Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada Perusahaan Perbankan Sumatera Utara Periode 2009-2011
LAMPIRAN 1
Data KUR (Kredit Usaha Rakyat) Pada Bank BRI, Bank MANDIRI, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin pada tahun 2009-2011 (Dalam Jutaan Rupiah)
Bulan BRI MANDIRI BNI BTN BUKOPIN
Juni 2009 149.831.043 24.019.752 23.145.407 17.186.687 2.422.382
Desember
2009 128.804.922 13.696.620 51.784.085 40.713.488 6.112.983
Juni 2010 182.421.019 28.363.329 36.974.921 7.389.606 5.771.959
Desember
2010 147.315.650 29.800.921 52.668.212 6.506.784 7.647.401
Juni 2011 120.548.850 37.756.229 56.478.315 11.079.119 7.941.602
Desember
(2)
LAMPIRAN 2
Data CAR (Capital Adequacy Ratio) Pada Bank BRI, Bank MANDIRI, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin pada tahun 2009-2011 (Dalam Persentase)
Bulan BRI MANDIRI BNI BTN BUKOPIN
Juni 2009 15,15 14,02 14,30 15,78 12,53
Desember
2009 13,20 15,55 13,80 21,99 14,38
Juni 2010 15,28 14,50 13,32 18,71 12,86
Desember
2010 14,70 18,60 16,74 11,82
Juni 2011 16,40 17,34 15,85 14,75
Desember
(3)
LAMPIRAN 3
Data NPL (Non Performing Loan) Pada Bank BRI, Bank MANDIRI, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin pada tahun 2009-2011 (Dalam Persentase)
Bulan BRI MANDIRI BNI BTN BUKOPIN
Juni 2009 3,70 4,78 5,54 4,03 3,96
Desember
2009 3,52 2,62 4,70 3,36 2,81
Juni 2010 4,27 2,33 4,30 4,12 2,85
Desember
2010 2,79 2,40 4,30 3,26 3,22
Juni 2011 3,64 2,30 4,03 4,35 3,04
Desember
(4)
LAMPIRAN 4
Data Suku Bunga Pada Bank BRI, Bank MANDIRI, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin pada tahun 2009-2011 (Dalam Persentase)
Bulan BRI MANDIRI BNI BTN BUKOPIN
Juni 2009 1,65 1,70 1,75 1,85 1,95
Desember
2009 1,70 1,95 1,90 1,80 2,00
Juni 2010 1,70 1,95 1,90 2,00 2.10
Desember
2010 1,85 2,00 1,75 2,15 2,20
Juni 2011 1,75 2,00 1,80 2,`15 2,20
Desember
(5)
LAMPIRAN 5
Data Inflasi Pada Bank BRI, Bank MANDIRI, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin pada tahun 2009-2011 sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia (Dalam Persentase)
Bulan BRI MANDIRI BNI BTN BUKOPIN
Juni 2009 3,65 3,65 3,65 3,65 3,65
Desember
2009 2,78 2,78 2,78 2,78 2,78
Juni 2010 5,05 5,05 5,05 5,05 5,05
Desember
2010 6,96 6,96 6,96 6,96 6,96
Juni 2011 5,54 5,54 5,54 5,54 5,54
Desember
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Budisantoso Totok, Triandaru Sigit. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Salemba Empat
Dahlan Siamat, 2004. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Ikatan Akuntansi Akuntansi, 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No 19. Jakarta: Salemba Empat.
Kasmir, 1998, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kasmir, 2007. Dasar-Dasar Perbankan, PT Rajawali Grafindo Persada, Jakarta. Kieso, Donald E, dan Jetty J. Weygandt, 2011. Intermediate Accounting, IFRS
Edition Volume 2, Jakarta.
Kristanti, Etik. 2013. “Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Kredit Usaha Rakyat”, Semarang.
Kusnandar, Engkus. 2012. “ Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit UMKM (KUR) oleh Perbankan” , Semarang.
Nikmah, Sukarno dan Mufidah . 2014. “ Analisis Implikasi Penyaluran KUR pada Pedagang Kecil di Pasar Tanjung Jember”, Semarang.
Rivai, Veithzal, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, dari Teori ke Praktik, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Putranto, Diajeng Sarsa. 2013, Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran KUR, Semarang.
Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. UPPAMP YKPN, Yogyakarta.
Ulum, Ihyau, 2009, Intellectual capital : konsep dan kajian empiris, Cetakan Pertama, , Graha Ilmu
,2010. “Pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan di Indonesia”. Tesis, Universitas Diponegoro.
(7)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, jenis penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah dengan menggambar kan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian ( seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) berdasarkan fakta yang nampak atau sebagaimana adanya. Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini bersifat asosiatif kausal dimana penelitian dilakukan pada satu kurun waktu tertentu tanpa adanya penelitian lanjutan. Berdasarkan manfaat yang diberikan, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian murni dengan tujuan utama menyumbangkan pengetahuan teoritis dasar dasar dan mencapai kepuasan peneliti.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada seluruh Perbankan yang ada di Sumatera Utara yang datanya diambil melalui sensus dari Bank Indonesia melalui media internet dengan situs pada www.bi.go.id dan waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Februari 2016.
(8)
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur, jurnal-jurnal, referensi yang berkaitan dengan penelitian ini dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan.
3.4 .Populasi dan Sampel Penelitan
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank konvensional dan bank umum syariah di Indonesia yang terdaftar di bank Indonesia dalam priode 2007-2012. Sedangkan teknik untuk pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, yaitu mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel pada penelitian ini, yaitu :
1. Bank konvensional yang menyajikan laporan keuangan pada bank Indonesia per semester dan memiliki kelengkapan laporan keuangan priode 2009-2011.
2. Memiliki laporan keuangan yang lengkap dan audited pada periode 2009-2011
3. Data yang dimiliki perusahaan lengkap dan sesuai dengan variabel yang diteliti baik variabel independen dan dependen.
(9)
Tabel 3.1
Daftar Populasi Dan Sampel Penelitian
No Singkatan Populasi Penelitian
Kriteria
Sampel Penelitian
1 2 3
1 BRI PT BANK RAKYAT INDONESIA
2 BMD PT BANK MANDIRI
3 BNI PT BANK NEGARA INDONESIA
4 BTN PT TABUNGAN NEGARA
5 BTP PT BANK TABUNGAN
PENSIUNAN NEGARA - - -
6 BAG PT ARTA GRAHA
INTERNASIOANAL - - -
7 BBK PT BANK BUKOPIN
8 BBA PT BANK BUMI ARTHA - -
9 BIB PT BANK ICB BUMI PUTERA - -
10 BCA PT BANK CENTRAL ASIA - - -
11 BCN PT BANK CIMB Niaga - - -
12 BAN PT BANK AGRONIAGA - - -
13 BSM PT SOEMPOERNA - - -
14 BBI PT BANK BUANA INDONESIA - - -
15 BAZ PT BANK ANZ - - -
16 BCW PT BANK COMMONWEALTH - - -
17 BON PT BANK DANAMON - - -
18 BGA PT BANK - - -
(10)
20 BPN PT BANK PANIN - - -
21 BPT PT BANK PERMATA - - -
22 BMG PT BANK MEGA - - -
23 BST PT BANK SUMUT - -
24 BMP PT BANK MAYAPADA - - -
25 BPU PT BANK PUNDI - -
26 BMY PT MAY BANK - - -
27 BEK PT BANK EKONOMI - - -
28 BHS PT BANK HSBC - - -
29 BON PT OCBC NISP - - -
30 PBM PT BANK MESTIKA - - -
3.5 Analisis Regresi Linier Berganda
3.5.1 Model Regresi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas yaitu: tingkat inflasi (INF), tingkat suku bunga (BUNGA),
Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap variabel terikatnya yaitu penyaluran KUR (KUR).
Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut : KUR = a + � INF + � BUNGA + � NPL + � CAR + e
(11)
a = Konstanta
b , b , b , b = Koefisien garis regresi
e = error / variabel pengganggu
KUR = Penyaluran KUR
INF = Tingkat inflasi
BUNGA = Suku bunga
NPL = Non Performing Loan
CAR = Capital Adequacy Ratio
3.5.2 Deteksi Penyimpangan Asumsi Klasik
Untuk meyakinkan bahwa persamaan garis regresi yang diperoleh adalah linier atau BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dan dapat dipergunakan (valid) untuk mencari peramalan, maka akan dilakukan pengujian asumsi multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan normalitas. 1. Deteksi Multikolinearitas
Deteksi multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Apabila terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau
(12)
tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut: oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat (Ghozali, 2011).
-variabel bebas. Apabila antar variable bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas (Ghozali, 2011).
tolerance dan lawannya (2) Variance Inflation Factor (VIF). kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off
yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2011).
Apabila di dalam model regresi tidak ditemukan deteksi seperti di atas, maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari multikolinearitas, dan demikian pula sebaliknya.
(13)
2. Deteksi Heteroskedastisitas
Deteksi heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians berbeda disebut heteroskedstisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi
– Y sesungguhnya) yang telah di studentized.
Dasar analisisnya adalah:
-titik yang ada membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
(14)
3. Deteksi Normalitas
Deteksi normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, kedua variabel (bebas maupun terikat) mempunyai distribusi normal atau setidaknya mendekati normal (Ghozali, 2011). Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambian keputusannya adalah (Ghozali, 2011):
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
mengikuti arah garis diagonal atau garfik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regrsi tidak memenuhi asumsi normalitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik Runs Test. Cara yang
(15)
dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan Runs Test. Runs Test dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi, jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random.
3.5.3 Pengujian Hipotesis
1. Uji Signifikasi Pengaruh Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variabel X dan Y, apakah variabel bebas benar-benar berpengaruh terhadap variabel terikat secara terpisah atau parsial (Ghozali, 2011).
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah:
Ho : Variabel-variabel bebas (tingkat inflasi, tingkat suku bunga) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (penyaluran KUR).
Ha : Variabel-variabel bebas (tingkat inflasi, tingkat suku bunga, NPL, CAR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (penyaluran KUR).
Dasar pengambilan keputusan (Ghozali, 2011) adalah dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi, yaitu:
(16)
dan Ha ditolak.
maka Ho ditolak dan Ha diterima
2. Uji Ketepatan model ( Uji Statistik F )
Dalam penelitian ini, uji F digunakan untuk mengetahui tingkat siginifikansi pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan adalah:
Ho : Variabel-variabel bebas yaitu tingkat inflasi, tingkat suku bunga, NPL, CAR tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya yaitu penyaluran KUR.
Ha : Variabel-variabel bebas yaitu, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, pertumbuhan ekonomi, NPL, CAR mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya yaitu penyaluran KUR. Dasar pengambilan keputusannya (Ghozali, 2011) adalah dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi, yaitu:
ditolak.
(17)
3. Analisis Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2011). Nilai Koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas (tingkat inflasi,
tingkat suku bunga NPL, CAR) dalam menjelaskan variasi variabel terikat (penyaluran KUR) amat terbatas. Begitu pula sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bisa terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel bebas, maka R² pasti meningkat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model regresi yang terbaik. Tidak seperti R², nilai Adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model.
(18)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan dalam perhitungan statistik deskriptif adalah inflasi, suku bunga, CAR, NPL, dan KUR. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif dari Inflasi, Suku Bunga, CAR, NPL, dan KUR
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Inflasi 30 2.78 6.96 4.6283 1.40944
Suku Bunga 30 1.65 2.75 1.9517 .21515
CAR 30 11.82 21.99 15.2617 2.15474
NPL 30 2.20 5.54 3.4657 .86344
KUR 30 2422382 149831043 45105269.23 4.799E7
Valid N (listwise)
30
Sumber: Hasil olahan software SPSS
Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui nilai inflasi minimum adalah 2,78 %, dan maksimum 6,96. Nilai inflasi minimum terjadi pada tahun 2009, sementara nilai maksimum terjadi pada tahun 2010. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari inflasi adalah 4,6283 dan 1,40944. Diketahui nilai rata-rata inflasi lebih besar dibandingkan nilai standar deviasinya. Hal ini dapat diartikan tingkat inflasi yang
(19)
terjadi dari tahun 2009 hingga 2011 tidak terlalu berfluktuasi tajam. Diketahui nilai suku bunga minimum adalah 1,65 yang terjadi pada tahun 2009, dan maksimum 2,75 yang terjadi pada tahun 2011. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari suku bunga adalah 1,9517 dan 0,21515. Diketahui nilai CAR minimum adalah 11,82, dan maksimum 21,99. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari CAR adalah 15,2617 dan 2,15474. Diketahui nilai NPL minimum adalah 2,20 yang terjadi pada tahun 2011, dan maksimum 5,54 yang terjadi pada tahun 2009. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari NPL adalah 3,4657 dan 0,86344. Diketahui nilai KUR minimum adalah 2422382 yang terjadi pada tahun 2009, dan maksimum 149831043 terjadi pada tahun 2009. Sementara rata-rata dan standar deviasi dari KUR adalah 45105269,23 dan 47990000 (E7 berarti dikali
10000000, “E” singkatan dari eksponen (pangkat)).
4.2 Uji Asumsi Klasik 4.2.1 Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas terhadap residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Dalam penelitian ini, tingkat signifikansi yang digunakan � = , . Dasar pengambilan keputusan adalah melihat angka probabilitas , dengan ketentuan sebagai berikut.
Jika nilai probabilitas 0,05, maka asumsi normalitas terpenuhi. Jika probabilitas < 0,05, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.
(20)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize d Residual
N 30
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .37239233 Most Extreme
Differences
Absolute .218
Positive .218
Negative -.125
Kolmogorov-Smirnov Z 1.192
Asymp. Sig. (2-tailed) .117
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : hasil olahan software SPSS
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.2, diketahui nilai probabilitas atau Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,117. Dalam penelitian ini, tingkat signifikansi yang digunakan adalah � = , . Karena nilai probabilitas , yakni 0,117, lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi, yakni 0,05, hal ini berarti data berdistribusi normal.
4.2.2 Uji Multikolinearitas
Untuk memeriksa apakah terjadi multikolinearitas atau tidak dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Nilai VIF yang lebih dari 10 diindikasi suatu variabel bebas terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2013).
(21)
Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
Inflasi .887 1.128 Suku
Bunga
.856 1.168
CAR .995 1.005
NPL .955 1.047
Sumber : hasil olahan software SPSS
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.3, nilai VIF dari variabel inflasi adalah 1,128, nilai VIF dari variabel suku bunga adalah 1,168, nilai VIF dari variabel CAR adalah 1,005, dan nilai VIF dari variabel NPL adalah 1,047. Karena masing-masing nilai VIF tidak lebih besar dari 10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas yang berat.
4.2.3 Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2011) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terjadi korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui adanya korelasi dalam suatu regresi dapat dilakukan uji Run Test.
(22)
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi dengan Uji Run Runs Test
Unstandardize d Residual
Test Valuea -.11886
Cases < Test Value 15 Cases >= Test Value 15
Total Cases 30
Number of Runs 13
Z -.929
Asymp. Sig. (2-tailed)
.353 a. Median
Berdasarkan Tabel 4.4, diketahui nilai probabilitas atau Asymp. Sig. adalah 0,353, di mana lebih besar dari 0,05, maka tidak terjadi gejala autokorelasi. Selanjutnya, akan digunakan juga uji Durbin-Watson untuk menguji apakah terjadi gelaja autokorelasi.
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .631a .398 .302 .4010788 1.511
a. Predictors: (Constant), NPL, CAR, Inflasi, Suku Bunga b. Dependent Variable: KUR
Gejala autokorelasi dapat diuji dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Nilai statistik dari uji Durbin-Watson berkisar di antara 0 dan 4. Nilai statistik dari uji Durbin-Watson yang lebih kecil dari 1 atau lebih besar dari 3 diindikasi terjadi autokorelasi. Field (2009:220-221, Gio, 2015).
(23)
Berdasarkan Tabel 4.5, nilai dari statistik Durbin-Watson adalah 1,511. Perhatikan bahwa karena nilai statistik Durbin-Watson terletak di antara 1 dan 3, maka asumsi non-autokorelasi terpenuhi. Dengan kata lain, tidak terjadi autokorelasi. Perhatikan juga bahwa diketahui dengan jumlah variabel bebas = dan jumlah pengamatan sebanyak = adalah = , 9. Perhatikan bahwa karena < , < − , yakni , 9 < , <
, , maka disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
4.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID pada sumbu Y, dan ZPRED pada sumbu X. (Field, 2009:230, Ghozali, 2011:139). Field (2009:248, Ghozali, 2011:139) menyatakan dasar analisis adalah jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
(24)
Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Hasil olahan software SPSS
Perhatikan bahwa berdasarkan Gambar 4.1, tidak terdapat pola yang begitu jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.3 Pengujian Hipotesis
4.3.1 Analisis Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (� ) merupakan suatu nilai (nilai proporsi) yang mengukur seberapa besar kemampuan variabel-variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi, dalam menerangkan variasi variabel tak bebas (Supranto, 2005:158, Gujarati, 2003:212). Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 dan 1. Nilai koefsien determinasi � yang kecil (mendekati nol) berati kemampuan variabel-variabel tak bebas secara simultan dalam menerangkan variasi variabel tak bebas amat terbatas. Nilai koefisien determinasi � yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas
(25)
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel bebas.
Tabel 4.6 Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .631a .398 .302 .4010788 1.511
a. Predictors: (Constant), NPL, CAR, Inflasi, Suku Bunga b. Dependent Variable: KUR
Berdasarkan Tabel 4.6, nilai koefisien determinasi � yang disesuaikan terletak pada kolom Adjusted R-Square. Diketahui nilai koefisien determinasi yang disesuaikan sebesar � = , . Nilai tersebut berarti inflasi, suku bunga, CAR, dan NPL mempengaruhi secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel kebijakan KUR sebesar 30,2%, sisanya sebesar 69,8% dipengaruhi oleh variabel lain.
4.3.2 Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji signifikansi pengaruh simultan merupakan suatu uji untuk menguji apakah seluruh variabel bebas secara bersamaan atau simultan mempengaruhi variabel KUR.
(26)
Gambar 4.2 Menentukan Nilai � Tabel dengan Microsoft Excel
Berdasarkan Gambar 4.1, diketahui nilai F tabel adalah 2,1798.
Tabel 4.7 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ANOVAb
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.659 4 .665 4.132 .011a
Residual 4.022 25 .161
Total 6.680 29
a. Predictors: (Constant), NPL, CAR, Inflasi, Suku Bunga b. Dependent Variable: KUR
Berdasarkan Tabel 4.7, diketahui nilai F hitung adalah 4,132. Perhatikan bahwa karena nilai F hitung F tabel, maka disimpulkan bahwa pengaruh
(27)
simultan variabel bebas terhadap KUR perusahaan signifikan secara statistik. Diketahui juga bahwa nilai Sig., yakni 0,011, lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti secara simultan variabel inflasi, suku bunga, NPL, CAR berpengaruh terhadap KUR.
4.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda dan Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t)
Tabel 4.8 menyajikan nilai koefisien regresi, serta nilai statistik t untuk pengujian pengaruh secara parsial.
Tabel 4.8 Uji Signifikansi Pengaruh Parsial Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.467 .994 3.488 .002
Inflasi .080 .056 .235 1.423 .167 .887 1.128 Suku
Bunga
-1.517 .374 -.680 -4.054 .000 .856 1.168
CAR -.017 .035 -.075 -.483 .633 .995 1.005
NPL -.049 .088 -.088 -.555 .584 .955 1.047
a. Dependent Variable: KUR
Sumber: hasil olahan software SPSS
Berdasarkan Tabel 4.8 diperoleh persamaan regresi linear sebagai berikut berikut.
KUR = 3,467 + 0,080inflasi – 1,517sukubunga - 0,017CAR - NPL + e Sebelum menghitung nilai tabel, terlebih dahulu menghitung nilai derajat. Berikut rumus untuk menghitung nilai derajat bebas.
(28)
� = − .
Perhatikan bahwa menyatakan jumlah elemen dalam sampel yang diteliti, sedangkan merupakan jumlah variabel. Diketahui jumlah elemen dalam sampel yang diteliti sebanyak 30 dan jumlah variabel adalah 5, sehingga derajat bebas adalah − = . Misalkan tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5%, sehingga nilai tabel dengan derajat bebas 25 dan tingkat signifikansi % adalah ± , 9. Gambar 4.3 merupakan penghitungan tabel berdasarkan Microsoft Excel.
Gambar 4.3 Menentukan Nilai � Tabel dengan Microsoft Excel
Berikut aturan pengambilan keputusan terhadap hipotesis berdasarkan uji (Gio, 2015).
� | ℎ� �| | |, � � .
(29)
Atau dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.4 Aturan Pengambilan Keputusan terhadap Hipotesis berdasarkan Uji �
− / � � + / � �
� − ℎ� � < − � � , � � .
� + ℎ� � > + � � , � � .
� − � � ± � � + � � , � � .
4.3.3.1 Pengujian Inflasi terhadap KUR
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.8, diketahui nilai koefisien regresi dari inflasi bernilai positif, yakni 0,080. Diketahui nilai probabilitas atau Sig. dari variabel inflasi adalah 0,167. Karena nilai probabilitas dari variabel inflasi, yakni 0,167, lebih besar dari tingkat signifikansi, yakni 0,05, maka disimpulkan bahwa pengaruh inflasi dengan variabel KUR berpengaruh positif namuntidak signifikan dengan α = 5%
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Engkus Kusnandar (2012). Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa Inflasi berpengaruh positif terhadap penyaluran KUR, sedangkan hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
Daerah penerimaan � ,
penolakan � (pengaruh
tidak signifikan)
Daerah penerimaan � ,
penolakan � (pengaruh
signifikan)
Daerah penerimaan � ,
penolakan � (pengaruh
(30)
dilakukan oleh Diajeng Sarsa Putranto (2013) yaitu Inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran KUR.
4.3.3.2 Pengujian Suku Bunga terhadap KUR
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.8, diketahui nilai koefisien regresi dari suku bunga bernilai negatif, yakni -1,517. Diketahui nilai probabilitas atau
Sig. dari variabel suku bunga adalah 0,000. Karena nilai probabilitas dari variabel suku bunga, yakni 0,000, lebih kecil dari tingkat signifikansi, yakni 0,05, maka disimpulkan suku bunga berpengaruh negatif terhadap KUR . Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu Etik Kristianti (2013) dan Nikmah (2014). Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa suku bunga berpengaruh negatif terhadap penyaluran KUR, sedangkan hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Diajeng Sarsa Putranto (2013) yaitu suku bunga tidak berpengaruh terhadap penyaluran KUR.
4.3.3.3 Pengujian CAR terhadap KUR
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.8, diketahui nilai koefisien regresi dari CAR bernilai negatif, yakni -0,017. Diketahui nilai probabilitas atau Sig. dari variabel CAR adalah 0,633. Karena nilai probabilitas dari variabel CAR, yakni 0,633, lebih besar dari tingkat signifikansi, yakni 0,05, maka disimpulkan bahwa
CAR berpengaruh negatif terhadap KUR namun tidak signifikan untuk α = 0,05.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang sebelumnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Engkus Kusnandar (2012) yaitu CAR tidak berpengaruh terhadap penyaluran KUR.
(31)
4.3.3.4 Pengujian NPL terhadap KUR
Perhatikan bahwa berdasarkan Tabel 4.8, diketahui nilai koefisien regresi dari NPL bernilai negatif, yakni -0,049. Diketahui nilai probabilitas atau Sig. dari variabel NPL adalah 0,584. Karena nilai probabilitas dari variabel NPL, yakni 0,584, lebih besar dari tingkat signifikansi, yakni 0,05, maka disimpulkan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap KUR namun tidak signifikan untuk α = 0,05. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Engkus Kusnandar (2012) dan Diajeng Sarsa Putranto (2013) yaitu NPL tidak berpengaruh terhadap penyaluran KUR.
(32)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dari penelitian ini dapat disimpulkan beberapa informasi sebagai berikut.
1. Variabel inflasi , suku bunga, CAR dan ,NPL secara bersamaan atau simultan berpengaruh variabel kredit usaha rakyat pada tingkat signifikansi 5%, dengan koefisien determinasi Adjusted � 0,302. Hal ini berarti variabel inflasi, suku bunga, CAR, NPL berpengaruh terhadap KUR sebesar 30,2 % dan 69,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diikutkan dalam penulisan ini.
2. Pengaruh variabel inflasi dengan KUR tidak signifikan secara statistik namun berpengaruh positif dengan pengaruh dari suku bunga, NPL, CAR dipertahankan konstan, pada tingkat signifikansi 5%.
3. Pengaruh variabel suku bunga dengan variabel KUR tidak signifikan secara statistik namun berpengaruh negatif dengan pengaruh dari inlasi, CAR, KUR dipertahankan konstan, pada tingkat signifikansi 5%.
4. Pengaruh variabel NPL dengan variable KUR tidak signifikan secara statistik namun berpengaruh negatif dengan pengaruh dari inflasi, suku bunga, dan CAR dipertahankan konstan, pada tingkat signifikansi 5%. 5. Pengaruh variabel CAR dengan variabel KUR tidak signifikan secara
statistik namun berpengaruh negatif dengan pengaruh dari inflasi, suku bunga, NPL dipertahankan konstan, pada tingkat signifikansi 5%.
(33)
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa dari penelitian ini menyarankan beberapa hal sebagai berikut.
1. Bagi peneliti berikutnya disarankan menambah variabel lain seperti pertumbuhan ekonomi, BOPO dan lain sebagianya yang berkaitan erat secara teori terhadap variabel kredit usaha rakyat. Hal ini dimaksudkan agar variasi naik turunnya belanja kur dapat lebih dijelaskan.
2. Bagi perusahaan, diharapkan agar memperhatikan aspek kredit usaha rakyat agar semakin bertumbuh dengan baik mengingat bahwasanya sebagian besar ekonomi rakyat indonesia dibawah rata rata agar dengan adanya kredit usaha rakyat membantu pertumbuhan perekonomian.
(34)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, jenis penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah dengan menggambar kan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian ( seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) berdasarkan fakta yang nampak atau sebagaimana adanya. Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini bersifat asosiatif kausal dimana penelitian dilakukan pada satu kurun waktu tertentu tanpa adanya penelitian lanjutan. Berdasarkan manfaat yang diberikan, penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian murni dengan tujuan utama menyumbangkan pengetahuan teoritis dasar dasar dan mencapai kepuasan peneliti.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada seluruh Perbankan yang ada di Sumatera Utara yang datanya diambil melalui sensus dari Bank Indonesia melalui media internet dengan situs pada www.bi.go.id dan waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Februari 2016.
(35)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran strategis UMKM menurut Bank Indonesia antara lain: (a) jumlahnya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi; (b) menyerap banyak tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan lebih banyak kesempatan kerja; (c) memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga terjangkau. Dalam posisi strategis tersebut, pada sisi lain UMKM masih menghadapi banyak masalah dan hambatan dalam melaksanakan dan mengembangkan aktivitas usahanya. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama ini telah sering diungkapkan, antara lain : 1) manajemen, 2) permodalan, 3) Teknologi, 4) bahan baku, 5) informasi dan pemasaran, 6) infrastruktur, 7) birokrasi dan pungutan, serta 8) kemitraan (Depkop.go.id, 2013).
Dari beragamnya masalah dan kendala yang dihadapi UMKM, tampaknya masalah permodalan masih merupakan salah satu faktor kritis bagi UMKM, baik untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja maupun modal investasi dalam pengembangan usaha. Kemampuan UMKM yang lemah dalam mengakses
(36)
permodalan terutama kepada lembaga keuangan formal selalu menjadi bahan perbincangan yang tadak habis-habisnya, seolah-olah menjadi kendala yang sulit dicarikan pemecahannya oleh para ahli di negeri ini. Dari jumlah unit UMKM yang mencapai angka 49,8 juta yang tersebar di seluruh wilayah di semua sektor usaha (BPS, 2013) hanya sekitar 39 % atau 19,4 juta yang telah memperoleh kredit perbankan, sedangkan sisanya belum sama sekali tersentuh lembaga perbankan.
Sehubungan dengan upaya mengatasi masalah permodalan UMKM sebagaimana uraian di atas, Kementerian Negara Koperasi dan UKM turut memprakarsai program perkuatan permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Adapun tujuan diluncurkannya KUR adalah (1) untuk mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM; (2) untuk meningkatkan akses pembiayaan kepada UMKM dan koperasi; (3) untuk penanggulangan kemiskinan dan perluasan lapangan kerja. KUR adalah skim penjaminan kredit yang khusus diperuntukkan bagi UMKM dan Koperasi yang usahanya layak namun tidak mempunyai agunan yang cukup sesuai persyaratan yang ditetapkan Perbankan yang dijamin oleh Perum Jamkrindo dan PT Askrindo. Program KUR telah diresmikan oleh Presiden pada tanggal 5 November 2007. Program ini khusus ditujukan untuk memperkuat permodalan usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah (UMKM) secara perorangan, sedangkan bagi kelompok disalurkan melalui koperasi. Program KUR didukung oleh enam bank umum, yaitu BRI, BNI, BTN, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, dan Bukopin, serta dua perusahaan penjaminan yaitu Perum Sarana Pengembangan Usaha (Perum
(37)
SPU) sekarang berubah menjadi Perum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo). KUR dijamin oleh pemerintah sebesar 70 persen melalui Perum Jamkrindo dan PT Askrindo. Dalam waktu lima tahun ke depan mulai tahun 2010 diharapkan dapat mengucurkan dana kepada UMKM dan koperasi sebesar Rp 100 triliun. Kebijakan ini jelas menunjukkan keseriusan pemerintah untuk memberdayakan UMKM dan koperasi dalam rangka mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran (Depkop.go.id, 2013). Melalui pola perkreditan seperti KUR, yang bersifat kredit masal, maka harapan tersebut optimis terpenuhi mengingat calon penerima kredit tidak diwajibkan untuk menyediakan jaminan tambahan, seperti pada kredit lainnya yang terikat dengan ketentuan bank teknis (Depkop.go.id, 2013).
Terkait dengan percepatan penyaluran KUR, Tim Pengendalian Program Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil (TP3UMK) dan Tim Koordinator Program Pengendalian Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) mengeluarkan rekomendasi kebijakan sebagai berikut (Depkop.go.id, 2013):
1. Program KUR terdiri dari: KUR Mikro (sampai dengan Rp 5 juta), KUR biasa (Rp 5 s/d Rp 500 juta) dan KUR Linkage (lebih besar dari Rp 500 juta sampai dengan Rp 2 miliar);
2. Meningkatkan capacity building untuk konsultan keuangan mitra bank (KKMB), LKM, dan koperasi;
(38)
4. Membuat pemeringkatan/rating LKM yang ikut program linkage dengan pelaksana rating oleh lembaga independen.
Realisasi penyaluran KUR sampai tanggal 31 November 2009 telah mencapai Rp 16,45 triliun (KUR dan KUR Mikro), dimana KUR Mikro hanya disalurkan oleh BRI dengan nilai sebesar Rp 9,15 triliun. BRI merupakan bank terbesar dalam menyalurkan KUR, diikuti oleh Bank Mandiri dan BNI, sedangkan sektor terbesar yang menyerap KUR adalah sektor perdagangan Rp 8,41 triliun (54,8%) dan sektor pertanian sebesar Rp 4,17 triliun (27,2%). Pada sisi lain, provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat merupakan provinsi yang cukup besar dalam menyerap dana KUR yaitu di atas 10 %, sedangkan untuk provinsi lain rata-rata berkisar antara 0,3% - 6 % (BPS, 2013).
Selama priode 2008 penyaluran KUR sangat efektif bila dibandingkan dengan periode 2009. Kecepatan penyaluran KUR bisa jadi disebabkan tingginya semangat perbankan dalam menyalur KUR, sosialisasi yang cukup efektif dikalangan perbankan dan masyarakat, kebijakan ATMR yang semakin longgar serta banyaknya permintaan calon debitur KUR yang layak namun kurang bankable. Penyaluran kredit memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat. Melalui fungsi ini bank berperan sebagai Agent of Development (Susilo, Triandaru, dan Santoso, 2006).
(39)
Namun dalam perkembangannya mulai Nopember 2009 terjadi trend perlambatan penyaluran KUR, diduga disebabkan oleh siklus usaha yang umumnya terjadi pada setiap semester dalam tahun yang bersangkutan. Khususnya perlambatan penyaluran KUR dalam tahun 2009 terjadi karena bank mengalami kesulitan likuiditas sebagai dampak krisis keuangan global, adanya kekuatiran melakukan ekspansi kredit sebagai akibat dari mulai meningkatnya non performance loan semua jenis kredit serta semakin sulitnya bank mendapatkan nasabah baru yang belum pernah mendapatkan kredit/pembiayaan dari perbankan. Selain itu, Bank yang memiliki jumlah kantor layanan yang banyak dan menyebar di seluruh pelosok, memiliki jumlah account officer yang lebih banyak, berpengalaman dan terbiasa dalam menyalurkan kredit mikro, memiliki jarak/radius pelayanan yang mendekati lokasi debitur mempengaruhi realisasi penyaluran KUR (Pratama,2010)
Gambar 1.1
2007 2008 2009 2010 2011 2012
KUR 524.174, 660.445, 766.901, 394.298, 479.886, 552.226, 0,00 100.000,00 200.000,00 300.000,00 400.000,00 500.000,00 600.000,00 700.000,00 800.000,00 900.000,00 D al am M il iar
KUR
(40)
Grafik KUR
Tabel 1.1
Penyaluran KUR untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (dalam miliar)
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Penyaluran KUR
524.174,5 660.445,3 766.901,4 394.298,9 479.886,5 552.226,1
Sumber : www.bi.go.id
Berdasarkan data pada tabel 1.1, terlihat bahwa penyaluran KUR mengalami penurunan yang sangat besar pada tahun 2010 dimana jumlahnya mengalami penurunan hingga mencapai hampir 50%. Pada tahun 2011 dan 2012, terlihat bahwa penyaluran KUR mengalami peningkatan walaupun belum mencapai level yang diharapkan seperti tahun 2007 hingga 2009. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyaluran KUR antara lain laju inflasi, BI rate dan pertumbuhan ekonomi (Depkop.go.id, 2013).
Indonesia adalah salah satu negara berkembang. Masalah umum yang sering dihadapi negara berkembang adalah tingginya tingkat inflasi. Sejak krisis moneter tahun 1998, harga-harga di pasaran cenderung naik. Tahun 2009 tingkat inflasi di Indonesia adalah 2,78 %. Hal ini bisa diartikan bahwa aktiva yang dimiliki harganya akan berkurang sebesar 2,78% sedangkan pendapatan dinilai terlalu tinggi sebesar angka yang sama. Namun pada 2010, tingkat inflasi meningkat hingga 6,96%, lalu mengalami penurunan hingga 3,79% pada 2011 sebelum meningkat menjadio 4,3% pada tahun 2012. Inflasi merupakan masalah
(41)
yang penuh perhatian di negara manapun. Sebagai contoh, inflasi dapat mengakibatkan meremehkan akun neraca (yaitu persediaan) dan biaya (yaitu penyusutan). Dalam lingkungan pinjaman kredit, inflasi dapat mempengaruhi keputusan untuk meminjamkan kredit.
Penyaluran kredit kepada nasabah yang membutuhkan kredit (debitur) harus melalui suatu prosedur yang harus dilakukan secara professional dan hatihati, dimana prosedur tersebut mungkin berbeda antara suatu bank dengan bank lainnya. Namun secara umum dijelaskan bahwa tahap-tahap penyaluran kredit terdiri dari wawancara dengan calon debitur, analisa laporan keuangan, penilaian jaminan, pemeriksaan dokumen-dokumen hukum dan tahap memutuskan kredit yang biasanya dilakukan oleh beberapa pejabat kredit bank. Penyaluran dana dalam bentuk kredit ini juga sangat dipengaruhi oleh keadaan perekonomian negara yang cendrung digambarkan dalam bentuk inflasi.
Tingkat suku bunga mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkreditan di pasar kredit dimana tingkat suku bunga yang berlaku menunjukkan harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam transaksi kredit. Bagi peminta kredit maka bunga yang rendah akan sangat diminati dan sebaliknya jika bunga tinggi maka mereka akan berfikir dan tidak berminat untuk mengambil kredit. Suku bunga berpengaruh langsung terhadap tingkat suku bunga kredit perbankan.
Suku bunga kredit mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan kredit. Semakin tinggi suku bunga kredit maka akan menyebabkan beban
(42)
masyarakat dalam melunasi pinjaman kreditnya semakin berat, dan akan mengurangi minat masyarakat untuk melakukan pinjaman kredit yang berakibat menurunya kredit yang disalurkan. Sebaliknya semakin rendah tingkat suku bunga kredit yang ditawarkan maka beban masyarakat akan lebih ringan yang berdampak meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan ke masyarakat (Wardoyo, 2003). Terlihat pada tabel 1.2, bahwa pemerintah telah berusaha menurunkan tingkat suku bunga Bank Indonesia mulai 7% pada 2009 hingga menjadi 5,75% pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah ingin menignkatkan penyaluran KUR kepada usaha mikro kecil dan menengah.
Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian kreditoleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggitingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan pencadangan yanglebih besar, sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modalsangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satupenyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit.
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk keperluan pengembangan usaha dan
(43)
mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit. Penelitian Lolong (2013) tentang pengaruh suku bunga kredit terhadap penyaluran kredit memberikan hasil bahwa suku bunga kredit berpengaruh terhadap peningkatan penyaluran kredit. Penelitian Dondo (2013) tentang pengaruh suku bunga kredit dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit modal kerja memberikan hasil bahwa suku bunga kredit dan tingkat laju inflasi berpengaruh terhadap penyaluran kredit modal kerja. Penelitan Yoga (2013) yang meneliti tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi, NPL dan suku bunga kredit terhadap penyaluran kredit memberikan hasil bahwa pertumbuhan ekonomi dan suku bunga kredit berpengaruh terhadap penyaluran kredit, sedangkan NPL tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit. Sedangkan penelitian Pratama (2010) tentang pengaruh suku bunga dan CAR terhadap penyaluran kredit memberikan hasil bahwa suku bunga dan CAR berpengaruh terhadap penyaluran kredit. Penelitian Hasanudin (2010) tentang pengaruh tingkat suku bunga, NPL dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit memberikan hasil yang berbeda dimana tingkat suku bunga, NPL dan tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran kredit.
Berdasarkan latar belakang masalah dan adanya penelitian terdahulu dengan hasil yang berbeda, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
(44)
1.2 Perumusan Masalah
Sehubungan dengan upaya mengatasi masalah permodalan UMKM sebagaimana uraian di atas, Kementerian Negara Koperasi dan UKM turut memprakarsai program perkuatan permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Namun dalam pelaksanaannya terjadi beberapa penurunan dalam penyalurannya sehingga hasil yang dihasilkan tidak maksimal. Perlambatan penyaluran KUR ini berdasarkan penelitian terdahulu diduga dipengaruhi oleh tingkat inflasi, suku bunga bank, pertumbuhan ekonomi, NPL dan CAR. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Apakah tingkat inflasi,suku bunga, NPL (Non Performing Loan), dan CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh terhadap penyaluran KUR baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan perbankan Sumatera Utara periode 2009-2011?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat inflasi, suku bunga, NPL ( Non Performing Loan), dan CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh terhadap penyaluran KUR baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan perbankan Sumatera Utara periode 2009-2011.
(45)
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengetahuan dalam hal penyaluran kredit dan menjadi referensi di masa depan.
2. Bagi perumus kebijakan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi perumusan kebijakan kredit maupun suku bunga di masa yang akan datang.
3. Bagi wirausahawan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pemilihan kredit dan menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan KUR.
(46)
ABSTRAK
Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Dalam posisi strategistersebut, pada sisi lain UMKM masih menghadapi banyak masalah dan hambatandalam melaksanakan dan mengembangkan aktivitas usahanya terutama adalah dari segi permodalan. Sehubungan dengan upaya mengatasi masalah permodalan UMKM, Kementerian Negara Koperasi dan UKM turut memprakarsai program perkuatan permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program KUR didukung oleh enam bank umum, yaitu BRI, BNI, BTN, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, dan Bukopin, serta dua perusahaan penjaminan yaitu Perum Sarana Pengembangan Usaha (Perum SPU) sekarang berubah menjadi Perum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo). KUR dijamin oleh pemerintah sebesar 70 persen melalui Perum Jamkrindo dan PT Askrindo. Namun dalam pelaksanaannya terjadi beberapa perlambatan dalam penyalurannya sehingga hasil yang dihasilkan tidak maksimal.Berdasarkan data, terlihat bahwa penyaluran KUR mengalami perlambatan yang sangat besar pada tahun 2010 dimana jumlahnya mengalami penurunan hingga mencapai hampir 50%. Pada tahun 2011 dan 2012, terlihat bahwa penyaluran KUR mengalami peningkatan walaupun belum mencapai level yang diharapkan seperti tahun 2007 hingga 2009. Perlambatan penyaluran KUR ini berdasarkan penelitian terdahulu diduga dipengaruhi oleh tingkat inflasi, suku bunga bank, NPL dan CAR.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah inflasi, suku bunga, NPL dan CAR. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 36 bulan selama tiga tahun yaitu 2009-2011. Data yang digunakan adalah data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: metode asosiatif kausal. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara Inflasi terhadap KUR, SBI berpengaruh negatif terhadap penyaluran KUR, NPL tidak berpengaruh terhadap KUR, dan CAR tidak berpengaruh terhadap KUR.
(47)
ABSTRACT
The role of MSMEs (Micro, Small and Medium Enterprises) has been recognized quite large parties in the national economy. In such a strategic position, on the other hand SMEs still face many problems and obstacles in implementing and developing its business activities primarily in terms of capital. In connection with the efforts to address the problem of capital MSME, Ministry of Cooperatives and SMEs also initiated a capital strengthening program through the People's Business Credit (KUR). KUR program supported by six commercial banks, namely BRI, BNI, BTN, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, and Bukopin, as well as two insurance companies that Means Business Development Public Corporation (Perum SPU) is now transformed into a Housing Credit Guarantee Indonesia (Perum Jamkrindo) and PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo). KUR is guaranteed by the government by 70 percent through Jamkrindo and PT Perum Askrindo. However, in practice occurred some slowdown in the distribution so that the resulting outcome is not optimal. Based on the data, it appears that the KUR huge slowdown in 2010 that number has decreased to almost 50%. In 2011 and 2012, it appears that despite increased KUR has not reached the expected level as in 2007 to 2009 slowdown KUR is based on previous research thought to be influenced by the level of inflation, interest rates, NPL and CAR.
The dependent variable in this study is the People's Business Credit (KUR). The independent variables in this study are inflation, interest rates, NPL and CAR. The sample used in this study were 36 months for three years ie 2009-2011. The data used are secondary data. Data collection methods used in this study are: a method of documentation. The analysis technique used is multiple linear regression.
According to analysis done can be seen that there is no significant effect ofthe inflation on KUR, SBI KUR negatively affect , the NPL does not affect the KUR, and CAR did not affect the KUR.
(48)
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA
PERUSAHAAN PERBANKAN SUMATERA UTARA
PERIODE 2009 - 2011
OLEH :
TIO PARDAMEAN SIANIPAR 140522098
PROGRAM STUDI STRATA-I AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
(49)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : TIO PARDAMEAN SIANIPAR
NIM : 140522098
PROGRAM STUDI : S-1 AKUNTANSI
JUDUL SKRIPSI : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada Perusahaan Perbankan Sumatera Utara Periode 2009-2011
Tanggal... Ketua Departemen Akuntansi
(Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak., CPA)
Tanggal... Dekan
(50)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN
PERTANGGUNGJAWABAN SKRIPSI
NAMA : TIO PARDAMEAN SIANIPAR
NIM : 140522098
PROGRAM STUDI : S-1 AKUNTANSI
JUDUL SKRIPSI : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada Perusahaan Perbankan Sumatera Utara Periode 2009-2011
Medan, 2016 Menyetujui
Pembimbing
(51)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN
Telah diuji pada
Tanggal : 24 Maret 2016
...
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Koordinator : Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak. Anggota I : Dra. Mutia Ismail. MM., Ak
(52)
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada Perusahaan Perbankan Sumatera Utara Periode 2009-2011.” Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapatkan izin, dan/ atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Maret 2016 Yang membuat pernyataan
Tio Pardamean Sianipar NIM. 140522098
(53)
ABSTRAK
Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Dalam posisi strategistersebut, pada sisi lain UMKM masih menghadapi banyak masalah dan hambatandalam melaksanakan dan mengembangkan aktivitas usahanya terutama adalah dari segi permodalan. Sehubungan dengan upaya mengatasi masalah permodalan UMKM, Kementerian Negara Koperasi dan UKM turut memprakarsai program perkuatan permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program KUR didukung oleh enam bank umum, yaitu BRI, BNI, BTN, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, dan Bukopin, serta dua perusahaan penjaminan yaitu Perum Sarana Pengembangan Usaha (Perum SPU) sekarang berubah menjadi Perum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo). KUR dijamin oleh pemerintah sebesar 70 persen melalui Perum Jamkrindo dan PT Askrindo. Namun dalam pelaksanaannya terjadi beberapa perlambatan dalam penyalurannya sehingga hasil yang dihasilkan tidak maksimal.Berdasarkan data, terlihat bahwa penyaluran KUR mengalami perlambatan yang sangat besar pada tahun 2010 dimana jumlahnya mengalami penurunan hingga mencapai hampir 50%. Pada tahun 2011 dan 2012, terlihat bahwa penyaluran KUR mengalami peningkatan walaupun belum mencapai level yang diharapkan seperti tahun 2007 hingga 2009. Perlambatan penyaluran KUR ini berdasarkan penelitian terdahulu diduga dipengaruhi oleh tingkat inflasi, suku bunga bank, NPL dan CAR.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah inflasi, suku bunga, NPL dan CAR. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 36 bulan selama tiga tahun yaitu 2009-2011. Data yang digunakan adalah data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: metode asosiatif kausal. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara Inflasi terhadap KUR, SBI berpengaruh negatif terhadap penyaluran KUR, NPL tidak berpengaruh terhadap KUR, dan CAR tidak berpengaruh terhadap KUR.
(54)
ABSTRACT
The role of MSMEs (Micro, Small and Medium Enterprises) has been recognized quite large parties in the national economy. In such a strategic position, on the other hand SMEs still face many problems and obstacles in implementing and developing its business activities primarily in terms of capital. In connection with the efforts to address the problem of capital MSME, Ministry of Cooperatives and SMEs also initiated a capital strengthening program through the People's Business Credit (KUR). KUR program supported by six commercial banks, namely BRI, BNI, BTN, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, and Bukopin, as well as two insurance companies that Means Business Development Public Corporation (Perum SPU) is now transformed into a Housing Credit Guarantee Indonesia (Perum Jamkrindo) and PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo). KUR is guaranteed by the government by 70 percent through Jamkrindo and PT Perum Askrindo. However, in practice occurred some slowdown in the distribution so that the resulting outcome is not optimal. Based on the data, it appears that the KUR huge slowdown in 2010 that number has decreased to almost 50%. In 2011 and 2012, it appears that despite increased KUR has not reached the expected level as in 2007 to 2009 slowdown KUR is based on previous research thought to be influenced by the level of inflation, interest rates, NPL and CAR.
The dependent variable in this study is the People's Business Credit (KUR). The independent variables in this study are inflation, interest rates, NPL and CAR. The sample used in this study were 36 months for three years ie 2009-2011. The data used are secondary data. Data collection methods used in this study are: a method of documentation. The analysis technique used is multiple linear regression.
According to analysis done can be seen that there is no significant effect ofthe inflation on KUR, SBI KUR negatively affect , the NPL does not affect the KUR, and CAR did not affect the KUR.
(55)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada Perusahaan Perbankan Sumatera Utara Periode 2009-2011”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan program pendidikan S-1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai ditulis dengan baik, untuk itu dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, CPA dan Bapak
Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Ketua dan Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM,
Ak selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah telah meluangkan waktu, pikiran, motivasi dan tenaga sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
(56)
5. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Dosen Penguji dan Dra. Nurzaimah, M.M, Ak, CA selaku dosen pembanding yang telah memberikan motivasi, saran, dan kritikan yang membangun sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepada orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan dan doa kepada saya, dan juga para sahabat dan teman seperjuangan
yang telah memberikan dukungan dan do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Maret 2016 Penulis
Tio Pardamean Sianipar NIM: 140522098
(57)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Landasan Teori ... 11
2.1.1 Kredit ... 11
2.1.1.1 Pengertian Kredit... 11
2.1.1.2 Jenis – Jenis Kredit ... 11
2.1.1.3 Jangka Waktu Kredit ... 12
2.1.1.4 Unsur – Unsur Kredit ... 12
2.1.1.5 Pengawasan Kredit ... 14
2.1.1.6 Penyelamatan Kredit Macet ... 15
2.1.2 Lembaga Keuangan ... 17
2.1.2.1 Pengertian Lembaga Keuangan ... 17
2.1.2.2 Fungsi Lembaga Keuangan ... 17
2.1.2.3 Peranan Lembaga Keuangan ... 18
2.1.2.4 Bentuk – Bentuk Lembaga Keuangan ... 20
2.1.3 Bank ... 20
2.1.3.1 Pengertian Bank ... 20
2.1.3.2 Jenis Bank ... 21
2.1.3.3 Fungsi Bank... 21
2.1.3.4 Bank Sebagai Media Intermediasi... 22
2.1.4 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... 24
2.1.4.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... 24
2.1.4.2 Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... 26
2.1.5 Kredit Usaha Rakyat ... 27
(58)
2.1.5.2 Ketentuan Kredit Usaha Rakyat ... 29
2.1.6 Inflasi ... 30
2.1.6.1 Pengertian Inflasi... 30
2.1.6.2 Jenis – Jenis Inflasi ... 31
2.1.7 Suku Bunga ... 33
2.1.7.1 Pengertian Bunga Bank ... 33
2.1.7.2 Fungsi Suku Bunga ... 34
2.1.7.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga ... 35
2.1.8 NPL (Non Performing Loan) ... 37
2.1.9 CAR (Capital Adequecy Ratio)... 39
2.2 Hubungan Antara Variabel Dependen dan Variabel Independen ... 40
2.2.1 Hubungan Antara Inflasi dengan Penyalur KUR ... 40
2.2.2 Hubungan Antara Suku Bunga Kredit dengan penyalur KUR ... 41
2.2.3 Hubungan Antara NPL dengan Penyalur KUR ... 41
2.2.4 Hubungan Antara CAR dengan Penyalur KUR ... 42
2.3 Penelitian Terdahulu ... 43
2.4 Kerangka Konseptual ... 45
2.5 Hipotesis... 47
BAB III METODE PENELITIAN ... ... 48
3.1 Jenis Penelitian ... ... 48
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 48
3.3 Metode Pengumpulan Data ... ... 48
3.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... ... 49
3.4.1 Model Regresi ... ... 49
3.4.2 Deteksi Penyimpangan Asumsi Klasik ... ... 49
3.4.3 Pengujian Hipotesis... ... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 58
4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 58
4.2 Uji Asumsi Klasik ... 59
4.2.1 Uji Normalitas ... 59
4.2.2 Uji Multikolinearitas ... 60
4.2.3 Uji Autokorelasi ... 61
4.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 62
4.3 Pengujian Hipotesis... 63
4.3.1 Analisis Koefisien Determinasi ... 63
4.3.2 Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji F) ... 64
4.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda dan Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t) ... 66
(59)
4.3.31 Pengujian Inflasi Terhadap KUR ... 69
4.3.3.2 Pengujian Suku Bunga Terhadap KUR ... 69
4.3.3.3 Pengujian CAR Terhadap KUR ... 70
4.3.3.4 Pengujian NPL Terhadap KUR ... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
5.1 Kesimpulan ... 71
(60)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Penyaluran KUR untuk usaha mikro kecil dan
Dan menengah ( dalam miliar) ... 5
2.1 Kriteria jumlah karyawan ... 26
2.2 Penelitian Terdahulu ... 43
3.1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 49
4.1 Statistik Deskriptif dari Inflasi, Suku Bunga, CAR, NPL, dan KUR ... 58
4.2 Uji Normalitas ... 60
4.3 Uji Multikolinearitas ... 61
4.4 Uji Autokorelasi ... 62
4.6 Koefisien Deterinasi ... 64
4.7 Uji Signifikansi Simultan (Uji f) ... 65
(61)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
1.1 Grafik KUR ... 5
2.1 Pola KUR Mikro ... 28
2.2 Kerangka Konseptual ... 45
4.1 Uji Heteroskedastisitas ... 63
4.2 Menentukan Nilai F Tabel dengan Microsoft Excel ... 65
4.3 Menentukan Nilai t Tabel dengan Microsoft Excel ... 68
4.4 Aturan Pengambilan Keputusan terhadap Hipotesis Berdasarkan Uji t ... 69
(1)
5. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Dosen Penguji dan Dra. Nurzaimah, M.M, Ak, CA selaku dosen pembanding yang telah memberikan motivasi, saran, dan kritikan yang membangun sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepada orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan dan doa kepada saya, dan juga para sahabat dan teman seperjuangan
yang telah memberikan dukungan dan do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Maret 2016 Penulis
Tio Pardamean Sianipar NIM: 140522098
(2)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Landasan Teori ... 11
2.1.1 Kredit ... 11
2.1.1.1 Pengertian Kredit... 11
2.1.1.2 Jenis – Jenis Kredit ... 11
2.1.1.3 Jangka Waktu Kredit ... 12
2.1.1.4 Unsur – Unsur Kredit ... 12
2.1.1.5 Pengawasan Kredit ... 14
2.1.1.6 Penyelamatan Kredit Macet ... 15
2.1.2 Lembaga Keuangan ... 17
2.1.2.1 Pengertian Lembaga Keuangan ... 17
2.1.2.2 Fungsi Lembaga Keuangan ... 17
2.1.2.3 Peranan Lembaga Keuangan ... 18
2.1.2.4 Bentuk – Bentuk Lembaga Keuangan ... 20
2.1.3 Bank ... 20
2.1.3.1 Pengertian Bank ... 20
2.1.3.2 Jenis Bank ... 21
2.1.3.3 Fungsi Bank... 21
2.1.3.4 Bank Sebagai Media Intermediasi... 22
2.1.4 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... 24
2.1.4.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... 24
2.1.4.2 Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ... 26
2.1.5 Kredit Usaha Rakyat ... 27
(3)
2.1.5.2 Ketentuan Kredit Usaha Rakyat ... 29
2.1.6 Inflasi ... 30
2.1.6.1 Pengertian Inflasi... 30
2.1.6.2 Jenis – Jenis Inflasi ... 31
2.1.7 Suku Bunga ... 33
2.1.7.1 Pengertian Bunga Bank ... 33
2.1.7.2 Fungsi Suku Bunga ... 34
2.1.7.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga ... 35
2.1.8 NPL (Non Performing Loan) ... 37
2.1.9 CAR (Capital Adequecy Ratio)... 39
2.2 Hubungan Antara Variabel Dependen dan Variabel Independen ... 40
2.2.1 Hubungan Antara Inflasi dengan Penyalur KUR ... 40
2.2.2 Hubungan Antara Suku Bunga Kredit dengan penyalur KUR ... 41
2.2.3 Hubungan Antara NPL dengan Penyalur KUR ... 41
2.2.4 Hubungan Antara CAR dengan Penyalur KUR ... 42
2.3 Penelitian Terdahulu ... 43
2.4 Kerangka Konseptual ... 45
2.5 Hipotesis... 47
BAB III METODE PENELITIAN ... ... 48
3.1 Jenis Penelitian ... ... 48
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... ... 48
3.3 Metode Pengumpulan Data ... ... 48
3.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... ... 49
3.4.1 Model Regresi ... ... 49
3.4.2 Deteksi Penyimpangan Asumsi Klasik ... ... 49
3.4.3 Pengujian Hipotesis... ... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 58
4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 58
4.2 Uji Asumsi Klasik ... 59
4.2.1 Uji Normalitas ... 59
4.2.2 Uji Multikolinearitas ... 60
4.2.3 Uji Autokorelasi ... 61
4.2.4 Uji Heteroskedastisitas ... 62
4.3 Pengujian Hipotesis... 63
4.3.1 Analisis Koefisien Determinasi ... 63
4.3.2 Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji F) ... 64
4.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda dan Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t) ... 66
(4)
4.3.31 Pengujian Inflasi Terhadap KUR ... 69
4.3.3.2 Pengujian Suku Bunga Terhadap KUR ... 69
4.3.3.3 Pengujian CAR Terhadap KUR ... 70
4.3.3.4 Pengujian NPL Terhadap KUR ... 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
5.1 Kesimpulan ... 71
(5)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
1.1 Penyaluran KUR untuk usaha mikro kecil dan
Dan menengah ( dalam miliar) ... 5
2.1 Kriteria jumlah karyawan ... 26
2.2 Penelitian Terdahulu ... 43
3.1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 49
4.1 Statistik Deskriptif dari Inflasi, Suku Bunga, CAR, NPL, dan KUR ... 58
4.2 Uji Normalitas ... 60
4.3 Uji Multikolinearitas ... 61
4.4 Uji Autokorelasi ... 62
4.6 Koefisien Deterinasi ... 64
4.7 Uji Signifikansi Simultan (Uji f) ... 65
(6)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
1.1 Grafik KUR ... 5
2.1 Pola KUR Mikro ... 28
2.2 Kerangka Konseptual ... 45
4.1 Uji Heteroskedastisitas ... 63
4.2 Menentukan Nilai F Tabel dengan Microsoft Excel ... 65
4.3 Menentukan Nilai t Tabel dengan Microsoft Excel ... 68
4.4 Aturan Pengambilan Keputusan terhadap Hipotesis Berdasarkan Uji t ... 69