Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Thinks Pair Share Pada Siswa Kelas V Mi Manba’ul Falah Kabupaten Bogor

(1)

BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd )

Oleh

Ane Widiawati

Nim. 1812018300236

DUAL MODE SISTEM

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/1437 H


(2)

(3)

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Think Pair Share

Pada Siswa Kelas V MI. Manba’ul

Falah Kabupaten Bogor

Skripsi

Diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.pd.I )

Oleh :

Ane Widiawati 1812018300236

Di bawah Bimbingan

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016


(4)

(5)

Pair SharePada Siswa Kelas V MI. Manba’ul Falah Kabupaten Bogor. (Ane Widiawati . Nim :1812081300236).

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk menemukan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V di Manba’ul Falah Kabupaten Bogor, melalui pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran

Kooperatif tipe think pair share.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Class Room Action Research), karena dalam penelitian ini akan dilakukan tindakan penyelesaian masalah dengan metode pembelajaran, dan akan diukur sampai dimana tingkat keoptimalan tindakan dengan metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran IPS. Model pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah strategi, pendekatan, metode, dan teknik. Dalam penelitian ini digunakan sebuah pendekatan yang berpusat pada siswa (Student Centre) yaitu pendekatan Kooperatif tipe Think Pair Share .Penelitian dilakukan di MI.Manba’ul Falah Bogor tahun ajaran 2015/2016. Instrumen yang digunakan adalah tes yang berbentuk pilihan ganda yang sudah di uji kepada siswa melalui siklus I dan siklus II.

Berdasarkan hasil perhitungan skor pada siklus I hanya 16 siswa (67%) yang tuntas belajar dengan rata-rata skor hasil belajar adalah 66,83. Namun pada siklus I ini masih belum memenuhi ketuntasan klasikal karena < 80% siswa mendapatkan nilai ≥70. Sedangkan di siklus ke II,mendapat kenaikan menjadi 22 siswa (80 %) yang tuntas dengan rata – rata skor hasil belajar dalah 79,70, maka sudah memenuhi ketuntasan klasikal. Oleh karena itu dapat disimpulkan maka hipotesis dalam penelitian ini telah terbukti melalui penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V MI Man’ul Falah Kabupaten Bogor .


(6)

Allah Yang Maha Kuasa,yang telah memberi Rahmat dan Karunia-Nya, Sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad S.A.W,keluarga serta sahabatnya yang telah membimbing umatnta kejalan yang benar diatas keridhaan Allah SWT.

Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan Program Strata 1 (SI) pada jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Penulis berusaha mendapatkan penjelasan-penjelasan dan pengetahuan yang bermanfaat bagi mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah pada umumnya dan bagi diri penulis pada khususnya.

Dalam penulisan Penelitian Tindakan kelas ini, tidak lupa penulis mengucapakan terima kasih kepada pihak-pahak yang telah membantu penulis. Ucapan terima kasih penulis tunjukkan kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Khalimi, M.Ag. selaku Ketua Program Studi PGMI,yangg telah memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PGMI.

3. Takiddin, M.Pd. Pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran serta keikhlasan telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan semangat, arahan dan bimbingan dari awal proses penulisan hingga akhir penulisan skripsi ini.

4. Dr. Faridhal Arkam, M.Pd.dan Bapak Asep Ediana Latif M.Pd selaku dewan penguji yang telah memeriksa,menelaah dan mengkritik serta memberi saran untuk perbaikan hasil karya penulis.

5. Bapak dan Ibu dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis selama perkuliahan berlangsung, semoga ilmu yang


(7)

terutama untuk jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah memberikan kontribusinya selama penulis menjadi Mahasiswa.

7. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan utama dan perpustakaan FITK, yang selalu memberikan pelayanan dan fasilitas serta buku-buku yang penulis perlukan dalam menyelesaikan PTK ini.

8. Ibu Halimah, S.Pd.I selaku kepala madrasah ditempat penulis melakukan penelitian yang telah memberikaan kontribusinya berupa data-data yang penulis butuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Dewan Guru di MI.Manba’ul Falah yang selalu memberikan support dan motivasi selama penulis menyelesaikan penelitian ini.

10.Suami dan keluargaku yang selalu mencurahkan kasih sayang, dan Do’a serta motivasinya selama penulis menyelesikan penelitian ini.

11.Kawan- kawan seperjuangan di program S1 Fakuultas Tarbiyah Jurusan PGMI yang tergabung dalam Dual Mode system.

12.Dan yang terakhir, kepada semua pihak yang membantu serta memberikan dukungannya kepada penulis baik secara moril maupun meteril, penulis ucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga amalan mereka diganti oleh Allah SWT dengan sesuatu yang lebih baik lagi dalam hidup mereka. Amiin Ya Robbal a’lamiin.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikannya. Sehingga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin ya Robbal A’lamiin.

Jakarta, 07 Januari 2016


(8)

Lembar Pengesahan Pembimbing ... ii

Lembar Pengesahan Panitia Ujian ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 6

C. Pembatasan Fokus Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 9

1. Pengertian Belajar ... 9

2. Pengertian Hasil Belajar ... 9

3. Klasifikasi Hasil Belajar ... 10

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar ... 11

5. Kajian Pembelajaran IPS ... 14

B. Tinjauan Tentang Pendekatan Pembelajaran cooperative Learning tipe Think Pair Share ... 16

1. Pengertian Kooperatif ... 16 2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share 16


(9)

5. Kelemahan Metode Think Pair Share ... 18

C. Kerangka Berpikir ... 19

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20

E. Hipotesis Penelitian Tindakan ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian ... 23

B. Metode Penelitian ... 24

C. Subjek penelitian ... 26

D. Peran dan posisi Peneliti dalam penelitian ... 26

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 26

F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan ... 30

G. Data dan sumber Data ... 30

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 31

I. Teknik Pengumpulan Data ... 32

J. Tekhnik Pemeriksaan Kepercayaan ... 33

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 34

L. Indikator kinerja ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 36

1. Deskripsi pelaksanaaan pembelajaran ... 36

a. Siklus I ... 36

b. Siklus II ... 44

2. Hasil Belajar dan Pengamatan ... 53

a. Hasil Belajar IPS Siklus I ... 53

b. Hasil Belajar IPS Siklus II ... 54

c. Hasil Pengamatan ... 55


(10)

B. Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN LAMPIRAN


(11)

Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Penelitian ... 23

Tabel 3.2 : Kriteria Tingkat Ketuntasan Siswa ... 35

Tabel 4.1 : Data hasil Belajar IPS Siswa Kelas V pada Siklus I ... 53

Tabel 4.2 : Data hasil Belajar IPS Siswa Kelas V pada Siklus II ... 54

Tabel 4.3 : Data Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 55

Tabel 4.4 : Data Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 56

Tabel 4.5 : Data Hasil Belajar dan Keterlaksanaan Pembelajaran dari Siklus I sampai Siklus II ... 57


(12)

(13)

Lampiran 1 : Profil Sekolah Lampiran 2 : Soal Siklus I Lampiran 3 : Soal Siklus II

Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Lampiran 6 : Data Nilai Siswa Siklus I

Lampiran 7 : Data Nilai Siswa Siklus II

Lampiran 8 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Lampiran 9 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II Lampiran 10 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Lampiran 11 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Lampiran 12 : Lembar Wawancara

Lampiran 13 : Dokumentasi


(14)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya adalah pengembangan potensi atau kemampuan manusia secara menyeluruh yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengajarkan berbagai pengetahuan dan kecakapan yang dibutuhkan oleh manusia itu sendiri. Pendidikan adalah tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1 Dalam lembaga formal utuk mengembangkan potensi dan pengetahuan dan kecakapan ini perlu dilakukan, terutama dengan mediasi proses pembelajaran sejumlah mata pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan, dan sikap sejak dini bagi siswa adalah mata pelajaran IPS Pendidikan IPS di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari dokumen kurikulum 1975 yang memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk pendidikan disekolah dasar dan menengah.2

Pembelajaran IPS (Social Studies) sangat penting bagi jenjang pendidikan dasar dan menengah karena dunia sekarang telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat di segala bidang. Dalam hal ini IPS berperan sebagai pendorong untuk saling pengertian dan persaudaraan antar umat manusia, selain itu juga memusatkan perhatiannya pada hubungan antar manusia dan pemahaman sosial. Dengan demikian IPS dapat membangkitkan kesadaran bahwa seseorang akan berhadapan dengan kehidupan yang penuh tantangan, atau dengan kata lain IPS mendorong kepekaan siswa terhadap hidup dan kehidupan sosial.

Tujuan pendidikan nasional pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan institusional tiap jenis dan jenjang pendidikan.Permendiknas RI Nomor 22 tahun 2006 menegaskan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan

1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT

REMAJA KARYA, 2010), cetakan 2010, h.32.

2


(15)

salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi.Melalu imata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta cinta damai.3

Dalam pelasanaan kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.4

Namun demikian, apabila melihat kepada realita nampaknya pembelajaran IPS yang dilaksanakan belum cukup optimal dalam mengkonstruksi dan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa untuk mencapai apa yang tertuang dalam visi, misi, dan tujuan pendidikan IPS. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru kelas V di MI Manba’ul Falah Kabupaten Bogor, terdapat banyak faktor permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran IPS, diantaranya: (1) Tingkat perhatian dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tergolong kategori rendah, hal ini terindikasi oleh sebagian besar siswa masih terlihat bermain-main dan tidak serius dalam mengikuti proses pembelajaran IPS, (2) Rendahnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPS, hal ini terindikasi oleh sebagian besar siswa kehilangan konsentrasi ketika kegiatan pembelajaran IPS dimulai, kurang bergairah dan tidak merasa tertarik dalam mengikuti proses poembelajaran IPS, dan bahkan siswa terlihat bosan, (3) Meskipun

3

Iwan Purwanto, Modul pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Jakarta :FITK UIN

Syarif Hidayatullah, 2014)cetakan 2014, h.7

4 Ibid


(16)

berkelompok siswa masih enggan untuk melakukan diskusi atau masih selalu bekerja secara sendiri-sendiri, (4) Siswa masih belum terbiasa untuk berfikir bersama, berpasan-pasangan, dan saling berbagi, (5) Keterbatasan sumber dan media pembelajaran, (6) Siswa masih merasa takut dan ragu untuk mengajukan pertanyaan atau pendapatnya kepada guru sehingga kelas menjadi kaku dan tidak aktif, (7) Hasil belajar siswa masih belum cukup optimal jika dilihat dari hasil evaluasi ulangan harian, 16 dari 24 jumlah siswa atau sekitar 64% siswa mendapatkan nilai di bawah KKM yang telah ditentukan di sekolah yaitu > 67.

Apabila permasalahan tersebut dibiarkan dan tidak segera diatasi maka dikhawatirkan akan berdampak kurang baik terhadap siswa, guru, dan bahkan sekolah. Bagi siswa sendiri akan berdampak pada pengembangan dirinya, dimana siswa akan cenderung tidak menyukai pelajaran IPS, mereka memandang bahwa pelajaran IPS sangat membosankan dan hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dampak bagi guru adalah terhadap tanggung jawabnya sendiri sebagai seorang guru terhadap siswa dan orang tua siswa, dalam hal ini guru sebagai pengajar akan dianggap belum berhasil dalam melaksanakan pembelajaran dan guru sebagai pendidik dianggap belum mampu untuk mendidik siswanya, selanjutnya dampak bagi sekolah ialah, sekolah belum dianggap mampu untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPS. pembelajaran yang., kiranya faktor penggunaan model pembelajaran yang kurang efisien atau tidak tepat yang paling dominan merupakan penyebab utama yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa kelas V MI. Manba’ul Falah khususnya pada mata pelajaran IPS. Berdasarkan pemaparan tersebut, tampaknya dibutuhkan suatu pola atau model pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan berbagai model pembelajaran seperti memilih strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan agar pembelajaran IPS benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan


(17)

keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Pada dimensi pelaksanaan pembelajaran merupakan upaya yang strategis dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menyelaraskan konsistensi komponen-komponen pembelajaran untuk mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dan meningkatkan kualitas hasil belajar. Seperti yang kita ketahui bahwa strategi pembelajaran adalah alat interaksi di dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan harus menimbulkan aktifitas belajar yang baik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.5

Pola pembelajaran IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada siswa. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya menberikan atau membekali siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam menjalani kehidupan masyarakat dilingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari pendidikan IPS. Pembelajaran IPS memerlukan perencanaan yang matang agar hasil yang diinginkan tercapai. Perencanaan pembelajaran proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku seta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar.6

Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe

5

Masitoh dan Laksmi, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan

Islam Departemen Agama Republik Indonesia , 2009)cet. 2009 , h.38.

6

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain sistem pembelajaran (Jakarta: PT.Kencana


(18)

Think Pair Share. Think Pair Share (TPS) yang berarti Berpikir-Berpasangan-Berbagi, merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank lyman, Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerjasama dengan orang lain.7

Think Pair Share merupakan salah satu metode pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstrukivisme yang merupakan perpaduan antara belajar secara mandiri dan belajar secara berkelompok. TPS memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Salah satu keunggulan metode TPS adalah mudah untuk diterapkan dalam berbagai tingkat kemampuan berpikir dan dalam setiap kesempatan , Pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe think pair share lebih banyak memberikan waktu bagi siswa untuk berfikir, menjawab, dan berbagi satu sama lain. Prosedur yang digunakan juga cukup sederhana, yaitu bertanya kepada teman sebaya dan berdiskusi dengan kelompok untuk mendapatkan kejelasan terhadap apa yang telah dijelaskan oleh guru, hal tersebut lebih memudahkan siswa untuk memahami pelajaran. Diskusi dalam kelompok-kelompok kecil ini sangat efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi dan memecahkan suatu permasalahan. Dengan cara seperti ini, siswa diharapkan mampu bekerjasama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

Melalui penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share, disarankan agar melaksanakan pembelajaran dengan membuat kelompok belajar yang heterogen karena siswa dilatih untuk berfikir secara mandiri dalam pembelajaran kelompok, setelah itu mereka harus berpasang-pasangan untuk berdiskusi dan saling berbagi dalam kelompoknya.

7


(19)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu kiranya dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengenai penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V MI Manba’ul Falah Kabupaten Bogor.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan area dan fokus penelitian sebagai berikut :

1. Think Pair Share merupakan salah satu metode pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstrukivisme yang merupakan perpaduan antara belajar secara mandiri dan belajar secara berkelompok

2. Faktor penggunaan model pembelajaran yang kurang efisien atau tidak tepat yang paling dominan merupakan penyebab utama yang

mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa kelas V MI Manba’ul Falah

khususnya pada mata pelajaran IPS

3. Penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatf tipe Think Pair Share(TPS) diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V MI Manba’ul Falah, Kabupaten Bogor.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Pembatasan fokus penelitian di perlukan agar lebih efektif, efisien, dan terarah. Adapun hal-hal yang membatasi dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini difokuskan untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) berupa tes hasil belajar siswa dan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran IPS.

2. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan materi yang diajarkan yaitu Peninggalan sejarah yang bercorak Hindu – Budha dan Islam di Indonesia.


(20)

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana menerapkan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe think pair share untuk peningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V MI Manba’ul Falah Kabupaten Bogor ?”.

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk menemukan peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V di Manba’ul Falah Kabupaten Bogor, melalui pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran Kooperatif tipe think pair share.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru, siswa, peneliti dan semua pihak yang terkait dengan dunia pendidikan.

a. Manfaat Teoritis

1) Siswa menjadi lebih terampil dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan pengetahuan sosial sehingga hasil belajar meningkat.

2) Siswa mendapat pengalaman baru dengan diterapkannya pendekatan pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair and Share ( TPS).

3) Siswa lebih termotivasi untuk belajar dan terbentuknya sikap kerjasama antar siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.

b. Manfaat Praktis

1) Guru menjadi lebih memahami cara-cara mengimplementasikan model-model pembelajaran, salah satunya yaitu pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share.


(21)

2) Guru memilki keterampilan menggunakan pendekatan Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3) Keberhasilan guru sebagai pengajar meningkat, karena hasil belajar siswa juga meningkat.


(22)

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman1. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui pengalaman; Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.2

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.3

2. Pengertian hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Benyamin Bloom mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Menurut Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni, (a)Informasiverbal, (b) Keterampilanintelektual, (c)strategi kognitif (d) Sikap, (e) Keterampilan motoris.

1

Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan(PT. Remaja Rosda Karya, 1990)Cetakan ke-5.

h.84

2 Ibid

. h. 85

3


(23)

Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya.Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar.Ini berarti bahwa optimalnya hasil belajar siswa bergantung pula pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru.4Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khususnya yang direncanakan.5

3. Klasifikasi hasil belajar

Benyamin Bloom dalam Sudjana mengklasifikasikan hasil belajar yang secara garis besar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu (1) Ranah kognitif: Berkenaan dengan sikap hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi, (2) Ranah afektif : Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, internalisasi, (3) Ranah psikomotor : Berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.6

Menurut Sudjana hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut :7 a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.

b. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. c. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan

lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari

4 Ibid

, h.65

5

Wina Sanjaya, Op.Cit. h.13

6

Nana Sudjana, Op.Cit.h.22

7 Ibid


(24)

aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

d. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar adalah perubahan prilaku seseorang ke arah yang lebih positif akibat belajar, atau hasil belajar merupakan nilai yang dicapai seseorang dengan kemampuan maksimal.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat kita bedakan menjadi tiga macam yaitu faktor internal, dan faktor eksternal dan pendekatan belajar.8

Berikut adalah penjabarannya:

a. Faktor internal (Faktor dari dalam siswa), yakni keadaan /kondisi jasmani dan rohani siswa, dan meliputi dua aspek fisiologis dan psikologis diantaranya;

1) Aspek Fisiologis,

Kondisi umum jasmani dan tonus(tegangan otot)yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihatan juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi.

8


(25)

2) Kondisi Psikologis, terdiri dari : a) Intelegensi siswa;

Pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988)9

b) Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untukmereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

c) Bakat Siswa

Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972;Reber, 1988).

d) Minat Siswa

Minat (interes) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), Minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti; pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.10

e) Motivasi Siswa

Motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia atau hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk Bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber; 1988).11

9 Ibid

h.131

10 Ibid

h. 133

11 Ibid


(26)

Kemampuan kognitif : Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif, yaitu persepsi, mengingat dan berpikir.

b. Faktor Eksternal siswa

1) LingkunganSosial, meliputi : a) Lingkungan sosial Sekolah

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya), dan teman-taman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan siswa.

Lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak putus sekolah, misalnya akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa.

Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga itu sendiri.sifat-sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga, dan letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

2) Lingkungan Nonsosial.

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah letaknya siswa dan letaknya alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor –faktor ini dipandang turut menentukan


(27)

tingkat keberhasilan belajar siswa.12Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time preference) seperti pada pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J.Biggers(1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada waktu-waktu lainnya. namun menurut penelitian beberapa ahli

Learning style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak bergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa (Dunnetal, 1986), Akan tetapi, menurut hasil penelitian mengenai kinerja baca (reading performance) sekelompok mahasiswa di sebuah universitas di Australia Selatan, tidak ada perbedaan yang berarti hasil antara hasil membacapada pagi hari dan hasil membaca pada sore hari.selain itu keeratan korelasi antara study time preference

dengan hasil membaca pun sulit dibuktikan. Bahkan mereka yang lebih senang belajar pada pagi hari dan dites pada sore hari, ternyata hasilnya tetap baik. sebaliknya, ada pula di antara mereka yang lebih suka belajar pada sore hari dan dites pada saat yang sama, namun hasilnya tidak memuaskan (Syah, 1990). c. Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar dapat ddifahami keefektifan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Lawson, 1991)13

5. Kajian Pembelajaran IPS

Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang

12

Muhibbin Syah. Op.Cit. h.135

13


(28)

diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan (Soemantri, 2001;92).14

Ruang lingkup IPS meliputi (a) substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat dan (b) gejala, masalah, dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.15

Tujuan Pendidikan IPS adalah :

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai –nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.16

Keberhasilan Pembelajaran IPS adalah :

pada kompetensi inti dan kompetensi dasar yang ditetapkan yang mencirikan penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dapat diamati dan diukur.17 Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukakan para ahli, maka dalam penelitian tindakan ini dimaksudkan bahwa hasil belajar IPS adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam proses belajar mengajar IPS sesuai dengan tujuan yang ditetapkan..Hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan gambaran hasil belajar setelah mengikuti proses belajar.

14

Sapriya, Op.Cit. h.9

15

Iwan Purwanto, Op.Cit. h.6

16

Sapriya, loc.Cit. h.161.

17


(29)

B. Tinjauan Tentang Pendekatan Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share

1. Pengertian Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yangterstruktur.yangtermasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, Menurut Johnson & Johnson, 1993 yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerjasama, dan proses kelompok.18

Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerjasama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah.19 2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share

Pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share

merupakan salah satu model pembelajaran sederhana yang sangat bermanfaat dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Mryland. Ketika guru menyampaikan pelajaran kepada kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya masing-masing. Guru memberikan pertanyan kepada seluruh siswa. Siswa diminta untuk memikirkan (thinking) sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan (pairing) dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi (sharing) jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh siswa.

Think Pair Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman et.al, dari University of Maryland pada tahun 1985.Lyman menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Pembelajaran kooperatif tipe think pair share ini memberi

18

Masitoh dan Laksmi .Op.Cit.h.232

19

Rusman, Model-Model Pembelajaran (Jakarta, Pt. Raja Grafindo Persada, 2013)


(30)

peserta didik kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain.20

3. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share Langkah-langkah pembelajaran Kooferatif tipe Think Pair Share

terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu Think, Pair, dan Share. Kelima langkah pembelajaran Kooperatif

tipe Think Pair Share dapat dijelaskan di bawah ini:

Adapun penjelasan dari setiap langkah tersebut sebagai berikut: a. Tahap pendahuluan

Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan.

b. Tahap think (berpikir secara individual)

Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini,

siswa diberi batasan waktu (“think time”) oleh guru untuk memikirkan

jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. c. Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku)

Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.

20


(31)

d. Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh teman kelas)

Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.

e. Tahap penghargaan

Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas.

4. Keunggulan dan Kelebihan metode Think Pair Share adalah:

Menurut Anita lee keunggulan dan kelemahan metode Kooperatif Think pair share adalah:21

a. Mudah dipecah menjadi berpasangan b. Lebih banyak ide yang muncul

c. Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan d. Guru mudah memonitor

5. Kelemahan metode Think Pair share a. Membutuhkan lebih banyak waktu b. Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik

c. Jumlah genap bisa menyulitkan proses pengambilan suara d. Kurang kesempatan untuk kontribusi individu

e. Siswa mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan.

21

Anita Lie, Cooperative Learning(PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 2014)


(32)

C. Kerangka Pikir

Pembelajaran IPS dalam setiap satuan pendidikan selalu dianggap sebagai suatu mata pelajaran yang membosankan oleh sebagian besar siswa, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor dalam proses pembelajaran, salah satu faktor yang paling dominan yaitu penggunaan model pembelajaran seperti pendekatan, metode, dan teknik yang tidak sesuai dengan karakteristik peserta didik dan teknik penyampaian suatu metode yang selalu monoton dalam pelaksanaan proses pembelajaran IPS sehingga sangat membosankan bagi peseta didik. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru hendaknya melakukan modifikasi pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPS dengan tujuan untuk memotivasi siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi internal peserta didik, sebab motivasi internal ini merupakan faktor utama yang paling kuat yang mampu mendorong peserta didik untuk belajar secara terus menerus hingga sampai kepada arah tujuan pembelajaran yang lebih terarah dan lebih baik. Di samping itu, modifikasi suatu proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran seperti pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dapat meningkatkan gairah belajar, dapat meningkatkan rasa ingin tahu yang tinggi pada diri peserta didik sehingga peserta didik dengan sendirinya akan melakukan usaha eksplorasi pengetahuan untuk memenuhi rasa keingin tahuannya. Dengan modifikasi Kcooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran IPS kelas V MI Manba’ul Falah. pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan pembelajaran

Dalam hal ini pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan pembelajaran kooperatif Tipe think pair share diharapkan dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS, karena pendekatan pembelajaran ini memberikan suatu pengalaman nyata di lingkungan masyarakat yang dapat dialami di dalam kelas, pembelajaran dapat diperoleh dari teman sebaya yaitu dengan berkelompok, berpikir bersama, berpasangan, dan saling berbagi antar teman


(33)

kelompok, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, sehingga menciptakann suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Dengan demikian penerapan pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe think pair share diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Achmadillah dalam skripsinya “Implementasi Metode Think Pair Share

dapat meningkatkan Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa pada pembelajaran Matematika.”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi metode think pair share dapat meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa. Peningkatan partisipasi siswa dibuktikan pada hasil pengamatan prasiklus hanya 7 (25%) siswa yang berpartisipasi aktif, pada siklus I siswa meningkat menjadi 14 siswa (50%), dan pada siklus II partisipasi siswa meningkat menjadi 23 siswa (82, 14%). Peningkatan hasil belajar dibuktikan bahwa persentase ketuntasan klasikal siswa pada pra siklus ialah 15 siswa (53, 57%), pada siklus I meningkat menjadi 19 siswa (67, 86%), dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 23 siswa (82, 14%). Peningkatan jumlah nilai yaitu 1.700 pada pra siklus menjadi 1.910 pada siklus I dan 2.220 pada siklus II. Untuk nilai rata-rata ada peningkatan yaitu pada prasiklus 60, 71, pada siklus I nilai rata-rata naik 68, 21, dan pada siklus II meningkat menjadi 79, 29.22

2. Kd.Jayanthi Riva Prathiwi, Nyoman Dantes, Nyoman Natajaya Program Studi Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Dalam Journalnya yang berjudul

“Pengaruh Implementasi Hasil Model Pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Share (TPS) Terhadap motivasi Belajar Dan Prestasi Belajar Dalam Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus VIII,

22

Achmadullah, S.pd.I. Skripsi, Implementasie Metode Think Pair Share dapat

meningkatkan Partisipasi dan hasil Belajar siswa pada Pembelajaran Matematika (PGMI, FITK Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.


(34)

Kecamatan Buleleng. Menurut hasilnya.23

Hasil analisis deskriptif menunjukkanbahwa rata-rata skor motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah 111, 13dan rata-rata skor belajar IPS dengan model pembelajaran konvensional adalah 100, 38 sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar IPS siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah 70, 97 dan rata-rata nilai prestasi belajar IPS siswa dengan model pembelajaran konvensional adalah 57, 55. Berdasarkan data hasil analisis deskriptif tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dan prestasi belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik dari pada motivasi belajar dan prestasi belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hasil uji hipotesis pertama, didapat nilai koefisien F sebesar 58, 671. Dengan signifikansi (sig) pada 0, 000 sehingga F signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap motivasi belajar dalam pembelajaran IPS siswa kelas V SD. Hasil uji hipotesis pertama, didapat nilai koefisien F sebesar 58, 671 dengan signifikansi (sig) pada 0, 000 sehingga F signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap motivasi belajar dalam pembelajaran IPS siswa kelas V SDGugus VIII, KecamatanBuleleng antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS dansiswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

3. Menurut Novidha Ratna lestari dalam jurnalnya yang berjudul Penerapan Model Kooperatif tipe Think Pair Share Dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN I Purwogondo yaitu:

Setelah dilakukan metodologi penelitian melalui PTK melalui III siklus, maka dilakukan tindakan rata-rata nilai siklusnya, begitu pula dengan persentase ketuntasan hasil belajar siswa jika dibandingkan

23

Kd. Jayanthi Iva Prathiwi, dalam jurnalnya „Pengaruh Implementasi Hasil Model

Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share(TPS)terhadap motivasi Belajar dan Prestasi Belajar dalam Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas V SDN GUgus VIII kecamatan Buleleng.(e-Journal Program Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Dasar)


(35)

prasiklus, siklus I, siklus II, siklus III mengalami peningkatan hasil, yaitu dari siklus I, 6,67% menjadi 46,67%, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 73,33% dan pada siklus III meningkat menjadi 90%. Hal tersebut menunjukkan pencapaian target indikator kinerja yaitu hasil observasi mencapai rata-rata 85%.24

Dari hasil ketiga penelitian relevan di atas terdapat kesamaan dalam penerapan model penelitiannya yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif think pair share dan dari peningkatan hasil belajarnya , tetapi terdapat perbedaan dari cara metode penelitannya dari aspek instrumen, mata pelajaran, subyek dan tempat penelitiannya berbeda.

E. Hipotesis Penelitian Tindakan

Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk lebih terarahnya dan jelasnya tujuan penelitian ini, maka perlu dirumuskan jawaban sementara dari pokok permasalahan yang diajukan di atas. Rumusan hipotesis yang dapat

diajukan dalam penelitian ini adalah “penerapan pendekatan pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V MI. Manba’ul Falah Kabupaten Bogor.”

24

Novidha Ratna Lestary, “Penerapan Model kooperatif tipe Think Pair share Dalam

Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V SDN I Purwogondo(e-Journal FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret)


(36)

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas V di MI. Manba’ul Falah Kabupaten Bogor. Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe think pair share.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan minimal dua siklus selamatiga bulan,mulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan November 2015. Ketentuan waktu penelitian mengacu pada kalender pendidikan 2015/2016 yang ada di MI. Manba’ul Falah Kabupaten Bogor. Adapun perinciannya sebagai berikut : persiapan dilakukan pada awal bulan Agustus, pelaksanaan tindakan dari bulan September, dan Oktober, serta penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas akan dilaksanakan pada hingga pertengahan bulan November 2015.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

NO KEGIATAN BULAN

AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER

1. Pembuatan proposal 2. Seminar proposal

3. Bahan ajar dan instrumen

4. Observasi sekolah & pelaksanaan

pembelajaran 5. Pengumpulan data 6. Analisis data 7. Penyusunan hasil 8. Pelaporan hasil


(37)

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Class Room Action Research), karena dalam penelitian ini akan dilakukan tindakan penyelesaian masalah dengan metode pembelajaran, dan akan diukur sampaidimana tingkat keoptimalan tindakan dengan metode tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran IPS. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama1. Metode ini dipilih berdasarkan pertimbangan: Masalah dan tujuan penelitian menuntut tidakan reflektif, kolaboratif, dan partisipatif antara Guru, Kepala Sekolah, dan Siswa berdasarkan situasi kelas dalam pelaksanaan pembelajaran IPS.

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda,namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui,yaitu(1) perencanaan, (2) pelaksanaan (3) pengamatan,dan (4) refleksi.2Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

1

Suhairsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2007)

cetakan 2007. h.3

2 Ibid

. h. 16,17,18 dan 19.

Perencanaan

SIKLUS

I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan

Pelaksanaan Refleksi

Refleksi


(38)

Tahap 1:Menyusun rancangan tindakan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik atau focus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati,kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlansung.

Tahap 2:Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap ke-2 ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar,tidak dibuat-buat.

Tahap 3 :Pengamatan (Observing)

Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan,karena hatinya sedang menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru pelaksana yang berstatus

sebagai pengamat agar melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung.

Tahap 4:Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris

reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan Istilah

refleksi di sini sama dengan”memantul”, seperti halnya memancar dan menatap kena kaca.” dalam hal ini,guru pelaksana sedang memantulakan pengalamannya pada peneliti yang baru saja mengamati kegiatannya dalam tindakan.


(39)

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V MI Manba’ul Falah yang berjumlah 24 orang dengan komposisi 12 laki-laki dan 12 perempuan. Observer dalam penelitian ini adalah dua orang, yaitu wali kelas V sendiri dan guru dari kelas lain.

D. Peran dan posisi peneliti dalam penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini,peneli merupakan guru kelas V

MI.Manba’ul Falah. Selain mengajarkan materi,peneliti juga membuat dan merancang rencana pembelajaran serta mengevaluasi jalannya kegiatan belajar mengajar (KBM).

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas ini dirancang minimal dua siklus sesuai dengan tingkat permasalahan dan kondisi yang akan ditingkatkan, setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yang harus ditempuh, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi.

1. Perencanaan

a. Guru (peneliti) bersama kepala sekolah dan sumber yang terkait melakukan analisis standar isi untuk mengetahui Standar Kompetensi dan Kompetensi yang akan dibelajarkan.

b. Guru (peneliti) bersama kepala sekolah MI Manba’ul Falah Kabupaten Bogor, melakukan refleksi awal berupa identifikasi rancangan dan pelaksanaan pembelajaran IPS yang belum optimal menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe think pair share dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Guru (peneliti) bersama kepala sekolah menyusun dan mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan memperhatikan indikator-indikator hasil belajar yang berorientasi pada model pembelajaran Kooperatif tipe think pairshare.

d. Guru (peneliti) bersama kepala sekolah menyusun dan mengembangkan pedoman atau instrumen observasi yang


(40)

digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian pelaksanaan model pembelajaran Kooperatif tipe think pair share dampaknya terhadap hasil belajar siswa.

e. Guru menyediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi yang akan dibelajarkan, seperti daftar kata-kata yang perlu didefinisikan, daftar orang yang hendak diidentifikasi, daftar pertanyaan tentang tindakan yang bisa diambil oleh sesorang dalam situasi tertentu, dan daftar kalimat tak lengkap yang perlu dilengkapi.

f. Guru (peneliti) mengembangkan alat peraga, alat bantu atau media pembelajaran yang menunjang pembentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam rangka implementasi model pembelajaran Kooperatif tipe think pair share.

2. Tindakan

a. Kegiatan awal 1) Apersepsi

Pada kegiatan apersepsi ini guru mengungkapkan secara singkat materi yang telah dipelajarai sebelumnya kemudian mengkaitkan dan mengarahkannya kepada materi yang akan dipelajari yang bertujuan untuk lebih menyiapkan siswa untuk belajar.

2) Motivasi

Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang sifatnya mudah dan tentunya berkaitan dengan materi pelajaran.

3) Pengetahuan Prasyarat

Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan lagi, pertanyaan yang memiliki hubungan keterkaitan dengan pertanyaan yang ada pada kegiatan motivasi atau pertanyaan yang sifatnya lebih kompleks yang bertujuan untuk mengetahui tingkat awal kemampuan siswa.


(41)

4) Menjelaskan tujuan pembelajaran

5) Menyediakan alat, bahan, dan sumber balajar b. Kegiatan Inti

1) Guru menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan;

2) Siswa dengan bimbingan guru membuat kelompok yang sifatnya heterogen dan masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang secara berpasangan

3) Guru memberikan materi pengantar yang akan dibelajarkan; 4) Guru memberikan pertanyaan mengenai materi pengantar yang

telah dijelaskan;

5) Guru memerintahkan atau memberikan kesempatan kepada setiap individu di dalam kelompoknya untuk memikirkan dan merumuskan jawaban (thingking);

6) Guru memerintahkan sisiwa untuk menyebar di dalam kelas untukmencari pasangannya (pairing), yaitu siswa yang dapat menjawab pertanyaan yang mereka sendiri tidak tahu jawabannya;

7) Guru meminta siswa untuk mensinkronkan jawaban yang telah dibuat untuk dipresentasikan sebagai laporan kelompok;

8) Guru meminta siswa berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusi untuk berbagi jawaban (sharing);

9) Guru mengevaluasi diskusi kelas

10)Guru memberikan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa.

c. Kegiatan Akhir

1) Siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan materi yang belum difahami;

2) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran; 3) Menginformasikan kapada siswa tentang materi yang akan


(42)

3. Pengamatan (Observasi)

Tahap observasi ini akan dilakukan selama proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung hingga selesai dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun sebelumya bersama kepala sekolah dan guru kelas V. Observasi akan dilakukan oleh guru kelas V yang bertindak sebagai observer. Adapun sasaran observasi dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah proses pembelajaran telah mencerminkan penggunaan pembelajaranyangberorientasi pada model pembelajaran

Kooperatif tipe think pair share secara optimal.

b. Apakah seluruh isi rancangan pembelajaran telah dipraktekkan secara optimal dalam proses pembelajran.

c. Adakah kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam mempraktekkan seluruhkomponen rancangan pembelajaran. d. Mengetahui dampak pembelajaran yang berorientasi pada model

pembelajaran Kooperatif tipe think par share terhadap peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. e. Memantau dampak pembelajaran yang berorientasi pada model

pembelajran Kooperatif tipe think pair share terhadap peningkatan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. f. Memantau dampak pembelajaran yang berorientasi pada model

pembelajran Kooperatif tipe think pair share terhadap tingkat pemahaman materi selesai satu RencanaPelaksanaan Pembelajran (RPP).

4. Refleksi

Pada tahap refleksi ini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan guru selaku peneliti, yaitu:

a. Peneliti bersama observer meminta pendapat dari siswa yang tergolong pandai dan siswa yang tergolong lemah atau lambat tingkat penerimaannya terhadap proses pembelajaran yang


(43)

berorientasi pada pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe think pair share.

b. Peneliti meminta pendapat dari observer untuk mengetahui tingkat keberhasilanpelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pendekatan pembelajaran Kooperatif tipe think pair share.

c. Pendapat guru selaku pemberi tindakan (peneliti).

Data yang diperoleh pada siklus pertama akan dievaluasi dan akan dijadikan bahan pertimbangan untuk pelaksanaan siklus berikutnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada model pembelajaran pendekatan Kooperatif tipe think pair share telah mampu meningkatkan hasil belajar IPS siswa sesuai dengan siklus pertama. Selain itu, pada tahap refleksi ini guru akan merefleksikan diri dengan melihat data hasil observasi apakah sesuai atau tidak dengan rencana sebelumnya. Dengan demikian, maka akan diketahui letak kelemahan dari hasil tindakan dan akan digunakan sebagai pertimbangan untuk melaksanakan pembelajaran.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan

Hasil penelitian yang diharapkan dengan melihat indikator keberhasilan siswa adalah rata-rata persentase hasil belajar siswa dalam belajar dapat mencapai nilai 80%, dan rata-rata tes hasil belajar IPS siswa pada akhir siklus harus mencapai lebih atau sama dengan 70 dan tidak boleh ada siswa yang mendapat nilai kurang dari 70. Harus sesuai dengan KKM.

G. Data dan Sumber Data

Dalam hal ini peneliti mendapatkan sumber data untuk menjadi acuan serta bantuan untuk memudahkan peneliti,berikut adalah data-data yang akan dikumpulkan dan akan dijelaskan bagaimana cara mendapatkan atau mengumpulkan data-data tersebut:


(44)

1. Data hasil belajar

Data hasil belajar bersumber dari seluruh siswa yang diteliti, dalam hal ini adalah siswa kelas V MI. Manba’ul Falah yang berjumlah 24 orang. Data hasil belajar akan diambil melalui tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda yang berisi serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan ntuk mengukur hasil belajar siswa seperti keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

2. Data pelaksanaan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.(UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 20).

Berdasarkan pengertian di atas, tentulah data pelaksanaan pembelajaran IPS yang berorientasi pada pendekatan pembelajaran

Kooperatif tipe think pair share bersumber dari aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajran berlangsung. Untuk mendapatkan data tersebut, maka akan dilakukan pengambilan data melalui pengamatan atau observasi langsung terhadap kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi beberapa indikator dan deskriptor-deskriptor aktivitas guru dan siswa yang kemudian diberi

pernyataan “Ya” dan “Tidak”. Setelah itu akan dilakukan penghitungan,

selanjutnya akan dilakukan analisis mengenai data tersebut. H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam

yaitu”

1. Instumen Tes

Tes adalah teknik penilaian yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pencapaian suatu kompetensi tertentu, melalui pengolahan secara kuantitatif yang hasilnya berbentuk angka.3

3

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta, Kencana Prenada Media Group,


(45)

Jadi, tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah soal pilihan ganda (PG)

2. Instumen Non Tes

Instrumen non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap,minat dan motivasi.4 Instumen non tes yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah observasi dan wawancara.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.5 Adapun teknik pengumpulan data yang akan di ambil sebagai berikut: a. Observasi

Nasotion (1988) menyatakan bahwa, Obsevasi adalah adalah dasar semua ilmu pengetahuan.6 Dilihat dari macamnya observasi terdiri dari tiga macam yaitu:

1) Observasi Partisipatif

Dalam observasi ini,peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari, orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan,peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data,dan ikut merasakan suka dukanya.

2) Observasi terus terang atau tersamar

Dalam hal ini,peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data,bahwa ia sedang melakukan penelitian.Jadi mereka yang ditelitimengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti.

4 Ibid.

h.357

5

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung, PT. Alfabeta

2010), cetakan 2010. h. 224.

6 Ibid


(46)

3) Observasi tak berstruktur

Obsevasi tak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu pasti tentang apa yang akan diamati.

b. Dokumentasi

Dokumen adalah berupa catatan peristiwa yang sudah terjadi, dokumen bisa saja berupa tulisan, gambar, atau karya-karya dari sesorang yang biasa dilihat. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari pengambilan dokumen-dokumen, seperti gambar, foto, atau profil tentang letak geografis sekolah.

c. Tes hasil belajar

Hasil belajar siswa yang telah diperoleh dari tes tulis dalam bentuk pilihan ganda akan dikumpulkan dan akan dilakukan suatu analisis deskriptif mengenai data tersebut untuk mengetahui jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ 70.

d. Wawancara

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam sutu topik.7

J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan

Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau validitasnya dan ketetapan atau keajegannya atau reliabilitasnya.8

1) Validitas

Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.9

7

Sugiyono.Op.Cit. h.231

8

Nana Sudjana Op.cit. h.12

9 Ibid


(47)

2) Reliabilitas

Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya.Tes hasil belajar dikatakan ajeg apabila hasil pengukuran saat ini menunjukkan kesamaan hasil pada saat yang berlainan waktunya terhadap siswa yang sama.10analisis reliabilitas ini dilakukan untuk mengetahui soal yang disusun dapat memberikan hasil yang baik atau tidak,maka pada waktu tertentu subjek dikenakan soal yang sama,maka hasilnya pun akan sama.Sehingga data yang ajeg adalah data yang cukup baik dan dapat dipercaya.

K. Analisis Data dan Interpretasi Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,yang melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,dan dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.11

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah pada mata pelajaran IPS adalah 67, namun dalam peneltian tindakan ini dinaikkan menjadi 70. Ketuntasan belajar secara klasikal ditetapkan 80%, dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Untuk mengetahui hasil peserta menggunakan daftar nilai kognitif. Menurut Ngalim Purwanto, data tersebut diperoleh pada tiap-tiap siklus dianalisa secara deskriptif dengan menghitung Precentagescorrection, dengan rumus sebagai berikut:12

S =

10 Ibid

h.16.

11

Sugiyono, Op.Cit h.244

12

Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung, PT.Remaja


(48)

Keterangan:

S : Nilai yang diharapkan (dicari)

R : Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N : Skor maksimum dari tes tersebut

Dalam bukunya Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan menyatakan bahwa untuk menentukan nilai hasil belajar siswa dapat dinyatakan dalam skala yaitu sebagai berikut.13

Tabel 3.1

Kriteria Tingkat Ketuntasan Siswa

Angka 100 Angka 10 Ikip Huruf Keterangan 80 – 100 8,0-10,0 8,1-10 A Baik sekali

66 – 79 6,6-7,9 6,6-8,0 B Baik 56 – 65 5,6-6,5 5,6-6,5 C Cukup 40 – 55 4,0-5,5 4,1-5,5 D Kurang 30 – 39 3,0-3,9 0-4,0 E Gagal

L. Indikator Kinerja

1. Hasil belajar siswa dikatakan meningkat atau berhasil apabila ≥ 80% dari seluruh jumlah siswa yang mencapai nilai ≥ 70.

2. Pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif

tipe Thinnk Pair Share dikatakan berhasil apabila tingkat keterlaksanaan pembelajarannya mencapai minimal 80%.

13

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta, PT. Bumi Aksara,


(49)

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi pelaksanaan Pembelajaran

Dari beberapa konsep pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe think pair share, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas V MI Manba’ul Falah Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

a. SIKLUS I

Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan dengan ketentuan waktu 2 x 35 menit. Proses pembelajaran siklus I pertemuan ke-I dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2015 kemudian dilanjutkan ke pertemuan ke-II pada tanggal 19 Oktober 2015 dengan

pokok bahasan “Mengenal makna peninggalan sejarah yang bercorak Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.

Setelah proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung, pada kegiatan akhir sebelum guru menutup pembelajaran dilakukan tahap evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa untuk mengukur hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.

Berikut ini merupakan penjelasan terhadap langkah-langkah yang ditempuh pada pelaksanaan siklus I :

1) Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini ada beberapa hal yang dilakukan peneliti sebelum melaksanakn tindakan, yaitu :

a. Membuat daftar nama siswa

b. Menentukan topik atau pokok bahasan yang akan

dibelajarkan, yaitu “Peninggalan sejarah yang bercorak Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.”


(50)

c. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe Think Pair Share. Merancang pembentukan kelompok-kelompok belajar dengan memperhatikan penyebaran kemampuan berfikir siswa. Merancang daftar pasangan empat orang. Membuat tabel yang berisi materi mengenai Peninggalan sejarah yang bercorak Hindu- Budha dan Islam di Indonesia. Merancang Lembar Kerja Siswa (LKS) dan soal-soal pendalaman materi

mengenai “Peninggalan sejarah yang bercorak Hindu-Budha dan Islam di Indonesia”. Membuat lembar observasi sebagai pedoman pencatatan kegitan pelaksanaan pembelajaran. d. Menyiapkan gambar-gambar Candi-candi, stupa dan masjid

peninggalan sejarah Hindu-Budha dan Islam di Indonesia. 2) Pelaksanaan Tindakan

a) Pertemuan ke-I

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap awal, guru mengarahkan siswa ke arah pembelajaran yang baik. Untuk lebih menyiapkan dan menyemangatkan siswa, guru melakukan apersepsi dengan memberikan gambaran yang mengarah kepada materi peninggalan sejarah yang bercorak Hindu-Budha dan Islam di Indonesia, dengan cara melontarkan beberapa pertanyaan terkait topik atau materi tersebut, menyampaikan kompetensi atau tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menyiapkan alat dan bahan serta sumber belajar yang dapat menunjang proses pembelajaran yang berorientasi pada pendektan Kooperatif tipe Think Pair Share. Pada saat guru memberikan gambaran tentang peninggalan sejarah tersebut sebagian besar siswa terlihat menyimak, selanjutnya guru mengajukan pertanyaan tentang


(51)

maksud dari gambaran yang diberikan itu. Siswa diminta untuk memikirkannya secara individu kemudian mendiskusikannya dengan teman kelompok (pasangan empat orang), setelah itu guru memberikan kesempatan kepada pasangan empat orang untuk memberikan jawaban mengenai gambaran yang diberikan guru. Pada saat ini hanya beberapa pasangan saja yang berani memberikankan pendapatnya.

Pembelajaran dilanjutkan hingga tahap berikutnya, yaitu guru membagikan daftar tebel peninggalan sejarah pasangan kepada setiap kelompok. Ketika guru meminta siswa menyebar membawa kartu pasangan tersebut untuk mencari pasangannya suasana kelas benar-benar gaduh dan tidak terkontrol. Ada yang bermain-main, ada yang masih bingung bagaimana menggunakan kartu tersebut untuk mencari pasangan kelompok mereka. Sambil jalan, guru memberikan bimbingan kepada siswa yang masih bingung dan siswa yang bermain-main. Setelah siswa mengetahui siapa pasangan kelompok mereka, sebagian siswa ada yang tidak mau bergabung dengan pasangan kelompoknya disebabkan karena mereka merasa tidak cocok dan malu bergabung dengan teman lawan jenis, walaupun demikian akhirnya mereka mau bergabung karena bimbingan dan bujukan halus dari guru.

Setelah kelompok belajar ini terbentuk, guru memerintahkan siswa untuk melakukan diskusi kelompok mengenai isi tabel tersebut. Namun pada saat guru memerintahkan diskusi kelompok sebagian besar siswa terlihat engggan untuk bertukar pendapat, sebagian siswa mengeluhkan pasangan kelompoknya, sebagian lagi kelompok lain mengejek pasangan kelompok yang merasa tidak cocok sehingga suasana kelas menjadi gaduh lagi. Pada saat kegaduhan terjadi, guru selalu memberikan arahan positif


(52)

tentang belajar kelompok ini dan membimbing siswa untuk melakukan diskusi dengan baik sehingga kelas menjadi lebih terkontrol.

Setelah selesai diskusi mengenai isi table pasangan tersebut, guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk menjelaskan hasil diskusinya masing-masing kepada seluruh teman kelas yang bertujuan untuk berbagi jawaban kepada seluruh teman kelas. Pada saat guru memerintahkan ke depan kelas sebagian besar siswa merasa malu dan tidak berani untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.

Disela-sela kegiatan pembelajaran ini, sebelum guru melanjutkan kegiatan berikutnya siswa diminta untuk beridiri sejenak dan melakukan sedikit olahraga pelepasan penat, rasa lelah, dan rasa bosan. Sejenak guru mengalihkan pembicaraan pada hal-hal yang lucu sehingga siswa bisa tertawa dan tidak merasa bosan. Selanjutnya, guru membagikan LKS kepada masing-masing kelompok dimana sub pokok bahasan yang terdapat dalam masing-masing LKS adalah berbeda-beda tetapi tidak terlepas dari pokok bahasan Mengenal Makna Sejarah yang bercorak Hindu- Budha dan Islam di Indonesia.

Ketika guru memerintahkan siswa untuk mendiskusikan LKS yang telah dibagikan, sebagian besar siswa enggan untuk bertukar atau berbagi pendapat disebabkan karena rasa malu yang besar terhadap lawan jenis dan disebabkan ejekan-ejekan dari kelompok lain, di sini terlihat jika LKS yang telah diberikan masih dikerjakan secara individu walaupun guru menginstruksikan untuk menyelesaikan LKS secara berkelompok. Hal tersebut menunjukkan pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai dengan salah satu konsep pendekatan cooperative learning tipe think pair share bahwa


(53)

berbagi dalam kelompok akan lebih memudahkan siswa dalam belajar. Pada kegiatan ini, siswa tidak hanya diminta untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya saja, namun siswa diminta untuk melakukan diskusi antar kelompok. Pada saat yang bersamaan ada beberapa siswa yang masih sulit diatur dan tidak mematuhi peraturan yang telah disepakati, hal ini yang menyebabkan susana kelas menjadi tidak nyaman, namun pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe think pair share tetap dilaksanakan.

Sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang sebelumnya, maka kegiatan pelaksanaan pembelajaran Siklus I pertemuan ke-I dicukupkan sampai kegiatan diskusi LKS tersebut. Sebelum menutup kegiatan pembelajaran, guru menginformasikan bahwa pembelajaran akan dilanjutkan pada pertemuan ke-II dengan kegiatan diskusi kecil lanjutan dari pertemuan ke-I, presentasi, dan evaluasi hasil belajar. Setelah itu guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi, namun pada saat kegiatan penyimpulan materi ini siswa terlihat enggan dan malu-malu untuk mengemukakan pendapatnya sehingga guru perlu memberikan motivasi atau dorongan yang lebih kuat pada pertemuan ke-II agar siswa menjadi lebih berani. b) Pertemuan ke-II

Sebagai kegiatan awal pada pelaksanaan tindakan pertemuan ke-II, guru melakukan kegiatan explorasi yaitu dengan mencoba untuk menggali pengetahuan siswa mengenai pembelajaran pada pertemuan sebelumnya dengan melontarkan beberapa pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk memberikan jawaban. Pada saat yang bersamaan pula, guru lebih extra memberikan


(54)

motivasi dengan ucapan “salah dalam belajar adalah hal yang wajar”. Kata tersebut disepakati oleh guru dan siswa untuk dijadikan yel-yel setiap sebelum memulai pembelajaran.

Selanjutnya, guru bersama siswa melanjutkan pembelajaran sesuai kesepakatan pada pertemuan sebelumnya, yaitu dilanjutkan dengan kegiatan presentasi masing-masing kelompok di depan kelas yang bertujuan untuk saling berbagi jawaban kepada semua teman kelas. Namun sebelum kegitan presentasi dimulai, guru memerintahkan kepada siswa untuk bergabung dengan kelompok semula dan memberikan kesempatan melakukan diskusi kecil untuk lebih menyiapkan mental siswa sebelum melakukan presentasi bersama kelompoknya.

Selama proses diskusi berlangsung, guru tetap melakukan pemantauan, memberikan arahan dan bimbingan tentang bagaimana melakukan diskusi yang baik sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan, yaitu pendekatan pembelajaran cooperative learning tipe think pair share. Disela-sela kegiatan diskusi ada beberapa siswa yang mengacungkan tangan untuk bertanya kepada guru tentang materi diskusi yang belum mereka pahami, namun tidak sedikit juga siswa yang terlihat tidak serius alias bermain-main. Pada kesempatan ini, guru memberikan motivasi dan penguatan dengan menepuk pundak siswa sambil berkata-kata dan memberikan acungan jempol serta pujian kepada salah satu kelompok yang bersemangat mengajukan pertanyaan mengenai materi LKS. Tujuan pemberian motivasi atau penguatan kepada salah satu kelompok yang berani mengajukan pertanyaan atau pendapat adalah agar siswa maupun kelompok yang lain termotivasi untuk melakukan hal


(55)

yang sama, selain itu juga siswa menjadi lebih bersemangat dalam menyelesaikan LKS.

Ketika pembelajaran dilanjutkan ke tahap presentasi, guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk melakukan presentasi di depan kelas, namun apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan, siswa terlihat takut, malu-malu, dan enggan berdiri di depan kelas, terjadi saling tunjuk antar kelompok, sehingga suasana kelas menjadi gaduh dan tidak terkontrol. Sehubungan dengan hal tersebut guru terpaksa menagambil tindakan tegas, guru menggunakan kekuasaannya menunjuk kelompok manapun yang diinginkan. Seiring berjalannya kegiatan presentasi, guru meminta kelompok lain untuk menyimak dan memberikan tanggapan ataupun masukan kepada kelompok yang sedang presentasi, namun hanya beberapa siswa saja yang menyimak tetapi enggan memberikan tanggapan atau masukan, siswa lainnya tidak terlihat menyimak dan bermain-main, terutama kelompok yang duduk dibelakang.

Setelah kegiatan presentasi dilanjutkan dengan kegiatan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa atau untuk mengukur hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Selanjutnya, sebelum menutup pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan penyimpulan materi pembelajaran. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan

materi tentang “Mengenal Makna Sejarah yang bercorak

Hindu-Budha dan Islam di Indonesia namun keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat masih belum optimal sehingga guru masih perlu menjadi peran utama dalam membimbing siswa untuk menyimpulkan materi.


(56)

3) Observasi

a) Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan Kooperatif tipe think pair share.

Pada tahap observasi ini, kegiatan yang dilakukan adalah pencatatan terhadap proses pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe think pair share

yang berlangsung selama dua kali pertemuan dilakukan oleh dua orang observer, yaitu guru kelas V sendiri dan guru dari kelas lain. Pencatatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe think pair share meliputi aktivitas guru dan siswa yang dijadikan satu dalam lembar observasi. Pada saat kegiatan observasi ini berlangsung, lembar observasi dibagi mnjadi dua bagian, salah satu observer mencatat aktivitas guru dan satunya lagi mencatat aktivitas siswa dengan berpedoman pada masing-masing lembar observasi yang mereka pegang. Setelah data terkumpul, dilakukan rekapitulasi terhadap hasil pencatatan pelaksanaan pembelajaran pendekatan Kooperatif tipe think pair share.

4) Refleksi

Seperti pada siklus I ini peneliti melakukan kegiatan refleksi bersama siswa, observer dan peneliti sendiri. Dari hasil refleksi yang dilakukan peneliti bersama siswa, banyak hal yang dapat dicatat peneliti, diantaranya: (1) sebagaian besar siswa merasa senang mengikuti pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe think pair share dan sebagian lainnya acuh-tak acuh alias cuek seolah tidak ada perubahan; (2) sebagian besar siswa bergairah dan merasa senang melakukan belajar secara kelompok dan sebagian pula enggan berkelompok; (3) sebagian siswa merasa senang dengan teknik guru dalam menggunakan kartu pasangan untuk mencari pasangan kelompok,


(57)

namun sebagian lain lagi ada yang merasa kecewa karena malu berkelompok dengan lawan jenis dan karena ejekan dari kelompok lain; (4) sebagian siswa lagi meminta peneliti untuk mengajarkannya pada waktu-waktu selanjutnya. Sementara hasil kegiatan refleksi yang dilakukan peneliti bersama kedua observer menyatakan bahwa, dari hasil observasi pelaksanaan pembelajaran siklus I yang berorientasi pada pendekatan

Kooperatif tipe Think Pair Share tercatat sebesar 76% langkah-langkah pembelajaran dapat terlaksana. Angka tersebut menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan Kooperatif tipe think pair share

(TPS) belum mengalami peningkatan dari hasil refleksi atau perenungan yang dilakukan oleh peneliti sendiri merasakan bahwa masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan

Kooperatif tipe think pair share, karena dilihat dari hasil evaluasi belajar dinyatakan memang telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa apabila dibandingkan dengan siklus sebelumnya, namun ketuntasan secara klasikal hanya mencapai 76% dan belum memenuhi target indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Dari hasil pencatatan tersebut, maka pemberian tindakan melalui penerapan pendekatan Kooperatif tipe think pair share harus dilanjutkan kepada siklus ke-II.

b. SIKLUS II

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini sebenarnya merupakan tuntutan perbaikan oleh siklus I, karena pada pelaksanaan pembelajaran siklus I hasil belajar IPS siswa secara klasikal belum memenuhi target yang telah ditentukan dalam penelitian ini, disamping itu masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang mesti diperbaiki. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II pada dasarnya sama dengan pelaksanaan pembelajaran siklus I apabila


(1)

(2)

111


(3)

(4)

113


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Role Playing Pada Pembelajaran IPS Kelas V MI Al-Falah Jakarta Timur

0 7 119

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS V SDN SEKARAN 01 SEMARANG

0 5 181

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERKALIAN MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE Peningkatan Hasil Belajar Perkalian Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas 3 SDN Gemampir Kecamatan Karan

0 1 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERKALIAN MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE Peningkatan Hasil Belajar Perkalian Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share Pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas 3 SDN Gemampir Kecamatan Karang

0 1 11

PENINGKATAN PERCAYA DIRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI SERANG KULON PROGO.

1 2 358

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS V SEMESTER II SD 2 PIJI KUDUS TAHUN PELAJARAN 20132014

0 0 26

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V SD MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

0 0 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

0 0 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN THINK PAIR SHARE DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS V

0 0 11