BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebisingan merupakan salah satu masalah lingkungan yang perlu diatasi karena tidak hanya dapat mengganggu kenyamanan, kebisingan juga dapat menyebabkan
gangguan kesehatan khususnya kesehatan pendengaran. Kebisingan yang terlalu keras dapat menyebabkan kerusakan telinga sementara atau permanen dan
menyebabkan kemunduran dalam penampilan kerja. Bising yang mengalihkan perhatian dan mengganggu aktivitas menyebabkan reaksi yang berbeda-beda bagi
manusia. Pembicaraan atau musik akan dianggap sebagai bising bila mereka tidak diinginkan. Sebagai definisi standar, setiap bunyi yang tidak diinginkan oleh
penerima dianggap sebagai bisingDoelle, 1993. Seiring dengan kemajuan teknologi, sumber-sumber kebisinganpun
semakin beragam. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan industri, transportasi, telekomunikasi, dan hiburan sebagian besar menghasilkan suara-suara yang
sangat potensial menimbulkan kebisingan. Sebagai contoh penggunaan peralatan bermesin dalam industri modern merupakan salah satu sumber kebisingan diam
yang cukup potensial. Tidak hanya menimbulkan kebisingan di lingkungan pabrik, kebisingan yang dihasilkan mesin-mesin pabrik juga dapat merambat ke
luar bangunan pabrik dan menimbulkan polusi suara di lingkungan sekitar pabrik. Selain itu, peralatan transportasi seperti kendaraan bermotor, kereta api, dan
pesawat terbang sebagai sumber bergerak juga berpotensi menimbulkan kebisingan Mediastika, 2005.
Untuk alasan kesehatan dan kenyamanan, sudah sepatutnya semua bangunan menerapkan siasat perancangan guna menekan masuknya kebisingan.
Hal ini tidak saja ditujukan pada bangunan publik dengan persyaratan akustik tingkat tinggi namun juga berlaku bagi bangunan yang berfungsi domestik seperti
rumah tempat tinggal. Untuk mencapai kualitas bunyi yang diinginkan, pertimbangan penggunaan material bangunan beserta faktor-faktor lainnya sangat
penting untuk diperhatikan. Salah satu material yang dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan kebisingan adalah material penyerap bunyi. Material penyerap
bunyi umumnya dapat dihasilkan dari material berpori atau berserat seperti glasswool dan rockwool. Penggunaan glasswool dan rockwool yang kurang
ekonomis dan memiliki dampak negatif terhadap kesehatan memicu banyak orang untuk terus meneliti dan menemukan bahan alternatif lain yang dapat digunakan
sebagai peredam Mediastika, 2009. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
pembuatan papan partikel berbahan dasar serat alamkarena selain lebih ekonomis serat alam juga cukup aman untuk digunakan. Salah satu tanaman berserat yang
cukup melimpah di Indonsesia adalah rotan. Oleh karena itu penulis merasa perlu dilakukan penelitian tentang pembuatan papan akustik serat kulit rotan - perekat
polivinil asetat untuk mendapatkan data tentang koefisien serap bunyinya sehingga diketahui apakah papan yang dihasilkan layak atau tidak digunakan
sebagai peredam. Selain itu juga dilakukan pengujian mekanik berupa kuat tarik dan kuat lentur untuk melihat apakah papan yang dihasilkan juga memiliki sifat
mekanik yang unggul.
1.2 Perumusan Masalah