Teori Aktivitas Belajar Kerangka Teori

13 Dari beberapa pendapatan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang belajar akan mengalami perubahan tingkah laku baik pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap yang diperoleh setelah melakukan kegiatan terus-menerus dan dilakukan karena usaha dengan sengaja. Dengan kata lain ada perbedaan perilaku dan kecakapan antara sebelum dan sesudah belajar berupa perubahan ke arah positif.

3. Teori Aktivitas Belajar

Sebelum peneliti meninjau lebih jauh tentang aktivitas belajar, terlebih dahulu dijelaskan tentang Aktivitas dan Belajar. Menurut Anton M. Mulyono 2001 : 26, Aktivitas artinya “kegiatan keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas. Sedangkan Belajar menurut Oemar Hamalik 2001: 28, adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. Jika seseorang telah belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut. Selanjutnya Sardiman A.M. 2003 : 22 menyatakan: “Belajar sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”. Dalam proses interaksi ini terkandung dua maksud yaitu: 1 Proses internalisasi dari suatu ke dalam diri yang belajar, 2 Proses ini dilakukan secara aktif dengan 14 segenap panca indera ikut berperan. Dari uraian tentang belajar di atas peneliti berpendapat bahwa dalam belajar terjadi dua proses yaitu 1. perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang sedang belajar, 2. interaksi dengan lingkungannya, baik berupa pribadi, fakta, dsb. Jadi peneliti berkesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas, 2005 : 31, belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”. Seoarang guru harus memahami indikator aktivitas belajar. Indikator adalah ciri-ciri yang tampak dan dapat diamati serta diukur oleh siapapun yang tugasnya berkenaan dengan pengajaran Sudjana, 1992 : 11 Indikator aktivitas belajar meliputi : A. Adanya partisipasi siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya melalui berbagai cara B Adanya keberanian siswa mengajukan pandapat, gagasan atau ide C Adanya siswa untuk bertanya kepada guru meminta pendapat dari guru dalam kegiatan belajarnya 15 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa merupakan salah satu persyaratan yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran. Aktivitas siswa ditandai dengan adanya aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang berupa aktivitas bertanya dan aktivitas menjawab siswa secara teratur tentang berbagai hal yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang dibahas. Beberapa teori yang menunjang aktivitas belajar adalah sebagai berikut a. Koneksionisme Teori Koneksionisme connectionisme adalah teoei yang ditemukan dan dikembangkan oleh Edward L. Thorndike dalam Muhibbin 1995 : 105 berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1980-an. Eksperimen Thorndike menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Berdasarkan eksperimen, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Itulah sebabnya, teori koneksionisme juga disebut ”S-R Bond Theory” dan ”S-R psychology of Learning”. Disamping itu teori ini juga dikenal dengan sebutan “Trial and error Learning”. Istilah ini menunjukkan pada panjangnya waktu banyaknya jumlah kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan. 16 Hukum belajar yang dianut oleh Thorndike adalah : 1 Law of Effect Jika sebuah respons menghasilkan menghasilkan effect yang memuaskan, hubungan antara stimulus dan respon akan semakin kuat. Sebaliknya semakin tidak memuaskan mengganggu efek yang dicapai respon, semakin lemah pula hubungan stimulus dan respon tersebut 2 Law of Readiness hukum kesiapsiagaan Pada prinsipnya hanya merupakan asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan conduction units satuan perantaraan. Unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Hukum ini bersifat spekulatif. 3 Law of Excercise hokum latihan Jika perilaku perubahan hasil belajar sering dilatih atau digunakan maka eksistensi perilaku tersebut akan semakin kuat. Sebaliknya, juka perilaku tadi tidak sering dilatih atau tidak digunakan maka terlupakan atau sekurang-kurangnya akan menurun. b. Pembiasaan Klasik Teori pembiasaan klasik classical conditioning ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan povlov dalam Muhibbin 1995 : 106 Classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya 17 releks tersebut. Berdasarkan eksperimen povlov mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respon. Kesimpulan yang dapat diambil dari eksperimen povlov ialah apabila stimulus yang akan diadakan CS selalu ditandai dengan stimulus penguat UCS, stimulus tadi CS cepat atau lambat akhirnya akan menimbulkan respon atau perubahan yang kita kehendaki yang dalam hal ini adalah CR. c. Pembiasaan Perilaku Respons Teori pembiasaan perilaku respon atau operat conditioning ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh dikalangan ahli psikologi belajar, penciptanya bernama Burrus Federick Skinner. “operant “ adalah sejumlah perilaku atau respon yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Repon dalam operant conditioning terjadi tanpa dilalui oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan reinforcer. Reinforcer itu sendiri sesugguhnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respon tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti classical respondent condition. d. Teori Pendekatan Kognitif Teori psikologi kognitif adalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah memberi kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi pendidikan . pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental manusia. Dalam 18 pandangan para ahli kognitif, tingkah laku manusia yang tampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental seperti: motivasi, kesenjangan, keyakinan dan sebagainya. Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral yang bersifat jasmani meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap belajar siswa. Secara lahiriyah seorang anak yang sedang belajar membaca dan menulis, misalnya, tentu menggunakan perangkat jasmaniah dalam hal ini mulut dan tangan untuk mengucapkan kata dan menggoreskan tinta. Akan tetapi perilaku mengucapkan kata-kata dan menggoreskan tinta yang dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respon atau stimulus yang ada, melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.

4. Pengertian IPS

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsaw siswa kelas II MI Al Masthuriyah Bekasi

0 3 122

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada konsep rangka dan panca indera manusia: penelitian kuasi eksperimen di Kelas IV MI Al-Washliyah Jakarta

0 5 172

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL JIGSAW DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN KALIBANTENG KIDUL 02 KOTA SEMARANG

0 5 331

Peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPS siswa kelas V SDN Karangwuni I melalui model pembelajaran kooperatif Jigsaw II.

0 0 2

Peningkatan Interaksi Pembelajaran Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SDN Kalisidi 02 Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.

0 0 1

Peningkatan Kualitas pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Role Playing Pada Siswa Kelas V SDN Gunungpati 02 Kota Semarang.

0 1 1

Peningkatan Aktivitas Siswa Kelas V SDN Bringin 02 Ngaliyan Semarang dalam Pembelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Tipe Teams Game Tournament (TGT).

0 0 1

(ABSTRAK) PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK JIGSAW (Kajian tindakan di kelas V SDN Wates 02 Kecamatan Ngaliyan Kota semarang).

0 0 2

PENGARUH MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD DI KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

1 5 67