Alasan Pemilihan Judul Tujuan Penulisan Batasan Masalah Metode Penulisan Defenisi Novel Novel

1 BAB I PENDAHULUAN

I.1 Alasan Pemilihan Judul

Penulis sangat tertarik untuk menganalisa novel “ KITTO ASHITA WA” dan menuangkan hasil analisanya dalam kertas karya ini. Melalui novel ini kita dapat mengerti bahwa dalam setiap perjuangan memerlukan pengorbanan. Novel “KITTO ASHIITA WA” karya Yukiko Ezaki ini menceritakan tentang kisah nyata Yukiko Ezaki sendiri dalam berjuang untuk melawan penyakitnya. Dimana di dalam novel ini banyak pelajaran yang dapat kita ambil. Misalnya perjuangan Yukiko Ezaki dalam menghadapi penyakitnya. Ia tidak mudah menyerah tetapi ia selalu berusaha dan tak pernah berhenti berharap pada hari esok. Ia ingin terus hidup dan tidak menjadi beban bagi siapapun. Banyak hal-hal yang dapat ditiru dari tokoh utama dalam novlel ini. Maka dengan alasan tersebut penulis memilih Novel yang berjudul “Kitto Ashita Wa”sebagai bahasan dalam Kertas Karya.

I.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis mengangkat novel “KITTO ASHITA WA” sebagai judul kertas Karya ini adalah sebagai berikut: Untuk memperkenalkan salah satu novel karya Yukiko Ezaki yang berjudul “KITTO ASHITA WA.”untuk mengetahui Tema, Alur, Setting atau latar, Karakteristik tokoh dalam Novel ini.Menjadi sumber pengetahuan dan wawasan, baik bagi pembaca maupun penulis. Universitas Sumatera Utara 2

I.3 Batasan Masalah

Dalam Kertas Karya ini penulis hanya membahas mengenai tema, setting, penokohan, dan alur cerita. Penulis tidak membahas Gaya bahasa yang ada dalam novel ini. Dengan kata lain pembuatan difokuskan secara intrinsik saja.

I.4 Metode Penulisan

Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan yaitu metode mengumpulkan data atau informasi dengan membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas kemudian dideskripsikan ke dalam setiap bab dalam kertas karya ini. Universitas Sumatera Utara 3 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG NOVEL

2.1. Defenisi Novel Novel

adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti sebuah kisah, sepotong berita. Novel lebih panjang setidaknya 40.000 kata dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut. Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak. Sementara Nurgiantoro dalam Gunawan 2010:24 istilah novella atau novellle mengandung pengertian yang sama dengan istilah novelette yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjanganya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Nurgiantoro dalam Gunawan 2010:24 membagi novel dalam 2 golongan, yaitu novel populer dan novel serius. Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya. Khusunya pembaca dikalangan remaja. Novel golongan ini menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha meresapi hakikat Universitas Sumatera Utara 4 kehidupan. Sebab novel poopuler pada umumnya bersifat artificial, hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi. Novel populer biasanya cepat dilupakan orang, apalagi dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya. Novel serius adalah novel yang memberikan isi cerita yang serba berkemungkinan, jadi dituntut konsentrasi yang tinggi untuk dap[at memahami cerita yang dipaparkan didalamnya. Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan dalam novel jenis ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Novel serius disamping memberikan hiburan, juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca, atau paling tidak mengajak untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh- sungguh tentang permasalahan yang dikemukakan. Ini merupakan keunggulan dari novel serius sehingga tetap bertahan sepanjang masa dan tetap menarik sepanjang masa. Sementara Faruk dalam Gunawan 2010:24 mendefenisikan novel sebagai cerita mengenai pencarian yang terdegredasi akan nilai-nilai yang orentik dalam dunia yang juga terdegredasi. Pencarian itu dilakukan oleh seorang hero yang problematik. Nilai-nilai otentik itu adalah totalitas yang secara tersirat muncul dalam novel, nilai- nilai yang mengorganisasi sesuai dengan mode dunia sebagai totalitas. Dengan pengertian tersebut, nilai-nilai otentik tersebut hanya dapat dilihat dari kecendrungan terdegredasinya dunia dan problematiknya sang hero. Karena itu, nilai-nilai itu hanya ada dalam kesadaran penulis pengarang novelis, dengan bentuk yang konseptual dan abstrak. Novel merupakan suatu genre sastra yang bercirikan keterpecahan yang tidak terdamaikan dalam hubungan antara sang hero dengan dunia. Keterpecahan itulah Universitas Sumatera Utara 5 yang menyebabkan dunia dan hero menjedi sama-sama terdegredasi dalam hubunganya dengan nilai-nilai yang otentik yang berupa totalitas diatas. Keterpecahan itu pula yang membuat sang hero menjadi problematik. Berdasarkan teori Lukacs, Goldman membagi novel menjadi 3 jenis: 1. Novel “Idealisme Abstrak” Disebut demikian karena novel ini menampilkan 2 hal. Pertama dengan menampilkan tokoh yang masih ingin bersatu dengan dunia, novel itu masih memperlihatkan idealisme. Kedua, walaupun memperlihatkan idealisme akan tetapi karena persepsi tokoh itu tentang dunia bersifat subjektif, didasarkan pada kesadaran yang sempit, idealismenya menjadi abstrak. 2. Novel “Romantisisme Keputusasaan” Novel jenis ini menampilkan kesadaran hero yang terlampau luas. Kesadaranya lebih luas daripada dunia sehingga menjadi berdiri sendiri dan terpisah dari dunia. Itu sebabnya, sang hero cenderung pasif dan cerita berkembang menjadi analisis psikologis semata-mata. 3. Novel “Pendidikan” Novel jenis ini memaparkan bahwa sang hero di satu pihak mempunyai interioritas, tetapi di lain pihak juga ingin bersatu dengan dunia. Karena ada interaksi antara dirinya dengan dunia,hero itu mengalami kegagalan. Karena mempunyai interioritas, ia menyadari sebab kegagalan. Universitas Sumatera Utara 6

2.2 Unsur Intrinsik Novel