A. Pendahuluan
Masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan teknologi, telekomunikasi, industrialisasi dan urbanisasi memunculkan banyak masalah sosial. Maka
usaha remaja dalam beradaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern yang sangat kompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan remaja dalam beradaptasi
menyebabkan banyak kebimbangan, kebingungan, kecemasan, dan konflik, baik konflik yang berasal dari keluarga dan konflik yang berasal dari pergaulan maupun sekolah. Sebagai
dampaknya remaja lalu mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum, dengan jalan perbuatan semaunya sendiri demi keuntungan sendiri dan kepentingan
pribadi yang terkadang mengganggu dan merugikan pihak lain, problem-problem seperti ini sangat sering terjadi di kalangan remaja pada masa sekarang Y. Bambang Mulyono, 1993
Lunturnya nilai-nilai dan norma-norma sosial yang dianut oleh masyarakat mengakibatkan hilangnya pandangan-pandangan mengenai apa itu yang baik dan yang
buruk. Hal ini merupakan salah satu faktor yang membuat remaja melakukan perbuatan menyimpang, baik dalam lingkungan masyarakat dan sekolahnya. Banyak sumber baik dari
media televisi maupun media cetak yang memberitakan tentang perilaku penyimpang yang dilakukan oleh kalangan remaja. Contoh perilaku penyimpang yang dilakukan seperti,
tawuran antar pelajar, maraknya narkoba dikalangan remaja dari mulai pemakai, pecandu, pengedar, meningkatnya jumlah remaja yang melakukan seks pra nikah simultan dengan
meningkatnya aborsi. Membumbungnya perokok dikalangan remaja, maraknya kasus kriminalitas yang pelakunya adalah kalangan remaja dan rendahnya kepedulian remaja
terhadap pendidikan adalah potret terbaru generasi muda bangsa dewasa ini. Pada masa ini, individu mengalami berbagai perubahan baik dari segi fisik maupun
psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk orang dewasa yang disertai pula dengan berkembangnya
kapasitas reproduksi. Selain itu remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berfikir abstrak seperti orang dewasa. Pada masa ini juga remaja melepaskan diri secara
emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa Clark Stewart Freedman dalam Hendriati Agustina 2006:5 . Dalam
perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak, yang pertama yaitu memisahkan diri dari orang tua dan yang kedua adalah menuju arah teman-teman sebaya.
Dua macam arah gerak ini tidak merupakan dua hal yang berturutan meskipun yang satu dapat terkait dengan yang lain F.J Monks, 1992: 269.
Kelompok sebaya atau teman sepergaulan merupakan tempat dimana remaja bergaul dan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya di luar anggota keluarga. Pada masa
remaja, perkembangan sosial seorang remaja bertambah luas dalam daya lingkup maupun kadar keakrabannya. Mereka membuka pertemanan dengan lingkup yang lebih luas, remaja
bisa menemukan hal-hal baru yang tidak mereka dapatkan di lingkungan keluarga. Pada masa ini tumbuh rasa solidaritas yang kuat dan lebih mementingkan kekompakan dengan
teman-temannya. Pergaulan seorang remaja tidak terbatas hanya pada teman satu sekolah saja, dapat juga dari teman sekolah lain, teman komunitas dan lain sebaigainya. Kehadiran
teman dan keterlibatan remaja di dalam suatu kelompok membawa pengaruh tertentu, baik dalam arti positif maupun dalam arti negative. Bila teman-teman dalam kelompok pergaulan
merukan perokok, besar kemungkinannya ia akan menjadi perokok pula. Begitu juga apabila disekolah bergaul dengan teman-teman yang suka membolos di jam pelajaran dan lebih suka
nongkrong di kantin atau cabut dari sekolah, maka ia dapat meniru dan melakukan hal yang sama. Pengaruh teman dan kelompok sangat besar, baik itu dilakukan dari kesadaran diri
sendiri atau ancaman dari sesama teman, karena apabila tidak bisa mengikuti gaya hidup dan peraturan yang dibuat maka akan diasingkan dari kelompok. Tumbuh dalam kelompok yang
bermasalah contohnya dalam kelompok yang terdiri dari anak-anak yang nakal dan tidak mementingkan pendidikan dan bertingkah laku semaunya sendiri akan mengganggu proses
belajar. Proses pergaulan yang bermasalah ini secara tidak langsung mengganggu proses belajar remaja, karena remaja lebih senang dan meluangkan banyak waktunya untuk
bermain dengan teman sepergaulannya untuk bersengan-senang daripada kesadaran diri untuk belajar dan berprestasi di sekolah.
Masalah kenakalan remaja merupakan problem yang timbul bukan di dalam lingkup yang kecil saja, tetapi hampir terjadi baik di kota-kota besar maupun di kota-kota kecil.
Kasus serupa juga terjadi di Solo, turnamen antar pelajar tersebut menjadi pemicu kericuhan yang berkembang menjadi penyerangan ke sekolah-sekolah peserta turnamen. SMK Murni
Solo menjadi korban penyerangan ratusan pelajar seusai pertandingan melawan SMK Muhammadiyah 1 di Stadion Sriwedari pada tanggal 4 September 2013. Sebagian besar
kasus tawuran antar pelajar terjadi karena adanya provokasi dari pihak-pihak tertentu. Emosi
yang masih labil dan kurangnya perhatian serta bimbingan dari orang tua membuat pelajar mudah mengikuti ajakan teman-teman disekitarnya untuk melakukan tawuran
Sindonews.com, 2013. Dari apa yang sudah diterangkan diatas tentang kenakalan remaja dimasa sekarang
yang semakin mengkawatirkan, maka peneliti tertarik untuk mengetahui secara langsung tentang kenakalan remaja yang terjadi di sekolah menengah atas yang berada di kota Solo.
Di kota Solo terdapat sekolah menengah atas baik negeri maupun swasta yang nama baik sekolah tersebut telah dianggap kurang baik dimata masyarakat, karena tindakan siswanya
yang sebagian besar dianggap menyalahi norma-norma yang berlaku didalam lingkungan masyarakat dan tidak pantas dilakukan oleh siswa yang masih duduk dibangku SMASMK.
Dengan melakukan observasi maka SMK Batik 1 Surakarta dijadikan tempat untuk melakukan penelitian. Hasil dari observasi awal yang dengan mengamati tingkah laku siswa
setelah jam pelajaran usai, mayoritas siswa tidak langsung pulang kerumah masing-masing. Mereka lebih memilih untuk nongkrong di parkiran motor dan warung disekitar sekolah
sembari merokok dan masih mengenakan seragam sekolah. Selama proses pengamatan terdapat beberakali terjadi perkelahian yang dilakukan oleh siswa baik itu siswa laki-laki
maupun perempuan. Penyebab perkelahian seringkali diawali karena hal-hal kecil, berawal dari saling adu mulut yang bisa berakhir dengan pertengkaran.
Observasi berkembang dengan mewawancarai guru bimbingan konseling yang bertanggung jawab dalam menganani siswa yang melakukan pelanggaran disekolah. Dari
hasil wawancara awal diketahui bahwa terdapat banyak jenis kenakalan yang dilakukan oleh siswa SMK Batik 1 Surakarta, dari jenis kenakalan kecil seperti membolos, merokok,
berkelahi, berkelahi sampai kenakalan besar seperti memakai narkoba, hamil diluar nikah yang berujung pada dikeluarkan siswa dari sekolah. Dalam satu minggu guru bimbingan
konseling bisa menangani 3-4 kasus dengan jenis kenakalan yang berbeda-beda. Menurut guru bimbingan konseling mayoritas siswa yang melakukan kenakalan merupakan siswa
yang berasal dari keluarga yang broken home. Peran orang tua yang bertugas mengontrol anak dirumah tidak berjalan dengan sebagaimana mestinya, sehingga apabila disekolah
peran orangtua di gantikan oleh guru bimbingan konseling yang juga berwenang dan bertanggung jawab untuk mendidik siswa baik secara individu di sekolah maupun di luar
sekolah. Maka dengan itu penelitian akan fokus pada peran yang dijalani oleh guru
bimbingan konseling dalam proses problem solving perilaku kenakalan remaja di SMK Batik 1 Surakarta. Dengan tiga rumusan masalah mengenai bentuk kenakalan yang
dilakukan siswa, faktor penyebab kenakalan siswa dan peran guru bimbingan konseling dalam menangani kenakalan siswa.
B. Metode Penelitian