merupakan suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan tata tertib dan peraturan yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Selain itu, kenakalan yang dilakukan oleh responden tidak
sesuai dengan norma-norma,baik norma agama, susila, atau norma yang berlaku dalam masyarakat yang dapat merugikan dirinya sendiri, orang lain, keluaraga dan sekolah.
2. Faktor-faktor Kenakalan
Keluarga sebagai lingkungan pertama seorang anak mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan
anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga. Sehingga keluarga yang merupakan institusi sosial yang
bersifat universal dan multifungsional mempunyai fungsi pengawasan, sosial, ekonomi, pendidikan, keagamaan, perlindungan, dan rekreasi terhadap anggota-anggotanya.
Kemungkinan kenakalan remaja bukan karena murni dari dalam diri remaja itu sendiri tetapi mungkin kenakalan itu merupakan efek samping dari hal-hal yang tidak dapat
ditanggulangi oleh remaja dalam keluarganya. Bahkan orang tua sendiri pun tidak mampu mengatasinya, akibatnya remaja menjadi korban dari keadaan keluarga tersebut.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan paling utama dalam membentuk jiwa dan kepribadian anak. Keluarga yang baik tentu akan sangat menguntungkan bagi
pembentukan jiwa dan kepribadian, sementara keadaan keluarga yang jelek akan sangat tidak menguntungkan bagi pembentukan jiwa dan kepribadian anak.
Kenakalan yang dilakukan oleh siswa didasari oleh dua faktor yang dominan, yaitu faktor keluarga dan teman. Penyebab kenakalan yang dilakukan oleh siswa SMK
Batik 1 Surakarata berawal dari broken home. Keluarga yang broken home memiliki struktur keluarga yang tak lengkap, seperti ada yang meninggal dunia, bercerai atau ada
yang tidak bisa hadir di tengah keluarga dalam rentang waktu yang cukup panjang. Broken home adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suasana keluarga
yang tidak harmonis dan tidak berjalannya kondisi keluarga yang rukun dan sejahtera yang menyebabkan terjadinya konflik dan perpecahan dalam keluarga tersebut. Remaja
yang mengalami broken homeakan mengalami kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua, sehingga membuat mental seorang anak menjadi
frustasi, brutal dan susah diatur.
Struktur dalam keluarga mereka tidak lengkap karena adanya orang tua yang bercerai, sang ayah meninggal dunia dan suasana keluarga yang tidak harmonis yang
menyebabkan terjadinya konflik.. Fungsi dan tugas orang tua dalam memberi kasih sayang dan mendidik tidak berjalan,di tambah dengan lingkungan yang tidak baik dan
teman sepermainan yang member dampak negatif membuat anak terpengaruh menjadi tidak baik. Masalah yang sudah di dapat di dalam keluarga yang menyebabkan remaja
menjadi stress dan merasa tidak bisa meluapkan isi hati dan pikirannya, mengakibatkan anak mencari kesenangan sendiri di luar rumah dengan cara meminum minuman keras,
merokok, berkelahi, tindakan ini mereka lakukan untuk meluapkan perasaan dan mencari ketenangan kesenangan sesaat.
Yang kedua yaitu faktor teman bermain. Meskipun sebagian besar responden mengatakan bahwa awal mereka melakukan tindakan kenakalan karena masalah yang ada
dalam keluarga, dan setelah itu berpengaruh apabila menemukan teman yang salah maka akan membuat kenakalan siswa lebih menjadi lagi. Karena dalam keseharian anak
senantiasa berinteraksi dengan teman-temannya, dan karena memang tidak semua anak yang berada di sekolah sudah baik perilakunya, sehingga hal yang tidak dapat dimungkiri
sering akan membawa pengaruh negatif bagi kepribadian anak. Kelompok sebaya atau teman sepergaulan merupakan tempat dimana remaja bergaul dan berinteraksi dengan
teman-teman sebayanya di luar anggota keluarga, remaja bisa menemukan hal-hal baru yang tidak mereka dapatkan di lingkungan keluarga.
Kenakalan yang dilakukan oleh siswa didasari atas rasa ingin mendapatkan perhatian dari keluarga dan lingkungan sekitar. Siswa melakukan kenakalan karena
memiliki masalah di dalam keluarganya, dan ingin mendapatkan kembali perhatian dari keluarga, teman-teman dan guru. Siswa menganggap bahwa kenakalan yang mereka
lakukan adalah bentuk pelampiasan. Jika dipandang menggunakan perspektif tindakan WeberRitzer, 2013 : 41, maka tindakan yang dilakukan siswa merupakan tindakan
afektif yang sifatnya spontan, tidak rasional dan merupakan eks
presi
emosional dari individu. Masalah keluarga menyebabkan remaja menjadi stress dan merasa tidak bisa
meluapkan isi hati dan pikirannya, mengakibatkan anak mencari kesenangan sendiri di luar rumah dengan cara meminum minuman keras, merokok, berkelahi, tindakan ini
mereka lakukan untuk meluapkan perasaan dan mencari ketenangan kesenangan sesaat.
Kenakalan yang dilakukan remaja merupakan disfungsi di dalam masyarakat. Karena kenakalan diangap sebagai perilaku negatif atau penyimpangan. Tindakan kenakalan
tersebut tidak sesuai dengan nilai dan normatif yang ada dalam struktur sosial masyarakat. Melalui teori fungsional Robert K. Merton George Ritzer, 2014:429 fungsionalisme
membuka jalan pada perubahan struktur sosial dalam menstabilkan disfungsi sosial yang terjadi. Hal tersebut ditunjukan oleh adanya peran bimbingan konseling yang berfungsi
dalam menyelesaikan masalah kenakalan remaja atau penyimpangan tersebut.Disfungsi juga terjadi di dalam keluarga karena kondisi keluarga yang tidak harmonis mendorong
anak untuk melakukan penyimpangan. Ada disfungsi status dan peran orang tua dalam membentuk perilaku posistif anak. Justru sekolah melalui bimbingan konseling memiliki
fungsi dalam sosialisasi pembentukan positif siswa. Jadi peran sekolah didalam sistem sosial adalah untuk menstabilkan sistem-sistem yang mengalami disfungsi menjadi
fungsional.
3. Peran Guru Bimbingan Konseling