-laki yaitu tingkat pengetahuan baik, sikap sedang dan perilaku sedang dan persentase terbesar pada perempuan yaitu tingkat pengetahuan sedang, sikap sedang dan perilaku sedang.

3. Berdasarkan usia, persentase terbesar pada kelompok 31-40 tahun yaitu tingkat pengetahuan sedang, sikap sedang dan perilaku sedang, 41-50 tahun yaitu tingkat pengetahuan sedang, sikap baik dan perilaku sedang, 51-60 tahun yaitu tingkat pengetahuan baik, sikap sedang dan perilaku sedang, 61-70 tahun yaitu tingkat pengetahuan sedang, sikap sedang dan perilaku sedang, dan 71-80 tahun yaitu tingkat pengetahuan sedang, sikap kurang dan perilaku sedang. 4. Berdasarkan pendidikan terakhir, persentase terbesar pada kelompok tidak sekolah yaitu tingkat pengetahuan sedang, sikap sedang dan perilaku kurang, SD yaitu tingkat pengetahuan baik, sikap sedang dan perilaku sedang, SMP yaitu tingkat pengetahuan baik, sikap sedang dan perilaku sedang, SMA yaitu tingkat pengetahuan sedang, sikap sedang dan perilaku sedang, diploma yaitu tingkat pengetahuan baik, sikap kurang dan perilaku sedang, S1 yaitu tingkat pengetahuan sedang, sikap sedang dan perilaku sedang, dan S2 yaitu tingkat pengetahuan baik, sikap baik dan perilaku baik.


(59)

57

5. Berdasarkan lama menderita DM, persentase terbesar pada kelompok 1-10 tahun yaitu tingkat pengetahuan baik, sikap sedang dan perilaku sedang, 11-20 tahun yaitu tingkat pengetahuan sedang, sikap baik dan perilaku baik, 21-30 tahun yaitu tingkat pengetahuan sedang, sikap sedang dan perilaku sedang, 31-40 tahun yaitu tingkat pengetahuan kurang, sikap kurang dan perilaku kurang, dan >40 tahun yaitu tingkat pengetahuan kurang, sikap kurang dan perilaku kurang.

6. Berdasarkan pernah menjadi subjek penelitian tentang DM, persentase terbesar pada yang pernah menjadi subjek yaitu tingkat pengetahuan sedang, sikap sedang dan perilaku sedang dan persentase terbesar pada yang belum pernah menjadi subjek penelitian yaitu tingkat pengetahuan sedang, sikap sedang dan perilaku sedang.

6.2. Saran

Pengetahuan, sikap dan perilaku pasien mengenai insulin sudah cukup memuaskan, namun sebaiknya pasien tetap diberi penyuluhan atau edukasi saat kontrol agar tidak ada lagi pasien yang memiliki tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang kurang mengenai insulin ataupun masih mempercayai rumor yang beredar di masyarakat.


(60)

15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Mellitus

2.1.1. Definisi

Diabetes Melitus(DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemi karena pankreas tidak mampu memproduksi insulin ataupun insulin yang tidak dapat digunakan oleh tubuh. Hiperglikemi kronik pada pasien DM dapat menyebabkan disfungsi, kegagalan bahkan kerusakan organ terutama mata, ginjal, pembuluh darah dan saraf (American Diabetes Association, 2011).

2.1.2. Klasifikasi

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2015, klasifikasi DM dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :

1. Diabetes Melitus tipe 1

(akibat kerusakan sel beta pankreas, sehingga dapat menyebabkan defisiensi insulin)

2. Diabetes Melitus tipe 2

(akibat gangguan sekresi insulin yang dapat menyebabkan resistensi insulin)

3. Gestasional Diabetes Melitus (GDM)

(didiagnosa pada trimester kedua atau ketiga kehamilan) 4. Diabetes tipe spesifik

a. Sindrom diabetes monogenik, seperti neonatal diabetes, dan maturity-onset diabetes of the young (MODY)

b. Penyakit eksokrin pankreas, seperti fibrosis kistik

c. Karena pengaruh obat atau zat kimia, seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau paska transplantasi organ


(61)

16

2.1.3. Patogenesis

Resistensi insulin dan sekresi insulin yang abnormal adalah penyebab utama terjadinya DM tipe 2 sehingga DM 2 didefenisikan sebagai gangguan sekresi insulin, resistensi insulin, peningkatan produksi glukosa hati, dan gangguan metabolisme lemak. Selain itu, obesitas baik sentral maupun viseral sangat sering disebut sebagai faktor predisposisi DM tipe 2 (Powers, 2008).

Resistensi insulin dapat menyebabkan penurunan kemampuan insulin bekerja pada organ target (khususnya otot, hati dan lemak) karena gangguan genetik dan obesitas.Hal tersebut mengakibatkan glukosa tidak dapat masuk kedalam organ target dan produksi glukosa hati meningkat oleh karena peninggian glukosa dalam darah (Powers, 2008).

Obesitas dapat menjadi faktor predisposisi DM tipe 2. Hal tersebut terjadi karena peningkatan adipose menyebabkan peningkatan asam lemak bebas dan produk asam lemak lainnya, kemudian menyebabkan peningkatan produk biologis (asam lemak bebas yang tak tersesterifikasi, retinol binding reseptor

4,TNF-α,adiponectin) yang memodulasi sensitivitas insulin.Sehingga akhirnya terjadi gangguan masuknya glukosa kedalam otot, pengambilan glukosa hati meningkat dan fungsi sel beta terganggu(Powers, 2008).

2.1.4. Diagnosa

2.1.4.1. Anamnesa

1. Gejala yang timbul

a. Keluhan klasik DM, yaitu polifagia, polidipsia, poliuria, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

b. Keluhan lain seperti lemah badan, mata kabur, kesemutan, gatal, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulvae pada wanita.

2. Hasil pemeriksaan laboratorium terdahulu seperti kadar glukosa darah, A1C, dan hasil pemeriksaan khusus lainnya yang berhubungan dengan DM


(62)

17

3. Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak atau dewasa muda

4. Pengobatan yang pernah didapat sebelumnya secara lengkap, termasuk terapi gizi medis dan penyuluhan yang telah diperoleh tentang perawatan DM secara mandiri, serta kepercayaan yang diikuti dalam bidang terapi kesehatan

5. Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang digunakan, perencanaan makan dan program latihan jasmani

6. Riwayat komplikasi akut (ketoasidosis diabetik, hiperosmolar hiperglikemia, dan hipoglikemia)

7. Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik ( komplikasi pada ginjal, mata, saluran pencernaan, dll.)

8. Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa darah

9. Faktor resiko yang dimiliki seperti merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung koroner, obesitas, dan riwayat penyakit keluarga (termasuk penyakit DM dan metabolik lain)

10.Riwayat penyakit dan pengobatan diluar DM

11.Pola hidup, budaya, psikososial, pendidikan, dan status ekonomi 12.Kehidupan seksual, penggunaan kontrasepsi dan kehamilan

(PERKENI, 2011)

2.1.4.2. Pemeriksaan Fisik

1. Pengukuran tinggi badan, berat badan, dan IMT

2. Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran ortostatik bila terdapat indikasi

3. Pemeriksaan funduskopi 4. Palpasi tiroid

5. Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat penyutikan insulin)

6. Pemeriksaan neurologi


(63)

18

8. Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah termasuk jari (American Diabetes Association, 2012)

2.1.4.3. Pemeriksaan Penunjang

1. Glukosa darah puasa dan glukosa darah 2 jam post prandial 2. A1C

3. Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida)

4. Kreatinin serum 5. Albuminuria

6. Keton, sedimen, dan protein dalam urin 7. Elektrokardiogram

8. Foto sinar-x dada (PERKENI, 2011)

DM dapat didiagnosa berdasarkan pemeriksaan kriteria A1C dan kriteria plasma glukosa, yaitu glukosa plasma puasa, glukosa plasma sewaktu dan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Semua tes tersebut dapat digunakan untuk penyaringan dan diagnosa DM.

A1C memiliki beberapa keuntungan dibandingkan pemeriksaan plasma glukosa, yaitu kadar glukosa darah tidak dipengaruhi oleh diet(tidak perlu puasa) dan mencerminkan glukosa darah 1-2 bulan sebelum pemeriksaan. Tapi penggunaan A1C masih memiliki kendala diantaranya harganya yang mahal dan masih terbatasnya pemeriksaan pada daerah-daerah di negara berkembang (American Diabetes Association, 2015).

Sementara itu, pemeriksaan kriteria plasma glukosa dapat ditegakkan melalui tiga cara, yaitu :

a. Jika terdapat keluhan klasik, maka penegakkan diagnosa sudah cukup dengan pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL.


(64)

19

b. Pada pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL disertai keluhan klasik.

c. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Pemeriksaan ini lebih spesifik dan sensitif dibanding glukosa plasma puasa dengan pemberian beban 75 gram glukosa. Akan tetapi, TTGO sulit dilakukan berulang-ulang dan jarang digunakan dalam praktik karena membutuhkan persiapan khusus.

Tabel 2.1. Kriteria diagnosis DM

1. Gejala klasik DM +

Kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL (11,1 mmol/L) Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat

pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir Atau

2. Gejala klasik DM +

Kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0 mmol/L)

Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam Atau

3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa

yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air * Pemeriksaan HbA1c (≥6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandardisasi dengan baik. (PERKENI, 2011)

Namun apabila pada pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal ataupun DM, maka kelompok tersebut dapat digolongkan kedalam kelompok Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT). Adapun kriterianya sebagai berikut :


(65)

20

1. TGT

Diagnosa dapat ditegakkan apabila setelah pemeriksaan TTGO didapati kadar glukosa plasma 2 jam setelah pemberian beban antara 140 – 199 mg/dL (7,8 – 11,0 mmol/L).

2. GDPT

Diagnosa dapat ditegakkan apabila setelah pemeriksaan didapati kadar glukosa plasma puasa antara 100 – 125 mg/dL (5,6 – 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan TTGO kadar gula darah 2 jam setelah pemberian beban <140 mg/dL.


(66)

21

Bagan 2.1. Algoritma diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa

2.1.5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan DM dimulai dengan pengaturan pola makan dan latihan jasmani selama dua sampai empat minggu. Namun apabila kadar glukosa darah


(67)

22

belum turun mencapai sasaran, maka dilakukan intervensi farmakologis dengan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan atau suntikan insulin. (PERKENI, 2011)

2.1.5.1. Penatalaksanaan Non Medikamentosa

2.1.5.1.1. Terapi Gizi Medis

Terapi gizi medis sangat direkomendasikan pada pasien DM karena prinsipnya yaitu pengaturan pola makan berdasarkan status gizi dan modifikasi diet (Soebardi, 2009).

Komposisi makanan yang dianjurkan yaitu: a. Karbohidrat

1. Karbohidrat yang disarankan sebesar 45-65% total asupan energi 2. Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat

tinggi

3. Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga pasien DM dapat makan sama dengan masakan keluarga yang lain

4. Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi

5. Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake)

6. Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan asupan karbohidrat dalam sehari. Kalau diperlukan dapat diberikan makanan selingan buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari b. Lemak

1. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori 2. Tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi 3. Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori

4. Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal

5. Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu penuh (whole milk)


(68)

23

6. Anjuran konsumsi kolesterol <200 mg/hari c. Protein

1. Dibutuhkan sebesar 10 – 20% total asupan energi

2. Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi,dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe

d. Natrium

1. Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 gram (1 sendok teh) garam dapur

2. Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2400 mg e. Serat

1. Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/hari

Kebutuhan kalori:

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa faktor seperti: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dll.

Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi yaitu :

1. Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg

2. Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus dimodifikasi menjadi :

Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg BB Normal : BB ideal ± 10 %

Kurus : < BBI - 10 % Gemuk : > BBI + 10 %


(69)

24

Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus:

IMT = BB(kg)/ TB(m2) Klasifikasi IMT :

1. BB Kurang < 18,5 2. BB Normal 18,5-22,9

3. BB Lebih ≥ 23,0

4. Resiko obesitas 23,0-24,9 5. Obesitas I 25,0-29,9 6. Obesitas II > 30 (PERKENI, 2011)

2.1.5.1.2. Latihan jasmani

Latihan jasmani pada pasien DM dapat mengurangi resiko penyakit kardiovaskular dan akan meningkatkan angka harapan hidup. Kegiatan fisik dapat meningkatkan rasa nyaman, baik secara fisik, psikis maupun sosial serta tampak bugar. Namun akibat kemajuan teknologi, banyak pasien DM yang malas untuk berolahraga bahkan bergerak dan hanya mengandalkan kemudahan teknologi. Maka dirancanglah suatu kegiatan fisik yang teratur dan terencana bagi pasien DM (Soebardi, 2009).

Latihan jasmani yang disarankan yaitu olahraga teratur 3-5 kali perminggu dengan intensitas yang ringan atau sedang (60-70% Maximum Heart Rate). Olahraga yang dilakukan sebaiknya yang dapat meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda (Soebardi, 2009).

Pada pasien DM yang telah mendapat terapi insulin harus mendapat perhatian, terutama pada saat pemulihan. Hipoglikemi dan peningkatan kadar insulin dapat terjadi. Bila insulin disuntikkan pada daerah lengan atau paha dapat memperbesar kemungkinan terjadi hipoglikemi karena peningkatan hantaran insulin ke darah akibat pemompaan oleh otot pada saat berkontraksi. Sehingga


(70)

25

sebelum latihan jasmani, dianjurkan penyuntikan insulin pada daerah abdomen (Soebardi,2009).

Waktu yang dianjurkan untuk latihan jasmani setelah makan, saat kadar gula darah berada pada puncaknya dengan durasi 30 – 60 menit. Latihan jasmani yang berlebihan akan menyebabkan peningkatan pelepasan glukosa dari hati dan peningkatan produksi benda – benda keton (Soebardi,2009).

2.1.5.2. Penatalaksanaan Medikamentosa

2.1.5.2.1. Obat Hipoglikemik oral

Apabila pasien telah melakukan pengaturan pola makan dan latihan jasmani yang teratur namun kadar gula darah tidak mencapai target atau tidak turun, maka penggunaan obat hipoglikemik oral dapat dipertimbangkan.

1. Biguanid

Biguanid bekerja dengan cara menurunkan produksi glukosa dari hati, menurunkan penyerapan glukosa di saluran cerna,dan meningkatkan kerja insulin. Kelebihan biguanid tidak menambah berat badan, tidak terjadi hipoglikemi, dan mengurangi resiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Sementara kerugiannya mempunyai efek samping gastrointestinal, asidosis laktat, serta defisiensi vitamin B12.

2. Sulfonilurea (generasi kedua)

Sulfonilurea berkerja dengan meningkatkan sekresi insulin. Sulfonilurea dapat ditoleransi oleh tubuh dengan baik dan mengurangi resiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Namun pemakaiannya dapat menyebabkan hipoglikemi, berat badan bertambah, dan cepat habis dalam tubuh.


(71)

26

3. Meglitinid

Meglitinid mampu meningkatkan sekresi insulin. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemi setelah makan karena diabsorpsi dengan cepat.

4. Tiazolidindion (Glitazon)

Tiazolidindion dapat meningkatkan sensitivitas insulin di perifer. Namun penggunaan tiazolidindion dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular sehingga pemberiannya kontraindikasi pada pasien dengan gagal jantung.

5. α-Glukosidase inhibitor

α-Glukosidase inhibitor bekerja dengan mengurangi absorpsi glukosa di usus halus sehingga dapat menurunkan glukosa post prandial. Namun mempunyai efek samping pada gastrointestinal seperti kembung, flatulen, dan diare.

(American Diabetes Association, 2012)

2.1.5.2.2. Insulin

Insulin sudah ditemukan lebih dari 80 tahun yang lalu dan merupakan penemuan terbesar abad XX dalam dunia kedokteran. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh sel beta pankreas yang terdiri dari rangkaian asam amino. Apabila terdapat rangsangan pada sel beta pankreas, insulin akan disintesis, dan kemudian disekesikan ke dalam darah untuk mengatur regulasi glukosa darah (Manaf, 2009).

Keuntungan insulin dibandingkan obat hipoglikemi oral yaitu insulin enzim yang terdapat di dalam tubuh. Karena insulin merupakan zat alami tubuh, pengobatan dapat diberikan sesuai dengan pola sekresinya sebagai insulin basal atau insulin prandial. Selain itu manfaat pemberian insulin khususnya pada DM tipe 2 yaitu mencegah kerusakan endotel, menekan proses inflamasi, mengurangi kejadian apoptosis, dan memperbaiki profil


(72)

27

lipid. Dengan begitu, gejala klinis dan komplikasi pada DM akan lebih baik (PB-PABDI, 2013).

Awalnya terapi insulin hanya digunakan untuk DM tipe 1. Namun pada kenyataannya terapi insulin lebih banyak digunakan pada DM tipe 2 karena prevalensinya yang lebih tinggi dibanding DM tipe 1. Terapi insulin dapat digunakan pada beberapa keadaan seperti kegagalan obat hiperglikemi oral, pengendalian kadar glukosa yang buruk yaitu A1C lebih dari 7,5 % atau kadar glukosa darah puasa lebih dari 250 mg/dL, riwayat pankreatektomi, disfungsi pankreas, riwayat fluktuasi kadar glukosa darah yang melebar, riwayat ketoasidosis, penyandang DM lebih dari 10 tahun (PB-PABDI, 2013).

Insulin dapat dibagi berdasarkan lama kerjanya, yaitu : 1. Insulin rapid acting

Insulin ini mempunyai onset yang cepat yaitu 5 – 15 menit dan mencapai puncaknya pada 30 – 90 menit serta efektivitasnya bertahan 4 – 6 jam. Yang termasuk dalam golongan ini yaitu lispro, aspart dan glulisin. Insulin jenis ini digunakan sebagai insulin prandial karena onsetnya yang cepat. 2. Insulin short acting

Insulin ini mempunyai onset yang cepat yaitu 30 – 60 menit dan mencapai puncaknya pada 2 – 3 jam serta efektivitasnya bertahan 8 – 10 jam. Yang termasuk dalam golongan ini yaitu insulin reguler, actrapid. Insulin jenis ini digunakan sebagai insulin prandial karena onsetnya yang cepat.

3. Insulin intermediate acting

Insulin ini mempunyai onset 2 – 4 jam dan mencapai puncaknya pada 4 – 10 jam serta efektivitasnya bertahan 12 – 18 jam. Yang termasuk dalam golongan ini yaitu NPH (Netral Protamine Hegederon). Insulin jenis ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan insulin basal.


(73)

28

4. Insulin long acting

Insulin ini mempunyai onset 2 – 4 jam dan tidak memiliki peak of action serta efektivitasnya bertahan 20 – 24 jam. Yang termasuk dalam golongan ini yaitu detemir dan glargin. Insulin jenis ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan insulin basal karena kadarnya yang dapat bertahan lama didalam tubuh.

5. Insulin campuran

Insulin campuran merupakan kombinasi dari insulin short acting dan intermediate acting, sehingga preparat ini dapat digunakan sebagai insulin prandial dan basal. Preparat yang tersedia antara lain humalin 70/30 humalog mix 50/50.

(Goldfine,et al, 2010 ;Hirsch, 2005)


(74)

29

2.2. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo(2007), pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia berasal dari indera penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga).

Kedalaman pengetahuan yang diperoleh seseorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam tingkatan, yakni:

a. Tahu (know)

Merupakan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu merupakan tingkatan pengalaman yang paling rendah.

b. Memahami (comprehension)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Kemampuan dalam menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan dalam menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, dan masuk ke dalam struktur organisasi tersebut.


(1)

vi DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN………...………...i ABSTRACT...ii ABSTRACT...iii KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI ………...vi

DAFTAR TABEL………...vii

DAFTAR GAMBAR………...ix DAFTAR LAMPIRAN...xii

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN...xiii

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Rumusan Masalah...2

1.3. Tujuan Penelitian...2

1.4. Manfaat Penelitian...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1. Diabetes Melitus...4

2.1.1. Definisi...4

2.1.2. Klasifikasi...4

2.1.3. Patogenesis...5

2.1.4. Diagnosa...5

2.1.4.1. Anamnesa...5

2.1.4.2. Pemeriksaan Fisik...6

2.1.4.3. Pemeriksaan Penunjang...7

2.1.5. Penatalaksanaan...10

2.1.5.1. Penatalaksanaan Non Medikamentosa...11

2.1.5.2. Penatalaksanaan Medikamentosa...14

2.2. Pengetahuan...18


(2)

vii

2.4. Perilaku...20

2.5. Pengetahuan, Sikap dan perilaku insulin terhadap insulin...21

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL...25

3.1. Kerangka Konsep Penelitian...25

3.2. Definisi Operasional...25

BAB 4 METODE PENELITIAN...28

4.1. Jenis Penelitian...28

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian...28

4.3. Populasi dan Sampel...28

4.4. Metode Pengumpulan Data...30

4.5. Metode Pengolahan Data...30

4.6.Metode Analisis Data...31

BAB 5HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...32

5.1. Hasil Penelitian...32

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...32

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden...32

5.1.3. Hasil Analisa Data...41

5.1.3.1. Pengetahuan...41

5.1.3.2. Sikap...41

5.1.3.3. Perilaku...42

5.2. Pembahasan...42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...45

6.1. Kesimpulan...45

6.2. Saran...46

DAFTAR PUSTAKA...47 LAMPIRAN


(3)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Kriteria Diagnosis DM 8

5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 33

5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Terhadap Pengetahuan 35

5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Terhadap Sikap 37

5.4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Terhadap Perilaku 39

5.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Terhadap Insulin

41

5.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap

Insulin

41

5.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku

Terhadap Insulin


(4)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Profil Farmakokinetik Insulin 17


(5)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan Lampiran 3 Informed Consent

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Lampiran 6 Ethical Clearance

Lampiran 7 Data Induk

Lampiran 8 Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 9 Output Data


(6)

xi

DAFTAR ISTILAH / SINGKATAN

BBI : Berat Badan Ideal

DM : Diabetes Melitus

GDM : Gestasional Diabetes Melitus

GDPT : Glukosa Darah Puasa Terganggu

HbA1C : Hemoglobin A1C

HDL : High Density Lipoprotein

HIV / AIDS : Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency

Syndrome

IMT : Indeks Massa Tubuh

LDL : Low Density Lipoprotein

MODY : Maturity-Onset Diabetes of the Young

NPH : Netral Protamine Hegederon

OHO : Obat Hipoglikemi Oral

TB : Tinggi Badan

TGT : Toleransi Glukosa Terganggu

TNF –α : Tumor Necrosis Factor Alpha