Analisis Pengaruh Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield Dan Dividend Payout Ratio Terhadap Volatilitas Harga Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di LQ45

(1)

i

ANALISIS PENGARUH VOLUME PERDAGANGAN, INFLASI, DIVIDEND YIELD DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP VOLATILITAS HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR

DI LQ45

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Naimatul Fauziah NIM : 109081000106

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Naimatul Fauziah

2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 16 November 1991

3. Alamat : Jl. Duren Tiga Barat V Rt.006 Rw.02 No.45 Jakarta Selatan 12760

4. Telepon : 083893316120

5. E-mail : naimatulfauziah@gmail.com

II. PENDIDIKAN

1. TK Baitur Rahman Tahun 1996-1997

2. MI Sa’adatuddarain Tahun 1997-2003

3. MTsN-1 Jakarta Tahun 2003-2006

4. MAN 4 Jakarta Tahun 2006-2009

5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Firdaus

2. Ibu : Manjillah

3. Alamat : Jl. Duren Tiga Barat V RT.006 RW.02 Jakarta Selatan 12760

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

 Kepanitiaan Program Pengenalan Studi dan Almamater Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai staff divisi kesehatan.


(7)

vii

V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI

1. 23 Desember 2009 : Diskusi Publik “Kemana Arah Isu Kasus Century: Polemik dan Perang Persepsi”

2. 20 Mei 2010 : Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”.

3. 8 Juni 2012 : A Training Course On: “Sekolah Pasar Modal” Basic Training of Fundamental & Technical Analysis.

4. 15 September 2012 : Seminar “Islamic Economy Revivalism, between Theory and Practice”.


(8)

viii

THE ANALYSIS OF THE TREADDING VOLUME, INFLATION, DIVIDEND YIELD AND DIVIDEND PAYOUT RATIO ON PRICE

VOLATILITAS

ABSTRACT

In a capital market transaction, investors often observed stock price volatility. High and low of the stock price volatility depends on the information about stock prices that comes from inside and from outside the company. This study aims to determine how large the trading volume, inflation, dividend yield, deviden payout ratio to stock price volatility. The samples in this study are listed in the Index LQ45 of Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period 2008-2011, amounting to 17 companies. This research were analyzed by using multi linier regression and hypothesis test used partial t-test, simultan F-test at level of significance 5% and adjusted R2.

From the result of the analysis show that two variables, trading volume and inflation have positive significant influence to stock price volatility, and one variable dividend payout ratio has negative significant influence to stock price volatility. While the variables of dividend yieldthat does not have the significant effect on the stock price volatility. Stimulatingly the trading volume, inflation, dividend yield and dividend payout ratio have significances influence to stock price volatility, it proved by sig-F value 0,000 lower than 5% significances. Predictable of the four variables toward stock price volatility is 61,1% as indicated by adjusted R2 that is 61,1% while the rest 38,9% is affected by other factors is not include into the research model.

Keyword : Stock Price Volatility, Trading Volume, Inflation, Dividend Yield, Dividend Payout Ratio.


(9)

ix

ANALISIS PENGARUH VOLUME PERDAGANGAN, INFLASI, DIVIDEND YIELD DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP VOLATILITAS HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR

DI LQ45

ABSTRAK

Dalam transaksi di pasar modal, para investor sering mengamati volatilitas dari harga saham untuk melihat fluktuasi harga selama periode tertentu. Tinggi rendahnya volatilitas harga saham tergantung pada informasi yang diperoleh investor mengenai harga saham baik informasi yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor volume perdagangan, inflasi, Dividend Yield dan Dividend Payout Ratio terhadap volatilitas harga saham. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2011 yang berjumlah 17 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan uji hipotesis menggunakan uji t secara parsial, uji F secara simultan dengan level of significance 5% dan uji koefisien determinasi.

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial ada 2 variabel yaitu volume perdagangan dan inflasi berpengaruh signifikan positif terhadap volatilitas harga saham dan 1 variabel yaitu dividend payout ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap volatilitas harga saham. Sedangkan, variabel dividend yield tidak berpengaruh terhadap volatilitas harga saham. Secara simultan variabel volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig-F 0,000 yang lebih kecil dari signifikansi 5%. Kemampuan prediksi dari keempat variabel tersebut terhadap volatilitas harga saham adalah sebesar 61,1% sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted R2 sebesar 61,1%, sedangkan sisanya 38,9% dipengaruhi oleh

faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model penelitian.

Kata kunci : Volatilitas Harga Saham, Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield,


(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tua, ayahanda Firdaus dan ibunda Manjillah yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

2. Segenap keluarga yang telah menyemangati dan membantu penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi B, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta, selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Bimbingan dan arahan untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi.

5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M. Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(11)

xi

6. Bapak Adhitya Ginanjar, SE, M. Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia memberikan banyak ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan. 8. Seluruh teman-teman Manajemen C/2009 yang selalu baik dan kompak di

dalam kelas maupun luar kelas.

9. Terima kasih untuk Adit Tia Nugraha yang selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen keuangan.

Jakarta, September 2013 Penulis


(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT . ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR...xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Teori yang Berkenaan dengan Variable yang Diambil ... 8

1. Pengertian Pasar Modal ... 8

2. Indeks LQ45 ... 10

3. Volatilitas Harga Saham (Stock Price Volatility) ... 11

4. Volume Perdagangan (Trading Volume) ... 13

5. Inflasi ... 14

6. Deviden ... 18

7. Dividend Yield ... 21


(13)

xiii

B. Penelitian Terdahulu ... 23

C. Keterkaitan Antara Variabel Independen denga Variabel Dependen ... 26

D. Kerangka Pemikiran ... 29

E. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A.Ruang Lingkup Penelitian ... 33

B.Metode Penentuan Sampel ... 33

1. Populasi ... 33

2. Sampel ... 33

C.Metode Pengumpulan Data ... 35

D.Metode Analisis Data ... 35

1. Pengujian Asumsi Klasik ... 36

a. Uji Normalitas ... 36

b. Uji Heteroskedastisitas ... 37

c. Uji Autokorelasi ... 37

d. Uji Multikolonieritas ... 38

2. Analisis Regresi Berganda ... 39

3. Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Secara Simultan ( Uji F ) ... 40

4. Pengujian Dengan Koefisien Regresi Parsial (Uji t ) ... 41

5. Koefisien Determinasi (R²) ... 43

E.Operasional Variabel Penelitian ... 43

1. Variabel Penelitian ... 43

2. Definisi Operasional ... 44

a. Variabel Dependen ... 44

b. Variabel Independen ... 44

1. Volume Perdagangan ... 45

2. Inflasi ... 45

3. Dividend Yield ... 45


(14)

xiv

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

A.Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 47

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 47

2. Sejarah Objek Penelitian ... 49

a. Sejarah Singkat LQ 45 ... 49

b. Gambaran Umum Perusahaan-Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian ... 50

B. Deskripsi Variabel Penelitian ... 67

a.Volatilitas Harga Saham ... 67

b. Volume Perdagangan ... 68

c. Inflasi ... 69

d. Dividend Yield ... 70

e. Dividend Payout Ratio ... 72

C. Analisis dan Pembahasan ... 74

1. Pengujian Asumsi Klasik ... 74

a. Uji Normalitas ... 74

b. Uji Heteroskedastisitas ... 75

c. Uji Multikolinieritas ... 76

d. Uji Autokorelasi ... 77

2. Hasil dan Pembahasan ... 78

a. Uji F ... 78

b. Uji t ... 79

c. Koefisien Determinasi (R2)... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN


(15)

xv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 PenelitianTerdahulu ... 23

3.1 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel ... 34

4.1 Volatilitas Harga Saham Perusahaan LQ45 ... 67

4.2 Volume Perdagangan Perusahaan LQ45... 68

4.3 Rata-rata Inflasi ... 70

4.4 Dividend Yield Perusahaan LQ45 ... 71

4.5 Deviden Payout Ratio Perusahaan LQ45 ... 72

4.6 Uji Normalitas ... 74

4.7 Uji Heteroskedastisitas... 75

4.8 Uji Multikolinearitas ... 76

4.9 Uji Autokerelasi ... 77

4.10 Uji F ... 78

4.11 Uji t ... 79


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Data Sampel Penelitian... ... 89 2. Output Hasil Pengujian Data... 91


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pada era globalisasi, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu negara. Di tambah lagi semenjak terjadi krisis ekonomi tahun 1997, kinerja pasar modal mengalami penurunan tajam bahkan diantaranya mengalami kerugian dan krisis yang menimpa Amerika pada tahun 2008.

Krisis tersebut juga berimbas ke perekonomian Indonesia sebagaimana tercermin dari gejolak di pasar modal dan pasar uang. Ini karena, pasar modal sangat sensitif terhadap peristiwa yang sedang terjadi. Peristiwa seperti krisis global tersebut dapat memotivasi investor untuk bereaksi apakah menjual atau membeli saham, sehingga memicu terjadinya volatilitas harga saham. Volatilitas adalah pengukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode tertentu (Firmansyah, 2006).

Tinggi rendahnya volatilitas harga saham ini dapat dipengaruhi oleh faktor makro dan mikro. Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan, antara lain tingkat bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktivitas nasional, politik, dan lain-lain yang memiliki dampak penting pada potensi keuntungan perusahaan. Faktor mikro adalah faktor-faktor yang berdampak langsung pada perusahaan itu sendiri, seperti perubahan manajemen, harga, dan ketersediaan bahan baku,


(19)

2

produktivitas tenaga kerja dan faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja keuntungan perusahaan individual (Schwert, 1989).

Sunariyah (Hugida,2011) menjelaskan bahwasannya terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai harga suatu saham. Pendekatan yang banyak digunakan diantaranya adalah pendekatan tradisional dan pendekatan portofolio modern. Untuk menganalisis surat berharga saham dengan pendekatan tradisional digunakan dua analisis yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan saham, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Pendekatan analisis fundamental didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik yang diestimasikan oleh investor (Ang, 1997).

Kebijakan deviden merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Semakin besar laba ditahan maka akan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran deviden. Investor juga memperhatikan dividend payout ratio (DPR) perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menetukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah persentase dividen yang dibayarkan dan


(20)

3

dibagikan dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham (Jugiyanto,2000:252).

Apabila dividend yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka semakin besar kemungkinan saham itu dinilai tinggi. Hal ini akan membuat investor menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan saham tersebut naik pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik juga.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya volatilitas harga saham yaitu volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio, namun dari beberapa faktor tersebut, sulit sekali menyimpulkan faktor mana yang berpengaruh paling dominan terhadap volatilitas harga saham.

Studi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham di Indonesia antara lain, Dritsaki (2003) dalam penelitiannya menggunakan produksi industri, inflasi, dan suku bunga untuk diuji pengaruhnya terhadap volatilitas harga saham. Hasilnya menunjukkan secara bersama-sama ketiga variabel tersebut menunjukkan pengaruh positif terhadap volatilitas harga saham. Diantara ketiga variabel tersebut inflasi merupakan variabel makroekonomi yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap volatilitas harga saham. Hubungan positif antara inflasi dan volatilitas harga saham tersebut disebabkan oleh adanya hubungan positif antara tingkat inflasi dan tingkat pertumbuhan uang.

Fajrihan (2010) menunjukkan bahwa variabel dalam dampak kebijakan dividen yang berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham adalah


(21)

4

dividen yield dan dividen payout ratio sedangkan volatilitas earning, firm size, DAR dan growth in asset tidak berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham. Dengan meningkatnya kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang juga di iringi dengan semakin besarnya dividen yang dibagikan hal ini akan menyebabkan harga saham akan meningkat. Hal ini dikarenakan banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba, sehingga demand akan saham tersebut meningkat.

Hugida (2011) Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham yang berpengaruh secara signifikan terhadap volatilitas harga saham adalah volume perdagangan, inflasi dan nilai tukar sedangkan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham.

Hubungan antara volume perdagangan dan volatilitas harga saham ini terutama dipengaruhi oleh informasi, dimana informasi tersebut menyebabkan terjadinya hubungan positif antara volume dan volatilitas. Volume perdagangan saham adalah banyaknya lembaran saham suatu emiten yang diperjualbelikan di pasar modal setiap hari dengan tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham melalui perantara perdagangan saham di pasar modal. Volume perdagangan saham merupakan hal yang penting bagi seorang investor, karena bagi investor volume perdagangan saham menggambarkan kondisi efek yang diperjualbelikan di pasar modal yang mampu berdampak pada harga saham. Dengan demikian


(22)

5

secara logis volume perdagangan saham akan berdampak positif terhadap harga saham.

Berdasarkan terdapatnya persamaan dan perbedaan antara penelitian-penelitian terdahulu tentang mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham. Maka saya akan mencoba mengkaji dan meneliti kembali tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap volatilitas harga saham.Lebih lanjut, penelitian ini akan menggunakan saham-saham yang aktif sebagai sampel penelitian yaitu mengambil sampel dari perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ45 periode tahun 2008-2011. Alasan digunakannya saham aktif yang masuk dalam perhitungan LQ45 adalah guna menghindari pengambilan sampel yang berpotensi mengikutsertakan saham tidak aktif dalam analisis serta karena saham perusahaan yang masuk perhitungan indeks LQ45 merupakan saham-saham dengan kapitalisasi besar yang mencakup 75% kapitalisasi pasar sehingga dapat mewakili saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Oleh kerana itu, skripsi ini akan saya beri judul “Analisis Pengaruh Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan Dividend Payout Ratio terhadap Volatilitas Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di LQ-45”.


(23)

6 B. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio berpengaruh terhadap volatilitas harga saham secara simultan.

2. Apakah volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio berpengaruh terhadap volatilitas harga saham secara parsial.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh volume perdagangan terhadap volatilitas harga saham.

2. Menganalisis pengaruh inflasi terhadap volatilitas harga saham.

3. Menganalisis pengaruh dividend yield terhadap volatilitas harga saham. 4. Menganalisis pengaruh dividend payout ratio terhadap volatilitas harga

saham.

b. Manfaat Penelitian 1. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi yang berguna untuk investor sebagai bahan pertimbangan dan referensi dalam pengambilan keputusan investasi.


(24)

7

2. Bagi Penulis

Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperdalam ilmu pengetahuan mengenai volume perdagangan, inflasi, dividend yield, dividend payout ratio dan volatilitas harga saham.

3. Bagi akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan referensi bagi penelitian berikutnya yang tertarik untuk melakukan kajian di bidang yang sama.

4. Bagi umum

Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya manajemen konsentrasi keuangan dan bagi mahasiswa yang mempunyai minat yang sama dengan penulis.


(25)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori yang Berkenaan dengan Variable yang Diambil 1. Pengertian Pasar Modal

Menurut Tandelilin (2001:13) Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas, jadi pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus tabungan (investor) kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan (emiten). Sehingga pasar modal merupakan sumber utama bagi perusahaan-perusahaan yang membutuhkan dana jumlah besar dan akan terikat dalam jangka waktu yang panjang.

Menurut Yuswandi (2012: 42) Pasar modal merupakan alternatif penghimpunan dana selain melalui sistem perbankan, dimana berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal sendiri (saham) yang diterbitkan pemerintah atau perusahaan swasta.

Patriawan (Khadijah, 2013) menjelaskan bahwasannya pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional, dimana ada pedagang, pembeli, dan juga ada tawar menawar harga.


(26)

9

Sedangkan di dalam undang-undang, pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Bab 1, pasal 1, angka 13, UURI No. 8, 1995 tentang pasar modal).

Menurut Samsul (2006:46) jenis pasar modal dapat dikategorikan menjadi 4 pasar, yaitu sebagai berikut:

1. Pasar pertama (perdana)

Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum.

2. Pasar kedua (sekunder)

Pasar kedua adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli antar investor dan harga dibentuk oleh investor melalui prantara efek.

3. Pasar ketiga

Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker.

4. Pasar keempat

Pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa melalui prantara efek.


(27)

10 2. Indeks LQ45

Indeks LQ45 terdiri dari 45 buah saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut:

a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).

b. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir).

c. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan.

d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan. e. Frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.

Bila ada satu saham yang tidak memenuhi kriteria, saham tersebut akan dikeluarkan dari perhitungan indeks dan digantikan dengan saham yang memenuhi kriteria. Saham-saham yang masuk dalam kriteria ranking 1-35 dikalkulasikan dengan cepat dalam perhitungan indeks. Sedangkan saham yang masuk pada ranking 36-45 tidak perlu dimasukkan dalam perhitungan indeks. Untuk menjamin kewajaran dalam seleksi saham, BEI mempunyai sebuah komite penasehat yang terdiri dari para ahli di bidang pasar modal yaitu para praktisi, akademisi, profesional independen di bidang pasar modal. Tujuan indeks LQ45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal


(28)

11

lainnya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan (Buku Paduan Indeks 2010: 11).

3. Volatilitas Harga Saham (Stock Price Volatility)

Volatilitas adalah pengukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode tertentu (Firmansyah, 2006). Ukuran tersebut menunjukkan penurunan dan peningkatan harga.

Volatilitas pasar terjadi akibat masuknya informasi baru ke dalam pasar atau bursa. Akibatnya para pelaku pasar melakukan penilaian kembali terhadap asset yang mereka perdagangkan. Pada pasar yang efisien, tingkat harga akan melakukan penyesuaian dengan cepat sehingga harga yang terbentuk mencerminkan informasi baru tersebut (Anton, 2006).

Menurut Schwert dan Smith (Hugida, 2011) terdapat lima jenis volatilitas dalam pasar keuangan, yaitu future volatility, historical volatility, forecast volatility, implied volatility, dan seasonal volatility.

a. Future Volatility

Future volatility adalah apa yang hendak diketahui oleh para pemain dalam pasar keuangan (trader). Volatilitas yang paling baik adalah yang mampu menggambarkan penyebaran harga di masa yang akan datang untuk suatu underlying contract. Secara teori angka tersebut merupakan yang kita maksud ketika kita membicarakan input volatilitas ke dalam model teori pricing. Trader jarang membicarakan future volatility karena masa depan tidak mungkin diketahui.


(29)

12

b. Historical Volatility

Untuk dapat mengetahui masa depan maka perlu mempelajari masa lalu. Hal ini dilakukan dengan membuat suatu permodelan dengan teori pricing berdasarkan data masa lalu untuk dapat meramalkan volatilitas pada masa yang akan datang. Terdapat bermacam-macam pilihan dalam menghitung historical volatility, namun sebagian besar metode bergantung pada pemilihan dua paremeter, yaitu periode historis dimana volatilitas akan dihitung, dan interval waktu antara perubahan harga. Periode historis dapat berupa jadi empat belas hari, enam bulan, lima tahun, atau lainnya. Interval waktu dapat berupa harian, mingguan, bulanan, atau lainnya. Future volatility dan historical volatility terkadang disebut sebagai realized volatility.

c. Forecast Volatility

Seperti halnya terdapat jasa yang berusaha meramalkan pergerakan arah masa depan harga suatu kontrak demikian juga terdapat jasa yang berusaha meramalkan volatilitas masa depan suatu kontrak. Peramalan bisa jadi untuk suatu periode, tetapi biasanya mencakup periode yang identik dengan sisa masa option dari underlying contract.

d. Implied Volatility

Umumnya future, historical, dan forecast volatility berhubungan dengan underlying contract. Implied volatility merupakan volatilitas yang harus kita masukkan ke dalam model teoritis pricing untuk menghasilkan nilai teoritis yang identik dengan harga option di pasar.


(30)

13

e. Seasonal Volatility

Komoditas pertanian tertentu seperti jagung, kacang, kedelai, dan gandum sangat sensitif terhadap faktor-faktor volatilitas yang muncul dari kondisi cuaca musim yang jelek. Oleh karena itu berdasarkan faktor-faktor tersebut seseorang harus menetapkan volatilitas yang tinggi pada masa-masa tersebut.

4. Volume Perdagangan (Trading Volume)

Kinerja suatu saham dapat diukur dengan volume perdagangannya. Semakin sering saham tersebut diperdagangkan mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif dan diminati oleh para investor. Volume perdagangan saham adalah banyaknya lembaran saham suatu emiten yang diperjualbelikan di pasar modal setiap hari dengan tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham. Volume perdagangan ini seringkali dijadikan tolok ukur (benchmark) untuk mempelajari informasi dan dampak dari berbagai kejadian.

Aktivitas volume perdagangan digunakan untuk melihat penilaian suatu informasi oleh investor individual dalam arti informasi tersebut membuat suatu keputusan perdagangan atau tidak. Hal ini berkaitan dengan salah satu motivasi investor dalam melakukan transaksi jual beli saham yaitu penghasilan yang berkaitan dengan capital gain. Volume perdagangan yang kecil menunjukkan investor yang sedikit atau kurang tertarik dalam melakukan investasi di pasar sekunder, sedangkan volume


(31)

14

yang besar menunjukkan banyaknya investor dan banyaknya minat untuk melakukan transaksi jual dan beli saham.

5. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga umum untuk naik secara terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas dan mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lainnya (Boediono, 1999: 155). Secara luas inflasi dapat dikatakan sebagai kenaikan harga yang terus menerus sehingga mengakibatkan daya beli dari masyarakat pun menjadi menurun, hal ini disebabkan karena jumlah uang yang ada di tangan masyarakat tidak sebanding dengan tingkat kenaikan harga yang terjadi.

Dari pengertian tersebut jelas terungkap bahwa dengan kenaikan harga-harga (inflasi) dapat mengakibatkan nilai uang yang ada menjadi turun (devaluasi), sehingga berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat. Selain itu, Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomi. Selain itu, Inflasi dalam buku makroekonomi di terangkan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga (Sukirno, 2002;15). Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 2000). Tingkat inflasi (prosentase pertambahan kenaikan harga) berbeda dari suatu periode satu ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke


(32)

15

negara lainnya (Sukirno, 2003:15). Kenaikan harga ini dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain: indeks biaya hidup atau Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index), indeks harga perdagangan besar (Wholesale Price Index), GNP deflator.

Sedangkan dalam buku Case dan Fair (2007:212) menjelaskan inflasi sebagai suatu variabel ekonomi makro yang dapat sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan, namun pada dasarnya inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para pelaku pasar modal karena akan meningkatkan biaya produksi.

Pengertian-pengertian tersebut sangatlah sejalan dengan pengertian inflasi yang disebutkan pula oleh Bank Indonesia, BI mendefinisikan inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, terdapat kesamaan persepsi mengenai Inflasi, bahwa yang disebut dengan inflasi adalah suatu kenaikan harga-harga yang terjadi secara umum, artinya terjadi pada semua jenis barang dan juga terjadi secara meluas, yang berarti bahwa kenaikan harga-harga tersebut tidak hanya terjadi di suatu daerah saja, tetapi berdampak pada seluruh daerah yang ada di wilayah negara.


(33)

16

1. Jenis-Jenis Inflasi.

a. Ditinjau Dari Parah Tidaknya suatu Inflasi.

Apabila dilihat dari skala parah atau tidaknya Inflasi tersebut, maka dapat dilihat sebagai berikut :

1. Inflasi ringan dengan skala Inflasi sebesar < 10 persen / tahun. 2. Inflasi sedang dengan skala Inflasi sebesar 10 – 30 persen / tahun. 3. Inflasi berat dengan skala Inflasi sebesar 30 – 100 persen / tahun. 4. Hiperinflasi dengan skala Inflasi sebesar > 100 persen / tahun.

b. Ditinjau dari Asal Inflasi.

Dilihat dari asal inflasi maka dapat diketahui bahwa inflasi tersebut berasal dari dalam negeri dan juga berasal dari luar negeri atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imported Inflation. Inflasi yang berasal dari dalam negeri atau disebut Domestic Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kenaikan harga akibat adanya kondisi shock dari dalam negeri baik karena perilaku masyarakat maupun pemerintah yang mengakibatkan kenaikan harga.

Sedangkan, untuk Inflasi yang berasal dari luar negeri atau yang disebut dengan Imported Inflation merupakan suatu kenaikan harga yang diakibatkan karena kenaikan harga-harga dari barang-barang yang diimpor, sehingga akan mengakibatkan tekanan terhadap harga dalam negeri.


(34)

17

Sedangkan berdasarkan Bank Indonesia dalam kerangka kebijakan moneter yang baru disebutkan bahwa inflasi terjadi dikarenakan adanya tekanan dari sisi supply (cost push Inflation), dari sisi demand (demand pull Inflation), dan juga dari ekspektasi inflasi. (Bank Indonesia dalam Inflation Targeting Framework).

Cost push Inflation atau inflasi yang berasal dari sisi penawaran dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered prices), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya jalur distribusi.

Untuk inflasi yang terjadi dari sisi penawaran ini, biasanya tidak bisa langsung tersentuh oleh kebijakan moneter Bank Indonesia. Hal ini disebabkan karena sisi penawaran dipengaruhi oleh faktor-faktor luar yang tidak bisa dikendalikan oleh Bank Indonesia.

Demand pull Inflation atau inflasi yang berasal dari sisi permintaan adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregat demand) lebih besar daripada kapasitas perekonomian.

Inflasi yang berasal dari sisi permintaan ini bisa dikendalikan oleh kebijakan Bank Indonesia, dengan cara mengendalikan tingkat permintaan atas suatu barang dengan menggunakan instrumen kebijakan moneter, dan diantaranya adalah dengan jalur suku bunga atau BI Rate. Yang terakhir


(35)

18

faktor penyebab inflasi menurut Bank indonesia adalah karena adanya ekspektasi Inflasi, Ekspektasi inflasi adalah inflasi yang timbul karena perilaku masyarakat dan perilaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking.

Ekspektasi inflasi ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal dan tahun baru) dan penentuan Upah Minimum Regional (UMR).

6. Dividen

Dividen menurut Weston dan Copeland (Rodoni) adalah keuntungan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang diberikan kepada para pemegang saham. Besarnya dividen yang diberikan ditentukan dalam rapat pemegang saham yang dinyatakan dalam suatu jumlah persentase (%) tertentu atas nilai nominal saham dan bukan atas nilai pasarnya.

Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan perusahaan membagikan dividen kepada para investor adalah kebijakan yang sangat penting. Kebijakan pembagian dividen (dividend policy) tidak saja membagikan keuntungan yang diperoleh perusahaan kepada para investor tetapi harus selalu diikuti dengan pertimbangan adanya kesempatan investasi kembali (reinvesment). Apabila dividen dibayarkan secara tunai makin meningkat, maka semakin sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi. Hal ini


(36)

19

menyebabkan tingkat pertumbuhan dimasa mendatang menjadi rendah, sehingga akan menekan harga saham.

Ada dua asumsi yang mendasari kebijakan dividen (Bodie,et.al 2008) antara lain:

a. Kebijakan dividen pada perusahaan yang tidak sedang tumbuh (a low invesment rate plan). Pada perusahaan-perusahaan yang termasuk kategori ini mampu membayarkan dividen lebih tinggi pada awal periode, tetapi pertumbuhan dividen pada tahun-tahun berikutnya lebih rendah.

b. Kebijakan dividen pada perusahaan yang sedang tumbuh (a high reinvesment rate plan). Perusahaan-perusahaan yang sedang tumbuh akan memberikan dividen relatif rendah pada awalnya. Hal ini dikarenakan adanya rencana reinvestasi dari sebagian laba yang diperoleh untuk membiayai aktivitas ekspansi (reinvesment). Tetapi perusahaan-perusahaan yang termasuk kelompok perusahaan yang sedang tumbuh akan mampu menghasilkan tingkat pertumbuhan dividen yang lebih tinggi pada tahun-tahun berikutnya. Walaupun sebagian besar perusahaan kelompok ini mempertahankan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) yang tetap. Namun pertumbuhan laba yang lebih besar akhirnya memberikan dividen lebih besar.

Beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan kebijakan dividen pada perusahaan, Weston dan Brigham (Rodoni):


(37)

20

1. Peraturan hukum, 2. Posisi likuiditas,

3. Perlunya membayar kembali pinjaman, 4. Keterbatasan karena kontrak hutang, 5. Tingkat perluasan perusahaan,

6. Tingkat keuntungan(tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan),

7. Stabilitas perusahaan,

8. Kemampuan memasuki pasar modal, 9. Kontrol,

10. Kedudukan pajak para pemegang saham,

11. Pajak atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar, 12. Tingkat inflasi.

Kebijakan dividen penting karena ada dua alasan yaitu pertama, pembayaran dividen akan mempengaruhi harga saham, dengan demikian akan berpengaruh juga dengan perdagangan saham. Kedua, pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber tambahan modal sendiri (equity capital) yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan perusahaan (Fajrihan,2010).

Menurut Brigham dan Gapenski (Rodoni) tiap perubahan dalam kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan yaitu apabila akan dibayarkan semua, maka keputusan


(38)

21

cadangan terabaikan dan sebaliknya apabila laba akan ditahan semua kepentingan pemegang saham akan uang kas terabaikan. Untuk menjaga kedua kepentingan tersebut, maka manajer dapat menempuh kebijakan yang optimal. Kebijakan dividen optimal merupakan kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa yang akan datang, sehingga dapat memaksimumkan laba dan mempengaruhi nilai perusahaan.

Dengan demikian kebijakan dividen yang diambil perusahaan berkaitan dengan tujuan utama pembuatan keputusan keuangan yaitu memaksimalkan nilai ( harga ) saham umum perusahaan.

9. Dividend Yield

Jones (Fajrihan,2010) Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga sekarang. Deviden Yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return.

Apabila perusahaan dapat memperoleh laba yang besar, maka secara teoritis perusahaan akan mampu membagikan dividen yang makin besar. Dengan meningkatnya kemampuan perusahaaan menghasilkan laba yang juga diiringi dengan semakin besarnya dividen yang dibagikan hal ini akan menyebabkan harga saham akan meningkat. Hal ini dikarenakan banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba, sehingga demand akan saham tersebut meningkat.


(39)

22

Jika investor bermaksud menyimpan saham selamanya, ia mengharapkan dividen saham. Jika investor bermaksud untuk menjual saham dikemudian hari, ia mengharapkan dividen saham dan keuntungan akibat kenaikan harga saham. Ini berarti apabila dividend yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka semakin besar kemungkinan saham itu dinilai tunggi. Hal ini akan membuat investor mau menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan akan saham tersebut naik pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik juga. Dividend Yield (DY) dihitung dengan formula sebagai berikut:

DY= Dividen yang Dibayarkan Harga Saham Sekarang

10. Dividend Payout Ratio

Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan antara dividend per share dan earning per share.Dividend Payout Ratio ( DPR ) digunakan untuk mengukur berapa rupiah yang akan diberikan kepada pemegang saham dari keuntungan yang yang diperoleh perusahaan setelah dikurang pajak. Jadi, Dividend Payout Ratio (DPR) adalah sebuah parameter untuk mengukur besaran dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham.

Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) adalah persentase deviden yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham (Jogiyanto,2000:252).


(40)

23

DPR memberikan gambaran tingkat pembagian terhadap Net Income yang diperoleh perusahaan. Semakin mapan suatu perusahaan pada umumnya memiliki tingkat DPR yang semakin tinggi.

Rumus:

DPR = Total Dividen Net Income

B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu akan saya rangkum secara singkat karena mengingat penelitian ini sendiri mengacu kepada beberapa penelitian terdahulu. Meskipun ruang lingkup dari beberapa penelitian yang akan dirangkum ini hampir sama, namun semuanya memiliki objek dan waktu yang berbeda. Diharapkan dengan adanya perbedaan yang terdapat pada penelitian-penelitian sebelumnya dapat dijadikan acuan penelitian-penelitian ini dan dapat menambah referensi daripada penelitian yang akan dilakukan ini.

Berikut ini adalah beberapa rangkuman penelitian sebelumnya :

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Variabel Dependen

Variabel

Indpenden Hasil

1 Lydianita

Hugida (2011)

Analisi Faktor – faktor yang Mempengaruhi Volatilitas Harga Saham (Studi pada Perusahaan Volatilitas Harga Saham Volume Perdagangan, Inflasi, Nilai Tukar dan Tingkat

Suku Bunga. faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham yang berpengaruh secara


(41)

24

yang Terdaftar dalam Indeks LQ45 Periode 2006 – 2009)

signifikan terhadap volatilitas harga saham adalah volume

perdagangan, inflasi dan nilai tukar sedangkan suku bunga SBI tidak

berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham. 2 Julfi fajrihan (2010) Dampak Kebijakan Deviden Terhadap Volatilitas Harga Saham Perusahaan LQ45 di BEI

Volatilitas Harga Saham Deviden Yield, Deviden Payout Ratio,Volatilitas Earning, size, Hutang Jangka Panjang dan Pertumbuhan Aset. variabel dalam dampak kebijakan deviden yang berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham adalah Deviden Yield dan Deviden Payout Ratio

sedangkan Volatilitas Earning, Firm Size, DAR dan Growth In

Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham. 3 Achmad Ath Thobarry (2009) Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap indeks harga saham sektor properti

nilai tukar, suku bunga, inflasi dan pertumbuhan GDP

nilai tukar dollar terhadap rupiah, suku

bunga, inflasi dan pertumbuhan GDP secara bersamasama

berpengaruh terhadap indeks harga saham sektor properti, sedangkan


(42)

25 Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008)

secara parsial nilai tukar dollar terhadap

rupiah berpengaruh positif signifikan

terhadap indeks harga saham sektor properti sedangkan inflasi berpengaruh

negat if signifikan t erhadap indeks saham

sekt or propert i.

4 Mamoon (2007) Macro Economic Uncertainty of 1990s and Volatility at Karachi Stock Exchange Volatilitas harga saham indeks harga perdagangan besar, indeks produksi sector industry, dan jumlah uang beredar, volume perdagangan Semua variabel makroekonomi mempunyai pengaruh positif yang signifkan terhadap volatilitas harga saham, volume

perdagangan berpengaruh negatif.

5 Dritsaki

(2003) Microeconomic Determinants of Stock Price Movement :An Empirical Investigation of the Greek Stock

Market

Volatilitaas Harga Saham

Inflasi, tingkat suku bunga dan produksi industri Semua variabel independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap volatilitas harga saham.

6 Zan (2003)

The Macroeconomic Determinants of Stock Price Volatility: Evidence From Taiwan, South Korea, Singapore and Hong Kong Volatilitas Harga Saham Inflasi, Harga Minyak, Nilai Tukar dan Suplai

Uang Inflasi berpengaruh negatif terhadap volatilitas harga saham, sedangkan variabel independen lainnya berpengaruh positif.


(43)

26

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas ada beberapa hal yang berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Hal-hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:

1. Studi kasus dalam penelitian

Studi kasus dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ45 pada tahun 2008 sampai dengan 2011 .

2. Variabel yang digunakan

Pada penelitian ini akan menggunakan variabel volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend Payout Ratio dimana variabel-variabel masih terjadi kontradiksi dalam penelitian-penelitian sebelumnya.

3. Tahun yang digunakan

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ45 pada tahun 2008 sampai dengan 2011.

C. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen

1. Pengaruh Volume Perdagangan terhadap Volatilitas Harga Saham

Pada berbagai teori model hubungan antara volume dengan volatilitas yaitu volume berpengaruh terhadap volatilitas karena volume mencerminkan informasi yang diterima oleh pelaku pasar (Chan dan Fong, 2000).

Hugida (2011) Volume perdagangan mempunyai hubungan positif dengan volatilitas harga saham. Hal ini disebabkan karena apabila tidak ada informasi mengenai saham, maka investor lebih cenderung untuk tetap


(44)

27

memegang saham mereka, sehingga volume perdagangan menurun karena tidak banyak saham yang dijual, maka hal tersebut akan mengakibatkan volatilitasnya rendah. Begitu pula sebaliknya, apabila investor menerima informasi yang banyak mengenai suatu saham, maka investor akan banyak menjual saham mereka, hal ini akan berakibat meningkatnya volume perdagangan. Akibat dari peningkatan volume perdagangan tersebut, maka volatilitasnya juga akan naik.

2. Pengaruh Inflasi terhadap Volatilitas Harga Saham

Fama (Dritsaki, 2003) Inflasi menunjukkan hubungan positif dengan volatilitas harga saham. Hubungan positif antara inflasi dan volatilitas harga saham tersebut disebabkan oleh adanya hubungan positif antara tingkat inflasi dan tingkat pertumbuhan uang, dimana peningkatan supply uang akan memungkinkan peningkatan discount rate dan membuat harga saham menjadi lebih rendah. Peningkatan tingkat inflasi akan menyebabkan kebijakan ekonomi yang lebih ketat dan akan membuat efek negatif terhadap harga saham. Efek negatif yang diterima oleh harga saham ini tentunya akan mendorong investor untuk menjual saham yang dimiliki, sehingga akan berakibat meningkatnya volatilitas harga saham.


(45)

28

3. Pengaruh Dividend Yield terhadap Volatilitas Harga Saham

Dividend Yield adalah rasio antara dividen per saham (dalam satu tahun buku) dengan harga saham (dividen/harga saham), dinyatakan dalam persentase.

Penelitian Fajrihan (2010) menunjukkan dividend yield mempunyai hubungan positif dengan volatilitas harga saham. Apabila dividend yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka semakin besar kemungkinan saham itu dinilai tinggi. Hal ini akan membuat investor mau menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan akan saham tersebut naik dan pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik juga.

4. Pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap Volatilitas Harga Saham

Dividend Payout Ratio adalah rasio antara dividen yang dibayarkan sebuah perusahaan (dalam satu tahun buku) dibagi dengan keuntungan bersih perusahaan (net income), pada tahun buku tersebut.

Fajrihan (2010) menunjukkan dividend payout ratio mempunyai hubungan positif dengan volatilitas harga saham. Dividend payout ratio digunakan dalam menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. jadi, semakin mapan perusahaan pada umumnya memiliki tingkat DPR yang semakin tinggi sehingga permintaan akan saham tersebut meningkat dan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut akan naik juga.


(46)

29 D. Kerangka Pemikiran

Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independen adalah inflasi, volume perdagangan, dividend yield dan dividend payout ratio. Sedangkan, variabel dependen adalah volatilitas harga saham. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(47)

30 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

BEI

Perusahaan LQ45

Variabel Depeden : Volatilitas Harga

Saham Variabel Independen:

1. Volume Perdagangan 2. Inflasi

3. Dividend Yield

4. Dividend Payout Ratio

Analisis Regresi Linier Berganda

Uji Asumsi Klasik

Koefisien Determinasi

Uji F Uji t

Interpretasi


(48)

31 D. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.

Good dan Scates (1954) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau refrensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya. Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan

H0 : b1...b4 = 0 ; Variabel Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan

Dividend Payout Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham secara simultan. H1 : b1...b4≠ 0 ; Variabel Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan

Dividend Payout Ratio berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham secara simultan.

2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial

H0 : bi= 0 ; Variabel Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan

Dividend Payout Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham secara parsial.


(49)

32

H1 : bi ≠ 0 ; Variabel Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan

Dividend Payout Ratio berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham secara parsial.


(50)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio terhadap voaltilitas harga saham. Periode penelitian ini dimulai dari bulan januari 2008 sampai bulan oktober 2011, periode ini dipilih karena pada tahun 2008 terjadi krisis Global yang berpengaruh terhadap harga saham di negara lain termasuk di Indonesia.

B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel

Menurut Sudjana (1997) populasi adalah kesatuan persoalan secara menyeluruh yang sudah ditentukan batas-batasnya secara jelas sebagian keseluruhan dari obyek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang termasuk dalam LQ45 dari tahun 2008-2011 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Alasan pemilihan saham-saham yang termasuk dalam LQ45 adalah saham-saham tersebut aktif diperdagangkan dan likuid.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Djarwanto, 1995). Sampel penelitian ini mengambil perusahaan yang listed di dalam Indeks LQ45 BEI pada periode tahun 2008 – 2011. Tahun tersebut dipilih karena selama periode tahun 2008 - 2011 indeks LQ45 mengalami gejolak harga yang sangat


(51)

34

tinggi. Teknik pengambilan sampel dipilih secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria atau pertimbangan yang ditetapkan. Kriteria-kriteria yang menjadi pertimbangan dalam penetapan sampel yaitu:

1. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan yang sahamnya masuk dalam Indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008 – 2011.

2. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan paling aktif yang secara konsisten masuk sebagai anggota Indeks LQ45 periode 2008 – 2011. Dari populasi sebanyak 45 perusahaan, diperoleh sebanyak 17 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel tersebut.

Untuk lebih jelasnya nama-nama perusahaan yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 3.1

Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel

No Nama Perusahaan Kode

Saham 1 PT Astra Agro Lestari Tbk AALI

2 PT Aneka Tambang Tbk ANTM

3 PT Astra Internasional Tbk ASII

4 PT Bank Central Asia Tbk BBCA

5 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk BBRI 6 PT Bank Negara Indonesia Tbk BBNI 7 PT Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN

8 PT Bank Mandiri Tbk BMRI

9 PT Bumi Resources Tbk BUMI

10 PT Gudang Garam Tbk GGRM

11 PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 12 PT Jasa Marga (Persero) Tbk JSMR

13 PT Kalbe Farma Tbk KLBF


(52)

35

15 PT Telkomunikasi Indonesia Tbk TLKM

16 PT United Tractors Tbk UNTR

17 PT Unilever Indonesai Tbk UNVR

C. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara dokumentasi dari berbagai macam sumber. Pengambilan data harga saham dilakukan di pojok BEI, yahoo finance untuk data volume perdagangan, laporan keuangan perusahaan untuk data dividend yield dan dividend payout ratio, serta situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id) untuk data inflasi. Selain itu pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara mengambil dari internet, artikel, jurnal, dan mempelajari dari buku-buku pustaka yang mendukung proses penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

Secara umum analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan satu variabel terikat (dependent) dengan satu atau lebih variabel bebas (independent), dengan tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel terikat (dependent) berdasarkan nilai variabel bebas (independent) yang diketahui. Pusat perhatian adalah pada upaya menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara suatu variabel dengan satu atau lebih variabel independen (Gujarati,2006:35). Model regresi linear memiliki beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).


(53)

36

Penelitian ini menguji hipotesis dengan pengujian koefisien regresi simultan (Uji F), koefisien determinasi, dan pengujian koefisien regresi parsial (Uji t). Untuk semua pengujian dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS 16. Penelitian ini harus memenuhi asumsi-asumsi dasar yaitu uji normalitas, heteroskedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi.

1. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah suatu model regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran. Suatu model dikatakan baik apabila bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), yaitu memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah multikolinieritas, heteroskedastisitas, autokorelasi maupun uji linearitas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan uji terhadap asumsi klasik, apakah terjadi penyimpangan-penyimpangan atau tidak, agar model penelitian ini layak untuk digunakan.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah suatu pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel dependen, variable independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memnpunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas data menggunakan kolmogorov-smirnov Test, dengan membandingkan Asympotic Significance dengan


(54)

37

α = 0,05. dasar penarikan kesimpulan adalah data dikatakan

berdistribusi normal apabila nilai Asympotic Significance-nya > 0,05 (Singgih Santoso, 2010:210).

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi berganda terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pangamatan yang lain. Jika variance residual dari sebuah pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas yaitu dengan melakukan uji glejser, jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Hasil tampilan output SPSS dengan jelas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas (Imam Ghozali,2006;125).

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t


(55)

38

dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dikatakan ada autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat digunakan dengan uji Durbin Watson, dimana kriteria pengujian menggunakan Durbin Watson dengan angka antara -2<d<2 (Singgih Santoso,2010:213), dengan rincian antara lain :

 Angka D-W dibawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif.

 Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.

 Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

d. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolineritas terjadi jika terdapat korelasi antara variable independen yang dilibatkan dalam model. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebasnya. Jika variabel bebasnya saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antara sesama variabel sama dengan nol.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam sebuah model regresi adalah sebagai berikut dapat dilakukan antara lain dengan melihat nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah yang


(56)

39

nilai VIF nya berkisar antara angka 1 sampai 8 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1 (Singgih Santoso,2010 :203).

2. Analisis Regresi Berganda

Teknik analisis data yang digunakan didalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah teknik statistik melalui koefisien parameter untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian terhadap hipotesis baik secara parsial maupun simultan, dilakukan setelah model regresi yang digunakan bebas dari pelanggaran asumsi klasik. Tujuannya adalah agar hasil penelitian dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien. Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut :

Y =a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan :

Y = volatilitas harga saham a = konstanta

b1….b4 = koefisien garis regresi X1 = Volume perdagangan X2 = Inflasi

X3 = Dividend Yield

X4 = Dividend Payout Ratio


(57)

40

Karena penelitian ini bersifat fundamental maka nilai koefisien regresi sangat berarti sebagai dasar analisis. Koefisien b akan bernilai positif (+) jika menunjukkan hubungan yang searah antara variabel independen dengan variabel dependen, Artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen, begitu pula sebaliknya jika variabel independent mengalami penurunan. Sedangkan nilai b akan negatif jika menunjukkan hubungan yang berlawanan. Artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan penurunan variabel dependen, demikian pula sebaliknya.

3. Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Secara Simultan ( Uji F )

Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. (Ghozali, 2011: 98). Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:

H0 : b1 = b2 = … = bk = 0

Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:


(58)

41

Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut :

1) Quick Look: bila nilai F signifikansi F lebih kecil dari tingkat signifikansi maka H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka H0 ditolak dan menerima Ha.

Dimana rumus unttuk menentukan F-hitung adalah sebagai berikut (Suharyadi, 2009 :226) :

F = R2 (k-1) (1- R2) x (n-3)

4. Pengujian Dengan Koefisien Regresi Parsial (Uji t )

Menurut Ghozali (2011: 98) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau;


(59)

42

H0 : bi = 0

Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:

Ha : bi≠ 0

Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut: 1) Quick Look: bila jumlah degree of freedom (df) adalah 96 dengan

derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 ( dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

2) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis hasil perhitungan dengan nilai t menurut tabel. Bila nilai t hitung lebih besar daripada nilai t tabel, maka H0 ditolak dan menerima Ha.

Dimana rumus unttuk menentukan F-hitung adalah sebagai berikut (Suharyadi, 2009 :229) :

t-hitung = b- B Sb


(60)

43 5. Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi model dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen, Dimana jika variabel bebas lebih dari satu maka disarankan untuk menggunakan nilai adjusted R² dikarenakan nilai R2 akan selalu meningkat jika variabel bertambah sedangkan nilai adjusted R² dapat naik dan turun, sehingga lebih akurat dalam menjelaskan besarnya pengaruh variabel bebas terhaap variabel terikat (Ghozali, 2011: 97).

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono,2004).

Variabel penelitian ini terdiri dari dua macam variabel, yaitu variabel terikat (dependen variabel) atau variabel yang tergantung pada variabel lainnya, serta variabel bebas (independen variabel) atau variabel yang tidak tergantung pada variabel yang lainnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Volatilitas Harga Saham atau Stock Price Volatility


(61)

44

(PV) sebagai variabel terikat (variabel dependen) dan variabel bebas yaitu volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio.

2. Definisi Operasional a. Variabel Dependen

Variabel Dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain (variabel independen). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah volatilitas harga saham, yaitu ukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode tertentu (Firmansyah, 2006). Secara matematis, volatilitas harga untuk setiap saham ditunjukkan dengan metode nilai ekstrim Parkinson ( Fajrihan,2010) :

= ( ℎ)− ( )

0,5 [ ( ℎ) + ( ) ]

PV = Price Volatility AP(High) = Harga Tertinggi AP(Low) = Harga Terendah

b. Variabel Independen

Variabel bebas (independen) adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio dijelaskan di bawah ini :


(62)

45

1. Volume perdagangan

Volume perdagangan saham merupakan jumlah lembar saham yang diperdagangkan secara harian. Adapun volume perdagangan adalah jumlah lembar saham suatu perusahaan yang diperdagangkan dalam waktu tertentu. Volume perdagangan saham adalah keseluruhan nilai transaksi pembelian maupun penjualan saham oleh investor dalam mata uang. Volume perdagangan ini seringkali dijadikan tolak ukur (benchmark) untuk mempelajari informasi dan dampak dari berbagai kejadian.

2. Inflasi

Inflasi adalah tingkat kenaikan harga barang secara umum yang terjadi terus menerus. Tingkat inflasi yang digunakan adalah tingkat inflasi yang diperoleh dari Indeks Harga Konsumen (IHK).

3. Dividend Yield

Dividend Yield adalah deviden yang dibayarkan dibagi dengan harga saham( Jones,1999). Dividend Yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return.

Dividend Yield (DY) dihitung dengan formula sebagai berikut:

= Deviden yang dibayr kan


(63)

46

4. Dividend Payout Ratio

Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan antara deviden per share dan earning per share. Deviden Payout Ratio (DPR) digunakan untuk mengukur berapa rupiah yang akan diberikan kepada pemegang saham dari keuntungan yang yang diperoleh perusahaan setelah dikurang pajak.

DPR memberikan gambaran tingkat pembagian terhadap Net Income yang diperoleh perusahaan. Semakin mapan suatu perusahaan pada umumnya memiliki tingkat DPR yang semakin tinggi.


(64)

47 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan sekuritas di Indonesia. Dahulu terdapat dua bursa efek di Indonesia, yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Bursa Efek Jakarta didirikan di Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912 dengan nama Vereneging Voor de Effectenhandel dengan tujuan untuk menghimpun dana guna menunjang ekspansi usaha perkebunan milik orang-orang Belanda di Indonesia. Pada tahun 1914-1918 bursa efek di Batavia ditutup selama perang dunia I. Kemudian, perkembangan pasar modal di Indonesia cukup menggembirakan sehingga pemerintah kolonial Belanda terdorong untuk membuka bursa efek di kota lain, yaitu di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Namun karena gejolak politik yang terjadi di negara-negara Eropa yang mempengaruhi perdagangan efek di Indonesia, bursa efek di Surabaya dan Semarang ditutup, dan perdagangan efek dipusatkan di Jakarta. Karena Perang Dunia II pada akhirnya Bursa Efek Jakarta ditutup pada tanggal 10 Mei 1940. Pada tahun 1952 bursa efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan


(65)

48

UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Dengan penutupan ketiga bursa efek tersebut maka kegiatan perdagangan efek di Indonesia terhenti dari tahun 1956-1977 dan baru diresmikan kembali pada tanggal 10 Agustus 1977 oleh Presiden Soeharto. Bursa Efek Jakarta dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal) . Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.

Sejak diaktifkannya kembali pasar modal pada tahun 1977, pemerintah melakukan serangkaian kebijakan dan deregulasi yang mendorong perkembangan pasar modal. Perkembangan pasar modal di Indonesia semakin pesat sejak diterapkannya Paket Desember 1987 (Pakdes '87) dan Paket Oktober 1988 (Pakto '88), yang tercermin dengan peningkatan gairah pelaku bisnis di pasar modal Indonesia. Secara umum isi Pakdes '87 dan Pakto '88 adalah : 1) dikenakannya pajak sebesar 15% atas bunga deposito dan 2) diijinkannya pemodal asing untuk membeli saham-sahammyang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Pada tanggal 22 Mei 1995 sistem otomatis perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem komputer JATS ( Jakarta Automated Trading Systems). Kemudian, pada tanggal 10 November 1995 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang NO.8 Tahun 1995 tentang pasar modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. Beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warakat


(66)

49

(scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. Sekitar tahun 2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

Pada tanggal 1 Desember 2007 Bursa Efek Surabaya (BES) digabungkan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange). Bursa Efek Indonesia memfasilitasi perdagangan saham (equity), surat utang (fixed income), maupun perdagangan derivatif (derivative instruments). Hadirnya bursa tunggal ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi industri pasar modal di Indonesia dan menambah daya tarik untuk berinvestasi.

2. Sejarah Objek Penelitian a. Sejarah Singkat LQ 45

Indeks LQ 45 terdiri dari 45 buah saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut:

a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).

b. Ranking berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir)

c. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan

d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan. e. Frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.


(67)

50

b. Gambaran Umum Perusahaan-Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian

1. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)

PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) didirikan dengan nama PT Suryaraya Cakrawala tanggal 3 Oktober 1988, yang kemudian berubah menjadi PT Astra Agro Niaga tanggal 4 Agustus 1989. Perusahaan mulai beroperasi komersial pada tahun 1995. Kantor pusat AALI dan entitas anak (Grup) berlokasi di jalan pulo ayang raya blok OR no. 1, kawasan industri pulogadung, Jakarta. Perkebunan kelapa sawit AALI saat ini berlokasi di Kalimantan Selatan dan pabrik minyak goreng berlokasi di Sumatra Utara. Perkebunan dan pabrik pengolahan entitas anak berlokasi di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.

Pada tanggal 30 Juni 1997, AALI melakukan penggabungan usaha dengan PT Suryaraya Bahtera. Penggabungan usaha ini dicatat dengan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest). Setelah penggabungan usaha ini, nama perusahaan diubah menjadi PT Astra Agro Lestari dan meningkatkan modal dasar dari Rp250 miliar menjadi Rp2 triliun yang terdiri dari 4 miliar saham dengan nilai nominal Rp500 (Rupiah penuh).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan AALI adalah perkebunan, perdagangan umum, perindustrian, pengangkutan, konsultan dan jasa. Namun kegiatan


(68)

51

utama Perusahaan bergerak dalam bidang usaha kelapa sawit. Pada tanggal 9 Desember 1997, AALI melakukan penawaran umum perdana saham AALI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 125.800.000 saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran sebesar Rp1.550,- per saham.

2. PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM)

PT Aneka Tambang (Persero)Tbk (ANTM) didirikan dengan nama Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang tanggal 05 Juli 1968 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968. Kantor pusat ANTM berlokasi di gedung aneka tambang, Jl. Letjen T.B. Simatupang No. 1, Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta, Indonesia.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ANTM adalah di bidang pertambangan berbagai jenis bahan galian, serta menjalankan usaha di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan galian tersebut.

Pada tanggal 27 Nopember 1997, ANTM memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham ANTM (IPO) kepada masyarakat sebanyak 430.769.000 saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham dan Harga Penawaran Perdana sebesar Rp1.400,- per saham.


(69)

Saham-52

saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Nopember 1997.

3. PT Astra International Tbk (ASII)

PT Astra International Tbk (ASII) didirikan pada tanggal 20 Februari 1957 dengan nama PT Astra International Incorporated. Kantor pusat ASII berdomosili di Jl. Gaya motor raya No. 8, sunter II, Jakarta.

Pemegang saham terbesar ASII adalah Jardine Cycle & Carriage Ltd, perusahaan yang didirikan di Singapura. Jardine Cycle & Carriage Ltd merupakan entitas anak dari Jardine Matheson Holdings Ltd, perusahaan yang didirikan di Bermuda.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ASII bergerak di bidang perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama entitas anak meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat berat, pertambangan dan jasa terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan teknologi informasi.


(1)

89

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Sampel Penelitian

1.

Variabel Dependen dan Independen

Perusahaan Tahun Volatilitas Volume Inflasi DY DPR

AALI

2008 0,393 2.864.583 0,103 0,0515 0,3032 2009 0,190 1.618.300 0,048 0,0398 0,8582 2010 0,152 1.534.450 0,051 0,0371 0,6481 2011 0,135 1.083.492 0,054 0,0459 0,6271

ANTM

2008 0,338 71.299.233 0,103 0,0527 0,4007 2009 0,238 60.647.575 0,048 0,0115 0,4006 2010 0,164 31.718.808 0,051 0,0289 0,4007 2011 0,141 15.430.092 0,054 0,0526 0,4509

ASII

2008 0,326 63.806.642 0,103 0,0825 0,3832 2009 0,218 46.729.408 0,048 0,0239 0,3347 2010 0,151 39.881.083 0,051 0,0086 0,1324 2011 0,146 44.655.308 0,054 0,0268 0,3775

BBCA

2008 0,236 23.196.300 0,103 0,0308 0,4268 2009 0,185 15.678.700 0,048 0,0227 0,3984 2010 0,131 12.202.700 0,051 0,0176 0,3271 2011 0,135 13.727.717 0,054 0,0196 0,3594

BBRI

2008 0,309 37.293.775 0,103 0,0369 0,3492 2009 0,197 34.620.533 0,048 0,0173 0,2228 2010 0,149 31.339.300 0,051 0,011 0,1247 2011 0,158 40.259.450 0,054 0,0181 0,1927

BBNI

2008 0,307 36.882.108 0,103 0,0118 0,1 2009 0,200 35.108.950 0,048 0,0287 0,35 2010 0,176 25.486.192 0,051 0,017 0,3 2011 0,166 28.152.308 0,054 0,0164 0,1945

BDM N

2008 0,315 4.904.033 0,103 0,0293 0,2995 2009 0,225 13.437.342 0,048 0,02 0,498 2010 0,168 6.686.750 0,051 0,021 0,3499 2011 0,151 7.917.175 0,054 0,0255 0,2902

BM RI

2008 0,297 37.247.558 0,103 0,0437 0,3483 2009 0,212 32.216.492 0,048 0,0041 0,0565 2010 0,152 23.593.817 0,051 0,0261 0,3194 2011 0,174 42.033.000 0,054 0,0156 0,1963

BUM I

2008 0,429 159.706.692 0,103 0,0556 0,1389 2009 0,416 401.031.108 0,048 0,0114 0,299 2010 0,246 174.223.558 0,051 0,0138 0,3107 2011 0,204 104.744.658 0,054 0,0066 0,1524


(2)

90 GGRM

2008 0,225 558.733.3 0,103 0,0824 0,3581 2009 0,306 862.891.7 0,048 0,0302 0,3619 2010 0,178 1.067.042 0,051 0,022 0,4084 2011 0,157 1.163.867 0,054 0,0616 0,3881

INDF

2008 0,285 22.607.175 0,103 0,0505 0,399 2009 0,237 39.641.992 0,048 0,0262 0,3934 2010 0,155 21.985.108 0,051 0,0273 0,3955 2011 0,151 14.489.675 0,054 0,038 0,3062

JSM R

2008 0,244 9.769.958 0,103 0,0571 0,4996 2009 0,145 13.125.225 0,048 0,0486 0,6022 2010 0,151 10.851.475 0,051 0,0309 0,6022 2011 0,119 8.271.333 0,054 0,0188 0,4059

KLBF

2008 0,207 65,380,875 0,103 0,0313 0,1796 2009 0,212 86,890,892 0,048 0,0192 0,2733 2010 0,200 190,426,708,3 0,051 0,0215 0,5527 2011 0,157 61,663,133,33 0,054 0,0279 0,6266

PGAS

2008 0,307 54,776,175 0,103 0,0224 0,15124 2009 0,157 39,132,383 0,048 0,0395 0,6001 2010 0,120 35,424,000 0,051 0,0349 0,6 2011 0,155 40,789,617 0,054 0,0424 0,5295

TLKM

2008 0,210 26,856,400 0,103 0,043 0,5637 2009 0,146 18,259,533 0,048 0,0305 0,5125 2010 0,108 24,455,408 0,051 0,0406 0,5637 2011 0,100 18,755,275 0,054 0,0526 0,4832

UNTR

2008 0,377 8,497,125 0,103 0,0727 0,4001 2009 0,221 5,691,417 0,048 0,0213 0,2876 2010 0,153 4,335,300 0,051 0,0248 0,5968 2011 0,182 5,169,042 0,054 0,0311 0,5217

UNVR

2008 0,133 1,638,025 0,103 0,0404 0,9984 2009 0,133 1,857,083 0,048 0,0361 0,10001 2010 0,154 1,883,950 0,051 0,0269 0,10002 2011 0,116 2,082,108 0,054 0,029 0,10004


(3)

91

Lampiran 2 : Output Hasil Pengolahan Data

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 DPR, inflasi,

volume, DYa . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: volatilitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 68

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .04673861

Most Extreme Differences Absolute .090

Positive .090

Negative -.064

Kolmogorov-Smirnov Z .743

Asymp. Sig. (2-tailed) .640

a. Test distribution is Normal.

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .023 .014 1.626 .109

Volume -3.802E-11 .000 -.075 -.590 .558

Inflasi .161 .197 .124 .816 .417

DY .101 .289 .057 .349 .729

DPR .002 .022 .014 .102 .919


(4)

92

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Volume .937 1.068

Inflasi .667 1.500

DY .568 1.760

DPR .810 1.234

a. Dependent Variable: volatilitas

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .796a .634 .611 .048200 1.503

a. Predictors: (Constant), DPR, inflasi, volume, DY b. Dependent Variable: volatilitas

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .253 4 .063 27.261 .000a

Residual .146 63 .002

Total .400 67

a. Predictors: (Constant), DPR, inflasi, volume, DY b. Dependent Variable: volatilitas


(5)

93

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .072 .023 3.187 .002

volume 5.940E-10 .000 .452 5.735 .000

inflasi 1.956 .317 .577 6.179 .000

DY .451 .464 .098 .973 .335

DPR -.081 .036 -.191 -2.254 .028


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 56 97

Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pd Perusahaan Publik di Indonesia

0 38 3

Dampak kebijakan dividen terhadap volatilitas harga saham perusahaan LQ 45 di BEI

6 22 119

HUBUNGAN KEBIJAKAN DIVIDEN (DIVIDEND YIELD DAN DIVIDEND Hubungan Kebijakan Dividen (Dividend Yield Dan Dividend Payout Ratio) Terhadap Volatilitas Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 5 16

HUBUNGAN KEBIJAKAN DIVIDEN (DIVIDEND YIELD DAN DIVIDEND Hubungan Kebijakan Dividen (Dividend Yield Dan Dividend Payout Ratio) Terhadap Volatilitas Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 17

PENDAHULUAN Hubungan Kebijakan Dividen (Dividend Yield Dan Dividend Payout Ratio) Terhadap Volatilitas Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 9

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Kebijakan Dividen (Dividend Yield Dan Dividend Payout Ratio) Terhadap Volatilitas Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 4

PENGARUH VOLUME PERDAGANGAN, DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN INFLASI TERHADAP VOLATILITAS HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS LQ45 TAHUN 2011-2015.

9 42 107

TAP.COM - PENGARUH VOLUME PERDAGANGAN, DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN INFLASI ... 6071 13272 1 PB

0 0 8

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN (DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN DIVIDEND YIELD) TERHADAP VOLATILITAS HARGA SAHAM (Studi Empiris pada Perusahaan Kelompok LQ45 yang terdaftar di BEI)

0 0 11