Teori Ekapektasi Rasional Behavioral Finance

ditunjukkan oleh harga saham yang bersifat random. Dewi dan Artini 2014 menemukan bahwa pasar kurang mendukung bentuk efisiensi pasar setengah kuat. Dewi dan Artini 2014 menemukakan beberapa kondisi investor di pasar modal Indonesia yang mengakibatkan lemahnya efisiensi pasar, yaitu Investor terdiri dari individual-individual yang lugas naïve investors dan tidak canggih unsophisticated investors. Untuk pasar yang tidak efisien, investor mempunyai kemampuan yang terbatas di dalam mengartikan dan menginterpretasikan informasi yang diterima. Oleh karena mereka tidak canggih, maka seringkali mereka melakukan keputusan yang salah yang akibatnya sekuritas tersebut dinilai secara tidak tepat, serta seringkali bereaksi berlebihan terhadap suatu perkembangan terbaru.

2.2 Teori Ekapektasi Rasional

Teori Ekspektasi Rasional rational expectations diajukan pertama kali oleh John F. Muth 1961 pada tulisannya yang berjudul “Rational Expectations and the Theory of Price Movements ” untuk memodelkan bagaimana agen ekonomi melakukan peramalan di masa yang akan datang. Landasan dari ekspektasi rasional adalah asumsi bahwa perilaku individu sebagai pelaku ekonomi akan melakukan hal yang terbaik dengan menggunakan apa yang mereka miliki. Ekspektasi rasional dapat didefinisikan sebagai perilaku yang menggunakan prinsip rasional dalam menyerap dan memproses informasi dan dalam membuat ekspektasi Maddock dan Michael, 1982. Teori ini dalam pasar modal adalah teori yang menjelaskan bahwa investor yang tidak mempunyai informasi akan melakukan transaksi dengan mengikuti transaksi yang dilakukan oleh investor yang mempunyai informasi dengan mengamati perubahan dari harga yang terjadi Jogiyanto, 2010:538

2.3 Behavioral Finance

Behavioral finance adalah konsep yang memahami dan memprediksi implikasi pasar keuangan yang sistematis dari proses-proses keputusan psikologis Olsen, 1998. Konsep behavioral finance mengatakan bahwa keputusan investasi yang dilakukan oleh investor lebih banyak dipengaruhi oleh unsur subyektifitas, emosi, dan berbagai faktor psikologis lainnya yang bertentangan dengan asumsi rasionalitas dalam Teori Hipotesis Pasar Efisien Suryawijaya, 2003. Konsep behavioral finance mempertimbangkan berbagai macam jenis investor dalam memandang risiko terkait dengan keputusan investasi. Kelompok pertama adalah kelompok petualang adventurers yang pada umumnya tidak mempedulikan risiko dan cenderung menyukainya risk takers. Sehingga mereka cenderung tidak mempedulikan nasehat dari financial advisors karena berbeda pandangan terhadap risiko. Kelompok kedua adalah kelompok celebrities yang terdiri dari orang-orang yang selalu ingin tampil, menonjol, dan menjadi pusat perhatian. Mereka seringkali tidak terlalu peduli pada perhitungan untung-rugi investasi, asalkan keputusan mereka untuk membeli atau menjual surat berharga dilihat dan didengar oleh orang banyak, Kelompok ketiga adalah kelompok individualists yang cenderung bekerja sendiri dan tidak peduli pada keputusan investasi orang lain. Kelompok ini cenderung menghindari risiko tinggi dan tidak keberatan dengan risiko moderat. Kelompok keempat adalah kelompok guardians yang merupakan investor yang lebih berpengalaman dan berpengetahuan luas. Kelompok ini cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi dan lebih bersifat risk averse. Kelompok kelima adalah kelompok straight arrows. Kelompok ini kadang-kadang bersifat risk averse dan kadang-kadang risk takers. Dilain kesempatan juga bisa bersifat individualists dan pada waktu yang lain lebih menampakkan sifat follow the crowd mengikuti kawanan Suryawijaya, 2003. Berdasarkan pada kelima kelompok investor tersebut, perilaku follower investor adalah tergolong dalam kelompok straight arrows yang lebih menampakkan sifat follow the crowd mengikuti kawanan atau diproksikan dengan herding behavior. Herding behavior di pasar keuangan diidentifikasi sebagai suatu kecenderungan perilaku investor mengikuti tindakan investor yang lain Luong dan Ha, 2011. Herding adalah kondisi psikologis, saat investor mengabaikan keyakinan pribadi mereka dan mengikuti keyakinan orang lain tanpa berpikir panjang Devenow dan Welch, 1996. Perilaku herding sebagai perilaku kawanan, yang kecenderungan individu untuk meniru tindakan rasional atau tidak rasional dari kelompok yang lebih besar, dengan beberapa alasan. Alasan pertama karena tekanan sosial untuk diterima dalam kelompok dan alasan kedua manusia percaya kelompok besar tidak mungkin salah Phung, 2014. Perilaku follower investor yang diproksikan dengan menggunakan deteksi herding behavior menjelaskan disfungsional ekonomi sebagai bias animal spirits untuk menjelaskan perilaku spikologi manusia, seperti naluri dan emosi yang mempengaruhi perilaku manusia. Seperti ketidakstabilan karena spekulasi dan ketidakstabilan karena karakteristik sifat manusi yang sebagian besar masih mempunyai naluri dasar dari animal. Istilah herding diambil dari konsep animal spirit yaitu sekumpulan binatang menuju kearah yang sama straight arrows Keynes, 1935

2.4 Volatilitas Saham