1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pekerjaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia guna memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya, selain sebagai
sumber penghasilan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup bagi diri sendiri dan keluarganya. Pekerjaan juga merupakan sarana untuk mengaktualisasi diri
sehingga seseorang merasa hidupnya lebih berharga baik bagi diri sendiri,keluarga maupun lingkungan.
Menurut Teori Maslow yaitu terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki
dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Menurut Maslow, pemuasan berbagai kebutuhan tersebut didorong oleh dua
kekuatan yakni motivasi kekurangan deficiency motivation dan motivasi perkembangan growth motivation. Motivasi kekurangan bertujuan untuk
mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai kekurangan yang ada. Sedangkan motivasi pertumbuhan didasarkan atas kapasitas setiap manusia
untuk tumbuh dan berkembang. Kapasitas tersebut merupakan pembawaan dari setiap manusia. Sehingga sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia
yaitu hak atas pekerjaan seseorang adalah hak asasi yang wajib dijunjung tinggi dan dihormati. Hal ini juga ditekankan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 yaitu bahwa, “Setiap Warga
2
Negara Indonesia berhak atas pekerjan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
1
Mengingat pentingnya pekerjaan dalam kehidupan manusia maka diperlukan adanya perlindungan terhadap pekerja yang dimaksudkan untuk
menjamin hak-hak dasar pekerjaburuh dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apa pun untuk mewujudkan kesejahteraan
pekerja. Perlindungan hukum bagi pekerja sangat diperlukan mengingat kedudukannya yang lemah. Disebutkan oleh Zainal Asikin, bahwa perlindungan
hukum dari kekuasaan majikan terlaksana apabila peraturan perundang-undangan dalam bidang perburuhan yang mengharuskan atau memaksa majikan bertindak
seperti dalam perundang-undangan tersebut benar-benar dilaksanakan semua pihak karena keberlakuan hukum tidak dapat diukur secara yuridis saja, tetapi
diukur secara sosiologis dan filosofis.
2
Dalam menjalankan pekerjaan terkadang pekerja tidak menghiraukan perjanjian kerja yang biasanya berbentuk tertulis maupun tidak tertulis lisan,
terlebih bagi pekerja Outsourcing yang diberikan upah harian yang tidak mengetahui hak-haknya sebagai pekerja, selain upah atau gaji. Berdasarkan
informasi awal dari hasil wawancara yang dilakukan pada pekerja Outsourcing di lingkup Badan Diklat Provinsi Bali, disampaikan bahwa pekerja Outsourcing
tidak mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal
1
Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, h. 6.
2
Ibid.
3
ini mengindikasikan bahwa masih terdapat perusahaan pemberi kerja yang tidak memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja. Jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja sangat diperlukan apabila dalam menjalankan pekerjaan terjadi kecelakaan kerja atau potensi masalah kesehatan yang timbul.
Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sudah jelas disebutkan bahwa setiap pemberi kerja wajib memberikan tanggungan
atau jaminan keselamatan dan kesehatan bagi pekerjanya namun kenyataannya masih terdapat perusahaan pemberi kerja yang tidak memberikan jaminan
keselamatan dan kesehatan pekerja tersebut. Dalam menjalankan perusahaan ketenangan pekerja hanya dapat dicapai apabila pengusaha dan pekerja
memahami hak dan kewajibannya masing-masing sehingga dapat menimbulkan rasa saling mengerti , menghargai, dan menghormati dengan tidak mengabaikan
nilai-nilai rasionalitas dan akuntabilitas. Perusahaan dalam melakukan aktivitasnya sudah tentu memerlukan sumber
daya manusia yang mendukung usaha pencapaian tujuan yang telah di tetapkan. Bagaimanapun lengkap dan canggihnya sumber daya Non manusia yang telah
dimiliki oleh suatu perusahaan, tidaklah menjadi jaminan bagi perusahaan tersebut untuk mencapai keberhasilan. Jaminan untuk dapat berhasil, lebih banyak
ditentukan oleh sumber daya manusia yang mengelola, mengendalikan, dan menggunakan atau memanfaatkan sumber daya Non manusia yang dimiliki.
Masalah pekerja merupakan masalah besar yang harus mendapat perhatian bagi perusahaan.
4
Dalam pemanfaatan sumber daya sebagai alat bantu manusia dalam melakukan suatu pekerjaan, peralatan tersebut dapat menghasilkan dampak positif
dan dapat pula menghasilkan dampak negatif. Salah satu dampak positif dalam penggunaan peralatan tersebut adalah membantu manusia dalam menyelesaikan
pekerjaan secara efisiensi, sedangkan dampak negatifnya adalah kamungkinan bahaya atau kecelakaan dan potensi timbul masalah kesehatan yang ditimbulkan
dari penggunaan peralatan tersebut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pada Pasal 9 ayat 1 dijelaskan bahwa perusahaan wajib melindungi keselamatan pekerja yaitu dengan memberi penjelasan kepada pekerja
tentang kondisi dan bahaya tempat kerja, alat pelindung diri, yang diharuskan dalam pekerja alat pelindung diri bagi pekerja serta cara dan sikap yang aman
dalam melaksanakan pekerja. Semakin tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit atau semakin rendah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Penerapan sistem ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang mengahabiskan banyak biaya perusahaan,
melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungkan yang berlimpah pada masa yang akan datang baik bagi pengusaha
maupun bagi pekerja. Dalam Pasal 86 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan
kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai
5
agama. Sehubungan dengan hal tersebut perlu diadakan segala daya upaya untuk membina norma-norma perlindungan kerja yang membuat ketentuan umum
mengenai keselamatan kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pekerja Outsourcing di lingkup
Badan Diklat Provinsi Bali, didapatkan informasi bahwa perusahaan pemberi kerja tidak memberikan tanggungan atau jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja bagi pekerjannya, sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sudah jelas disebutkan bahwa setiap pemberi kerja wajib
memberikan jaminan dan tanggungan keselamatan dan kesehatan bagi pekerjanya. Hal ini jelas dimaksudkan agar apabila terjadi kecelakaan dalam menjalankan
pekerjaanya seorang pekerja sudah memiliki tanggungan kesehatan bagi dirinya. Jenis kecelakaan kerja yang bisa terjadi pada pekerja, yaitu terjatuh dari
ketinggian saat membersihkan kaca bangunan, tergelincir saat membersihkan lantai yang licin atapun kecelakaan kerja yang disebabkan oleh hal-hal lain yang
tidak terduga sebelumnya. Sebagai perusahaan yang bergerak pada bidang jasa pemberi kerja atau jasa penyalur pekerja, perusahaan wajib menginformasikan
kepada setiap pekerja apa saja hak-hak dan kewajibannya sebagai pekerja sehingga mereka mengetahui apa saja hak-haknya yang didapatkannya, seperti
jaminan keselamatan dan kesehatan kerja sehingga para pekerja tidak perlu takut lagi apabila dalam menjalankan pekerjaannya terjadi kecelakan yang tidak
diinginkan. Pada kenyataannya pekerja tidak mengetahui apa saja hak-hak yang
dimilikinya sehingga pada saat terjadi kecelakaan kerja pekerja kebingungan
6
untuk mencari bantuan biaya pengobatan. Sebagai pekerja Outsourcing, pegawai tidak tetap atau pekerja lepas yaitu pegawai dalam katagori ini hanya menerima
penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis
pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja. Penghasilan pegawai tidak tetap atau pekerja lepas ini menerima imbalan
atau upah berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, atau upah borongan, yang metode pengupahannya dengan cara dibayar secara bulanan dan ada juga
yang tidak dibayar secara bulanan melainkan harian. Perlindungan terhadap pekerjaburuh dimaksudkan untuk menjamin hak dasar pekerjaburuh dan
menjamin kesamaan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengan tetap memperhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha.
3
Dimana ketentuan ini diatur dalam Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang Nomer 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menentukan bahwa setiap pekerja
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan : 1.
keselamatan dan kesehatan kerja. 2.
moral dan kesusilaan agama. 3.
kelakuan sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai agama. Dengan demikian, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 sangat penting
dalam mengatur hak dan kewajiban bagi para pekerja maupun para pengusaha di dalam melaksanakan suatu mekanisme ketenagakerjaan. Tidak kalah pentingnya
3
Ibid, h. 8.
7
adalah perlindungan pekerja yang bertujuan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin kesamaan serta perlakuan tanpa diskriminasi. Hal ini
merupakan esensi dari disusunnya Undang-Undang Ketenagakerjaan, yaitu mewujudkan kesejahteraan para pekerja yang akan berimbas terhadap kemajuan
dunia usaha di Indonesia. Badan Diklat Provinsi Bali merupakan instansi yang paling banyak
menggunakan pekerja Outsourcing dibandingkan dengan instansi-instansi lain yang ada pada pemerintah Provinsi Bali sehingga penelitian ini dilakukan di
Badan Diklat Provinsi Bali. Dari uraian latar belakang diatas maka perlunya tanggung jawab yang jelas
dari pihak-pihak pemberi kerja agar apa hak-hak yang menjadi hak pekerja yang seharusnya didapatkanya tetapi saat ini belum didiapatkannya, karena saat ini
tanggung jawabnya belum jelas, siapa yang harus bertanggung jawab dalam memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kepada pekerja Outsourcing dan
bagaimana efektifitas peraturannya yang mengatur karena efektifitas peraturannya masih diragukan apakah sudah efektif atau belum efektif, dan saat ini terindikasi
tidak efektif. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diangkat permasalahan
dengan judul
“Pelaksanaan Jaminan Keselamatan Dan Kesehatan Pekerja Outsourcing Pada Badan Pendidikan Dan Pelatihan Diklat Provinsi Bali
”.
8
1.2 Rumusan Masalah