9
2.3 Ringkasan Cerita
Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar, Yukiko Ezaki dikenal sebagai gadis cilik yang sehat dan lincah. Lulus dari sebuah SMP di Shizuoka, ia melanjutkan ke
SMA berasrama di Tokyo. Karena tak terbiasa menjalani kehidupan asrama Yukiko mengalami homesick berat. tetapi menginjak tahun kedua di SMA ia sudah mulai
terbiasa. Dua bulan kemudian ia mengalami peristiwa yang aneh. Misalnya saat merajut
syal keesokan harinya ia tidak bisa mengangkat tangannya. Lalu saat sarapan ia tidak bisa menggunakan sumpit tapi keesokan harinya tanganya sudah kembali normal.
Setelah kejadian itu rentetan kejadian aneh terjadi berturut-turut salah satu anggota tubuhnya mengalami gangguan tetapi keesokan harinya kondisi tubuh Yukiko
kembali normal. Saat menginjak tingkat dua di perguruan tinggi, ia pernah tidak bisa bicara secara normal dan tubuhnyapun tak bisa digerakkan serta saat berat tubuhnya
menurun secara drastis. Ia pun sangat khawatir dan akhirnya ia memeriksakan kesehatanya ke dokter.
Setelah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dokter mengatakan bahwa tubuh Yukiko mengalami kegagalan sistem pergerakan otot yang mengakibatkan
menurunnya kemampuan otot. Saat masuk rumah sakit Ayah dan ibu Yukiko bergantian menjaganya selama
24 jam penuh. Suatu malam ayahnya berkata pada Yukiko “Nanti kalau Yukiko sembuh kita pergi ke Hawaii ya.” Jangankan ke Hawai bergerak saja ia tidak bisa,
apalagi ia bernapas masih tergantung pada alat bantu pernapasan. Kondisi pernapasan yang tidak stabil itu terus berlanjut sampai 2 tahun dan karena kondisinya yang lemah
Universitas Sumatera Utara
10 ia pun mudah terinfeksi penyakit. Sambil berbaring, ia menatap keluar jendela ia
melihat langit biru diantara gedung-gedung tinggi. “Hari ini aku masih hidup apakah aku masih hidup sampai matahari terbit esok?” batin Yukiko berkata sambil menatap
langit senja yang kemerahan. Yukiko sangat bersyukur karena Dokter dan Perawat sangat perhatian
padanya. Banyak pengobatan yang dicoba untuk menyembuhkan Yukiko tapi semuanya hanyalah sia-sia.
Yukiko adalah anak tertua ia pernah merasa iri pada adik perempuanya Fumiko. Dan pada saat Fumiko lulus dari Universitas di Kyoto. Ayah dan Ibu Yukiko
menyempatkan diri untuk beramah tamah dengan Dosen sesaat sebelum acara wisuda Fumiko. Untuk menunjukkan penghargaan dan rasa terima kasih mereka. Ibunya
berkata “Dosen-dosen Fumiko sangat perhatian pada mahasiswanya, mereka bilang pada ibu , kami mendengar dari Fumiko kalau kakak perempuanya sedang sakit keras.
Fumiko juga selalu bilang bahwa ia sangat mengagumi dan menghormati kakak perempuanya yang sangat tabah menghadapi penyakitnya. Mendadak kata-kata
ibunya tersebut melenyapkan semua perasaan irinya terhadap adiknya. Ia pun malu pada dirinya dan ia merasa sangat bersyukur dan merasa kangen pada Fumiko.
Sudah 6 tahun sistem otot-ototnya melemah dan ia cepat merasa lelah. Saat ia dipindahkan ke kamar single ia merasa seperti tinggal di rumah. Ada berbagai perabot
rumah tangga dikamarnya. Ibu memberikan baby book untuk Yukiko . Saat berusia 31 tahun Yukiko keluar dari rumah sakit. Ia menyempatkan diri
berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada para dokter, kepala perawat dan staff yang ada. Keluar dari rumah sakit merupakan langkah baru tapi perjuangan
melawan penyakit belum usai. Minggu ketiga di bulan Juni adalah hari ayah di Jepang. Yukiko menggunakan
Universitas Sumatera Utara
11 kesempatan itu untuk menyediakan kado dan menulis surat untuk ayahnya. Ternyata
surat itu merupakan pembuka jalan baginya dikemudian hari. Mantan ayah Yukiko yang membaca surat itu pun akhirnya menyarankan Yukiko untuk membuat cerita
anak-anak. Hampir 4 tahun setengah Yukiko belajar menulis. Akhirnya karya tulis Yukiko pun
selesai. Karya pertamanya berjudul Koneko Muu No Okurimono. Pada saat berumur 37 tahun ia mendapat penghargaan sebagai penulis baru yang berbakat.
Dipenghujung Oktober 1987 karya kedua Yukikopun selesai judulnya Echan To Koneko Muu . dan pada bulan November ditahun yang sama karya ketiganya Koneko
Muu To Echan no Tomodachi pun terbit. Sejak awal sakit sampai ia bisa menyelesaikan karyanya Yukiko sangat bersyukur
dan ia pun berhasil melalui penyakitnya dan masih bisa berkarya. Berkat dukungan orang tuanya serta adik-adiknya juga temanya selama 20 tahun Yukiko bisa berjuang
melawan penyakitnya. Akhirnya Yukiko menjadi seorang penulis dan buku cerita miliknya banyak
menjadi inspirasi bagi para pembaca. Ia pun bersyukur karena tuhan memberikan anugerah kepadanya menjadi seorang pennulis. Dan ia tidak pernah putus asa untuk
terus berharap pada hari esok yang akan tiba.
Universitas Sumatera Utara
12
BAB III ANALISA CERITA
3.1 Tema