PERIZINAN TERHADAP PELAKSANAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI OLEH PT. MITRA MUDA REKSA MANDIRI BANDAR LAMPUNG

(1)

PERMIT FOR PLACEMENT OF INDONESIAN LABOR OVERSEAS BY PT. MITRA MUDA REKSA MANDIRI BANDAR LAMPUNG

By :

Aldaova Flanopsky Erton

At the beginning of the country's economic development, generally the planning of economic development is oriented towards the problems of economic growth (growth) economy and the reduction of unemployment. It is understandable considering that the major barrier of the development the developing countries development is the lack of capital, employment opportunities, and low technology. This is what underlies the Indonesian workers speculate themselves in foreign countries. Various methods are used by them such as going through the government is party and also through the private job placement implementer (PPTKIS) as was regulated in Article 37 paragraph (1) of Law No. 13 of 2003 on Employment and Article 10 of Law No. 39 of 2004 on Placement and Protection of Indonesian Workers Abroad.

The implementer of the Private Placement of Indonesian Workers, is abbreviate as PPTKIS, it is a legal entity who has obtained a written permission from the government for the Indonesia manpower placement services abroad. Another axplainatior from PPTKIS, is a legal entiting that carries out the employment at home and abroad for its own importance after receiving written approval from the Directorate General of Employment Development on behalf of the Secretary of Labor.

PT. Mitra Muda Reksa Mandiri is one of four Executive Offices of Private Employment (PPTKIS) official in Lampung Province who has placed thousands of Indonesian Workers abroad. PT. Mitra Muda Reksa Mandiri has five state goals for the placement of Indonesia such as Malaysia, Singapore, Taiwan,Hong Kong, and South Sorea. PT. Mitra Muda Reksa Mandiri on placement in Indonesia workers focus on the formal sector, it means that Indonesian Workers who want to work abroad will be placed in the company with legal status. PT. Mitra Muda


(2)

because of the security being offered is more secure.

The purpose of this study was to determine a clear license procedure of the Private Employment (PPTKIS) in palacing the Indonesian workers (TKI) in foreign countries and the factors that impede the provision of the permit. The data that was collected from this study is processed through a data processing with the stages of identification, editing, data classification and systematization of data. The results from the research that has been done are the license procedur which was made by PT Mitra Muda Reksa Mandiri as a company engaged in the placement of Indonesian Workers Overseas among which permit interference (HO), Managing Licenses Employment Indonesia (SIPPTKI), Trade Business License (Business License), Company Registration (TDP) to set up a private placement of Indonesian Labor and Employment Permit (SIP), Letter to Recruit (SPR) to conduct the placement of Indonesian Workers Overseas. Factors which have obstructed the process of licensing the placement in placing Indonesian Migrant Workers placement into the state bureaucracy is a process that is convoluted, duration of delivery of documents and data to make the permissions for a long time, In addition, sometimes there are elements that make illicit payments to PT. Mitra Muda Reksa Mandiri pretext to expedite the licensing process or to speed up the licensing process.

The Advice from the results of the study is the authorized parties are expected to give a quick respond for the received reports in terms of legal remedies and the Indonesian workers protection, the government should also unify the license in the of placement of Indonesian Workers in the door to more efficient and avoid illegal fees. For the last suggestion, the Government of Lampung Province should fighterthe supervision and the sanction to all illegal PPTKIS which is located in Lampung.


(3)

KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI OLEH PT. MITRA MUDA REKSA MANDIRI BANDAR LAMPUNG

Oleh :

Aldaova Flanopsky Erton

Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada permasalahan pertumbuhan (growth) ekonomi dan pengurangan pengangguran. Hal ini bisa dimengerti mengingat penghalang utama pembangunan negara-negara sedang berkembang adalah terjadinya kekurangan modal, kesempatan kerja yang sedikit, dan teknologi yang rendah. Hal inilah yang melandasi tenaga kerja Indonesia mengadu nasib di negara asing. Berbagai cara dilakukan oleh mereka yaitu berangkat melalui pihak Pemerintah dan juga melalui pelaksana penempatan tenaga kerja swasta (PPTKIS) seperti yang telah diatur dalam Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Pasal 10 Undang-Undang No. 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri. Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta yang selanjutnya disingkat PPTKIS adalah badan hukum yang telah memperoleh izin tertulis dari Pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri. Pengertian PPTKIS lainnya yaitu badan hukum yang melaksanakan penempatan tenaga kerja di dalam dan ke luar negeri untuk kepentingan sendiri setelah mendapat persetujuan tertulis dari Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja atas nama Menteri Tenaga Kerja.

PT. Mitra Muda Reksa Mandiri adalah salah satu dari empat Kantor Pusat Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Swasta (PPTKIS) resmi di Provinsi Lampung yang telah menempatkan ribuan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri . PT Mitra Muda Reksa Mandiri memiliki lima negara tujuan penempatan tenaga Indonesia yaitu Malaysia, Singapura, Taiwan, Hongkong, dan Sorea Selatan. PT.Mitra Muda Kersa Mandiri dalam penempatan Tenaga Kerja Indonesia fokus pada sektor formal, artinya Tenaga Kerja Indonesia yang ingin bekerja ke luar negeri akan ditempatkan di perusahaan yang berbadan hukum. PT Mitra Muda Reksa Mandiri memilih sektor formal sebagai tempat untuk mengirimkan para


(4)

terjamin.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara jelas prosedur pemberian izin terhadap Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Swasta (PPTKIS) dalam penempatan tenaga kerja indonesia (TKI) di luar negeri dan faktor-faktor yang menghambat dalam pemberian izin tersebut. Data yang terkumpul dari hasil penelitian ini diolah melalui pengolahan data dengan tahap-tahap identifikasi, editing, klasifikasi data dan sistematisasi data.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah prosedur perizinan yang dibuat oleh PT. Mitra Muda Reksa Mandiri sebagai perusahaan yang bergerak dalam penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri diantaranya yaitu Surat izin gangguan (HO), Surat Izin Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (SIPPTKI), Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) untuk mendirikan perusahaan penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta dan Surat Izin Perekrutan (SIP), Surat Pegantar Rekrut (SPR) untuk melakukan kegiatan penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri. Faktor yang menjadi penghambat dalam proses perizinan penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke negara penempatan adalah Proses Birokrasi yang Berbelit-Belit, Jangka waktu dari penyerahan dokumen dan data untuk membuat perizinan cukup lama, Selain itu, terkadang terdapat oknum yang melakukan pungutan liar terhadap PT. Mitra Muda Reksa Mandiri dengan dalih untuk memperlancar proses perizinan atau untuk mempercepat proses perizinan.

Saran atas hasil penelitian adalah diharapkan kepada pihak-pihak yang berwenang dalam hal upaya hukum dan juga perlindungan bagi Tenaga Kerja Indonesia dapat cepat dan tanggap atas laporan yang masuk, sebaiknya pemerintah juga menyatukan perizinan dalam hal penempatan Tenaga Kerja Indonesia dalam satu pintu agar lebih efisien dan menghindari pungutan liar. Sebagai saran terakhir yaitu kepada Pemerintah Provinsi Lampung agar dapat memperketat pengawasan dan pemberian sanksi terhadap seluruh PPTKIS ilegal yang berada di Lampung.


(5)

1.1. Latar Belakang

Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada persoalan pertumbuhan (growth) ekonomi dan pengurangan pengangguran. Hal ini bisa dimengerti mengingat penghalang utama pembangunan negara-negara sedang berkembang adalah terjadinya kekurangan modal, kesempatan kerja yang sedikit, dan teknologi yang rendah. Untuk persoalan kekurangan modal jika dapat diatasi, maka proses pembangunan di negara-negara sedang berkembang akan lebih cepat mencapai sasaran. Pertumbuhan ekonomi pada prinsipnya harus dinikmati penduduk, maka pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu dapat dinikmati oleh penduduk jika pertumbuhan penduduk jauh lebih tinggi. Dengan kata lain, mengkaitkan laju pertumbuhan ekonomi dengan laju pertumbuhan penduduk akan memberi indikator yang lebih realistis.

Masalah pembinaan ketenagakerjaan umumnya berakar pada adanya ketidakseimbangan antara perkembangan kesempatan kerja dengan pertumbuhan angkatan kerja. Ketidakseimbangan ini menimbulkan masalah pengangguran, sebuah masalah yang tidak hanya berdimensi ekonomi tetapi juga berdimensi


(6)

sosial politik yang luas. Ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan kesempatan kerja yang ada menyebabkan jumlah pengangguran semakin besar. Mereka semakin sulit bersaing di pasar kerja, apalagi dengan diterapkannya kebijakan industri pasar modal yang cenderung memerlukan input tenaga kerja dengan tingkat pendidikan dan keterampilan tinggi. Besarnya jumlah angkatan kerja dengan tingkat pendidikan yang relatif masih rendah serta jumlah pengangguran yang besar. Hal inilah yang melandasi tenaga kerja Indonesia mengadu nasib di negara asing. Sesuai dengan Pasal 33 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa, penempatan tenaga kerja terdiri dari:

a. penempatan tenaga kerja di dalam negeri; b. penempatan tenaga kerja di luar negeri.

Berbagai cara dilakukan oleh mereka yaitu berangkat melalui PJTKI dan juga melalui pelaksana penempatan tenaga kerja swasta (PPTKIS) seperti yang telah diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang No. 39 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri.

Meningkatnya angka kenaikan buruh migran ke luar negeri setiap tahunnya membuat para pengusaha melirik sektor ini dan berlomba-lomba untuk membuat perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja swasta (PPTKIS). Dimana untuk daerah Lampung sendiri berdasarkan data disnakertrans yang termuat dalam harian Tribun Lampung (halaman 8, 28 Mei 2011), terdapat 133 perusahaan PPTKIS. Pekerjaan dari PPTKIS sering menjadi masalah yang kompleks . Banyak perusahaan ilegal telah melakukan penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar


(7)

negeri. Hasilnya perlindungan yang didapatkan tidak diterima oleh tenaga kerja tersebut. Beberapa korban perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia ilegal minta pemerintah membantu memulangkan rekannya yang masih tertahan di luar negeri, karena kondisi mereka memprihatinkan. Persoalan buruh migran sangat kompleks karena (menyangkut) peran pemerintah dalam membuat perlindungan. Seandainya mekanisme perlindungan yang dibuat negara kepada masyarakat, terutama buruh migran, lebih berorientasi pada perlindungan, mungkin persoalan buruh migran akan teratasi. Persoalan timbul sejak pemberangkatan, saat pulangpun sarat dengan persoalan. Persoalan yang paling mendasar mengapa masyarakat di wilayah pedesaan atau daerah terpencil berimigrasi, tidak lepas dari ketidakmampuan negara menjalankan fungsinya untuk mewujudkan kesejahteraan.

Hasil suatu kajian di Arab dan Hongkong pada Tahun 2005, hampir 90 persen TKI tidak pernah mengikuti pelatihan. Bisa juga pelatihan dilakukan, tetapi uji kompetensi dan sertifikasinya tidak layak. Hal ini bisa terjadi juga karena lemahnya pengawasan pemerintah terhadap perusahaan penempatan TKI. Berdasarkan hasil inspeksi mendadak (sidak) Satuan Tugas (Satgas) Pemantauan dan Pengawasan Penempatan/Perlindungan TKI Kemennakertrans, beberapa waktu lalu, beberapa PPTKIS bahkan diketahui tidak menyediakan tempat pelatihan, tempat makan, sarana MCK, serta tempat tidur yang layak bagi calon TKI. Hingga saat ini, Ditjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta) dan satgas Kemennakertrans melakukan audit manajemen seluruh PPTKIS di Indonesia yang jumlahnya 500 perusahaan. Audit ini dilakukan untuk mengetahui kondisi riil tempat pelatihan calon TKI, fasilitas penampungan, termasuk


(8)

dokumen perizinan. Pemerintah pun harus berkomitmen melindungi Tenaga Kerja Indonesia selain membuat kebijakan untuk pemberangkatan tenaga kerja Indonesia. Selain itu, pemerintah harus menindaklanjuti dengan tindakan nyata, misalnya, peningkatan kualitas Tenaga Kerja Indonesia, peningkatan status menuju Tenaga Kerja Indonesia formal, pembelaan hukum, mempererat kerja sama (MoU) dengan negara tujuan, meningkatkan kerja sama pusat dan daerah, dan tindakan lainnya yang mendukung makin minimnya masalah Tenaga Kerja Indonesia. Instansi yang berwenang harus memberi prioritas khusus agar bisa bekerja dengan lancar baik dari proses di dalam negeri sampai ke negara tujuan. Dalam hal ini siapa yang berhak menempatkan TKI di luar negeri pun masih menjadi tarik ulur antara Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Banyaknya permasalahan-permasalahan yang terjadi membuat pemerintah membuat peraturan-peraturan dengan kuantitas yang tidak sedikit jumlahnya untuk memperketat dan juga untuk melindungi daripada TKI yang berada di luar negeri. Menurut Lalu Husni (2003 : 87-88) pengaturan dan perlindungan TKI sudah seharusnya diatur dengan undang-undang karena :

1. Bekerja merupakan hak asasi manusia yang wajib dijunjung tinggi, dihormati, dan dijamin penegakannya;

2. Hak setiap warga negara untukk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan;

3. Dalam kenyataan selama ini tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri sering dijadikan objek perdagangan manusia, kerja paksa, korban


(9)

kekerasan, kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat manusia serta perlakuan lain yang bertentangan dengan hak asasi manusia; 4. Negara wajib menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya yang

bekerja baik di dalam maupun di uar negeri berdasarkan prinsip persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan gender dan anti diskriminasi; 5. Penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri perlu dilakukan secara

terpadu antara instansi pemerintah baik pusat maupun daerah dan peran serta masyarakat dalam suatu produk hukum yang memadai guna memberikan perlindungan yang maksimal

Dengan banyaknya perusahaan penempatan tenaga kerja Indonesia swasta ini, terutama di wilayah Kota Bandar Lampung secara tidak langsung akan menambah persoalan dibidang ketenagakerjaan. Untuk itu tidak terlepas dari perizinan yang harus dibuat oleh perusahaan tersebut untuk menjalankan kegiatan perusahaannya. Dimana perizinan tersebut sebagai indikator apakah perusahaan tersebut sudah layak dan memenuhi syarat-syarat untuk menjalankan kegiatan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri atau belum.

Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia Swasta sebagai Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri salah satunya ialah PT Mitra Muda Reksa Mandiri yang beralamat di Jalan Pramuka No. 15 Kemiling Bandar Lampung. Perusahaan tersebut sebagai Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia dan salah satu Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia resmi di Lampung.


(10)

PT Mitra Muda Reksa Mandiri fokus pada sektor formal, artinya Tenaga Kerja Indonesia yang ingin bekerja ke luar negeri akan ditempatkan di perusahaan yang berbadan hukum. PT Mitra Muda Reksa Mandiri memilih sektor formal sebagai tempat untuk mengirimkan para TKI tersebut karena keamanan yang ditawarkan lebih terjamin. Hal ini dikarenakan perusahaan yang dituju berbadan hukum yang terikat oleh UU nasional maupun internasional. Kesehatan pekerja lebih terjamin karena disyaratkan aturan internasional (ILO). Tingkat keberhasilan dengan standar order dan kinerja TKI yang tidak perlu diragukan lagi. Martabat bangsa akan lebih terangkat dengan semakin banyaknya pekerja sektor formal serta kesejahteraan dapat lebih terjamin.

PT Mitra Muda Reksa Mandiri sendiri sejak berdiri tahun 1999 telah menempatkan Ribuan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Produktif ke Pabrik Pabrik yang besar seperti: SANYO, Mitshubishi, Dhaiwa, TruTech, Hitech, ASAHI di Johor, Cubic di Melaka, ALPS, ACQUTEC di Negeri Sembilan, Flextronics, SSN Gloves, Polymatech di Selangor, Goko camera (M) Sdn.Bhd, Jurong HI-Tech (M) Sdn.Bhd, Maruko (M) Sdn.Bhd, Broadlan Garment Industries, Kung Keng Textiles (M) Sdn.Bhd, Ong Hin Tiang Sydicate Sdn.Bhd, Schee Brother, Kemajuan Mas Jaya dan masih banyak lagi pabrik/kilang lainnya serta perusahaan elektronik terbesar di Malaysia dengan produk hardware komputer yakni Western Digital.

PT Mitra Muda Reksa Mandiri menyediakan fasilitas yang lengkap dengan kualitas sesuai dengan standarisasi yang ditentukan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia dan disesuaikan dengan standar


(11)

kualitas yang berlaku di negara tempat tujuan Tenaga Kerja Indonesia. Perusahaan tersebut mengadakan perjanjian dengan negara tempat tujuan Tenaga Kerja Indonesia.

Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka akan dibahas serta akan dilakukan penelitian mengenai Perizinan Terhadap Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri Oleh PT. Mitra Muda Reksa Mandiri di Bandar Lampung sehingga dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat wawasan bagi semua pihak yang berkepentingan dan membutuhkan.

1.2. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1.2.1. Permasalahan

a. Bagaimanakah prosedur perizinan terhadap PT. Mitra Muda Reksa Mandiri dalam penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri ?

b. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan perizinan terhadap penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri oleh PT. Mitra Muda Reksa Mandiri ?

1.2.2. Ruang Lingkup

Skripsi ini masuk kedalam kajian Hukum Administrasi Negara dalam aspek Hukum Ketenagakerjaan dengan objek penelitian berupa perizinan atas penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri oleh pihak swasta, penelitian akan dilakukan di Kota Bandar Lampung mengenai prosedur pemberian izin kepada Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) dalam hal ini ialah PT. Mitra Muda Reksa Mandiri, untuk menjalankan kegiatannya


(12)

serta penghambat dalam pemberian izin penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri oleh PPTKIS.

1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui secara jelas prosedur pemberian izin terhadap PT. Mitra Muda Reksa Mandiri dalam penempatan tenaga kerja indonesia (TKI) di luar negeri.

b. Untuk mengetahui faktor yang menjadi penghambat di dalam pelaksanaan perizinan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri oleh PT. Mitra Muda Reksa Mandiri.

1.3.2. Kegunaan Penelitian a. Secara teoritis

Secara teoritis agar dapat mengembangkan pemahaman dibidang ilmu hukum khususnya Hukum Administrasi Negara dalam hal Hukum Ketenagakerjaan yang berkaitan dengan penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

b. Secara praktis

Secara praktis untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak yang mempunyai perhatian tentang topik penelitian ini yaitu :

1. Bagi pemerintah sebagai tolok ukur apakah kegiatan perizinan yang telah dilakukan dan dijalankan oleh pemerintah telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.


(13)

2. Bagi dunia usaha dengan diadakannya penelitian ini diharapkan menumbuhkan pemahaman akan kegunaan dan fungsi dari perizinan sehingga memperkecil angka perusahaan penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal.

3. Bagi masyarakat diharapkan dengan adanya penelitian ini akan menambah wawasan dan juga pemahaman mengenai perizinan serta penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar Negeri oleh pihak swasta sehingga para calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tidak mudah untuk dimanfaatkan oleh pihak-pihak dan golongan tertentu yang mengatasnamakan perusahaan penempatan Tenaga Kerja Indonesia swasta.


(14)

2.1. Pengertian Perizinan 2.1.1. Pengertian Perizinan

Izin merupakan satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk membatasi tingkah laku masyarakat (Spelt dan Ten Berge, 1993 : 3). Izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarmita (1987: 390) izin adalah perkenaan, pernyataan mengabulkan atau tidak melarang. Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi.

Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yurudis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Dapat dikatakan bahwa izin itu apabila pembuat peraturan secara umum tidak melarang suatu perbuatan, asal saja dilakukan sesuai ketentuan yang ada. Dengan memberikan izin, penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenaan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus.


(15)

Izin adalah suatu tindakan dilarang, terkecuali diperkenankan, dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang disangkutkan dengan perkenaan dapat dengan teliti diberikan batas-batas tertentu bagi tiap kasus (Spelt dan Ten Berge, 1993 : 3). Sedangkan menurut Mr. Prins, izin adalah pernyataan yang biasanya dikeluarkan sehubungan dengan suatu perbuatan yang pada hakekatnya harus dilarang tetapi hal yang menjadi objek dari perbuatan tersebut menurut sifatnya tidak merugikan dan perbuatan itu dapat dilaksanakan asal saja dibawah pengawasan alat-alat perlengkapan Administrasi Negara (Soehino, 1984 : 79). Menurut Utrecht, pengertian izin (Vergunning) ialah bilamana pembuat peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan, tetapi masih juga memperkenankannya asal saja secara yang ditentukan untuk masing-masing hal konkret, maka perbuatan administrasi negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (Adrian Sutedi, 2010 : 167). Selanjutnya menurut Van Der Pot yang dimaksud izin adalah :

“Apabila sikap batin si pembuat undang-undang terhadap perbuatan atau tingkah laku yang diatur dalam undang-undang itu sendiri adalah pada prinsipnya tidak melarang, tidak memperdulikan, acuh tak acuh hanya saja dalam hal-hal yang konkret dimana perbuatan itu dilakukan terhadap campur tangan dari penguasa yang berwenang oleh aturan hukum dari undang-undang tadi untuk membuat aturan hukum ini konkreto dalam hal yang konkret” (Soehino, 1984 : 83).

Izin menurut pengertiannya dapat dibagi menjadi izin dalam arti sempit dan izin dalam arti luas, berikut merupakan penjelasannya :

a. Izin dalam arti sempit

Pengertian izin dalam arti sempit merupakan pengikatan aktivitas-aktivitas pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada keinginan pembuat


(16)

undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan yang buruk (Spelt dan Ten Berge, 1993 : 3). Tujuannya adalah untuk mengatur tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun perlu dilakukan pengawasan.

b. Dalam arti luas yaitu :

1. Izin merupakan Persetujuan

2. Dispensasi yaitu pembebasan

3. Lisensi digunakan dalam bidang perdagangan

4. Konsensi perjanjian antara pemerintah dan swasta dalam bidang pertambangan untuk menyerahkan tugas-tugas pemerintah kepada pihak swasta yang menyangkut kepentingan umum.

Melalui diberikannya izin, penguasa memperkenankan orang yang memohon untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu sesuai dengan perturan Perundang-undangan yang mengatur. Pemberian izin menyangkut bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum mengharuskan pengawasan khusus.

Berdasarkan pengertian izin yang diuraikan diatas, izin merupakan instrumen bagi penguasa yang berupa pernyataan mengabulkan, menyetujui atau mengesahkan terhadap suatu perbuatan yang sebenarnya dilarang, tetapi hal yang menjadi objek dari perbuatan yang akan dilakukan oleh seseorang tersebut, menurut sifatnya tidak merugikan atau pernyataan mengabulkan itu adalah berasal dari alat-alat


(17)

perlengkapan administrasi yang dilaksanakan oleh dasar wewenang khusus yang diberikan kepadanya oleh suatu aturan hukum in concreto yang dibuatnya sendiri dan hal ini merupakan tugas daripada alat-alat perlengkapan administrasi. Pihak lain baik perorangan maupun badan hukum swasta sifatnya menerima dengan sukarela atas izin tersebut.

Izin merupakan instrumen yuridis preventif. Dengan sifat yuridis yang demikian itu, izin berfungsi :

a. Mengarahkan/mengendalikan aktifitas tertentu b. Mencegah bahaya

c. Melindungi objek tertentu

d. Mengatur distribusi benda langka e. Seleksi orang atau aktifitas tertentu

Dengan tujuan yang demikian itu, setiap izin pada dasarnya membatasi kebebasan individu. Dengan demikian wewenang membatasi hendaknya tidak melanggar prinsip dasar negara hukum, yaitu asas legalitas (Philipus M. Hadjon, 1995 : 2).

2.1.2. Macam-Macam Izin

Izin dapat diklasifikasikan baik dari sifat Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN), maupun klasifikasi berdasarkan wewenang penerbitan izin. Berdasarkan hirarki pemerintahan, izin dibedakan atas :

a. Izin Pemerintah Pusat

b. Izin Pemerintah Daerah Tingkat I c. Izin Pemerintah Daerah Tingkat II


(18)

Untuk izin Pemerintah Daerah Tingkat I kini dikenal sebagai Pemerintah Daerah Provinsi sedangkan izin Pemerintah Daerah Tingkat II kini dikenal sebagai Pemerintah daerah Kabupaten atau Kota, istilah ini mulai berubah sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Khusus Menyangkut perizinan, di Indonesia dewasa ini belum ada suatu sistem perizinan terpadu. Oleh karena itu suatu bidang usaha harus memiliki berbagai izin sektoral, misalnya untuk suatu kegiatan pendirian perumahan harus memiliki : Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Izin Lokasi, Izin Usaha, dll. Karena tidak adanya sistem, masing-masing izin dipandang sebagai izin yang mandiri. Dengan pandangan yang demikian itu dalam praktik sering terjadi pencabutan izin sektoral tanpa memperhatikan keseluruhan kegiatan itu.

2.1.3. Kewenangan Menerbitkan Izin

Setiap wewenang menerbitkan izin bersifat publik. Wewenang itu bisa merupakan wewenang ketatanagaraaan (statsrechtelijk bevoegdheid) dan bisa merupakan wewenang administrasi (administratiefrechtelijk bevoegdheid). Antara wewenang ketatanegaraan dengan wewenang administrasi dapat dibedakan namun sulit dipisahkan. Wewenang menerbitkan izin bisa merupakan wewenang terikat (gobonden bevoegdheid) dan bisa merupakan suatu wewenang bebas (discretionary power). Pembedaan atas wewenang terikat dan wewenang bebas dalam penerbitan izin membawa konsekuensi yuridis, baik pada penerbitan izin maupun pada pencabutan izin (Philipus M. Hadjon, 1995 : 3).


(19)

Pada penerbitan izin , wewenang menerbitkan atau wewenang menolak tergantung dari sifat wewenang. Pada wewenang terikat pejabat TUN terikat pada syarat-syarat yang dirumuskan dan tidak memiliki kebebasan untuk menilai maupun kebebasan kebijaksanaan dasar wewenang terikat bagi perizinan beranjak dari ketentuan hukum yang berlaku.

Atas dasar demikian itu, wewenang memberikan izin adalah wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Wewenang ini diberikan untuk tujuan konkret seperti yang telah diuraikan di atas. Aspek yuridis perizinan meliputi :

1) Larangan untuk melakukan suatu aktifitas (tanpa izin) 2) Wewenang untuk memberikan izin

Untuk menyimpang dari suatu larangan harus ditegaskan dalam suatu peraturan perundang-undangan. Larangan dirumuskan dalam norma larangan (norma prohabitur) dan norma perintah (norma mandatur). Dengan demikian pelanggaran atas laranagan itu lazimnya dikaitkan dengan sanksi, baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana (Philipus M. Hadjon, 1995 : 5).

Lingkup larangan tergantung pada uraian tingkah laku yang dilarang. Formulasi larangandapt berupa larangan umum ataupun larangan yang memuat ketentuan-ketentuan khusus. Misalnya : dilarang mendirikan bangunan tanpa izin Walikota (larangan umum), sedangkan dilarang mendirikan rumah/bangunan lainnya di sepanjang bantaran ledeng/irigasi (larangan yang berupa ketentuan khusus).

Wewenang untuk memberikan izin merupakan wewenang publik. Suatu wewenang publik adalah wewenag yang berdasarkan hukum tata negara atau


(20)

hukum administrasi negara. Pada penerbitan izin wewenang menerbitkan atau wewenang menolak tergantung pada sifat wewenang. Pada wewenang terikat, pejabat tata usaha negara (TUN) terikat pada syarat-syarat yang dirimuskan dan tidak memiliki kebebasan untuk mmenilai maupun kebebasan kebijaksanaan atau terikat oleh peraturan perundang-undangan, sebaliknya pada wewenang bebas, organ pemerintah memiliki kadar kebebasan yang besar dalam memutuskan pemberian izin (Philipus M. Hadjon, 1995 : 3). Pada pencabutan izin , sifat wewenang mempunyai arti penting bagi kemungkinan untuk menggunakan wewenang pencabutan. Pada wewenang terikat, pencabutan dilakukan dengan keterikatan mutlak pada ketentuan peraturan yang menjadi dasarnya. Pada wewenang bebas, pajabat tata usaha negara dapat menggunakan atau tidak menggunakan wewenang untuk mencabut izin (Philipus M. Hadjon, 1995 : 5).

Mendirikan suatu perusahaan swasta penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri serta melakukan kegiatan-kegiatan penempatan TKI di luar negeri harus dilakukan sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Sebelum dikeluarkannya izin, pemohon harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Ketentuan-ketentuan dalam pendirian suatu perusahaan swasta penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri sangat dibutuhkan untuk melindungi kepentingan umum dan pengawasan sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh pemerintah dan selain itu juga untk menciptakan ketertiban. Suatu tekhnik pemeliharaan ketertiban adalah terkaitnya beberapa kegiatan atau keadaan pada suatu perizinan atau persetujuan kerana kegiatan itu pada dasarnya terlarang kecuali memperoleh izin.


(21)

Dalam pendapat Philipus M. Hadjon (1994 : 8) yang mengemukakan bahwa, suatu tekhnik pemeliharaan ketertiban adalah terkaitnya beberapa kegiatan atau keadaan pada suatu perizinan, pengesahan, persetujuan atau suatu bentuk pemberian kuasa yang lain oleh karena kegiatan-kegiatan itu pada dasarnya adalah terlarang terkecuali jika telah dilaporkan dan memperoleh izin.

2.1.4. Subjek dan Objek Perizinan

Berbicara masalah subjek dan objek perizinan tentu saja tidak akan pernah bisa dilepaskan antara pemerintah yang berwenang baik itu Pemerintah Pusat, pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten atau Kota yang merupakan subjek dari perizinan mempunyai kadar tugas dan peranan yang besar dalam setiap penentuan setiap kebijakan-kebijakan dan keputusan dalam hal perizinan, sedangkan objek dari perizinan adalah pemohon izin usaha dan atau kegiatan. Antara subjek dan objek dari perizinan ini menmpunyai peranan yang sama-sama besar dalam menentukan diterbitkannya atau ditolaknya suatu izin.

2.1.5. Perizinan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

Di dalam proses penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri, diperlukan surat izin untuk melaksanakan penempatan tersebut diantaranya :

1) Surat Izin Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

Surat Izin Pelaksana Penempatan TKI yang selanjutnya disebut SIPPTKI adalah izin tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Perusahaan yang akan menjadi pelaksana penempatan TKI swasta.


(22)

2) Surat Izin Pengerahan

Surat Izin Pengerahan yang selanjutnya disebut SIP adalah izin yang diberikan Pemerintah kepada pelaksana penempatan TKI swasta untuk merekrut calon TKI dari daerah tertentu untuk jabatan tertentu, dan untuk dipekerjakan kepada calon Pengguna tertentu dalam jangka waktu tertentu.

3) Surat Pengantar Rekrutmen

Surat Pengantar Rekrutmen selanjutnya disebut SPR adalah surat rekomendassi yang diberikan disnakertrans agar PPTKIS dapat melakukan rekrutmen tenaga kerja di kabupaten/kota.

2.2. Pengertian Tenaga Kerja, Tenaga Kerja Indonesia Serta Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia

2.2.1. Pengertian Tenaga Kerja

Dalam kehidupan sehari-hari terdapat banyak peristilahan mengenai Pekerja. Misalnya ada yang menyebutnya: Buruh, Karyawan atau Pegawai, namun sesungguhnya dapat dipahami, bahwa maksud dari semua peristilahan tersebut adalah sama yaitu orang yang bekerja pada orang lain dan mendapat upah sebagai imbalannya (Darwan Prinst, 2000 : 20).

UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan merumuskan pengertian ketenagakerjaan adalah segala hal yangberhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja (manpower) adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.


(23)

Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnya ditentukan oleh umur/usia (Sendjun H. Manulang, 1988 : 3).

2.2.2. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

Calon Tenaga Kerja Indonesia atau disebut calon TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri dan terdaftar di instansi Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab dibidang ketenagakerjaan (Lalu Husni, 2003 : 91). Tenaga kerja Indonesia adalah angkatan kerja adalah setiap orang yang berusia antara 15-65 tahun yang dianggap sudah mampu melakukan pekerjaan bekerja. Sedangkan tenaga kerja adalah setiap orang mampu melekukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja yang menghasilkan barang dan jasa. Tenaga kerja menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah “orang yang

bekerja atau mengerjakan sesuatu. Golongan penduduk ini adalah mereka yang telah berusia 15 – 64 tahun namun kebiasaan batas usia yang dipakai di

Indonesia adalah 10 tahun keatas. Sedangkan menurut Depnaker dalam laporan rencana kegiatan ketenagakerjaan pengertian Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah Setiap orang Warga Negara Indonesia yang sudah memiliki pekerjaan baik tetap maupun tidak tetap yang bekerja di luar negeri. Dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disingkat TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah.


(24)

2.2.3. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia (TKI) a) Hak Tenaga Kerja Indonesia

Menurut Zaeni Asyhadie (2007 : 204), setiap calon TKI/TKI mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk :

a. Bekerja di luar negeri;

b. Memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri dan prosedur penempatan TKI di luar negeri;

c. Memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam penempatan di luar negeri;

d. Memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta kesempatan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianutnya;

e. Memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan; f. Memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang diperoleh

tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di negara tujuan;

g. Memperoleh jaminan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan atas tindakan yang dapat merendahkan harkat dan martabatnya serta pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan selama penempatan di luar negeri;

h. Memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan TKI ke tempat asal;


(25)

b) Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

a. Menaati peraturan perundangan baik didalam negeri maupun di negara tujuan;

b. Menaati dan melaksanakan perkerjaannya sesuai dengan perjanjian kerja; c. Membayar biaya pelayanan penempatan TKI di luar negeri sesuai dengan

peraturan perundang-undangan;

d. Memberitahukan dan melaporkan kedatangan, keberadaan, dan kepulangan TKI kepada perawakilan Republik Indonesia di negara tujuan.

2.3. Pengertian dan Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

2.3.1. Pengertian Penempatan TKI

Menurut Undang-Undang No.39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, penempatan TKI adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan TKI sesuai bakat, minat dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar negeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurusan dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan.

Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI berasaskan keterpaduan, persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan dan keadilan gender, anti diskriminasi serta anti perdagangan manusia.Guna melindungi calon TKI/TKI, orang perseorangan dilarang menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri. Dianggap sebagai perbuatan menempatkan, setiap perbuatan dengan sengaja memfasilitasi dan mengangkut atau memberangkatkan warga negara


(26)

Indonesia untuk bekerja pada pengguna di luar negeri baik dengan memungut biaya maupun tidak, dari yang bersangkutan.

Pelaksana Penempatan TKI swasta yang akan menempatkan TKI ke luar negeri harus terlebih dahulu membuat Perjanjian Kerja Sama Penempatan yang dibuat secara tertulis dengan Mitra Usaha atau pengguna yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak. Mitra usaha adalah instasi atau badan usaha berbentuk badan hukum di negara tujuan yang bertanggungjawab menempatkan TKI pada pengguna. Pengguna jasa TKI adalah Instansi Pemerintah, Badan Hukum Pemerintah, Badan Hukum Swassta, dan Perseorangan di negara tujuan yang mempekerjakan TKI. Untuk dapat ditempatkan di luar negeri, calon TKI harus memiliki dokumen yang meliputi:

a. Kartu Tanda Penduduk, Ijazah pendidikan terakhir, akte kelahiran atau surat keterangan kenal lahir;

b. Surat keterangan status perkawinan bagi yang telah menikah melampirkan copy buku nikah;

c. Surat keterangan izin suami atau istri, izin orang tua, atau izin wali; d. Sertifikat kompetensi kerja;

e. Surat keterangan sehat berdasarkan hasil-hasil pemeriksaan kesehatan dan psikologi;

f. Paspor yang diterbitkan oleh Kantor Imigrasi setempat; g. Visa kerja;

h. Perjanjian penempatan kerja; i. Perjanjian kerja, dan


(27)

2.3.2. Tujuan Penempatan TKI

Penempatan dan perlindungan calon TKI/TKI bertujuan untuk:

a. Memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;

b. Menjamin dan melindungi calon TKI/TKI sejak di dalam negari, di negara tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia;

c. Meningkatkan kesejahteraan TKI dan keluarganya.

2.3.3. Negara Tujuan Penempatan TKI

Pemerintah semakin pemperketat penempatan Tenaga kerja lndonesia (TKI) sektor domestic worker yang bekerja di luar negeri. Untuk ke depannya, pemerintah hanya akan menempatkan TKI PLRT (Penata Laksana Rumah Tangga) di 4 negara yaitu Arab Saudi, Malaysia, Hongkong dan Taiwan.

Menurut Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta) Kemenakertrans Reyna Usman : “Kemenakertrans telah melakukan evaluasi

menyeluruh terhadap negara-negara tujuan penempatan TKl sektor PLRT. Hasilnya kami menyimpulkan hanva 4 negara saja yang termasuk kategori layak sebagai negara tujuan”.

Dalam website resmi BNP2TKI disebutkan bahwa pascamoratorium di sejumlah negara penempatan TKI tahun 2011, Pemerintah Indonesia membuat MoU baru. Terdapat 11 MoU yang sudah disepakati Pemerintah RI dengan 10 negara, diantaranya Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Australia. Pada hari rabu, 22 Februari 2012 diadakan penandatanganan nota


(28)

kesepahaman (MoU) antara pemerintah RI dan Arab Saudi soal perlindungan dan jaminan sosial TKI yang bekerja di negeri itu. Dalam MoU yang ditandatangani di Kemenakertrans di Jakarta, oleh Dirjen Binapenta Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) Reyna Usman dan CEO ISSP Arab Saudi Mohammed S Alkahtani ini disebutkan bahwa International Social Security Program (ISSP) akan memberikan perlindungan dan menyelenggarakan jaminan sosial untuk TKI yang bekerja di Arab Saudi. Dalam MoU itu disebutkan bahwa ISSP akan melakukan perlindungan dan jaminan sosial TKI yang bekerja di Arab Saudi, berikut memediasi dan memperjuangkan hak-hak TKI, seperti gaji yang tidak dibayar oleh users (pengguna atau majikan), kematian, tindak kekerasan, pelecehan seksual, penganiayaan dan hak-hak TKI lainnya.

Kemenakertrans telah mencermati kebijakan dan perlakuan negara-negara penempatan terhadap perlindungan dan pemenuhan hak-hak normatif TKI. Apabila tidak memenuhi persyaratan dan kriteria yang ditentukan, pemerintah tidak akan mengjinkan lagi penempatan TKI ke negara tersebut. Seperti halnya negara Yordania yang dikenakan moratorium, dikarenakan besaran upah dan juga perlindungan terhadap Tenaga Kerja Indonesia tidak sesuai. Sehingga, pengiriman TKI ke negara Yordania dihentikan.

PT Mitra Muda Reksa Mandiri lebih banyak melakukan penempatan di sektor formal sebagai tempat untuk mengirimkan para TKI tersebut karena keamanan yang ditawarkan lebih terjamin. Salah satu negara yang menjadi tujuan penempatan TKI oleh PT Mitra Muda Reksa Mandiri ialah Malaysia.


(29)

2.4. Pengertian Perekrutan dan Tujuan Perekrutan 2.4.3. Pengertian Perekrutan

Perekrutan yaitu upaya mendapatkan tenaga kerja yang. Idealnya upaya pengadaan tenaga kerja ini untuk memastikan bahwa tenaga kerja yang direkrut dan ditempatkan nantinya adalah the right people in the right position. Pengadaan tenaga kerja itu sendiri adalah suatu proses untuk mendapatkan tenaga yang berkualitas dan memberikan harapan yang baik pada calon tenaga kerja tersebut untuk membuat lamaran kerja guna bekerja pada instansi/perusahaan tersebut. Khusus bagi organisasi/perusahaan yang besar, pengadaan tenaga kerja merupakan proses yang terus berlangsung dan kompleks dan menuntut perencanaan dan upaya yang ekstensif. Proses perekrutan dimulai dari mencari dan menarik pelamar yang mampu melakukan suatu pekerjaan sampai adanya lamaran masuk.

2.4.4. Tujuan perekrutan

a. Menyediakan sekumpulan calon tenaga kerja/karyawan yang memenuhi syarat; b. Agar konsisten dengan strategi, wawasan dan nilai perusahaan;

c. Untuk membantu mengurangi kemungkinan keluarnya karyawan yang belum lama bekerja;

d. Untuk mengkoordinasikan upaya perekrutan dengan program seleksi dan pelatihan;

e. Untuk memenuhi tanggungjawab perusahaan dalam upaya menciptakan kesempatan kerja yang adil.


(30)

Untuk melaksanakan rekrut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Peraturan Menteri No.18 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, pelaksana penempatan Tenaga Kerja Indonesia swasta harus sesuai dengan prosedur berikut :

1) Menunjukkan SIP asli atau copy yang telah dilegalisasi, surat pengantar rekrut dan rancangan perjanjian penempatan yang telah didaftarkan pada BNP2TKI kepada Pejabat yang berwenang di instansi kabupaten/kota.

2) Perekrutan calon TKI oleh PPTKIS dilakukan bersama-sama petugas instansi kabupaten/kota.

3) Proses perekrutan calon TKI didahului dengan memberikan informasi melalui penyuluhan yang sekurang-kurangnya memuat :

a. Lowongan jenis dan uraian pekerjaan yang tersedia beserta syarat jabatan; b. Lokasi lingkungan kerja;

c. Tata cara perlindungan bagi TKI dan resiko yang mungkin dihadapi; d. Waktu, tempat dan syarat pendaftaran;

e. Tata cara dan prosedur perekrutan; f. Persyaratan calon TKI;

g. Kondisi dan syarat-syarat kerja yang meliputi gaji, waktu kerja, waktu istirahat/cuti, lembur, jaminan perlindungan, dan fasilitas lain yang diperoleh;

h. Peraturan perundang-undangan, sosial budaya, situasi dan kondisi negara tujuan;


(31)

j. Biaya-biaya yang dibebankan kepada calon TKI dalam hal biaya tersebut tidak ditanggung oleh PPTKIS atau Pengguna, dan mekanisme pembayarannya; dan

k. hak dan kewajiban calon TKI.

(4) Informasi yang disampaikan oleh PPTKIS sebagaimana dimaksud diatas, harus mendapat persetujuan dari instansi kabupaten/kota.

2.5. Pengertian Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja

2.5.3. Perusahaan Jasa

Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI)

Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia atau PJTKI adalah badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang memiliki surat izin usaha PJTKI untuk melaksanakan kegiatan jasa penempatan tenaga kerja di dalam dan ke luar negeri.

2.5.4. Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Swasta (PPTKIS)

Pelaksana Penempatan TKI Swasta yang selanjutnya disingkat PPTKIS adalah badan hukum yang telah memperoleh izin tertulis dari Pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan TKI di luar negeri (Lalu Husni, 2003 : 91). Pengertian PPTKIS lainnya yaitu badan hukum yang melaksanakan penempatan tenaga kerja di dalam dan ke luar negeri untuk kepentingan sendiri setelah mendapat persetujuan tertulis dari Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja atas nama Menteri Tenaga Kerja (Darwan Prinst, 2000 : 84).


(32)

2.6. Pengertian dan Struktur Dinas Tenaga Kerja 2.6.1. Pengertian Dinas Tenaga Kerja

Dinas Tenaga Kerja merupakan unsur pelaksana tugas Walikota, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan kota dibidang tenaga kerja berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Untuk menyelengarakan tugas pokok tersebut, Dinas Tenaga Kerja menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis dibidang Tenaga Kerja;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang Tenaga Kerja;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang Tenaga Kerja;

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota dibidang Tenaga Kerja; e. Pelayanan administratif.

2.6.2. Struktur Dinas Tenaga Kerja

Menurut Pasal 15 Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 13 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung, susunan organisasi Dinas Tenaga Kerja Provinsi Lampung terdiri dari :

a. Kepala Dinas;

b. Sekretariat, membawahi : 1. Sub Bagian Perencanaan;

2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 3. Sub Bagian Keuangan.


(33)

c. Bidang Penempatan Pelatihan dan Keterampilan Tenaga Kerja , membawahi : 1. Kasi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri;

2. Kasi Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri;

3. Seksi Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja;

d. Bidang Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Tenaga Kerja, membawahi :

1. Kasi Hubungan Industrial dan Pengawasan Tenaga Kerja; 2. Kasi Norma Kerja dan Penindakan;

3. Kasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

e. Bidang Pembinaan, Penyiapan, Permukiman dan Penempatan Transmigrasi, membawahi :

1. Kasi Penyediaan dan Permasalahan Tanah Trnsmigrasi; 2. Kasi Pembangunan Permikiman Transmigrasi;

3. Kasi Perpindahan Transmigrasi;

f. Bidang Pembinaan, Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi, membawahi :

1. Kasi Peningkatan Kapasitas SDM dan Masyarakat Transmigrasi;

2. Kasi Pengembangan Usaha Promosi, Investasi, dan Kemitraan Transmigrasi; 3. Kasi Pengembangan Sarana Prasarana dan Penyerasian Lingkungan Kawasan

Transmigrasi;

g. Unit Pelaksana Teknis Daerah; h. Kelompok jabatan fungsional;


(34)

2.7. Pengertian dan Struktur Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

2.7.1. Pengertian Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Jumlah TKI bermasalah memang terus meningkat. Pengawasan terhadap Pelaksana Penempatan TKI Swasta (PPTKIS) masih sangat lemah. Hal tersebut terjadi karena adanya dualitas lembaga yang mengurusi TKI, BNP2TKI dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans). Sesuai dengan UU No. 39 Tahun 2004, pihak yang mengurusi permasalahan TKI adalah BNP2TKI. Menurut Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia bahwa Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut BNP2TKI adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Berdasarkan pasal 95 UU No. 39 Tahun 2004, BNP2TKI berfungsi melaksanakan kebijakan di bidang penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri. Namun saat ini, BNP2TKI menangani sebagian wilayah penempatan, seperti Selandia Baru, Hong Kong, Taiwan, dan beberapa daerah di Timur Tengah. Saat ini, UU tersebut sedang menjalani revisi oleh DPR. Berbagai problem TKI di luar negeri yang kerap terjadi dan menempatkan TKI sebagai objek penderita, akibat dari pekerjaan PPTKIS yang tidak baik. Kalau diidentifikasi, problem perekrutan TKI masih seputar pemalsuan kartu tanda penduduk (KTP), pemalsuan tempat pembuatan KTP, pemalsuan hasil pemeriksaan kesehatan, dan pemalsuan paspor. Proses pelatihan, penampungan,


(35)

dan pemberangkatan, sampai pemulangan pun tidak luput dari masalah. Masalah-masalah ini terjadi karena posisi calon tenaga kerja Indonesia yang sama sekali tidak mengerti dan perusahaan pelaksana penempatan tenaga kerja Indonesia tidak bekerja sebagaimana mestinya.

2.7.2. Struktur Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Susunan Organisasi BNP2TKI Terdiri Dari : a. Kepala;

b. Sekretariat Utama;

c. Deputi Bidang Kerja Sama Luar Negeri dan Promosi; d. Deputi Bidang Penempatan;

e. Deputi Bidang Perlindungan; f. Inspektorat;

g. Balai Pelayananan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia; h. Pos Pelayanan.

2.7.3. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)

Menurut Lalu Husni (2003 : 104-105) tugas dan fungsi dari BNP2TKI yaitu: a. Melakukan penempatan atas dasar perjanjian secara tertulis antara pemerintah

dengan pemerintah negara pengguna TKI atau pengguna berbadan hukum di negara tujuan penempatan;

b. Memberikan pelayanan, mengoordinasikan, dan melakukan pengawasan mengenai :


(36)

2) Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP); 3) Penyelesaian Masalah

4) Sumber-Sumber Pembiayaan

5) Pemberangkatan Sampai Pemulangan 6) Peningkatan Kualitas calon TKI 7) Informasi

8) Kualitas pelaksana penempatan TKI

9) Peningkatan Kesejahteraan TKI dan Keluarganya

Dalam kinerjanya, BNP2TKI dibantu oleh BNP3TKI yang berfungsi untuk memantau dan membantu proses kelengkapan dokumen dan syarat-syarat penempatan TKI. Balai Pelayanan Penempatan dan Perlidungan Tenaga kerja Indonesia yang selanjutnya disebut BNP3TKI adalah perangkat BNP2TKI yang bertugas memberikan kemudahan pelayanan pemrosesan seluruh dokumen penempatan TKI.


(37)

Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. (Abdulkadir M. 2004:32)

3.1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis empiris atau penelitian hukum terapan adalah pendekatan masalah yang dilakukan dengan cara menggali informasi dan melakukan penelitian lapangan guna menganalisis masalah yang akan dibahas.

Penelitian yuridis empiris dilakukan dengan cara meneliti secara langsung kelapangan untuk melihat penerapan paraturan perundang-undangan atau aturan hukum yang berkaitan dengan penegakkan hukum serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan penegakkan hukum tersebut.


(38)

3.2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.2.1. Data Primer dan Data Sekunder

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian pada objek penelitian, yakni data yang didapat dari keterangan atau kejelasan yang diperoleh langsung dari pihak-pihak yang berhubungan dengan perizinan penempatan tenaga kerja indonesia swasta (PPTKIS). Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang dianggap menunjang dalam penelitian ini, yang terdiri dari:

1. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan lainnya, antara lain :

a) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

b) Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri.

c) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah d) Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2006 Tentang Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

e) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-14/MEN/X/2010 Tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri


(39)

f) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-37/MEN/XII/2006 Tentang Tata Cara Pembentukan Kantor Cabang Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta

g) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER -32/MEN/XI/2006 Tentang Rencana Kerja Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Sarana dan Prasarana Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia

h) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER.10/MEN/V/2009 Tentang Tata Cara Pemberian, Perpanjangan dan Pencabutan Surat Izin Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia i) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :

PER-05/MEN/III/2005 Tentang Ketentuan Sanksi Administratif dan Tata Cara Penjatuhan Sanksi Dalam Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri

j) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-07/MEN/IV/2005 Tentang Standar Tempat Penampungan Calon Tenaga Kerja Indonesia

k) Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 Tentang Oraganisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung

l) Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung

2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang erat kaitannnya dengan bahan hukum primer yang meliputi buku-buku/literatur ilmu hukum, hasil


(40)

karya ilmiah sarjana dan hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

3. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan lain yang berguna untuk memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti hasil penelitian , buletin, majalah , artikel-artikel di internet dan bahan-bahan lainnya yang sifatnya seperti karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

3.3. Metode Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan Data 3.3.1. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini ditempuh prosedur sebagai berikut :

a) Studi Kepustakaan(Library Reasearch)

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang ada hubungannya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, majalah-majalah serta dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

b) Studi Lapangan(Field Research)

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara langsung pada pihak-pihak yang


(41)

berkaitan dengan persoalan Perizinan Terhadap Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) Dalam Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri, yaitu :

a. Direktur Utama PT. Mitra Muda Reksa Mandiri;

b. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Lampung

3.3.2. Pengolahan Data

Data yang terkumpul, diolah melalui pengolahan data dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Identifikasi

Identifikasi data yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan dengan Perizinan Terhadap Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri Oleh PT. Mitra Muda Reksa Mandiri di Bandar Lampung.

b. Editing

Editing yaitu meneliti kembali data yang diperoleh dari keterangan para responden maupun dari kepustakaan, hal ini perlu untuk mengetahui apakah data tersebut sudah cukup dan dapat dilakukan untuk proses selanjutnya.

c. Klasifikasi Data

Klasifikasi data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut kelompok yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data tersebut siap untuk dianalisis.


(42)

d. Sistematisasi Data

Sistematisasi data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga dalam data tersebut dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat.

3.4. Analisis Data

Setelah tahap pengolahan data dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh secara sistematis, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara menggambarkan kenyataan-kenyataan atau keadaan-keadaan atas suatu obyek dalam bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan penelitian tersebut. Hasil analisis tersebut kemudian di interpretasikan guna memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan.


(43)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. PT. Mitra Muda Reksa Mandiri adalah salah satu dari empat Kantor Pusat Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Swasta (PPTKIS) resmi di Provinsi Lampung, karena telah membuat dan menjalankan prosedur dalam hal perizinan untuk mendirikan suatu perusahaan (PT) dan juga perizinan untuk melakukan kegiatan penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Terdapat enam perizinan yang dibuat oleh PT. Mitra Muda Reksa Mandiri yang terdiri dari empat perizinan untuk mendirikan suatu perusahaan penempatan Tenaga Kerja Indonesia swasta dan dua perizinan untuk melakukan kegiatan penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri. Setelah PT. Mitra Muda Reksa Mandiri melengkapi empat perizinan pendirian perusahaan penempatan Tenaga Kerja Indonesia swasta, Prosedur dalam pemberian izin kepada PT. Mitra Muda Reksa Mandiri untuk melakukan kegiatan penempatan Tenaga Kerja Indonesia yaitu Menteri atau pejabat yang ditunjuk memeriksa kelegalan dari dokumen perusahaan, kemudian perusahaan membuat Surat Izin Pengerahan (SIP) untuk dapat melakukan rekrut calon Tenaga Kerja


(44)

Indonesia (TKI) dan selanjutnya perusahaan membuat Surat Pengantar Rekrut (SPR) di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Provinsi Lampung dengan melampirkan syarat-syarat yang telah ditetapkan untuk memperoleh data berapa calon Tenaga Kerja Indonesia yang dapat di rekrut di tiap kabupaten atau kota di provinsi Lampung.

2. Faktor Penghambat Perizinan

Setelah dilakukan penelitian di PT. Mitra Muda Reksa Mandiri, di temukan beberapa faktor penghambat dalam perizinan penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri yaitu Proses Birokrasi yang berbelit-belit, jangka waktu yang cukup lama dan adanya pungutan liar oleh pihak pemberi izin.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan diatas, maka ada beberapa hal yang kiranya dapat merupakan saran bagi pihak-pihak terkait:

1. Diharapkan kepada pihak-pihak yang berwenang dalam hal upaya hukum dan juga perlindungan bagi TKI dapat cepat dan tanggap atas laporan yang masuk. Karena, berdasarkan riset yang saya lakukan di kedua tempat yaitu di DISNAKERTRANS Provinsi Lampung dan juga PT. Mitra Muda Reksa Mandiri terlihat bahwa BNP2TKI tidak cepat dan tanggap atas kejadian-kejadian yang menimpa TKI khususnya TKI dari Lampung.


(45)

2. Sebaiknya pemerintah membuat suatu perizinan dalam hal penempatan TKI dalam satu pintu dengan pengertian bahwa untuk mengurus pembuatan perizinan dalam hal melakukan kegiatan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri hanya di satu Instansi dan terdapat di setiap daerah. Sehingga proses perizinan tidak berbelit-belit, tidak terjadi pungutan liar dan daerah akan mempunyai data yang lengkap mengenai TKI yang berangkat di daerahnya masing-masing dan hal ini secara tidak langsung akan berimplikasi pada pekerjaan di pusat yang akan menjadi lebih ringan dan untuk persyaratan dalam pembuatan Pasppor ditambah dengan melampirkan fotocopy ijazah yang telah dilegalisir agar mengurangi pemalsuan identitas calon Tenaga Kerja Indonesia yang banyak terjadi.

3. Sebagai saran terakhir yaitu kepada Pemerintah Provinsi Lampung agar dapat memperketat pengawasan dan pemberian sanksi terhadap seluruh PPTKIS ilegal yang berada di Lampung, mengingat menurut data Kasi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Disnakertrans Provinsi Lampung yang termuat dalam harian Tribun Lampung dan juga berdasarkan Riset yang telah saya lakukan bahwa dari 133 perusahaan yang melakukan penempatan TKI di lampung ini hanya sekitar 42 perusahaan yang telah meminta SPR di Disnakertrans Provinsi Lampung sedangkan SPR merupakan salah satu syarat untuk melakukan kegiatan perekrutan calon TKI.


(46)

REKSA MANDIRI BANDAR LAMPUNG

Oleh

ALDAOVA FLANOPSKY ERTON

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(47)

REKSA MANDIRI BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa :

Aldaova Flanopsky Erton

No. Pokok Mahasiswa : 0812011107

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1.Komisi pembimbing

Dr. Yuswanto, S.H., M.H. Eka Deviani, S.H., M.H.

NIP. 196205141987031003 NIP. 197310202005012002

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

Nurmayani, S.H., M.H.


(48)

Ketua :Dr. Yuswanto, S.H., M.H. : ...

Sekretaris/Anggota :Eka Deviani, S.H., M.H. : ...

Penguji Utama :Elman Eddy Patra, S.H., M.H. : ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S NIP. 19621109 198703 1 003


(49)

Penulis dilahirkan di Rumbia pada tanggal 14 November 1990. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Antoni Nur A. Md dan Ibu Hernawati, S. Pd.

Penulis mengawali pendidikannya di Taman Kanak-kanak (TK) Rekso biangun dan Tamat pada tahun 1996, melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) 1 Rukti Basuki Rumbia hingga tamat pada tahun 2002, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 1 Rumbia dan tamat pada tahun 2005, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Rumbia dan tamat pada tahun 2008.

Pada Tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), dan menjadi anggota Pusat Studi Bantuan Hukum (PSBH) pada tahun 2008, dan menjadi Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara pada tahun 2011 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bujung Dewa Kecamatan Pagar Dewa Kabupaten Tulang Bawang Barat.


(50)

Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat

(Depag RI, 1989 : 421)

... dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum

mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena

adil itu lebih dekat dengan taqwa, dan bertaqwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(Q.S : Al-Maidah Ayat 8)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, dan apabila

telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

(SR. Alam Nasyrah, 6-7)

Suatu kesalahan besar bila seseorang berteori sebelum memiliki data.

Orang yang bijak mulai menggali fakta untuk membentuk teori, agar

teori sesuai dengan fakta

(Sherlock Holmes)


(51)

Puji Syukur kupanjatkan kepada ALLAH SWT, Tuhan Semesta

Alam untuk setiap nafas yang kuhirup, detak jantung yang

berdegup dan darah yang mengalir dalam hidupku ini. Karena

karunia-Mu dengan segala kerendahan hati kupersembahkan

karya ini untuk

Kedua orang tua ku Antoni Nur dan Hernawati, S.Pd yang telah

melahirkan dan memperjuangkan diriku menghadapi dunia ini

dengan tetes keringat yang tidak dapat dinilai oleh apapun

didunia ini, Kakakku Alona Fricilia Erton, Archi Florencaria

Erton dan adikku Altacausa Fina Ragilia Erton yang selalu

memberikan semangat walaupun tak dekat, serta

sahabat-sahabatku terimakasih atas doa, dan semangat yang selalu kalian

berikan.

Serta


(52)

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Yuswanto, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan menuangkan waktu dan pikiran untuk membaca, mengoreksi, mengarahkan, dan mendukung penulis selama penulisan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing II yang dengan ikhlas menyediakan waktu memberikan bimbingan, bantuan, dan arahan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Elman Eddy Patra, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I atas waktu, saran, masukan, dan kritik yang membangun kepada penulis.

4. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. Selaku Dosen Pembahas II atas waktu, saran, masukan, dan kritik yang membangun kepada penulis.

5. Bapak Bagya Wahyanta, S.H. selaku Kasi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Disnakertrans Provinsi Lampung berserta staff atas informasi yang berguna dalam penulisan skripsi ini.


(53)

7. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku ketua jurusan Hukum Administrasi Negara yang telah banyak membantu proses penyelesaian skripsi ini.

8. Bpk Fajar Widodo, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang slama ini diwakilkan oleh Bpk. Tri Handrisman, S.H., M.H. yang dengan ikhlas memberikan bimbingan dan bantuannya selama penulis menempuh masa studi.

9. Bapak Dr. Heryandi S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

10. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak memberikan ilmu, khusunya ilmu hukum kepada penulis.

11. Seluruh staf karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung baik dibidang kemahasiswaan maupun akademik yang telah banyak membantu penulis demi kelancaran skripsi ini.

12. Ardiatma Danu, Dimas Akbar Ardinta, Yusni Febriansyah, Primayani Yustyasari, Hilda Silvia Yoga, Yulianti, Adisty Anggun, Dhessy Marella dan Devina, merupakan sahabat-sahabat yang bisa diandalkan dalam segala bidang dan aspek kehidupan, terima kasih atas persahabatan yang tidak akan terlupakan, dukungan, dan bantuan selama ini.

13. Teman-teman keluarga besar PSBH Billy Sandro, Mandala Prawira, Sischa Dwi, Farhan Makki, Melisa Safitri, Ade Tiffany, Citra Ratu, Sinta, Reni, Nenni serta yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah banyak mengajarkan tentang hukum dan kehidupan.


(54)

penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas kebersamaannya.

15. Teman-teman seangkatan 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas kebersamaannya.

16. Adik-adik angkatan 2009 dan 2010 yang tidak dapat penilis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan baik itu berupa moril maupun materiil kepadaku selama menempuh studi.

Hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis berikan. Semoga Allah SWT selalu memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya dan semoga semua amal kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang lebih besar dari Allah SWT. Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 3 Mei 2012 Penulis


(55)

(Skripsi)

Oleh

Aldaova Flanopsky Erton

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG


(56)

Halaman ABSTACT

ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan dan Ruang Lingkup... 7

1.2.1. Permasalahan ... 7

1.2.2. Ruang Lingkup ... 7

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

1.3.1. Tujuan Penelitian... 8

1.3.2. Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perizinan... 10

2.1.1. Pengertian Perizinan... 10

2.1.2. Macam-Macam Izin... 13

2.1.3. Kewenangan menerbitkan izin... 14

2.1.4. Subjek dan Objek Perizinan... 17

2.1.5. Perizinan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia... 17

2.2. Pengertian Tenaga Kerja, Tenaga Kerja Indonesia, Serta Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia... 18

2.2.1. Pengertian Tenaga Kerja... 18

2.2.2. Pengertian Tenaga Kerja Indonesia... 19

2.2.3. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia ... 20

2.3. Pengertian dan Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ... 21

2.3.1. Pengertian Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ... 21


(57)

2.4.2. Tujuan perekrutan ... 25

2.5. Pengertian Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja ... 27

2.5.1. Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) ... 27

2.5.2. Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Swasta (PPTKIS) ... 27

2.6. Pengertian dan Struktur Dinas Tenaga Kerja... 28

2.6.1. Pengertian Dinas tenaga Kerja... 28

2.6.2. Struktur Dinas Tenaga Kerja ... 28

2.7. Pengertian dan Struktur Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)... 30

2.7.1. Pengertian Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)... 30

2.7.2.Struktur Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)... 31

2.7.3.Tugas Pokok dan Fungsi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)... 31

III.METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah ... 33

3.2. Sumber Data... 33

3.2.1. Data Primer dan Data Sekunder ... 33

3.3. Metode Pengumpulan Data dan Metode Pengolahan Data... 36

3.3.1. Pengumpulan Data... 36

3.3.2. Pengolahan Data... 38

3.4. Analisis Data... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum PT. Mitra Muda Reksa Mandiri ... 39

4.1.1. Sejarah Singkat PT. Mitra Muda Reksa Mandiri ... 39

4.1.2. Struktur PT. Mitra Muda Reksa Mandiri ... 42

4.2. Perizinan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri Oleh PT Mitra Muda Reksa Mandiri ... 43

4.2.1. Perizinan PT. Mitra Muda Reksa Mandiri Dalam Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri ... 43

4.2.1.1. Surat Izin Gangguan ... 44

4.2.1.2. Surat Izin Pelaksanaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (SIPPTKI) ... 45

4.2.1.3. Surat Izin Usaha Perdagangan ... 49

4.2.1.4. Tanda daftar Perusahaan ... 51

4.2.2.1. Surat Izin Pengerahan ... 53

4.2.2.2. Surat Pengantar Rekrut ... 55


(58)

Penempatan Oleh Swasta (PPTKIS) ... 58

4.3.4. Pengawasan ... 61

4.3.5. Program Pemeriintah Provinsi Lampung ... 62

4.4. Faktor Penghambat Perizinan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri Di PT. Mitra Muda Reksa Mandiri... 63

4.5. Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ... 64

4.5.2. Perlidungan Pra Penempatan dan Saat Penempatan ... 64

4.5.3. Pembayaran Upah Tenaga Kerja Indonesia ... 72

4.5.4. Purnapenempatan Tenaga Kerja Indonesia ... 74

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 77

5.2. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(59)

Bagan Halaman Bagan 1. Jangka waktu mulai dari pendaftaran hingga penempatan


(60)

Buku

Asyhadie, Zaeni. 2007. Hukum Kerja : Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Berge, Ten dan Spelt. 1993.Pengantar Hukum Perizinan (Penyunting Philipus M. Hadjon).Surabaya : Yuridika.

Prinst, Darwan. 2000. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta : PT. Grafindo Persada.

Hadjon, Philipus M. 2005.Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

_________________ . 1995.Fungsi Izin : Pembatasan Hak-Hak Dasar dan asas-Assas Umum Pemerintahan Yang Baik. Surabaya : Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

Manulang, sendjun H. 1988.Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

___________________ . 2006. Hukum Perusahaan Indonesia,Bandung : PT. Citra aditya Bakti.

Pudyatmoko, Y. Sri. 2008. Perizinan, Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo)✛

Purwadarminta, WJS. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.


(61)

Yuwono, ismantoro Dwi. 2011. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia(TKI) di luar negeri. Yogyakarta : Pustaka Yustisia.

Undang-Undang dan Peraturan Terkait

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentangKetenagakerjaan.

Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah.

Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2006 tentangBadan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-14/MEN/X/2010 Tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-16/MEN/XIII/2009 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Izin Pengerahan Calon Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar NegeriBagi Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta .

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER 32/MEN/XI/2006 tentang Rencana Kerja Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Sarana dan Prasarana Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER.10/MEN/V/2009 tentang Tata Cara Pemberian, Perpanjangan dan Pencabutan Surat Izin Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-05/MEN/III/2005 tentang Ketentuan Sanksi Administratif dan Tata Cara Penjatuhan Sanksi Dalam Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-07/MEN/IV/2005 tentang Standar Tempat Penampungan Calon Tenaga Kerja Indonesia


(62)

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.Per-18/MEN/IX/2007 tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri.

Media Cetak dan Elektronik

Tribun Lampung . 28 Mei 2011. Hanya 42 PPTKIS yang punya SPR. Hlm. 8 http://www.dewaarka.wordpress.com (diakses 13 November 2011 )

http://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_Kerja_Indonesia(diakses 14 November 2011) http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/2648 (diakses 25 februari 2012) http://radarlampung.co.id/read/metro-bisnis (diakses 25 Februari 2012)

http://amconsulting.webs.com/tdp.htm (diakses tanggal 23 maret 2012) http://www.mitramudareksamandiri.com (diakses 20 maret 2012)


(63)

Tabel Halaman Tabel 1. Daftar Perusahaan-Perusahaan Dimana Tenaga Kerja Indonesia Akan

Ditempatkan ... 41 Tabel 2. Daftar Biaya Pengurusan SIUP ... 50 Tabel 3. Daftar Biaya Pengurusan TDP ... 52 Tabel 4. Permintaan TKI tahun 2012 kepada PT. Mitra Muda Reksa Mandiri .. 57 Tabel 5. Perbedaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ... 58 Tabel 6. Besar Dana Klaim Asuransi ... 66


(1)

4.3.2. Proses Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Oleh PT.

Mitra Muda Reksa Mandiri ... 56

4.3.3. Perbedaan Penempatan Oleh Pemerintah dan Penempatan Oleh Swasta (PPTKIS) ... 58

4.3.4. Pengawasan ... 61

4.3.5. Program Pemeriintah Provinsi Lampung ... 62

4.4. Faktor Penghambat Perizinan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar Negeri Di PT. Mitra Muda Reksa Mandiri... 63

4.5. Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ... 64

4.5.2. Perlidungan Pra Penempatan dan Saat Penempatan ... 64

4.5.3. Pembayaran Upah Tenaga Kerja Indonesia ... 72

4.5.4. Purnapenempatan Tenaga Kerja Indonesia ... 74

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 77

5.2. Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(2)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

Bagan 1. Jangka waktu mulai dari pendaftaran hingga penempatan


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Asyhadie, Zaeni. 2007. Hukum Kerja : Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Berge, Ten dan Spelt. 1993.Pengantar Hukum Perizinan (Penyunting Philipus M. Hadjon).Surabaya : Yuridika.

Prinst, Darwan. 2000. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Husni, Lalu. 2003. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta : PT. Grafindo Persada.

Hadjon, Philipus M. 2005.Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

_________________ . 1995.Fungsi Izin : Pembatasan Hak-Hak Dasar dan asas-Assas Umum Pemerintahan Yang Baik. Surabaya : Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

Manulang, sendjun H. 1988.Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

___________________ . 2006. Hukum Perusahaan Indonesia,Bandung : PT. Citra aditya Bakti.

Pudyatmoko, Y. Sri. 2008. Perizinan, Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo)✛

Purwadarminta, WJS. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.


(4)

Sutedi, Adrian. 2010.Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta : Sinar Grafika

Yuwono, ismantoro Dwi. 2011. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Indonesia(TKI) di luar negeri. Yogyakarta : Pustaka Yustisia.

Undang-Undang dan Peraturan Terkait

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentangKetenagakerjaan.

Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah.

Peraturan Presiden No. 81 Tahun 2006 tentangBadan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-14/MEN/X/2010 Tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-16/MEN/XIII/2009 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Izin Pengerahan Calon Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar NegeriBagi Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta .

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER 32/MEN/XI/2006 tentang Rencana Kerja Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, Sarana dan Prasarana Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER.10/MEN/V/2009 tentang Tata Cara Pemberian, Perpanjangan dan Pencabutan Surat Izin Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-05/MEN/III/2005 tentang Ketentuan Sanksi Administratif dan Tata Cara Penjatuhan Sanksi Dalam Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER-07/MEN/IV/2005 tentang Standar Tempat Penampungan Calon Tenaga Kerja Indonesia


(5)

Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 tentangOraganisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung.

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Bandar Lampung.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.Per-18/MEN/IX/2007 tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri.

Media Cetak dan Elektronik

Tribun Lampung . 28 Mei 2011. Hanya 42 PPTKIS yang punya SPR. Hlm. 8 http://www.dewaarka.wordpress.com (diakses 13 November 2011 )

http://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_Kerja_Indonesia(diakses 14 November 2011) http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/2648 (diakses 25 februari 2012) http://radarlampung.co.id/read/metro-bisnis (diakses 25 Februari 2012)

http://amconsulting.webs.com/tdp.htm (diakses tanggal 23 maret 2012) http://www.mitramudareksamandiri.com (diakses 20 maret 2012)


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Daftar Perusahaan-Perusahaan Dimana Tenaga Kerja Indonesia Akan

Ditempatkan ... 41 Tabel 2. Daftar Biaya Pengurusan SIUP ... 50 Tabel 3. Daftar Biaya Pengurusan TDP ... 52 Tabel 4. Permintaan TKI tahun 2012 kepada PT. Mitra Muda Reksa Mandiri .. 57 Tabel 5. Perbedaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ... 58 Tabel 6. Besar Dana Klaim Asuransi ... 66