Insisi dan Penutup Abdomen

c. Penutup lapangan operasi Setelah lapangan operasi disucihamakan, lapangan operasi di tutup dengan kain penutup yang suci-hama duk steril. kain suci-hama difiksir pada kulit abdomen dengan duk klem Backaus. Penutup lapangan operasi disesuaikan dengan insisi yang akan dilakukan.

7. Insisi dan Penutup Abdomen

Ada dua macam bentuk insisi dinding abdomen yang lazim dilakukan pada operasi seksio sesarea adalah: a. Insisi Menurut Pfannenstiel Insisi pfannenstiel akan lebih banyak memotong pembuluh darah dan dapat menimbulkan hematoma luka operasi, sehingga perlu diperhatikan, bahwa: 1 Insisi dilakukan suprapubis, pada perbatasan rambut pubis sampai mencapai fasia abdominalis 2 Perdarahan dirawat dengan tindakan ligasi atau termokauter. 3 Fasia dipotong melintang dengan memisahkannya dari muskulus abdominal dan muskulus piramidalis 4 Perdarahan arteriavena epigastrika inferior dirawat 5 Tepi atas dan bawah fasia dapat diikat pada kulit abdomen 6 Muskulus rektus dan piramidalis dipisahkan pada garis tengah sehingga peritoneum tampak 7 Peritoneum dibuka dengan jalan mengangkat memakai pinset dn dipotong dengan pisau atau gunting. Insisi peritoneum diperlebar hingga uterus tampak. Tepi peritoneum dipegang dengan Mikulicz. Penutupan luka insisi Pfannenstiel adalah: Universitas Sumatera Utara 1 Peritoneum dijahit jelujur, memakai catgut kromik 2 Otot dinding abdomen dapat dipertemukan dengan jahitan simbul plainchomic catgut kecil 3 Fasia abdominalis dijahit dengan jahitan jelujur peston atau jahitan simpul dengan vicrylmonocryl. 4 Kulit dapat dijahit secara: simpul memakai barang sutra, daan berkelanjutan dengan proline atau vicryl 5 Luka operasi ditutup dengan kasa suci-hama bahan khusus Pada luka proline jahitan dibuka pada hari ke-10, tetapi bila memakai vicryl jahitan tidak perlu dibuka, cukup ujungnya aja yang dipotong. Terdapat suatu modifikasi, insisi pfannenstiel hanya diluarnya saja sedangkan fasia dibuka membujur. Keuntungan insisi Pfannenstiel adalah dari segi kosmetik terjamin, dan kesembuhan luka lebih baik. Adapun kerugiannya adalah perdarahan yang tidak dirawat dapat menimbulkan perdarahan yang lama, perlu dipasang drainase untuk menghindari hematoma dan infeksi. b. Insisi longitudinal abdomen 1 Insisi dilakukan antara umbilicus sampai supra pubis, berlapis sampai fasia tampak sepanjang 10-12 cm 2 Perdarahan dirawat dengan tindakan ligasi atau kauterisasi 3 Fasia dibuka sepanjang insisi, kemudian di bebaskan dari otot dinding abdomen 4 Otot dinding abdomen dipisahkan ke samping sehingga peritonium tampak 5 Peritonium dibuka 6 Insisi peritoneum diperlebar ke atas – ke bawah hingga seluruh rahim tampak Universitas Sumatera Utara Penutupan luka longitudinalmembujur dilakukan secara berlapis, sebagai berikut: 1 Peritonium dijahit jelujur dengan catgut kronik atau plain 2 Otot abdomen dijahit simpul dengan plainchromic catgut 3 Fasia dijahit jelujur memakai peston atau secara simpul memakai vicryl 4 Kulit dijahit simpul dengan sutra atau vicryl 5 Luka operasi ditutup dengan kasa suci-hama atau bahan hama khusus Keuntungan insisi longitudinal adalah insisi dapat dengan mudah diperlebar sampai di atas umbilikus jika diperlukan. Adapun kerugiannya adalah kurang bersifat kosmetik, karena akan tampak dari luar. 8. Jenis-jenis Seksio Sesarea a. Seksio Sesarea Klasik menurut Sanger Seksio sesarea klasik menurut sanger lebih mudah dimulai dari insisi segmen bawah rahim, dengan indikasi: 1 Seksio sesarea yang di ikuti dengan sterilisasi 2 Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan terjadi robekan segmen bawah rahim dan perdarahan 3 Pada letak lintang 4 Kepala bayi telah masuk pintu atas panggul 5 Grande multipara yang diikuti dengan histerektomi Keuntungan operasi seksio klasik menurut Sanger ini adalah mudah dilakukan karena lapangan operasi relatif luas, dan kerugiannya adalahkesembmudah dilakukan karena lapangan operasi relatif luas, dan kerugiannya adalahkesembuhan luka operasi relatif sulit, kemungkinan rupture uteri pada persalinan berikutnya lebih besar, kemungkinan terjadinya perlekatan dengan dinding abdomen lebih besar. Universitas Sumatera Utara b. Seksio Sesarea Transperitonial Profunda menurut Kehrer Seksio sesarea yang merupakan persalinan dengan morbiditas dan mortalitas rendah, adalah persalinan yang paling konsevatif. seksio sesarea ini dapat dilakukan atas dasar indikasi ibu dan janin. Indikasi ibu yaitu gangguan perjalanan persalinan karena mioma uteri dan yang lainnya, kehamilan yang disertai penyakit jantung atau diabetes melitus, dll. Indikasi janin yaitu fetal distress, prolapsus tali pusat, dll. Keuntungan insisi bawah rahim menurut kehrer adalah segmen bawah rahim lebih tenang, kesembuhan lebih baik, dan tidak banyak menimbulkan perlekatan. Adapun kerugiannya adalah terdapat kesulitan pada waktu mengeluarkan janin, dan terjadi perluasan luka insisi dan menimbulkan perdarahan. c. Seksio Sesarea Histerektomi menurut Porro Operasi seksio sesarea histerektomi menurut porro dilakukan secara histerektomi supravaginal untuk menyelamatkan jiwa ibu dan janin, dengan indikasi seksio sesarea disertai infeksi berat, atonia uteri dan perdarahan, solusio plasenta, dan disertai tumor pada otot rahim. d. Seksio Sesarea Ekstraperitoneal Operasi jarang dilakukan karena perkembangan antibiotika, dan untuk menghindari kemungkinan infeksi yang dapat menimbulkannya. Tujuan dari seksio sesarea ekstraperitoneal adalah menghindari kontaminasi kavum uteri oleh infeksi yang terdapat diluar uterus Manuaba, 2012, hal. 282. Indikasi seksio sesarea ekstraperitoneal adalah perdarahan akibat atonia uteri setelah terapi konservatif gagal, perdarahan yang tidak bisa di kendalikan pada kasus-kasus plasenta previa dan abruption plasenta tertentu, rupture uteri yang tidak dapat diperbaiki dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara

9. Indikasi Seksio Sesarea Sebelumnya

Dokumen yang terkait

:Pengetahuan dan Sikap ibu tentang Kejadian Diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014

1 27 109

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Diare dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit surakarta.

0 2 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Diare dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit surakarta.

0 3 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 2-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten K

0 3 13

:Pengetahuan dan Sikap ibu tentang Kejadian Diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014

0 0 11

:Pengetahuan dan Sikap ibu tentang Kejadian Diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014

0 0 1

:Pengetahuan dan Sikap ibu tentang Kejadian Diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014

0 0 6

:Pengetahuan dan Sikap ibu tentang Kejadian Diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014

0 0 22

:Pengetahuan dan Sikap ibu tentang Kejadian Diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014

0 0 3

:Pengetahuan dan Sikap ibu tentang Kejadian Diare pada balita di Puskesmas Teladan Medan Tahun 2014

0 0 39